Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH

OBSERVASI IVA

OLEH :

KELOMPOK IV

1. ALDFI AFIFAH NURPA (NH0222004)


2. EUNIKE (NH0222016)
3. JUMRANA (NH0222026)
4. MUTHIAH RABBANI MARUAPEY (NH0222035)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN KONVERSI SEKOLAH TINGGI

ILMU KESEHATAN NANI HASANUDDIN MAKASSAR

2022
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Tuhan Yang Maha Esa yang telah menolong penyusun dalam
menyelesaikan makalah Keperawatan Reproduksi “Observasi Iva”, tanpa
pertolongan-Nya mungkin penyusun tidak akan sanggup menyelesaikan dengan baik.
Makalah ini di susun oleh penyusun dengan berbagai rintangan. Baik itu yang datang
dari diri penyusun maupun yang datang dari luar. Namun dengan penuh kesabaran
dan kerja keras akhirnya makalah ini dapat terselesaikan.

Tak lupa juga penyusun mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
terlibat selama pengerjaan makalah ini. Selain itu, teman-teman yang telah
mendukung dan semoga dengan dukungannya dapat menambah kemampuan kami di
masa yang akan datang.

Penyusun berharap makalah ini dapat mendatangkan inspirasi bagi kami di


masa yang akan datang dan juga memberi manfaat bagi pembaca agar lebih
meningkatkan kesadaran untuk membaca.

Makassar, 12 November 2022

KELOMPOK IV

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................i
DAFTAR ISI..............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang...............................................................................................1
B. Rumusan Masalah..........................................................................................2
C. Tujuan............................................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN

A. Inspeksi Visual Asam Asetat (IVA)...............................................................4


1. Defenisi IVA............................................................................................4
2. Tujuan dan manfaat pemeriksaan IVA....................................................4
3. Keunggulan pemeriksaan IVA.................................................................4
4. Kategori pemeriksaan IVA......................................................................5
5. Jadwal Pemeriksaan IVA.........................................................................6
6. Prosedur pemeriksaan IVA......................................................................7
B. Kanker Serviks...............................................................................................8
1. Pengertian kanker serviks........................................................................8
2. Etiologi.....................................................................................................8
3. Manifestasi Klinis....................................................................................9
4. Faktor Risiko............................................................................................9
5. Patofisiologi.............................................................................................11
6. Stadium....................................................................................................12
C. Contoh Kasus Kanker Kerviks.......................................................................13
1. Pengkajian................................................................................................13
2. Pengkajian Sekunder................................................................................15
3. Hasil Laboratorium..................................................................................18
4. Pengobatan...............................................................................................19
5. Pencegahan...............................................................................................19
BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan.........................................................................................................21
B. Saran....................................................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................22

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Inspeksi Visual Asam Asetat (IVA) adalah sebuah tes visual yang dilakukan
menggunakan larutan asam cuka (asam asetat 3-5%) dan larutan iodoium lugol pada
serviks dan melihat perubahan warna putih yang terjadi setelah olesan (Septianingrum,
2017). Inspeksi Visual Asam Asetat (IVA Test) untuk deteksi dini kanker serviks hanya
menggunakan peralatan sederhana, hasilnya cepat diketahui, akurat, sederhana, efektif
dan mudah tersedia di tempat pelayanan dasar seperti Puskesmas. dapat segera diobati
sehingga tidak jatuh pada stadium lanjut (Cholifah, Rusnoto, & Hidayah, 2017).
Setiap penderita kanker serviks yang telah didiagnosa awal memiliki
ketahanan hidup yang berbeda-beda tergantung pada stadium klinis dan riwayat
metastasis sel kanker. Penderita kanker serviks yang berada pada stadium lanjut
memiliki risiko meninggal 4,9 kali lebih cepat dibanding penderita stadium awal.
Begitu pula dengan penderita kanker serviks yang memiliki riwayat metastasis
memiliki riisko meninggal 2.2 kali lebih cepat dibanding yang tidak memiliki
riwayat metastasis. Kurang lebih hanya 25% penderita kanker serviks yang
mampu bertahan hidup hingga 41 bulan sejak pertama kali didiagnosa (Dewi
2015).
Salah satu masalah yang belum teratasi yaitu rendahnya cakupan atau
kemauan wanita untuk melakukan pemeriksaan deteksi dini pada kanker serviks.
Rendahnya cakupan Inspeksi Visual Asam Asetat (IVA) ini karena wanita usia
subur (WUS) masih jarang secara sadar mau melakukan pemeriksaan kesehatan,
termasuk pemeriksaan IVA jika mereka masih merasa belum ada keluhan tentang
penyakit yang timbul pada dirinya.
Pemeriksaan ini merupakan sebuah terobosan yang inovatif dalam kesehatan
untuk mengurangi angka kematian dan kesakitan akibat kanker tersebut. Dan
diharapkan dengan program deteksi dini kanker serviks angka kejadian kanker

1
serviks dapat menurun. Tetapi masih banyak yang tidak mau melakukan
pemeriksaan tersebut akibat beberapa faktor salah satu faktor yaitu dukungan
keluarga atau suami.
Data World Health Organization (WHO) kanker serviks merupakan kanker
pada wanita dengan perkiraan 570.000 kasus baru pada tahun 2018 yang
mewakili 6,6% dari semua kanker wanita, diperkirakan 3.170 pasien meninggal
akibat kanker tersebut. Wanita yang mengidap kanker serviks seluruh dunia
sekitar 471.000 dengan angka kematian 215.000. Sekitar 90% kematian akibat
kanker serviks terjadi dinegara berkembang (WHO 2018).
Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas 2013), prevalensi kanker
serviks terdapat 5.349 kasus (12,8%). Pemeriksaan yang bisa dilakukan untuk
deteksi dini tanda kanker serviks dengan pemeriksaan Inspeksi Visual Asam
Setat (IVA) dengan biaya yang lebih terjangkau. Tujuan pemeriksaan ini
memiliki tujuan untuk mendeteksi secara cepat lesi prakanker atau kanker
dengan melihat warna epitel serviks menjadi putih yang disebut acetowhite.
Kanker serviks masih banyak ditemukan dinegara berkembang, seperti
Indonesia. Berbeda dengan di negara maju, cakupan program skrining di
Indonesia baru sekitar 5%. Padahal dinegara maju program skrining sudah
dilaksanakan sejak beberapa dekade. Dengan skrining tersebut, maka angka
kejadian dan mortalitas diharapkan berkurang (Samadi, 2015).
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas maka dapat diuraikan rumusan masalah sebagai
berikut:
1. Menjelaskan defenisi, tujuan dan manfaat pemeriksaan, keunggulan
pemeriksaan iva, kategori pemeriksaan iva, jadwal pemeriksaan iva, prosedur
pemeriksaan iva!
2. Menjelaskan pengertian, etiologi, manifestasi klinis, faktor risiko, stadium
kanker serviks!

2
3. Menjelaskan asuhan keperawatan kasus kanker serviks dan upaya
pencegahan!
C. Tujuan
Dari rumusan masalah diatas maka dapat diuraikan tujuan penulisan makalah
sebagai berikut:
1. Memahami defenisi, tujuan dan manfaat pemeriksaan, keunggulan
pemeriksaan iva, kategori pemeriksaan iva, jadwal pemeriksaan iva, prosedur
pemeriksaan iva.
2. Memahami pengertian, etiologi, manifestasi klinis, faktor risiko, stadium
kanker serviks.
3. Memahami asuhan keperawatan kasus kanker serviks dan upaya
pencegahan.

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Inspeksi Visual Asam Asetat (IVA)


1. Defenisi IVA
Inspeksi Visual Asam Asetat (IVA) adalah sebuah tes visual yang dilakukan
menggunakan larutan asam cuka (asam asetat 3-5%) dan larutan iodoium lugol pada
serviks dan melihat perubahan warna putih yang terjadi setelah olesan
(Septianingrum, 2017).
Menurut Primawasti (2015) Inspeksi Visual Asam Asetat adalah screening
kanker serviks dengan melihat secara langsung perubahan pada serviks yang dipulas
dengan asam asetat 3-5%. Pengolesan asam asetat 3-5% pada serviks pada epitel
abnormal akan memberikan gambaran bercak putih yang disebut acetowhite.
Gambaran ini muncul oleh karena tingginya tingkat kepadatan inti dan konsentrasi
protein. Wanita dengan lesi acetowhite yang jelas dan berbeda disebut sebagai IVA
positif (memiliki tanda-tanda lesi pra-kanker serviks) dan mereka yang tidak
memiliki lesi acetowhite sebagai IVA negatif (Katanga dkk., 2019).
2. Tujuan dan manfaat pemeriksaan IVA
a. Mendeteksi lesi (kerusakan jaringan tubuh) sejak dini
b. Jika terdapat kanker leher rahim dapat ditemukan dan diobati pada
stadium dini.
c. Kesakitan dan kematian akibat kanker leher rahim dapat dihindari
(Crystianty, 2018).
3. Keunggulan pemeriksaan IVA
a. Hasil segera diketahui saat itu juga
b. Efektif karena tidak membutuhkan banyak waktu dalam pemeriksaan,
aman karena pemeriksaan IVA tidak memiliki efek samping bagi ibu dan
praktis.

4
c. Teknik pemeriksaan sederhana, karena hanya memerlukan alat-alat
kesehatan yang sederhana, dan dapat dilakukan dimana saja.
d. Bahan dan alat yang sederhana dan murah.
e. Sensivitas dan spesifikasitas cukup tinggi.
f. Dapat dilakukan oleh semua tenaga medis terlatih (Katanga dkk, 2019).
4. Kategori pemeriksaan IVA
Terdapat empat kategori yang dapat diketahui dari hasil pemeriksaan
dengan metode IVA (Ridayani, 2016) yaitu:

No Kategori Ciri-Ciri
1 IVA negative Tidak ada tanda atau gejala kanker mulut rahim
atau serviks normal berbentuk licin, merah muda,
bentuk porsio normal.
2 IVA radang Serviks dengan radang (servisitis), atau kelainan
jinak lainnya seperti polip serviks.
3 IVA positif Ditemukan bercak putih (acetowhite epithelium).
Kelompok ini yang menjadi sasaran temuan
screening kanker serviks dengan metode IVA
karena temuan ini mengarah pada diagnosis serviks
prakanker
4 IVA kanker Pertumbuhan seperti bunga kol, dan pertumbuhan
serviks mudah berdarah. Ini pun masih memberikan
harapan hidup bagi penderitanya jika masih pada
stadium invasif dini

5
Berikut adalah gambar penampakan hasil pemeriksaan IVA

S
umber: Malehere, 2019
5. Jadwal Pemeriksaan IVA
WHO merekomendasikan pemeriksaan dilakukan setiap (Septianingrum,
2017):
a. Bila skrining hanya dilakukan 1 kali seumur hidup maka sebaiknya
dilakukan pada perempuan usia 35-45 tahun.
b. Usia perempuan usia 25-45 tahun, bila sumber daya memungkinkan,
skrining hendaknya dilakukan tiap 3 tahun sekali.
c. Untuk usia diatas 50 tahun, cukup diakukan 5 tahun sekali. Bila 2 kali
berturutturut hasil skrining sebelumnya negatif, perempuan usia diatas 65
tahun, tidak perlu menjalani skrining.
d. Tidak semua perempuan direkomendasikan melakukan skrining setahun
sekali

6
6. Prosedur pemeriksaan IVA
a. Alat dan Bahan
Dalam melaksanakan deteksi dini kanker servik dengan metode IVA
diperlukan peralatan sebagai berikut:
1) Ruangan tertutup karena pasien diperiksa dengan posisi litotomi
2) Meja/tempat tidur periksa yang memungkinkan pasien berada pada
posisi litotomi
3) Terdapat sumber cahaya untuk melihat servik
4) Spekulum vagina
5) Asam Asetat (3-5%)
6) Suab-lidi berkapas
7) APD
8) Larutan Klorin 0,5% 20
9) Tempat sampah
b. Prosedur Pemeriksaan
1) Atur Pencahayaan
2) Gunakan lidi kapas untuk membersihkan darah, mucus, dan kotoran
lain pada servik.
3) Identifikasi daerah sambungan skuomosa-kolumnar (zona
transformasi) dan area di sekitarnya.
4) Oleskan larutan asam cuka atau lugol, tunggu 1-2 menit untuk
terjadinya perubahan warna. Amati setiap perubahan warna pada
servik, perhatikan dengan cermat daerah disekitar zona transformasi.
5) Lihat dengan cermat Scuama Collumnar Junction (SCJ) dan yakinkan
area ini dapat semuanya terlihat. Catat apabila servik mudah berdarah.
Lihat adanya plak putih dan tebal atau epitel acetowhite bila
menggunakan larutan asam asetat atau warna kekuningan bila
menggunakan larutan lugol. Bersihkan segala darah dan debris pada
saat pemeriksaan.

7
6) Bersihkan sisa larutan asam asetat dengan lidi kapas atau kasa bersih
Lepaskan spekulum dengan hati-hati
7) Catat hasil temuan dan gambar denah temuan.
8) Bersihakan peralatan dengan larutan klorin.
B. Kanker Serviks
1. Pengertian kanker serviks
Kanker serviks adalah kanker dengan angka kejadian nomor empat
terbanyak yang terjadi pada wanita diseluruh dunia dan kanker yang paling
sering pada negara berpenghasilan rendah (Mustafa dkk, 2016).
Kanker serviks merupakan suatu keganasan yang disebabkan oleh
adanya pertumbuhan sel-sel epitel serviks yang tidak terkontrol (Mirayashi,
2013). Menurut Setiawati (2014) kanker serviks 99,7% disebabkan oleh
Human Papiloma Virus (HPV) onkogenik yang menyerang rahim.
Kanker serviks merupakan tumor ganas yang tumbuh di dalam leher
rahim (serviks), yaitu bagian terendah dari rahim yang menempel pada puncak
vagina (Hartati dkk., 2014).
Berdasarkan pemaparan tersebut kanker serviks atau yang dikenal juga
dengan sebutan kanker leher rahim merupakan kanker ganas yang tumbuh
dileher rahim yang disebabkan oleh Human Papiloma Virus.
2. Etiologi
Penyebab utama kanker serviks adalah Human Papilloma Virus
(HPV). Lebih dari 90% kanker leher rahim adalah jenis skuamosa yang
mengandung DNA virus Human Papilloma Virus (HPV) dan 50% kanker
servik berhubungan dengan Human Papilloma Virus tipe 16. Virus HPV dapat
menyebar melalui hubungan seksual terutama pada hubungan seksual yang
tidak aman. Virus HPV menyerang selaput pada mulut dan kerongkongan
serta anus dan akan menyebabkan terbentunya sel-sel pra-kanker dalam
jangka waktu yang panjang (Ridayani, 2016).

8
3. Manifestasi Klinis
Pada tahap awal dan pra kanker biasanya tidak akan mengalami gejala.
Gejala akan muncul setelah kanker menjadi kanker invasif. Secara umum
gejala kanker serviks yang sering timbul (Malehere, 2019) adalah :
a. Perdarahan pervagina abnormal Perdarahan dapat terjadi setelah
berhubungan seks, perdarahan setelah menopause, perdarahan dan bercak
diantara periode menstruasi, dan periode menstruasi yang lebih lama atau
lebih banyak dari biasanya serta perdarahan setelah douching atau setelah
pemeriksaan panggul.
b. Keputihan Cairan yang keluar mungkin mengandung darah, berbau busuk
dan mungkin terjadi antara periode menstruasi atau setelah menopause.
c. Nyeri panggul Nyeri panggul saat berhubungan seks atau saat
pemeriksaan panggul.
d. Trias Berupa back pain, oedema tungkai dan gagal ginjal merupakan tanda
kanker serviks tahap lanjut dengan keterlibatan dinding panggul yang luas.
4. Faktor Risiko
Predisposisi adalah kondisi yang memicu munculnya kanker. Faktor- faktor
yang bisa memicu terjadinya kanker serviks antara lain:
a. Perilaku seksual
Risiko terkena kanker serviks akan meningkat apabila seorang
perempuan memiliki mitra seksual multipel atau sama saja ketika
pasangannya memiliki mitra seksual multipel. Selain itu akan sangat
berisiko apabila pasangan mengidap kondiloma akuminata (Kurniawati,
2018).
b. Aktivitas seksual dini
Umur pertama kali hubungan seksual merupakan salah satu faktor
yang cukup penting. Perempuan yang melakukan hubungan seksual
sebelum usia 16 tahun mempunyai risiko lebih tinggi karena pada usia itu
epitel atau lapisan dinding vagina dan serviks belum terbentuk sempurna

9
jika melakukan hubungan seksual pada usia tersebut maka akan sangat
mudah terjadi lesi atau luka mikro yang akan menyebabkan terjadi infeksi
salah satunya oleh virus HPV yang merupakan penyebab kanker serviks
(Meihartati, 2017).
c. Smegma
Smegma adalah substansi berlemak. Smegma biasanya terdapat pada
lekukan kepala kemaluan laki-laki yang tidak disunat. Sebenarnya
smegma adalah secret alami yang dihasilkan kelenjar sabeceous pada kulit
penis. Namun ternyata hal ini berkaitan dengan meningkatnya resiko
seorang laki-laki sebagai pembawa dan penular virus HPV (Kurniawati,
2018).
d. Perempuan yang merokok
Rokok terbuat dari tembakau dan seperti yang kita ketahui bahwa
didalam tembakau terdapat zat-zat yang bersifat sebagai pemicu kanker
baik yang dihisap maupun dikunyah. Asap rokok menghasilkan Polycyclic
aromatic hydrocarbons heterocyclic amine yang mutagen dan sangat
karsinogen, sedangkan jika dikunyah menghasilkan netrosamine. Bahan
karsinogenik spesifik dari tembakau dijumpai dalam lendir serviks wanita
perokok. Bahan ini dapat merusak DNA sel epitel skuamosa dan bersama
dengan infeksi HPV mencetuskan transformasi maligna (Meihartati,
2017).
e. Paritas
Perempuan dengan paritas yang tinggi memiliki risiko terkena kanker
serviks lebih tinggi. Hal ini terjadi karena ibu dengan paritas tinggi akan
mengalami lebih banyak resiko morbiditas dan mortalita. Hal ini
dipengaruhi oleh menurunnya fungsi organ-organ reproduksi yang
memudahkan timbulnya komplikasi (Handayani dan Mayrita, 2018).
f. Tingkat sosial ekonomi

10
Tingkat sosial ekonomi yang rendah berkaitan dengan dengan asupan
gizi serta status imunitas (Kurniawati, 2018).
g. Pengguna obat imunosupresan atau penekan kekebalan tubuh
HIV (Human Immunodeficiensy Virus) merupakan virus penyebab
Acquired Immuno Deficiency Syndrome (AIDS) yang menyebabkan
sistem imun tubuh menurun dan membuat perempuan berisiko tinggi
terinfeksi HPV. Pada wanita dengan HIV, pra-kanker serviks mungkin
akan berkembang menginvasi dengan cepat untuk menjadi kanker dari
pada normalnya. Pengguna obat imunosupresan atau penekan kekebalan
tubuh atau pasca transplantasi organ merupakan faktor risiko juga (Yanti,
2013). Riwayat terpapar infeksi menular seksual (IMS) Human Papilloma
Virus (HPV) bisa ikut tertularkan bersamaan dengan penyebab penyakit
kelamin lainnya saat terjadi hubungan kelamin (Kurniawati, 2018).
h. Pengunaan kontrasepsi hormonal
Penggunaan kontrasepsi oral dalam jangka waktu yang panjang (5
tahun atau lebih) akan meningkatkan risiko terjadinya kanker serviks pada
perempuan yang terinfeksi HPV, jika penggunaan obat oral kontrasepsi
dihentikan maka risiko akan turun pula (Yanti, 2013). j. Kontrasepsi barier
Penggunaan metode barier (kondom) akan menurunkan risiko kanker
serviks. Hal ini disebabkan karena adanya perlindungan serviks dari
kontak langsung bahan karsinogen dari cairan semen (Yanti, 2013).
5. Patofisiologi
Perjalanan secara singkat kanker serviks dapat dilihat pada gambar berikut
Sumber: Malhere, 2019.

11
Perkembangan kanker serviks dimulai dari neoplasia intraepitel
serviks (NIS) 1, NIS 2, NIS 3 atau karsinoma in situ (KIS) pada lapisan epitel
serviks dan setelah menembus membran basalis akan menjadi karsinoma
mikroinvasif dan invasif (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2016).
6. Stadium
Stadium kanker serviks yang digunakan adalah menurut The International
Federation Of Gynecology and Obstetrics (FIGO) (Malehere, 2019) dapat
dilihat pada berikut.

Stadium Deskripsi
I Karsinoma benar-benar terbatas pada serviks (tanpa bisa
mengenali ekstensi ke korpus uteri).
IA Karsinoma invasive yang hanya diidentifikasi secara mikroskopis.
Kedalaman invasi maksimun 5 mm dan tidak lebih lebar dari 7
mm
IA1 Invasi stroma sedalam ≤ 3 mm dan seluas ≤ 7 mm
IA2 Invasi stroma sedalam > 3 mm namun < 5 mm dan seluas > 7 mm
IB Lesi klinis terbatas pada serviks, atau lesi praklinis lebih besar dari
stadium IA.
IB1 Lesi klinis berukuran ≤ 4 cm
IB2 Lesi klinis berukuran > 4 cm II Karsinoma meluas di luar Rahim,
tetapi tidak meluas ke dinding panggul atau sepertiga bagian

12
bawah vagina.
IIA Keterlibatan hingga 2/3 bagian atas vagina. tidak ada keterlibatan
parametrium
IIA1 Lesi yang terlihat secara klinis ≤ 4 cm
IIA2 Lesi klinis terlihat > 4 cm
IIB Nampak invasi ke parametrium
III Tumor meluas ke dinding samping pelvis
III A Pada pemeriksaan dubur, tidak ada ruang bebas antara tumor dan
dinding samping pelvis. Tumor melibatkan sepertiga bawah
vagina, tanpa ekstensi ke dinding samping pelvis
III B Perluasan ke dinding samping pelvis atau hidronefrosis atau ginjal
yang tidak berfungsi
IV Karsinoma telah meluas ke pelvis yang sebenarnya atau secara
klinis melibatkan mukosa kandung kemih dan atau rectum
IVA Menyebar ke organ panggul yang berdekatan
IV B Menyebar ke organ yang jauh
Sumber: Malehere, 2019
C. Contoh Kasus Kanker Kerviks
Asuhan Keperawatan Kegawat daruratan Pada Ny “N” Dengan Kanker Kerviks Di
Ruangan Instalasi Gawat Darurat Obgyn Rsup. Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar
1. Pengkajian
a. Identitas pasien
1) Nama : Ny. “ N”
2) Jenis Kelamin : Perempuan
3) No. Rekam Medis : 897xxx
4) Ruangan : IGD OBGYN
5) Tgl/ Umur : 50 tahun
6) Alamat : Palu

13
7) Rujukan dari : RS Banggai
8) Tanggal Masuk: 07-10-2019
9) Jam : 02.16 wita
10) Diagnosa : CA Ceviks Nama keluarga yang bisa dihubungi :Tn“M”
Transfortasi waktu datang : Mobil Taxi Alasan masuk : Keluarga
Klien masuk rumah sakit rujukan dari RS Banggai, psien mengeluh
nyeri pada perut tembus kebelakang yang dialami sejak 1 minggu yang
lalu. Sebelumnya ada darah keluar dari vagina sejak beberapa bulan
terakhir dan sudah 3 hari tidak pernah BAK.
b. Primary survey
1) Airway
a) Pengkajian jalan napas
Bebas Tersumbat
Trachea di tengah : Ya Tidak
2) Breathing
a) Fungsi pernapasan :
1. Dada simetris : Ya Tidak
2. Sesak napas : Ya Tidak
3. Pola Napas : Dipsneu
4. Respirasi : 26 x/menit, dan terdapat penggunaan otot bantu
pernapasan.
5. Krepitasi : Ya Tidak
6. Suara napas : Teratur (vesicular), dan tidak terdapat suara
napas tambahan seperti Ronchi,wheezing.
7. Saturasi 02 : 99 %
3) Circulation
1. Tekanan darah: 148/85 mmHg
2. HR : 73 kali/menit, Reguler
3. Suhu axilla : 36ºC

14
4. Temperatur Kulit : Dingin
5. Gambaran kulit : Pucat
6. Perdarahan : Ya Lokasi perdarahan : pada vagina
7. Pengisian Kapiler : >2 detik
4) Disability
Penilaian fungsi neurologis Kesadaran Apatis dengan GCS 13 (E3 M6
V4)
5) Exposure
6) Penilaian Hipotermia/hipertermia Tidak ada peningkatan dan
penurunan suhu, dengan suhu : 36,oC
7) Pengkajian Nyeri :
P : Pada saat bergerak
Q : Tertusuk-tusuk R : Abdomen bagian bawah
S: Skala 4 NRS
T: 3-5 menit, hilang timbul
2. Pengkajian Sekunder
a. Riwayat kesehatan
1) S : Sign/Symtom (tanda dan gejala) :
Pada saat pengkajian pasien mengeluh nyeri pada perut bagian bawah
disertai pendaran pada jalan lahir. Keadaan umum pasien lemah,
pasien namapak meringis.
2) A : alergi:
Pasien mengatakan tidak ada alergi obat dan makanan.
3) M: pengobatan:
Ketorolac 30mg/8jam/IV
4) P : Riwayat penyakit:
5) L : Makanan yang dikomsumsi terakhir,sebelum sakit: Pasien
mengatakan makanan terakhir sebelum kejadian yaitu nasi, ikan dan
sayur.

15
6) E : Kejadian sebelum injury/sakit: -
b. Riwayat dan mekanisme trauma
1) O: Onset ( seberapa cepat efek dari suatu interaksi terjadi) : Pasien
mengeluh nyeri perut bagian bawah dan disertai pendarahan.
2) P : Provokatif (penyebab ) : Ca Serviks
3) Q : Quality(kualitas ) : Seperti tertusuk-tusuk
4) R : Radiation(paparan) : Abdomen bagian bawah
5) S : Severity (tingkat keparahan) : Nyeri dengan skala 4 (sedang)
6) T : Timing (waktu) : Nyeri hilang timbul sekitar 3-5 menit.
7) Tanda – Tanda Vital
a. Frekuensi Nadi : 71 x/menit
b. Tekanan Darah : 148/85 mmHg
c. Pernafasan : 26x/i 4. Suhu tubuh : 36oC
c. Pemeriksaan Fisik
1) Kepala
a) Kulit kepala :
b) Inspeksi: Rambut berwarna hitam, kulit kepala tampak bersih, dan
tidak ada ketombe.
c) Palpasi : Tidak teraba adanya massa dan tidak ada nyeri tekan
2) Mata
a) Inspeksi: Tidak ada perdarahan subkujungtiva, konjungtiva tidak
anemis, skelera tampak jernih, tidak ada cedera pada kornea, dan
pupil isokor.
b) Palpasi : Tidak teraba adanya massa
3) Telinga
a) Inspeksi: Simetris kiri dan kanan, tidak tampak adanya serumen.
b) Palpasi : Tidak teraba adanya massa dan tidak ada nyeri tekan
4) Hidung

16
a) Inspeksi: Tampak bersih, posisi septum berada ditengah, tidak ada
benjolan pada hidung, dan tidak terdapat rinorhea.
b) Palpasi : Tidak teraba adanya massa
5) Mulut dan gigi
Inspeksi: Mukosa mulut tampak lembab, gigi tampak putih, jumlah
gigi dan tidak terdapat stomatitis.
6) Wajah
Inspeksi : Wajah tampak meringis.
7) Leher
Inspeksi : Tidak terdapat pembesaran tonsil.
8) Dada/thoraks
Paru-paru ;
a) Inspeksi: Simetris antar kedua lapang paru, menggunakan otot
bantu pernapasan dada, frekuensi napas : 20 x/menit.
b) Palpasi :Tidak ada nyeri tekan
c) Perkusi :Terdengar bunyi sonor.
d) Auskultasi : Suara napas teratur (vesicular), dan ada suara napas
tambahan wheezing.
9) Jantung
a) Inspeksi: Ictus cordis tidak tampak
b) Perkusi : Suara pekak, batas atas intekostal 3 kiri, batas kanan linea
paasteral kanan, batas kiri linea mid clavicularis kiri, batas bawah
intercostals 6 kiri
c) Auskultasi : Bunyi jantung I dan II murni reguler, bising tidak ada.
10) Abdomen
a) Inspeksi : Bentuk bulat, warna kulit sawo matang, Nampak adanya
striae dan nampak ada bekas luka operasi SC.
b) Auskultasi : peristaltic usus 12 kali/menit

17
c) Palpasi : Kandung kemih tidak teraba, TFU : sulit dinilai. Klien
mengatakan nyeri pada perut bagian bawah, tidak ada massa pada
abdomen, tidak ada nyeri tekan.
d) Perkusi : -
11) Genitalia
a) Inspeksi : Nampak perdarahan ±150 cc
b) Palpasi :Tidak dikaji. 90

12) Ekstremitas
a) Status sirkulasi : Pengisian kapiler pada ektermitas atas dan bawah
>2 detik. Terpasang infus pada ektermitas kanan atas dengan
cairan Nacl 28 tetes/menit.
b) Keadaan injury : Tidak ada m.Neurologis Fungsi sensorik: Pasien
dapat merasakan stimulus berupa sentuhan ringan pada anggota
tubuh. Fungsi Motorik: Pasien dapat mengangkat kedua kakinya
dan tangannya dan mampu menahan dorongan. Kekuatan otot
5 5
5 5
3. Hasil Laboratorium

Pemeriksaan Hasil Nilai Normal dan Satuan


HEMATOLOGI
Hematologi Rutin
WBC 26.4 4.00-10.00 [106 /mm3 ]
RBC 3,43 4.00-6.00 [106 /mm3 ]
HGB 9.6 12-16 g/dl
HCT 29 37.0-48.0 %
MCV 84 80.0-97.0 fl

18
MCH 28 26.5-33.5 pg
MCHC 33 31.5-35.0 g/dl
RDW-CV 14.6 10.0-15.0 %
PLT 90 150-400[10ˆ3/ul]
PDW 10.6 10.0-18.0 fl
MPV 9.8 6.50-11.0 fl
PCT 0.40 0.15-0.50 %
NEUT 95.5 52.0-75.0 %
LYMPH 1.8 20.0-40,0%
MONO 2.5 2.0-8.0 [10ˆ3 /ul]
EO 0.0 1.0-10.0 [10ˆ3 /ul]
BASO 0.2 0.00-0.10 [10ˆ3 /ul]
KIMIA DARAH
Fungsi Ginjal
Ureum 240 10-50 mg/dl
Kreatinin 24.85 P (1.1)mg/ dl
Analisa Gas Darah
PH 7.211 7.35-7.45
SO2 98.6 95-98 %
PO2 140.2 80.0-100.0 mmHg
ctO2 12.3 15.8-22.3 ml/dl
PCO2 32.3 35.0-45.0 mmHg
ctCO2 14.1 23-27 mmol/l
HCO3 13.1 22-26 mmol/l
BE 15.0 -2 s/d +2 mmol/l
Elektrolit
Natrium 140 136-145 mmol/l
Klorida 107 97-111 mmol/l Kalium
Kalium 7.9 3.5-5.1 mmol/l
4. Pengobatan :

19
Oksigen kanul nasal 4 Liter/menit
IFVD Range Laktat 28 TPM
5. Pencegahan
Kanker serviks 100% dapat dicegah dengan vaksinasi HPV,
menggunakan kondom, menghindari konsumsi tembakau, serta deteksi dini
dan pengobatan lesi pra kanker (Malehere, 2019). Upaya pencegahan kanker
serviks dibagi atas pencegahan primer, sekunder dan tersier yang meliputi:
a. Pencegahan primer
Pencegahan primer yang dilakukan melalui vaksinasi Human
Papilloma Virus (HPV) untuk mencegah infeksi HPV dan pengendalian
faktor resiko. Pengendalian faktor resiko dengan menghindari rokok, tidak
melakukan hubungan seks dengan berganti-ganti pasangan, tidak
menggunakan kontrasepsi oral jangka panjang >5 tahun, serta menjalani
diet sehat (Malehere, 2019).
b. Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder melalui deteksi dini prekursor kanker serviks
dengan tujuan memperlambat atau menghentikan kanker pada stadium
awal (Kemenkes,2016). Pencegahan sekunder dapat dilakukan dengan tes
DNA HPV, Inspeksi Visual Asam Asetat (IVA), tes pap smear,
pemeriksaan sitology, colposcopy dan biopsy. Pemeriksaan IVA
direkomendasikan untuk daerah dengan sumber daya rendah dan diikuti
dengan cryotherapy untuk hasil IVA positif (Malehere, 2019).
c. Pencegahan tersier
Pencegahan tersier dilakukan melalui perawatan paliatif dan
rehabilitatif di unit pelayanan kesehatan yang menangani kanker serta
pembentukan kelompok survival kanker di masyarakat (Kemenkes, 2016).

20
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Inspeksi Visual Asam Asetat (IVA) adalah sebuah tes visual yang dilakukan
menggunakan larutan asam cuka (asam asetat 3-5%) dan larutan iodoium lugol pada
serviks dan melihat perubahan warna putih yang terjadi setelah olesan. Inspeksi Visual
Asam Asetat (IVA Test) untuk deteksi dini kanker serviks hanya menggunakan
peralatan sederhana, hasilnya cepat diketahui, akurat, sederhana, efektif dan mudah
tersedia di tempat pelayanan dasar seperti Puskesmas. dapat segera diobati sehingga
tidak jatuh pada stadium lanjut. Kanker serviks 100% dapat dicegah dengan
vaksinasi HPV, menggunakan kondom, menghindari konsumsi tembakau, serta
deteksi dini dan pengobatan lesi pra kanker. Upaya pencegahan kanker serviks
dibagi atas pencegahan primer, sekunder dan tersier
B. Saran
Semoga dalam pembuatan makalah ini berguna bagi pembaca pada umumnya
dan khususnya berguna bagi penulis. Dalam pembuatan makalh ini penulis
menyadari bahwa makalah ini jauh dari ketidaksempurnaan untuk penulis
mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun, agar pembuatan
makalah selanjutnya bisa lebih baik lagi.

21
DAFTRA PUSTAKA

Crystianty, N. 2018. Hubungan Persepsi Wanita Pasangan Usia Subur Tentang


Inspeksi Visual Asam Asetat dengan Motivasi Pemeriksaan IVA. Skripsi.
Program Studi S1 Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Insan Cendekia
Medika. Jombang.

Cholifah, N., Rusnoto, R., & Hidayah, N. (2017). Faktor yang Mempengaruhi
Deteksi Dini Kanker Serviks. URECOL, 457-470.

Dewi, C. (2019). Survival Penderita Kanker Serviks di Beberapa Rumah Sakit Kota
Makassar Tahun 2012-2015. Epidemiologi. Makassar, Universitas Hasanuddin.
Magister.

Hartati, N. N., Runiari, N. dan Parwati, A. A. K. 2014. Motivasi Wanita Usia Subur
untuk Melakukan Pemeriksaan Inspeksi Visual Asam Asetat,
PoltekkesDenpasar.Ac.Id.tersediadi:http://poltekkes-denpasar.ac.id/files/Jurnal

Handayani, N. dan Mayrrita, N. 2018. Hubungan Antara Paritas dengan Kejadian


Kanker Serviks di Yayasan Kanker Wisnuwardhana Surabaya, Journal of Health
Sciences, 8(1). doi: 10.33086/jhs.v8i1.212.

Havian, A . 2015. Perancangan dan Penciptaan Film Pendek “Liebestod”. Skripsi.

Katanga, J, Manogi, R, Rasch, V. 2019. Performance of Care HPV, Hybrid Capture 2


and Visual Inspection With Acetic Acid for Detection of High-Grade Cervical
Lesion in Tanzania: A Cross-Sectional Study, PLoS ONE, 14(6), pp. 1–13. doi:
10.1371/journal.pone.0218559.

Kurniawati, B. D. 2018. Kanker Serviks: Pengetahuan dan Kepercayaan Penyakit


Degeneratif pada Masyarakat Bandar Lampung. Skripsi. Fakultas Ilmu Sosial
dan Ilmu Politik Universitas Lampung Bandar.Lampung

Malehere, J. 2019. Analisis Perilaku Pencegahan Kanker Serviks pada Wanita


Pasangan Usia Subur Berdasarkan Teori Health Promotion Model. Skripsi.
Program Studi Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga.
Surabaya

Meihartati, T. 2017. Hubungan Faktor Predisposisi Ibu Terhadap Kanker Serviks.


8(1), pp. 194–201.

Mirayashi, D. 2013. Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Tentang Kanker Serviks


dan Keikutsertaan Melakukan Pemeriksaan Inspeksi Visual Asetat di Puskesmas

22
Alianyang Pontianak. 214, pp. 1–18.

Mustafa, R., Santesso,N., Khatib, R., Wiercioch, W., Kehar, R., Gandhi , S., dan
Chen, Y. 2016. Systematic Reviews and Meta-Analyses of The Accuracy of
HPV Tests, Visual Inspection With Acetic Acid, Cytology, and Colposcopy,
International Journal of Gynecology and Obstetrics. International Federation of
Gynecology and Obstetrics, 132(3), pp. 259–265. doi:
10.1016/j.ijgo.2015.07.024.

Primawasti, F. I. 2015. Penyuluhan Tentang Deteksi Dini Kanker Servik Metode IVA
dan Pemeriksaan IVA pada Wanita Usia Subur di Desa Puguh Kecamatan Boja
Kabupaten Kendal, Jurnal Ilmiah Bidan, 3(1), pp. 8-15.

Ridayani, M. S. 2016. Analisis Implementasi Program Deteksi Dini Kanker Servik


dengan Metode Inspeksi Visual Asam Asetat (IVA) di Puskesmas Kota
Semarang Tahun 2015. Skripsi. Semarang.

Riskesdas (2013). Riset Kesehatan Dasar. B. P. d. P. Kesehatan. Jakarta, Kementerian


Kesehatan

Samadi. (2011). Yes, I Know Everything About Kanker Serviks. Solo: Tiga
Serangkai Pustaka Mandiri.

Septianingrum, A. 2017. Hubungan Pengetahuan Wanita Usia Subur Tentang Kanker


Serviks Terhadap Perilaku Pemeriksaan Inspeksi Visual Asam Asetat (IVA) di
Puskesmas Pisangan Ciputat Tangerang Selatan. Skripsi. Program Studi Ilmu
Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah. Jakarta.

Setiawati, D. 2014. Human Papilloma Virus dan Kanker Serviks. Al-Sihah : Public
Health Science, 1(2), pp. 450–459.

WHO (2018). Cervical Cancer. 2018, WHO.

23

Anda mungkin juga menyukai