Anda di halaman 1dari 18

AGREGAT KOMUNITAS

TUBERCULOSIS PARU

OLEH :

KELOMPOK I

1. ADE AYUNINGSIH (NH0222001)


2. ADOLFINA (NH0222002)
3. ALBERTINUS JEFRY Y. (NH0222003)
4. ALDFI AFIFAH NURPA (NH0222004)
5. ALI SAFI (NH0222005)
6. ALISDA (NH0222006)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN KONVERSI SEKOLAH TINGGI ILMU

KESEHATAN NANI HASANUDDIN MAKASSAR

2023
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Tuhan Yang Maha Esa yang telah menolong penyusun dalam

menyelesaikan makalah Agregat Komunitas “Tb Paru”, tanpa pertolongan-Nya mungkin

penyusun tidak akan sanggup menyelesaikan dengan baik. Makalah ini di susun oleh penyusun

dengan berbagai rintangan. Baik itu yang datang dari diri penyusun maupun yang datang dari

luar. Namun dengan penuh kesabaran dan kerja keras akhirnya makalah ini dapat terselesaikan.

Tak lupa juga penyusun mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang terlibat

selama pengerjaan makalah ini. Selain itu, teman-teman yang telah mendukung dan semoga

dengan dukungannya dapat menambah kemampuan kami di masa yang akan datang.

Penyusun berharap makalah ini dapat mendatangkan inspirasi bagi kami di masa yang

akan datang dan juga memberi manfaat bagi pembaca agar lebih meningkatkan kesadaran untuk

membaca.

Makassar, 18 Mei 2023

KELOMPOK I

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................i

DAFTAR ISI...............................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.....................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah................................................................................................................2
C. Tujuan..................................................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN

A. Konsep Medis Tb Paru.........................................................................................................3


B. Konsep Keperawatan Ilmu Komunitas................................................................................7
C. Diagnosis Keperawatan Ilmu Komunitas Tb Paru...............................................................10
D. Intervensi Keperawatan Komunitas Tb Paru.......................................................................10

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan..........................................................................................................................13
B. Saran ....................................................................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Keperawatan Komunitas adalah pelayanan keperawatan profesional yang ditujukan
kepada masyarakat dengan pendekatan pada kelompok resiko tinggi dalam upaya
pencapaian derajat kesehatan yang optimal melalui pencegahan penyakit dan peningkatan
kesehatan dengan menjamin keterjangkauan pelayanan kesehatan yang dibutuhkan dan
melibatkan klien sebagai mitra dalam perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pelayanan
keperawatan. Pelayanan Keperawatan Komunitas adalah seluruh masyarakat termasuk
individu, keluarga dan kelompok yang beresiko tinggi seperti keluarga penduduk didaerah
kumuh, daerah terisolasi dan daerah yang tidak terjangkau termasuk kelompok bayi, balita,
lansia dan ibu hamil (Veronica, Nuraeni, & Supriyono, 2017).
Pelaksanaan asuhan keperawatan komunitas yang dilakukan menggunakan empat
pendekatan yaitu pendekatan individu, pendekatan keluarga, kelompok dan masyarakat.
Pendekatan yang dilakukan oleh mahasiswa terkait empat pendekatan yaitu pendekatan
individu, keluarga, dan kelompok masyarakat dilakukan dengan cara masing-masing
mahasiswa mengelola satu keluarga dengan resiko penyakit tertentu dan keluarga binaan.
Sampai saat ini salah satu penyakit menular yang paling berbahaya di dunia adalah
penyakit Tb Paru yang disebabkan oleh Mycobacterium Tuberculosis. Penyakit Tuberculosis
Paru (TBC) merupakan penyakit yang masih menjadi masalah utama kesehatan masyarakat
terutama di negara berkembang. Dengan masuknya kuman Tuberculosis Paru maka akan
menginfeksi saluran nafas bawah dan dapat menimbulkan terjadinya batuk produktif dan
darah (Pribadi, 2018).
Terdapat 3.833.148 kasus baru dan kambuh pada tahun 2020 di dunia (World Health
Organization, 2020). Pada tahun 2020 saat situasi pandemi berawal dari 845 kasus yang
seharusnya ditemukan hanya 350 ribu. Sementara untuk kasus TBC resisten diperkirakan 24
ribu kasus yang seharusnya ditemukan hanya 860 kasus (Kemenkes RI, 2018).
Menurut Astutiningsih, 2018 peran perawat dalam memberikan asuhan keperawatan
kepada pasien tuberculosis bertanggung jawab memenuhi kebutuhan dasar klien secara
holistic pemenuhan kebutuhan oksigen klien bila tidak adekuat. Sebelum memberikan

1
tindakan harus melakukan metode pengkajian, diagnose keperawatan, intervensi,
implementasi dan evaluasi. Peran perawat dalam menangani pasien TB seperti melakukan
pengobatan, membuat pasien aman nyaman selama melakukan perawatan. Perawat sebagai
advokat yaitu perawat sebagai pelindung membangun lingkungan yang aman dan
melindungi pasien dari efek yang tidak diinginkan dari pengobatan maupun tindakan
diagnostic, serta mencegah terjadinya kecelakaan. Perawat sebagai educator dengan
mendukung peningkatan pengetahuan klien mengenai kesehatan, gejala penyakit sampai
tindakan yang diberikan, kemudian terdapat perubahan perilaku pasien setelah dilakukan
pendidikan kesehatan.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas maka dapat diuraukan rumusan masalah sebagai berikut:
1. Menjelaskan konsep medis Tb Paru!
2. Menjelaskan konsep keperawatan ilmu komunitas Tb Paru!
3. Mengidentifikasi diagnosis keparawatan komunitas Tb Paru!
4. Mengidentifikasi intervesnsi keperawatan komunitas Tb Paru!
C. Tujuan
Dari rumusan masalah diatas maka dapat diuraikan tujuan sebagai berikut:
1. Memahami konsep medis Tb Paru.
2. Memahami konsep keperawatan ilmu komunitas Tb Paru.
3. Memahami diagnosis keparawatan komunitas Tb Paru.
4. Memahami intervesnsi keperawatan komunitas Tb Paru.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Konsep Medis TB Paru


1. Defenisi
Tuberkulosis merupakan penyakit yang disebabkan Mycobacterium tuberculosis.
Biasa menyerang paru-paru, kemudian dapat menyerang ke semua bagian tubuh.
Infeksinya terjadi selama 2-10 minggu. Pasca 10 minggu, akan muncul manifestasi
penyakit pada pasien karena gangguan dan ketidakefektifan respon imun. Namun
demikian, proses aktivitas TBC juga berlangsung secara berkepanjangan (Kardiyudiani
& Susanti, 2019).
Tuberkulosis merupakan suatu penyakit menular yang disebabkan oleh basil
Mycobacterium tuberculosis yang biasanya mempengaruhi organ paru- paru namun
dapat juga mempengaruhi organ lain selain paru-paru. Penyakit ini dapat menular
melalui udara dari orang yang terinfeksi ke orang lain, salah satunya melalui batuk.
(WHO. dalam Eka, F. et al 2017).
2. Etiologi
Penyebab terjadinya tuberculosis adalah Mycobacterium tuberculosis. Bakteri ini
memiliki sifat aerob yaitu bakteri yang membutuhkan oksigen untuk bertahan hidup.
Jika terdapat oksigen bakteri akan mati. Bakteri masuk melalui airbone infection
selanjutnya mengalami proses focus primer dari Ghon (Pristiyaningsih, Darmawati, &
Sri Sinto Dewi, 2017).
3. Manifestasi Klinis
Menurut Widiyatmoko tahun 2016 tanda dan gejala yang dirasakan sebagai berikut :
a. Kontak dengan penderita tuberculosis dewasa
b. Demam selama ≥ 2 minggu disertai dengan keringat malam
c. Batuk lebih dari 3 minggu
d. Berkurangnya nafsu makan
e. Turunnya berat badan dan susah naik setelah penanganan gizi adekuat
f. Malaise
g. Penurunan kesadaran pada pasien meningitis

3
4. Patofisiologi
Menurut Bachrudin tahun 2016 Mycobacterium tuberkulosis dapat masuk ke
dalam paru melalui sistem pernafasan, kemudian basil TBC masuk ke alveoli.
Terjadinya Fokus Ghon yaitu berkembangnya kuman di dalam paru – paru.
Menyebabkan terbentuknya kompleks primer diakibatkan oleh focus dan limfe.
Sampailah basil ke seluruh tubuh disebarkan melalui darah. Daya tahan tubuh seseorang
dan jumlah basil TBC sangat mempengaruhi perjalanan penyakit. Penyebaran dapat
dihentikan dengan respon imun tubuh, tetapi basil TBC menjadi kuman Dorman.
Menyebar ke organ lain seperti otak, ginjal, tulang secara limfogen dan hematogen.
Kuman menyebar ke jaringan sekitar, penyebaran secara Bronkogen baik di paru
bersangkutan maupun keparu-paru sebelahnya. Tertelannya dahak bersama ludah.
Setelah beberapa bulan atau tahun kuman berkembang dalam jaringan sehingga
terjadi daya tahan tubuh menurun atau lemah. Jika daya tahan tubuh menurun, jumlah
basil cukup, sumber infeksi dan virulensi kuman tinggi makan akan terjadi reinfeksi.
5. Komplikasi
Menurut Pratiwi tahun 2020 komplikasi tuberculosis dibagi menjadi 2 bagian
komplikasi berat dan komplikasi ringan, laryngitis, efusi pleura, pleurutis, empyema
merupakan golongan komplikasi ringan. Sedangkan pada komplikasi berat terdapat
obstruksi jalan nafas sampai ke sindrom gagal nafas dewasa (ARDS), kerusakan berat
pada parenkim, kor pulmunoal, ca paru, sindrom pasca tuberculosis, fibrosis paru.
Awal terjadinya komplikasi dini karena peradangan pada selaput dada menjadikan
pleura tersebut robek dan masuk melalui kelenjar limfe, kemudian melewati sel
mesotelial masuk ke rongga pleura dan juga bisa masuk ke pembuluh limfe. Saat
peradangan terjadi karena adanya bakteri piogenik akan membentuk pus/nanah
menyebabkan empyema. Hematoraks terjadi karena terkenanya pembuluh darah di
sekitar pleura. Efusi pleura tersebut tampak seperti transudate, karena bukan berasal
dari primer paru menyebabkan terjadi sirosis, sindrom nefrotik, gagal jantung kongestif.
Eksudat karena inflamasi menyebabkan meningkatnya integritas pembuluh darah kapiler
pleura, kemudian menyebabkan perubahan pada sel mesotelial membentuk kuboid atau
bulat, akhirnya menyebabkan keluarnya cairan ke rongga pleura.

4
Sedangkan komplikasi lanjut terjadi karena adanya peradangan pada sel-sel otot
jalan nafas. Dari peradangan kronis itu mengakibatkan paralisis silia dan terjadi statis
mukus karena adanya infeksi kuman. Proses terjadinya infeksi peradangan menyebabkan
bronkospasme mengakibatkan obstruksi jalan nafas yang reversible. Bisa juga dari
proses peradangan menyebabkan hipertrofi karena produksi mukus berlebihan terjadi
erosi epitel, fibrosis, metaplasia skuamosa dan penebalan lapisan mukosa sehingga
terjadi obstruksi jalan nafas irreversible. Dari obstruksi tersebut mengakibatkan gagal
nafas. Komplikasi Ca paru terjadi karena imunitas penderita rendah dan kuman tersebut
menyebar ke seluruh tubuh. Ketidakseimbangan fungsi onkogen dan gen tumor
suppressor dalam proses berkembang akan mengakibatkan mutasi gen. Ca paru tidak
dapat terkendali karena hilangnya fungsi gen suppressor menyebabkan sel berkembang
tidak beraturan (Safithri, 2017).
6. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan yang dilakukan pada penderita TB paru adalah
a. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan Laboratorium: Pemeriksaan darah tepi pada umumnya akan
memperlihatkan adanya :
1) Anemia, terutama bila penyakit berjalan menahun
2) Leukositosis ringan dengan predominasi limfosit
b. Pemeriksaan sputum.
Pemeriksaan sputum / dahak sangat penting karena dengan di ketemukannya kuman
BTA diagnosis tuberculosis sudah dapat di pastikan. Pemeriksaan dahak dilakukan 3
kali yaitu: dahak sewaktu datang, dahak pagi dan dahak sewaktu kunjungan kedua.
Bila didapatkan hasil dua kali positif maka dikatakan mikroskopik BTA positif. Bila
satu positif, dua kali negatif maka pemeriksaan perlu diulang kembali. Pada
pemeriksaan ulang akan didapatkan satu kali positif maka dikatakan mikroskopik
BTA negatif.
c. Ziehl-Neelsen (pewarnaan terhadap sputum, Positif jika ditemukan bakteri tahan
asam.
d. Skin test (PPD, Mantoux) Hasil tes mantoux dibagi menjadi dalam :
1) Indurasi 0-5 mm (diametenya) : mantoux negative

5
2) Indurasi 6-9 mm (diameternya) : hasil meragukan
3) Indurasi 10-15 mm (diameternya) : hasil mantoux positif
4) Indurasi lebih 16 mm (diameternya): hasil mantoux positif kuat 20
5) Reaksi timbul 48-72 jam setelah injeksi antigen intra cutan, berupa indurasi
kemerahan yang terdiri dari infiltrasi limfosit yakni persenyawaan
6) Reaksi timbul 48 – 72 jam setelah injeksi antigen intra kutan, berupa indurasi
kemerahan yang terdiri dari infiltrasi limfosit yakni persenyawaan antara
antibody dan antigen tuberculin.
e. Rontgen dada, menunjukkan adanya infiltrasi lesi pada paru-paru bagian atas,
timbunan kalsium dari lesi primer atau penumpukan cairan. Perubahan yang
menunjukkan perkembangan tuberkulosis meliputi adanya kavitas dan area fibrosa.
f. Pemeriksaan histology / kultur jaringan, Positif bila terdapat mikobakterium
tuberkulosis.
g. Biopsi jaringan paru, menampakkan adanya sel-sel yang besar yang mengindikasikan
terjadinya nekrosis.
h. Pemeriksaan fungsi paru Turunnya kapasitas vital, meningkatnya ruang fungsi,
meningkatnya rasio residu udara pada kapasitas total paru, dan menurunnya saturasi
oksigen sebagai akibat infiltrasi parenkim / fibrosa, hilangnya jaringan paru, dan
kelainan pleura (akibat dari tuberkulosis kronis).
7. Penatalasnaan Medis
Menurut Bachrudin tahun 2016 pengobatan TBC membutuhkan waktu 6-8 bulan
dengan tujuan agar tidak terjadi resistensi terhadap obat, mencegah relaps, mengurangi
penularan ke orang lain, mencegah kematian dan menyembuhkan pasien. Terdapat 2
cara pengobatan. Fase intensif terjadi selama 2 bulan pengobatan membunuh kuman
dengan cepat saat pasien terinfeksi selama 2 minggu menjadi tidak infeksi dan gejala
klinis membaik selama 2 bulan dengan BTA positif menjadi negatif. Fase lanjutan
selama 4-6 bulan dengan tujuan membunuh kuman persisten dan mencegah relaps.
Pengobatan ini membutuh pengawas minum obat (PMO), terdapat fase I dan II fase
intial atau fase intensif selama 2 bulan dengan obat yang harus diminum setiap hari INH,
rifampisin, pirazinamid, dan etambutol. Fase lanjutan selama 4 bulan dengan obat yang
diminum 3 kali sehari obat INH dan rifampisin.

6
B. Konsep Keperawatan Komunitas
1. Defenisi Keperawatan Komunitas
Keperawatan Komunitas adalah pelayanan keperawatan profesional yang
ditujukan kepada masyarakat dengan pendekatan pada kelompok resiko tinggi dalam
upaya pencapaian derajat kesehatan yang optimal melalui pencegahan penyakit dan
peningkatan kesehatan dengan menjamin keterjangkauan pelayanan kesehatan yang
dibutuhkan dan melibatkan klien sebagai mitra dalam perencanaan, pelaksanaan, dan
evaluasi pelayanan keperawatan. Pelayanan Keperawatan Komunitas adalah seluruh
masyarakat termasuk individu, keluarga dan kelompok yang beresiko tinggi seperti
keluarga penduduk didaerah kumuh, daerah terisolasi dan daerah yang tidak terjangkau
termasuk kelompok bayi, balita, lansia dan ibu hamil (Veronica, Nuraeni, & Supriyono,
2017).
2. Tujuan Keperawatan Komunitas
Adapun tujuan pemeberian asuhan keperawatan komunitas diantaranya adalah
meningkatkan motivsi serta kemampuan masyarakat dalam meningkatkan derajat
kesehatannya secara mandiri dengan optimal. Jika dirincikan secara detail tujuan
implikasi keperaawatan komunitas adalah (Kartikaningrum et al, 2017):
a. Meningkatakan pengetahuan masyarakat mengenai konsep dasar sehat sakit
b. Menigkatkan motivasi dan kemampuan individu, keluarga, serta masyarakat dalam
mengimplementasikan upaya perawatan mandiri
c. Meningkatkan upaya penanganan kelompok khusus serta masyarakat yang sangat
perlu untuk dibina
d. Meningktakan penaganan kasus dengan resiko tinggi dan membutuhkan tindak lanjut
asuhan pada tingkat keluarga
e. Terciptanya kondidi lingkungan sehat untuk meningkatkan derajat sehat yang
optimal
5. Sasaran Keperawatan Komunitas
Prioritas sasaran pelayanan keperawatan komunitas adalah komunitas yang
mempunyai masalah kesehatan: daerah yang belum kontak dengan sarana pelayanan
kesehatan (Puskesmas serta jaringannya), daerah yang sudah memanfaatkan sarana

7
pelayananan kesehatan tetapi memerlukan tindak lanjut keperawatan di rumah. Sistem
klien sebagai sasaran Puskesmas terdiri dari :
a. Sasaran individu
Individu meliputi balita gizi buruk, ibu hamil risiko tinggi, usia lanjut, penderita
penyakit menular dan tidak menular antar lain TB Paru, kusta, Malaria, Demam
Berdarah, Diare, ISPA/Pneumonia, dan penderita penyakit degeneratif
b. Sasaran keluarga
Sasaran keluarga adalah keluarga yang termasuk risiko (at risk); rentang terhadap
masalah kesehatan (vulnerable group) atau risiko tinggi (high risk group) dengan
prioritas:
1) Keluarga miskin belum kontak dengan sarana pelayanan kesehatan (Puskesmas
dan jaringannya) dan belum mempunyai kartu sehat
2) Keluarga miskin sudah memanfaatkan sarana pelayann kesehatan mempunyai
masalah kesehatan terkait dengan pertumbuhan dan perkembangan balita,
kesehatan reproduksi, penyakit menular
3) Keluarga tidak termasuk miskin yang mempunyai masalah kesehatan prioritas
serta belum memanfaatkan sarana pelayanan kesehatan atau tindak lanjut
perawatan dirumah pasca rawat
c. Sasaran kelompok
Sasaran kelompok adalah kelompok masyarakat khusus yang berisiko atau rentan
terhadap timbulnya masalah kesehatan baik yang terikat maupun tidak terikat dalam
satu institusi. Prioritas sasaran kelompok adalah:
a) Kelompok masyarakat khusus tidak terikat dalam suatu institusi antara lain
posyandu, kelompok balita, kelompok ibu hamil, kelompok usia lanjut,
kelompok penderita penyakit tertentu,kelompok pekerja informal;
b) Kelompok masyarakat khusus terikat dalam suatu institusi antara lain: sekolah,
pesantren, panti asuhan, panti usia lanjut. rumah tahanan, lembaga
pemasyarakatan
d. Sasaran masyarakat
Sasaran masyarakat adalah masyarakat yang mempunyai risiko tinggi terhadap
timbulnya masalah kesehatan, di prioritaskan pada:

8
a) Masyarakat disuatu wilayah (RT, RW, Kelurahan/Desa) yang mempunyai jumlah
bayi meninggal lebih tinggi dibandingkan daerah lain;
b) Masyarakat didaerah endemik penyakit menular, malaria, diare, demam berdarah,
dll) masyarakat dilokasi/barak pengungsian, akibat bencana atau akibat lainnya;
c) Masyarakt didaerah dengan kondisi geografis sulit antara lain daerah terpencil
atau daerah perbatasan
d) Masyarakat didaerah pemukiman baru dengan transportasi sulit seperti daerah
transmigrasi. Pelayanan perkesmas dapat diberikan secara langsung pada semua
tatanan pelayanan kesehatan.
6. Kegiatan Dalam Implenetasi Asuhan Keperawatan Komunitas
Adapun beberapa bentuk kegiatan dalam keperawatan komunitas sebagai bentuk
upaya promotif dan preventif adalah (Kartikaningrum et al., 2017):
a. Jenis upaya promotif (peningkatan status sehat)
Beberapa bentuk upaya untuk meningkatkan status sehat diantaranya adalah
dengan memberikan penyuluhan kesehatan, pemeliharaan kesehatan baik individu
ataupun kelompok meningkatkan asupan makanan bergizi, rajin berolahraga,
olahraga serta melakukan rekreasi.
b. Jenis upaya preventif
Adapun beberapa jenis upaya preventif yang dapat dilakukan guna mencegah
penyakit baik dalam tingkatan individu, kelompok serta masyarakat diantaranya
adalah melakukan pemeriksaan kehamilan secara berkala, pemberian berbagai
vitamin, serta yodium, memberikan imunisasi pada bayi, atau balita serta ibu hamil
c. Upaya kuratif
Upaya jenis ini diupayakan guna memberikan perawatan serta pengobatan.
Adapun jenis kegiatannya adalah melakukan perawatan ibu hamil dalam berbagai
kondisi patologis, melakukan home care nursing, memberikan perawatan bayi baru
lahir, serta perawatan payudara
d. Upaya rehabilitatif
Upaya rehabilitatif merupakan upaya yang terkait dengan berbagai upaya
pemulihan pasien terhadap penyakit dalam tatanan masyarakat atau komunitas
seperti penyakit kusta, adanya cacat fisik, serta TB dan lain sebagainya. Berbagai
jenis exercise fisik pada penderita stroke, kusta, patah tulang yang cenderung
membutuhkan fisioterapis saat pelatihan awal.
e. Upaya resosialitatif
Adapun upaya jenis ini merupakan upaya dalam mengembalikan individu yang
terisolasi kedalam masyarakat seperti pada penderita individu dengan HIV AIDS,
kusta, wanita tuna wisma, dan tuna susila. Upaya ini membutuhkan kinerja ekstra
dalam meyakinkan masyarakat mengenai kondisi yang benar terkait masalah pada

9
individu serta menjelaskan detail batasan yang dapat dilakukan bersama dengan
penderita.
C. Diagnosis Keperawatan TB Paru
Diagnosis keperawatan yang biasa muncul pada anggota keluarga dengan TB Paru:
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubung dengan ketidakmampuan keluarga merawat
anggota keluarga yang sakit.
2. Hipertermia karena proses penyakit TB Paru berhubung dengan ketidakmampuan
keluarga merawat anggota keluarga yang sakit
3. Gangguan pertukaran gas karena proses penyakit TB Paru berhubung dengan
ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit
4. Defisit nutrsi berhubung dengan ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga
yang sakit
5. Defisit pengetahuan berhubung dengan ketidakmampuan keluarga mengenal masalah
kesehatan
6. Resiko tinggi penyebaran infeksi pada orang lain berhubung dengan ketidakmampuan
keluarga memelihara / memodifikasi lingkungan
7. Resiko tinggi penyebaran infeksi pada diri sendiri (klien) berhubung dengan
ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan yang tepat
D. Intervensi Keperawatan TB Paru

Diagnosis
No Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Keperawatan
Keperawatan
1. Bersihan jalan Tujuan: Keluarga mampu a. Ajarkan keluarga untuk
nafas tidak merawat anggota keluarga yang melatih klien teknik batuk
efektif sakit yang mengalami bersihan efektif
berhubung jalan nafas tidak efektif b. Pantau keluarga dalam
dengan Kriteria: Anggota keluarga melakukan perawatan
ketidakmampua mengerti dan mampu untuk mencegah
n keluarga mengajarkan klien teknik batuk terjadinya bersihan jalan
merawat efektif dan posisi semi fowler agar nafas yang tidak efektif
anggota bersihan jalan nafas efektif
keluarga yang kembali
sakit.
2. Hipertermia Tujuan: Keluarga mengerti a. Beri penjelasan pada
karena proses tentang Hipertermia yang timbul keluarga proses penyakit
penyakit TB karena proses penyakit TB Paru TB Paru hingga timbulnya
Paru berhubung Kriteria: Keluarga mampu Hipertermia
dengan menjelaskan penyebab b. Ajarkan keluarga untuk

10
ketidakmampua hipertermia pada penyakit TB beri kompres dan anjurkan
n keluarga Paru dan mampu merawat beri banyak minum bila
merawat anggota keluarga yang yang sakit klien mengalami
anggota hipertermia
keluarga yang
sakit
3. Gangguan Tujuan: Keluarga mengerti a. Beri penjelasan pada
pertukaran gas tentang gangguan pertukaran gas keluarga mengenai
karena proses yang timbul karena proses timbulnya gangguan
penyakit TB penyakit TB Paru pertukaran gas pada
Paru berhubung Kriteria: Keluarga paham tentang penyakit TB paru
dengan proses pertukaran gas pada b. Ajarkan keluarga cara
ketidakmampua penyakit TB paru dan mampu posisi semi fowler bila
n keluarga merawat anggota keluarga yang klien mengalami sesak
merawat sakit dengan TB Paru nafas
anggota
keluarga yang
sakit
4. Defisit nutrsi Tujuan: Keluarga mengerti a. Jelaskan pada keluarga
berhubung tentang pentingnya kebutuhan mengenai pentingnya
dengan nutrisi bagi penderita TB Paru dan kebutuhan nutrisi bagi
ketidakmampua dapat merawat klien klien yang menderita TB
n keluarga Kriteria: Kelurga dapat Paru
merawat menjelaskan manfaat nutrisi dan b. Anjurkan klien untuk
anggota akibat kekurangan nutri bagi klien memberi makanan bergizi
keluarga yang dengan TB Paru dan keluarga dan sajikan hangat dengan
sakit mampu memenuhi mebutuhan porsi kecil tapi sering
nutrisi klien ditandai dengan nafsu
makan klien bertambah,dan berat
badan naik kembali
5. Defisit Tujuan: Kelurga mengerti tentang a. Beri penjelasan pada
pengetahuan penyakit TB, penyebab, keluarga mengenai
berhubung pencegahan, pengobatan dan pengertian penyakit TB
dengan perawatan klien dengan TB Paru Paru, penyebab,
ketidakmampua Kriteria: Keluarga klien dapat pencegahan, pengobatan
n keluarga menjelaskan kembali mengenai dan perawatan pada klien
mengenal penyakit TB paru, penyebab, dengan TB Paru
masalah pencegahan, pengobatan dan b. Jelaskan pada keluarga
kesehatan perawatan pada klien dengan Tb akibat bila klien penderita
Paru TB paru tidak mendapat
pengobatan dan perawatan
maksimal
6. Resiko tinggi Tujuan: Keluarga mengerti resiko a. Jelaskan pada keluarga
penyebaran penyebaran infeksi penyakit TB proses penularan penyakit
infeksi pada Paru kepada orang lain dan TB
orang lain Infeksi tidak terjadi b. Ajarkan keluarga cara cuci

11
berhubung Kriteria: Keluarga bebas dari tangan yang baik dan
dengan infeksi penularan penyakit TB, benar
ketidakmampua keluarga dapat menjelaskan c. Anjurkan keluarga untuk
n keluarga kembali proses penularan menerapkan PHBS di
memelihara/ penyakit TB dan keluarga dapat rumah tangga Anjurkan
memodifikasi menerapkan PHBS di rumah keluarga untuk membuka
lingkungan tangganya jendela dan membiarkan
cahaya matahari masuk ke
dalam rumah
7. Resiko tinggi Tujuan : Keluarga mengerti akibat a. Jelaskan pada keluarga
penyebaran dari resiko penyebaran infeksi tentang resiko penyebaran
infeksi pada diri penyakit TB Paru pada diri klien infeksi pada diri kilen
sendiri (klien) dan keluarga mampu mengambil penderita TB paru
berhubung keputusan yang tepat dalam b. Jelaskan pada keluarga
dengan mengobati anggota keluarganya pentingnya memantau dan
ketidakmampua yang sakit mendampingi klien
n keluarga Kriteria : Keluarga mau mengikuti minum obat TB
mengambil anjuran dari petugas kesehatan c. Ajurkan klien
keputusan yang dalam memantau dan menyediakan tempat
tepat mendampingi klien dalam penampunga n dahak yaitu
melakukan pengobatan selama 6 dalam wadah tertutup
bulan yang diberi lisol

12
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Keperawatan Komunitas adalah pelayanan keperawatan profesional yang ditujukan
kepada masyarakat dengan pendekatan pada kelompok resiko tinggi dalam upaya
pencapaian derajat kesehatan yang optimal melalui pencegahan penyakit dan peningkatan
kesehatan dengan menjamin keterjangkauan pelayanan kesehatan yang dibutuhkan dan
melibatkan klien sebagai mitra dalam perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pelayanan
keperawatan. Pelayanan Keperawatan Komunitas adalah seluruh masyarakat termasuk
individu, keluarga dan kelompok yang beresiko tinggi seperti keluarga penduduk didaerah
kumuh, daerah terisolasi dan daerah yang tidak terjangkau termasuk kelompok bayi, balita,
lansia dan ibu hamil (Veronica, Nuraeni, & Supriyono, 2017).
Sampai saat ini salah satu penyakit menular yang paling berbahaya di dunia adalah
penyakit Tb Paru yang disebabkan oleh Mycobacterium Tuberculosis. Penyakit Tuberculosis
Paru (TBC) merupakan penyakit yang masih menjadi masalah utama kesehatan masyarakat
terutama di negara berkembang. Dengan masuknya kuman Tuberculosis Paru maka akan
menginfeksi saluran nafas bawah dan dapat menimbulkan terjadinya batuk produktif dan
darah (Pribadi, 2018).
B. Saran
Semoga dalam pembuatan makalah ini berguna bagi pembaca pada umumnya dan
khususnya berguna bagi penyusun. Dalam pembuatan makalh ini penulis menyadari bahwa
makalah ini jauh dari ketidaksempurnaan untuk penulis mengharapkan kritik dan saran yang
sifatnya membangun, agar pembuatan makalah selanjutnya bisa lebih baik lagi.

13
14
DAFTAR PUSTAKA

Bachrudin, M. (2016). Keperawatan Medikal Bedah. Keperawatan Medikal Bedah I (1st ed; H.
Purwanto, Ed.) jakarta Selatan: Pusdik SDM Kesehatan

Eka, F.(2017).Karakteristik penderita tuberkulosis paru di puskesmas rujukan mikroskopis


kabupaten aceh besar.volume 4 (no.1), 13-20

Kardiyudiani, N. K., & Susanti, B. A. D. (2019). Keperawatan Medikal Bedah 1.Yogyakarta:


PT. Pustaka Baru

Kartikaningrum, E.d. et al. (2017). Konsep Dasar Keperawatan Komunitas. Journal of Chemical
Information And Modeling

Kemenkes RI. (2018). Infodatin Tuberkulosis. Kementerian Kesehatan RI, 1–8.

Pribadi, A. (2018). Efektifitas Pengeluaran Sekeret Dengan Teknik Napas Dalam Dan Batuk
Efektif Pada Pasien Tb Di Poli Paru Rsi Nu Lamongan. Jurnal Skripsi Program Studi S1
Ilmu Keperawatan Stikes Majapahit Mojokerto .

Pristiyaningsih, A., Darmawati, S., & Sri Sinto Dewi. (2017). Gambaran Suspek Tb Paru Di
Wilayah Upt Puskesmas Tunjungan Blora. Unimus, 2–3.

Safithri, F.(2017) Diagnosis TB Dewasa dan Anak Berdasarkan ISTC ( Internasional Srandard
for TB Care). Saintika Medika, 7(2).https://doi.org/10.22219/sm.v7i2.4078

Widiyatmoko, A. (2016). Panduan Belajar Program Pendidikan Profesi Ilmu Penyakit Dalam.

World Health Organization. (2020). Provisional TB notifications by month orquarter.

Anda mungkin juga menyukai