Anda di halaman 1dari 34

Makalah Inovasi ATLM

‘TEBET TB’
Temukan Berantas Tuntas TB

OLEH

ASRIATI, A.Md. AK
NIP. 19871012 202012 2 009

DINAS KESEHATAN KABUPATEN PIDIE


UPTD PUSKESMAS SAKTI
TAHUN 2023

1
1
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis persembahkan ke hadirat Allah Swt.atas


nikmat, taufik dan hidayah-Nya yang dianugrahkan-Nya kepada penulis, sehingga
laporan inovasi “TEBET” ini dapat penulis selesaikan. Salawat dan salam
kepada Nabi Muhammad Saw. yang telah membawa petunjuk dan jalan kebenaran
bagi umat manusia untuk mencapai kebahagiaan di dunia dan akhirat.

Pada kesempatan ini penulis akan menjabarkan laporan inovasi penulis


yang nantinya akan menjadi pedoman pada lingkungan kerja yakni Puskesmas
Sakti, Kecamatan Sakti Kabupaten Pidie. Pada dasarnya inovasi ini tidak terlepas
dari konsep pelayanan Laboratorium sebagai bagian dari upaya kesehatan bagi
masyarakat.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan laporan ini tentu masih jauh
dari kesempurnaan dan banyak kekurangan-kekurangan. Untuk itu penulis
mengaharapkan saran dan kritik yang membangun untuk perbaikan laporan ini
demi tercapainya tujuan yang diharapkan.

Akhirnya penulis memanjatkan do’a kehadirat Allah Swt., dan semoga


pihak yang telah membantu penulis demi terselesainya laporan Inovasi ini yang
tidak sempat penulis sebutkan namanya dilimpahi rahmat dan hidayah-Nya.
Semoga laporan Inovasi ini bermanfaat dan dapat menambah khazanah keilmuan
serta pengetahuan kita semua, amin.
Kota Bakti, Mei 2023
Penulis,

Asriati

ii
DAFTAR ISI

Halaman Sampul.......................................................................................... i
Kata Pengantar............................................................................................. ii
Daftar Isi...................................................................................................... iii
Daftar Gambar`............................................................................................ iv

BAB I : PENDAHULUAN...................................................................... 1
I. Latar Belakang ...................................................................... 1
II. Rumusan Masalah................................................................... 4
III. Tujuan..................................................................................... 5
IV. Manfaat................................................................................... 5

BAB II : PEMBAHASAN......................................................................... 6
I. Landasan Teori......................................................................... 6
II. Analisis Pemecahan Masalah................................................. 10
III. Monitoring Dan Evaluasi...................................................... 23
D. Keterkaitan Nilai Dasar dengan Kegiatan Aktualisasi………..21

BAB III : PENUTUP ............................................................................... 26


Kesimpulan ................................................................................. 26
Saran ........................................................................................... 26

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN

iii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Posyandu balita di desa mali Uke............................................ 12


Gambar 2. Deteksi dini dan penyuluhan tentang TB pada lansia pada
Posyandu Lansia di desa mali Uke........................................... 14
Gambar 3. Sosialisasi tentang penularan openyakit TB pada Kelas
ibu hamil di Desa KP.Cot........................................................ 15
Gambar 4. Menyerahkan wadah sputum dan mengambil sampel pada
suspect TB oleh Bidan Desa.................................................... 15
Gambar 5.Skrining TB pada pasien DM didesa Barieh............................ 17
Gambar 6.Investigasi Kontak serumah di Desa Kp.Cot ........................... 18
Gambar 7.Skrining HIV pada pasien TB di Desa Lam Ujong.................. 19
Gambar 8. Musyawarah Dengan Kepala Desa dalam program
penanggulangan TBC................................................................ 20
Gambar 9.Mengantarkan Obat ke rumah pasien TB di desa
Paloh Jeureula........................................................................... 21
Gambar 10. Follow Up pasien TB Positif................................................. 22
Gambar 11. Monitoring pasien TB aktif.................................................... 23
Gambar 12. Capaian Indikator................................................................... 24
Gambar 13. Utilasi Pemeriksaan TCM tahun 2022-2023......................... 25

iv
BAB I
PENDAHULUAN

I. LATAR BELAKANG

Tubercolosis (TBC) adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh

bakteri Mikrobakterium Tuberkolusa.Bakteri ini merupakan bakteri basil yang

sangat kuat sehingga memerlukan waktu lama untuk mengobatinya.Bakteri ini

lebih sering menginfeksi organ paru-paru dibandingkan bagian tubuh lain

manusia.Tubercolosis(TB) merupakan salah satu penyakit paling mematikan I

dunia.Oganisasi kesehatan dunia (WHO) mempekirakan dari sepertiga dari

populasi dunia telah terinfeksi Mycobacterium Tubercolosis.Tubercolosis

masih merupkan sah satu masalah kesehatan yang utama di dunia insiden tbc

dilaporkan meningkat scara drastis pada dekade terakhir ini d seluruh

dunia.Demikian pula Indonesia,Tubercolosis merupakan masalah

kesehatan,bauk dari angka kematian (mortalitas),angka kejadian

penyakit(morbiditas),maupun diagnosis dan terapinya.Dengan jumlah

penduduk yang ada di Indonesia.Indonsia menempati urutan ketiga INDIA dan

CHINA dalam hal jumlah penderita diantara 22 negara dengan masalah TBC

terbesar didunia.

Penyakit TBC yang sudah lama disebabkan oleh patogen bakteria dan

tidak pernah tertangani dengan baik. Upaya penyelesaian sudah dilakukan

selama 77 tahun sejak Indonesia merdeka, vaksin dan obatnya sudah

ditemukan sejak puluhan tahun lalu, tapi tidak pernah bisa tertangani dengan

baik.

1
Berdasarkan data dari Global TB Report 2021, Indonesia merupakan

negara dengan prevalensi tuberkulosis (TBC) tertinggi ketiga di dunia setelah

India dan Cina. Pada 2021, estimasi jumlah kasus TBC di Indonesia sebesar

824.000 kasus, namun hanya sekitar 54% dari target 85% yang berhasil

ditemukan dan diobati (Kemenkes, 2022). diperkirakan ada 824.000 kasus

TBC di Indonesia, namun pasien TBC yang berhasil ditemukan, diobati, dan

dilaporkan ke dalam sistem informasi nasional hanya 393.323 (48%). Masih

ada sekitar 52% kasus TBC yang belum ditemukan atau sudah ditemukan

namun belum dilaporkan. Pada tahun 2022 data per bulan September untuk

cakupan penemuan dan pengobatan TBC sebesar 39% (target satu tahun TC

90%) dan angka keberhasilan pengobatan TBC sebesar 74% (target SR 90%).

Menkes menjelaskan tantangan yang dihadapi Indonesia adalah banyak

nya kasus TB yang tidak ditemukan. Dari estimasi orang yang menderita

sebanyak 845.000 orang,baru 68% ditemukan dan diobati ditahun 2018.Meski

meningkat dari tahun 2017 sebanyak 53%,tetapi kasus yang ditemukan masih

terbilang rendah.mereka yang tidak ditemukan dan tidak diobati hingga

sembuh berpotensi menularkan pada orang lain.inilah penyebab kasus kasus

TB di Indonesia masih tinggi,disamping penyebab faktor lainnya seperti

kultur,lingkungan.penularan penyakit ini melalui perantara ludah atu dahak

penderita yang mengandung basil TB paru.

Komitmen global dalam mengakhiri Tuberkulosis dituangkan dalam End

TB Strategy yang menargetkan penurunan kematian akibat Tuberkulosis

hingga 90% pada tahun 2030 dibandingkan tahun 2015, pengurangan insiden

2
Tuberkulosis sebesar 80% pada tahun 2035 dibandingkan dengan tahun 2015,

dan tidak ada rumah tangga yang mengalami biaya katastropik akibat TB pada

tahun 2030. Dalam End TB strategy ditegaskan bahwa target tersebut

diharapkan tercapai dengan adanya inovasi, seperti pengembangan vaksin dan

obat TB dengan rejimen jangka pendek (WHO, 2019).

Pemerintah Indonesia berkomitmen untuk meningkatkan kualitas sumber

daya manusia yang sehat melalui peningkatan akses dan kualitas pelayanan

kesehatan menuju cakupan kesehatan semesta. Upaya penanggulangan

tuberkulosis yang dilakukan secara komprehensif akan mendukung sumber

daya manusia yang berkualitas dan berdaya saing sehingga hal ini sangat

relevan dengan agenda pembangunan Indonesia 2020-2024 seperti yang

tercantum dalam dokumen Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional

(RPJMN) 2020-2024. Selaras dengan RPJMN 2020-2024, upaya

penanggulangan tuberkulosis juga merupakan bagian dari arah kebijakan dan

strategi pembangunan kesehatan nasional 2020-2024 yang merupakan bagian

dari Rencana Jangka Panjang bidang Kesehatan (RPJPK) 2005-2025

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Adapun tujuan utama

penanggulangan tuberkulosis yang tercantum dalam RPJMN 2020-2024 dan

strategi pembangunan kesehatan nasional Kemenkes RI 2020-2024 adalah

menurunkan insidensi tuberkulosis dari 319 per 100.000 penduduk di tahun

2017 menjadi 190 per 100.000 penduduk di tahun 2024 (Kementerian

Kesehatan RI, 2020; Kementerian PPN/Bappenas Republik Indonesia, 2020).

3
Di Puskesmas Sakti suspek TB yang ditemukan dan dilakukan

pemeriksaan masih sangat sedikit ,pada thun 2021 jumlah penduduk wilayah

kerja puskesmas sakti 22.37 jiwa dari jumlah penduduk tersebut diperkirakan

sasaran suspek sebanyak 380 suspek yang ditemukan hanya 127 supek dan dari

sasaran kasus sebanyak 85 kasus ditemukan hanya 18 kasus.

Dan pada tahun 2022 dengan jumlah penduduk 22.507 jiwa dengan

sasaran suspek 450 suspek hingga bulan mei 2022 ditemukan suspek hanya 30

suspek dan dengan sasaran kasus sebanyak 8 kasus.Oleh karena itu petugas TB

berkoordinasi dengan tim TB dan Kepala Puskesmas Sakti untuk melakukan

kegiatan inovasi yang diberi nama TEBET (Temukan Berantas Tuntas )TB

.kegiatan ini dilakukan berintergrasi dengan petugas Laboratorium dan Bidan

desa ,kader dan Kepala Desa yang bertujuan untuk meningkatkan penemuan

kasus dan suspek TB Paru di wilayah kerja Puskesmas Sakti.

II. RUMUSAN MASALAH

1. Apakah inovasi TEBET berpengaruh pada penemuan kasus TB baru

baru di UPTD Puskesmas Sakti?

2. Apakah setiap kegiatan yang ada di inovasi TEBET berpengaruh

terhadap kenaikan angka suspek TB di UPTD Puskesmas Sakti?

III. TUJUAN

1. Tujuan umum

Untuk meningkatkan penemuan suspek TB dan penemuan kasus TB dan

untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian dengan cara

4
memutuskan mata rantai penularan sehingga penyakit TB tidak lagi

menjadi masalah kesehatan masyarakat.

2. Tujauan khusus

a. Meningkatkan penemuan suspek TB paru

b. Meningkatkan penemuan kasus TB aktif

c. Penemuan kasus TB aktif dapat diobati dengan tuntas

d. Terputus nya mata rantai penularan dengan cara investigasi kontak

serumah

IV. MANFAAT

1. Meningkatnya penemuan suspek TB paru di UPTD Puskesmas Sakti

2. Meningkatnya penemuan kasus TB aktif di UPTD Puskesmas Sakti

5
BAB II

PEMBAHASAN

I. LANDASAN TEORI

A. Pengertian Tuberkulosis

Tuberkulosis adalah suatu penyakit kronik menular yang

disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis. Bakteri ini

berbentuk batang dan bersifat tahan asam sehingga sering dikenal

dengan Basil Tahan Asam (BTA). Sebagian besar kuman TB sering

ditemukan menginfeksi parenkim paru dan menyebabkan TB paru,

namun bakteri ini juga memiliki kemampuan menginfeksi organ tubuh

lainnya (TB ekstra paru) seperti pleura, kelenjar limfe, tulang, dan organ

ekstra paru lainnya (Kemenkes, 2019).

Tubercolosis umumnya dikenal sebagai TBC,adalah infeksi

bakteri yang dapat menyebar melalui kelanjar getah bening dan aliran

darah ke dalam organ tubuh ,hal ini sering ditemukan di paru-

paru,kebanyakan oang pernah mengembangkan gejala karena bakteri

dapat hidup dalam bentuk tidak aktif didalam tubuh.Tetapi jika system

kekebalan tubuh melemah,seperti pada orang dengan HIV atau pada

orang lanjut usia,bakteri TB dapat menjadi aktif.Dalam keadaan aktif

mereka ,bakteri TB menyebabkan kematian jaringan di organ mereka

menginfeksi.Penyakit TB aktif dapat berakibat fatal jika tidak diobati.

6
B. Etiologi dan transmisi TB

Terdapat 5 bakteri yang berkaitan erat dengan infeksi TB:

Mycobacterium tuberculosis, Mycobacterium bovis, Mycobacterium

africanum, Mycobacterium microti and Mycobacterium cannettii.

M.tuberculosis (M.TB), hingga saat ini merupakan bakteri yang paling

sering ditemukan, dan menular antar manusia melalui rute udara. Tidak

ditemukan hewan yang berperan sebagai agen penularan M.TB. Namun,

M. bovis dapat bertahan dalam susu sapi yang terinfeksi dan melakukan

penetrasi ke mukosa saluran cerna serta menginvasi jaringan limfe

orofaring saat seseorang mengonsumsi susu dari sapi yang terinfeksi

tersebut. Angka kejadian infeksi M.bovis pada manusia sudah mengalami

penurunan signifikan di negara berkembang, hal ini dikarenakan proses

pasteurisasi susu dan telah diberlakukannya strategi kontrol tuberkulosis

yang efektif pada ternak. Infeksi terhadap organisme lain relatif jarang

ditemukan.

Tuberkulosis biasanya menular dari manusia ke manusia lain

lewat udara melalui percik renik atau droplet nucleus (<5 microns) yang

keluar ketika seorang yang terinfeksi TB paru atau TB laring batuk,

bersin, atau bicara. Percik renik juga dapat dikeluarkan saat pasien TB

paru melalui prosedur pemeriksaan yang menghasilkan produk aerosol

seperti saat dilakukannya induksi sputum, bronkoskopi dan juga saat

dilakukannya manipulasi terhadap lesi atau pengolahan jaringan di

laboratorium. Percik renik, yang merupakan partikel kecil berdiameter 1

7
sampai 5 μm dapat menampung 1-5 basilli, dan bersifat sangat infeksius,

dan dapat bertahan di dalam udara sampai 4 jam. Karena ukurannya yang

sangat kecil, percik renik ini memiliki kemampuan mencapai ruang

alveolar dalam paru, dimana bakteri kemudian melakukan replikasi

(Kemenkes, 2019).

C. Faktor risiko TB

Terdapat beberapa kelompok orang yang memiliki risiko lebih tinggi

untuk mengalami penyakit TB, kelompok tersebut adalah :

1. Orang dengan HIV positif dan penyakit imunokompromais lain.

2. Orang yang mengonsumsi obat imunosupresan dalam jangka waktu

panjang.

3. Perokok

4. Konsumsi alkohol tinggi

5. Anak usia <5 tahun dan lansia

6. Memiliki kontak erat dengan orang dengan penyakit TB aktif yang

infeksius.

7. Berada di tempat dengan risiko tinggi terinfeksi tuberkulosis (contoh:

lembaga permasyarakatan, fasilitas perawatan jangka panjang)

8. Petugas kesehatan (Kemenkes, 2019).

D. Gejala klinis TB paru

Gejala penyakit TB tergantung pada lokasi lesi, sehingga dapat menunjukkan

manifestasi klinis sebagai berikut:

1. Batuk ≥ 2 minggu

8
2. Batuk berdahak

3. Batuk berdahak dapat bercampur darah

4. Dapat disertai nyeri dada

5. Sesak napas

Dengan gejala lain meliputi :

1. Malaise

2. Penurunan berat badan

3. Menurunnya nafsu makan

4. Menggigil

5. Demam

6. Berkeringat di malam hari (Kemenkes, 2021).

E. Suspect TB Paru

Suspect TB atau tersangka berarti rang yang dicurigai menderita

tuberculosis (Kemenkes, 2014). Suspect TB Paru terbagi dalam Suspect TB

Paru yang diobati dan yang tidak diobati. Suspect TB Paru sputum BTA

negatif, tapi tanda-tanda lain positif. Tersangka TB Paru yang tidak diobati

sputum BTA negatif, tapi tanda-tanda lain meragukan (Suharyo, 2013).

Klasifikasi tipe penderita tuberkulosis berdasarkan definisi kasus terdapat

empat hal yaitu:

a. Lokasi atau organ tubuh yang sakit: paru atau ekstra paru.

b. Bakteriologi (hasil pemeriksaan dahak secara mikroskopis): BTA positif

atau BTA negatif.

9
c. Riwayat pengobatan TB sebelumnya, pasien baru atau sudah pernah

diobati

d. Status HIV pasien. Tingkat keparahan penyakit penderita ringan atau

berat, saat ini sudah tidak dimasukkan dalam klasifikasi tipe penderita

berdasarkan definisi kasus (Kemenkes RI, 2014).

II. ANALISIS PEMECAHAN MASALAH

Saat ini beberapa teknologi baru telah didukung oleh WHO untuk

meningkatkan ketepatan diagnosis TB anak, diantaranya pemeriksaan biakan

dengan TCM yaitu penggunaan nucleic acid, amplification test misalnya TCM

TB. WHO mendukung TCM TB pada tahun 2010 dan telah mengeluarkan

rekomendasi untuk menggunakan TCM TB. Saat ini data tentang penggunaan

TCM TB masih terbatas dan belum ada rekomendasi khusus untuk

penggunaannya pada anak. Data menunjukan hasil yang lebih baik dari

pemeriksaan mikroskopis, tetapi sensitivitasnya masih lebih rendah dari

pemeriksaan biakan dan diagnosis klinis, selain itu hasiol TCM TB yang negative

tidak selalu menunjukan pasien bukan TB.

Melihat permasalahan yang begitu serius di UPTD Puskesmas Sakti

tentang rendahnya penemuan kasus TB aktif dan suspek ,maka kami bekerja

sama dengan bidan desa,kader kepala desa.dan kami juga ikut berpartisipasi

dalam posyandu balita dan lansia dengan melalukan kegiatan

sosialisasi,skrining TB pada pasien DM dan investigasi kontak dini.Maka

terciptalah inovasi (Temukan Berantas Tuntas ) TB,kegiatan ini bertujuan

untuk menemukan penderita TB aktif,dan suspek TB serta memberantas

10
secara tuntas penderita yang telah terinfeksi kuman Mycobacterium

Tubercolosis.

Untuk mengatasi masalah tersebut, saat ini telah ada pemeriksaan

dengan menggunakan Tes Cepat Molekuler (TCM) dengan Xpert MTB/RIF.

Hasil penelitian skala besar yang pernah dilakukan menunjukkan bahwa

pemeriksaan dengan TCM ini mempunyai sensitivitas dan spesifisitas untuk

diagnosis TB yang jauh lebih baik dibandingkan pemeriksaan dengan metode

mikroskopis dan mendekati kualitas diagnosis dengan pemeriksaan

biakan.Pemeriksaan TCM merupakan metode deteksi molekuler

berbasis nested real-time PCR. Penggunaan TCM menjadi prioritas

pemeriksaan TB oleh karena mempunyai beberapa kelebihan, di antaranya :

1. Sensitivitas tinggi

2. Cepat : hasil dapat diketahui dalam waktu kurang lebih 2 jam.

3. Dapat mendeteksi secara simultan / bersamaan adanya bakteri MTB dan

resistensi terhadap rifampisin, yang merupakan salah satu obat anti

tuberkulosis yang paling sering digunakan.

Untuk mendiagnosis TB paru, spesimen yang digunakan pada

pemeriksaan TCM adalah dahak, baik yang didapat dengan berdahak langsung

ataupun dengan diinduksi. Namun pada anak-anak dapat juga digunakan

spesimen bilasan lambung ataupun feses. Sedangkan untuk TB ekstra paru,

menggunakan spesimen sesuai dengan lokasi infeksi, yang akan ditentukan

oleh dokter yang merawat

11
Dalam upaya menanggulangi penyakit TB, pemerintah membuat

kebijakan melalui Permenkes No. 67 tahun 2016 tentang Penanggulangan TB

dan Rencana Aksi Nasional Penanggulangan TB Melalui Penguatan

Laboratorium TB 2016 – 2020, yang mengatur penggunaan TCM untuk

mendiagnosis TB, baik yang sensitive obat maupun yang resisten obat. Alat

TCM tersebut ditempatkan pada fasilitas pelayanan kesehatan yang telah

melalui proses seleksi kelayakan. UPTD Puskesmas Sakti merupakan salah

satu Puskesmas yang telah dinilai layak oleh pemerintah untuk memberikan

pelayanan pemeriksaan dengan TCM dan menjadi Puskesmas rujukan di

kabupaten Pidie diantaranya Puskesmas Geumpang,Mane, Tangse, Keumala,

Titeu, Mila dan puskesmas Tiro

Oleh karena pemeriksaan ini merupakan program nasional dalam

penanggulangan TB, maka untuk saat ini pemeriksaan TCM tidak dikenakan

biaya (GRATIS), namun harus mengikuti prosedur yang telah ditetapkan.

Terkait prosedur pemeriksaan TCM, masyarakat dapat menghubungi bagian

informasi UPTD Puskesmas Sakti.

Berikut adalah serangkaian kegiatan untuk menjalankan inovasi

“TEBET” adalah

a. Posyandu Balita

Posyandu adalah wadah pemeliharaan kesehatan yang

dilakukan dari, oleh dan untuk masyarakat yang dibimbing petugas

terkait. (Departemen Kesehatan RI. 2006). Posyandu adalah pusat

kegiatan masyarakat dalam upaya pelayanan kesehatan dan keluarga

12
berencana.(Effendi, Nasrul. 1998: 267) maka dalam kesempatan ini

kami memberikan penyuluhan tentang TB

Gambar 1. penyuluhan mamfaat dari imunisasi BCG (Bacillus Callmette-


Guerin) vaksin ini dapat mencegah TB pada orang tua di Posyandu balita

Tenaga kesehatan Puskesmas Sakti memberi pengetahuan

tentang mamfaat dari imunisasi BCG (Bacillus Callmette-Guerin) vaksin

ini dapat mencegah TB pada anak-anak,dan efek yang akan timbul setelah

terinfeksi kuman TB.vaksin juga diberikan Pada orang dewasa berusia 16-

35 tahun,terutama mereka yang beresiko tinggi yang terpapar di tempat

kerja.penularan dan cara pencegahan nya serta apabila bergejala langsung

memeriksa diri ke puskesmas.

b. Posyandu Lansia

13
Posyandu lansia memiliki peran penting untuk menjaga kualitas

hidup lansia di masyarakat. Selain memberikan pelayanan kesehatan, unit

pelayanan terkecil ini juga akan memfasilitasi berbagai kegiatan non-

medis agar lansia memiliki wadah untuk berkarya dan berkegiatan.adapun

manfaat dari posyandu lansia adalah untuk membantu deteksi dini

terhadap penyakit pada lansia,maka kami memberikan penyuluhan tentang

TB.

Gambar 2. Deteksi dini dan penyuluhan tentang TB pada lansia pada


Posyandu Lansia di desa mali Uke

c. Kelas Ibu Hamil


Kelas ibu hamil adalah kelompok belajar bagi para calon ibu

tentang kesehatan bagi ibu hamil secara keseluruhan. Tujuan kelas ibu

hamil adalah mengedukasi ibu hamil agar dapat menjalani proses

kehamilan dan persalinan lancar, serta melalui fase awal kehidupan bayi

dengan bekal pengetahuan dasar. Materi pada kelas ibu untuk hamil akan

disampaikan oleh bidan atau tenaga kesehatan. Namun, juga bisa bertukar

ilmu atau sharing dengan ibu hamil lain yang menjadi peserta kelas

14
tersebut sehingga kegiatan ini sekaligus dapat dijadikan sebagai ajang

sosialisasi untuk calon ibu juga harus mengetahui tentang penyakit-

penyakit menular salah satu nya adalah TB.

Gambar 3. Sosialisasi tentang penularan openyakit TB pada Kelas


ibu hamil di Desa KP.Cot

d. Bidan Desa melakukan konseling dengan warga terduga TB,

mengambil sampel dan mengantarkan ke Laboratorium

Peranan bidan desa dalam pelaksanaan program TB di

Puskesmas Sakti sudah cukup baik, bidan ikut menemukan

penemuan kasus dengan cara mengadakan penyuluhan dan

konseling, Kepala Puskesmas membuat kebijakan setiap bidan desa

diwajibkan menemukan minimal satu suspek per bulan.

15
Gambar 4. Menyerahkan wadah sputum dan mengambil sampel
pada suspect TB oleh Bidan Desa
e. Skrining TB pada pasien DM

Diabetes melitus (DM) merupakan salah satu faktor risiko

tersering pada pasien TB paru. Saat ini, prevalensi terjadinya TB paru

meningkat seiring dengan peningkatan prevalensi pasien DM.

Frekuensi DM pada pasien TB dilaporkan sekitar 10-15% dan

prevalensi penyakit infeksi ini 2-5 kali lebih tinggi pada pasien

diabetes dibandingkan dengan yang non-diabetes.

Pada pasien DM efek hiperglikemia akan memudahkan

pasien rentan terhadap infeksi. Pasien dengan diabetes

menunjukkan gangguan sistem kekebalan tubuh bawaan yang

disebabkan oleh tingginya kadar glukosa darah. Diabetes dapat

mengganggu aktivasi dan fungsi makrofag, monosit, limfosit,

mikroangiopati paru, disfungsi ginjal, dan defisiensi vitamin.

Pasien dengan kontrol hiperglikemia yang buruk lebih rentan

terhadap infeksi TB dibandingkan dengan pasien dengan kontrol

hiperglikemia yang baik.

16
Metode deteksi TB dilakukan dengan metode TCM metode

otomatis. Yaitu dengan memakai alat TCM,Hasil studi juga

menunjukkan pada pasien dengan histori DM dan non-DM tidak

mempengaruhi perbedaan sensitivitas bakteri Mycobacterium

tuberculosis terhadap obat rifampicin. Studi yang dilakukan

menunjukkan perlunya screening awal untuk menentukan

prevalensi TB pada pasien dengan DM. Sehingga informasi ini

dapat digunakan untuk mempertimbangkan factor DM pada

pengobatan TB. Pasien dengan DM juga diharapkan dapat

mengkontrol level kadar glukosa darahnya sehingga dapat

mencegah prevalensi infeksi TB.

17
Gambar 5.Skrining TB pada pasien DM didesa Barieh

f. Melakukan investigasi konta serumah

Salah satu kegiatan yang penting untuk mendukung

keberhasilan strategi penemuan aktif ini adalah melalui pelacakan

dan investigasi kontak (contact tracing and contact investigation).

Investigasi kontak (IK) merupakan kegiatan pelacakan dan

18
investigasi yang ditujukan pada orang-orang yang kontak dengan

pasien TBC (indeks kasus) untuk menemukan terduga TBC.

Kontak yang terduga TBC akan dirujuk ke layanan kesehatan

untuk pemeriksaan lanjutan dan bila terdiagnosis TBC, akan

diberikan pengobatan yang tepat dan sedini mungkin. IK

mempunyai 2 fungsi yaitu meningkatkan penemuan kasus dan

mencegah penularan TBC di masyarakat.

Gambar 6.Investigasi Kontak serumah di Desa Kp.Cot

g. Skrining HIV pada penderita TB aktif

Tuberkulosis pada pasien HIV/AIDS (TB-HIV) sering dijumpai

dengan prevalensi 29-37 kali lebih banyak dibandingkan dengan TB

tanpa HIV. Untuk menurunkan prevalensi koinfeksi TB/HIV,

19
penemuan dini TB pada pasien HIV dan deteksi dini HIV pada pasien

TB perlu dilakukan dan diberikan pengobatan segera dengan tata

laksana yang tepat agar dapat meningkatkan keberhasilan pengobatan.

Deteksi dini HIV pada pasien TB terdapat pada standar 14 ISTC.

Semua pasien TB harus mengetahui status HIV nya sesuai dengan

undang-undang yang berlaku (Kemeknkes, 2019).

Skrining ini wajib dilakukan karena mengingat daya tahan

tubuh pasien yang lagi menurun,hal ini dilakukan untuk

mengetahui pasien tb bebas HIV

Gambar 7.Skrining HIV pada pasien TB di Desa Lam Ujong

h. Melakukan KIE kepada kader dan bermusyawarah dengan kepala

desa

Pelibatan kader dan kepala desa dalam program

penanggulangan TBC merupakan salah satu upaya pemberdayaan

masyarakat yang dilakukan melalui kegiatan

20
berkomunikasi ,menginformasikan dan mengedukasi tentang

infeksi TBC.mempengaruhi dan membantu masyarakat agar

berperan aktif dalam rangka penemuan dan pendampingan pasien

TBC juga dalam memberikan edukasi dan informasi tentang TBC

kepada masyarakat. Peran aktif kepala desa ini akan dapat dipenuhi

dengan membekali kader kesehatan pengetahuan dan keterampilan

yang memadai untuk melaksanakan tugasnya.

Gambar 8. Musyawarah Dengan Kepala Desa dalam program


penanggulangan TBC

i. Mengantarkan obat kepada ke rumah pasien

Penyakit TBC ini berkaitan erat dengan kondisi

kemiskinan, malnutrisi, dan fungsi imunitas, TBC itu

21
membutuhkan bukan sekedar terapi obat-obatan, tapi juga

modifikasi gaya hidup. Oleh karena itu perbaikan pola sanitasi,

pola istirahat dan aktifitas, serta pola makan adalah bagian suportif

yang tidak bisa dilepaskan. Malnutrisi sendiri menjadi momok

yang bisa memperburuk kondisi pasien TBC dan bisa

meningkatkan angka kematian. Selama masa pengobatan, pasien

juga harus menjalani pemeriksaan rutin untuk memantau

keberhasilan pengobatan.

Gambar 9.Mengantarkan Obat ke rumah pasien TB di desa paloh

Jeureula

j. Melakukan pemeriksaan sputum secara mikroskop untuk follow up

bulan ke 2,4 dan akhir pengobatan

Puskesmas Rujukan Mikroskopis TB (PRM), adalah

laboratorium yang mampu membuat sediaan, pewarnaan dan

22
pemeriksaan mikroskopis dahak, menerima rujukan dan melakukan

pembinaan teknis kepada Puskesmas Satelit (PS). PRM harus

mengikuti pemantapan mutu eksternal melalui uji silang berkala

dengan laboratorium RUS-1 di wilayahnya atau lintas

kabupaten/kota.

Gambar 10. Follow Up pasien TB Positif

k. Melakukan monitoring pasien TB aktif

Pengobatan tuberkulosis (TBC) adalah dengan patuh

minum obat selama jangka waktu yang dianjurkan oleh dokter. Jika

pasien berhenti minum obat sebelum waktu yang disarankan,

bakteri TBC berpotensi kebal terhadap obat yang biasa diberikan.

Akibatnya, TBC menjadi lebih berbahaya dan akan lebih sulit

diobati.Oleh karena itu, kepatuhan pasien dalam pengobatan sangat

23
diperlukan. Hal ini untuk menghindari risiko gagal pengobatan,

jangka pengobatan lebih lama, atau kebal obat.

Gambar 11. Monitoring pasien TB aktif

III. MONITORING DAN EVALUASI

Berdasarkan dari hasil evaluasi tersebut, penulis melihat adanya

peningkatan yang signifikan dari kemampuan capaian suspek TB dan temuan

kasus TB aktif serta utilisasi tcm yang meningkat.

24
Gambar 12. Capaian Indikator

25
Gambar 13. Utilasi Pemeriksaan TCM tahun 2022-2023

Keberlangsungan kegiatan di monitoring setiap hari. Penanggung

jawab inovasi berkoordinasi dengan petugas penjab TB , apabila ada kendala

dan masalah selama kegiatan berlansung segera dicari solusinya..

26
BAB III
PENUTUP

I. KESIMPULAN

Dari hasil pelaksanaan kegiatan inovasi, dapat diambil kesimpulan:

1. Dengan adanya inovasi ini meningkatkan penemuan kasus TB aktif baru

2. Inovasi ini meningkatkan suspek TB

3. Pasien TB dapat diobati secara Tuntas sampai batas akhir pengobatan.

II. SARAN

1. Tersedianya sarana dan prasarana yang mendukung kebelangsungan

kegiatan.

2. Diharapkan petugas mendukung dan menjalankan kegiatan ini sesuai

dengan SOP

27
DAFTAR PUSTAKA

Alisjahbana, B., Parwati, C. G., Putri, F. A., Meyanti, F., Post, E., Probandari, A.,
Nadjib, M., Farid, M. N., Wicaksono, D. B., Nurjannah, Pambudi, I., &
Tiemersma, E. W. (2019). Skrining aktif TBC dengan kombinasi gejala,
faktor risiko, pemeriksaan ronsen dan Tes Cepat Molekuler (GeneXpert
MTB/RIF) untuk menemukan kasus TBC lebih banyak (Policy Brief) .

Apriani, L., Alisjahbana, B., Ruslami, R., McAllister, S., Sharples, K., Hill, P., &
Menzies, D. (2019b). Program Pencegahan dan Pengendalian Infeksi
TB: Bagaimana Implementasinya di Fasilitas Pelayanan Kesehatan.

Bibbhat, dkk. 2016. Penyakit Infeksi. Jakarta: Erlangga.

Fitriangga, A., Siswani, Nasip, M., Riono, P., & Simon, S. (2019). Pelibatan
Mantan Orang dengan TBC dalam Penemuan Terduga Kasus TBC.

Kemenkes RI, 2019. Pedoman nasional pelayanan kedokteran Tata laksana


tuberkulosis. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan dan
Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan

Kemenkes RI, 2020. Strategi Nasional Penanggulangan Tuberkulosis di


Indonesia 2020-2024. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan
dan Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan
Lingkungan.

Misnadiarly. 2016. Penyakit infeksi TB Paru dan Ekstra Paru. Bogor: Grafika
Mardi Yuan.

Pambudi, I. 2019. Evaluasi Program Penanggulangan Tuberkulosis 2018-2019


(Q1-Q3). Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
(P2P) Kementerian Kesehatan RI.

Saktiawati, A. M. I., & Subronto, Y. W. 2018. Influence of Diabetes Mellitus on


the Development of Multi Drug Resistant-Tuberculosis in Yogyakarta.
Acta Medica Indonesiana,

World Health Organization. Technical report on critical concentrations for TB


drug susceptibility testing of medicines used in the treatment of drug-
resistant TB. Geneva, Switzerland: World Health Organization,, 2018.

WHO. 2020. Report of Indonesia Joint External Monitoring Mission (JEMM) for
Tuberculosis (Final Report as per March 24,2020).

28
29

Anda mungkin juga menyukai