Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Henti jantung berdasarkan The Pediatric Utstein Guidline adalah terhentinya aktivitas
mekanik jantung yang ditentukan oleh tidak adanya respon dari perabaan pada denyut nadi
sentral, dan henti nafas. Pada anak, henti jantung biasanya lebih banyak disebabkan oleh
asfiksia sebagai akibat sekunder dari henti nafas. Hal ini berbeda dengan kejadian henti jantung
pada dewasa yang sebagian besar disebabkan oleh masalah primer pada jantung.Penyebab
henti jantung yang paling umum adalah gangguan listrik di dalam jantung. Jantung memiliki
sistem konduksi listrik yang mengontrol irama jantung tetap normal.
Masalah dengan sistem konduksi dapat menyebabkan irama jantung yang abnormal,
disebut aritmia. Terdapat banyak tipe dari aritmia, jantung dapat berdetak terlalu cepat, terlalu
lambat, atau bahkan dapat berhenti berdetak. Ketika aritmia terjadi, jantung memompa sedikit
atau bahkan tidak ada darah ke dalam sirkulasi. Henti jantung yang lama akan menyebabkan
tidak adekuatnya Cerbral Perfusion Pressure (CPP) yang selanjutnya akan berdampak pada
kejadian iskemik yang menetap dan infark kecil di suatu bagian otak. Pemberian penanganan
segera pada henti nafas dan jantung berupa Cardio Pulmonary Resuscitation (CPR) akan
berdampak langsung pada kelangsungan hidup dan komplikasi.
Resusitasi jantung paru segera yang dilakukan dengan efektif berhubungan dengan
kembalinya sirkulasi spontan dan kesempurnaan pemulihan neurologis. Hal ini disebabkan
karena ketika jantung berhenti, oksigenasi juga akan berhenti sehingga akan menyebabkan
kematian sel otak yang tidak akan dapat diperbaiki walaupun hanya terjadi dalam hitungan
detik sampai beberapa menit .

1.2 Rumusan Masalah


1. Apakah definisi Cardiac Arrest ( Henti Jantung ) ?
2. Apakah etiologi Cardiac Arrest ( Henti Jantung ) ?
3. Apakah patofisio Cardiac Arrest ( Henti Jantung ) ?

1.3 Tujuan
1. Menjelaskan definisi Cardiac Arrest ( Henti Jantung )
2. Menjelaskan etiologi Cardiac Arrest ( Henti Jantung )
3. Menjelaskan patofisio Cardiac Arrest ( Henti Jantung )
1
1.4 Manfaat
Dengan di tulisnya makalah ini diharapkan pembaca mampu mengembangkan khasanah
keilmuan dalam memahami konsep dasar asuhan keperawatan tentang cardiac arrest / henti
jantung.
1.) Bagi mahasiswa
Makalah ini mampu memberikan informasi dan referensi, selain itu mampu memberikan
pengetahuan mengenai konsep dasar asuhan keperawatan tentang cardiac arrest / henti jantung
.
2.) Bagi dosen
Makalah ini dapat dijadikan referensi dalam mengajar mahasiswa.
3.) Bagi masyarakat
Makalah ini sebagai sumber pengetahuan bagi masyarakat secara umum.

2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi
Henti jantung (Cardiac Arrest ) adalah penghentian tiba-tiba fungsi pemompaan jantung
dan hilangnya tekanan darah arteri. Saat terjadinya serangan jantung, penghantaran oksigen
dan pengeluaran karbon dioksida terhenti, metabolisme sel jaringan menjadi anaerobik,
sehingga asidosis metabolik dan respiratorik terjadi. Pada keadaan tersebut, inisiasi langsung
dari resusitasi jantung paru diperlukan untuk mencegah terjadinya kerusakan jantung, paru-
paru, ginjal, kerusakan otak dan kematian.

Henti jantung adalah penghentian tiba-tiba aktivitas pompa jantung efektif,


mengakibatkan penghentian sirkulasi (Muttaqin, 2009).

Cardiac arrest adalah hilangnya fungsi jantung secara tiba-tiba dan mendadak, bisa
terjadi pada seseorang yang memang didiagnosa dengan penyakit jantung ataupun tidak. Waktu
kejadiannya tidak bisa diperkirakan, terjadi dengan sangat cepat begitu gejala dan tanda
tampak (American Heart Association,2010).

2.2 Etiologi

Penyebab terjadinya henti nafas dan henti jantung tidak sama pada setiap usia. Penyebab
terbanyak pada bayi baru lahir adalah karena gagal nafas, sedangkan pada usia bayi yang
menjadi penyebabnya bisa berupa :

a. Sindrom bayi mati mendadak atau SIDS ( Sudden Infant Death Syndrome )
b. Penyakit pernafasan
c. Sumbatan pada saluran pernafasan, termasuk aspirasi benda asing
d. Tenggelam
e. Sepsis
f. Penyakit neurologis
Penyebab terbanyak henti nafas dan henti jantung pada anak yang berumur diatas 1 tahun
adalah cedera yang meliputi kecelakaan lalu lintas, terbakar, cedera senjata api, dan tenggelam.
Seseorang dikatakan mempunyai risiko tinggi untuk terkena cardiac arrest dengan kondisi:
1. Ada jejas di jantung akibat dari serangan jantung terdahulu.
3
2. Penebalan otot jantung (Cardiomyopathy).
3. Riwayat penggunaan obat-obatan jantung
4. Abnormalitas kelistrikan jantung (sindroma gelombang QT yang
memanjang)
5. Aterosklerosis

2.3 Patofisiologi

Henti jantung timbul akibat terhentinya semua sinyal kendali listrik di jantung, yaitu
tidak ada lagi irama yang spontan. Henti jantung timbul selama pasien mengalami hipoksia
berat akibat respirasi yang tidak adekuat. Hipoksia akan menyebabkan serabut-serabut otot dan
serabut-serabut saraf tidak mampu untuk mempertahankan konsentrasi elektrolit yang normal
di sekitar membran, sehingga dapat mempengaruhi eksatibilitas membran dan menyebabkan
hilangnya irama normal.

Apapun penyebabnya, saat henti jantung anak telah mengalami insufisiensi pernafasan
akan menyebabkan hipoksia dan asidosis respiratorik. Kombinasi hipoksia dan asidosis
respiratorik menyebabkan kerusakan dan kematian sel, terutama pada organ yang lebih sensitif
seperti otak, hati, dan ginjal, yang pada akhirnya akan menyebabkan kerusakan otot jantung
yang cukup berat sehingga dapat terjadi henti jantung.

Penyebab henti jantung yang lain adalah akibat dari kegagalan sirkulasi (syok) karena
kehilangan cairan atau darah, atau pada gangguan distribusi cairan dalam sistem sirkulasi.
Kehilangan cairan tubuh atau darah bisa akibat dari gastroenteritis, luka bakar, atau trauma,
sementara pada gangguan distribusi cairan mungkin disebabkan oleh sepsis atau anafilaksis.
Organ-organ kekurangan nutrisi esensial dan oksigen sebagai akibat dari perkembangan syok
menjadi henti jantung melalui kegagalan sirkulasi dan pernafasan yang menyebabkan hipoksia
dan asidosis. Sebenarnya kedua hal ini dapat terjadi bersamaan.

Pada henti jantung, oksigenasi jaringan akan terhenti termasuk oksigenasi ke otak. Hal
tersebut, akan menyebabkan terjadi kerusakan otak yang tidak bisa diperbaiki meskipun hanya
terjadi dalam hitungan detik sampai menit.
Kematian dapat terjadi dalam waktu 8 sampai 10 menit. Oleh karena itu, tindakan resusitasi
harus segera mungkin dilakukan.
4
2.4 Manifestasi Klinis

1) Tidak sadar(pada beberapa kasus terjadi kolaps tiba-tiba)


2) Pernapasan tidak tampak atau pasien bernapas dengan terengah-engah
3) secara intermiten)
4) Sianosis dari mukosa buccal dan liang telinga
5) Pucat secara umum dan sianosis
6) Jika pernapasan buatan tidak segera di mulai,miokardium(otot
7) jantung)akan kekurangan oksigen yang di ikuti dengan henti napas.
8) Hipoksia
9) Tak teraba denyut arteri besar (femoralis dan karotis pada orang dewasa atau brakialis pada
bayi)

2.5 Komplikasi

1. Hipoksia jaringan ferifer


2. Hipoksia Cerebral
3. Kematian

2.6 Pemeriksaan Penunjang

1. Tes Diagnostik
Elektrokardiogram
Biasanya tes yang diberikan ialah dengan elektrokardiogram (EKG). Ketika dipasang EKG,
sensor dipasang pada dada atau kadang-kadang di bagian tubuh lainnya misalnya tangan dan
kaki. EKG mengukur waktu dan durasi dari tiap fase listrik jantung dan dapat menggambarkan
gangguan pada irama jantung. Karena cedera otot jantung tidak melakukan impuls listrik
normal, EKG bisa menunjukkan bahwa serangan jantung telah terjadi. ECG dapat mendeteksi
pola listrik abnormal, seperti interval QT berkepanjangan, yang meningkatkan risiko kematian
mendadak.

5
2. Tes darah
a. Pemeriksaan Enzim Jantung
Enzim-enzim jantung tertentu akan masuk ke dalam darah jika jantung terkena serangan
jantung. Karena serangan jantung dapat memicu sudden cardiac arrest. Pengujian sampel darah
untuk mengetahui enzim-enzim ini sangat penting apakah benar-benar terjadi serangan
jantung.
b. Elektrolit Jantung
Melalui sampel darah, kita juga dapat mengetahui elektrolit-elektrolit yang ada pada
jantung, di antaranya kalium, kalsium, magnesium. Elektrolit adalah mineral dalam darah kita
dan cairan tubuh yang membantu menghasilkan impuls listrik. Ketidak seimbangan pada
elektrolit dapat memicu terjadinya aritmia dan sudden cardiac arrest.
c. Tes Obat
Pemeriksaan darah untuk bukti obat yang memiliki potensi untuk menginduksi aritmia,
termasuk resep tertentu dan obat-obatan tersebut merupakan obat-obatan terlarang.
d. Tes Hormon
Pengujian untuk hipertiroidisme dapat menunjukkan kondisi ini sebagai pemicu cardiac arrest.

3. Imaging tes
a. Pemeriksaan Foto Thorax
Foto thorax menggambarkan bentuk dan ukuran dada serta pembuluh darah. Hal ini juga dapat
menunjukkan apakah seseorang terkena gagal jantung.
b. Pemeriksaan nuklir
Biasanya dilakukan bersama dengan tes stres, membantu mengidentifikasi masalah aliran
darah ke jantung. Radioaktif yang dalam jumlah yang kecil, seperti thallium disuntikkan ke
dalam aliran darah. Dengan kamera khusus dapat mendeteksi bahan radioaktif mengalir
melalui jantung dan paru-paru.
c. Ekokardiogram
Tes ini menggunakan gelombang suara untuk menghasilkan gambaran jantung.
Echocardiogram dapat membantu mengidentifikasi apakah daerah jantung telah rusak oleh
cardiac arrest dan tidak memompa secara normal atau pada kapasitas puncak (fraksi ejeksi),
atau apakah ada kelainan katup.
4 . Electrical system (electrophysiological) testing and mapping
Tes ini, jika diperlukan, biasanya dilakukan nanti, setelah seseorang sudah sembuh dan jika
penjelasan yang mendasari serangan jantung belum ditemukan. Dengan jenis tes ini, mungkin
6
mencoba untuk menyebabkan aritmia,Tes ini dapat membantu menemukan tempat aritmia
dimulai. Selama tes, kemudian kateter dihubungkan dengan electrode yang menjulur melalui
pembuluh darah ke berbagai tempat di area jantung. Setelah di tempat, elektroda dapat
memetakan penyebaran impuls listrik melalui jantung pasien. Selain itu, ahli jantung dapat
menggunakan elektroda untuk merangsang jantung pasien untuk mengalahkan penyebab yang
mungkin memicu atau menghentikan aritmia. Hal ini memungkinkan untuk mengamati lokasi
aritmia.
5. Ejection fraction testing
Salah satu prediksi yang paling penting dari risiko sudden cardiac arrest adalah seberapa baik
jantung mampu memompa darah.Ini dapat menentukan kapasitas pompa jantung dengan
mengukur apa yang dinamakan fraksi ejeksi. Hal ini mengacu pada persentase darah yang
dipompa keluar dari ventrikel setiap detak jantung. Sebuah fraksi ejeksi normal adalah 55
sampai 70 persen. Fraksi ejeksi kurang dari 40 persen meningkatkan risiko sudden cardiac
arrest.Ini dapat mengukur fraksi ejeksi dalam beberapa cara, seperti dengan ekokardiogram,
Magnetic Resonance Imaging (MRI) dari jantung Anda, pengobatan nuklir scan dari jantung
Anda atau computerized tomography (CT) scan jantung.
6. Coronary catheterization (angiogram)
Pengujian ini dapat menunjukkan jika arteri koroner terjadi penyempitan atau penyumbatan.
Seiring dengan fraksi ejeksi, jumlah pembuluh darah yang tersumbat merupakan prediktor
penting sudden cardiac arrest. Selama prosedur, pewarna cair disuntikkan ke dalam arteri hati
Anda melalui tabung panjang dan tipis (kateter) yang melalui arteri, biasanya melalui kaki,
untuk arteri di dalam jantung. Sebagai pewarna mengisi arteri, arteri menjadi terlihat pada X-
ray dan rekaman video, menunjukkan daerah penyumbatan. Selain itu, sementara kateter
diposisikan,mungkin mengobati penyumbatan dengan melakukan angioplasti dan
memasukkan stent untuk menahan arteri terbuka.

2.7 Penatalaksanaan
Henti jantung dapat terjadi setiap saat di dalam atau di luar rumah sakit,sehingga
pengobatan dan tindakan yang cepat serta tepat akan menentukan prognosis;30-45 detik.
Sesudah henti jantung terjadi akan terlihat dilatasi pupil dan pada saat ini harus di ambil
tindakan berupa:

1.) Sirkulasi artifisial yang menjamin peredaran darah yang mengandung


oksigen dengan melakukan :
7
a. Masase jantung.
Anak ditidurkan pada tempat tidur yang datar dan keras,kemudian dengan telapak tangan di
tekan secara kuat dan keras sehingga jantung yang terdapat di antara sternum dan tulang
belakang tertekan dan darah mengalir ke arteria pumonalis dan aorta. Masase jantungyang baik
terlihat hasilnya dari terabanya kembali nadi arteri-atreri besar sedangkan pulihnya sirkulasi ke
otak dapat terlihat pada pupil yang menjadi normal kembali.

b. Pernapasan buatan.
Mula-mula bersihkan saluran pernapasan,kemudian ventilasi di perbaiki dengan pernapan
mulut ke melut/inflating bags atau secara endotrakheal. Ventilasi yang baik dapat di ketahui
bila kemudian tampak ekspansi dinding thoraks pada setiap kali inflasi di lakukan dan
kemudian juga warna kulit akan menjadi normal kembali.

2). Memperbaiki irama jantung


a) defibrilasi,yaitu bila kelainan dasar henti jantung ialah fibrilasi ventrikel.
b) obat-obatan:infus norepinefrin 4 mg/1000ml larutan atau vasopresor dan epinefrin 3 ml 1:1000
atau kalsium klorida secara intra kardial (pada bayi di sela iga IV kiri dan pada anak dibagian
yang lebih bawah) untuk meninggikan tonus jantung,sedangkan asidosis metabolik diatasi
dengan pemberian sodium bikarbonat.bila di takutkan fibrilasi ventrikel
kambuh,makapemberian lignokain 1% dan kalium klorida dapat menekan miokard yang
mudah terangsang.Bila nadi menjadi lambat dan abnormal,maka perlu di berikan isoproterenol.

3). Perawatan dan pengobatan komplikasi

a. Perawatan: Pengawasan tekanan darah,nadi,jantung ;menghindari terjadinya aspirasi (dipasang


pipa lambung);mengetahui adanya anuri yang dini (di pasang kateter kandung kemih).
b. Pengobatan komplikasi yang terjadi seperti gagal ginjal (yang di sebabkan nekrosis kortikal
akut) dan anuri dapat di atasi dengan pemberian ion exchange resins, dialisis peritoneal serta
pemberian cairan yang di batasi.kerusakan otak di atasi dngan pemberian obat hiportemik dan
obat untuk mengurangi edema otak serta pemberian oksigen yang adekuat.

8
2.8 Patway

9
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

Kasus
Ny. G usia 45th. dibawa ke Rumah Sakit Tambun Medika oleh anaknya, anaknya mengatakan
Ny. G sesak nafas, susah untuk berbicara, dan merintih kesakitan. Anak pasien juga
mengatakan pasien sesekali menangis dan tidak ingin menemui orang lain. Setelah dilakukan
pemeriksaan fisik didapatkan pasien dipsnea dan takikardi. Hasil TTV, TD: 150/100mmHg, N:
120x/ menit, RR: 10x/menit, S: 35°C. Pasien terlihat mengeluarkan keringat dingin, pasien
terlihat pucat, pasien tampak mengeluh nyeri dada dibagian kiri, pasien tampak cemas dengan
keadaannya.
Step 1:
1. Dipsnea

2. Takikardi

Step 2:
1. Dipsnea adalah pola nafas yang lambat lebih rendah dari normal

2. Takikardi adalah meningkatnya denyut nadi melebihi normal

Step 3:
1. Apakah penyakit ini berbahaya?

2. Penyebab utama pada penyakit ini adalah?

Step 4:
1. Iya, karena dapat menyebabkan kematian

2. Karena penyakit paru-paru, penyakit jantung bawaan, kecelakaan, sumbatan jalan


nafas, aritmia, dan obat-obatan

Step 5:
Cardiact Arrest
A. PENGKAJIAN
I. Indetitas pasien

Nama : Ny. G
Usia : 45 tahun

10
Jenis Kelamin : Perempuan
Status Pernikahan : Kawin
Alamat : Tambun
Suku : Betawi
Agama : Islam
No. RM : 00124

II. Identitas Penanggung Jawab

Nama : Nn. A
Usia : 26 tahun
Jenis Kelamin : perempuan
Pekerjaan : Wiraswasta
Hubungan dengan Klien : anak kandung

III. Riwayat Penyakit


a. Keluhan Utama
Anaknya mengatakan Ny. G sesak nafas, susah untuk berbicara, dan merintih kesakitan.
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien mengeluarkan keringat dingin, dan mengeluh nyeri dada bagian kiri.

c. Riwayat Penyakit Dahulu

Pasien memiliki riwayat penyakit aritmia.


IV. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan didasarkan pada sistem – sistem tubuh antara lain :
1. Keadaan umum pasien
Kondisi keadaan umum Ny. G samnolen
2. Tanda-Tanda Vital
TD : 150/100mmHg T : 35°C
N : 120x/menit RR : 10x/menit
3. Sistem Penglihatan
Mata pasien terlihat tidak anemis, normal
4. Sistem Pernapasan
Pola pernafasan pasien tidak normal tampak dipsnea
5. Sistem Integumen

11
Turgor kulit pasien normal
6. Sistem pencernaan
Sistem pencernaan tidak terganggu
7. Sistem abdomen
Abdomen terlihat normal
8. Sistem musculoskeletal
Kekuatan otot normal

Data Fokus
Data Subjektif Data Objektif
- Anak Pasien mengatakan Ny. G sesak - TTV
nafas TD : 150/100mmHg
- Anak Pasien mengatakan Ny. G T : 35°c
susah untuk berbicara N : 120x/menit
RR : 10x/menit
- Anak Pasien mengatakan Ny. G
- Pasien tampak dipsnea
merintih kesakitan
- Pasien tampak takikardi
- Anak Pasien mengatakan Ny. G - Pasien mengeluarkan keringat dingin
sesekali menangis dan tidak ingin - Pasien tampak pucat
menemui orang lain - Pasien tampak cemas

- Anak Pasien mengatakan Ny. G - Pasien tampak memegang dada

mengeluh nyeri dada bagian kiri bagian kiri

12
Analisa Data

Nama : Ny. G Dx: cardiac arest


Usia : 45 tahun No. RM: 00124
NO Data Problem Etiologi
1. DS : Pola nafas hambatan
- Anak Pasien mengatakan Ny. G tidak efektif upaya nafas
sesak nafas (D.0005)
- Anak Pasien mengatakan Ny. G
susah untuk berbicara

DO :
- TTV
TD : 150/100mmHg
T : 35°c
N : 120x/menit
RR : 10x/menit
- Pasien tampak dipsnea
- Pasien tampak takikardi
- Pasien mengeluarkan keringat
dingin
- Pasien tampak pucat

2. DS : Nyeri akut infark miokard


- Anak Pasien mengatakan Ny. G (D.0077)
merintih kesakitan

- Anak Pasien mengatakan Ny. G


mengeluh nyeri dada bagian kiri

DO :
- TTV
TD : 150/100mmHg
T : 35°c

13
N : 120x/menit
RR : 10x/menit
- Pasien tampak takikardi
- Pasien mengeluarkan keringat
dingin
- Pasien tampak pucat
- Pasien tampak memegang dada
bagian kiri
3. DS : Ansietas ancaman kematian
- Anak Pasien mengatakan Ny. G (D.0080)
sesekali menangis dan tidak ingin
menemui orang lain

DO :
- TTV
TD : 150/100mmHg
T : 35°c
N : 120x/menit
RR : 10x/menit
- Pasien tampak takikardi
- Pasien mengeluarkan keringat
dingin
- Pasien tampak pucat
- Pasien tampak cemas

Diagnosa Keperawatan :
1. Pola nafas tidak efektif b.d hambatan upaya nafas (D.0005)
2. Nyeri akut b.d infark miokard (D.0077)
3. Ansietas b.d ancaman kematian (D.0080)

14
INTERVENSI
Nama : Ny. G Dx: cardiac arrest
Usia : 45 tahun No. RM: 00124

No Dx Kep Tujuan Dan KH Intervensi

1 Pola nafas tidak Setelah di lakukukan asuhan - Kontrol TTV pasien


efektif b.d keperawatan selama - Berikan oksigen pada pasien
hambatan upaya 3x24jam, diharapkan pola - Posisikan pasien agar dapat
nafas (D.0005) nafas kembali normal KH : meringankan sesak nafas
- TTV kembali dalam (semi fowler)
batas normal - Gunakan tehnik tarik nafas
- Tidak adanya dalam untuk pasien
penurunan pola nafas - Monitor stastus oksigenasi
setiap 2 jam sekali
- Kolaborasi dengan ahli
fisioterapi dada.
2 Nyeri akut b.d infark Setelah dilakukan asuhan - Lakukan pengkajian nyeri
miokard (D.0077) keperawatan selama 3x24 secara komperehensif
jam, diharapkan nyeri pasien P: aritmia
berkurang KH : Q: tertekan
- Nyeri dari 7 menjadi R: bagian dada sebelah kiri
4 S: 7
T: setiap saat
- Control TTV setiap 4 jam
sekali
- Ajarkan tehnik relaksasi
dengan cara tarik nafas
dalam
- Kolaborasi dengan dokter
untuk pemberian analgesik
3 Ansietas b.d Setelah dilakukan asuhan - Control TTVpasien
ancaman kematian keperawatan selam 3x24 jam - Gunakan komunikasi
(D.0080) terapeutik pada pasien

15
diharapkan pasien tidak - Jelaskan semua prosedur
cemas KH : yang akan dilakukan pada
- Adanya penurunan pasien
kecemasan ditandai - Berikan tehnik relaksasi
dengan nafas normal dengan cara tarik nafas
dan nadi normal dalam
- Dengarkan keluhan klien

IMPLEMENTASI
Nama : Ny. G Dx: cardiac arrest
Usia : 45 tahun No. RM: 00124
Tgl/Jam Dx. Kep Implementasi Respon Klien TTD
25-01-2018 Pola nafas - mengontrol TTV pasien S:
08.00 WIB tidak efektif - memberikan oksigen - Pasien mengatakan
b.d pada pasien masih merasa sesak
hambatan - memposisikan pasien nafas
upaya nafas agar dapat meringankan
- Pasien mengatakan
(D.0005) sesak nafas (semi fowler)
masih susah untuk
- menggunakan tehnik
tarik nafas dalam
tarik nafas dalam untuk
pasien O:

- Memonitor stastus - Pasien masih

oksigenasi setiap 2 jam tampak dipsnea

sekali - Pasien masih


- berkolaborasi dengan ahli mengelurkan
fisioterapi dada. keringat dingin

- Pasien mulai dapat


menarik nafas
dengan baik

16
- Nafas pasien dari
10x/menit menjadi
15x/menit

25-01-2018 Nyeri akut - melakukan pengkajian S:


b.d infark nyeri secara - Pasien mengatakan
08.00 WIB
miokard komperehensif masih merasakan
(D.0077) P: aritmia nyeri
Q: tertekan - Pasien mengatakan
R: bagian dada sebelah sudah mulaibisa
kiri menariknafas
S: 7 dalam
T: setiap saat - Pasien mengatakan
- mengontrol TTV setiap 4 masih merasa
jam sekali lemas
- mengajarkan tehnik O:
relaksasi dengan cara - Pasien tampak
tarik nafas dalam masih memegang
- berkolaborasi dengan dada sebelah kiri.
dokter untuk pemberian - Pasien tampak
analgesik masih pucat
- Nyeri pasien
berkurang dari 7
menjadi 5

17
25-01-2018 Ansietas b.d - mengontrol TTVpasien S:
08.00 WIB ancaman - menggunakan - Pasien mengatakan
kematian komunikasi terapeutik sudah tidak merasa
(D.0080) pada pasien cemas
- menjelaskan semua O:
prosedur yang akan - Pasien sudah tidak
dilakukan pada pasien gelisah
- memberikan tehnik - Pasien dapat tarik
relaksasi dengan cara nafas dalam
tarik nafas dalam dengan baik.
- mendengarkan keluhan
klien

EVALUASI
Nama : Ny. G Dx: cardiac arrest
Usia : 45 tahun No. RM: 00124

Tgl/jam No. Dx.Kep Evaluasi (SOAP) TTD

25-01-2018 1. S:
08.00 WIB - Pasien mengatakan masih merasa
sesak nafas

- Pasien mengatakan masih susah


untuk tarik nafas dalam

O:
- Pasien masih tampak dipsnea

- Pasien masih mengelurkan keringat


dingin

18
- Pasien mulai dapat menarik nafas
dengan baik

- Nafas pasien dari 10x/menit


menjadi 15x/menit

A: masalah teratasi sebagian


P: lanjutkan intervensi
25-01-2018 2. S:
08.00 WIB - Pasien mengatakan masih
merasakan nyeri
- Pasien mengatakan sudah mulaibisa
menariknafas dalam
- Pasien mengatakan masih merasa
lemas
O:
- Pasien tampak masih memegang
dada sebelah kiri.
- Pasien tampak masih pucat
- Nyeri pasien berkurang dari 7
menjadi 5
A: masalah teratasi sebagian
P: lanjutkan intervensi
25-01-2018 3. S:
08.00 WIB - Pasien mengatakan sudah tidak
merasa cemas
O:
- Pasien sudah tidak gelisah
- Pasien dapat tarik nafas dalam
dengan baik.
A: masalah teratasi
P: hentikan intervensi

19
BAB IV
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Henti jantung merupakan suatu keadaan terhentinya fungsi pompa otot jantung secara
tiba-tiba yang berakibat pada terhentinya proses penghantaran oksigen dan pengeluaran
karbondioksida. Keadaan ini bisa terjadi akibat hipoksia lama karena terjadinya henti nafas
yang merupakan akibat terbanyak henti jantung pada bayi dan anak.
Kerusakan otak dapat terjadi luas jika henti jantung berlangsung lama, karena
sirkulasi oksigen yang tidak adekuat akan menyebabkan kematian jaringan otak. Hal
tersebutlah yang menjadi alasan penatalaksanaan berupa CPR atau RJP harus dilakukan secepat
mungkin untuk meminimalisasi kerusakan otak dan menunjang kelangsungan hidup

3.2 Saran
Demikian makalah yang kami buat ini, semoga bermanfaat dan menambah

pengetahuan para pembaca. Kami mohon maaf apabila ada kesalahan pada ejaan dalam

penulisan kata dan kalimat yang kurang jelas, dimengerti dan kurang lugas. Karena kami hanya

manusia biasa yang tak luput dari kesalahan dan kami juga sangat mengharapkan saran dan

kritik dari para pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

20

Anda mungkin juga menyukai