Disusun oleh:
Jurusan Keperawatan
2020
KATA PENGANTAR
Dengan ini kami panjatkan puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
melimpahkan rahmat- Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
“Penerapan Model Praktek Keperawatan Profesional”.
Makalah ini penulis susun untuk menambah ilmu serta untuk memenuhi salah satu tugas
dalam mata kuliah “Penerapan Model Praktek Keperawatan Profesional”. Penulis menyadari
bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis
mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun dari pembaca.
Dengan tersusunnya makalah ini semoga bermanfaat, khususnya bagi penulis dan pembaca
pada umumnya. Untuk itu kami sampaikan terima kasih apabila ada kurang lebihnya penulis minta
maaf.
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kemajuan jaman menuntut perawat sebagai salah satu tenaga kesehatan untuk
bersikap profesional. Profesionalisme perawat dapat diwujudkan dibidang pelayanan
kesehatan di rumah sakit. Salah satu usaha untuk memberikan pelayanan yang
berkualitasdan profesional tersebut adalah pengembangan Model Praktik Keperawatan
Profesional (MPKP) yang memungkinkan perawat professional mengatur pemberian
asuhan keperawatan termasuk lingkungan untuk menopang pemberian asuhan tersebut.
MPKP sangat bermanfaat bagi perawat, dokter, pasien dan profesi lain
dalammelaksanakan asuhan keperawatan. Dengan MPKP, perawat dapat memahami
tugas dan tanggung jawabnya terhadap pasien sejak masuk hingga keluar rumah sakit.
Implementasi MPKP harus ditunjang dengan sumber daya manusia, sarana dan prasarana
yang memadai. Banyak metode praktik keperawatan yang telah dikembangkan selama 35
tahun terakhir ini, yang meliputi keperawatan fungsional, keperawatan tim, keperawatan
primer, praktik bersama, manajemen kasus, partnership model, dan patient care center
model
Kategori pasien didasarkan atas, tingkat pelayanan keperawatan yang dibutuhkan
pasien, Usia, Diagnosa atau masalah kesehatan yang dialami pasien dan terapi yang
dilakukan. Pelayanan yang profesional identik dengan pelayanan yang bermutu, untuk
meningkatkan mutu asuhan keperawatan dalam melakukan kegiatan penerapan standart
asuhan keperawatan dan pendidikan berkelanjutan.
Dalam kelompok keperawatan yang tidak kalah pentingnya yaitu bagaimana
caranya metode penugasan tenaga keperawatan agar dapat dilaksanakan secara teratur,
efesien tenaga, waktu dan ruang, serta meningkatkan ketrampilan dan motivasi kerja.
Model pemberian asuhan keperawatan ada enam macam, yaitu : model kasus, model
fungsional, model tim, model primer, model manajemen perawatan, dan model perawatan
berfokus pada pasien. Berdasarkan latar belakang di atas, maka menjadi penting untuk
menyusun makalahtentang konsep model praktik keperawatan profesional untuk
mengetahui lebih dalam tugas perawat dalam memberi asuhan keperawatan.
A. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Mampu mengetahui dan memahami penerapan model praktik keperawatan profesional.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui dan memahami metode-metode pemberian asuhan keperawatan.
b. Mengetahui dan memahami klasifikasi pasien.
c. Mengetahui dan memahami rencana kerja.
d. Mengetahui dan memahami laporan keja harian.
B. Ruang Lingkup
Pembahasan dalam makalah dengan materi penerapan model praktik keperawatan
profesional ini mencakup empat bahasan , yaitu: metode pemberian asuhan keperawatan,
klasifikasi pasien, rencana kerja, dan laporan kerja harian.
C. Metode Penulisan
Metode yang digunakan dalam penulisan makalah ini adalah studi pustaka yang
dilakukan dengan mengumpulkan data dari buku elektronik maupun informasi dari situs
internet seperti situs berita ter-update maupun jurnal keperawatan.
D. Sistematika Penulisan
Makalah ini dibagi menjadi tiga (III) bab yang disusun secara sistematis meliputi:
BAB I : Pendahuluan berisi tentang latar belakang, tujuan makalah, ruang lingkup,
metode penulisan, dan sistematika penulisan.
BAB II : Tinjauan teoritis berisikan teori yang berupa pengertian dan definisi yang
diambil dari kutipan buku dan internet yang berkaitan dengan materi ini.
BAB III : Penutup yang terdiri atas simpulan yang berkaitan dengan materi yang telah
diuraikan pada bab-bab sebelumnya.
BAB II
TINJAUAN TEORI
2. Metode Tim
Menurut Nursalam (2014) metode tim adalah pengorganisasian pelayanan
keperawatan dengan menggunakan tim yang terdiri atas kelompok klien dan perawat.
Kelompok ini dipimpin oleh perawat yang berijazah dan berpengalaman kerja serta
memiliki pengetahuan dibidangnya (Regestered Nurse). Pembagian tugas dalam
kelompok dilakukan oleh pemimpin kelompok / ketua grup dan ketua grup bertanggung
jawab dalam mengarahkan anggota grup / tim. Selain itu ketua grup bertugas memberi
pengarahan dan menerima laporan kemajuan tugas apabila menjalani kesulitan dan
selanjutnya ketua tim melaporkan pada kepala ruang tentang kemajuan pelayanan /
asuhan keperawatan terhadap klien. Keperawatan Tim berkembang pada awal tahun
1950-an, saat berbagai pemimpin keperawatan memutuskan bahwa pendekatan tim dapat
menyatukan perbedaan kategori perawat pelaksanaan dan sebagai upaya untuk
menurunkan masalah yang timbul akibat penggunaan model fungsional. Pada model tim,
perawat bekerja sama memberikan asuhan keperawatan untuk sekelompok pasien di
bawah arahan / pemimpinan seorang perawat profesional.
Dibawah pimpinan perawat profesional, kelompok perawat akan dapat bekerja
sama untuk memenuhi sebagai perawat fungsional. Penugasan terhadap pasien dibuat
untuk tim yang terdiri dari ketua tim dan anggota tim. Model tim didasarkan pada
keyakinan bahwa setiap anggota kelompok mempunyai kontribusi dalam merencanakan
dan memberikan asuhan keperawatan sehingga timbul motivasi dan rasa tanggung jawab
perawat yang tinggi. Setiap anggota tim akan merasakan kepuasan karena diakui
kontribusinya yang bermutu. Potensi setiap anggota tim saling melengkapi menjadi suatu
kekuatan yang dapat meningkatkan kemampuan kepemimpinan serta menimbulkan rasa
kebersamaan dalam setiap upaya dalam pemberian asuhan keperawatan. Pelaksanaan
konsep tim sangat tergantung pada filosofi ketua tim apakah berorientasi pada tugas atau
pada klien. Perawat yang berperan sebagai ketua tim bertanggung jawab untuk
mengetahui kondisi dan kebutuhan semua pasien yang ada di dalam timnya dan
merencanakan perawatan klien. Adapun tugas ketua tim meliputi: mengkaji anggota tim,
memberikan arahan perawatan untuk klien, melakukan pendidikan kesehatan,
mengkoordinasikan aktivitas klien.
Menurut Nursalam (2014), ada beberapa elemen penting yang harus diperhatikan
diantaranya sebagai berikut:
a. Pemimpin tim didelegasikan / diberi otoritas untuk membuat penugasan bagi anggota
tim dan mengarahkan pekerjaannya timnya.
b. Pemimpin diharapkan menggunakan gaya kepemimpinan demokratik atau partisipatif
dalam berinteraksi dengan anggota tim.
c. Tim bertanggung jawab terhadap perawatan total yang diberikan kepada kelompok
pasien.
d. Komunikasi di antara anggota tim adalah penting agar dapat mencapai tujuan yang
diharapkan. Komunikasi meluputi: penulisan perawatan klien, rencana perawatan
klien, laporan untuk dan dari pemimpin tim, penentuan tim untuk mendiskusikan
kasus pasien dan umpan balik informal di antara anggota tim.
1) Kelebihan Metode Tim
(a) Dapat memfasilitasi pelayanan keperawatan secara komprehensif dan holistik.
(b) Memungkinkan pelaksanaan proses keperawatan.
(c) Konflik antar staf dapat dikendalikan melalui rapat dan efektif untuk belajar.
(d) Memberi kepuasan anggota tim dalam berhubungan interpersonal.
(e) Memungkinkan meningkatkan kemampuan anggota tim yang berbeda-beda
secara efektif.
(f) Peningkatan kerja sama dan komunikasi di anatara anggota tim dapat
menghasilkan sikap moral yang tinggi, memperbaiki fungsi staf secara
keseluruhan, memberikan anggota tim perasaan bahwa ia mempunyai kontribusi
terhadap hasil asuhan keperawatan yang diberikan.
(g) Akan menghasilkan kualitas asuhan keperawatan yang dapat
dipertanggungjawabkan.
(h) Metode ini memotivasi perawat untuk selalu bersama klien selama bertugas.
3. Metode Primer
Keperawatan primer adalah suatu metode pemberian asuhan keperawatan dimana
perawat profesional bertanggung jawab dan bertanggung gugat terhadap asuhan
keperawatan pasien selama 24 jam/hari. Tujuan utama dari model primer adalah
terdapatnya kontinuitas keperawatan yang dilakukan secara komprehensif dan dapat
dipertanggungjawabkan. Tanggung jawab meliputi pengkajian pasien, perencanaan,
implementasi, dan evaluasi asuhan keperawatan sejak pasien masuk rumah sakit hingga
pasien dinyatakan pulang. Perawat primer dalam melaksanakan tugasnya dibantu oleh
perawat asosiet. Perawat asosiet berperan untuk melaksanakan tugas dan tanggung jawab
perawat primer bila perawat primer tidak ada.
Pada model asuhan keperawatan primer membutuhkan kualifikasi tertentu karena
perawat primer harus tenaga perawat profesional (Registered Nurse) yang mengasuh
pasien mulai dari melakukan pengkajian, menentukan diagnosa, membuat rencana,
melakukan implementasi, dan melakukan evaluasi. Perawat primer akan mengasuh 4—6
klien selama 24 jam selama pasien dirawat.
Penetapan seseorang untuk menjadi perawat primer memerlukan beberapa kriteria,
diantaranya memiliki kemampuan mengambil keputusan yang tepat, menguasai
keperawatan klinik, akuntabel, serta mampu berkolaborasi dengan baik antar berbagai
disiplin ilmu. Penerapan metode primer adalah seorang Clinical Specialist yang
mempunyai kualifikasi Master.
Menurut Huber (2000), metode primer memberi dampak positif, diantaranya
adalah sebagai berikut.
a. Peningkatan profesionalisme.
b. Peningkatan autonomi profesi dan kepuasan bekerja bagi perawat.
c. Peningkatan kepuasan pasien akan mutu layanan dan asuhan keperawatan.
d. Efisiensi penggunaan sumber daya.
Sementara itu, dampak yang merugikan dari metode ini adalah sebagai berikut.
a. Hanya dapat dilakukan oleh perawat yang memiliki pengalaman dan pengetahuan
yang memadai.
b. Membutuhkan kemampuan komunikasi yang baik antara perawat primer dengan
perawat asosiet.
c. Biaya yang dibutuhkan lebih besar karena membutuhkan lebih banyak perawat
profesional.
Berikut adalah diagram sistem asuhan keperawatan Primary Nursing (Marquis dan
Houston, 1998)
4. Metode Kasus
Metode kasus yaitu pengorganisasian pelayanan / asuhan keperawatan dimana
perawat mampu memberikan asuhan keperawatan mencakup seluruh aspek keperawatan
yang dibutuhkan.
Metode kasus adalah metode dimana perawat bertanggung jawab terhadap pasien
tertentu yang didasarkan pada rasio satu perawat untuk satu pasien dengan pemberian
peawatan konstan untuk periode tertentu. Metode penugasan kasus biasa diterapkan
untuk perawatan khusus seperti isolasi, intensive care, perawat kesehatan komunitas.
Perawat memberikan asuhan keperawatan kepada seorang pasien secara
menyeluruh, untuk mengetahui apa yang harus dilakukan pada pasien dengan baik.
Dalam metode ini dituntu kualitas serta kuantitas yang tinggi dari perawat, sehingga
metode ini sesuai jika digunakan untuk ruangan ICU ataupun ICCU.
Administrator
Keperawatan
7.
Administrator
Keperawatan
Manajer kasus
Resiko tinggi Manajer kasus Manajer Kasus
Resti Ps Pediatrik Resti Ps OB
Ps. Cardiac arrest
Partnership Model
Model ini adalah kombinasi antara perawat primer dengan perawat vokasi atau
perawat pembantu (nurse assisstant) untuk bekerja sama secara konsisten. Keuntung
yang didapatkan dari model ini adalah biaya yang lebih efektif dari keperawatan primer;
dan perawat primer dapat mendorong dan mendukung peningkatan kemampuan partner-
nya. Sementara itu, kerugian dari model ini adalah kemungkinan perawat primer
mengalami kesulitan dalam mendelegasikan pada partnernya; dan jadwal yang bervariasi
membuat partnership yang yang konsisten sulit dipertahankan.
E. Klasifikasi Pasien
1. Definisi
Klasifikasi pasien adalah metode pengelompokkan pasien menurut jumlah
dan kompleksitas persyaratan perawatan mereka. Dalam banyak sistem
klasifikasi, pasien dikelompokkan sesuai dengan ketergantungan mereka pada
pemberi perawatan dan kemampuan yang diperlukan untuk memberikan perawatan.
Dalam menentukan kebutuhan tenaga di ruang rawat perawat perlu memantau
klasifikasi klien. Sistem klasifikasi pasien adalah pengelompokkan pasien berdasarkan
kebutuhan perawatan yang secara klinis dapat diobservasi oleh perawat. Pada dasarnya
sistem ini diobsevasikan oleh perawat. Pada dasarnya sistem klasifikasi pasien ini
mengelompokkan pasien sesuai dengan ketergantungan dengan perawat atau waktu dan
kemampuan yang dibutuhkan untuk memberi asuhan keperawatan yang dibutuhkan.
Ketenagaan memerlukan koordinasi antara bagian personalia dan pelayanan
keperawatan, biasanya bagian personalia mengadakan tenaga keperawatan sesuai dengan
permintaan yang diajukan oleh bagian keperawatan. Langkah pertama pada rekrut tenaga
adalah menstimulasi calon untuk mengisi posisi yang dibutuhkan. Hal ini tidak sederhana
karena tidak hanya segi teknis kualifikasi tetapi juga kwalitas individu harus sesuai dengan
pekerjaan, susunan dan tujuan organisasi. Usaha rekrut tenaga jangan tergesa-gesa karena
dapat mengakibatkan seleksi yang tidak memuaskan.
Metode lain yang sering digunakan di Rumah Sakit adalah metode menurut Douglas
(1984), yang mengklasifikasi derajat ketergantungan pasien dalam tiga kategori,
yaitu minimal care, partial care, dan total care.
1. Minimal Care
Perawatan ini memerlukan waktu 1-2 jam/24 jam. Kriteria klien pada klasifikasi ini
adalah:
- Mampu naik- turun tempat tidur
- Mampu ambulasi dan berjalan sendiri
- Mampu makan dan minum sendiri
- Mampu mandi sendiri/ mandi sebagian dengan bantuan
- Mampu membersihkan mulut (sikat gigi sendiri)
- Mampu berpakaian dan berdandan dengan sedikit
- bantuan
- Status psikologis stabil
- Pasien dirawat untuk prosedur diagnostik
- Operasi ringan
2. Partial Care
Perawatan ini memerlukan waktu 3-4 jam/24 jam. Kriteria klien pada klasifikasi ini
adalah:
- Membutuhkan batuan 1 orang untuk naik-turun tempat tidurMembutuhkan bantuan
untuk ambulasi/berjalan
- Membutuhkan bantuan dalam menyiapkan makanan
- Membutuhkan bantuan untuk makan/disuap
- Membutuhkan bantuan untuk kebersihan mulut
- Membutuhkan bantuan untuk berpakaian dan berdandan
- Membutuhkan bantuan untuk BAB dan BAK (tempat tidur/kamar mandi)
- Pasien dengan infus.
- Pasien dengan katheter urine.
- Post operasi minor 24 jam.
- Observasi tanda- tanda vital setiap 4 jam
- Gangguan emosional ringan
3. Total Care
Perawatan ini memerlukan waktu 5-6jam/24 jam. Kriteria klien pada klasifikasi ini
adalah:
- Membutuhkan 2 orang atau lebih untuk mobilisasi dari
- tempat tidur ke kereta dorong atau kursi roda
- Kebutuhan cairan dan nutrisi dipenuhi melalui terapi
- intravena (infus) dan nasogastric tube (sonde)
- Membutuhkan bantuan penuh untuk berpakaian dan berdandan
- Dimandikan perawat
- 24 jam post operasi mayor
- Pasien tidak sadar
- Keadaan pasien tidak stabil
- Observasi TTV paling tidak setiap 2 jam
- Perawatan luka bakar kompleks
- Menggunakan alat bantu nafas (ventilator)
- Menggunakan WSD (Water Seal Drainage)
- Menggunakan alat traksi (skeletal traksi)
- Fraktur dan atau pasca operasi tulang belakang/ leher
- Gangguan emosional berat, binggung dan disorientasi
-
Douglas mengatur kebutuhan tenaga perawat melalui klasifikasi sebagai berikut :
Klasifikasi Kebutuhan Perawat
Pagi Sore Malam
Minimal Care 0,17 0,14 0,07
Partial Care 0,27 0,15 0,10
Total Care 0,36 0,30 0,20
Contoh soal:
Pada sebuah ruangan rawat inap dengan kapasitas 20 bed, diketahui:
Hari 1 Pagi : Terdapat 10 pasien dengan minimal care, 4 pasien partial care, dan 1 pasien total
care
Sore : Terdapat 10 pasien dengan minimal care, 4 pasien partial care, dan 1 pasien total
care
Malam : Terdapat 10 pasien dengan minimal care, 4 pasien partial care, dan 1 pasien total
care
Hari 2 Pagi : Terdapat 11 pasien dengan minimal care, 5 pasien partial care, dan 1 pasien total
care
Sore : Terdapat 10 pasien dengan minimal care, 5 pasien partial care, dan 1 pasien total
care
Malam : Terdapat 10 pasien dengan minimal care, 5 pasien partial care, dan 1 pasien total
care
Hari 3 Pagi : Terdapat 12 pasien dengan minimal care, 5 pasien partial care
Sore : Terdapat 12 pasien dengan minimal care, 5 pasien partial care
Malam : Terdapat 12 pasien dengan minimal care, 5 pasien partial care
Hari 4 Pagi : Terdapat 11 pasien dengan minimal care, 4 pasien partial care, dan 1 pasien total
care
Sore : Terdapat 11 pasien dengan minimal care, 4 pasien partial care, dan 1 pasien total
care
Malam : Terdapat 11 pasien dengan minimal care, 4 pasien partial care, dan 1 pasien total
care
Hari 5 Pagi : Terdapat 11 pasien dengan minimal care, 3 pasien partial care, dan 1 pasien total
care
Sore : Terdapat 11 pasien dengan minimal care, 3 pasien partial care, dan 1 pasien total
care
Malam : Terdapat 11 pasien dengan minimal care, 3 pasien partial care, dan 1 pasien total
care
1/3 x 7= 2,3
dibulatkan 2
perawat
7+2=9
Ada
=………-
Kurang/lebih
= ……….
+
(.......................................) (..................................................)
a. Rawat inap
Kebutuhan tenaga perawat di ruang perawatan menggunakan rumus:
Jumlah jam perawatan di ruangan/hari
Kebutuhan tenaga = --------------------------------------------------
Jam efektif perawat
Untuk perhitungan jumlah tenaga tersebut, perlu ditambah faktor koreksi dengan menambah
perawat libur (loss day) dan tugas non keperawatan.
Tenaga keperawatan yang mengerjakan pekerjaan non keperawatan diperkirakan 25% dari
jumlah tenaga keperawatan
Jumlah kebutuhan tenaga = kebutuhan tenaga + loss day + tugas non keperawatan
d. Kamar bersalin
e. Ruang operasi
- Kamar operasi
Ketergantungan pasien:
a) Operasi besar/khusus : 5 jam/operasi
b) Operasi sedang : 2 jam/operasi
c) Operasi kecil : 1 jam/operasi
Kriteria operasi kecil, sedang, besar dan khusus menurut Depkes (1997)
Contoh:
Operasi kecil : Insisi abses, angkat tahi lalat, angkat kutil, sirkumsisi, dll
Operasi sedang : Tonsilektomi, apendektomi, dll
Operasi besar : Laparoskopi, bedah paru, bedah jantung, bedah digestif.
Operasi khusus : Bedah saraf, bedah tulang belakang.
f. Rawat Jalan
F. Rencana Kerja
1. Rencana jangka pendek
Rencana Kerja Pendek yang penting disusun untuk diterapkan di ruang MPKP
(Model Praktek Keperawatan Profesional) terdiri dari rencana harian, bulanan dan
tahunan. Rencana ini penting agar semua kegiatan berjalan dengan tertib dan teratur yang
memungkinkan terlaksananya asuhan keperawatan yang komprehensif dan berkelanjutan.
Rencana harian adalah rincian kegiatan harian yang akan dilaksanakan oleh perawat
sesuai dengan perannya masing-masing, yang dibuat pada setiap shift yang
menggambarkan aktivitas perawatan selama 24 jam. Isi kegiatan disesuaikan dengan
peran dan fungsi perawat.
a. Tujuan Supervisi
Kegiatan supervisi mengusahakan seoptimal mungkin kondisi kerja yang kondusif
dan nyaman yang mencakup lingkungan fisik, atmosfer kerja, dan jumlah sumber-sumber
yang dibutuhkan untuk memudahkan pelaksanaan tugas. Tujuan supervisi adalah
diarahkan pada kegiatan untuk mengorientasikan staf dan pelaksana keperawatan, melatih
staf dan pelaksana keperawatan, memberikan arahan dalam pelaksanaan kegiatan sebagai
upaya untuk menimbulkan kesadaran dan mengerti peran dan fungsinya sebagai staf, dan
difokuskan kepada pemberian pelayanan kemampuan staf dan pelaksana keperawatan
dalam memberikan asuhan keperawatan (Arwani, 2004). Tujuan supervisi kinerja
perawat dalam pendokumentasian adalah meningkatkan keterampilan dalam
pendokumentasian asuhan keperawatan. Hasil akhir yang dicapai adalah meningkatnya
kepuasan kerja perawat dan kualitas layanan.
b. Fungsi Supervisi
Supervisi berfungsi untuk mengatur dan mengorganisasi kegiatan yang terjadwal
yang menjamin bahwa kegiatan telah dilaksanakan sesuai dengan kebijakan dan standar
kerja (Ilyas, 1995). Selain itu supervisi juga berfungsi untuk membimbing, memberikan
contoh, mengarahkan dan menilai atau mengevaluasi. Menurut Marquis dan Huston
(2000) agar fungsi supervisi dapat dicapai optimal, maka seorang supervisor harus
mempunyai kompetensi seperti berikut ini :
kinerja pendokumentasian
4) Memimpin kelompok dengan kegiatan dan tujuan tertentu
5) Transformasi informasi baik dari atasan ke bawahan maupun dari bawahan
keatasan yang meliputi : melaksanakan petunjuk, menyaring dan menyampaikan
informasi bawahan keatasan, merumuskan informasi atasan, mengusahakan hasil
kerja maksimal sehingga kegiatan pendokumentasian asuhan keperawatan
meningkat.
e. Kompetensi Supervisor
Untuk menjadi supervisor yang baik diperlukan kompetensi yang harus dimiliki dalam
melaksanakan supervisi (Bittel, 1987, Dharma, 2004). Kompetensi tersebut meliputi:
1) Knowledge Competencies, adalah kemampuan pengetahuan yang merupakan
pintu masuk seseorang untuk bekerja dengan baik. Seorang manajer akan lebih
sukses apabila dilandasi dengan ilmu pengetahuan yang cukup.
2) Entrepreneurial Competencies, adalah kompetensi yang meliputi 2 bagian yaitu
orientasi efisiensi dan produktivitas. Orientasi efisiensi adalah keinginan untuk
mendapatkan dan melakukan pekerjaan yang lebih baik dengan menggunakan dan
menggabungkan semua sumber daya yang ada. Produktif artinya memiliki
inisiatif, menuliskan laporan, menyapa atau menghubungi klien, memulai
melakukan sesuatu.
3) Intellectual Competencies, meliputi 3 bagian penting yaitu: berpikir logis dengan
mencari penyebab dari suatu kejadian; konseptual yaitu mampu untuk
mengumpulkan informasi dan dapat membedakan hal-hal di luar konsep;
keterampilan mendiagnosis yaitu mampu untuk mengaplikasikan konsep dan teori
ke dalam situasi dan kondisi kehidupan yang nyata.
4) Sosio-emotional Competencies. Kompetensi ini meliputi 5 bagian penting yaitu:
kepercayaan diri, pengembangan, persepsi objektif, pengkajian diri akurat dan
adaptasi stamina.
5) Interpersonal Competencies meliputi delapan bagian yaitu selain memiliki
kepercayaan diri yang kuat dan pengembangan lain, juga memiliki perhatian
kepada dampak, kekuasaan satu sisi, kekuasaan sosial, berpandangan positif dan
mengelola proses kelompok.
Dengan demikian kompetensi yang harus dimiliki supervisor dalam melakukan
supervisi terkait dengan kinerja perawat dalam pendokumentasian asuhan keperawatan
adalah mempunyai pengetahuan tentang pendokumentasian asuhan keperawatan
berdasarkan proses keperawatan. Kemampuan lain yang harus dipunyai adalah
kemampuan menyampaikan informasi atau pengarahan, penilaian kualitas dokumentasi
dan penerapan pendokumentasian.
Berikut ini adalah contoh rencana kerja harian seorang kepala ruang secara keseluruhan
Tabel 1.3
Rencana
Harian
Kepala
Ruangan
2. Ren
can
a
Ketua Tim bertanggung jawab atas anggota tim dan kelompok pasien yang diasuhnya.
Sama halnya dengan kepala ruang uraian tugas dan tanggung jawab ketua tim, perbedaan
pada wilayah atau bagian dari ruangan. Jelasnya di dalam satu ruangan bisa memiliki
lebih dari satu ketua tim Isi rencana harian ketua tim adalah:
Isi rencana harian perawat pelaksana adalah tindakan keperawatan untuk sejumlah pasien
yang dirawat pada shift dinasnya. Rencana harian perawat pelaksana shift sore dan
malam agak berbeda jika hanya satu orang dalam satu tim maka perawat tersebut
berperan sebagai ketua tim dan perawat pelaksana sehingga tidak ada kegiatan pre dan
post conference.
Rencana Bulanan
Setiap akhir bulan Kepala Ruangan melakukan evaluasi hasil keempat pilar atau
nilai MPKP ( Model Praktek Keperawatan Profesional) dan berdasarkan hasil
evaluasi tersebut. Kepala Ruangan akan membuat rencana tindak lanjut dalam
rangka peningkatan kualitas hasil. Kegiatan yang mencakup rencana bulanan
Karu adalah :
pelaksana
● Melakukan audit dokumentasi
Istilah bekerja shift adalah proses kerja secara terus - menerus selama 24
jam dan membutuhkan tiga kelompok orang, setiap bekerja terdiri dari delapan
jam per periode / shift sehingga seluruhnya berjumlah 24 jam ( Horrison BM,
1984 dikutip dari Alberta 2002). Pola pembagian shift kerja dibagi menjadi 2
( Granjen, 1996 dikutip dari Kurniawati, 2004) yaitu:
Rencana Tahunan
Rencana tahunan dibuat oleh Kepala Ruangan. Setiap akhir tahun kepala ruangan
melakukan evaluasi hasil kegiatan dalam satu tahun yang dijadikan sebagai acuan
rencana tindak lanjut serta penyusunan rencana tahunan berikutnya. Rencana kegiatan
tahunan mencakup:
1. Menyusun laporan tahunan yang berisi tentang kinerja MPKP baik proses
kegiatan ( aktivitas yang sudah dilaksanakan dari 4 pilar praktek profesional)
serta evaluasi mutu pelayanan.
2. Melaksanakan rotasi tim untuk penyegaran anggota masing - masing tim.
3. Penyegaran terkait dengan materi MPKP khusus kegiatan masing - masing
rendah pencapaiannya. Bertujuan mempertahanlan kinerja yang telah dicapai
MPKP bahkan meningkatkannya di masa mendatang.
4. Pengembangan SDM dalam bentuk rekomendasi peningkatan jenjang karir
perawat ( pelaksana menjadi katim, katim menjadi karu), rekomendasi untuk
kelanjutan pendidikan formal, membuat jadwal untuk mengikuti pelatihan -
pelatihan.
Laporan harian adalah laporan yang mencatat kegiatan setiap hari pada lembar yang telah
disediakan terhadap semuahal yang berkaitan dengan kegiatan proyek selama kegiatan
berlangsung dalam satu hari. Laporan harian secara garis besar berisi tentang laporan hasil
pekerjaan selama satu hari, dan tujuan pembuatan laporan harian adalah untuk mengetahui
sejauh mana progres pekerjaan yang sedang dilakukan. Laporan kinerja merupakan bentuk
akuntabilitas dari pelaksanaan tugas dan fungsi.
1) untuk memberikan informasi kinerja yang terukur kepada pemberi mandat atas
kinerja yang telah dan seharusnya dicapai.
2) upaya perbaikan berkesinambungan bagi instansi pemerintah untuk meningkatkan
kinerjanya
Berikut adalah beberapa contoh laporan sesuai dengan posisinya :
A. Kepala Ruangan
Kepala ruangan adalah seorang tenaga keperawatan yang diberi tanggung jawab dan
wewenang dalam mengatur dan mengendalikan kegiatan keperawatan diruang rawat.
Nama Perawat :
Ruangan :
Hari/Tanggal :
Jumlah Perawat :
Jumlah Pasien :
Nama Perawat :
Ruangan :
Hari/Tanggal :
Ketua Tim :
Jumlah Pasien :
Nama Perawat :
Ruangan :
Hari/Tanggal :
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Model pemberian asuhan keperawatan ada enam macam, yaitu: model kasus,
model fungsional, model tim, model primer, dan model modular. Masing-masing model
juga memiliki kelebihan maaupun kekurangannya sehingga pemberian asuhan
keperawatan dapat dilakukan dalam berbagai macam metode. Model pemberian asuhan
keperawatan ini berorientasi pada penyelesaian tugas dan prosedur keperawatan. Metode
kasus adalah metode dimana perawat bertanggung jawab terhadap pasien tertentu yang
didasarkan pada rasio satu perawat untuk satu pasien dengan pemberian perawatan
konstan untuk periode tertentu.
Tujuan pemberian metode tim dalam asuhan keperawatan adalah untuk
memberikan asuahan keperawatan sesuai dengan kebutuhan objektif pasien. Metode
keperawatan modular memiliki kesamaan baik dengan metode keperawatan tim maupun
metode keperawatan primer.
Daftar Pustaka
Novia dkk (2014). Laporan Model Praktik Keperawatan Profesional (MPKP). Diakses dari
https://pdfslide.net/documents/laporan-mpkp.html pada tanggal 14 Agustus 2020 pukul
20.00 WIB
Marquis, B. L. (2010). Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan : teori & aplikasi. Jakarta:
EGC. Nursalam. (2014).