TONSILITIS
Oleh :
PRESEPTOR
dr. Jenny Tri Yuspita S, Sp.THT-KL
SMF THT-KL
RSUD M. NATSIR SOLOK
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BAITURRAHMAH
PADANG
TAHUN 2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunia-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan referat ini dengan judul “Tonsilitis” yang
merupakan salah satu tugas kepaniteraan klinik dari bagian THT-KL.
Dalam kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terima kasih kepada dr. Jenny Tri Yuspita S,
Sp.THT-KL selaku pembimbing sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan referat ini
tepat waktu demi memenuhi tugas Kepaniteraan Klinik Senior.
Penulis menyadari bahwa penulisan laporan kasus ini masih jauh dari kata sempurna, karena itu
penulis mengharapkan masukan dan saran dari pembaca untuk penyempurnaan laporan kasus ini.
Akhir kata penulis mengucapkan terimakasih.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.........................................................................................................ii
DAFTAR ISI.......................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................................1
1.1 Latar Belakang................................................................................................................1
1.2 Tujuan.............................................................................................................................3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.........................................................................................4
2.1 Anatomi Tonsil...............................................................................................................4
2.2 Definisi Tonsilitis............................................................................................................6
2.3 Klasifikasi Tonsilitis.......................................................................................................8
2.4 Etiologi Tonsilitis............................................................................................................9
2.5 Patofisiologi Tonsilitis....................................................................................................9
2.6 Gambaran Klinis............................................................................................................10
2.7. Diagnosis Tonsilitis.......................................................................................................11
2.8 Diagnosis Banding.........................................................................................................12
2.9 Penatalaksanaan.............................................................................................................13
2.10 Komplikasi...................................................................................................................14
2.11 Prognosis......................................................................................................................14
2.12 Tonsilektomi................................................................................................................14
BAB III PENUTUP............................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................................18
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Tonsilitis merupakan peradangan tonsil palatina yang merupakan salah satu bagian
pembentuk cincin waldeyer. Cincin waldeyer di bentuk oleh beberapa tonsil, anatara lain adenoid
tonsil (1), tonsil palatina (2), tonsil lingual (30-100), dan tuba tonsil (2). Penyebaran infeksi
dapat melalui udara (droplets), tangan, dan ciuman. Sering terjadi terutama pada anak, walaupun
tonsilitis akut jika penyakit (keluhan) berlangsung kurang dari 3 minggu dan tonsilitis kronis jika
inflamasi atau peradangan pada tonsil palatina berlangsung lebih dari 3 bulan atau menetap.
Infeksi terjadi terus menerus karena kegagalan atau ketidaksesuaian pemberian antibiotic.
Tonsilitis akut dapat disebabkan baik oleh virus, bakteri aerob maupun anaerob. Bakteri yang
tonsil merupakan lanjutan infeksi akut yang tidak mengalami penyembuhan sempurna, dimana
tahun 2012, angka kejadian penyakit tonsilitis di Indonesia sekitar 23%. Berdasarkan data
epidemiologi penyakit THT di tujuh provinsi di Indonesia pada bulan September tahun 2012,
1
Peradangan tonsil akan mengakibatkan pembesaran yang menyebabkan kesulitan
menelan atau seperti ada yang mengganjal di tenggorok. Pada anak biasanya keadaan ini juga
dapat mengakibatkan keluhan berupa ngorok saat tidur karena pengaruh besarnya tonsil
mengganggu pernafasan bahkan keluhan sesak nafas juga dapat terjadi apabila pembesaran tonsil
telah menutup jalur pernafasan. Jika peradangan telah ditanggulangi, kemungkin tonsil kembali
pulih seperti semula atau bahkan tidak dapat kembali sehat seperti semula. Apabila tidak terjadi
penyembuhan yang sempurna pada tonsil, dapat terjadi infeksi berulang. Apabila keadaan ini
menetap, bakteri patogen akan bersarang di dalam tonsil dan terjadi peradangan yang kronis atau
perlu juga pemeriksaan imunologik sebagai tanggapan antibodi terhadap produk Streptokokus
yang bersifatantigenik. Tetapi berbeda halnya dengan tonsilitis kronik, hasil pemeriksaan
bakteriologik dari usapan tenggorok, kadang tidak dapat dipercaya oleh karena hasil biakan
kuman dari permukaan tonsil tidak dapat menggambarkan keadaan kuman yang berbeda dalam
tonsil. Diperlukan pemeriksaan kadar antibodi terhadap Streptokokus β hemolitikus grup A, pada
Ketepatan terapi dan edukasi pada fase tonsilitis akut dapat menghindari kejadian dari
tonsilitis kronis dan komplikasi yang dapat terjadi. Penatalaksanaan tonsilitis meliputi
medikamentosa dan operatif. Terapi medikamentosa yaitu dengan pemberian antibiotika sesuai
kultur ditujukan untuk mengatasi infeksi yang terjadi baik pada tonsilitis akut, maupun tonsilitis
rekuren atau tonsilitis kronis eksaserbasi akut. Sedangkan Pada tonsil hipertrofi yang dapat
2
menyebabkan keadaan emergency berupa obstruksi saluran napas yang merupakan indikasi
1.2 Tujuan
Referat ini disusun untuk memenuhi tugas kepaniteraan klinik di bagian THT-KL di RSUD
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Tonsil merupakan salah satu pertahanan tubuh terdepan. Tonsilterdiridari jaringan limfoid
yang dilapisi oleh epitel respiratori.Cincin Waldeyer merupakan jaringan limfoid yang membentuk lingkaran
di faring yang terdiri dari tonsilpalatina, tonsil faringeal (adenoid), tonsillingual, dantonsiltuba eustachius.
A) Tonsil Palatina
Tonsil palatina adalah suatu massa jaringan limfoid yang terletak di dalam fosa
tonsil pada kedua sudut orofaring, dan dibatasi oleh pilar anterior (otot palatoglosus) dan
pilar posterior (otot palatofaringeus). Tonsil berbentuk oval dengan panjang 2-5 cm,
masing-masing tonsil mempunyai 10-30 kriptus yang meluas ke dalam jaringan tonsil.
Tonsil tidak selalu mengisi seluruh fosa tonsilaris, daerah yang kosong diatasnya dikenal
4
d) Superior – palatum mole
Perdarahan
Tonsil mendapat pendarahan dari cabang-cabang arteri karotis eksterna, yaitu 1) arteri maksilaris
eksterna (arteri fasialis) dengan cabangnya arteri tonsilaris dan arteri palatina asenden; 2) arteri
maksilaris interna dengan cabangnya arteri palatina desenden; 3) arteri lingualis dengan
cabangnya arteri lingualis dorsal; 4) arteri faringeal asenden. Kutub bawah tonsil bagian anterior
diperdarahi oleh arteri lingualis dorsal dan bagian posterior oleh arteri palatina asenden, diantara
kedua daerah tersebut diperdarahi oleh arteri tonsilaris. Kutub atas tonsil diperdarahi oleh arteri
faringeal asenden dan arteri palatina desenden. Vena-vena dari tonsil membentuk pleksus yang
bergabung dengan pleksus dari faring. Aliran balik melalui pleksus vena di sekitar kapsul tonsil,
Persarafan
Tonsil bagian bawah mendapat sensasi dari cabang serabut saraf ke IX (nervus glosofaringeal)
Tonsil merupakan jaringan limfoid yang mengandung sel limfosit. Limfosit B membentuk kira-
kira 50-60% dari limfosit tonsilar. Sedangkan limfosit T pada tonsil adalah 40% dan 3% lagi
adalah sel plasma yang matan. Limfosit B berproliferasi di pusat germinal. Immunoglobulin
(IgG, IgA, IgM, IgD), komponen komplemen, interferon, lisozim dan sitokin berakumulasi di
jaringan tonsilar. Sel limfoid yang immunoreaktif pada tonsil dijumpai pada 4 area yaitu epitel sel
retikular, area ekstrafolikular, mantle zone pada folikel limfoid dan pusat germinal pada folikel
ilmfoid. Tonsil merupakan organ limfatik sekunder yang diperlukan untuk diferensiasi dan
5
proliferasi
6
limfosit yang sudah disensitisasi. Tonsil mempunyai 2 fungsi utama yaitu 1) menangkap dan
mengumpulkan bahan asing dengan efektif; 2) sebagai organ utama produksi antibodi dan
B) Adenoid Tonsil
Adenoid merupakan masa limfoid yang berlobus dan terdiri dari jaringan limfoid yang
sama dengan yang terdapat pada tonsil. Lobus atau segmen tersebut tersusun teratur seperti suatu
segmen terpisah dari sebuah ceruk dengan celah atau kantong diantaranya. Lobus ini tersusun
mengelilingi daerah yang lebih rendah di bagian tengah, dikenal sebagai bursa faringeus.
Adenoid tidak mempunyai kriptus. Adenoid terletak di dinding belakang nasofaring. Jaringan
adenoid di nasofaring terutama ditemukan pada dinding atas dan posterior, walaupun dapat
meluas ke fosa Rosenmuller dan orifisium tuba eustachius. Ukuran adenoid bervariasi pada
masing-masing anak. Pada umumnya adenoid akan mencapai ukuran maksimal antara usia 3-7
C) Tonsil Lingual
Tonsil lingual terletak di dasar lidah dan dibagi menjadi dua oleh ligamentum
glosoepiglotika. Di garis tengah, di sebelah anterior massa ini terdapat foramen sekum pada
2.2 Definisi
Tonsilitis merupakan inflamasi atau pembengkakan akut pada tonsil atau amandel.
7
Tonsilitis adalah infeksi amandel pada kelenjar di kedua sisi belakang tenggorokan.
Amandel adalah bagian dari sistem kekebalan, yang melindungi dan membantu tubuh untuk
melawan infeksi. Tonsilitis sangat umum dan dapat terjadi pada semua usia. Hal ini paling umum
pada anak-anak dan dewasa muda.Tonsilitis akut adalah radang akut yang disebabkan oleh
kuman streptococcus beta hemolyticus, streptococcus viridons dan streptococcus pygenes, dapat
8
2.3 Jenis-Jenis Tonsilitis
1. Tonsillitis akut
a. Tonsilitis viral
Ini lebih menyerupai common cold yang disertai rasa nyeri tenggorok. Penyebab paling
b. Tonsilitis Bakterial
Radang akut tonsil dapat disebabkan kuman grup A stereptococcus beta hemoliticus yang
dikenal sebagai strept throat, pneumococcus, streptococcus viridian dan streptococcus piogenes.
2. Tonsilitis membranosa
a. Tonsilitis Difteri
Penyebabnya yaitu oleh kuman Coryne bacterium diphteriae, kuman yang termasuk
Gram positif dan hidung di saluran napas bagian atas yaitu hidung, faring dan laring.
b. Tonsilitis Septik
menimbulkan epidemi. Oleh karena di Indonesia susu sapi dimasak dulu dengan cara pasteurisasi
Penyebab penyakit ini adalah bakteri spirochaeta atau triponema yang didapatkan pada
penderita dengan higiene mulut yang kurang dan defisiensi vitamin C. Gejala berupa demam
sampai 39° C, nyeri kepala , badan lemah dan kadang gangguan pecernaan.
9
4.Tonsilitis kronik
Faktor predisposisi timbulnya tonsilitis kronis ialah rangsangan yang menahun dari
rokok, beberapa jenis makanan, higiene mulut yang buruk, pengaruh cuaca kelemahan fisik dan
pengobatan tonsilitis yang tidak adekuat kuman penyebabnya sama dengan tonsilitis akut tetapi
2.4 Etiologi
streptoccus viridens. Selain itu dapat disebabkan oleh virus eppstein barr, hemofilus influenza.
Penyebabnya infeksi bakteri streptococcus atau infeksi virus. Tonsil berfungsi membantu
menyerang bakteri dan mikroorganisme lainnya sebagai tindakan pencegahan terhadap infeksi.
Tonsil bisa dikalahkan oleh bakteri maupun virus, sehingga membengkak dan meradang,
menyebabkan tonsillitis.
2.5 Patofisiologi
Saat bakteri atau virus memasuki tubuh melalui hidung atau mulut,amandel berperan
sebagai filter, menyelimuti organism yang berbahaya tersebut sel-sel darah putih ini akan
menyebabkan infeksi ringan pada amandel.Hal ini akan memicu tubuh untuk membentuk
antibody terhadap infeksi yang akan datang akan tetapi kadang-kadang amandel sudah kelelahan
menahan infeksi atau virus.Infeksi bakteri dari virus inilah yang menyebabkan tonsillitis.
Bakteri atau virus menginfeksi lapisan epitel tonsil-tonsil epitel menjadikan terkikis dan
terjadi peradangan serta infeksi pada tonsil.Infeksi tonsil jarang menampilkan gejala tetapi dalam
kasus yang ekstrim pembesaran ini dapat menimbulkan gejala menelan.Infeksi tonsil yang ini
adalah peradangan di tenggorokan terutama dengan tonsil yang abses (abses peritonsiler).Abses
1
besar yang terbentuk dibelakang tonsil menimbulkan rasa sakit yang intens dan demam tinggi
Dimulai dengan sakit tenggorokan ringan sehingga menjadi parah.pasien hanya mengeluh
pada sendi dan otot,kedinginan, seluruh tubuh sakit,sakit kepala dan biasanya sakit pada telinga.
Sekresi yang berlebih membuat pasien mengeluh sukar menelan,belakang tenggorokan akan
terasa mengental. Hal-hal yang tidak menyenangkan tersebut biasanya berakhir setelah 72 jam.
Pasien yang menderita tonsilitis biasanya akan merasakan hal seperti berikut :
d. demam (suhu tubuh yang lebih 37.5ºC untuk orang dewasa dan lebih dari 38 º C pada
anak-anak)
g. bengkak dan kelenjar getah bening tender (kelenjar) di kedua sisi leher
Anak-anak mungkin mengeluh sakit perut tanpa sakit yang tenggorokan, dan mereka
1
2.7 Diagnosis
Anamnesa di dapatkan :
a. Tonsilitis akut : nyeri tenggorok, nyeri waktu menelan, demam tinggi, lesu, nyeri
b. Tonsilitis difteri : Suhu sub febris, nyeri kepala, tidak nafsu makan, badan lemah,
nyeri menelan
c. Tonsilitis septik angina plaut Vincent : demam, nyeri kepala, badan lemah, kadang
terdapat gangguan pencernaan, nyeri pada mulut, hipersalivasi, gigi dan gusi
mudah berdarah
b) Tonsilitis difteri ; tonsil bengkak, tertutup bercak putih kotor yang semakin lama
menyebar luas membentuk membrane semu, jika di coba angkat maka akan
mudah berdarah. Dapat juga kelenjar limfa leher membesar hingga membentuk
putih keabuan diatas tonsil, uvula, dinding faring, gusi serta prosesus alveolaris,
Selain dari anamnesa dan pemeriksaan fisik, dapat dilanjutkan dengan pemeriksaan
penunjang. Usap tonsilar dikultur untuk menentukan adanya infeksi bakteri. Uji kultur bakteri
penyebab. Jika tonsil adenoid ikut terinfeksi maka dapat menyebabkan otitis media supuratif
yang
1
mengakibatkan kehilangan pendengaran, pasien harus diberikan pemeriksaan audiometik secara
a) Abses peritonsil
Pemeriksaan fisik : Palatum mole membengkak dan menonjol kedepan, dapat teraba
fluktuasi, Uvula bengkak dan terdorong ke sisi kontra lateral, Tonsil bengkak, hiperemis,
b) Faringitis viral
Pembesaran KGB
c) Faringitis bacterial
Manifestasi klinis : Nyeri menelan, Kadang disertai demam tinggi, Muntah, Jarang
disertai batuk
Pemeriksaan fisik : Tonsil membesar, Faring dan laring hiperemis & eksudat Petekie
pada palatum dan faring (setelah beberapa hari), Kelenjar limfe leher membesar, kenyal,
d) Abses retrofaring
Manifestasi klinis : Rasa nyeri dan sulit menelan, Demam, Leher kaku, Sesak napas
1
Pemeriksaan fisik : Benjolan di dinding belakang faring (unilateral), Mukosa bengkak dan
hiperemis
2.9 Penatalaksanaan
a) Antibiotik golongan penelitian atau sulfanamid selama 5 hari dan obat kumur atau obat
isap dengan desinfektan, bila alergi dengan diberikan eritromisin atau klidomisin.
c) Pasien diisolasi karena menular, tirah baring, untuk menghindari komplikasi kantung
selama 2-3 minggu atau sampai hasil usapan tenggorok 3 kali negative
d) Pemberian antipiretik
b) Terapi radikal dengan tonsilektomi bila terapi medikamentosa atau terapi konservatif
tidak berhasil.
a) Anti difteri serum dosis 20.000-100.000 unit tergantung umur dan berat penyakit
b) Antibiotic penisilin atau eritromisin 25-50 mg/KgBB terbagi dalam 3 dosisi selama 14 hari
1
e) Pasien diisolasikan dan istirahat di tempat tidur selama 2-3
2.10 Komplikasi
1. Tonsilitis akut : OMA, sinusitis, abses peritonsil, abses parafaring, bronchitis, artiris dan
2. Tonsilitis difteri : sumbatan jalan nafas, miokarditis, kelumpuhan otot palatum mole, otot
mata untuk akomodasi, otot faring, otot laring, kesulitan menelan, suara parau,
3. Tonsilitis kronis : rhinitis kronik, sinusitis atau otitis media secara perkontinuitatum,
furunkulosis
2.11 Prognosis
2.12 Tonsilektomi
1
1. Menurut American Academy of Otolaryngology – Head and Neck Surgery (AAO-
HNS) (1995)
Indikasi Absolut
b) Abses peritonsil yang tidak membaik dengan pengobatan medis dan drainase
a) Terjadi 3 episode atau lebih infeksi tonsil per tahun dengan terapi antibiotik adekuat
b) Halitosis akibat tonsilitis kronik yang tidak membaik dengan pemberian terapi medis
c) Tonsilitis kronik atau berulang pada karier streptokokus yang tidak membaik dengan
Indikasi Absolut
a) OSA/SDB
c) Hemorrhagic tonsilitis
e) Suspek keganasan
Indikasi relative
1
a) Tonsilitis akut rekuren
c) Tonsilitis yang terkait dengan halithosis dan nyeri, tidak respon dengan pengobatan
d) Abses peritonsil
b) Limfadenopati >2 cm
1
BAB III
KESIMPULAN
Tonsilitis merupakan penyakit THT-KL yang cukup sering terjadi. Tonsilitis dimulai dari
tonsilitis akut hingga menjadi tonsilitis kronik. Gejala klinis dari penderita tonsilitis dapat berupa
demam, nyeri menelan, tenggorokan terasa mengganjal, lesu, letih, dan banyak lagi. Pemberian
terapi dan edukasi yang tepat pada penderita tonsilitis akut dapat menghindari terjadi tonsilitis
kronik dan terjadinya komplikasi. Terapi konservatif dapat diberikan sesuai kuman/bakteri yang
menginfeksi. Dapat juga diberikan terapi operatif bilamana penderita memenuhi kriteria untuk
tonsilektomi.
1
Daftar Pustaka
Fakh IM, Novialdi, Elmatris. Karakteristik pasien Tonsilitis Kronis Pada Anak di Bagian THT-
KL di RSUP M. Djamil Padang Tahun 2013. Jurnal Kesehatan Andalas. 2016. PP : 436-32
Zuhdi M, Triola S, Teti A. Hubungan Antara Usia dengan Ukuran Tonsil Pada Tonsilitis Kronis
di Rumah Sakit Islam Siti Rahmah Padang Sumatera Barat Pada Tahun 2017-2018. Health and
Medical Journal. 2020. PP :19-28
Salihat A, novialdi, Irawati L. Hubungan Umur, Jenis Kelamin dan Perlakuan Penatalaksanaan
dengan Ukuran Tonsil pada Penderita Tonsilitis Kronis di Bagian THT-KL RSUP DR M. Djamil
Padang Tahun 2013. Jurnal Kesehatan Andalas. 2015
Kentjono WA, Juniati SH, Sutikno B. Pediatric otorhinolaryngology head and neck surgery :
common clinical aspects. Fakultas Kedokteran Universitad Airlangga. 2016. PP : 3-26
Soepardi EA, dkk. Ed. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala dan Leher.
Ed 7.Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2012. PP : 197-200.