Disusun Oleh:
Muhammad Risqi 1710070100123
Preseptor :
dr. Muhammad Nurhuda, Sp. B
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas rahmat Tuhan Yang Maha Esa karena kehendak-Nya
penulis dapat menyelesaikan case report dengan judul “Peritonitis Lokal ec Susp.
Apendisitis Akut”. Case report ini dibuat sebagai salah satu tugas dalam
Kepaniteraan Klinik Senior Ilmu Bedah di Rumah Sakit Islam Siti Rahmah
Padang. Mengingat pengetahuan dan pengalaman penulis yang terbatas, penulis
sadar masih banyak kekurangan baik dari segi isi, susunan bahasa, maupun
sistematika penulisannya. Untuk itu kritik dan saran pembaca yang membangun
sangat penulis harapkan.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada dr.
Muhammad Nurhuda, Sp. B selaku preseptor Kepaniteraan Klinik Senior Ilmu
Bedah, yang telah memberikan masukan dan saran yang berguna dalam
penyusunan case report ini. Akhir kata penulis berharap kiranya case report ini
dapat berguna dan bisa menjadi tambahan informasi bagi tenaga medis dan profesi
lain terkait dengan masalah kesehatan.
Penulis
i
DAFTAR ISI
Kata Pengantar........................................................................................ I
Daftar Isi................................................................................................... ii
Daftar Tabel............................................................................................. iii
Daftar Gambar........................................................................................ iv
BAB I PENDAHULUAN........................................................................ 1
1.1 Latar Belakang..................................................................................... 1
1.2 Tujuan Penulisan................................................................................. 2
1.2.1 Tujuan Umum............................................................................. 2
1.2.2 Tujuan Khusus............................................................................ 2
1.3 Manfaat................................................................................................ 2
1.3.1 Bagi Penulis................................................................................ 2
1.3.2 Bagi Institusi Pendidikan............................................................ 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................. 3
2.1 Peritonitis............................................................................................. 3
2.1.1 Anatomi Peritoneum................................................................... 3
2.1.2 Definisi....................................................................................... 4
2.1.3 Etiologi....................................................................................... 4
2.1.4 Patofisiologi................................................................................ 5
2.1.5 Klasifikasi dan Manifestasi Klinis.............................................. 6
2.1.6 Diagnosis.................................................................................... 7
2.1.7 Penatalaksanaan.......................................................................... 9
2.1.8 Prognosis dan Komplikasi.......................................................... 10
2.2 Apendisitis Akut.................................................................................. 11
2.2.1 Anatomi Apendiks Vermiformis................................................ 11
2.2.2 Fisiologi Apendiks Vermiormis................................................. 12
2.2.3 Definisi....................................................................................... 13
2.2.4 Epidemiologi.............................................................................. 13
2.2.5 Etiologi dan Faktor Risiko.......................................................... 14
2.2.6 Patologi....................................................................................... 15
2.2.7 Diagnosis.................................................................................... 16
2.2. 8 Diagnosis Banding..................................................................... 22
2.2. 9 Penatalaksanaan......................................................................... 23
2.2.10 Komplikass............................................................................... 24
BAB III LAPORAN KASUS.................................................................. 25
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................. 32
ii
DAFTAR TABEL
iii
DAFTAR GAMBAR
iv
Gambar 2.11 Coronal CT Scan Abdomen
....................................................................................................................................
21
Gambar 2.12 CT Scan Abdomen Coronal dan Sagital
....................................................................................................................................
22
v
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
luas permukaan 2m2 pada orang dewasa. Peritonitis secara sederhana didefinisikan
besar kasus peritonitis disebabkan oleh invasi bakteri ke rongga peritoneum dan
sebagian besar rongga peritoneum, tetapi penyebaran ini juga bisa bersifat lokal
disebabkan oleh adanya sumbatan berupa fekalit atau infeksi dan menjadi
penyebab terbanyak kasus akut abdomen yang terjadi. 1 Apendisitis adalah salah
dengan tingkat kejadian tahunan sekitar 100 per 100.000 penduduk. Risiko
seumur hidup untuk apendisitis adalah 8,6% untuk pria dan 6,7% untuk wanita,
meningkat terutama di Eropa, Amerika dan Australasia hingga 16% dari kasus
apendisitis.1
1.2. Tujuan
1
1.2.1 Tujuan Umum
Klinik Senior (KKS) bagian Ilmu Bedah di RSI Siti Rahmah Padang 2022.
1.3. Manfaat
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Peritonitis
Rongga peritoneum adalah rongga terbesar dalam tubuh yang memiliki luas
permukaan 2m2 pada orang dewasa yang artinya memiliki luas yang hampir sama
dengan luas permukaan kulit. Membran peritoneum terdiri dari sel – sel polyhedral
yang pipi atau disebut mesothelium memiliki lapisan tebal dan bertumpu pada lapisan
Membran Peritoneum ini dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu peritoneum
visceral yang mengelilingi bagian visceral dan peritoneum parietal yang melapisi
permukaan rongga lainnya. Secara umum terdapat sedikit cairan peritoneal didalam
3
ruang peritoneal yang mengandung limfosit dan leukosit, yang berfungsi sebagai
a. b.
Bagian peritoneum parietal kaya akan persarafan dan bila terjadi iritasi dapat
peritoneum visceral kurang disuplai dengan persarafan yang bila terjadi iritasi
2.1.2 Definisi
peritoneum yang disebabkan infeksi lokal ataupun difus. Sebagian besar kasus
2.1.3 Etiologi
akut paling sering menyebabkan terjadinya perforasi viskus pada saluran pencernaan,
4
akan tetapi jalur terjadinya infeksi peritonitis dapat terjadi dari beberapa faktor
penyebab seperti1;
- Kimia: barium
2.1.4 Patofisiologi
sekitar organ yang terkena. Peritoneum yang meradang menjadi merah dan berbentuk
seperti beludru. Serpihan fibrin akan muncul dan menyebabkan lengkung usus
melekat satu sama lain dan menuju ke arah parietal. Eksudat inflamasi serosa dengan
banyak leukosit dan protein plasma menjadi keruh. Jika lokalisasi terjadi, cairan
5
keruh tersebut akan menjadi nanah akibatnya peristaltik akan terhambat di usus dan
terjadi infeksi.1
1. Peritonitis Lokal
meradang, sakit perut akan memburuk dan secara umum suhu dan denyut nadi
2. Peritonitis Difus
Bising usus masih terdengar selama beberapa jam tetapi berhenti dengan
timbulnya ileus paralitik. Nadi dan suhu meningkat sesuai dengan derajat
Gejala akhir: Jika lokalisasi peritonitis difus tidak terjadi, perut akan
menjadi kaku. Distensi sering terjadi dan bising usus tidak ada. Kegagalan
sirkulasi, ekstremitas lembab, mata cekung, lidah kering, denyut nadi tidak
teratur, wajah tegang dan cemas (fasies hipokrates), dan pingsan. Dengan
diagnosis dini dan pengobatan yang memadai, kondisi ini jarang terjadi.1
6
Gambar2.3 Hipocratic Facies1
2.1.6 Diagnosis1
A. Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik:
terjadinya peritonitis:
B. Pemeriksaan Penunjang
-EKG jika ada keraguan diagnostik (sebagai penyebab nyeri perut) atau
riwayat ..jantung.
Pemeriksaan Darah
7
Radiologi
peritonitis.
8
- Ultrasonografi dalam menentukan peritonitis panggul pada wanita dan
2.1.7 Penatalaksanaan
mungkin diperlukan untuk dukungan jantung, paru dan ginjal, terutama jika
ada syok septik termasuk pemantauan tekanan vena sentral pada pasien
sembuh.1
c. Terapi Antibiotik
d. Analgesia
Mobilisasi dini dan fisioterapi yang memadai pada periode pasca operasi,
9
yang membantu mencegah kolaps paru basal, trombosis vena dalam, dan
emboli paru.1
operasi harus dilakukan segera setelah pasien sehat. Ini biasanya dalam
terbukti efektif.1
sebesar 10% yang berdasarkan dari derajat keparahan, durasi, usia, kebugaran
tubuh pasien dan sifat penyebab yang mendasarinya. Maka dari itu perlu
a. Syok septik
d. Kematian
10
a. Ileus paralitik
sampai 9 cm; namun, panjangnya dapat bervariasi dari <1 hingga >30 cm.
antara 1 - 3 mm.2
11
Gambar 2.6 Anatomi Apendiks Veriformis1,3
Persarafan apendiks berasal dari elemen simpatis yang terhubung oleh pleksus
saraf vagus.2
12
Gambar 2.7 Apendiks dan mesoapendiks Normal.1
dapat terlihat.1
baik bahwa apendiks adalah organ imunologis yang aktif berpartisipasi dalam
Meskipun tidak ada peran yang jelas untuk apendiks dalam perkembangan
13
penyakit manusia, hubungan terbalik antara usus buntu dan perkembangan
kolitis ulserativa.2
2.2.3 Definisi
Apendisitis adalah peradangan pada mukosa apendiks yang rentan
terhadap invasi bakteri yang menjadi salah satu kedaruratan bedah yang
2.2.4 Epidemiologi
Insiden apendisitis tampaknya telah meningkat pesat pada paruh
persentasi 16% dari populasi menjalani operasi usus buntu. Dalam 30 tahun
risiko seumur hidup individu dari apendisektomi adalah 8,6% dan 6,7% antara
Apendisitis akut relatif jarang terjadi pada bayi dan menjadi semakin umum
pada masa kanak-kanak dan dewasa awal hidup, mencapai puncak insiden
pada remaja dan awal 20-an. Setelah usia paruh baya, risiko terkena radang
usus buntu cukup kecil. Insiden apendisitis sama antara pria dan wanita
sebelum pubertas. Pada remaja dan dewasa muda, rasio pria-wanita meningkat
14
2.2.5. Etiologi dan Faktor Risiko
sebagai faktor etiologi utama pada apendisitis akut.2 penyebab lain yang
mengonsumsi karbohidrat.1
dalam usus buntu, tidak ada organisme tunggal yang bertanggung jawab.
normal, telah diidentifikasi pada 62% apendiks yang meradang. Selain itu
15
intermedius, Lactobacillus). Pasien dengan apendisitis perforasi banyak
2.2.6 Patologi
dengan translokasi bakteri ke submukosa. Resolusi dapat terjadi pada titik ini
baik secara spontan atau sebagai respons terhadap terapi antibiotik. Jika
obstruksi vena dan iskemia dinding apendiks. Dengan iskemia, invasi bakteri
cairan yang berisi mucus yang akan distensi, disebut sebagai mukokel
Peritonitis terjadi akibat migrasi dari bakteri yang berada di dinding apendiks
yang iskemik. Faktor – faktor yang mendorong proses ini adalah usia tua,
16
Perjalanan klinis yang buruk dengan cepat akan menimbulkan peritonitis difus
2.2.7 Diagnosis
1. Gambaran Klinis
terhadap peradangan dan obstruksi apendiks. Rasa sakit sering pertama kali
terlihat di daerah periumbilikal dan mirip dengan kolik obstruksi usus kecil.
Nyeri perut bagian tengah berhubungan dengan anoreksia, mual dan biasanya
satu atau dua episode muntah yang diikuti dengan onset nyeri (Murphy).
secara spontan. Riwayat keluarga juga perlu digali karena sepertiga dari anak-
anak yang memiliki riwayat yang sama dengan kerabat tingkat pertama
2. Pemeriksaan Fisik
Suhu tubuh dan denyut nadi mungkin normal atau sedikit meningkat.
dipengaruhi oleh apakah organ telah perforasi saat pasien pertama kali
17
diperiksa. Pasien dengan radang usus buntu biasanya bergerak perlahan dan
abdomen terdapat nyeri tekan dengan maksimum dekat titik McBurney (Gbr.
2.8). Pada palpasi dalam, seseorang sering dapat merasakan resistensi otot
(Muscular Resistance) di fossa iliaka kanan, yang mungkin lebih jelas jika
dibandingkan dengan sisi kiri. Ketika tekanan dari tangan yang memeriksa
dilepaskan dengan cepat, pasien merasakan sakit yang tiba-tiba, yang disebut
rebound tenderness. Nyeri tekan tidak langsung (tanda Rovsing) yaitu nyeri di
indikator kuat dari iritasi peritoneal. Rebound tenderness tajam sangat tidak
nyaman bagi pasien. Oleh karena itu disarankan untuk memulai dengan
pengujian untuk nyeri tekan rebound tidak langsung lalu nyeri tekan
langsung.2
18
temuan abdomen kurang mencolok, dan nyeri tekan mungkin paling menonjol
meragukan. Nyeri rektum sisi kanan dikatakan membantu dalam situasi ini,
tetapi nilai diagnostiknya rendah. Nyeri dengan ekstensi kaki kanan (psoas
sign) menunjukkan fokus iritasi di dekat otot psoas kanan. Demikian pula,
Alvarado score adalah sistem penilaian yang paling luas. Hal ini
akurat.2
19
Gambar 2. 9 Scoring System2
4. Pemeriksaan Penunjang
Leukositosis ringan sering muncul pada pasien dengan apendisitis akut tanpa
darah putih >18.000 sel/mm3 merupakan angka yang tidak biasa pada
kemih sebagai sumber infeksi; namun, beberapa sel darah putih atau merah
dapat muncul dari iritasi ureter atau kandung kemih. Bakteriuria umumnya
tidak bermakna.2
20
Pemeriksaan radiologi foto polos abdomen dapat menunjukkan adanya
fekalit dan feses pada sekum yang berhubungan dengan apendisitis tetapi
dengan hasil yang baik tetapi belum digunakan secara luas karena relatif tidak
pencitraan yang paling umum digunakan pada pasien dengan sakit perut,
21
……
Gambar 2.10 Ultrasonografi Fossa Iliaka Kanan (RIF)1
dan yang melengkung di garis tengah memanjang ke arah panggul (panah). Ini
22
berisi beberapa appendicolith radiopak. Ada untaian lemak periappendiceal
yang luas.1
Pada (Gambar 2.12) merupakan CT Scan abdomen coronal dan sagital dengan
abdomen yang paling umum, diagnosis kadang-kadang bisa sangat sulit. Ada
23
meradang, tahapan proses (komplikasi tanpa komplikasi), usia pasien, dan
Henoch–Schönlein Torsion/rupture of
Pancreatitis Mesenteric infarction
purpura ovarian cyst
Rectus sheath Leaking aortic aneurysm
Lobar pneumonia Endometriosis
haematoma
2.2.9 Penatalaksanaan
generasi ke-3. Baru-baru ini, ertapenem telah digunakan dan bermanfaat dan
diberikan sebagai dosis harian tunggal. Data yang tersedia menunjukkan hasil
awal yang berhasil pada lebih dari 90% pasien dengan CT scan dikonfirmasi
24
apendisitis yang berulang. Pasien di atas usia 40 harus ditindaklanjuti untuk
2. Operative Management
apendisektomi. Tidak boleh ada penundaan pada semua pasien yang berisiko
anestesi umum dengan pasien terlentang di meja operasi dan dapat dilakukan
memperoleh manfaat dari pemulihan lebih cepat, invasif minimal, dan tingkat
2.2.10 Komplikasi
tuba, tetapi ini belum digali lebih dalam oleh studi epidemiologi.2
25
BAB III
LAPORAN KASUS
Umur : 41 tahun
Agama : Islam
Alamat : Padang
1.2 AUTOANAMNESIS :
1. Keluhan Utama:
Seorang pasien perempuan usia 41 tahun datang ke IGD RSI Siti Rahmah
Padang dengan keluhan nyeri perut kanan bawah sejak 2 hari sebelum masuk
rumah sakit.
• Pasien mengeluhkan nyeri perut kanan bawah yang tidak berkurang sejak 2
• Pasien mengatakan nyeri sudah hilang timbul kurang lebih sejak 1 tahun ini
26
• Pasien juga mengeluhkan mual dan terkadang muntah sejak 2 hari sebelum
disangkal.
5. Riwayat Kebiasaan
7. Riwayat Pengobatan
27
6. Riwayat Menstruasi
Generalisata
Nadi : 99x/menit
Pernafasan : 20x/menit
Kepala : Normocephal
Mata : pupil isokor, konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/- ) reflek
cahaya (+/+)
Telinga : nyeri tekan tragus(-/-), nyeri tarik aurikula (-/-), nyeri ketok
mastoid (-/-)
Paru
Palpasi : vocal fremitus simetris (+/+), nyeri tekan (-/-), massa (-/-)
28
Cor
Abdomen
Ekstremitas Superior
Ekstremitas Inferior
Abdomen
Inspeksi:
- Bentuk datar
29
- Tidak ada striae
Auskultasi
Perkusi
- Timpani
Palpasi
30
Karakteristik Skor
Gejala
• Migrasi nyeri ke kuadran bawah 1
kanan
• Anoreksia 1
• Muntah 1
Tanda
• Nyeri tekan di kuadran kanan 2
bawah abdomen
• Nyeri lepas tekan 1
• Suhu tubuh meningkat >36,3℃ 1
Data Laboratorium
• Leukositosis
2
• Pergeseran ke kiri -
1
(polimorfonuklear leukosit)
Total 10 9
Skor Alvarado: 9 Jumlah skor 7-10 berarti pasien kemungkinan besar menderita
apendisitis akut
1.5.Diagnosis Kerja :
1.7 Tatalaksana:
Non Medikamentosa
- Bed Rest
Medikamentosa
31
- Inj. Ceftriaxone 2x1 gr
Rencana Tindakan :
apendiktomi
32
DAFTAR PUSTAKA
1. William NS, O’Connell PR, McCaskie. Bailey & Love’s Short Practice of
Surgery. Ed. 27. FL: CRC Press; 2018.
2. Brunicardi, F. C. Schwartz's Principles of Surgery Tenth Edition. New York:
Mc Graw Hill; 2016.
3. https://www.kenhub.com/en/study/peritoneal/appendixvermiformis-relations.
33