DOSEN PEMBIMBING :
Riny Apriani S.kep, Ners, M.kep
DISUSUN OLEH:
1. Ariea Putra Dutawan (20142011849)
2. Liza Zuliana (20142011855)
3. Septiana Sari (20142011857)
4. Putri Nehemia Pintracy (20142011867)
5. Zupri Siketang (20142011869)
Penulis
ii
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii
BAB 1 PENDAHULUAN ......................................................................................1
1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................... 3
1.3 Tujuan ....................................................................................................... 3
1.4 Manfaat ..................................................................................................... 3
BAB 2 TINJAUAN TEORI ...................................................................................5
2.1 Konsep Dasar Tuberkulosis...................................................................... 5
2.2 Klasifikasi Tuberkulosis ........................................................................... 5
2.3 Etiologi Tuberkulosis ............................................................................... 8
2.4 Patofisiologi Tuberkulosis ........................................................................ 9
2.5 Manifestasi Klinis................................................................................... 13
2.6 Diagnosis Tuberkulosis .......................................................................... 13
2.7 Terapi Farmakologi ................................................................................ 17
2.8 Terapi Non Farmakologi ........................................................................ 21
BAB 3 ASUHAN KEPERAWATAN..................................................................25
3.1 Pengkajian ............................................................................................. 25
3.2 Diagnosa Keperawatan ........................................................................... 37
3.3 Rencana Keperawatan ............................................................................ 37
3.4 Implementasi Keperawatan .................................................................... 41
3.5 Evaluasi .................................................................................................. 46
BAB 4 PEMBAHASAN .......................................................................................47
4.1 Pengkajian .............................................................................................. 47
4.2 Diagnosa Keperawatan ........................................................................... 47
4.3 Intervensi ................................................................................................ 48
4.4 Implementasi .......................................................................................... 48
4.5 Evaluasi .................................................................................................. 49
iii
BAB 5 PENUTUP.................................................................................................50
5.1 Kesimpulan ............................................................................................. 50
5.2 Saran ....................................................................................................... 50
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................52
LAMPIRAN ........................................................................................................ 53
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tuberkulosis adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh kuman
Mycobacterium tuberculosis. Terdapat beberapa spesies Mycobacterium, antara
lain: M. tuberculosis, M. africanum, M. bovis, M. Leprae dsb. Yang juga dikenal
sebagai Bakteri Tahan Asam (BTA). Kelompok bakteri Mycobacterium selain
Mycobacterium tuberculosis yang bisa menimbulkan gangguan pada saluran nafas
dikenal sebagai MOTT (Mycobacterium Other Than Tuberculosis) yang
terkadang bisa mengganggu penegakan diagnosis dan pengobatan TBC.1 Hingga
saat ini, Tuberkulosis tercatat sebagai salah satu masalah kesehatan dunia yang
masuk dalam Millennium Development Goals (MDGs).
Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI masih terus menggaungkan
Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (Germas). Hal itu untuk mengantisipasi
terjadinya masalah kesehatan terutama Stunting, TBC, dan penyakit yang dapat
dicegah dengan imunisasi. Masalah kesehatan tersebut diupayakan selesai pada
2019 sebagaimana hasil Rapat Kerja Kesehatan (Rakerkesnas) 2018 yang digelar
pada 5-8 Maret 2018 di Tangerang, Banten. Karenanya, diharapkan pemahaman
dan pengaplikasian Germas dilakukan secara merata oleh seluruh masyarakat
Indonesia.
Germas merupakan gerakan nasional yang diprakarsai oleh Presiden RI
Joko Widodo dengan mengedepankan upaya promotif dan preventif, serta
melibatkan seluruh komponen bangsa dalam memasyarakatkan paradigma sehat.
Lintas sektor diharapkan dapat membuat kebijakan yang dapat mendukung
pengimplementasian Germas.
Germas meliputi kegiatan aktivitas fisik, konsumsi buah dan sayur, tidak
merokok, memeriksakan kesehatan secara rutin, membersihkan lingkungan, dan
menggunakan jamban. Germas secara nasional dimulai dengan berfokus pada 3
kegiatan, yakni melakukan aktivitas fisik 30 menit per hari, mengkonsumsi buah
dan sayur, dan memeriksakan kesehatan secara rutin minimal 6 bulan sekali
sebagi upaya deteksi dini penyakit.
1
Terkait TBC, sesuai data WHO Global Tuberculosis Report 2016, Indonesia
menempati posisi kedua dengan beban TBC tertinggi di dunia. Tren insiden kasus
TBC di Indonesia tidak pernah menurun, masih banyak kasus yang belum
terjangkau dan terdeteksi, kalaupun terdeteksi dan telah diobati tetapi belum
dilaporkan.
TBC di Indonesia merupakan salah satu jenis penyakit penyebab kematian
nomor empat setelah penyakit stroke, diabetes dan hipertensi. Kasus penyakit
TBC di Indonesia masih terbilang tinggi yakni mencapai sekitar 450 ribu kasus
setiap tahun dan kasus kematian akibat TBC sekitar 65 ribu orang.
Penyakit TBC lebih banyak menyerang orang yang lemah kekebalan
tubuhnya, lanjut usia, dan pasien yang pernah terserang TBC pada masa
kanakkanaknya. Penyebab penyakit TBC adalah infeksi yang diakibatkan dari
kuman Mycobaterium tuberkulosis yang sangat mudah menular melalui udara
dengan sarana cairan yang keluar saat penderita bersin dan batuk, yang terhirup
oleh orang sekitarnya.
Seseorang yang terinfeksi TB paru akan menimbulkan berbagai dampak di
kehidupannya, baik secara fisik, mental, maupun sosial. Secara fisik, seseorang
yang telah terinfeksi TB paru akan sering batuk, sesak nafas, nyeri dada, berat
badan dan nafsu makan menurun, serta berkeringat di malam hari. Semua hal itu
tentunya akan mengakibatkan seseorang tersebut menjadi lemah. Secara mental,
seseorang yang telah terinfeksi TB paru umumnya akan merasakan berbagai
ketakutan di dalam dirinya, seperti ketakutan akan kematian, pengobatan, efek
samping dalam melakukan pengobatan, kehilangan pekerjaan, kemungkinan
menularkan penyakit ke orang lain, serta ketakutan akan ditolak dan
didiskriminasi oleh orang-orang yang ada di sekitarnya.
Secara global pada tahun 2016 terdapat 10,4 juta kasus insiden TBC (CI 8,8
juta – 12, juta) yang setara dengan 120 kasus per 100.000 penduduk. Lima negara
dengan insiden kasus tertinggi yaitu India, Indonesia, China, Philipina, dan
Pakistan. Saat ini, Indonesia berada pada peringkat kelima negara yang memiliki
beban tuberkulosis tertinggi di dunia dengan estimasi jumlah kasus sebesar
410.000 sampai 520.000.
2
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas,maka rumusan masalah pada makalah ini
adalah Bagaimana Asuhan Keperawatan pada lansia Ny.S dengan Tuberculosis
(TBC).
m
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
1.4 Manfaat
1. Makalah ini bermanfaat bagi pembaca untuk mengembangkan dan paham
akan perawatan Tuberkulosis
2. Dengan melakukan pembuatan makalah ini, penulis dapat mengetahui dan
memahami secara spesifik tentang Tuberkulosis.
3
4
BAB 2
TINJAUAN TEORI
5
Ekstra Paru – Kulit. Penamaan ini ditujukan untuk mempermudah dalam
dokumentasi terkait penyakit.
2. Bakteriologi berupa hasil pemeriksaan langsung dahak secara mikroskopis
yang diutamakan untuk penyakit TB Paru yaitu hasil BTA Positif dan BTA
Negatif. Basil Tahan Asam (BTA) adalah istilah untuk bakteri TB yang
berbentuk batang atau basil dan ketika dilakukan pemeriksaan bakteri,
kuman tersebut tahan terhadap pewarnaan asam. TB Paru BTA Positif
adalah ketika sekurang-kurangnya 2 (dua) dari 3 (tiga) spesimen dahak SPS
(Sewaktu-Pagi-Sewaktu) hasilnya BTA Positif atau 1 (satu) spesimen dahak
SPS hasilnya BTA Positif disertai hasil foto rontgen dada yang
menunjukkan gambaran TB aktif atau 1 (satu) spesimen dahak SPS hasilnya
BTA Positif disertai biakan kuman TB positif atau 1 (satu) spesimen dahak
hasilnya positif setelah 3 (tiga) spesimen dahak SPS pada pemeriksaan
sebelumnya hasilnya BTA Negatif dan tidak ada perbaikan setelah terapi
antibiotika non OAT. Dahak Sewaktu (S) yang pertama dikumpulkan pada
saat suspek TB datang pertama kali ke dokter dan membawa pot dahak
untuk mengumpulkan dahak pada hari kedua di Pagi (P) hari segera setelah
bangun. Pot dahak diserahkan sendiri kepada petugas di instansi kesehatan
sekaligus pengumupulan dahak Sewaktu (S) yang kedua. TB Paru BTA
Negatif adalah kasus yang tidak memenuhi kriteria definisi kasus pada TBA
Paru BTA Positif ketika setidaknya seluruh pemeriksaan spesimen dahak
SPS hasilnya BTA Negatif namun pada foto rontgen dada menunjukkan
gambaran TB aktif (begitu juga kultur TB positif) dan tidak ada perbaikan
kondisi setelah pemberian terapi antibiotika non OAT (jika HIV negatif)
serta hasil pertimbangan dokter untuk memberikan terapi OAT. Suspek TB
adalah setiap penderita yang datang dengan gejala atau tanda yang merujuk
ke TB. Gejala paling umum dari TB Paru adalah batuk produktif (berdahak)
yang tidak terjelaskan penyebabnya, lebih dari 2 (dua) minggu yang
mungkin disertai dengan gejala pernafasan lainnya (nafas pendek, nyeri
dada, haemoptysis) dan/atau gejala dasar lainnya (hilang nafsu makan, berat
badan turun, demam, keringat di malam hari, dan kelelahan serta faktor
6
lokal seperti usia, status HIV, prevalensi HIV di populasi, prevalensi TB di
populasi, dan lain lain) sehinga harus dilakukan pemeriksaan terkait TB.
Pembuktian pasien TB secara mikroskopis disertai konfirmasi oleh dokter
termasuk dalam Kasus TB sedangkan pasien TB dengan atau tanpa biakan
positif M. tuberculosis dengan sekurang-kurangnya 2 (dua) dari 3 (tiga)
spesimen dahak SPS hasilnya BTA Positif termasuk dalam Kasus TB Pasti
(Definitif). TB Paru dengan BTA Negatif dan TB Esktra Paru kemungkinan
besar dapat mengalami kekambuhan (Relaps), putus berobat (Default),
gagal pengobatan (Failure), hingga menjadi status kronik. Walaupun
kondisi ini sangat jarang terjadi namun harus terlebih dahulu dibuktikan
secara patologik, bakteriologik (biakan bakteri), radiologik, dan
pertimbangan medis spesialistik sebagai langkah pencegahan awal.
3. Riwayat pengobatan TB sebelumnya yang menentukan tipe penderita yaitu
pasien dengan kasus baru, pasien yang sebelumnya pernah diobati (kasus
kambuh, kasus putus berobat, dan kasus gagal pengobatan), pasien
pindahan, dan pasien jenis lainnya (kasus kronik). Pada pasien dengan kasus
baru merupakan pasien yang sebelumnya belum pernah diobati dengan Obat
Anti Tuberkulosis (OAT) atau sudah pernah menelan OAT kurang dari satu
bulan (30 dosis harian ketika belum dinyatakan suspek TB). Pemeriksaan
BTA bisa positif ataupun negatif dan kemungkinan memiliki penyakit pada
daerah tubuh manapun. Pada pasien yang sebelumnya pernah diobat
mencakup kasus Kambuh (Relaps) berupa penderita TB yang sebelumnya
pernah mendapatkan terapi TB dan telah dinyatakan berhasil kemudian
kembali lagi melakukan terapi karena dari pemeriksaan dahak terbarunya
(apusan dan kultur) menghasilkan BTA Positif; kasus Putus Berobat karena
lalai (Default) berupa penderita TB yang sudah berobat kurang dari sebulan
lalu berhenti 2 (dua) bulan atau lebih, dan datang kembali berobat umumnya
dengan hasil pemeriksaan terbaru dahak BTA Positif; dan kasus Gagal
Pengobatan (Failure) berupa penderita BTA Positif yang masih tetap positif
atau kembali menjadi positif pada akhir bulan ke – 5, di mana satu bulan
sebelum akhir pengobatan, atau lebih, atau penderita dengan hasil BTA
7
Negatif – rontgen positif pada awalnya kemudian berubah menjadi BTA
Positif pada akhir bulan ke – 2 terapi. Pada pasien pindahan atau transfer in
berupa penderita TB yang sedang menjalankan pengobatan di suatu area
(kabupaten) kemudian pindah berobat ke area lain. Penderita pindahan
tersebut harus membawa surat rujukan/pindah. Hasil pemeriksaan dahak
mikroskopis dapat berupa BTA positif dan BTA Negatif. Pada jenis pasien
lain berupa semua kasus yang tidak termasuk dalam ketentuan sebelumnya
termasuk juga kasus kronik. Kasus kronik berupa penderita TB dengan hasil
pemeriksaan masih BTA Positif setelah pengobatan ulang kategori 2 selesai.
Kemudian termasuk penderita TB yang tidak diketahui riwayat pengobatan
sebelumnya, riwayat pengobatan diketahui namun hasilnya tidak diketahui,
dan penderita TB yang kembali ke dokter dengan hasil BTA Negatif.
4. Jenis infeksi pada penyakit TB terbagi 2 (dua) yaitu infeksi laten (Latent
Tuberculosis Infection/LTBI) dan infeksi aktif (Tuberculosis Disease/TB
Disease). Pada infeksi laten, penderita tidak mengalami sakit dan gejala,
tidak menyebarkan infeksi ke orang lain, dan bakteri yang mengifeksi
bersifat dorman dalam tubuh. Sedangkan pada infeksi aktif, bakteri aktif
menginfeksi tubuh sehingga penderita mengalami sakit dan gejala, juga
dapat menyebarkan infeksi ke orang lain. Status penyakit Human Immuno-
Defficiency Viruses (HIV) dimana komorbiditas terbesar dari penyakit
imunitas ini adalah penyakit TB. Hal ini dikarenakan penderita HIV
mengalami penurunan sistem pertahanan tubuh atau imunitas yang rendah
sehingga menyebabkan infeksi Tuberkulin mudah terjadi serta mudah untuk
berkembangbiak dalam tubuh penderita. Penentuan status HIV adalah
penting untuk keputusan terapi kemudian langkah-langkah dalam memantau
terapinya sendiri.
8
pada dinding selnya sampai hampir 60% dari berat seluruhnya sehingga sangat
sukar diwarnai dengan pewarnaan Gram biasa. Pewarnaan yang lazim digunakan
pada pemeriksaan bakteri ini adalah pewarnaan Ziehl-Neelsen dengan karbol-
fuchsin atau pewarnaan dengan fluorokrom. Diantara Mycobacterium lain,
Mycobacterium tuberculosis seringkali menjadi patogen pada manusia. (Dipiro et
al., 2014).
Mycobacterium tuberculosis ditularkan dari orang ke orang melalui batuk,
bersin, berbicara, atau kegiatan lain yang secara tidak sengaja mengeluarkan
droplet nuklei dari mulutnya. Droplet ini jatuh ke lantai, tanah, atau tempat lain
dan menguap sehingga bakteri yang terdapat dalam droplet dapat menyebar di
udara. Droplet ini mengandung 1-3 basil, berukuran sangat kecil sehingga dapat
masuk hingga alveoli, dan apabila terhirup individu sehat maka individu tersebut
berpotensi terkena infeksi.
9
menghirup bakteri tuberkulosis dari udara (air-borne infection) maka bakteri
dapat dapat terisap melewati pertahanan mukosilier saluran pernafasan dan masuk
hingga alveoli. Pada permukaan alveolus, basil tercerna oleh makrofag paru-paru.
Jika makrofag ini berhasil menghambat atau membunuh basil, maka infeksi gagal.
Namun bila makrofag tidak cukup kuat melakukan hal tersebut, maka bakteri
justru akan bermultiplikasi dalam makrofag, makrofag pecah dan melepakan
banyak basil M. tuberculosis. Bakteri ini kemudian difafositosis oleh makrofag
lainnya, kembali pecah, dan melepaskan kembali banyak basil. Siklus ini akan
terus berlanjut beberapa minggu hingga tuan rumah dapat meningkatkan respon
imunnya. (Dipiro et al., 2014)
Selama fase awal infeksi, M. tuberculosis akan berkembang secara
logaritmik. Beberapa organisme intraseluler diangkut oleh makrofag ke kelenjar
getah bening regional di daerah hilus, mediastinum, dan retroperitoneal. Nekrosis
jaringan dan kalsifikasi pada daerah yang terinfeksi dan nodus limfe regional
dapat terjadi, menghasilkan pembentukan radiodense area menjadi kompleks
Ghon. Makrofag yang teraktivasi dalam jumlah besar akan mengelilingi daerah
yang ditumbuhi M. tuberculosis yang padat seperti keju (daerah nekrotik) sebagai
bagian dari imunitas yang dimediasi oleh sel. Hipersensitivitas tipe tertunda juga
berkembang melalui aktivasi dan perbanyakan limfosit T. Makrofag membentuk
granuloma yang mengandung organisme. Dalam waktu 3-6 minggu, inang yang
baru terkena infeksi akan menjadi sensitif terhadap protein yang dibuat bakteri
tuberkulosis dan bereaksi positif terhadap tes tuberkulin atau tes Mantoux.
Sekitar 90% pasien yang pernah menderita penyakit primer tidak memiliki
manifestasi klinis lain selain uji kulit yang positif dengan atau tanpa kombinasi
dengan adanya granuloma yang stabil yang diperoleh dari radiografi. Sekitar 5%
(anak-anak, orang tua, atau orang dengan sistem imun menurun) mengalami
penyakit primer yang berkembang pada daerah infeksi primer (biasanya lobus
paling bawah) dan lebih sering dengan diseminasi, menyebabkan terjadinya
meningitis dan biasanya juga melibatkan lobus paru-paru paling atas. (Sukandar
dkk., 2008)
10
1. Reaktivasi Penyakit
Setelah terjadi resolusi dari infeksi primer, sejumlah kecil bakteri TB masih
hidup dalam keadaan dorman di jaringan parut. Sekitar 10% dari pasien yang
terinfeksi mengalami reaktivasi penyakit dan reaktivasi dapat terjadi bila daya
tahan tubuh menurun, alkoholisme, keganasan, silikosis, diabetes melitus, dan
AIDS. Hampir setengah dari kasus reaktivasi ini terjadi dalam 2 (dua) tahun
infeksi.
3. Respon Imun
Respon limfosit T sangat penting untuk mengendalikan infeksi M.
tuberculosis. Limfosit T akan mengaktifkan makrofag yang pada akhirnya akan
memakan dan membunuh bakteri. Limfosit T juga akan menghancurkan makrofag
dewasa yang memakan bakteri, tapi tidak dapat langsung membunuh bakterinya.
Sel T CD4+ merupakan sel T yang utama terlibat, dengan kontribusi sel T γδ dan
sel T CD8+. Sel T CD4+ menghasilkan Interferon-γ (INF-γ) dan sitokin lain,
termasuk IL-2 dan IL-10 yang mengoordinasikan respon imun terhadap
11
tuberkulosis.
12
2.5 Manifestasi Klinis
Individu yang terinfeksi TB umumnya akan mengeluhkan berbagai tanda
dan gejala yang terbagi menjadi dua golongan, yaitu keluhan respiratoris meliputi
batuk (berdahak terus menerus selama tiga minggu atau lebih), batuk darah atau
pernah batuk darah, sesak nafas dan nyeri dada, dan keluhan sistemik meliputi
demam (meriang lebih dari sebulan), keringat malam (walaupun tidak
berkegiatan), nafsu makan berkurang, penurunan berat badan, dan badan terasa
lemah.
Untuk TB ekstra paru, tanda dan gejala yang terjadi biasanya tergantung
sistem organ yang terinfeksi, diantaranya limfadenitis tuberkulosa (gejala yang
sering terjadi yaitu kelenjar getah bening membesar dengan lambat dan tidak
nyeri), meningitis tuberkulosa (gejala yang sering terjadi yaitu gejala meningitis),
dan pleuritis tuberkulosa (gejala yang sering terjadi yaitu sesak napas dan kadang
nyeri dada pada sisi yang rongga pleuranya terdapat cairan).
Gejala yang timbul dan yang akan dialami oleh lansia, yaitu :
a) Berat badan menurun tanpa sebab yang jelas,
b) Demam lama (≥ 2 minggu) dan atau berulang tanpa sebab yang jelas,
c) Batuk lama (≥ 3 minggu) dan bersifat non-remitting (tidak pernah reda atau
semakin lama intensitas semakin parah),
d) Nafsu makan tidak ada (anoreksia) atau berkurang,
e) Malaise atau lesu,
f) Diare persisten (> 2 minggu) yang tidak sembuh dengan pengobatan baku
diare.
1. Pemeriksaan Mikrobiologi
Diagnosis terbaik dari penyakit TB diperoleh dengan pemeriksaan
mikrobiologi melalui isolasi bakteri. Pemeriksaan ini juga biasa dilakukan untuk
menegakkan diagnosis TB ekstra paru, TB pada anak, dan pasien TB negatif.
Untuk membedakan spesies Mycobacterium yang satu dengan yang lainnya harus
13
dilihat sifat sifat koloni, waktu pertumbuhan, sifat biokimia pada berbagai media,
perbedaan kepekaan terhadap OAT (Obat Anti Tuberkulosis) dan kemoterapeutik,
perbedaan kepekaan kulit terhadap berbagai jenis antigen Mycobacterium. Sampel
yang digunakan pada pemeriksaan mikrobiologi ini diantaranya yaitu dahak,
darah, cairan serebrospinal, cairan pleura (selaput paru), bilasan bronkus, bilasan
lambung, kurasan bronkoalveolus, urin, feses, dan jaringan biopsi. Pemeriksaan
mikrobiologi ini dapat dilakukan dengan metode langsung dan metode tidak
langsung. Metode langsung dilakukan dengan melakukan pemeriksaan langsung
pada sampel yang diambil, sedangkan metode tidak langsung dilakukan dengan
kultur bakteri pada sampel. Metode langsung dapat dilakukan jika organisme yang
terdapat pada sampel terdapat dalam jumlah yang besar. Metode tidak langsung
biasanya dilakukan untuk memastikan hasil dari metode langsung.
Pada pemeriksaan biologi dengan metode langsung dilakukan pewarnaan
dengan metode tertentu. Pewarnaan yang digunakan pada pemeriksaan M.
tuberculosis ini diantaranya yaitu pewarnaan Ziehl-Nielsen, pewarnaan Kinyoun
Gabbet, pewarnaan Auramin-Rhodamin. Hasil yang diperoleh dinyatakan dalam :
a. BTA negatif, bila setelah pemeriksaan teliti selama 10 menit tidak
ditemukan bakteri tahan asam,
b. BTA positif, bila ditemukan bakteri-bakteri tahan asam,
c. Bila ditemukan bakteri tahan asam 1-3 batang pada seluruh sediaan, maka
jumlah harus disebutkan dan sebaiknya dibuat sediaan ulang.
2. Pemeriksaan Dahak
Pemeriksaan dahak berfungsi untuk menegakkan diagnosis, menilai
keberhasilan pengobatan, dan menentukan potensi penularan. Pemeriksaan dahak
untuk diagnosis dilakukan dengan mengumpulkan tiga spesimen dahak yang
dikumpulkan dalam dua hari kunjungan yang berurutan berupa Sewaktu-Pagi-
Sewaktu (SPS).
a) Sewaktu (S) : dahak dikumpulkan saat suspek TB datang berkunjung
pertama kali
14
b) Pagi (P) : dahak dikumpulkan di rumah pada pagi hari kedua setelah
kunjungan pertama, dilakukan setelah bangun tidur
c) Sewaktu (S) : dahak dikumpulkan di fasilitas pelayanan kesehatan pada
hari kedua saat menyerahkan dahak pagi
Pada beberapa kondisi, dahak sulit untuk dikeluarkan dan perlu dilakukan
rangsangan untuk mengeluarkan dahak. Induksi sputum merupakan usaha untuk
menginduksi (merangsang) keluar dahak dengan menggunakan cairan sehingga
didapatkan sampel untuk diagnosis lebih lanjut. Induksi sputum biasanya
menggunakan cairan hipertonik seperti NaCl 3%-5%.
15
orang yang menderita TB, dan orang yang tidak menderita TB.
3. Uji Tuberkulin
Uji ini dilakukan dengan cara menginjeksikan tuberkulin PPD (purified protein
derivative) secara intrakutan pada bagian lengan bawah. Setelah 48 – 72 jam
dilihat indurasi (pembengkakan) pada daerah yang diinjeksi. Diameter indurasi ≥
5 mm menunjukkan hasil yang positif pada individu dengan risiko tinggi TB.
Diameter indurasi ≥ 10 mm menunjukkan hasil yang positif pada individu normal
(imunitas normal) tanpa faktor risiko lain dan individu dengan prevalensi TB
tinggi. Diameter indurasi ≥ 15 menunjukkan hasil yang positif pada semua
individu.
Berikut ini adalah alur penegakan diagnosis untuk tuberkulosis:
16
Gambar 03. Alur diagnosis TB paru.
1) Prinsip Pengobatan TB
Obat Anti Tuberkulosis (OAT) adalah komponen terpenting dalam
pengobatan TB. Pengobatan TB merupakan salah satu upaya paling efisien untuk
mencegah penyebaran lebih lanjut kuman TB.
17
Menurut Permenkes (2016) Pengobatan TB harus selalu meliputi
pengobatan tahap awal dan tahap lanjutan dengan maksud:
a. Tahap Awal
Pengobatan diberikan setiap hari. Paduan pengobatan pada tahap ini adalah
dimaksudkan untuk secara efektif menurunkan jumlah kuman yang ada
dalam tubuh pasien dan meminimalisir pengaruh dari sebagian kecil kuman
yang mungkin sudah resistan sejak sebelum pasien mendapatkan
pengobatan. Pengobatan tahap awal pada semua pasien baru, harus
diberikan selama 2 bulan. Pada umumnya dengan pengobatan secara teratur
dan tanpa adanya penyulit, daya penularan sudah sangat menurun setelah
pengobatan selama 2 minggu pertama.
b. Tahap Lanjutan
Pengobatan tahap lanjutan bertujuan membunuh sisa sisa kuman yang masih
ada dalam tubuh, khususnya kuman persister sehingga pasien dapat sembuh
dan mencegah terjadinya kekambuhan.
18
kambuh, gagal pengobatan dengan bimbingan OAT kategori 1 dan tindak lanjut
yang hilang (Depkes RI, 2008).
Terapi standar TB paru terdiri dari empat obat diantaranya rifampisin,
isoniazid, pirazinamid, dan ethambutol selama 2 bulan dan diikuti dengan
pengobatan rifampisin dan isoniazid selama 4 bulan. Terapi ini direkomendasikan
untuk semua pasien TB paru baik TB paru maupun ekstra paru (Mandal dkk.,
2008 dalam Dhefina, 2020:20).
Jenis Obat Anti Tuberkulosis (OAT)
1. Isoniazid (H)
Derivat asam isonikotinat ini berkhasiat tuberculostatis paling kuat terhadap
M. tuberculosis (dalam fase istirahat) dan bersifat bakterisid terhadap basil yang
sedang tumbuh pesat. Mekanisme kerjanya berdasarkan terganggunya sintesa
mycolic acid, yang diperlukan untuk membangun dinding bakteri.(Tjay dan
Rahardja, 2015:159).
2. Rifampisin (R)
Antibiotikum ini adalah derivate semi-sintetis dari rifampisin B yang
dihasilkan oleh Streptomyces mediterrnei, Rifampisin berkhasiat bakterisid luas
terhadap fase pertumbuhan M.tuberkulosae dan M.leprae, baik yang berada di luar
maupun di dalam sel. Mekanisme kerjanya berdasarkan perintangan spesifik dari
suatu enzim bakteri RNA-polymerase, sehingga sintesa RNA terganggu. .(Tjay
dan Rahardja, 2015:160)
3. Pirazinamid (Z)
Analogon pirazin dari nikotinamida ini bekerja sebagai bakterisida (pada
suasana asam :PH 5-6) atau bakteriostatis, tergantung pada pH dan kadarnya di
dalam darah. Spektrum kerjanya sangat sempit dan hanya meliputi M.
tuberculosis. Mekanisme kerjanya berdasarkan pengubahannya menjadi asam
pirazinat oleh enzim pyrazinamidase yang berasal dari basil TBC. (Tjay dan
Rahardja, 2015:160).
19
4. Etambutol (E)
Derivat etilendiamin berkhasiat spesifik terhadap M. tuberculosis dan M.
atipis (termasuk MAI) , tetapi tidak terhadap bakteri lain. Kerja bakteriostatisnya
sama kuatnya dengan INH, tetapi pada dosis terapi kurang efektif dibandingkan
obat obat primer. Mekanisme kerjanya berdasarkan penghambat sintesa RNA
pada kuman yang sedang membelah, juga menghindarkan terbentuknya mycolic
acid pada dinding sel. (Tjay dan Rahardja, 2015:158).
5. Streptomisin (S)
Streptomisin, suatu aminoglikosida, diperoleh dari Streptomyces griseus ,
sedangkan kanamisin dari Str.kanamyceticus. Senyawa ini berkhasiat baktetisid
terhadap banyak kuman Gram-negatif dan Gram positif, termasuk M. tuberculosa
dan beberapa M. atipis. Streptomisin khusus akktif terhadap mycobacteria
ekstraseluler yang sedang membelah aktif dan pesat (misalnya di dalam caverne).
Mekanisme kerjanya berdasarkan penghambatan sintesa protein kuman dengan
jalan pengikatan pada RNA ribosomal. (Tjay dan Rahardja, 2015:162).
20
skin rash, sesak n’afas,
anemia hemolitik.
Pirazinamid (Z) Bakterisidal Gangguan
gastrointestinal,
gangguan fungsi hati,
gout arthritis.
Streptomisin (S) Bakterisidal Nyeri ditempat suntikan,
gangguan keseimbangan
dan pendengaran,
renjatan anafilaktik,
anemia, agranulositosis,
trombositopeni.
Etambutol (E) Bakteriostatik Gangguan penglihatan,
buta warna, neuritis
perifer (Gangguan saraf
tepi).
21
mengonsumsi alkohol dan tidak merokok.
3. Memastikan sirkulasi udara dan cahaya yang baik bagi tempat tinggal
pasien
Penularan TB terjadi melalui udara, oleh karena itu lingkungan atau tempat
tinggal pasien haruslah memiliki sirkulasi udara dan cahaya yang baik, agar dapat
mengurangi penyebaran penyakit.
22
Pengobatan dengan pengawasan membantu pasien untuk minum OAT
secara teratur dan lengkap. Directly Observed Treatment Short Course (DOTS)
merupakan metode pengawasan yang direkomendasikan oleh WHO dan
merupakan paket pendukung yang dapat menjawab kebutuhan pasien. Pengawas
menelan obat (PMO) harus mengamati setiap asupan obat bahwa OAT yang
ditelan oleh pasien adalah tepat obat, tepat dosis dan tepat interval, di samping itu
PMO sebaiknya adalah orang telah dilatih, yang dapat diterima baik dan dipilih
bersama dengan pasien. Pengawasan dan komunikasi antara pasien dan petugas
kesehatan akan memberikan kesempatan lebih banyak untuk edukasi, identifikasi
dan solusi masalah-masalah selama pengobatan TB. Directly Observed Treatment
Short Course sebaiknya diterapkan secara fleksibel dengan adaptasi terhadap
keadaan sehingga nyaman bagi pasien.
Salah satu komponen DOTS adalah pengobatan paduan OAT jangka pendek
dengan pengawasan langsung. Untuk menjamin keteraturan pengobatan
diperlukan seorang PMO (Pengawas Menelan Obat). Sebaiknya PMO adalah
petugas kesehatan, misalnya Bidan di Desa, Perawat, Pekarya, Sanitarian, Juru
Immunisasi, dan lain lain. Bila tidak ada petugas kesehatan yang memungkinkan,
PMO dapat berasal dari kader kesehatan, guru, anggota PPTI, PKK, atau tokoh
masyarakat lainnya atau anggota keluarga.
1. Persyaratan PMO
Seseorang yang dikenal, dipercaya dan disetujui, baik oleh petugas
kesehatan maupun pasien, selain itu harus disegani dan dihormati oleh
pasien;
Seseorang yang tinggal dekat dengan pasien;
Bersedia membantu pasien dengan sukarela; dan
Bersedia dilatih dan atau mendapat penyuluhan bersama-sama dengan
pasien.
23
2. Tugas seorang PMO
Mengawasi pasien TB agar menelan obat secara teratur sampai selesai
pengobatan;
Memberi dorongan kepada pasien agar mau berobat teratur;
Mengingatkan pasien untuk periksa ulang dahak pada waktu yang telah
ditentukan; dan
Memberi penyuluhan pada anggota keluarga pasien TB yang mempunyai
gejala gejala mencurigakan TB untuk segera memeriksakan diri ke sarana
pelayanan kesehatan.
Tugas seorang PMO bukan untuk mengganti kewajiban pasien mengambil
obat dari sarana pelayanan kesehatan.
24
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
A. IDENTITAS
Nama Lansia : Ny. S
Tempat/tgl lahir : Surabaya, 13 Agustus 1951
Jenis kelamin : Perempuan
Umur : 71 th
Kategori : Middle
Status : Janda
Agama : Kristen Protestan
Suku :Jawa
Tingkat pendidikan : SMP
Lama tinggal di panti : 2 tahun
Sumber pendapatan : Ada, menerima pensiun dari suami
Keluarga yang dapat dihubungi : Tidak ada
Riwayat Pekerjaan : IRT
B. RIWAYAT KESEHATAN
Keluhan Utama :Klien Mengatakan sering batuk Berdahak disore hari dan
kadang mengeluarkan darah,mau keringat ditengah malam,dan kadang
sesak.
Keluhan yang dirasakan saat ini : Batuk berdahak
Apa keluhan yang anda rasakan tiga bulan terakhir : Batuk
Penyakit saat ini : TB Paru, Dermatitis
Kejadian penyakit 3 bulan terakhir : Batuk
C. STATUS FISIOLOGIS
Postur tulang belakang lansia : Tegap
Tanda-tanda vital dan :
(1) Suhu : 36,8 ℃
25
(2) Tekanan darah : 110/80 mmHg
(3) Nadi : 100 x/ menit
(4) Respirasi : 25 x/menit
(5) Berat badan : 42 kg
(6) Tinggi badan : 151 cm
2. Mata
Konjungtiva : Tidak
Sklera : Tidak
Strabismus : Tidak
Penglihatan : Tidak
Peradangan : Tidak
Riwayat katarak &nbrp : Tidak
Keluhan : Tidak
Penggunaan kacamata : Ya ketika membaca
3. Hidung
Bentuk : Simetris
Peradangan : Ya
Penciuman : Terganggu
Jika ya, jelaskan : Klien mengatakan memiliki keluhan gangguan
penciuman
26
Mukosa : Lembab
Peradangan/stomatitis : Tidak
Gigi geligi : Ompong
Radang gusi : Tidak
Kesulitan mengunyah : Ya
Kesulitan menelan : Ya
5. Telinga
Kebersihan : Bersih
Peradangan : Tidak
Pendengaran : Tidak terganggu
6. Leher
Pembesaran kelenjar thyroid :Tidak
JVD : Tidak
Kaku kuduk : Tidak
7. Dada
Bentuk dada : Barrel chest
Retraksi : Tidak
Wheezing : Tidak
Ronchi : Ya
Suara jantung tambahan : Tidak
Ictus cordis : ICS terletak di ICS V mid klavikula kiri
8. Abdomen
Bentuk : Flat
Nyeri tekan : Tidak
Kembung : Tidak
Supel : Tidak
Bising usus : Ada, frekwensi 8 kali/menit
27
Massa : Tidak
9. Genetalia
Kebersihan : Baik
Haemoroid : Tidak
Hernia : Tidak
10. Ekstremitas
Kekuatan otot : Baik
Rentang gerak : Maksimal
Deformitas : Tidak
Tremor : Tidak
Edema kaki : Tidak
Penggunaan alat bantu : Tidak
Refleks
Kanan Kiri
Biceps + +
Triceps + +
Knee + +
Achiles + +
Keterangan : Normal
Refleks + : Normal
Refleks - : menurun/meningkat
11. Integumen
Kebersihan : Tidak
Warna : Sawo matangKelembaban: Kering
Gangguan pada kulit : Ya, kulit tangan ada gatal-gatal dan kemerahan
28
No. Aspek penilaian Keterangan Nilai
1 Berdiri dengan postur normal 4
2 Berdiri dengan postur normal 4
(mata tertutup)
3 Berdiri dengan satu kaki 4
29
< 14 : Tidak mampu melakukan aktifitas
D. PENGKAJIAN PSIKOSOIAL
Berikan tanda centang pada sesuai dengan pengkajian
Hubungan dengan orang Hubungan dengan orang lain diluar wisma
lain dalam wisma : didalam panti :
Tidak dikenal Tidak dikenal
Sebatas kenal Sebatas kenal
Mampu berinteraksi √ Mampu berinteraksi √
Mampu kejasama Mampu kejasama √
30
4. Apakah anda sudah mengerti tentang latihan-latihan fisik untuk usia lanjut :
Sudah tahu dan jelas
Pola BAK
Frekwensi BAK : 1 – 3 kali sehari Kuning keruh
Pola aktifitas : Ketrampilan tangan
Pola Pemenuhan
Kebersihan diri : Mandi 2 kali sehari
Memakai sabun : Ya
Sikat gigi : Tidak pernah, alasan karena gigi sudah ompong
Menggunakan pasta gigi : Tidak
Kebiasaan berganti pakaian bersih :>1 kali sehari
31
Tingkat kemandirian dalam kehidupan sehari-hari (Indeks Barthel)
NO KRITERIA DENGAN MANDIRI Skor yg KETERANGAN
BANTUAN didapat
1 Makan 5 10 10 Frekuensi : 2xsehari
Jumlah : ½ Porsi
Jenis :nasi,sayur,
ikan
2 Minum 5 10 10 Frekuensi: 2x Sehari
Jumlah : 2 gelas
Jenis : Air Putih
3 Berpindah dari kursi 5-10 15 15
roda ke
tempat tidur, atau
sebaliknya
4 Personal toilet (cuci 0 5 5 Frekuensi : 2x sehari
muka, menyisir
rambut, gosok gigi)
5 Keluar masuk toilet 5 10 10
(mencuci pakaian,
menyeka tubuh,
Menyiram
6 Mandi 5 15 15 Frekuensi : 2 x
Sehari
7 Jalan di permukaan 0 5 5
Datar
8 Naik turun tangga 5 10 10
9 Mengenakan 5 10 10
Pakaian
32
10 Kontrol bowel 5 10 10 Frekuensi : 1x Sehari
(BAB) Konsistensi :
Keras
11 Kontrol Bladder 5 10 10 Frekuensi : 2 x sehari
(BAK) Warna : Kuning
Keruh
12 Olah raga/latihan 5 10 10 Jenis : Senam
Frekuensi : 1 x
seminggu
13 Rekreasi/pemanfa 5 10 10 Jenis : Santai
atan waktu luang Frekuensi : 1 x Sehari
Jumlah : 130
Interpretasi :
5 - 60 : Ketergantungan total
65 – 125 : Ketergantungan sebagian
130 : Mandiri
Kesimpulan : Mandiri
33
Penyediaan air bersih (MCK) : Mata air
Penyediaan air minum : Air rebus sendiri
Pengelolaan jamban : Bersama
Jenis jamban : Leher angsa
Jarak dengan sumber air : < 10 meter
Sarana pembuangan air limbah (SPAL) : Lancar
Petugas sampah : Dibakar
Polusi udara : Rumah tangga
Pengelolaan binatang pengerat : Tidak
I. FASILITAS
Peternakan : Tidak
Perikanan : Tidak
Sarana olah raga : Ada,
jenis senam Taman : Ada Luasnya, 4x6 m²
Ruang pertemuan : Ada Luasnya, 4x5 m²
Sarana hiburan : Ada, Permainan Kartu Jendral
Sarana ibadah : Ada, Ibadah rutin tiap kamis
Transportasi
Kondisi jalan masuk panti : Rata
Jenis transportasi yang dimiliki : Tidak ada
Komunikasi
Sarana komunikasi : Ada
34
Jenis komunikasi yang digunakan dalam panti : Telepon
Cara penyebaran informasi : Langsung
35
Nilai level ketergantungan lansia : ADL dan IADL
KAMAR
KAMAR
KAMAR
KAMAR
KAMAR
TERAS
ANALISA DATA
36
BB sebelum sakit : 46 kgBB
Saat ini : 42 kg
Jenis Makanan : Bubur
37
1 Bersihan jalan Setelah Kriteria Hasil :
Manajemen
nafas Tidak dilakukan -Batuk efektif
jalan napas
efektif b.d tindakan meningkat
spasme jalan keperawatan
Observasi
nafas d.d pasien diharapkan -Produksi Untuk
mengatakan bersihan jalan sputum -Monitor mengetahui
sering batuk di nafas menurun sputum Pengeluaran
sorehari Meningkat sputum
Agar dapat
Terapeutik
membantu
-Berikan
pengeluaran
minuman sputum
hangat
Edukasi Agar
pengeluaran
-Ajarkan teknik
sputum lebih
batuk efektif
efektif
2 Perubahan Nutrisi Setelah Kriteria Hasil : Manajemen
Dari Kebutuhan dilakukan -Porsi nutrisi
Tubuh. b.d tindakan makanan yang
Anoreksia d.d keperawatan dihabiskan
pasien diharapkan meningkat Observasi:
mengatakan cepat status nutrisi -Identifikasi Untuk
merasa kenyang Membaik -Berat badan alergi dan mengetahuialergi
membaik intoleransi dan intoleransi
makanan makanan
-Nafsu makan
membaik
38
-Monitor Untuk
asupan mengetahui
makanan asupan makanan
Terapeutik:
-Berikan
Agar membantu
makanan memperlancar
tinggiserat
pengeluaran
untuk feses dan
mencegah
mencegah
konstipasi konstipasi
Edukasi:
Agar mencegah
- Anjurkan
tersedak ketika
posisiduduk ,
makan
jika mampu
3 Defisit Setelah Kriteria Hasil :
Edukasi
Pengetahuan b.d dilakukan -Perilaku
Kesehatan
kurang terpapar tindakan sesuaianjuran
Observasi :
informasi d.d keperawatan meningkat
pasien diharapkan -Identifikasi Untuk
mengatakantidak tingkat -Persepsi yang kesiapan dan mengetahui
tahu tentang pengetahuan keliru terhadap kemampuan kesiapan dan
penyakit yang di Meningkat masalah menerima kemampuan
deritanya menurun informasi menerima
informasi
Terapeutik
-Memberikan Untuk
kesempatan memberikan
pasien untuk kesempatan
39
bertanya untuk bertanya
Edukasi
-Ajarkan Untuk
perilaku hidup mengajarkan
bersih dan perilaku hidup
sehat bersih dan sehat
40
3.4 Implementasi Keperawatan
Mengajarkan teknik
batukefektif Hasil :
Pasien terlihat mencoba
menerapkan teknikbatuk
efektif
2 Perubahan Nutrisi Dari Rabu, 26
Mengidentifikasi alergi
Kebutuhan Tubuh. b.d Oktober
danintoleransi makanan
Anoreksia d.d pasien 2022
Hasil : Pasien
mengatakancepat merasa
mengatakanmemiliki
kenyang
alergi telur
Memonitor asupan
makanan Hasil : Pasien
makan sekitar ½porsi
dihabiskan
41
Memberikan makanan
tinggiserat untuk
mencegah konstipasi
Hasil : Pasien tidak
nafsumakan dan hanya
makansedikit sayur
Menganjurkan posisi
duduk Hasil : Pasien
mampu dudukuntuk
makan
3 Defisit Pengetahuan b.d Rabu, 26
Mengidentifikasi
kurangterpapar informasi Oktober
kesiapan dan
d.d pasien mengatakan 2022
kemampuan menerima
tidaktahu tentang
informasi Hasil : Pasien
penyakit yang di
mengatakan siap dan
deritanya
bersedia untuk diberi
informasi
Memberikan
kesempatan pasien
untuk bertanya Hasil :
Pasien menanyakan
tentang penyakitnya
serta penanganan
Mengajarkan perilaku
hidupbersih dan sehat
Hasil : Pasien mulai
mencoba untuk hidup
bersih dan sehatdengan
rajin cuci tangan dan
42
memakai masker
Mengajarkan teknik
batukefektif Hasil :
Pasien mampu
melakukan batuk efektif
sesuai anjuran
2 Perubahan Nutrisi Dari Kamis, 27
Memonitor asupan
Kebutuhan Tubuh. b.d Oktober
makanan Hasil : Pasien
Anoreksia d.d pasien 2022
makan ½ porsi dengan
mengatakan cepat merasa
makanan yaitu bubur
kenyang
Memberikan makanan
tinggiserat untuk
mencegah konstipasi
Hasil : Pasien makan
tidakmenghabiskan
sayur yang disediakan
43
3 Defisit Pengetahuan b.d Kamis, 27
Mengajarkan perilaku
kurangterpapar informasi Oktober
hidupbersih dan sehat
d.d pasien mengatakan 2022
Hasil : Pasien tampak
tidaktahu tentang
mencucitangan ketika
penyakit yang di
akan makan dan
deritanya
menggunakan masker
untuk mencegah
penularan
1 Bersihan jalan nafas Jumat, 28
Memonitor sputum
Tidak efektif b.d spasme Oktober
Hasil : Terlihat sputum
jalan nafas d.d pasien 2022
berkurang
mengatakan seringbatuk
di sore hari
Mengajarkan teknik
batukefektif Hasil :
Pasien mampu
menerapkan teknik
batuk efektif ketika
sedang batuk
2 Perubahan Nutrisi Dari Jumat, 28
Memonitor asupan
Kebutuhan Tubuh. b.d Oktober
makanan Hasil : Porsi
Anoreksia d.d pasien 2022
yang dihabiskan yaitu ½
mengatakan cepat merasa
masih menyisakan
kenyang
makanan
44
deritanya penularan
45
3.5 Evaluasi
Diagnosa Keperawatan Evaluasi TT/Tgl/Waktu
Bersihan jalan nafas Tidak S : Pasien mengatakanmasih Jumat, 28 Oktober
efektif b.d spasme jalan batuk 2022
nafas d.d pasien mengatakan O : Tampak batuk namun
sering batuk di sore hari sputum berkurang
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
- Memonitor sputum
Perubahan Nutrisi Dari S : Pasien mengatakan masih Jumat, 28 Oktober
Kebutuhan Tubuh. b.d merasa cepat kenyang 2022
Anoreksia d.d pasien O : Porsi yang dihabiskan yaitu
mengatakancepat merasa ½ masih menyisakan
kenyang makanan
P : Lanjutkan intervensi
- Memonitor asupan
makanan
Defisit Pengetahuan S: Pasien mengatakan mengerti Jumat, 28 Oktober
b.d kurang terpapar tentang penyakit yang 2022
informasi dideritanya
d.d pasien mengatakan tidak
tahu tentang penyakit yang di
deritanya
O: Pasien menunjukkanperilaku
sesuai anjuran
A: Masalah teratasi
P: Intervensi dihentikan
46
BAB 4
PEMBAHASAN
Dalam bab ini penulis akan membahas seluruh tahapan proses keperawatan
yang ditemui selama melaksanakan asuhan keperawatan gerontik pada Ny. S
dengan masalah kesehatan TBC. Adapun tahapan proses keperawatan tersebut
meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi keperawatan, implementasi
keperawatan dan evaluasi keperawatan.
4.1 Pengkajian
Data yang ditemukan dalam teori Tuberculosis diartikan sebagai suatu
penyakit infeksi yang disebabkan oleh basil Mycrobacteriumntuberculosis. Gejala
yang biasa timbul ialah berat badan menurun tanpa sebab yang jelas, demam lama
(≥ 2 minggu) dan atau berulang tanpa sebab yang jelas, batuk lama (≥ 3 minggu)
dan bersifat non-remitting (tidak pernah reda atau semakin lama intensitas
semakin parah), nafsu makan tidak ada (anoreksia) atau berkurang, malaise atau
lesu, diare persisten (> 2 minggu) yang tidak sembuh dengan pengobatan baku
diare.
Data yang ditemukan pada kasus Tn. S yaitu batuk berdahak selama tiga
bulan terakhir. Klien juga belum tahu tentang penyakit yang dideritanya. TTV =
Suhu: 36,5 TD: 110/80 mmHg N: 100 x/ menit R : 25 x/menit BB: 42 kg TB : 151
cm.
47
mengatakan cepat merasa kenyang. Data yang menunjang diagnose ini
adalah klien porsi makan pasien dihabiskan hanya ½ porsi saja. BB sebelum
sakit : 46 kg, BB saat ini : 42 kg.
4.3 Intervensi
Perencanaan adalah bagian dari fase pengorganisasian dalam proses
keperawatan keluarga yang meliputi penentuan tujuan perawatan (jangka panjang
atau jangka pendek) penetapan standart dan criteria hasil serta menentukan
perencanaan untuk mengatasi masalah keluarga. Intervensi pada diagnosa
bersihan jalan nafas tidak efektif b.d spasme jalan nafas d.d pasien mengatakan
sering batuk disore hari yaitu monitor sputum, berikan minuman hangat, ajarkan
teknik batuk efektif.
Intervensi pada diagnose yang kedua adalah identifikasi alergi dan
intoleransi makanan, monitor asupan makanan, berikan makanan tinggi serat
untuk mencegah konstipasi, anjurkan posisi duduk ketika makan agar tidak
tersedak. Intervensi pada diagnose yang ketiga ialah identifikasi kesiapan dan
kemampuan menerima informasi, memberikan pasien kesempatan bertanya,
ajarkan hidup bersih dan sehat.
4.4 Implementasi
Implementasi merupakan kelanjutan dari intervensi untuk memperoleh hasil
yang diinginkan. Pada implementasi keperawatan yang telah dilakukan sesuai
dengan intervensi pada tinjauan kasus. Implementasi yang dilakukan sesuai
rencana yaitu memonitor sputum, memberikan minuman hangat, mengajarkan
teknik batuk efektif, mengidentifikasi alergi dan intoleransi makanan, memonitor
asupan makanan, memberikan makanan tinggi serat untuk mencegah konstipasi,
48
menganjurkan posisi duduk ketika makan agar tidak tersedak, mengidentifikasi
kesiapan dan kemampuan menerima informasi, memberikan pasien kesempatan
bertanya, mengajarkan hidup bersih dan sehat.
4.5 Evaluasi
Evaluasi adalah upaya untuk mendokumentasi dan melakukan penilaian
tentang apa yang terjadi dan juga mengapa hal itu terjadi. Pada diagnose yang
pertama, hasilnya adalah pasien nampak masih batuk tetapi sputum berkurang.
Pada diagnosa kedua, hasilnya adalah pasien mengatakan masih merasa cepat
kenyang. Dan pada diagnose ketiga, hasilnya adalah pasien mengatakan sudah
mengerti tentang penyakitnya.
49
BAB 5
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Tuberkulosis adalah penyakit infeksi saluran nafas bawah yang disebabkan
oleh bakteri, sebagian besar oleh Mycobacterium tuberculosis. Penyakit
Tuberkulosis ini bersifat menular. Penularan dapat terjadi melalui percikan ludah
(droplet) orang yang menderita TB aktif ketika batuk atau bersin kemudian
terinhalasi oleh orang sehat. Gejala yang timbul dan yang akan dialami oleh
lansia, yaitu berat badan menurun tanpa sebab yang jelas, demam lama (≥ 2
minggu) dan atau berulang tanpa sebab yang jelas, batuk lama (≥ 3 minggu) dan
bersifat non-remitting (tidak pernah reda atau semakin lama intensitas semakin
parah), nafsu makan tidak ada (anoreksia) atau berkurang, malaise atau lesu, diare
persisten (> 2 minggu) yang tidak sembuh dengan pengobatan baku diare.
5.2 Saran
1. Bagi pasien
Hendaknya meningkatkan motivasinya dalam pengobatan, seperti selalu
mengingatkan pasien agar patuh berobat. Hal ini karena proses pengobatan TB
berjalan lama dan dapat menyebabkan kebosanan pada pasien TB
50
51
DAFTAR PUSTAKA
Kemenkes RI. 2023. Ayo Bersama Akhiri TBC, Indonesia bisa! Semangat
Eliminasi TBC di Hari TBC Sedunia 2023. Diakses pada tanggal 26 Juni 2023,
pada https://tbindonesia.or.id/ayo-bersama-akhiri-tbc-indonesia-bisa-semangat-
eliminasi-tbc-di-hari-tbc-sedunia-2023
Alodokter. 2022. TBC (Tuberculosis). Diakses pada tanggal 27 Juni 2023, pada
https://www.alodokter.com/tuberculosis
Stoducu. 2022. Askep TBC Paru. Diakses pada tanggal 27 Juni 2023, pada
http://www.studocu.com/id/document/politeknik-kesehatan-kementerian-
kesehatan-denpasar/keperawatan-jiwa/askep-tbc-paru/51731460
52
Lampiran
Dokumentasi
53