Anda di halaman 1dari 49

MAKALAH KEPERAWATAN DEWASA

KONSEP PENYAKIT DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN


DENGAN GANGGUAN SISTEM REPRODUKSI PRIA
KANKER PROSTAT

DISUSUN OLEH :
Kelompok 16/ 4C
Ayu Isnawati (1130021089)
Rifa Rohadatul 'Aisy H (1130021091)

DOSEN FASILITATOR :
Difran Nobel B, S.Kep.Ns., M.Kep

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN
UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA SURABAYA
2022/2023
KATA PENGANTAR

Bismillahirahmanirrahim Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan


kami kesehatan, dan kemudahan dalam menyelesaikan makalah ini tepat waktu.
Tidak lupa shalawat serta salam tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang
syafa’atnya kita nantikan kelak. Kami mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas
limpahan nikmat sehat-Nya, sehingga makalah yang berjudul “ Konsep Penyakit dan
Asuhan Keperawatan kepada Pasien dengan Gangguan Sistem Reproduksi Pria
Kanker Prostat” dapat diselesaikan dengan baik. Makalah ini disusun guna memenuhi
tugas mata kuliah Keperawatan Dewasa Sistem Endokrin, Pencernaan, Perkemihan,
dan Reproduksi Pria. Kami berharap makalah tentang Konsep Penyakit dan Asuhan
Keperawatan kepada Pasien dengan Gangguan Sistem Reproduksi Pria Kanker
Prostat ini dapat menjadi referensi bagi pembaca.

Kami menyadari ada kekurangan pada makalah ini. Oleh sebab itu, saran dan
kritik senantiasa diharapkan demi perbaikan karya. Kami juga berharap semoga
makalah ini mampu memberikan manfaat. Demikian yang kami sampaikan,
terimakasih.

Surabaya, 25 Februari 2023

Penulis

I
Daftar Isi

Kata Pengantar ........................................................................................................... I


Daftar Isi .................................................................................................................... II
BAB 1 PENDAHULUAN .......................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang.................................................................................................... 2
1.2 Rumusan Masalah .............................................................................................. 2
1.3 Tujuan ................................................................................................................. 2
Bab 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian ........................................................................................................... 3
2.2 Etiologi ............................................................................................................... 4
2.3 Manifestasi Klinik .............................................................................................. 5
2.4 Patofisiologi + WOC .......................................................................................... 6
2.5 Komplikasi ......................................................................................................... 9
2.6 Pemeriksaan Penunjang .................................................................................... 10
2.7 Prognosis .......................................................................................................... 12
2.8 Penatalaksanaan ................................................................................................ 12
2.9 Konsep Asuhan Keperawatan ........................................................................... 13
2.10 EBN ................................................................................................................ 23
Bab 3 ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Kasus Semu ...................................................................................................... 26
Bab 4 PENUTUP
4.1 Kesimpulan ....................................................................................................... 44
4.2 Saran ................................................................................................................. 44
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................ 45

II
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Prostat merupakan kelenjar seukuran buah kenari yang terdapat di dalam
sistem reproduksi pria, yang terletak di antara leher kandung kemih dan saluran
kemih (uretra). Kelenjar ini merupakan bagian dari sistem reproduksi dan
Posisisnya mengelilingi saluran yang membawa urine dari kandung kemih ke
penis. Prostat mengeluarkan cairan berwarna putih yang memberi nutrisi dan
mengangkut sperma, yang disebut sebagai semen. Hormon pria yang disekresi
oleh testis secara langsung memengaruhi pertumbuhan dan fungsi prostat
(Sulastri, 2020).
Secara global, kanker prostat merupakan keganasan nomor dua paling sering
pada laki-laki setelah kanker paru. Angka kasus baru pada tahun 2018 mencapai
1.276.106 jiwa dengan angka mortalitas mencapai 358.989 jiwa (3.8% dari
seluruh kematian akibat kanker pada laki-laki) (Rawla 2019).
Kanker prostat adalah kanker yang berasal dari organ prostat; hampir semua
kanker prostat berasal dari sel-sel kelenjar, dikenal dengan istilah adenokarsinoma
prostat.1,2 Sebagian besar kanker prostat (70-80%) berasal dari zona perifer.
Kanker prostat termasuk kanker yang paling sering terjadi pada pria.5 Menurut
Globocan tahun 2018, kejadian kanker prostat di seluruh dunia sebesar 1.276.106
kasus dengan kematian sebesar 358.989.6 Menurut American Cancer Society,
kasus baru kanker prostat di Amerika diperkirakan sekitar 164.690 kasus baru dan
kematian karena kanker prostat diperkirakan sekitar 29.430 kematian pada tahun
2018.1 Data GLOBOCAN tahun 2018 menunjukkan bahwa kanker prostat tidak
termasuk kanker yang sering dijumpai di Indonesia, dengan kejadian 11.361
kasus dan kematian karena kanker prostat sebesar 5.007.
Kanker prostat merupakan tumor ganas yang paling umum ditemukan pada
populasi pria di Amerika Serikat, dan juga merupakan kanker pembunuh ke-5
populasi pria di Hong Kong. Jumlah pasien telah meningkat dalam beberapa

1
tahun terakhir, sebagian besar di antaranya merupakan pasien yang berusia di atas
50 tahun. Tumor prostat ganas berkembang secara perlahan, tanpa gejala klinis
yang jelas pada stadium awal. Akibatnya, cukup banyak pasien yang baru
menyadari penyakit ini saat sudah mencapai stadium menengah hingga stadium
lanjut, sehingga memengaruhi hasil pengobatan yang dilakukan.
Operasi dan radioterapi merupakan terapi lini pertama kanker prostat tahap
awal dengan survival rate 100% dalam 5 tahun. Untuk kanker prostat berisiko
tinggi, AHT setelah prostatektomi radikal secara signifikan mengurangi risiko
perkembangan tumor pada kanker prostat tahap lanjut. Meskipun AHT telah
terbukti memberikan manfaat 3 awal, tetapi sebagian besar pasien akan
mengalami rekurensi dengan prognosis buruk (H. Li et al. 2019)
1.2 Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas, dapat kita ambil rumusan masalah “Bagaimana
Konsep Penyakit dan Asuhan Keperawatan kepada Pasien dengan Gangguan
Sistem Reproduksi Pria Kanker Prostat?”

1.3 Tujuan
Untuk mengetahui Konsep Penyakit dan Asuhan Keperawatan kepada Pasien
dengan Gangguan Sistem Reproduksi Pria Kanker Prostat

2
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1.PENGERTIAN
Kanker prostat adalah pertumbuhan yang jahat ( merusak ) dari sel
kanker dalam kelenjar prostat. Walaupun awalnya pertumbuhan kanker hanya
berada pada satu tempat (terlokalisisir) tak menyebabkan gejala, tetapi
gumpalan yang kasar dari prostat dapat dideteksi melalui pemeriksaan fisik.
Kanker prostat ini tidak menular. Kanker ini jarang berkembang pada
seseorang yang telah menjalani kastrasi (membuang testis) pada waktu masih
muda. Kasus prostat yang bengkak umum terjadi di kalangan pria paruh baya
dan lanjut usia, namun sebagian besar kasus yang terjadi merupakan
hiperplasia jinak (peningkatan jumlah sel yang tidak normal). Ketika ada
mutasi genetik yang bersifat tidak normal, tumor ganas bisa berkembang di
dalam prostat dan menyebabkan kanker prostat. Kanker prostat bisa
menyebar ke bagian tubuh lainnya, khususnya tulang dan kelenjar getah
bening di panggul. ( Moelyadi,2021 ).
Adapun gambaran dari pertumbuhan kanker prostat dalam tubuh
manusia yaitu sebagai berikut :

Sumber : Prostate Cancer a Visual reference Guide For patient, Janssen


Biotech, Inc, Usa.

3
Dari gambar gambar diatas didapatkan sebuah penjelasan bahwa , dalam
fase 1 atau stage 1, kanker masih belum bisa dideteksi selama pemeriksaan
melalui DRE, namun bisa diketahui melalui perlakukan biopsi bila level PSA
meningkat dan juga bisa diketahui melalui pembedahan karena alasan
tertentu. Dari gambar fase pertama bisa dilihat gambar berada dalam prostat
(localized).
Sedangkan di fase kedua dan selanjutnya kanker sudah dapat dideteksi
melalui DRE , dan terlihat dalam fase kedua kanker masih berada didalam
prostat yang jumlahnya lebih banyk namun belum menyebar ke luar prostat.
Kanker mulai menyebarkeluar prostat pada fase ketiga, dan bagian yang
disebari yaitu seminal vesicles. Dan difase ke 4 kanker mulai menyebar pada
jaringan terdekat yaitu kelenjar getah bening dan bagian tubuh lain (Moelyadi,
2021) .
2.2.ETIOLOGI
Etiologi kanker prostat merupakan subyek yang masih terus diteliti dan
masih banyak hal yang belum diketahui bila dibandingkan dengan kanker
yang lain. Terdapat beberapa faktor risiko yang berhubungan dengan
karsinoma prostat diantaranya usia, riwayat keluarga, genetik, diet, hormonal,
faktor lingkungan, dan infeksi. 9,10 Salah satu faktor risiko terbesar adalah
usia. Kanker prostat merupakan keganasan terbanyak pada laki-laki usia tua.
Lebih 75% kasus ditemukan pada usia > 65 tahun dan hanya 1% yang
terdeteksi dibawah usia 50 tahun dan merupakan penyebab kematian kedua
akibat kanker pada laki-laki usia 60-79 tahun.
Faktor lain yang berkorelasi positif dengan kejadian kanker prostat
mencakup diet (peningkatan konsumsi lemak jenuh, daging merah, intake
buah, sayur, vitamin dan kopi), obesitas dan aktivitas fisik yang kurang,
inflamasi, infeksi, hiperglikemia dan paparan zat kimia dan radioaktif 12
(Rawla 2019).

4
Berikut beberapa faktor dari kanker prostat :
a. Usia: di atas 50 tahun
b. Turunan: pria dengan riwayat keluarga yang pernah mengalami kanker
prostat memiliki faktor risiko yang lebih tinggi
c. Diet: asupan makanan dengan kandungan kalori dan lemak yang tinggi
secara berkepanjangan
d. Lainnya: merokok, kelebihan berat badan, dan penyakit prostat, dll.
2.3.MANIFESTASI KLINIK
Kanker prostat stadium dini sering kali tidak menunjukkan gejala atau
tanda klinis. Tanda klinis biasanya muncul setelah kanker berada pada
stadium yang lebih lanjut. Kanker prostat stadium dini biasanya ditemukan
pada saat pemeriksaan colok dubur berupa nodul keras pada prostat atau
secara kebetulan ditemukan adanya peningkatan kadar penanda tumor PSA
(prostate specific antigens) pada saat pemeriksaan laboratorium. Kurang lebih
10% pasien yang berobat ke dokter mengeluh adanya gangguan saluran kemih
berupa kesulitan miksi, nyeri kencing, atau hematuria yang menandakan
kanker telah menekan uretra. Kanker juga dapat menekan rektum dan
menyebabkan keluhan buang air besar. Kanker prostat yang sudah metastasis
ke tulang memberikan gejala nyeri tulang, fraktur pada tempat metastasis,
atau kelainan neurologis jika metastasis pada tulang vertebra.
Biasanya kanker prostat terdeteksi setelah kanker telah menglami
metastase. Kanker prostat juga dapat menyebabkan nyeri pada tulang, dan
tulang mengalami kerapuhan sehingga mudah mengalami patah tulang. Selain
itu, kanker prostat juga dapat menyebabkan anemia, neurologis, ataupun
gejala mental. Gejala lain yang dapat menidentifikasi kanker prostat adalah
setelah BAK biasanya air kemih masih menetes, terasa nyeri saat berkemih,
nyeri setelah ejakulasi, nyeri punggung bagian bawah, nyeri ketika BAB,
nyeri tulang, air kencing mengandung darah, nyeri pada perut, dan penurunan
berat badan (Tuhfah, 2022).

5
Pemeriksaan fisik yang penting adalah melakukan colok dubur (Gambar
1). Pada stadium dini seringkali sulit untuk mendeteksi sehingga harus
dibantu dengan pemeriksaan ultrasonografi transrektal (TRUS). Kemampuan
TRUS dalam mendeteksi dua kali lebih baik daripada colok dubur. Jika
dicurigai ada area hipoekoik selanjutnya dilakukan biopsi transrektal pada
area tersebut dengan bimbingan TRUS (Gambar 2)

Gambar 1. Pemeriksaan colok dubur pada keganasan prostat.

Gambar 2. Biopsi dengan bimbingan TRUS

2.4.PATOFISIOLOGI + WOC
a. PATOFISIOLOGI
Kelenjar prostat adalah bagian dari sistem reproduksi oria yang membantu
membuat dan menyimpan cairan sperma. Pada wanita dewasa, panjang prostat
biasanya 3cm dan beratnya sekitar 20 gram. Karena lokasinya, penyakit
prostat sering mempengaruhi proses buang air kecil, ejakulasi dan berdampak
ke proses defekasi (proses Buang Air Besar). Prostat terdiri dari 20% cairan
yang semen.

6
Kanker prostat diklasifikasikan sebagai adenokarsinom prostat.
Adenokarsinoma Prostat terjadi bilamana sel-sel pada kelenjar prostat
bermutasi menjadi sel kanker. Regio dari kelenjar prostat yang menjadi tempat
paling sering berkembang menjadi Adenokarsinoma adalah zona perifer.
Kanker ini dimulai ketika sel-sel kelenjar prostat mengalami mutasi menjadi
sel kanker. Awalnya, gumpalan kecil dari sel kanker masih terbatas pada
kelenjar prostat yang normal. Kondisi ini dikenal sebagai karsinoma in situ
atau prostate intraepithelial neoplasia(PIN). Dari waktu ke waktu sel kanker
mulai bermultiplikasi dan menyebar ke sekeliling jaringan prostat (stroma)
yang membentuk tumor. Akhirnya tumor tumbuh membesar untuk menyerang
organ di dekatnya seperti vesikula seminalis atau rektum atau tumor dapat
juga mengembangkan kemampuannya untuk pindah ke aliran darah dan
sistem limfatik. Invasi ke organ-orang di luar kelenjar prostas disebut dengan
metastasis. Kanker prostat seringnya mengalami metastasi ke tulang, kelenjar
limfa , ke rektum, kandung kemih dan ureter.
Tahap awal (early stage) yang mengalami kanker prostat umumnya tidak
menunjukkan gejala klinis atau asimptomatik. Pada tahap berikutnya (locally
advanced) didapati obstruksi sebagai gejala yang paling sering ditemukan.
Biasanya ditemukan juga hematuria yakni urin yang mengandung darah,
infeksi saluran kemih, serta rasa nyeri saat berkemih. Pada tahap lanjut
(advanced) penderita yang telah mengalami metastase di tulang sering
mengeluh sakit tulang dan sangat jarang mengalami kelemahan tungkai
maupun kelumpuhan tungkai karena kompresi korda spinalis.
Proses patologis lainnya adalah penimbunan jaringan kolagen dan elastin
diantara otot polos yang berakibat melemahnya kontraksi otot. Selain tu
terdapat degenerasi sel syaraf yang mempersarafi otot polos. Hal ini
menyebabkan hipersensitivitas pasca fungsional, ketidakseimbangan
neurotransmiter, dan penurunan input sensorik, sehingga otot detrusor tidak
stabil. Karena fungsi otot vesika tidak normal, maka terjadi peningkatan
residu urin yang menyebabkan hidronefrosis dan disfungsi saluran kemih atas.

7
Agen Karsinogen
(Zat kimia, Radiasi, Virus)
b. WOC
Transformasi sel maligna

Poliferasi sel maligna

Pertumbuhan sel
Terbentuk tonjolan lobus
lateralis & medialis (papil)
Nyeri Perluasan kedaerah dalam lumen uretra
Panggul Bermetastase Kanker Prostat
Panggul uretra
ee Penyempitan Uretra
Hati

Paru-paru Perluasan ke leher Kandung kemih


kandung kemih penuh Obstruksi Uretra
Nyeri saat
berhubungan
Tekanan intra Uretra
Urin tidak dapat Aktivitas otot
Disfungsi
keluar detrusor
Seksual Hipertrofi kandung kemih

Sulit untuk berkemih Urgency Distensi kandung

Menstimulus syaraf nyeri


Ganggua Eliminasi urine
8 Nyeri Kronis
2.5.KOMPLIKASI
Jika kanker prostat tidak dikendalikan dengan baik, kondisinya bisa
bertambah parah dan mengakibatkan kondisi kesehatan berikut ini:
a. Menyebar ke organ lain: kanker prostat bisa menyebar di sepanjang
pembuluh limfatik ke kelenjar getah bening di sekitarnya, hingga
mencapai tulang atau organ jauh lainnya.
b. Rasa nyeri: jika sel-sel kanker menyerang tulang, pasien mungkin akan
mengalami rasa sakit yang teramat parah.

Pasien kanker prostat juga bisa menderita komplikasi berikut yang


diakibatkan oleh tindakan pengobatan:
a. Inkontinensia urin
Yaitu kondisi hilangnya kontrol kandung kemih. Kondisi ini umum
terjadi dan sering kali membuat pengidapnya merasa malu. Tingkat
keparahannya berkisar dari sering buang air kecil saat batuk atau bersin,
hingga keinginan untuk buang air kecil yang begitu tiba-tiba dan kuat.
b. Impotensi
Yakni ketidakmampuan ereksi dan mempertahankan ereksi untuk
melakukan hubungan seksual yang memuaskan. Kanker tersebut, tindakan
pembedahan, radioterapi atau terapi hormonal bisa menyebabkan
impotensi pada beberapa pasien
c. Perdarahan rektum atau ulkus: biasanya disebabkan oleh radioterapi.
d. Retensi kronik dapat menyebabkan refluks vesiko-ureter, hidroureter,
hidronefrosis.
e. Gagal ginjal, proses kerusakan ginjal dipercepat bila terjadi infeksi pada
waktu miksi.
f. Hernia / hemoroid, karena selalu terdapat sisa urin sehingga menyebabkan
terbentuknya batu, Hematuriaf, Sistitis dan Pielonefritis.

9
2.6.PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan diagnostik yang dilakukan pada klien kanker prostat adalah
sebagai berikut : (Joyce M. Black & Jane Hokanson Hawks, 2014).
a. Pemeriksaan laboratorium Darah lengkap
Hal ini dilakukan sebagai data dasar keadaan umum penderita . Gula
darah dimaksudkan untuk mencari kemungkinan adanya penyakit diabetes
militus yang dapat menimbulkan kelainan persarafan pada buli-buli (buli-
buli nerogen). Faal ginjal (BUN, kreatinin serum) diperiksa untuk
mengetahui kemungkinan adanya penyulit yang mengenai saluran kemih
bagian atas. Analisis urine diperiksa untuk melihat adanya sel leukosit,
bakteri, dan infeksi atau inflamasi pada saluran kemih. Pemeriksaan kultur
urine berguna dalam mencari jenis kuman yang menyebabkan infeksi dan
sekaligus menentukan sensitifitas kuman terhadap beberapa anti mikroba
yang diujikan.
b. Pemeriksaan colok dubur
Dapat memberi kesan keadaan tonus sfingter anus, mukosa rektum,
kelainan lain seperti benjolan di dalam rektum dan prostat. Dokter akan
mengenakan sarung tangan dan memasukkan jarinya ke dalam rektum
pasien untuk memeriksa pembesaran atau pengerasan yang bersifat tidak
normal. Pada perabaan melalui colok dubur harus di perhatikan
konsistensi prostat (pada pembesaran prostat jinak konsistensinya kenyal),
adakah asimetris adakah nodul pada prostat , apa batas atas dapat diraba .
Dengan colok dubur besarnya prostat dibedakan Grade 1, Perkiraan
beratnya sampai dengan 20 gram. Grade 2 , Perkiraan beratnya antara 20-
40 gram. Grade 3, Perkiraan beratnya lebih dari 40 gram.
c. Pemindaian ultrasonografi dan biopsi–probe USG berukuran kecil akan
dimasukkan ke dalam rektum untuk mengukur dan mendeteksi kelainan
pada prostat. Sampel jaringan juga bisa diperoleh melalui biopsi jarum
untuk pemeriksaan mikroskopis lebih lanjut.

10
d. Flowmetri
Flowmetri adalah alat khusus untuk mengukur pancaran urin dengan
satuan ml/detik. Penderita dengan sindroma protalisme perlu di periksa
dengan flowmetri sebelum dan sesudah terapi.
e. Radiologi
1. Foto polos abdomen, dapat dilihat adanya batu pada traktus urinarius,
pembesaran ginjal atau buli-buli, adanya batu atau kalkulosa prostat
dan kadang kadang dapat menunjukkan bayangan buli-buli yang
penuh terisi urine, yang merupakan tanda dari suatu retensi urine.
2. Ultrasonografi (USG), dapat dilakukan secara transabdominal atau
trasrektal (trasrektal ultrasonografi = TRUS) Selain untuk mengetahui
pembesaran prostat < pemeriksaan USG dapat pula menentukan
volume buli-buli, mengukur sisa urine dan keadaan patologi lain
seperti divertikel, tumor dan batu. Dengan TRUS dapat diukur besar
prostat untuk menentukan jenis terapi yang tepat. Perkiraan besar
prostat dapat pula dilakukan dengan USG suprapubik.
3. Cystoscopy (sistoskopi) pemeriksaan dengan alat yang disebut dengan
cystoscop. Pemeriksaan ini untuk memberi gambaran kemungkinan
tumor dalam kandung kemih atau sumber perdarahan dari atas bila
darah datang dari muara ureter, atau batu radiolusen didalam vesika.
Selain itu dapat juga memberi keterangan mengenai besar prostat
dengan mengukur panjang uretra pars prostatika dan melihat
penonjolan prostat kedalam uretra.
f. Kateterisasi
Mengukur “rest urine“ yaitu mengukur jumlah sisa urine setelah miksi
sepontan dengan cara kateterisasi . Sisa urine lebih dari 100 cc biasanya
dianggap sebagai batas indikasi untuk melakukan intervensi pada kanker
prostat.

11
g. CT Scan
Scan diperiksa jika dicurigai adanya metastasis pada limfonudi (N),
yaitu pada pasien yang menunjukan skor Gleason tinggi (>3) atau kadar
PSA tinggi.

Setelah diagnosis kanker prostat terkonfirmasi, tes tambahan berikut ini


mungkin diperlukan pada beberapa diri pasien:
a. Sinar X dan/atau pemindaian tulang
b. Pemindaian tomografi komputer (CT) di panggul atau pemindaian citra
resonansi magnetik (MRI)
c. Sinar X dada
2.7.PROGNOSIS
Kanker prostat merupakan penyakit yang berkembang dengan lambat,
yang bisa berdiam di dalam tubuh pasien selama bertahun-tahun tanpa
terdeteksi. Seringkali, tidak ada gejala yang jelas terlihat pada stadium awal.
Gejala kanker prostat yang paling umum memiliki karakteristik yang sama
dengan pembesaran prostat non-kanker.
2.8. PENATALAKSANAAN
Hanya dengan dilakukan prostatektomi yang merupakan reseksi bedah
bagian prostat yang memotong uretra untuk memperbaiki aliran urin dan
menghilangkan retensi urinaria akut, ada beberapa alternatif pembedahan
meliputi : (Joyce M. Black & Jane Hokanson Hawks, 2014).
a. Transsurethral resection of prostate (TURP)
Dimana jaringan prostat obstruksi dari lobus medial sekitar uretra
diangkat dengana sistoskop/resektoskop dimasukkan melalui uretra.
b. Suprapubic /open prostatektomi
Dengan diindikasikan untuk massa lebih dari 60 g/60 cc. penghambat
jaringan prostat diangkat melalui insisi garis tengah bawah dibuat melalui
kandung kemih, pendekatan ini lebih ditujukan bila ada batu kandung kemih.
Pedekatan ini lebih ditujukan bila ada batu kandung kemih.
c. Retropubic prostatektomi

12
Massa jaringan prostat hipertropi (lokasi tinggi dibagian pelvis) diangkat
melalui insisi abdomen bawah tanpa pembukaan kandung kemih.
d. Perineal prosteatektomi
Massa prostat besar dibawah area pelvis diangkat melalui insisi diantara
skrotum dan rektum, prosedur radikal ini dilakukan untuk kanker dan dapat
mengakibatkan impotensi.
e. Terapi hormonal
Tumor stadium D diterapi dengan pemberian hormone untuk
memperlambat penyebaran penyakit dan tindakan-tindakan paliatif untuk
mengurangi nyeri. Terapi hormone antara lain adalah obat-obat anti androgen,
terapi estrogen dan obat-obat ayng menghambat pelepasaan Gonadotropin-
releasing hormone hipotalamus (leuprolide) dapat dilakukan orkitektomi
(pengangkatan testis) bersamaan dengan terapi hormon.

2.9.KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


a. Pengkajian
Pengkajian pada klien dengan kanker prostat dibagi menjadi 2 tahap, yaitu
pengkajian pre operasi prostektomi dan pengkajian post operasi prostektomi.
1. Pengkajian pre operasi prostatektomi
a) Identitas Klien
Meliputi nama, , umur, suku/bangsa, jenis kelamin, status perkawinan,
agama, pendidikan, alamat, pekerjaan, nomor register.
b) Riwayat Kesehatan
1) Keluhan Utama
Pada keluhan utama ini yang ditanyakan adalah keluhan atau
gejala apa yang menyebabkan klien berobat atau keluhan saat awal
dilakukan pengkajian pertama kali. Klien dengan kanker prostat
biasanya bervariasi seperti keluhan BAK tidak lancar dan terasa
nyeri, disertai darah merah sejak 1 minggu.
2) Riwayat Penyakit saat Ini

13
Pada klien kanker prostat keluhan keluhan yang ada adalah
frekuensi , nokturia, urgensi, disuria, pancaran melemah, rasa tidak
lampias/ puas sehabis miksi, hesistensi, intermitency, dan waktu
miksi memenjang dan akirnya menjadi retensio urine.
3) Riwayat penyakit sebelumnya
Adanya penyakit yang berhubungan dengan saluran perkemihan,
misalnya ISK (Infeksi Saluran Kencing ) yang berulang. Penyakit
kronis yang pernah di derita. Operasi yang pernah di jalani
kecelakaan yang pernah dialami adanya riwayat penyakit DM dan
hipertensi .
4) Riwayat penyakit keluarga
Adanya riwayat keturunan dari salah satu anggota keluarga yang
menderita penyakit kanker prostat. Anggota keluarga yang menderita
DM, asma, atau hipertensi.
5) Riwayat kesehatan lingkungan
Meliputi keadaan lingkungan yang saat ini klien tempati .
6) Genogram
Pada genogram keluarga meliputi tiga generasi, yaitu : kakek,
orang tua, anak, saudara, tante, paman, sepupu yang pertama.
c) Pemeriksaan fisik
1) Keadaan Umum, keadaan umum yang dialami klien biasanya terlihat
lemah.
2) Kesadaran, biasanya ada yang compesmentis, apatis dan somnolen.
3) Tanda tanda vital, meliputi Suhu dalam batas normal (37ºC), Nadi
meningkat atau menurun (N: 70-82 x/menit), Tekanan darah
meningkat atau menurun, Pernafasaan biasanya mengalami
peningkatan.
d) Pemeriksaan B1-B6
1) Breating ( Pernapasan )

14
Bagaimana pernapasan klien, apa ada sumbatan jalan nafas atau
tidak. Apakah perlu dipasang O2, frekuensi nafas, irama nafas, suara
nafas. Ada wheezing dan ronchi atau tidak. Gerakan otot bantu nafas
seperti gerakan cuping hidung, gerakan dada dan perut. Tanda-tanda
cyanosis ada atau tidak.
2) Blood ( Sirkulasi )
Kaji adanya penyakit jantung, frekuensi nadi apical, sirkulasi perifer,
warna, kehangatan, periksa adanya distensi vena jugularis. Yang dikaji:
nadi ( irama, takikardi/bradikardi), tekanan darah, suhu tubuh, monitor
jantung (EKG).
3) Brain ( Persyarafan )
Kaji adayanya hilang gerakan sensasi, spasme otot, terlihat
kelemahan hilang fungsi, pergerakan mata, kejelasan melihat, dilastasi
pupil. Pada konjungtiva terdapat atau tidak hiperemi dan perdarahan.
Slera tampak ikterus atau tidak.
4) Bladder ( Perkemihan )
Pada klien biasanya terdapat hernia. Pembesaran prostat dapat teraba
pada saat rectal touché. Pada klien yang terjadi retensi urine, apakah
trpasang kateter, Bagaimana bentuk scrotum dan testisnya. Pada anus
biasanya ada haemorhoid.
5) Bowel ( Pencernaan )
Bagaimana bentuk abdomen. Pada klien dengan keluhan retensi
umumnya ada penonjolan kandung kemih pada supra pubik. Apakah ada
nyeri tekan, turgornya bagaimana. Pada klien biasanya terdapat hernia
atau hemoroid. Hepar, lien, ginjal teraba atau tidak. Peristaklit usus
menurun atau meningkat.

6) Bone ( Muskuloskeletal )

15
Apakah ada pembengkakan pada sendi. Jari – jari tremor apa tidak.
Apakah ada infus pada tangan. Pada sekitar pemasangan infus ada tanda
– tanda infeksi seperti merah atau bengkak atau nyeri tekan. Bentuk
tulang belakang bagaimana.
2. Pengkajian post operasi
a) Identitas Klien
Meliputi nama, , umur, suku/bangsa, jenis kelamin, status perkawinan,
agama, pendidikan, alamat, pekerjaan, nomor register.
b) Riwayat Kesehatan
1) Keluhan utama
Keluhan pada klien berbeda – beda antara klien yang satu dengan
yang lain. Kemungkinan keluhan yang bisa timbul pada klien post
operasi prostektomi adalah keluhan rasa tidak nyaman, nyeri karena
spasme kandung kemih atau karena adanya bekas insisi pada waktu
pembedahan. Hal ini ditunjukkan dari ekspresi klien dan ungkapan dari
klien sendiri.
c) Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan Umum, keadaan umum yang dialami klien biasanya terlihat
lemah.
2) Kesadaran, biasanya ada yang compesmentis, apatis dan somnolen.
3) Tanda tanda vital, meliputi Suhu dalam batas normal (37ºC), Nadi
meningkat atau menurun (N: 70-82 x/menit), Tekanan darah
meningkat atau menurun, Pernafasaan biasanya mengalami
peningkatan
d) Pemeriksaan B1-B6
1) Breating ( Pernapasan )
Bagaimana pernapasan klien, apa ada sumbatan jalan nafas atau
tidak. Apakah perlu dipasang O2, frekuensi nafas, irama nafas, suara
nafas. Ada wheezing dan ronchi atau tidak. Gerakan otot bantu nafas

16
seperti gerakan cuping hidung, gerakan dada dan perut. Tanda-tanda
cyanosis ada atau tidak.
2) Blood ( Sirkulasi )
Yang dikaji: nadi ( irama, takikardi/bradikardi), tekanan darah,
suhu tubuh, monitor jantung (EKG).
3) Brain ( Persyarafan ).
Hal yang dikaji: keadaan atau kesan umum, GCS, adanya nyeri
kepala. Kaji adayanya hilang gerakan sensasi, spasme otot, terlihat
kelemahan hilang fungsi, pergerakan mata, kejelasan melihat,
dilastasi pupil. Pada konjungtiva terdapat atau tidak hiperemi dan
perdarahan. Slera tampak ikterus atau tidak.
4) Bladder ( Perkemihan )
Apakah ada ketidaknyamanan pada supra pubik, kandung kemih
penuh. Masih ada gangguan miksi seperti retensi. Kaji apakah ada
tanda-tanda perdarahan, infeksi. Memakai kateter jenis apa. Irigasi
kandung kemih. Warna urine dan jumlah produksi urine setiap hari.
Bagaimana keadaan sekitar daerah pemasangan kateter.
5) Bowel ( Pencernaan )
Yang dikaji: frekuensi defekasi, inkontinensia alvi,
konstipasi/obstipasi, bagaimana dengan bising usus, sudah flatus apa
belum, apakah ada mual dan muntah.
6) Bone ( Muskuloskeletal)
Bagaimana aktifitas sehari-hari setelah operasi. Bagaimana
memenuhi kebutuhannya. Apakah apakah terpasang infus dan bagian
mana dipasang serta keadaan disekitar daerah yang terpasang infus.
Keadaan ekstremitas.
e) Terapi yang diberikan setelah operasi Infus yang terpasang, obat-obatan
seperti antibiotika, analgetik, cairan irigasi kandung kemih.

17
b. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan merupakan suatu penilaian klinis mengenai
respons klien terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang
dialaminya baik yang berlangsung aktual maupun potensial (Tim Pokja SDKI
DPP PPNI, 2016).
1) Diagnose sebelum operasi
1. Gangguan eliminasi urin berhubungan dengan outlet kandung kemih
tidak lengkap ( pembesaran prostat ) dibuktikan dengan frekuensi,
urgensi, hesistancy, dribbling, nocturia atau perasaan tidak puas
setelah miksi.
2. Nyeri kronis berhubungan dengan infiltrasi tumor ditandai dengan
mengeluh nyeri, tampak meringis dan gelisah.
3. Disfungsi seksual berhubungan dengan perubahan fungsi tubuh
ditandai dengan mengeluhkan hasrat seksual menurun dan nyeri saat
berhubungan seksual (dyspareunia).
2) Diagnose setelah operasi
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik (prosedur
operasi) pada prostatektomi dibuktikan dengan sulit tidur, mengeluh
nyeri dan gelisah.
2. Gangguan eliminasi urine berhubungan dengan efek tindakan medis
dari prostatektomi bekuan darah odema dibuktikan dengan distensi
kandung kemih.
3. Risiko Infeksi dibuktikan dengan efek prosedur invasive: alat selama
pembedahan, kateter, irigasi kandung kemih sering.
4. Gangguan pola tidur berhubungan dengan hambatan lingkungan
tidak nyaman karena nyeri sehabis operasi dibuktikan dengan
mengeluh sulit tidur .

18
c. Intervensi Keperawatan
No SDKI SLKI SIKI
Gangguan Eliminasi Urin, Eliminasi urin Manajemen Eliminasi Urin ,
Kategori, fisiologis, sub kode (I.04152).
kode L.04034,
kategori eliminasi. Definisi: intervensi yang
D.0149, Definisi: Disfungsi Setelah dilakukan dilakukan oleh perawat untuk
eliminasi urin. Penyebab : mengidentifikasi dan
asuhan keperawatan
1. Penurunan kapasitas mengelola gangguan pola
kandung kemih 3x24 jam diharapkan eliminasi urin.
2. Iritasi kandung kemih Observasi
Eliminasi urine
3. Penurunan kemampuan 1. Identifikasi tanda dan gejala
menyadari tanda-tanda membaik dengan retensi atau inkontinensia
gangguan kandung kemih urin
Kriteria hasil :
4. Efek tindakan medis dan 2. Identifikasi faktor yang
diagnostik 1. Sensasi berkemih menyebabkan retensi atau
5. Kelemahan otot pelvis meningkat inkontinensia urin
6. Ketidakmampuan 2. Desakan 3. Monitor eliminasi urin
mengakses toilet berkemih (mis.frekuensi,konsistensi)
7. Hambatan lingkungan (urgensi) Terapeutik
8. Ketidakmampuan menurun 1. Catat waktu-waktu dan
mengkomunikasikan 3. Distensi kandung haluaran berkemih
kebutuhan eliminasi kemih menurun 2. Batasi asupan cairan, jika
1. Outlet kandung kemih 4. Berkemih tidak perlu
tidak lengkap. tuntas 3. Ambil sampel urin tengah
Tanda gejala: (hesistancy) (midstream) atau kultur
DS: menurun Edukasi
1. Desakan berkemih 5. Volume residu 1. Ajarkan tanda dan gejala
(urgensi) urin menurun infeksi saluran berkemih
2. Urin menetes (dribbling) 6. Urin menetes 2. Ajarkan mengukur asupan
3. Sering buang air kecil (dribbling) cairan dan haluaran urin
4. Nocturia (buang air kecil menurun 3. Ajarkan mengambil
pada malam hari) 7. Nokturia spesimen urin midstream
5. Mengompol menurun 4. Ajarkan mengenali tanda
6. Enuresis (tidak dapat 8. Mengompol berkemih dan waktu yang
menahan kencing) menurun tepat untuk berkemih
9. Enuresis 5. Ajarkan terapi modalitas
DO: menurun penguatan otot-otot
1. Distensi kandung kemih 10. Dysuria menurun panggul/berkemihan
2. Berkemih tidak tuntas 11. Anuria menurun 6. Anjurkan minum yang
(hesistancy) 12. Frekuensi BAK cukup, jika tidak ada
3. Volume residu urin membaik kontraindikasi
meningkat 13. Karakteristik 7. Anjurkan mengurangi
urin membaik. minum menjelang tidur

19
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian obat
supositoria uretra, jika perlu.
2. Nyeri kronis, kategori Tingkat Nyeri, Manajemen Nyeri, I.08238
psikologis, sub kategori nyeri kode L.08066,
Definisi , mengidentifikasi
dan kenyamanan, D.0078. Setelah dilakukan
dan mengelola pengalaman
Definisi : Pengalaman asuhan keperawatan
sensorik atau emosional yang
sensorik atau emosional yang 3x24 jam diharapkan
berkaitan dengan kerusakan
berkaitan dengan kerusakan tingkat nyeri
jaringan atau fungsional
jaringan aktual atau menurun dengan
dengan onset mendadak atau
fungsional, dengan onset Kriteria hasil :
lambat dan berintensitas
mendadak atau lambat dan 1. Kemampuan
ringan hingga berat dan
berintensitas ringan hingga menuntaskan
konstan.
berat dan konstan, yang aktivitas
Observasi
berlangsung lebih dari 3 meningkat
1. Identifikasi lokasi,
bulan. 2. Keluhan nyeri
karakteristik, durasi,
Penyebab : menurun
frekuensi, kualitas,
1. Kondisi muskuloskeletal 3. Perasaan depresi
intensitas nyeri
kronis menurun
2. Identifikasi skala nyeri
2. Kerusakan sistem saraf 4. Meringis menurun
3. Idenfitikasi respon nyeri
3. Penekanan saraf 5. Gelisah menurun
non verbal
4. Infiltrasi tumor 6. Kesulitan Tidur
4. Identifikasi faktor yang
5. Ketidakseimbangan menurun
memperberat dan
neurotransmiter, 7. Menarik diri
memperingan nyeri
neuromodulator, dan menurun
5. Identifikasi pengetahuan
reseptor 8. Berfokus pada
dan keyakinan tentang
6. Gangguan imunitas (mis: diri sendiri
nyeri
neuropati terkait HIV, menurun
6. Identifikasi pengaruh
virus varicella-zoster) 9. Diaforesis
budaya terhadap respon
7. Gangguan fungsi menurun
nyeri
metabolik 10. Perasaan depresi
7. Identifikasi pengaruh nyeri
8. Riwayat posisi kerja (tertekan)
pada kualitas hidup
statis menurun
8. Monitor keberhasilan terapi
9. Peningkatan indeks 11. Perasaan takut
komplementer yang sudah
massa tubuh mengalami cedera
diberikan
10. Kondisi pasca trauma berulang
9. Monitor efek samping
11. Tekanan emosional menurun.
penggunaan analgetik
12. Riwayat 12. Anoreksia
Terapeutik
penganiayaan (mis: fisik, menurun
1. Berikan Teknik
psikologis, seksual) 13. Perineum terasa
nonfarmakologis untuk
13. Riwayat tertekan menurun
mengurangi nyeri (mis:
penyalahgunaan obat/zat. 14. Uterus terasa
TENS, hypnosis,
membulat
akupresur, terapi music,
menurun
biofeedback, terapi pijat,

20
15. Ketegangan otot aromaterapi, Teknik
DS: menurun imajinasi terbimbing,
1. Mengeluh nyeri
16. Pupil dilatasi kompres hangat/dingin,
2. Merasa depresi (tertekan)
menurun terapi bermain)
DO: 17. Muntah menurun 2. Kontrol lingkungan yang
1.Tampak meringis 18. Mual menurun memperberat rasa nyeri
2.Gelisah 19. Frekuensi nadi (mis: suhu ruangan,
3.Tidak mampu membaik pencahayaan, kebisingan)
menuntaskan aktivitas 20. Pola napas 3. Fasilitasi istirahat dan tidur
membaik 4. Pertimbangkan jenis dan
21. Tekanan darah sumber nyeri dalam
membaik pemilihan strategi
22. Proses berpikir meredakan nyeri
membaik Edukasi
23. Fokus membaik 1. Jelaskan penyebab,
24. Fungsi berkemih periode, dan pemicu nyeri
membaik 2. Jelaskan strategi
25. Perilaku membaik meredakan nyeri
26. Nafsu makan 3. Anjurkan memonitor nyeri
membaik secara mandiri
27. Pola tidur 4. Anjurkan menggunakan
membaik analgesik secara tepat
5. Ajarkan Teknik
farmakologis untuk
mengurangi nyeri
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu

3. Disfungsi seksual , kode Fungsi seksual , Edukasi Seksualitas,


D.0069, kategori fisiologis, kode L.07055, kode I.12447, Definisi
subkategori reproduksi dan Setelah dilakukan memberikan informasi dalam
seksualitas. asuhan keperawatan memahami dimensi fisik dan
Definisi: perubahan fungsi 3x24 jam diharapkan psikososial seksualitas.
seksual selama fase respon tingkat nyeri
seksual berupa hasrat,menurun dengan Observasi
terangsang, orgasme, dan Kriteria hasil : 1. Identifikasi kesiapan dan
relaksasi yang dirasa tidak 1. Kepuasan kemampuan menerima
memuaskan, tidak bermakna, hubungan seksual informasi
atau tidak adekuat. meningkat
2. Verbalisasi Terapeutik
Penyebab (etiologi) aktivitas seksual 1. Sediakan materi dan
1. Perubahan fungsi/struktur berubah menurun media Pendidikan
tubuh (mis: kehamilan, 3. Verbalisasi Kesehatan

21
baru melahirkan, obat- eksitasi seksual 2. Jadwalkan Pendidikan
obatan, pembedahan, berubah menurun Kesehatan sesuai
anomali, proses penyakit, 4. Verbalisasi peran kesepakatan
trauma, radiasi) seksual berubah 3. Berikan kesempatan untuk
menurun bertanya
2. Perubahan biopsikososial 5. Verbalisasi fungsi 4. Fasilitasi kesadaran
seksualitas seksual berubah keluarga terhadap anak
3. Ketiadaan model peran menurun dan remaja serta pengaruh
4. Model peran tidak dapat 6. Keluhan nyeri media
mempengaruhi saat berhubungan
5. Kurang privasi seksual Edukasi
6. Ketiadaan pasangan (dispareunia) 1. Jelaskan anatomi dan
7. Kesalahan informasi menurun fisiologi sistem reproduksi
8. Kelainan seksual (mis: 7. Keluhan laki-laki dan perempuan
hubungan penuh hubungan seksual 2. Jelaskan perkembangan
kekerasan) terbatas seksualitas sepanjang
9. Konflik nilai 8. Keluhan sulit siklus kehidupan
10. Penganiayaan fisik (mis: melakukan 3. Jelaskan perkembangan
kekerasan dalam rumah aktivitas seksual emosi masa anak dan
tangga) 9. Verbalisasi remaja
11. Kurang terpapar aktivitas seksual 4. Jelaskan pengaruh tekanan
informasi berubah kelompok dan sosial
DS: 10. Verbalisasi terhadap aktivitas seksual
1. Mengungkapkan aktivitas perilaku seksual 5. Jelaskan konsekuensi
seksual berubah berubah negatif mengasuh anak
2. Mengungkapkan eksitasi 11. Konflik nilai pada usia dini (mis:
seksual berubah 12. Hasrat seksual kemiskinan, kehilangan
3. Merasa hubungan seksual membaik karir dan Pendidikan)
tidak memuaskan 13. Orientasi seksual 6. Jelaskan risiko tertular
4. Mengungkapkan peran membaik penyakit menular seksual
seksual berubah 14. Ketertarikan pada dan AIDS akibat seks
5. Mengeluhkan hasrat pasangan bebas
seksual menurun membaik 7. Anjurkan orang tua
6. Mengungkapkan fungsi menjadi educator
seksual berubah seksualitas bagi anak-
7. Mengeluh nyeri saat anaknya
berhubungan seksual 8. Anjurkan anak/remaja
(dyspareunia) tidak melakukan aktivitas
seksual di luar nikah
DO: 9. Ajarkan keterampilan
1. Tidak tersedia komunikasi asertif untuk
menolak tekanan teman
sebaya dan sosial dalam
aktivitas seksual.

22
d. Implementasi Keperawatan
Tahap implementasi dimulai setelah rencana tindakan disusun dan
ditujukan pada nursing order untuk membantu pasien mencapai tujuan
yang diharapkan. Oleh karena itu rencana tindakan yang spesifik
dilaksanakan untuk memodifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi
masalah kesehatan Pasien.
e. Evaluasi
Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses
keperawatan yang menandakan seberapa jauh diagnosa keperawatan
rencana tindakan dan pelaksanaannya sudah berhasil dicapai kemungkinan
terjadi pada tahap evaluasi adalah masalah dapat diatasi, masalah teratasi
sebagian, masalah belum teratasi atau timbul masalah yang baru. Evaluasi
dilakukan yaitu evaluasi proses dan evaluasi hasil. Evaluasi proses adalah
yang dilaksanakan untuk membantu keefektifan terhadap tindakan.
Sedangkan evaluasi hasil adalah evaluasi yang dilakukan pada akhir
tindakan keperawatan secara keseluruhan sesuai dengan waktu yang ada
pada tujuan.
Tujuan dari evaluasi adalah untuk melihat kemampuan pasien dalam
mencapai tujuan. Hal ini biasa dilaksanakan dengan menggandakan
hubungan dengan pasien berdasarkan respon pasien terhadap tindakan
keperawatan yang diberikan.
2.10. EBN
No Artikel Metodologi Hasil penelitian
1. Efektifitas Latihan 1. Jenis penelitian yang Berdasarkan temuan dari 6
Pelvic Floor Muscle dilakukan yaitu artikel yang dianalisis, diperoleh
Trainin (PFMT) menggunakan karakteristik intervensi dengan
Terhadap Inkontinensia Rangkuman lama terapi 3 minggu sampai 6
Urin Pada Pasien menyeluruh dalam bulan. Intervensi diberikan baik
Prostatectomy bentuk systematic sebelum prosedur operasi

23
review yaitu maupun setelah operasi
Ahmad Mufid Sultoni, secondary data yang prostatectomy mulai hari ke-3
Ninuk Dian Kurniawati berkaitan dengan pelepasan kateter atau setelah 3
Retno Indarwati, Amin efektivitas pelvic floor minggu fase penyembuhan.
Rahmawati muscle training pada Prosedur yang diberikan diawali
Purwaningrum, pasien prostatectomy dengan bimbingan terapis dan
Herminia Maria yang mengalami dilanjutkan secara mandiri yang
Ximenes inkontinensia urin. dievaluasi dari 0-6 bulan baik
Journal of Telenursing 2. Data yang digunakan secara langsung maupun via
(JOTING) Volume 4, dalam penelitian ini telpon. Terapi PFMT rata-rata
Nomor 2, Desember adalah data sekunder dilakukan 3 set selama sehari
2022 yang diperoleh bukan dengan durasi ±30 menit, dan
e-ISSN : 2684-8988 dari pengalaman dilakukan dengan beberapa
p-ISSN : 2684-8996 langsung, akan tetapi gerakan dengan posisi duduk,
DOI: diperoleh dari hasil berdiri, fleksi maupun pronasi.
https://doi.org/10.31539/ penelitian yang Kesimpulan dari penelitian
joting.v4i2.4171 dilakukan peneliti- terkait diperoleh bahwa Latihan
peneliti terdahulu. PFMT terbukti dapat
3. Variable penelitian menurunkan frekuensi atau
adalah pemanfaatan intensitas inkontinensia urin
pelvic floor muscle pada pasien dengan
training, sedangkan prostatectomy. Selain itu
variable terkait yaitu pemberian PFMT juga terbukti
pada pasien dapat meningkatkan kualitas
prostatectomy. hidup, menurunkan tingkat
4. Pencarian literatur depresi dan menurunkan tingkat
dalam systematic kecemasan pada pasien post-
review ini operasi prostatectomy.
menggunakan 5
database kriteria

24
kualitas tinggi dan
sedang mulai dari
Science Direct,
Scopus, Pubmed,
Proquest, & SAGE.
Setelah dilakukan
penyaringan pada
semua basis data yang
dicari untuk menilai
kelayakan dan
relevansi berdasarkan
judul, abstrak dan
kriteria inklusi
5. Hasil pencarian artikel
terkait topik yang
telah ditetapkan pada
artikel ini dilakukan
dengan menggunakan
kata kunci yang telah
ditentukan dan
didapatkan 6 artikel
yang ditelaah.

25
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 KASUS SEMU
Tn. S usia 59 tahun diruang Azzahra RSI Ahmad yani dengan masalah Pre
Operasi Ca Prostat. Pasien mengeluh nyeri saat berkemih dan buang air besar
sejak 1 tahun yang lalu, pasien mengatakan timbulnya keluhan secara bertahap ,
sering buang air, merasa ingin berkemih dimalam hari, berkemih tidak tuntas dan
nyeri saat berhubungan seksual. Kesadaran pasien composmentis, penampilannya
lemah , pucat, kekuatan oto sedikit melemah, dan terpasang infus dilengan bagian
kiri. TTV yang didapat TD 90/60 mmHg, Suhu 36 C, RR 20x/menit, Nadi
112x/menit.
3.2 PENGKAJIAN
a. Identitas Klien
Identitas pasien Pasien 1
Nama Tn. S
Umur 59 tahun
Jenis Kelamin Laki Laki
Suku/Bangsa Indonesia
Agama Islam
Pekerjaan Wiraswasta
Pendidikan SD
Status Pernikahan Menikah
Alamat Bratang gede, Surabaya
No Register 0035x
Tanggal MRS 27 januari 2023
Tanggal Pengkajian 27 januari 2023
Diagnosa Medis Kanker Prostat

b. Riwayat penyakit Sekarang


Riwayat
Penyakit Pasien
Sekarang
Pasien mengatakan sering terbangun dimalam
hari karena merasaingin BAK(Nokturia),
Keluhan Utama
keluhan timbul bertahap, kandung kemih telihat
penuh dan berkemih tidak tuntas.

26
Pasien mengatakan sulit BAB/K sejak 1 tahun
yang lalu, lalu periksa kerumah sakit didiagnosa
Kanker Prostat. Pasien tampak semakin lemas
dan nyeri yang dirasakan bertambah, karena
Riwayat
takut kankernya semakin parah, pasien datang
Keluhan Utama
menjalani rawat inap di Ruang Azzahra RSI
Ahmad Yani tgl 27 januari 2023, dan
dijadwalkan akan menjalani operasi (pre
Operasi) pengangkatan kanker prostat.
Upaya yang Pasien di bawa ke RSI untu dijadwalkan
telah dilakukan operasi.
Operasi yang Pasien mengatakan tidak pernah melakukan
pernah operasi
dilakukan

c. Riwayat penyakit terdahulu


Riwayat penyakit Pasien
dahulu

Penyakit yang Kanker Prostat


pernah diderita
Pasien mengatakan
Obat-obatan yang
Mengkonsumsi obat doxazosin 5 mg
biasa dikonsumsi
Pasien mengatakan biasanya berobat di RSI
Kebiasaan berobat Ahmad Yani
Pasien mengatakan tidak punya riwayat
Alergi alergi obat-obatan dan makanan.
Pasien mengatakan tidak pernah merokok
Kebiasaan
dan mengkonsumsi alkohol
Merokok/Alkohol

d. Table riwayat Kesehatan Keluarga


Riwayat Kesehatan Keluarga
Pasien Pasien mengatakan tidak ada riwayat penyakit
keluarga, dan tidak pernah ada yang menderita
penyakit melular.

27
e. Genogram

Keterangan :
: Laki-laki meninggal dunia
: Laki-laki
: Perempuan
: Penghubung/Hubungan
: Pasien Laki Laki

f. Riwayat kesehatan lingkungan


Riwayat Kesehtan Lingkungan
Pasien Pasien mengatakan rumah dan lingkungannya
bersih dann aman, tidak ada kemungkinan terjadi
bahaya berada diperkampungan.

g. Riwayat kesehatan lainnya


Riwayat Kesehatan Pasien
lainnya
Riwayat kesehatan Tidak ada riwayat penyakit.
Alat bantu yang di
pakai :
1. Kacamata Pasien mengatakan tidak memakai alat
bantu apapun
2. Gigi palsu
3. Pendengaran

h. Perubahan Pola kesehatan


Pola Kesehatan Pasien
Pasien mengatakan belum mengetahui penyakit
Manajemen sebelumnya, namun setelah dilkukan perawatan pasien
Kesehatan mengetahui penyakitnya

28
Sebelum sakit :
Pola Nutrisi Pasien mengatakan makan secara rutin 3x sehari dengan
prosi 1 piring nasi, gorengan, sayuran tidak pernah
melakukan diet .
Saat sakit :
Pasien mengatakan makan 3x sehari, porsi sedikit, 8 gelas
air putih sehari, makan berupa bubur halus. Penurunan
berat badan dari 55 kg menjadi 51 kg.
BAK :
Pola Eliminasi Pasien mengatakan BAK sebelum sakit 4-6 kali sehari
warna kuning jernih. Setelah sakit sering merasa BAK
warna kuning, jumlah 3 cc, dan pasien merasa tidak tuntas.

BAB :
Pasien mengatakan sebelum sakit BAB 1-2x/hari dengan
konsistensi lembek, warna cokelat. Setelah sakit sulit BAB
dan ada rasa nyeri.
Sebelum sakit :
Pola Personal Pasien mengatakan mandi 3x/hari dengan menggunakan
Hygiene sabun mandi, siat gigi 2x/hari , mencuci rambut 1-2x/hari.

Saat sakit :
Pasien mengatkan setelah masuk puskesmas mandi dengan
di seka.
Sebelum sakit :
Pola Istirahat Pasien mengatakan tidur 7 jam sehari jam 22.00-05.00.
dan Tidur pasien jarang tidur siang.

Saat sakit :
Pasien mengatakan tidak bisa tidur, sering terbangun
karena ingin BAK, tidur jam 24.00-03.00.
Sebelum sakit :
Pola Aktivitas Pasien merupakan seorang buruh pembuat batu bata,
berangkat pagi pulang sore. Sering mengangkat beban
berat, tidak pernah olahraga khusus.
Saat sakit :
Pasien mengatkan tidak beraktivitas, hanya di tempat tidur
saja, sulit BAB/K pasien merasa cepat lelah dan
menganggap karena faktor usia.

29
i. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik Pasien
Lemah dan pucat
Keadaan Umum
4,5,6
GCS
36 °C
Suhu
112 x/menit
Nadi
90/60 mmHg
Tekanan Darah
20x/menit
RR
165
TB
51
BB

j. Body System B1-B6


B1 (Breathing)
Pasien
Pernafasan
Bentuk hidung simetris, hidung tampak bersih, tidak
Hidung
ada cuping hidung..
Normal , tidak ada benjolan ataupun kelenjer tiroid.
Trakea
Tidak ada suara nafas tambahan seperti wheezing,
Suara Tambahan
ronchi, rales, crackles.
Dada bersih tidak ada lesi, simetris, bunyi takikardia
Bentuk dada
B2 (Bleeding)

Kardovaskuler Pasien
Tidak ada nyeri dada,
Nyeri dada
S1 S2 Tunggal
Suara jantung
Tidak ada edema
Edema
B3 (Brain)
Pasien
Persyarafan
Compos mentis
Tingkat Kesadaran
GCS E: 4, V: 5, M : 6

Kepala dan Wajah


1. Rambut beruban sebagian, kulit kepala tidak ada
1. Rambut

30
luka
2. Mata 2. Kedua bola mata simetris, pupil isokor, pergerakan
3. Leher normal, reflek pupil mengikuti cahaya. Konjungtiva
tidak anemis, sklera tidak ikretik.
3. Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid.

Persepsi Sensori 1. Pendengaran kanan dan kiri normal, tidak memakai


1. Pendengaran alat bantu pendengaran.
2. Penciuman 2. Pasien mampu membedakan bau antara makan
3. Pengecapan dengan yang lainnya
4. Penglihatan 3. Pasien mampu membedakan rasa manis, asam, pahit,
5. Perabaan asin
4. Penglihatan kanan dan kiri normal, tidak memakai
alat bantu pendengaran.
5. Pasien mampu merasakan panas dan dingin
B4 (Blader)
Pasien
Eliminasi urine
1500cc
Produksi urine
kuning
Warna
sering
Frekuensi
Amoniak
Bau
Memakai alat bantu (kateter)
Alat bantu
B5 (Bowel)
Pasien
Eliminasi
Mukosa bibir lembab
Mulut
I : Simetris
Abdomen
P : Tidak adanyeri teakan
P : Timpani (-)
A : Bising usus 12x/menit
Pasien mengatakan BAB 1-2x/ hari
BAB
Tidak memakai alat bantu apapun
Alat bantu
B6 (Bone)
Pasien
Tulang-Otot-
Integumen
Kemampuan Tidak ada keterbatasan fisik

31
pergerakan sendi
Normal, kemampuan gerak sendi bebas
Ekstermitas atas
Tidak ada luka
Ekstermitas bawah
Teraba lemah
Palpasi nadi kaki
Tidak ada kelainan
Tulang belakang
Tugor kulit baik, akral hangat, CRT < 2 detik
Kulit
Tidak ada
Design

k. Pemeriksaan Psikososial dan spiritual


Data Psikososial Pasien 1

Hubungan dengan Pasien terlihat mampu berinteraksi dengan pasien dan


orang lain
klien lain
Pasien terlihat selalu ditemani istri terkadang keluarga
Dukungan
pasien dan anak anaknya
Keluaraga
Reaksi saat Kooperatif
interaksi
Pasien percaya bahwa penyakit ini adalah sebuah
Kepercayaan
teguran untuk kita selalu dekat dengan Allah SWT dan
pasien siap menghadapinya serta percaya akan segera
sembuh.
l. Pemeriksaan Diagnostic
Laboratorium Pasien
Hasil Satuan Nilai normal
Pemeriksaan
Darah Lengkap :
Hb 10,5 g/dL 13,2-17,3 g/dL
Ht 32,3 % 33,0-45,0%
WBC 11,42 ribu/uL 3,80-10,60 ribu/uL
Trombosit 752 ribu/uL 150-440 ribu/uL
Gol darah A+
PPT 10,3 detik 11,6 detik
aPPT 28,4 detik 26,8 detik
Kimia Klinis:
GDS 134 mg/dL 75-110mg/dL
Ureum 27 mg/dl 10-50 mg/dL
Creatinin 1.04 mg/dL 1,04 mg/dL

32
Elektrolit :
Natrium 130,0 mmol/L 135-147 mmol/L
Kalium 4,50 mmol/L 3,7-5,2 mmol/L
Klorida 104,0 mmol/L 98-108 mmol/L
Imunologi :
HbsAg Non reaktif
PSA 0,16 ng/mL <3,0 ng/mL
Radiologi : Dilatasi Vesika Urinaria dengan curiga massa diisi
X-Ray dan USG vesila dan BPH dbuktikan dengan tumor ganas prostat (
kanker prostat).
m. Terapi
Terapi
Infus Nacl 20 tpm
Sharox 500 mg
Ceftriaxone 2000 mg/12 jam
Pasien Asam Tranexamat 3x500 mg
Reintos 2x400 mg
RL 2000 mL
Morfin 60mg /8 jam

n. Analisa Data
No Analisa data Etiologi Masalah
DS :
Pasien mengatakan sering Adonekarsinoma Prostat
buang air kecil, sering
terbangun malam hari karena ketidakseimbangan
merasakan ingin BAK neurotransmiter
(nokturia),berkemih tidak
tuntas dan menetes fungsi otot vesika tidak
(dribbling). normal,
DO : Gangguan
1. Distensi kandung Eliminasi
kemih,berkemih tidak tuntas, peningkatan residu urin Urine
volume residu urine
meningkat.
TTV : disfungsi saluran kemih
TD : 90/60 mmHg atas.
Nadi : 112x/menit
BB : 51 Kg
Suhu : 36,7'C ganggaun eliminasi urine

33
DS :
Pasien mengatakan nyeri saat
berkemih, dan merasakan Gumpalan sel Kanker
tidak nyaman saat berkemih, Prostat
pasien mengatakan nyeri
sejak 1 tahun yang lalu,
gejalan timbul bertahap, Bermultiplikasi ke
sekeliling jaringan
P : saat ingin BAK dan saat prostat (stroma)
proses berkemih.
Q : nyeri tertusuk region
R : nyeri di perut bawah Infiltrasi tumor
S : skala nyeri 5 Nyeri Kronis
2.
T : nyeri saat ingin BAK dan
proses berkemih. membesar untuk
DO : menyerang kandung
1. Tampak meringis kemih
2. Gelisah
3. Tidak puas selesai BAK Penekanan uretra
4. Pola tidur berubah
5. TD : 90/60 mmH
Nadi : 112x/menit Nyeri kronis
S : 36,7°C
BB : 51 Kg
Kelenjar prostat
mengalami keradangan

DS :
Pasien mengatakan keinginan Nyeri saat berhubungan
berhubungan seksual turun, Disfungsi
3. mengeluh nyeri saat seksual
berhubungan seksual. Keinginan melakukan
DO : hubungan menurun
-

Disfungsi Seksual

34
3.3 DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa Keperawatan

Gangguan eliminasi urin berhubungan dengan outlet kandung kemih tidak


lengkap ( pembesaran prostat ) dibuktikan dengan Pasien mengatakan

1. sering buang air kecil, sering terbangun malam hari karena merasakan ingin
BAK (nokturia),berkemih tidak tuntas dan menetes (dribbling). Distensi
kandung kemih, dan volume residu urine meningkat.
Nyeri kronis berhubungan dengan infiltrasi tumor ditandai dengan Pasien
mengatakan nyeri saat berkemih, dan merasakan tidak nyaman saat
2.
berkemih, pasien mengatakan nyeri sejak 1 tahun yang lalu, gejalan timbul
bertahap, tampak meringis, pola tidur berubah,
Disfungsi seksual berhubungan dengan perubahan fungsi tubuh ditandai

3. dengan mengeluhkan hasrat seksual menurun dan nyeri saat berhubungan


seksual (dyspareunia).

3.4 INTERVENSI KEPERAWATAN


No Diagnosis Luaran Intervensi
1. D.0149 L.04034, I.03110
Gangguan eliminasi Eliminasi urin Manajemen Eliminasi
urin b.d outlet Setelah dilakukan asuhan Urine
kandung kemih tidak keperawatan 3x24 jam Observasi :
lengkap (pembesaran diharapkan Eliminasi 1. Identifikasi tanda
prostat) d.d Pasien urine membaik dengan gejala retensi urine
mengatakan sering 2. Monitor eliminasi
buang air kecil, sering Kriteria hasil : urine
terbangun malam hari 1. Distensi kandung Teraupiutik
merasakan ingin BAK kemih dari skala 2 1. Catat waktu dan
(nokturia), berkemih (cukup meningkat) haluaran berkemih
tidak tuntas , Distensi menjadi skala 5 Edukasi
kandung kemih, dan (menurun). 1. Ajarkan terapi
volume residu urine 2. Berkemih tidak modalitas penguatan
meningkat. tuntas (hesistancy) otot otot panggul.
dari skala 2 (cukup 2. Ajarkan mengurangi
meningkat) menjadi minum menjelang
skala 5 (menurun). tidur.

35
3. Urin menetes
(dribbling) dari skal
2 (cukup meningkat)
menjadi skal 5
(menurun)
4. Nokturia dari skala 2
(cukup meningkat)
menjadi skala 5
(menurun).
2. D.0078 L.08066, I. 08238
Nyeri kronis b.d Tingkat Nyeri, Manajemen Nyeri
infiltrasi tumor Setelah dilakukan asuhan Observasi
(kanker prostat) d.d keperawatan 3x24 jam 1. Identifikasi
Pasien mengatakan diharapkan tingkat nyeri lokasi,
nyeri saat berkemih, menurun dengan karakteristik,kual
dan merasakan tidak Kriteria hasil : itas , intensitas
nyaman saat selesai 1. Keluhan nyeri dari nyeri.
berkemih, pasien skala 5 (meningkat) 2. Identifikasi skala
mengatakan nyeri menjadi skala 1 nyeri
sejak 1 tahun yang (menurun). Teraupiutik
lalu. 2. Meringis dari skala 5 1. Fasilitasi
(meningkat) menjadi istirahat dan
skala 1 (menurun). tidur.
3. Kesulitan tidur dari Edukasi
skala 5 (meningkat) 1. Jelaskan strategi
menjadi skala 1 meredakan nyeri
(menurun). Kolaborasi
4. Fungsi berkemih 1. Kolaborasi
dari skala 2 (cukup pemberian
memburuk) menjadi analgenik.
skala 5 (membaik).
3. D.0069 L.07055 I.08245
Disfungsi seksual b.d Fungsi seksual, Perawatan
perubahan fungsi Setelah dilakukan asuhan Kenyamanan
tubuh d.d. selalu keperawatan 2x24 jam Observasi :
mengeluhkan hasrat diharapkan tingkat nyeri 1. Identifikasi
seksual menurun dan menurun dengan gejala yang tidak
nyeri saat menyenangkan.
berhubungan seksual Kriteria hasil : Teraupiutik :
(dyspareunia). 1. Kepuasan hubungan 1. Diskusikan
seksual dari skal 3 mengenai
(sedang) menjadi pengobatan yang
skala 5 (meningkat) diberikan

36
2. Keluhan nyeri saat Edukasi :
berhubungan seksual 1. Jelaskan
(dispareunia) dari mengenai
skala 1 (meningkat) kondisi dan
menjadi skala 5 pengobatan
(menurun).

3. Hasrat seksual dari


skala 1 (memburuk)
menjadi skala 5
(membaik).

3.5 IMPLEMENTASI KEPERAWATAN


NO Hari/Tanggal Pukul Implementasi keperawatan
DX
1. Hari ke 1 08.30 1. Mengidentifikasi tanda gejala retensi
2. 27 Jan 2022 urine pada pasien
R/ pasien mengatakan bahwa ia merasa
kandung kemihnya penuh namun tidak
bisa buang air kecil.
09.00 2. Memonitoring eliminisi urine
R/pasien mengatakan sering BAK,
namun keluarnya sedikit , warna urine
kuning,
09. 15 3. Mencatat waktu waktu dan haluaran
berkemih yang biasa dialami pasien
R/pasien mengatakan waktu merasa
ingin berkemih banyak dimalam hari dan
kemihnya sedikit.
09.25 4. Mengajarkan terapi modalitas penguatan
otot otot panggul (Latihan Pelvic Floor
Muscle Tranining <PFMT>).
R/pasien kooperatif, semangat belajar
dan mengatakan sedikit enakan setelah
melakukan terapi
10.25 5. Mengajarkan pasien mengurangi minum
menjelang tidur.
R/ pasien menyetujui dan mau
mencoba untuk tidak minum menjelang
tidur.
Hari ke 2 08.00 1. Mengidentifikasi tanda gejala retensi
28 Jan 2022 urine pada pasien
R/ pasien mengatakan masih merasa

37
ingin berkemih namun tidak keluar.
08.30 2. Memonitoring eliminisi urine
R/pasien mengatakan frekuensi BAK
masih tidak sesering kemarin, namun
masih keluarnya sedikit , warna urine
kuning,
08.45 3. Mencatat waktu waktu dan haluaran
berkemih yang biasa dialami pasien
R/pasien mengatakan waktu merasa
ingin berkemih tidak malam lagi tapi
sudah menjelang subuh dan kemihnya
lebih banyak keluar walau masih merasa
belum tuntas.
09.00 4. Mengajarkan terapi modalitas penguatan
otot otot panggul (Latihan Pelvic Floor
Muscle Tranining <PFMT>).
R/pasien sudah mulai melakukan
dengan semangat tanpa bantuan namun
tetap diarahkan. Ia mengatakan terapi ini
memberikan kenyamanan.
10.25 5. Mengajarkan pasien mengurangi minum
menjelang tidur.
R/ pasien mengatakan kemarin tidak
minum malam hari dan berefek bagus
mengurangi rasa ingin berkemih dimalam
hari.
Hari ke 3 08.30 1. Mengidentifikasi tanda gejala retensi
29 Jan 2022 urine pada pasien
R/ pasien mengatakan lebih baik dari
kemarin namun masih terasa penuh
dikandung kemih
08.45 2. Memonitoring eliminisi urine
R/pasien mengatakan frekuensi BAK
tidak sesering, namun masih keluarnya
tetap sedikit , warna urine kuning,
08.55 3. Mencatat waktu waktu dan haluaran
berkemih yang biasa dialami pasien
R/pasien mengatakan waktu nya tetap
merasa ingin berkemih menjelang subuh
dan siang hari kemihnya lebih banyak
keluar walau masih merasa belum tuntas.
09.00 4. Mengajarkan terapi modalitas penguatan
otot otot panggul (Latihan Pelvic Floor
Muscle Tranining <PFMT>).

38
R/pasien dangat senang dengan terapi
ini, dan mengatakan nyaman ketika
selesai melakukan terapi.

Hari ke 1 08.00 1. Mengidentifiksi lokasi, kualitas


27 Jan 2022 karakteristik, dan , intensitas nyeri.
R/ pasien mengatakan bahwa
P : saat ingin BAK dan saat proses
berkemih.
Q : nyeri tertusuk region
R : nyeri di perut bawah
S : skala nyeri 5
T : nyeri timbul ketika ada rasa ingin
berkemih sejak 1 tahun yang lalu.
08.15 2. Mengidentifikasi skala nyeri
R/ pasien mengatakan skala nyeri saat ini
ada diskala 5.
08.30 3. Memfasilitasi pasien untuk istirahat dan
tidur.
R/ pasien mengatakan nyaman pada saat
istirahat dan tidur yang telah disediakan
walau masih ada rasa nyeri ketika ingin
berkemih.
09. 15 4. Menjelaskan strategi meredakan nyeri
2.
dengan meminum obat dan hindari
menahan berkemih.
R/ pasien menjawab akan mencoba
melakukan hal yang dianjurkan
09.30 5. Melakukan kolaborasi pemberian
analgenik berupa obat morfin 60 mg/8
jam
R/ pasien menuruti untuk pemberian obat
tersebut dan tidak ada alergi obat.
Hari ke 2 08.30 1. Mengidentifiksi lokasi, kualitas
28 Jan 2022 karakteristik, dan , intensitas nyeri.
R/ pasien mengatakan bahwa
P : Saat ingin BAK dan saat proses
berkemih.
Q : nyeri tertusuk region
R : nyeri di perut bawah
S : Skala nyeri 4
T : Nyeri timbul ketika ada rasa ingin
berkemih sejak 1 tahun yang lalu.
09.00 2. Mengidentifikasi skala nyeri

39
R/ pasien mengatakan skala nyeri saat ini
sudah berkurang ada diskala 4.
09. 30 3. Memfasilitasi pasien untuk istirahat dan
tidur.
R/ pasien mengatakan nyaman bila tidur
sebntar namun berkualitas.
4. Menjelaskan strategi meredakan nyeri
dengan meminum obat dan hindari
10. 15 menahan berkemih.
R/ pasien merasakan nyaman setelah
melakukan tindakan yang dianjurkan,
walau masih merasa selalu ingin
berkemih.
10.30 5. Melakukan kolaborasi pemberian
analgenik berupa obat morfin 60 mg/8
jam
R/ pasien mengatakan nyeri berkurang
setelah meminum obat yang diberikan.
Hari ke 3 08.50 1. Mengidentifiksi lokasi, kualitas
29 Jan 2022 karakteristik, dan , intensitas nyeri.
R/ pasien mengatakan bahwa
P : saat ingin BAK dan saat proses
berkemih.
Q : nyeri tertusuk region
R : nyeri di perut bawah
S : skala nyeri 3
T : nyeri timbul saat ingin berkemih dan
berkemih
09.00 2. Mengidentifikasi skala nyeri
R/ pasien mengatakan skala nyeri saat ini
sedikit menurun ke skala 3.
09. 10 3. Memfasilitasi pasien untuk istirahat dan
tidur.
R/ pasien mengatakan nyaman saat waktu
Istirahat dan semakin tenang karena nyeri
berkurang
4. Melakukan kolaborasi pemberian
10. 15 analgenik berupa obat morfin 60 mg/8
jam
R/ pasien kooperatif dalam
mengkonsumsi obat dan merasa dapat
istirahat sesaat setelah obat diminum.
10.30

40
Hari ke 1 11.00 1. Mengidentifikasikan gejala yang tidak
27 Jan 2023 menyenangkan terkait seksualitas pasien.
R/ pasien mengatakan nyeri saat
berhubungan seksual.
11.30 2. Mendiskusikan mengenai pengobatan
yang diberikan dan masanya untuk
berhubungan seksual
R/ pasien masih takut dan namun akan
selalu mencobanya memahami.
3. Menjelaskan mengenai kondisi dan
12.00 pengobatan yang akan dilakukan dan
penagruhnya pada seksualitas
R/ pasien sedikit ragu ketika kankernya
3.
sudah dioperasi ia tidak akan merasakan
nyeri lagi saat berhubungan.
Hari ke 2 11.00 1. Melanjutkan diskusikan mengenai
28 Jan 2023 pengobatan yang diberikan dan masanya
untuk berhubungan seksual
R/ pasien akan selalu mejelasakan pada
istrinya untuk bersabar
12.00 2. Menjelaskan mengenai kondisi dan
pengobatan yang akan dilakukan dan
penagruhnya pada seksualitas
R/ pasien yakin ketika kankernya sudah
diperasi ia tidak akan merasakan nyeri
lagi saat berhubungan.

3.6 EVALUASI KEPERAWATAN


NO
TANGGAL EVALUASI
DX
1. 27 januari S : Pasien mengatakan bahwa frekuensi berkemih sedikit dan
tidak tuntas serta sering terbangung karena merasa
2022
kandung kemih penuh.
O : Pasien tampak murung karena kurang tidur, banyaknya
urine yang dikeluarkan 30 ml. Frekuensi nadi meningkat,
TTV: TD : 90/60 , N 112x/menit, S 36,5
A : masalah belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan 1,2,3,4,5
28 Januari S : Pasien mengatakan bahwa ada sedikit perubahan, pasien
tdak merasa ingin berkemih dimalam hari, namun
2022
frekuensi urine masih tidak jauh beda.

41
O : Pasien sedikit kelihatan segar karena tidur cukup,
banyaknya urine yang dikeluarkan 50 ml. Frekuensi nadi
normal, TTV: TD : 110/60 , N 110x/menit, S : 37
A : masalah teratasi sebagian
P : Intervensi dilanjutkan 1,2,3,4,
29 januari S : Pasien mengatakan perubahannyamasih sama hanya bisa
teratasi dikeinginan berkemih malam hari berkurang,,
2023
namun rasa penuh kandung kemih hanya berkurang
sedikit
O : Pasien sedikit kelihatan lebih segar karena tidur cukup,
banyaknya urine yang dikeluarkan 60 ml. Frekuensi nadi
naik , TTV: TD : 100/60 , N 112x/menit, S : 37
A : masalah teratasi sebagian
P : Intervensi dihentikan pasien akan melakukan operasi
pengangkatan kanker prostat
2. 27 januari S : pasien mengatakan
P : Saat ingin BAK dan saat proses berkemih.
2022
Q : nyeri tertusuk region
R : nyeri di perut bawah
S : Skala nyeri 5
T : Nyeri timbul ketika ada rasa ingin berkemih sejak 1
tahun yang lalu
O : pasien tampak gelisah , dan meringis, dan masih mengeluh
nyeri. TTV : Frekuensi nadi meningkat, TTV: TD : 90/60 ,
N 112x/menit, S 36,5
A : masalah belum teratasi
P : Intervensi dilajutkan 1,2,3,45

28 januari S : pasien mengatakan


P : Saat ingin BAK dan saat proses berkemih.
2022
Q : nyeri tertusuk region
R : nyeri di perut bawah
S : Skala nyeri 4
T : Nyeri timbul ketika ada rasa ingin berkemih namun
sudah sedikit berkurang
O : pasien tampak lebih tenang, dan meringis sdikit, dan masih
mengeluh nyeri. Frekuensi nadi normal, TTV: TD : 110/60
, N 110x/menit, S : 37
A : masalah teratasi sebagian
P : Intervensi dilajutkan 1,2,3,4
29 januari S : pasien mengatakan
P : Saat proses berkemih.
2022
Q : nyeri tertusuk region
R : nyeri di perut bawah

42
S : Skala nyeri 3
T : Nyeri timbul ketika berkemih
O : pasien tampak lebih tenang, dan tidak meringis, dan masih
mengeluh nyeri. Frekuensi nadi bertambah, TTV: TD :
120/60 , N 112x/menit, S : 37
A : masalah teratasi sebagian
P : Intervensi dihentikan pasien akan melakukan operasi
kanker prostat
27 januari S : pasien mengatakan nyeri saat berhubungan seksual, minat
huungan seksual menurun.
2022
O : pasien tampak takut, TTV : Frekuensi nadi meningkat,
TTV: TD : 90/60 , N 112x/menit, S 36,5
A : masalah belum teratasi
P : intervensi dilanjutkan 1,2
3. 28 januari S : pasien sudah memahami terkait masalahnya dan akan
mencoba membiasakan diri dan mencoba meningkatkan
2022
keinginan seksualitasnya
O : pasien tampak yakin dan tenang, Frekuensi nadi normal,
TTV: TD : 110/60 , N 110x/menit, S : 37
A : masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan

43
Bab 4
PENUTUP
a. KESIMPULAN
Kanker prostat merupakan tumor ganas yang paling umum ditemukan
pada populasi pria di Amerika Serikat, dan juga merupakan kanker pembunuh
ke-5 populasi pria di Hong Kong. Jumlah pasien telah meningkat dalam
beberapa tahun terakhir, sebagian besar di antaranya merupakan pasien yang
berusia di atas 50 tahun. Tumor prostat ganas berkembang secara perlahan,
tanpa gejala klinis yang jelas pada stadium awal. Akibatnya, cukup banyak
pasien yang baru menyadari penyakit ini saat sudah mencapai stadium
menengah hingga stadium lanjut, sehingga memengaruhi hasil pengobatan
yang dilakukan.
kanker prostat merupakan subyek yang masih terus diteliti dan masih
banyak hal yang belum diketahui bila dibandingkan dengan kanker yang lain.
Terdapat beberapa faktor risiko yang berhubungan dengan karsinoma prostat
diantaranya usia, riwayat keluarga, genetik, diet, hormonal, faktor lingkungan,
dan infeksi

b. SARAN
Saya beharap makalah ini dapat memberikan cukup wawasan yang
luas untuk pembaca. Dan saya harap pengetahuan masyarakat mengenai
Kanker Prostat melalui makalah ini dapat menurunkan angka morbiditas yang
dapat mengakibatkan kanker prostat.

44
DAFTAR PUSTAKA

Amelia, D. (2021). Asuhan Keperawatan Dengan Vertigo Di Ruang Baitul Izzah 1


Rumah Sakit Islam Sultan Agung Semarang.

Daniswara, C. L. (2020). Pencitraan Kanker Prostat. Cdk-283, 47(2), 144–148.

Fay, E. K., & Graff, J. N. (2020). Immunotherapy in prostate cancer. Cancers, 12(7),
1–17. https://doi.org/10.3390/cancers12071752

Kresno, siti boedina. (2021). RISIKO DAN PENCEGAHAN KANKER. Universitas


Indonesia Publishing. https://www.google.co.id/books/edition/Risiko_dan_
Pencegahan_Kanker_Ditinjau_da/iCYgEAAAQBAJ?hl=id&gbpv=0

Ninuk Dian, K. (2022). Efektivitas Latihan Pelvic Floor Muscle Training (PFMT)
terhadap inkontensia urin pada pasien prostatectomy. Journal of Telenursing,
4(8.5.2017).https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/autism-spectrum-
disorders

Pamungkas, P. B. (2021). Hubungan Kadar Prostate Specific Antigen (Psa) Dengan


Derajat Histopatologi Kanker Prostat. Jurnal Medika Hutama, 02(04), 1122–
1126.

Puca, L., Vlachostergios, P. J., & Beltran, H. (2019). Neuroendocrine differentiation


in prostate cancer: Emerging biology, models, and therapies. Cold Spring
Harbor Perspectives in Medicine, 9(2), 1–20. https://doi.org/10.1101/
cshperspect.a030593

Sulastri. (2020). Buku Ajar Patologi Reproduksi (1st ed.). Literasi Nusantara.
https://www.google.co.id/books/edition/BUKU_AJAR_PATOLOGI_REPROD
UKSI/XTcvEAAAQBAJ?hl=id&gbpv=0

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (1st
ed.). Dewan Pengurus Pusat PPNI.

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2017). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia.

Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2017). Standar Luaran Keperawatan Indonesia.

45
46

Anda mungkin juga menyukai