Tuberkulosis Paru
Disusun Oleh:
Muhammad Risqi
20100707360803085
Preseptor :
dr. Rivani Kurniawan, Sp.Rad
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas rahmat Tuhan Yang Maha Esa karena kehendak-Nya
penulis dapat menyelesaikan case report dengan judul “Tuberkulosis Paru”. Case
report ini dibuat sebagai salah satu tugas dalam Kepaniteraan Klinik Senior
Radiologi di Rumah Sakit Islam Siti Rahmah Padang. Mengingat pengetahuan
dan pengalaman penulis serta waktu yang tersedia untuk menyusun case report ini
sangat terbatas, penulis sadar masih banyak kekurangan baik dari segi isi, susunan
bahasa, maupun sistematika penulisannya. Untuk itu kritik dan saran pembaca
yang membangun sangat penulis harapkan.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada dr.
Rivani Kurniawan, Sp. Rad selaku preseptor Kepaniteraan Klinik Senior, yang
telah memberikan masukan dan saran yang berguna dalam penyusunan case report
ini. Akhir kata penulis berharap kiranya case report ini dapat berguna dan bisa
menjadi tambahan informasi bagi tenaga medis dan profesi lain terkait dengan
masalah kesehatan.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................. i
DAFTAR ISI............................................................................................ ii
DAFTAR TABEL.................................................................................... iii
DAFTAR GAMBAR............................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN....................................................................... 1
1.1 Latar Belakang..................................................................................... 1
1.2 Tujuan Penulisan................................................................................. 2
1.2.1 Tujuan Umum............................................................................. 2
1.2.2 Tujuan Khusus............................................................................ 2
1.3 Manfaat................................................................................................ 2
1.3.1 Bagi Penulis................................................................................ 2
1.3.2 Bagi Institusi Pendidikan............................................................ 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................. 3
2.1 Anatomi Paru....................................................................................... 3
2.2 Tuberkulosis........................................................................................ 4
2.2.1 Definisi....................................................................................... 4
2.2.2 Epidemiologi.............................................................................. 4
2.2.3 Etiologi....................................................................................... 5
2.2.4 Faktor Resiko.............................................................................. 5
2.2.5 Klasifikasi................................................................................... 7
2.2.6 Patofisiologi................................................................................ 9
2.2.7 Manifestasi Klinis....................................................................... 10
2.2.8 Diagnosis.................................................................................... 11
2.2.9 Pemeriksaan Radiologis.............................................................. 14
2.2.10 Diagnosis Banding.................................................................... 19
2.2.11 Penatalaksanaan........................................................................ 21
BAB III LAPORAN KASUS.................................................................. 25
BAB IV PENUTUP.................................................................................. 29
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................. 30
ii
DAFTAR TABEL
iii
DAFTAR GAMBAR
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
kesehatan yang buruk, salah satu dari 10 penyebab kematian teratas di dunia.
Tuberkulosis (TB) adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh kuman
dalam Global Tuberculosis Report 2019, Secara global diperkirakan 10 juta orang
(perkiraan 9,0-11,1 juta) orang menderita tuberkulosis pada tahun 2018. Secara
geografis, kasus tuberkulosis terbanyak pada tahun 2018 berada pada Asia Tenggara
(44%), Afrika (24%), dan Pasifik Barat (18%), dengan persentase yang lebih kecil di
Mediterania Timur (8%), Amerika (3%) dan Eropa (3%). Indonesia sendiri termasuk
yang begitu cepat terutama untuk lingkungan sekitar. Keterlambatan dari diagnosis
pemeriksaaan penunjang. Gejala klinis yang dapat dijumpai berupa batuk berdahak ≥
2 minggu, batuk berdarah, sesak napas dan gejala laiannya. Penegakan diagnosis TB
yang paling utama adala melalui pemeriksaan penunjang berupa pemeriksaan TCM,
BTA Sputum, serta pemeriksaan rontgen thorak. Untuk dapat mengetahui serta
1
mencegah penularan lebih meluas maka perlu mengathui lebih lanjut dari penyakit
tuberkulosis ini.5
1.2. Tujuan
Klinik Senior (KKS) bagian radiologi di RSI Siti Rahmah Padang 2022.
1.3. Manfaat
dengan tuberkulosis
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Paru adalah organ pernapasan utama yang terletak di rongga dada yang
dilindungi oleh tulang sternum, costae dan cartilago costalis. Paru dibagi menjadi
beberapa lobus oleh fisura yaitu tiga lobus di paru kanan yang dibagi oleh fisura
oblique dan fisura horizontalis, dan dua lobus di paru kiri yang dibagi oleh fisura
oblique. Tiap paru memiliki apeks yang mencapai ujung sternal kosta pertama dan
basis paru terletak di diafragma. Udara bisa sampai ke paru setelah melewati jalan
napas atas yaitu, hidung, faring, laring, trakea, bronkus, bronkiolus dan alveolus. Paru
dilapisi oleh pleura yang terdiri dari pleura visceral yang menempel langsung pada
paru dan pleura parietal yang menempel pada dinding dada, diantara kedua pleura
terdapat cavum pleura. Paru-paru bagian kanan dan bagian kiri dipisahkan oleh
3
2.2 Tuberkulosis
2.2.1 Definisi
bagian paru dan juga dapat melibatkan organ lain. Penyakit ini disebabkan oleh
bakteri Mycobacterium tuberculosis complex atau yang biasa dikenal sebagai Bakteri
Tahan Asam (BTA). Penularan berlangsung dari penyebaran kuman ke udara dalam
2.2.2 Epidemiologi
Secara global, diperkirakan 10,0 juta (kisaran, 8,9-11,0 juta) orang jatuh sakit
dengan TB pada tahun 2019, jumlah yang telah menurun sangat lambat dalam
beberapa tahun terakhir. Diperkirakan ada 1,2 juta (kisaran, 1,1-1,3 juta) kematian TB
di antara orang HIV-negatif pada tahun 2019 (berkurang dari 1,7 juta pada tahun
orang positif (pengurangan dari 678.000 pada tahun 2000). Pria (berusia 15 tahun)
perempuan menyumbang 32% dan anak-anak (berusia <15 tahun) sebesar 12%. Di
antara semua yang terkena dampak, 8,2% adalah orang yang hidup dengan HIV.13
2019 berada di wilayah WHO Asia Tenggara (44%), Afrika (25%) dan Pasifik Barat
(18%), dengan persentase yang lebih kecil di Mediterania Timur (8,2%), Amerika
(2,9%) dan Eropa (2,5%). Delapan negara menyumbang dua pertiga dari total global:
India (26%), Indonesia (8,5%), Cina (8,4%), Filipina (6,0%), Pakistan (5,7%),
4
Nigeria (4,4%), Bangladesh (3,6%) dan Afrika Selatan (3,6%). 22 negara lain dalam
daftar WHO dari 30 negara dengan beban TB tinggi menyumbang 21% dari total
global.13
2.2.3 Etiologi
batang yang tidak berspora. Bakteri ini juga disebut Bakteri Tahan Asam (BTA)
karena dinding Mycobacterium tuberculosis sangat kompleks yang terdiri dari lapisan
lemak yang cukup tinggi. Sifat tahan asam ini juga disebabkan oleh tingginya
kandungan asam mikolat yaitu asam lemak rantai panjang berikatan silang yang
oleh jembatan fosfodiester, unsur lain yang juga mendukung dinding sel bakteri
arabinomanan.1,6
a. Jenis kelamin
hal ini dapat terjadi karena laki-laki memiliki beban kerja yang lebih berat,
gaya hidup yang tidak sehat seperti merokok, minum alkohol, serta lebih
5
b. Usia
Sebagian besar kasus tuberculosis terjadi pada usia dewasa, hal ini
dapat didasari kelompok usia dewasa merupakan usia produktif yang banyak
yang tinggi yang memungkinkan risiko terpapar dari orang yang positif
tuberkulosis paru. 7
c. Pendidikan
d. Pekerjaan
risiko penularan tuberkulosis hal ini karena percikan dahak (droplet) akan
6
3. Faktor lingkungan fisik rumah
lama yaitu apa bila kurang pencahayaan sinar matahari, lembab dan sirkulasi
dengan kejadian Tuberkulosis hal ini disebabkan karena ruangan dalam rumah
yang memenuhi syarat kesehatan yaitu 15% sampai 20% dari luas lantai.
kurang menyebabkan kelembaban air yang tinggi dan penurunan suhu rumah
sehingga menjadi bakteri tetap hidup dalam jangka waktu yang lama.7
2.2.5 Klasifikasi
7
b. Berdasarkan lokasi
TB paru
TB extra paru
Kasus baru, bila pasien belum pernah mendapat pengobatan dengan OAT atau
Kasus defaulted atau drop out, bila pasien telah menjalani pengobatan ≥ 1
bulan dan tidak mengambil obat 2 bulan berturut-turut atau lebih sebelum
Kasus gagal, bila pasien BTA positif yang masif tetap positif atau kembali
Kasus kronik, bila pasien dengan hasil pemeriksaan BTA masih positif setelah
yang baik.
Kasus bekas TB, bila hasil pemeriksaan BTA negatif dan gambaran radiologi
lain selain paru, misalnya pleura, kelenjar getah bening, selaput otak, perikard, tulang,
8
persendian, kulit, usus, ginjal, saluran kencing, alat kelamin dan lain-lain. Diagnosis
sebaiknya didasarkan atas kultur positif atau patologi anatomi. Untuk kasus-kasus
yang tidak dapat dilakukan pengambilan spesimen maka diperlukan bukti klinis yang
2.2.6 Patofisiologi
Mycobacterium tuberculosis, suatu basil tahan asam. Setelah inhalasi, ada beberapa
dan batuk sehingga menyebabkan kuman masuk ke dalam tubuh seseorang droplets
yang berisi Mycobacterium tuberculosis ini akan masuk sampai di antara terminal
alveoli paru. Organisme kemudian akan tumbuh dan berkembang biak dalam waktu
respon imun seluler yang mampu dideteksi melalui reaksi terhadap tes tuberkulin.
Namun tubuh akan mengirimkan pertahanan berupa sel-sel makrofag yang memakan
kuman-kuman TB ini. Tetapi kemampuan basil tahan asam ini untuk bertahan dan
berproliferasi dalam sel-sel makrofag paru menjadikan organisme ini mampu untuk
TB), dan menyebar ke luar jaringan paru (extrapulmonary TB). Organ di luar jaringan
paru yang dapat diinvasi oleh Mycobacterium tuberculosis diantaranya adalah sum-
sum tulang belakang, hepar, limpa, ginjal, tulang, dan otak. Penyebaran ini biasanya
9
melalui rute hematogen dan menyebabkan terjadinya reaksi infeksi, kavitas dan
lainnya gejala. Gejala klinik tuberkulosis dapat dibagi menjadi golongan, yaitu gejala
1. Gejala respiratorik:
● Batuk ≥ 2 minggu
● Batuk darah
● Sesak napas
● Nyeri dada
Gejala respiratorik ini sangat bervariasi, dari mulai tidak ada gejala sampai
gejala yang cukup berat tergantung dari luas lesi. Bila bronkus belum terlibat dalam
proses penyakit, maka penderita mungkin tidak ada gejala batuk. Batuk yang pertama
terjadi iritasi bronkus, dan selanjutmya batuk diperlukan untuk membuang dahak ke
luar.
Gejala tuberkulosis ekstra paru tergantung dari organ yang terlibat, misalnya
pada limfadenitis tuberkulosa akan terjadi gangguan yang lambat dan tidak nyeri dari
kelenjar getah bening, pada meningitis tuberkulosa akan terlihat gejala meningitis,
sementara pada pleuritis tuberkulosa terdapat gejala sesak nafas dan nyeri pada sisi
10
2. Gejala sistemik :
- Badan Lemas
Gejala ini tidak khas pada pasien koinfeksi HIV dan gejala Tb ekstraparu tergantung
2.2.8 Diagnosis
A. Anamnesis:15
Gejala utama batuk berdahak selama 2 minggu atau lebih, batuk bisa diikuti
gejala tambahan seperti dahak bercampur darah, batuk darah, sesak nafas,
badan lemas, nafsu makan menurun, berat badan menurun, dan berkeringat
malam hari tanpa melakukan kegiatan fisik, demam meriang lebih dari satu
bulan. Pada pasien dengan HIV positif, batuk sering kali bukan merupakan
gejala TB yang khas, sehingga gejala batuk tidak harus selalu selama 2
Gejala diatas bisa juga dijumpai pada penyakit paru selain TB, seperti
11
fasyankes dengan gejala tersebut, dianggap sebagai terduga pasien TB, dan
B. Pemeriksaan Fisik:
Pada pemeriksaan fisis kelainana yang akan kita temui tergantung pada organ
yang terlibat. Kelainan paru pada umumnya mengenai daerah lobus superior terutama
daerah apeks dan segmen posterior (S1 dan S2), dan daerah apeks lobus inferior (S6)
Suara nafas bronkial, amforik, suara nafas melemah, ronki basah kasar/halus,
pleura.
Pada palpasi ditemukan taktil fremitus meningkat pada salah satu lapang paru
atau keduanya.
12
Pada auskultasi ditemukan suara nafas yang melemah sampai tidak terdengar
C. Pemeriksaan Laboratorium:
I. Pemeriksaan Mikroskopis
pengobatan yang sudah diberikan. BTA dari sputum bisa juga didapat dengan cara
bilasan bronkus, jaringan paru, pleura, cairan pleura, cairan lambung, jaringan
Ditemukan 1-9 BTA dalam 100 lapang pandang, ditulis jumlah kuman yang
ditemukan
13
Ditemukan > 10 BTA dalam 1 lapang pandang, disebut +++ (3+)
Hasil pemeriksaan dikatakan positif bila apabila sedikitnya 2 dari 3 spesimen SPS
hasilnya positif. Bila hanya 1 spesimen yang positif perlu diadakan pemeriksaan lebih
lanjut yaitu pemeriksaan rontgen dada atau pemeriksaan sputum SPS diulang.
melakukan uji kepekaan obat dengan mengidentifikasi materi genetik yang mewakali
resistensi. Uji Tcm umum yang di gunakan adalah GeneXpert MTB/RIF yang
keuntungan seperti pada tuberculosis anak-anak dan tuberculosis milier. Pada kedua
hal diatas diagnosis dapat diperoleh melalui pemeriksaan foto thorax, karena
Ada 3 macam proyeksi pemotretan pada foto toraks pasien yang dicurigai TB, yaitu:16
Pada posisi PA, pengambilan foto dilakukan pada saat pasien dalam posisi
berdiri, tahan nafas pada akhir inspirasi dalam. Bila terlihat suatu kelainan pada
14
Proyeksi Lateral
kepala. Pengambilan foto dilakukan pada saat pasien tahan napas dan akhir
inspirasi dalam.
adanya kelainan pada daerah apeks kedua paru. Proyeksi tambahan ini hendaknya
dibuat setelah foto rutin diperiksa dan bila terdapat kesulitan dalam
berdiri dengan arah sinar menyudut 35-45 derajat arah caudocranial, agar
Daerah konsolidasi yang dapat berukuran kecil, lobaris atau lebih luas
15
Gambar 2.2. konsolidasi kavitasi pada lobus atas kiri: tuberculosis aktif
Konsolidasi bercak terutama pada lobus superior atau daerah apikal pada
hematogen.
16
Gambar 2.3. Kalsifikasi yang sudah lama sembuh pada fokus tuberkulosis.
c. Tuberkulosis Milier 17
17
d. Tanda tuberculosis pada anak 17
(visualisasinya selain dengan foto toraks AP, harus disertai foto toraks
lateral).
Konsolidasi segmental/lobar
Efusi pleura
Milier
Atelektasis
Kavitas
Tuberkuloma
Kelainan pada foto toraks bisa sebagai usul tetapi bukan sebagai diagnosa utama
pada TB. Namun, Foto toraks bisa digunakan untuk menyingkirkan kemungkinan TB
paru pada orang-orang yang dengan hasil tes tuberkulin (+) dan tanpa menunjukkan
gejala.
18
Bila klinis ditemukan gejala tuberkulosis paru, hampir selalu ditemukan
Bila klinis ada dugaan terhadap penyakit tuberkulosis paru, tetapi pada foto
rontgen tidak terlihat kelainan, maka ini merupakan tanda yang kuat bukan
tuberkulosis.
Sebaliknya, bila tidak ada kelainan pada foto toraks belum berarti tidak ada
tuberkulosis, sebab kelainan pertama pada foto toraks baru terlihat sekurang -
tersebut aktif.
19
Bentuk ini merupakan yang paling banyak ditemukan pada populasi dewasa.
reaktivasi endogen infeksi laten dan biasanya berlokasi di daerah apeks dan
dari lobus paru bawah juga kadang terlibat. Keterlibatan parenkim paru bervariasi
ditandai dengan sindrom klinis batuk kronik, produksi sputum dan eksaserbasi
paru yang berulang. Bronkiektasis adalah suatu penyakit yang ditandai dengan
adaya dilatasi (ektatis) distorsi bronkus lokal yang bersifat patologis dan
20
Gambar 2.7. Bronkiektasis
Tumor paru atau kanker paru adalah semua penyakit keganasan di paru,
mencakup keganasan yang berasal dari paru sendiri (primer) Dalam pengertian
klinik yang dimaksud dengan kanker paru primer adalah tumor ganas yang
Pneumonia, adalah infeksi atau peradangan akut di jaringan paru yang disebabkan
bahan kimia atau kerusakan fisik paru. Pneumonia dibagi menjadi tiga yaitu
yang sering terjadi dan dapat bersifat serius bahkan kematian yaitu pneumonia
komunitas.18
21
Gambar 2. 9. Pneumonia
2.2.11 Penatalaksanaan
Pasien TB harus diobati dan pengobatannya harus adekuat. Pengobatan TB
multi drugs regimen yang bertujuan untuk mencegah terjadinya resistensi basil TB
terhadap obat. Pengobatan TB terbagi menjadi dua fase, yaitu fase intensif dan fase
lanjutan.8
Fase intensif, obat anti TB (OAT) diberikan setiap hari yang bertujuan untuk
menurunkan kuman TB yang terdapat dalam tubuh pasien dengan cepat serta
adalah dua bulan. Setelah itu, pengobatan dilanjutkan dengan fase lanjutan yang
bertujuan untuk membunuh sisa kuman TB yang tidak mati pada fase intensif dan
22
mencegah terjadinya kekambuhan. Durasi pada fase lanjutan berkisar empat sampai
enam bulan.6
Obat anti TB dibagi dalam dua golongan, yaitu obat lini pertama dan obat lini kedua.
Rifampisin
Isoniazid
Pirazinamid
Etambutol
Streptomisin
Kanamisin
Kapreomisin
Amikasin
Kuinolon
Sikloserin
Etionamid/Protionamid
adalah: 2RHZE/4RH. Pada fase intensif pasien diberikan kombinasi 4 obat yaitu
Rifampisin (R), Isoniazid (H), Pirazinamid (Z), dan Etambutol (E) selama dua bulan.
23
Setelah itu, pemberian Rifampisin (R) dan Isoniazid (H) selama empat bulan pada
fase lanjutan.22
Tabel 2.2. Dosis OAT untuk pengobatan TB-SO menggunakan tablet Kombinasi
Dosis Tetap (KDT)
Berat Badan (kg) Fase Intensif dengan KDT Fase Lanjutan dengan
RHZE (150/75/400/275) KDT RH (150/75)
Selama 8 minggu Selama 16 minggu
30-37 kg 2 tablet 4 KDT 2 tablet
38-54 kg 3 tablet 4 KDT 3 tablet
≥ 55 kg 4 tablet 4 KDT 4 tablet
Penentuan dosis terapi (KDT) empat obat berdasarkan rentang dosis yang
telah ditentukan oleh World Health Organization (WHO), merupakan dosis efektif
24
BAB III
LAPORAN KASUS
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. Sisilia Evi
Jenis kelamin : Perepmuan
Umur : 28 Tahun
Pekerjaan : IRT
Suku : Minang
Alamat : Jl. dadok Tunggul Hitam Koto tengah
Tanggal masuk : 5 Agustus 2022
II. ANAMNESIS
Keluhan utama
Pasien datang ke IGD RSI Siti Rahmah Padang dengan keluhan sesak napas
meningkat sejak 1 hari SMRS.
Riwayat Penyakit Sekarang
- Pasien 28 tahun datang dengan keluhan sesak napas sejak 1 minggu yang lalu
dan memberat sejak 1 hari SMRS
- Sesak sering dirasakan pada saat malam hari, dan saat sedang makan, tetapi tidak
dipengaruhi oleh aktivitas, sesak diraskan 3 kali dalam seminggu
- Saat sesak pasien senang dalam posis setengah duduk
- Pasien juga mengeluhkan batuk yang telah dirasakan sejak 1 bulan ini
- Batuk berdahak berwarna kekuningan, dengan dahak yang mudah dikeluarkan
- Pasien mengalami penurunan nafsu makan, dan merasa lemas sejak 3 hari SMRS
- Batuk berdarah disangkal
- Demam disangkal
- Nyeri dada disangkal
- BAK dan BAB normal
Riwayat Penyakit Dahulu
- Riwayat Hipertensi disangkal
25
- Riwayat Diabetes melitus disangkal
- Riwayat penyakit jantung disangkal
Riwayat Penyakit Keluarga
- Riwayat keluarga minum OAT tidak ada
- Riwayat keluarga asma disangkal
- Riwayat keluarga hipertensi disangkal
- Riwayat keluarga DM disangkal
- Riwayat keluarga penyakit jantung disangkal
Riwayat Psikososial
Seorang wanita 28 tahun, tinggal bersama suami dan anaknya sebagai ibu rumah
tangga. Pasien adalah perokok pasif, tidak pernah mengkonsumi alcohol dan narkoba
III. PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan Umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : CMC
Berat badan : 57 kg
Tinggi badan : 158 cm
IMT : 22,8 (Overweight)
IV. STATUS GENERALISATA
Kepala
Mata : tidak dilakukan
Mulut : tidak dilakukan
Leher : tidak dilakukan
Thorax
Paru:
Inspeksi : tidak dilakukan
Palpasi : tidak dilakukan
Perkusi : tidak dilakukan
Auskultasi : tidak dilakukan
Jantung :
Inspeksi : tidak dilakukan
26
Palpasi : tidak dilakukan
Perkusi : tidak dilakukan
Auskultasi : tidak dilakukan
Abdomen :
Inspeksi : tidak dilakukan
Palpasi : tidak dilakukan
Perkusi : tidak dilakukan
Auskultasi : tidak dilakukan
Ekstremitas
Ekstremitas superior : tidak dilakukan
Ekstremitas inferior : tidak dilakukan
V. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan radiologi, 5 Agustus 2022
Expertise :
Ny. Sisilia Evi, 28 Th
Proyeksi : PA
Trakea : ditengah
Mediastinum : tidak melebar
CTR : Normal
27
Hilus : Normal
Corakan Bronkovaskuler : meningkat
Sinus Costofrenikus : sinistra tumpul, dextra lancip
Diafragma : dekstra sinistra licin
Inspirasi : cukup
Tampak pembercakan yang Sebagian berselubung di lapang atas sampai
bawah terutama kiri
Kesan : TB Paru
Penebalan pleura dd Efusi minimal sinistra
28
BAB IV
PENUTUP
Mycobacterium tuberculosis, Bakteri ini bila sering masuk dan terkumpul di dalam
paru akan berkembang biak menjadi banyak terutama pada orang dengan daya tahan
tubuh yang rendah dan dapat menyebar melalui pembuluh darah atau kelenjar getah
fisik dan pemeriksaan penunjang. Secara umum, diagnosis tuberkulosis paru dicurigai
pada pasien dengan manifestasi klinis yang relevan, seperti batuk persisten dan
temuan rontgen thorax, namun kelainan pada foto toraks bisa sebagai usul tetapi
bukan sebagai diagnosa utama pada TB. Foto toraks bisa digunakan untuk
menyingkirkan kemungkinan TB paru yang dengan hasil tes tuberkulin (+) dan tanpa
29
DAFTAR PUSTAKA
1. Loscalzo J. Harrison Pulmonologi dan Penyakit Kritis. 2nd ed. EGC, 2015.
doi:10.16309/j.cnki.issn.1007-1776.2003.03.004.
272.
Jakarta: EGC.2015;118-123.
30
11. Snell RS . Anatomi klinik untuk mahasiswa kedokteran. Jakarta: EGC; Hal
15. 2011.
16. Fachri M, Fauzi RA, Akaputra R. Gambaran Radiologi Foto Toraks Pasien
TB Paru Resistan Obat dengan dan Tanpa DM Tipe 2 di Rumah Sakit islam
20. Rahmatullah P. Bronkiektasis. Buku ajar ilmu penyakit dalam edisi VI.
31
21. Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaan Kanker Paru di Indonesia, PDPI
edisi 2020
32