Teori Deontology
Menurut Immanuel Kant: sesuatu dikatakan baik dalam arti sesungguhnya adalah
kehendak yang baik, kesehatan, kekayaan, kepandaian adalah baik. Jika digunakan dengan
baik oleh kehendak manusia, tetapi jika digunakan dengan kehendak yang jahat akan menjadi
jelek sekali. Kehendak menjadi baik jika bertindak karena kewajiban . Kalau seseorang
bertindak karena motif tertentu atau keinginan tertentu berarti disebut tindakan yang tidak
baik. Bertindak sesuai kewajiban disebut legalitas. Menurut W.D Ross (1877-1971) setiap
manusia mempunyai intuisi akan kewajiban. Semua kewajiban berlaku langsung pada diri
kita. Kewajiban untuk mengatakan kebenaran merupakan kewajiban utama termasuk
kewajiban kesetiaan, ganti rugi, terima kasih, keadilan dan berbuat baik.
Contoh : bila berjanji harus ditepati, bila meminjam harus dikembalikan. Dengan
memahami kewajiban akan terhindar dari keputusan yang menimbulkan konflik atau dilema.
Teori Hedonisme
Menurut Aristippos (433-355 SM) sesuai kodratnya setiap manusia mencari kesenangan
dan menghindari ketidaksenangan. Akan tetapi, ada batas untuk mencari kesenangan. Hal
yang penting adalah menggunakan kesenangan dengan baik dan tidak terbawa oleh
kesenangan. Menurut epikuros(341-270 SM) dalam menilai kesenangan (hedone) tidak hanya
kesenangan indrawi tetapi kebebasan dan rasa nyeri, kebebasan dari keresahan jiwa juga. Apa
tujuan terakhir dari kehidupan manusia adalah kesenangan. Menurut john locke (1632-1704),
kita sebut baik bila meningkatkan kesenangan dan sebaliknya dinamakan jahat kalau
mengurangi kesenangan atau menimbulkan ketidaksenangan.
Teori Eudemonisme
Menurut Filosof Yunani Aristoteles (384-322 SM) , bahwa dalam setiap kegiatannya
manusia mengejar suatu tujuan, ingin mencapai sesuatu yang baik bagi kita. Seringkali kita
mencari tujuan untuk mencapai suatu tujuan yang lain lagi. Semua orang akan menyetujui
bahwa tujuan terakhir hidup manusia adalah kebahagiaan (eudaimonia). Seseorang mampu
mencapai tujuannya jika mampu menjalankan fungsinya dengan baik, keunggulan manusia
adalah akal dan budi. Manusia mencapai kebahagiaan dengan menjalankan kegiatan yang
rasional. Ada dua macam keutamaan, yaitu :
a)Keutamaan intelektual
b) Keutamaan moral
1. Pengertian
Proses pengambilan keputusan merupakan bagian dasar dan integral dalam praktik
suatu profesi dan keberadaannya sangat penting karena akan menentukan tindakan
selanjutnya.
Menurut Daryl Koehn (1994) bidan dikatakan profesional bila dapat menerapkan
etika dalam menjalankan praktik. Bidan ada dalam posisi baik yaitu memfasilitasi pilihan
klien dan membutuhkan peningkatan pengetahuan tentang etika untuk menetapkan dalam
strategi praktik kebidanan.
Menurut George R.Terry, pengambilan keputusan adalah memilih alternatif yang
ada. Ada 5 hal pokok dalam pengambilan keputusan:
Intuisi berdasarkan perasaan lebih subyektif dan mudah terpengaruh
Pengalaman mewarnai pengetahuan praktis. Seringnya terpapar suatu kasus
meningkatkan kemampuan mengambil keputusan terhadap suatu kasus
Fakta, keputusan lebih riil, valid dan baik.
Wewenang lebih bersifat rutinitas
Rasional, keputusan bersifat obyektif, trasparan, konsisten.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan :
Posisi/kedudukan
Masalah, terstruktur, tidak terstruktur
Situasi
Kondisi
Tujuan
Tingkat II
Peraturan : berdasarkan kaidah kejujuran ( berkata benar ), privasi , kerahasiaan dan
kesetiaan ( menepati janji ). Bidan sangat familiar, tidak meninggalkan kode etik dan
panduan praktek profesi.
Tingkat III
Ada 4 prinsip etik yang digunakan dalam perawatan praktek kebidanan :
1) Antonomy, memperhatikan penguasaan diri, hak kebebasan dan pilihan individu.
2) Beneticence, memperhatikan peningkatan kesejahteraan klien, selain itu berbuat terbaik
untuk orang lain.
3) Non maleticence, tidak melakukan tindakan yang menimbulkan penderitaan apapun
kerugian pada orang lain.
4) Justice, memperhatikan keadilan, pemerataan beban dan keuntungan. ( Beaucamo &
Childrens 1989 dan Richard, 1997)
Tingkat IV
Teori pengambilan keputusan yaitu teori utilitarisme, teori deontology, teori hedonism,
teori eudemonisme
2. Informed choice
Informed choice adalah membuat pilihan setelah mendapatkan penjelasan tentang
alternatif asuhan yang akan dialaminya.
Menurut kode etik kebidanan internasionl (1993) bidan harus menghormati hak
informed choice ibu dan meningkatkan penerimaan ibu tentang pilihan dalam asuhan dan
tanggung jawabnya terhadap hasil dari pilihannya.
Definisi informasi dalam konteks ini meliputi : informasi yang sudah lengkap
diberikan dan dipahami ibu, tentang pemahaman resiko, manfaat, keuntungan dan
kemungkinan hasil dari tiap pilihannya.
2. Tujuan hukum
Dapat menyelesaikan sengketa yang timbul antara tenaga kesehatan terhadap pasien atau
keluarga pasien sebagai pihak ketiga sebagaimana kita ketahui akhir-akhir ini banyak
tuduhan terhadap para tenaga kesehatan dalam melaksanakan profesinya kadang hanya
masalah sepele dapat diangkat kemeja hijau.
Dalam situasi seperti ini hukum kesehatan sangat diperlukan, sebagai acuan bagi
penyelesaian sengketa yang terjadi lebih-lebih kita negara Indonesia mengaut asas legalitas
karena sebagai negara hukum
Dapat menjaga ketertiban dalam masyarakat
Dapat membantu merekayasa masyarakat dalam hal pandangan bahwa sebenarnya
tenaga kesehatan adalah manusia biasa dan meluruskan pandangan serta sikap bagi para
tenaga kesehatan yang kerap merasa kebal hukum dan tidak dapat disentuh pengadilan.
3. Manfaat hukum
Adanya kebutuhan tenaga kesehatan akan perlindungan hukum
Adanya kebutuhan pasien akan perlindungan hukum
Adanya pihak ketiga akan perlindungan hukum
Adanya kebutuhan dan kebebasan warga masyarakat untuk menentukan kepentinganya
serta identifikasi kewajiban dari pemerintah
Adanya kebutuhan akan keterarahan
Adanya kebutuhan tingkat kualitas pelayanan kesehatan
Adanya kebutuhan akan pengendalian biaya kesehatan
Adanya kebutuhan pengaturan biaya jasa pelayanan kesehatan dan keahlian
b. Disiplin hukum
1. Pengertian
Disiplin hukum adalah suatu sistem ajaran tentang hukum. Ilmu hukum merupakan satu
bagian dari disiplin hukum.
Suatu disiplin adalah sistem ajaran mengenai kenyataan atau gejala-gejala yang dihadapi.
Dalam hal ini hukum dalam arti disiplin melihat hukum sebagai gejala dan kenyataan yang
ada di tengah masyarakat. Apabila pembicaraan dibatasi pada disiplin hukum, maka secara
umum disiplin hukum menyangkut ilmu hukum, politik hukum dan filsafat hukum.
Ilmu Hukum, intinya merupakan ilmu pengetahuan yang berusaha menelaah hukum.
Politik Hukum, mencakup kegiatan-kegiatan mencari dan memilih nilai-nilai dan
menerapkan nilai-nilai tersebut bagi hukum dalam mencapai tujuannya.
Filsafat Hukum, adalah perenungan dan perumusan nilai-nilai, juga mencakup
penyesuaian nilai-nilai, misalnya penyerasian antara ketertiban dengan ketentraman, antara
kebendaan dengan keakhlakan, dan antara kelanggengan dengan pembaharuan.
Disiplin hukum merupakan sistem ajaran yang menyangkut kenyataan atau gejala-gejala
hukum yang ada dan “hidup” di tengah pergaulan. Disiplin dibedakan antara disiplin analitis
dan disiplin perspektif.
Disiplin analitis merupakan sistem ajaran yang menganalisa, memahami dan
menjelaskan gejala-gejala yang dihadapi. Contohnya : Sosiologi, Psikologi, Ekonomi, dll.
Disiplin Perspektif merupakan sistem-sistem ajaran yang menentukan apakah yang
seyogyanya atau seharusnya dilakukan di dalam menghadapi kenyataan-kenyataan tertentu.
Contohnya adalah : Hukum, Filsafat, dll.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa disiplin hukum merupakan disiplin perspektif
yang berusaha menentukan apakah yang seyogyanya, seharusnya dan patut dilakukan dalam
menghadapi kenyataan.
2. Tujuan
Memberikan kewenangan
Menjamin perlindungan hukum
Meningkatkan profesionalisme