Kelompok Tutorial 4
Nadhira Aulia Putri 160110180041
Cindy Ayu Widyandhika 160110180042
Mustika Praja Kurniawati 160110180043
Mikyal Delvi Luth Dewi 160110180044
Noor Firda Novianti Putri 160110180045
Salsabila Putri Kusumah 160110180046
Varla Farindira Mizanni 160110180047
Monicka Wijayanti 160110180048
Nabila Faraliza 160110180049
Siti Nabilah Intan Suwandi 160110180050
Rheina Fitriyani 160110180051
Putri Aulia Rizqita 160110180052
Maghfira Nurul Aziza 160110180053
Qothrunnada Asywaq 160110170109
Penulis
i
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI...................................................................................... ii
BAB I ................................................................................................. 1
BAB II ............................................................................................... 5
2.2 Hemopoiesis..................................................................... 18
ii
2.4 Transfusi Darah ................................................................ 35
Merah 40
2.9 Perdarahan........................................................................ 53
2.9.1 Etiologi......................................................................... 53
iii
2.11.2 Cairan Ekstraseluler (CES) ........................................ 69
iv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 12 Sediaan apus darah manusia: monosit, sel darah merah, dan
v
Gambar 22 Perdarahan Berdasarkan Tempat .............................................. 56
ekstraseluler ................................................................................................. 83
vi
DAFTAR TABEL
vii
BAB I
PENDAHULUAN
CASE 3
Ibu Anne, berumur 30 tahun datang ke RSHS dengan keluhan cepat lelah,
wajah pucat, gelisah, kadang-kadang mata berkunang-kunang. Gejala ini
mulai terasa sejak 3 bulan yang lalu, dan gejala akan bertambah bila ibu
Anne sedang menstruasi, dan berubah posisi dari posisi jongkok ke posisi
berdiri. Pada awalnya keluhan ini tidak terlalu mengganggu, tetapi akhir-
akhir ini gejala bertambah sering meskipun ibu Anne tidak melakukan
aktifitas. Beberapa hari belakang ini ibu Anne sering mengeluh sakit kepala
terus menerus. Dia menduga bahwa dirinya menderita kekurangan darah.
1
1.2 Tabel 7 Jumps
Nama : Anne
Usia : 30 tahun
Proble I Don’t
Term m Hypotesis Mekanisme More Info Know Learning Issues
2
-Sakit
kepala
terus-
meneru
s.
-Gejala
bertam
bah
sering
meskip
un
tidak
melaku
kan
aktivita
s.
3
1.2 Learning Issues
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Darah
5
dari kelenjar endokrin ke sel tubuh lain. Darah juga mengangkut panas
dan produk sisa ke berbagai organ utnuk dikeluarkan dari tubuh manusia.
2. Regulasi
Sirkulasi darah membantu menjaga homeostasis semua cairan
tubuh. Darah membantu mengatur pH dengan pemakaian buffer dan
mengatur suhu tubuh melalui sifat air yang menyerap dan mendinginkan
panas dalam plasma darah. Selain itu, tekanan osmotik darah juga
memngaruhi kadar air dalam sel, terutama melalui interaksi berbbagai
ion terlarut dan protein terlarut.
3. Proteksi
Peranan proteksi dapat dilakukan dengan car pembekuan darah.
Darah dapat membeku sebagai upaya dalam meminimalisasi perdarahan
yang berlebihan pada kardiovaskular setelah cedera. Selain itu, leukosit
juga melindungi tubuh dari penyakit dengan melakukan fagositosis.
Beberapa jenis protein darah akan menjadi antibodi, interferon, dan
komplemen untuk membantu melindungi tubuh dari penyakit melalui
berbagai cara.
Darah memiliki tekstur yang lebih padat dan kental daripada air
dan terasa agak lengket. Suhu darah adalah 38 oC (100,4 oF), sekitar 1
o
C lebih tinggi daripada suhu tubuh rektal atau oral, dan pH-nya sedikit
basa yaitu berkisar 7,35 hingga 7,45. Warna darah bervariasi bergantung
pada kandungan oksigennya. Jika darah mengandung banyak oksigen,
maka akan berwarna merah terang. Namun, jika darah mengandung
sedikit oksigen, maka akan berwarna merah tua. Darah membentuk
sekitar 20% cairan ekstrasel, yang membentuk sekitar 8% massa tubuh
total. Volume darah pada pria dewasa rata-rata 5-6 liter (1,5 galon) dan
pada wanita dewasa rata-rata 4-5 liter (1,2 galon). Perbedaan gender
dalam volume disebabkan oleh perbedaan ukuran tubuh(1).
6
2.1.3 Komponen Darah
Darah terdiri dari dua komponen: (1) plasma darah, suatu matriks
ekstrasel cair yang mengandung bahan-bahan terlarut, dan (2) elemen
pembentuk, yakni sel dan fragmen sel. Darah terdiri dari 45% elemen
7
antara eritrosit dan plasma darah(1).
2.1.3.1 Plasma Darah
8
1. Eritrosit (sel darah merah)
2. Leukosit (sel darah putih)
a. Leukosit granular (terdapat granul)
• Neutrophil
• Eosinophil
• Basophil
b. Leukosit agranular (tidak terdapat granul)
• Limfosit T dan B
• Monosit
3. Trombosit (keeping darah)
9
Gambar 2 Eritrosit pandangan irisan
em
Be
si (Fe2+)
10
Selain berperan dalam mengangkut oksigen dan karbondioksida,
hemoglobin juga berperan dalam mengatur aliran darah dan tekanan darah.
2.1.4.2 Leukosit (Sel Darah Putih)
Leukosit/sel darah putih adalah sel yang memiliki inti, tetapi tidak
memiliki hemoglobin. Sel darah putih berbentuk bulat. Leukosit dibentuk
sebagian dalam sumsum tulang (eosinofil, basofil, neutrofil dan monosit)
dan sebagian dalam kelenjar limfa (limfosit). Jumlah leukosit pada darah
tergantung dengan usia manusia, namun pada keadaan normal, jumlah
leukosit seseorang yaitu 5000-10000 /mm3 darah. Sel darah putih sebagian
besar hidup beberapa jam sampai beberapa hari. Fungsi dari sel darah putih
adalah melawan patogen dan benda asing lain yang masuk ke tubuh. Sel
darah ini bergerak secara diapedesis (kemampuan menembus pori-pori
membran kapiler dan masuk ke dalam jaringan) yaitu dapat masuk melalui
sel-sel endotel pembuluh darah. Beberapa bahan kimia berbeda yang
dibebaskan oleh mikroba dan jaringan yang meradang dapat menarik
fagosit, peristiwa ini dinamakan kemotaksis.
Keadaan ketika kadar leukosit meningkat > 10000/ µL disebut
leukositosis, dipengaruhi oleh invasi mikroba, olahraga berat, anestesia, dan
pembedahan. Sedangkan leukopenia adalah kadar leukosit < 5000/ µL
dipengaruhi oleh radiasi, syok, obat kemoterapi tertentu.
Berdasarkan ada tidaknya butir-butir dalam sitoplasma leukosit
dibedakan menjadi Granulosit dan Agranulosit.
2.1.4.2.1 Granulosit
11
1. Neutrofil
Gambar 5 Neutrofil
Sel netrofil ini merupakan salah satu jenis sel yang termasuk dalam
sistem pertahanan karena mempunyai kemampuan fagositosis dan
menghancurkan partikel yang difagositotsis dengan enzim-enzim yang ada.
12
Perusakan bakteri oleh lisozim, defensin, dan oksidan kuat, misalnya anion
superoksida, hidrogen peroksida, dan anion hipoklorit.
2. Eusinofil
eosinofil sebesar 2-4% dari seluruh leukosit. Dengan masa hidup 2 minggu,
sebelum di fagositosis. Ukuran diameternya sekitar 10-12 µm. Nukleus
biasanya hanya terdiri dari 2 lobus yang dihubungkan oleh helai
kromatin tebal. Butir-butir kromatinnya tidak begitu padat bila
dibandingkan dengan netrofil. Sitoplasmanya berisi penuh dengan butir-
butir yang berwarna merah atau oranye. Ukuran butir-butir tersebut sekitar
0,5-1 µm. Eusinofil berfungsi untuk melawan efek histamin pada reaksi
alergik, menfagosit kompleks antigen-antibodi, dan menghancurkan
beberapa cacing parasitik.
3. Basofil
13
Jenis sel ini terdapat paling sedikit di antara sel granulosit yaitu
sekitar 0,5-1% dari semua total leukosit, sehingga paling sulit ditemukan
dan dikenali dalam sediaan apus darah. Dengan masa hidup 1-2 tahun
sebelum mengalami fagositosis. Ukuran diameternya sekitar 8-10 µm,
intinya memiliki 2 lobus. Granula pada sitoplasmanya besar yang tampak
ungu-biru tua. Basofil mengeluarkan heparin, histamin, dan serotomin.
Butir-butir spesifik dalam basofil mengandung histamin yang
berperan dalam proses alergi atau anafilaksis dan heparin.
14
2.1.4.2.2 Agranulosit
a. Limfosit
15
b. Monosit
Gambar 11 Sediaan apus darah manusia: monosit, sel darah merah, dan trombosit. Pulasan : wright.
16
Trombosit atau keping darah berjumlah 150.000-400.000 /µL darah.
Trombosit tidak memiliki inti. Strukturnya terdiri dari membran plasma,
mitokondria, vakuola, badan golgi dan mikrotubulus. Trombosit memiliki
struktur berfragmen. Fragemen sel dengan diameter 2-4 µm. Masa hidup
trombosit selama 5-9 hari. Trombosit mengandung banyak vesikel, tetapi
tidak memiliki nukleus. Fungsi utama trombosit adalah membantu
pembekuan darah. Bila dinding dan endotel pembuluh darah pecah atau
cedera, trombosit mengadakan agregasi dan melekat pada dinding pembuluh
darah yang cedera itu.
17
2.2 Hemopoiesis
18
merah. Sebagian sel limfoid tetap berada di sumsum tulang,
berpoliferasi, mengalami pematangan, dan menjadi limfosit B. Sebagian
lainnya meninggalkan sumsum tulang dan bermigrasi melalui aliran darah
ke limfonodus dan limpa, tempat sel-sel ini berpoliferasi dan
berdiferensiasi menjadi limfosit B. Sel limfoid lainnya tidak
berdiferensiasi dan bermigrasi ke kelenjar timus, tempat sel-sel
berpoliferasi dan berdiferensiasi menjadi limfosit T imunokompeten.
19
dan e. Antigen semacam ini ditemukan pada seekor monyet spesies
Maccacus rhesus yang juga ditemukan pada plasma darah manusia.
Antigen ini selanjutnya akan memudahkan identifikasi penggolongan darah
yang dikenal dengan sistem Rhesus.
Fungsi mengetahui mekanisme penggolongan darah antara lain adalah
sebagai berikut.
1. Transfusi darah
Ketika upaya transfusi darah dilakukan, mengetahui golongan darah
sangat penting karena adanya perbedaan antigen dan antibodi seseorang
sehingga pendonor dapat mentransfusikan darahnya kepada resipien
yang membutuhkan darah, entah itu karena adanya kecelakaan yang
mengakibatkan resipien membutuhkan darah, atau penyakit lainnya
dengan cocok, tanpa ada reaksi negatif dari transfusi darah itu sendiri.
2. Menghidari penyakit tertentu
Kelainan genetik seperti eritroblastosis fetalis dapat mengancam ibu
dan bayi yang sedang dikandung. Terutama jika ibu berdarah rhesus
negative (Rh-), sedangkan ayah berdarah rhesus positif (Rh+).
Permasalahan seperti ini biasanya terjadi apabila terjadi perkawinan
antar negara. Jadi mengetahui golongan darah akan mengurangi
berbagai penyakit tertentu.
3. Membantu memantau program diettetes darah
Seseorang dengan golongan darah tertentu ada yang perlu
membatasi asupan karbohidratnya, apabila tidak resiko super obesitas
dapat terjadi, karena kondisi jenis dan jumlah karbohidrat yang tidak
cocok dengan golongan darahnya. Dengan mengetahui golongan darah
maka seseorang dapat memantau dietnya.
4. Resiko penggumpalan darah
Sebuah penelitian menemukan bahwa golongan darah dapat
berinteraksi dengan genetik seseorang untuk terkena resiko trombosit
vena (DVT) yang dapat menyebabkan pembekuan pada darah di organ
kaki bagian bawah. Pembekuan darah ini dapat juga mengalir ke organ
lainnya seperti paru, bahkan hal ini bisa mengancam nyawa pasien.
20
Setelah peneliti menganalisa data dari sekitar 66.000 orang yang
dilakukan selama 30 tahun ditemukan bahwa orang dengan tipe
golongan darah A, B dan AB memiliki 40% resiko lebih tinggi
mengalami DVT dibanding golongan darah O.
5. Mengetahui resiko penyakit jantung
Ilmuan dari Harvard menganalisa sekitar 77.000 sample data orang
dan menemukan bahwa mereka yang bergolongan darah AB memiliki
resiko sekitar 32% terkena penyakit jantung dibanding dengan golongan
darah lainnya. Selain itu orang dengan golongan darah A dan B
memiliki resiko sekitar 5% dan 11% lebih besar. Hingga kini belum juga
diketahui secara pasti penyebab-penyebabnya, tetapi ada juga pendapat
bahwa orang bergolongan darah A lebih bersiko terkena peningkatan
kolesterol LDL (kolesterol jahat) sedangkan golongan darah O justru
sebaliknya. Berbeda dengan golongan darah AB yang beresiko
mengalami imflamasi (peradangan/bengkak kemerahan, panas, dan
nyeri pada jaringan karena cedera fisik, kimiawi, infeksi, atau reaksi
alergi).
6. Untuk mencegah kanker perut
Pendapat ini berdasar pada studi tahun 2010 dari Karolinska Institute
Swedia yang menerangkan bahwa orang dengan golongan darah A
memiliki resiko 20% lebih besar terkena kanker lambung dibanding
orang bergolongan darah O dan B. Sementara itu orang bergolongan
darah O memiliki peningkatan resiko sakit maag, dan lebh rentan
terhadap bakteri Hellicobacter pylori yang sering menjadi penyebab
luka lambung.
7. Masalah kesuburan
Pendapat dari Peneliti Albert Einstein Collage of Medicine di New
York dan Yale University wanita dengan golongan darah O dua kali
lebih mungkin memiliki kadar FSH (follicle-stimulating hormone) lebih
tinggi, sedangkan mereka orang yang bergolongan darah A memiliki
kadar FSH rendah. Tingginya kadar FSH menjadi indikator bahwa
21
cadangan telur di indung telurnya berkurang lebih cepat, sehingga dapat
mengurangi peluang kehamilan pada wanita berusia 30-an hingga 40-an.
22
Tabel 1 Antigen dan Antibodi
Sehingga dari dua prinsip ini, kita dapat menyimpulkan sebagai berikut:
• Dalam darah tipe A, antigen A ada pada sel darah merahnya; oleh
karena itu plasma tidak mengandung antibodi anti-A tetapi
mengandung antibodi anti-B.
• Dalam darah tipe B, antigen-B hadir pada sel darah merahnya; oleh
karena itu plasma tidak mengandung antibodi anti-B tetapi mengandung
antibodi anti-A
23
Gambar 15 Reaksi Aglutinasi dan Non Aglutinasi
24
Karena darah tipe O tidak mengandung antigen A atau B, maka
disebut sebagai universal donor, sebuah istilah yang menyiratkan bahwa
golongan darah O dapat dengan aman didonorkan kepada semua golongan
darah lain. Namun, hal ini tidak selalu dianggap benar karena plasma
resipien mungkin mengandung aglutinin lain selain antibodi anti-A atau
anti-B. Untuk alasan ini penerima dan darah donor — bahkan jika itu tipe
O — harus dicocokkan silang; yaitu dicampur dan diamati untuk memeriksa
reaksi aglutinasi pada sel darah merah.
Sedangkan golongan darah tipe AB disebut sebagai universal
resipien karena tidak mengandung antibodi anti-A atau antibodi anti-B,
sehingga tidak dapat menggumpalkan antigen tipe A atau tipe B ketika
dilakukan donor darah dari golongan darah lain pada tipe AB. Sehingga,
golongan darah ini dapat menerima darah dari seluruh tipe golongan darah.
Namun, tidak selalu benar bahwa semua jenis golongan darah dapat
didonorkan dengan aman kepada individu yang memiliki tipe AB darah
tanpa pencocokan silang pertama. Aglutinin lainnya mungkin saja terdapat
pada plasma darah resipien darah universal dalam hal ini tipe AB dan dapat
menggumpalkan antigen yang tidak teridentifikasi (aglutinogen) dalam
darah donor.
25
Tabel 2 Rhesus
26
Tabel 3 Blood Type
27
Gambar 17 Eritroblastosit Fetalis
Kecuali pada keadaan yang sangat darurat, akan lebih aman untuk
melakukan uji silang darah secara individual sebelum dilakukan transfusi
walaupun golongan darah ABO dan Rh sudah diketahui karena terdapat
sekitar 23 sistem antigen eritrosit minor manusia lainnya dengan ratusan
subtipe. Kecocokannya ditentukan dengan mencampur sel darah merah dari
donor yang potensial dengan plasma dari resipien. Jika tidak terjadi
gumpalan, darah dinyatakan cocok untuk transfusi.(2)
28
bisa menerima plasma darah dari grup manapun, tetapi plasma tipe O hanya
bisa digunakan untuk pasien dengan golongan darah O.
Donor
Resipien
O A B AB
AB
29
2.3.4 Pewarisan Golongan Darah
Ayah
Ibu
O A B AB
O O O, A O, B A, B
O, A, B,
A O, A O, A A, B, AB
AB
O, A, B,
B O, B O, B A, B, AB
AB
AB A, B A, B, AB A, B, AB A, B, AB
Tabel 5 Pewarisan Golongan Darah
30
2.3.5 Kecocokan Darah
A. Cara 1
31
B. Cara 2
32
Interaksi antibodi dengan antigen terikat-eritrosit dapat menghasilkan
aglutinasi (penggumpalan) atau hemolisis (pecah) sel darah merah yang
diserang. Aglutinasi dan hemolisis sel darah merah donor oleh antibodi
dalam plasma resipien kadang dapat menyebabkan reaksi transfusi yang
fatal.
Gumpalan aglutinasi dari sel donor yang diterima dapat menyumbat
pembuluh darah kecil. Selain itu, salah satu konsekuensi mematikan dari
ketidakcocokan transfusi adalah gagal ginjal akut yang disebabkan oleh
pelepasan sejumlah besar hemoglobin dari eritrosit donor yang pecah. Jika
hemoglobin yang bebas di plasma meningkat melebihi kadar kritis,
hemoglobin bebas akan mengendap di ginjal dan menyumbat struktur
penghasil urine, yang menyebabkan gagal ginjal akut.(1)
33
Gambar 18 Reaksi Transfusi
34
2) Reaksi Hemolisis, merupakan reaksi kelanjutan dari aglutinasi
dimana saat sel-el terperangkap kemudian difagositosis yang
menyebabkan hemoglobin keluar dari eritrosit akibat dari lisisnya
eritrosit oleh enzim proteolitik.
B. Reaksi jika golongan darah resipien dan pendonor cocok ada tiga, yaitu:
1) Reaksi pirogenik, berupa demam pada resipien karena alergi
2) Reaksi antikoagulansi, dimana garam sitrat mengikat ion Ca
sehingga kadar ion Ca dalam darah berkurang dan mengganggu
kinerja otot, saraf dan jantung. bisa menyebabkan kematian karena
spasme pernafasan.
3) Reaksi komplikasi, disebabkan kontaminasi zat asing seperti bakteri,
jamur, dll.
35
online. Selain itu, bank darah dapat memiliki mobil penyumbangan darah
(mobile unit) yang digunakan untuk tempat menyumbang.
Untuk dapat menyumbangkan darah, seseorang mengisi formulir
pendaftaran dan secara umum harus memenuhi syarat-syarat sebagai
berikut:
• Sehat Jasmani dan Rohani
• Calon penyumbang harus berusia 17-65 tahun
• Berat badan minimal 45 kg
• Kadar hemoglobin >12,5 gr% sampai dengan 17,0 gr%
• Tekanan darah (sistol) 100-170 mmHg dan (diastol) 70-100 mmHg
• Suhu tubuh antara 36,6 - 37,5 derajat Celcius
• Tidak mengalami gangguan pembekuan darah (hemofilia)
• Denyut nadi antara 50-100 kali/menit
• Rentang waktu penyumbang minimal 12 minggu atau 3 bulan sejak
donor darah sebelumnya (maksimal 5 kali dalam 2 tahun)
Larangan menjadi penyumbang darah antara lain adalah sebagai
berikut.
• Mempunyai penyakit jantung dan paru paru
• Menderita kanker
• Menderita tekanan darah tinggi (hipertensi)
• Menderita kencing manis (diabetes militus)
• Memiliki kecenderungan perdarahan abnormal atau kelainan darah lainnya.
• Menderita epilepsi dan sering kejang
• Menderita atau pernah menderita Hepatitis B atau C.
• Mengidap Raja Singa (Sifilis)
• Ketergantungan Narkoba.
• Kecanduan Minuman Beralkohol
• Mengidap atau beresiko tinggi terhadap HIV/AIDS
• Dokter menyarankan untuk tidak menyumbangkan darah karena alasan
kesehatan
36
Keadaan yang menunda menjadi pendonor antara lain sebagai
berikut.
• Sedang sakit demam, jangka waktu menyumbangkan adalah 1 minggu setelah
sembuh.
• Setelah cabut gigi, jangka waktu menyumbangkan adalah 5 hari setelah
sembuh.
• Setelah operasi kecil, jangka waktu menyumbangkan adalah 6 bulan.
• Setelah operasi besar, jangka waktu menyumbangkan adalah 12 bulan.
• Setelah melakukan tranfusi, jangka waktu menyumbangkan adalah 1 tahun.
• Setelah tatto, tindik, tusuk jarum, dan transplantasi, jangka waktu
menyumbangkan adalah 1 tahun.
• Bila kontak erat dengan penderita hepatitis, jangka waktu menyumbangkan
adalah 12 bulan.
• Sedang hamil, jangka waktu menyumbangkan adalah 6 bulan setelah
melahirkan.
• Sedang menyusui, jangka waktu menyumbangkan adalah 3 bulan setelah
berhenti menyusui.
• Setelah sakit malaria, jangka waktu menyumbangkan adalah 3 tahun setelah
bebas dari gejala malaria.
• Setelah berkunjung pulang dari daerah endemis malaria, jangka waktu
menyumbangkan adalah 12 bulan.
• Bila tinggal di daerah endemis malaria selama 5 tahun berturut-turut, jangka
waktu menyumbangkan adalah 3 tahun setelah keluar dari daerah tersebut.
• Bila sakit tipus, jangka waktu menyumbangkan adalah 6 bulan setelah
sembuh.
• Setelah vaksin, jangka waktu menyumbangkan adalah 8 minggu.
• Ada gejala alergi, jangka waktu menyumbangkan adalah 1 minggu setelah
sembuh.
• Ada infeksi kulit pada daerah yang akan di tusuk, jangka waktu
menyumbangkan adalah 1 minggu setelah sembuh.
Panduan untuk pendonor antara lain sebagai berikut.
• Tidur minimal 4 jam sebelum menyumbang.
• Makanlah 3 - 4 jam sebelum menyumbangkan darah. jangan menyumbangkan
darah dengan perut kosong.
37
MIA DEFISIENSI BESI
• Minum lebih banyak dari biasanya pada hari menyumbangkankan darah
(paling sedikit 3 gelas)
• Setelah menyumbang beristirahat paling sedikit 10 menit sambil menikmati
Masrizal*makanan penyumbang, sebelum kembali beraktivitas.
• Kembali bekerja setelah menyumbangkan darah, karena tidak berbahaya
untuk kesehatan.
• Untuk menghindari bengkak di lokasi bekas jarum, hindari mengangkat benda
berat selama 12 jam.
dilakukan
• dengan
Banyak minum sampai 72pencegahan infeksi
jam ke depan untuk cacaing
mengembalikan staminadan
dan
pemberian
pulih. tablet Fe yang dikombinasikan dengan
mana kadar
vitamin C.
ri normal.
2.5 Anemia
besi adalah Anemia
anan, sosial Anemia adalah kondisi dimana kapasitas pembawa oksigen dalam
Anemia adalah suatu keadaan kadar
kesehatan. darah berkurang, yang diakibatkan oleh jumlah hemoglobin dalam sel yang
hemoglobin (Hb) dalam darah kurang dari normal,
wa faktor- terlalu sedikit atau penurunan massa sel darah merah total dalam sirkulasi
berdasarkan kelompok umur, jenis kelamin dan
prevalensi sampai di bawah kadar normal. Anemia terjadi akibat pendarahan atau
kehamilan.
ang adalah peningkatan detruksi, atau produksi sel darah merah yang berkurang.
Batas normal dari kadar Hb dalam darah dapat
pendidikan Hemoglobin merupakan komponen eritrosit yang berfungsi sebagai
dilihat pada tabel berikut :
ndah serta pertukaran oksigen-karbon dioksida. Ketika kekurangan hemoglobin,
Kadar sel darah merah normal pada pria dewasa sehat sekitar 5,4
juta/𝜇L dan wanita dewasa sehat 4,8 juta/𝜇L
1) Perdarahan
2) Peningkatan kerusakan/pecahnya SDM
3) Penurunan eritropoiesis
39
2.5.1 Gejala
Ukuran sel darah merah ditentukan oleh Mean cell volume (MCV)
atau volume rata-rata sel darah merah yang dinyatakan dalam femtoliter
(mikron kubik).
2.5.2.1 Microcytic
MCV : < 80 fL
a. Anemia pada Penyakit Kronik
- Jenis anemia paling lazim yang ditemukan pada penderita
yang dirawat di rumah sakit
- Inflamasi sistemik menghambat sintesis eritropoietin oleh
ginjal yang menurunkan produksi SDM di sumsum tulang.
- Keadaan inflamasi yang berlangsung lama dan dapat
menyebabkan anemia:
• Infeksi mikroba kronik : osteomyelitis, bacterial
endocarditis, dan lung abcess
• Kelainan imun kronik : rheumatoid arthritis dan
enteritis regional
• Neoplasma : Hodgkin lymphoma dan karsinoma paru
dan payudara
- Gejala : kadar zat besi dalam serum rendah, SDM bersifat
hipokromik dan mikrositik ringan. Tetapi, simpanan zat besi
di sumsum tulang, konsentrasi ferritin dalam serum
meningkat dan kemampuan pengikatan zat besi total
menurun.
b. Anemia Defisiensi Zat Besi
40
Merupakan jenis anemia yang paling sering terjadi
terutama di negara berkembang. Terjadi akibat kekurangan zat
besi dalam asupan makanan, absorpsi zat besi yang tidak
seibang, juga kehilangan darah. Wanita berisiko lebih besar
mengalami anemia defisiensi besi karena kehilangan darah
akibat menstruasi dan peningkatan kebutuhan zat besi akan
pertumbuhan janin selama kehamilan.
c. Anemia Sel Sabit
Merupakan penyakit keturunan karena gangguan sintesis
Hb. Hal ini disebabkan oleh mutasi rantai beta-globin dalam Hb.
Eritrosit penderita anemia sickle cell akan mengalami perubahan
bentuk sel dari bikonkaf menjadi sel sabit yang kurang fleksibel,
sehingga dapat menyumbat pembuluh darah.
2.5.2.2 Macroctic
41
Gejala : mulainya anemia defisiensi folat berlangsung secara lambat
laun, tidak spesifik, lemas, lidah kering, dan tidak ada abnormalitas
neurologis
Anemia Defisiensi Vitamin B12
Defisiensi vitamin B12 biasanya tidak disebabkan karena kurangnya
asupan kecuali para vegetarian. Hal ini terjadi karena abnormalitas dalam
penyerapan vitamin B12.
Dipercaya sebagai autoimun yang menyerang mukosa gastrik yang
menekan produksi faktor intrinsik yang menyebabkan atrofi mukosa
lambung
Malabsorpsi dapat terjadi karena gastrektomi yang menghilangkan
sel penghasil faktor intrinsic, ileal resection yang menghilangkan sel faktor
intrinsic penyerap vitamin B12, dan kelainan yang mengganggu fungsi
ileum distal (Crohn disease, tropical sprue, dan Whipple disease)
Gejala : tidak spesifik, sama seperti anemia lainnya seperti pucat,
mudah lelah dan untuk kasus yang parah dapat terjadi dyspnea (sesak
napas) dan bahkan gagal jantung kongestif. Menyebabkan kelainan
demielinisasi saraf tepi dan sumsum tulang belakang. Gejala penyakit saraf
dapat terjadi yang diawali rasa kebas, kesemutan, dan rasa seperti terbakar
pada bilateral kaki dan tangan yang kemudian diikuti oleh cara berjalan
yang mulai terganggu dan daya pengenalan posisi terutama pada jari kaki.
Bentuk SDM yang terlalu besar, berbentuk aneh, dan membrannya
rapuh karena kekurangan vitamin B12 dan asam folat yang digunakan pada
sintesis DNA yang mengganggu pematangan inti sel dan pembelahan sel
yang menyebabkan Anemia Megaloblastik.
Penyebab :
42
• Sariawan usus (intestinal sprue), yang ditandai dengan
sedikitnya absorpsi asam folat, vitamin B12, dan senyawa
vitamin B lainnya menyebabkan eritroblas tidak dapat
berproliferasi cukup cepat untuk membentuk sel darah merah
jumlah normal, sel-sel yangterbentuk menjadi terlalu besar,
berbentuk aneh, dan membrannya rapuh.
b. Anemia Aplastik
Aplastic anemia yaitu kerusakan pada sumsum tulang sehingga
tidak bisa menghasilkan sel darah dengan baik. Kerusakan ini
disebabkan oleh toxins, gamma radiation, dan obat obatan tertentu
yang menghambat enzyme yang diperlukan untuk hematopoiesis.
Biasanya para penderita kanker yang melakukan kemoterapi akan
mengalami anemia jenis ini, karena sinar kemoterapi akan
meghancurkan sel sumsum tulang belakang.
c. Anemia Pernisius
Merupakan gangguan autoimun yang berhubungan erat dengan
gastritis atrofik. Pada penderita anemia pernicious, sel parietal
dihancurkan sehingga vitamin B12 tidak dapat diserap.
Pembentukan sel darah merah akan terganggu akibat kurangnya
vitamin B12.
2.5.2.3 Normocytic
MCV : 80-100 fL
a. Anemia Myelophthisic
- Karena infiltrasi sumsum tulang yang berlebihan oleh sel
tumor atau kelainan lain. Yang paling sering terjadi adalah
metastatic tumor payudara, paru-paru, dan prostat.
- Gambaran yang sama juga terjadi pada tumor lain,
tuberculosis yang sudah lanjut, penyakit timbunan lemak,
dan osteosklerosis.
b. Anemia Hemoragik
43
Kehilangan darah yang diakibatkan oleh pendarahan dapat
menyebabkan Hemorrhagic anemia yang disebabkan kehilangan
sel darah merah yang berlebihan melalui perdarahan akibat luka
besar, sakit maag, atau terutama haid yang berat. Kehilangan sel
darah merah menyebabkan tidak banyaknya oksigen yang dapat
dibawa oleh darah sehingga menyebabkan anemia.
44
kebutuhan jaringan akan oksigen, dapat timbul hipoksia jaringan yang serius
dan dapat terjadi gagal jantung akut.
LEUKOPENIA
- Kadar granulosit yang rendah sebagai SDP yang paling
banyak.
- Neutropenia : penurunan jumlah granulosit di dalam darah
- Agranulositosis : penurunan jumlah yang ekstrem
- Individu dengan neutropenia lebih rentan terhadap infeksi
bakteri dan jamur
- Neutropenia termasuk ke dalam kasus berat yang fatal.
Risiko akan sangat meningkat saat jumlah neutrophil
menurun di bawah 500 sel/microL
- Berkaitan dengan penyakit defisiensi imun kongenital,
infeksi HIV, dan pengobatan dengan kortikosteroid dosis
tinggi
- Kadar normal leukosit dalam darah : 5.000-10.000 sel/ 𝜇L
- Penyebab
• Penurunan produksi granulosit
Penyebab tersering
Secara klinis karena hypoplasia sumsum tulang
merah (sementara karena kemoterapi kanker dan
kronis dengan anemia aplastic) atau tumor pada
sumsum tulang merah (seperti leukemia)
• Peningkatan kerusakan granulosit
Reaksi kekebalan yang dipicu obat-obatan atau
infeksi jamur, bakteri, dan riketsia yang berat harena
peningkatan penggunaan leukosit. Splenomegali juga
dapat menyebabkan pecahnya neutrophil.
45
- Gejala : gejala awal sering berupa rasa tidak enak di badan,
demam, dan menggigil yang diikuti rasa lemas dan lelah
yang berlebihan. Infeksi adalah tanda utama yang muncul
sebagai ulser, nekrosis gingiva, dasar mulut, mukosa bukal,
faring, dan regio lain dalam kavitas oris. Karena inflamasi
local, gejala sistemik akan terjadi yang terdiri atas perasaan
tidak nyaman, mudah kedinginan, dan demam.
TROMBOSITOPENIA
- Jumlah trombosit yang kurang dari 150.000 platelet/ 𝜇L
- Risiko perdarahan pascatrauma akan meningkat jika jumlah
trombosit 20.000-50.000 platelet/ 𝜇L
- Perdarahan spontan tanpa sebab akan terjadi jika sudah di
bawah 5.000 platelet/ 𝜇L
- Kadar normal trombosit : 150.000-400.000 platelet/ 𝜇L
- Gejala : Perdarahan diawali dengan perdarahan kecil di
pembuluh darah dekat permukaan, kemudian menimbulkan
spot-spot bulat kecil (petechiae) yang membesar menjadi
ecchymoses pada kulit, membrane mukosa GI, saluran urin,
dan lain-lain. Hemoragia/perdarahan yang luas pada SSP
adalah hal yang paling membahayakan dari menurunnya
jumlah trombosit
- Penyebab :
• Penurunan produksi platelet
• Peningkatan kerusakan platelet
Diatasi dengan kenaikan produksi megakariosit oleh
sumsum tulang
- Merupakan salah satu manifestasi paling umum bagi
penderita AIDS yang muncul pada awal infeksi HIV.
46
2.6 Penanganan Anemia
sendiri.
Anemia ini disebabkan oleh kurangnya zat besi yang ada di tubuh,
sehingga tubuh tidak mampu menghasilkan sel darah merah dalam jumlah
diperlukan alternatif yang lain untuk mencegah anemia gizi besi. Memakan
vitamin C. Peningkatan konsumsi vitamin C sebanyak 25, 50, 100 dan 250
makanan yang bisa menghambat penyerapan zat besi seperti : fitat, fosfat,
tannin. Contoh sumber makanan yang mengandung zat besi tinggi adalah
47
diare. Efek ini tergantung dosis yang diberikan dan dapat diatasi dengan
besi adalah sifat zat besi yang reaktif dan cenderung mengubah
mengubah rasa, warna, penampakan dan daya simpan bahan pangan. Selain
obat yang membantu sumsum tulang membuat sel -sel darah. Selain itu,
kesembuhan jangka panjang. Terapi tersebut terdiri atas dua macam pilihan
48
1. Terapi Imunosupresif
jumlah sel darah merah pasien dan mengganti sel darah yang rusak
secara cepat.
49
• Imunoglobulin intravena (IVIG). Kekurangan sel darah merah
cairan intravena.
menyebabkan anemia. Hal ini bisa terjadi karena berbagai penyebab, seperti
Pada kondisi ini, penderita perlu dirawat untuk diberikan transfusi darah,
cairan, oksigen, dan zat besi untuk mengatasi anemia dengan cepat. Hal ini
50
2.6.5 Pengobatan Anemia Megaloblastik
Anemia ini terjadi karena kekurangan vitamin B12 dan asam folat. Beberapa
1. Meningkatkan asupan makanan atau minuman yang sarat folat dan vitamin
B12. Makanan yang dapat menjadi sumber vitamin B12 adalah telur,
daging ayam, kerang, daging, serta susu. Sedangkan makanan yang kaya
dengan kandungan folat, antara lain adalah buah jeruk, sayuran berdaun
B12 dalam bentuk suntik. Selanjutnya, pemberian suplemen ini bisa dalam
bentuk tablet. Jika kondisi defisiensi B12 sangat parah, maka dapat
3. Pemberian suplemen folat atau yang juga dikenal dengan asam folat.
dari diet rata-rata. Cara menyiapkan makanan yang benar juga diperlukan
untuk menjamin jumlah gizi yang adekuat. Misalnya 50% sampai 90% folat
51
2.6.6 Anemia karena Penyakit Kronis
ginjal kronis dan kanker (setelah kemoterapi). Namun, hal ini bisa diatasi
Saat kita berubah posisi dari posisi berbaring atau jongkok ke posisi
berdiri, gaya gravitasi akan menyebabkan darah mengalir ke tubuh bagian
bawah. Hal tersebut menyebabkan penurunan tekanan darah, karena sirulasi
yang kembali ke jantung menjadi berkurang.
Penurunan tekanan darah akibat gravitasi ini akan dideteksi oleh tubuh,
kemudian untuk menanganinya, sebuah mekanisme bernama barorefleks
akan bekerja memicu sistem jantung dan pembuluh darah untuk
mempertahankan tekanan darah pada tubuh.
Namun, bila terjadi kegagalan mekanisme barorefleks, atau jika ada
gangguan pada sistem organ, ini akan memicu hipotensi ortostatik
(hipotensi postural), yaitu kondisi saat tekanan darah sistolik menurun
sebanyak 20mmHg atau lebih dan tekanan diastolik nya menurun sebanyak
10mmHg atau lebih. Hipotensi postural bisa dipicu oleh anemia.
52
Jika zat besi dan sel darah merah berkurang ketika menstruasi, organ
dan jaringan kita tidak mendapatkan asupan oksigen yang cukup, akibatnya
kita mengalami gejala-gejala anemia.
2.9 Perdarahan
2.9.1 Etiologi
2. Mekanik
Perdarahan yang terjadi karena adanya faktor Lokal seperti
trauma yang menyebabkan kerusakan pada pembuluh darah.
53
b. Perdarahan Intermediet
Perdarahan ini terjadi pada kurun waktu 24 jam setelah
penyebab perdarahan merusak pembuluh darah tertentu.
c. Perdarahan Sekunder
Perdarahan yang terjadi ketika sudah lebih dari 24 am atau
beberapa hari setelah penyebab perdarahan berlangsung.
a. Perdarahan Eksternal
Keadaan dimana ketika perdarahan terjadi, darah yang ada
dalam pembuluh yang rusak keluar dari kulit atau jarngan
dibawahnya
Gambar. PerdarahanEKsternal
b. Perdarahan Internal
Keadaan dimana perdarahan terjadi secara tersembunyi
karena keluarnya darah dari pembuluh darah dan masuk ke rongga
tubuh atau ke dalam jaringan lainnya.
54
Gambar 0.19 Perdarahan Internal
a. Perdarahan Arteri
Perdarahan yang terjadi ketika darah keluar dari arteri, darah
yang keluar ini memiliki karakteristik berwarna merah terang,
memancar, dan dengan aliran yang terputus-putus sesuai dengan
denyut jantung.
b. Perdarahan Vena
Perdrahan ini terjadi ketika darah keluar dari pembuluh darah
vena.Darah yang keluar dari vena ini memiliki karakteristik
berwarna gelap dan alirannya tetap karena tidak terpengaruh oleh
denyut jantung.
c. Perdarahan Kapiler
Perdarahan yang terjadi pada pembuluh darah kapiler ini
memiliki karakteristik darah ketika keluar dari kapilernya memiliki
warna darah antara gelap dan merah terang, dan alirannya bergerak
seara merembes dari permukaan luka.
55
Gambar 0.20 Perdarahan Berdasarkan Tempat
56
terjadi, vitamin K yang harusnya didistribusikan juga akan
berkurang.
Keadaan ini biasanya disebabkan oleh kegagalan hati untuk
menyekresikan empedu ke dalam traktus gastrointestinal akibat
penyakit hati. Kekurangan empedu akan mengganggu system
pencernaan termasuk absorpsi lemak. Terganggunya absorpsi lemak
menggakibatkan terganggunya distribusi vitamin K ke dalam hati
sebagai faktor penting untuk pembentukan faktor pembekuan darah
sehingga sangat mengganggu proses pembekuan darah ketika terjadi
perdarahan.
Keadaan ini dapat ditanggulangi dengan suntikan Vitamin K
kepada penderita penyakit hati atau saluran empedu ketika akan
dilakukan tindakan oprasi yang menyebabkan pendarahan sistemik.
Suntikan ini diberikan dalam waktu 4-8 jam sebelum operasi dengan
ketentuan paling sedikit separuh sel parenkim hatinya dapat
berfungsi dengan normal sehingga dapat memproduksi vitamin K
yang cukup banyak untuk digunakan dalam memproduksi fakto
pembekuan darah sehingga dapat mencegah pendarahan berlebih.
2. Hemofilia
Hemofilia adalah salah satu penyakit perdarahan yang hampir
seluruh kasusnya terjadi pada laki-laki. 85 persen kasus penyakit
hemofili ini disebabkan oleh kelainan atau defisiensi faktor VIII,
yang disebut dengan jenis hemophilia A atau hemophilia klasik.
Terdapat perbandingan 1:10.000 laki-laki di Amerika Serikat
menderita hemophilia klasik ini.Dan 15 persen lainnya cenderung
menderita hemofilia yang disebabkan oleh defisiensi faktor
IX.Kedua faktor ini (VIII & IX) diturunkan secara genetik melalui
kromosom perempuan (XX).Oleh karena itu perempuan hampir
tidak pernah menderita hemofilia karena memiliki kedua kromosom
X-nya. Bila satu kromosom X-nya mengalami defisiensi, ia akan
menjadi carrier hemofilia, yang akan menurunkan penyakit
57
hemofilia ini pada separuh anak laki-lakinya dan menurunkan sifat
carriernya kepada separuh anak perempuannya.
Perdarahan hemofilia berbeda pada setiap penderitanya,
bergantung pada tingkat defisiensi genetiknya.Penyebab perdarahan
pada penderita hemofilia biasanya disebabkan oleh faktor mekanik
(trauma), penyebab traumanya bisa berbeda pada setiap
penderita.Contohnya, perdarahan setelah pencabutan gigi sering kali
dapat berlangsung berhari-hari.
Faktor VII yang berperan disini, terdari dari 2 komponen
aktif, komponen besar dengan berat molekuk jutaan dan komponen
kecil dengan berat molekuk sekitar 230.000.Komponen kecil ini
sangat penting untuk jalur pembekuan intrinsic, dan defisiensi
komponen inilah yang penyebabkan hemofilia klasik terjadi.Ketika
perdarahan terjadi karena ketiadaan komponen besarnya, penyakit
yang ditimbulkan adalah von Willebrand dengan ciri-ciri yang agak
berbeda pula.
Penghentian perdarahan pada penderita hemofilia klasik
ketika mengalami perdarahan hebat dan lama, dapat dilakukan
dengan terapi, yaitu menyuntikan faktor VII yang dimurnikan.Faktor
ini didapatkan dari darah manusia dan jumlahnya sangat sedikit.
3. Trombositopenia
Trombositopenia adaah keadaan dimana jumlah trombosit,
faktor yang berperan dalam pembekuan darah ketika terjadi
perdarahan, dalam darah sangat sedikit dan jauh dari batas
normalnya. Biasanya perdarahan tidak akan terjadi sampai jumlah
trombosit dalam darah turun di bawah 50.000/1.11. Nilai normalnya
adalah 150.000 sampai 300.000.Kadar serendah 10.000/1.11 sering
kali menimbulkan kematian.Perdarahan yang terjadi seperti halnya
pada hemofilia, tetapi pada trompenia ini pendarahan terjadi pada
venula-venula atau kapiler-kapiler kecil, bukan dari pembuluh yang
lebih besar, seperti pada hemofilia.Perdarahan ini menyebabkan kulit
58
penderita terlihat seperti ada bercak-bercak kecil berwarna ungu,
penyakit itu disebut trombositopenia purpura.
Sebagian penderita trombopenia mengalami penyakit
trombopenia idiopatik, keadaan dimana trombopenia yang tidak
diketahui penyebabnya.Pada kebanyakan penderita, hal yang tidak
diketahui penyebabnya itu menampakan keadaan dimana terdapat
antibodi spesifik yang menyerang trombosit itu sendiri dan
menghancurkannya.
Keadaan seperti ini, ketika mengalami perdarahan dapat
dihentikan selama 1-4 hari setelah diberikan transfuse darah lengkap
segar yang mengandung trombosit dalam jumlah yang besar.
2.10 Hemostasis
59
2.10.1 Vascular Spasme
60
1) Awalnya, trombosit bersentuhan dan melekat ke bagian-bagian
pembuluh yang rusak, misalnya serat kolagen jaringan ikat yang
terletak di bawah sel endotel yang rusak. Proses ini di sebut
pelekatan trombosit. (3)
61
Gambar 23 Agregasi trombosit
62
b. Pembentukan bekuan
Tahap pembekuan dapat dipicu oleh jalur intrinsik atau
jalur ekstrinsik.
1) Jalur intrinsik
63
Jalur intrinsik memicu pembekuan di dalam
pembuluh yang rusak serta pembekuan sampel darah di
dalam tabung reaksi. Semua unsur yang diperlukan untuk
menghasilkan pembekuan melalui jalur intrinsik terdapat di
darah. Jalur ini, teraktifkan jika faktor XII (faktor Hageman)
diaktifkan oleh kontak dengan kolagen yang terpajan di
pembuluh yang cedera atau permukaan benda asing misalnya
kaca tabung reaksi. Ingat bahwa kolagen yang terpajan juga
memicu agregasi trombosit. Karena itu, pembentukan sumbat
trombosit dan reaksi berantai yang menyebabkan
pembentukan bekuan secara bersamaan diaktifkan jika terjadi
kerusakan pembuluh darah. Selain itu, mekanisme-
mekanisme hemostatik komplementer ini saling memperkuat.
64
Agregat trombosit menyekresikan PF3, yang esensial bagi
kaskade pembekuan yang pada gilirannya meningkatkan
agregasi trombosit lebih lanjut.(1)
2) Jalur ekstrinsik
Jalur ekstrinsik mengambil jalan pintas dan hanya
memerlukan empat langkah. Jalur ini, yang memerlukan
kontak dengan faktor-faktor jaringan yang eksternal terhadap
darah, memicu pembekuan darah yang telah keluar dari
65
sebelumnya di jalur intrinsik. Dan titik ini, kedua jalur
identik.
Mekanisme ekstrinsik dan intrinsik biasanya bekerja
bersamaan. Jika cedera jaringan melibatkan robeknya
pembuluh darah, mekanisme intrinsik menghentikan darah di
pembuluh yang cedera dan mekanisme ekstrinsik
membekukan darah yangkeluar dari jaringan sebelum
pembuluh tertambal. Biasanya, bekuan darah terbentuk
sempurna dalam tiga hingga enam menit.(1)
3) Retraksi bekuan
Setelah bekuan terbentuk, kontraksi trombosit yang
terperangkap di dalam bekuan menciutkan jala fibrin,
menarik tepi-tepi pembuluh yang rusak agar saling mendekat.
Selama retraksi bekuan, cairan terperas dari bekuan. Cairan
ini, yang pada hakikatnya adalah plasma tanpa fibrinogen
dan prekursor pembekuan lainnya yang telah dibersihkan
selama proses pembekuan, disebut serum.(1)
tubuh
66
disebutcairan intrasel (CIS) sebesar 67%. Cairan yang berada di
luar sel disebut cairan ekstrasel (CES) sebesar 33%.Perhatikan bahwa CES
berada di luar sel tetapi tetap di dalam tubuh.Karena itu, CES adalah
darah, dan cairan interstisium, yang mengelilingi dan membasahi sel (inter
antara plasma
paling halus dan paling tipis. Akibatnya, nutrien dan O2 yang semula
67
juga, zat-zat sisa yang diproduksi oleh sel-sel dikeluarkan ke dalam cairan
lingkungan sekitarnya yang cair dan membuang zat sisa ke lingkungan yang
Gambar 26 Komponen Cairan Ekstrasel (Lingkungan Internal)
68
2.11.1 Cairan Intraseluler (CIS)
osmotik intraseluler.
1. Cairan Intestinal
69
tubuh.Sebagian besar air interstinal secara kimia berhubungan
2. Cairan Intravaskuler
3. Cairan Transeluler
1. Difusi
70
Difusi adalah proses perpindahan zat terlarut yang menuruni
2. Osmosis
3. Filtrasi
4. Transpor Aktif
tahap yaitu :
71
• Melalui ikatan protein karier yang reversible dan dapat
melewati membrane
daya osmotic
yang rendah dan larut dalam air, seperti sodium, klorida, potassium,
endotel.(3)
Bila kekurangan air, suhu tubuh akan menjadi panas dan meningkat.
Jika tubuh kita kekurangan cairan, maka darah akan mengental. Hal
3. Ekskresi
Air membersihkan racun dalam melalui keringat, air seni, dan proses
pernafasan.
4. Pernapasan
72
Dalam proses pernapasan, paru-paru harus dalam keadaan basah
keluar dari tubuh. Hal ini dapat terlihat dengan adanya uap yang keluar
5. Pencernaan / Nutrisi
Konsumsi air dalam jumlah yang cukup akan membantu proses kerja
Cairan tubuh melindungi dan melumasi gerakan pada sendi dan otot.
sebab itu, meminum air dalam jumlah yang cukup itu diperlukan untuk
10. Homeostatis
73
2.12 Edema
kurangnya nutrisi yang cukup untuk sel. Misalnya, ketika aliran darah ke
normal, pompa ion membran sel menjadi depresi. Ketika pompa menjadi
tertekan, ion natrium yang biasanya bocor ke bagian dalam sel tidak dapat
lagi dipompa keluar dari sel dan ion natrium intraseluler yang berlebihan
iskemik, misalnya menjadi dua hingga tiga kali normal. Ketika peningkatan
74
2.12.2 Extracellular Edema
klinis paling umum dari akumulasi cairan interstitial adalah filtrasi cairan
75
1. Panas tubuh berlebihan
2. Ketidakcukupan sistem saraf simpatis
3. Obat vasodilator
B. Racun
C. Infeksi bakteri
E. Iskemia berkepanjangan
F. Luka bakar
A. Kanker
C. Pembedahan
76
Edema Disebabkan oleh Gagal Jantung.
Salah satu penyebab edema yang paling serius dan umum adalah
garam dan air oleh ginjal, yang menyebabkan edema lebih banyak lagi.
Juga, aliran darah ke ginjal berkurang pada orang dengan gagal jantung,
tertahan oleh ginjal. Jadi, pada orang dengan gagal jantung yang tidak
Pada pasien dengan gagal jantung sisi kiri tetapi tanpa kegagalan
normal di sisi kanan jantung tetapi tidak dapat lepas dengan mudah dari
pembuluh darah paru ke sisi kiri jantung karena bagian ini hati telah
77
Edema Disebabkan oleh Penurunan Ekskresi Ginjal dari
masuk ke dalam sel. Oleh karena itu, pada penyakit ginjal yang
garam dan air ini bocor dari darah ke ruang interstitial, tetapi beberapa
tetap dalam darah.Efek utama dari ini adalah (1) peningkatan luas dalam
oleh peradangan dan karena itu gagal menyaring jumlah cairan yang
protein dalam urin pada penyakit ginjal tertentu, suatu kondisi yang
78
bocor ke protein plasma dan sering memungkinkan sejumlah besar
turun di bawah 2,5 g / 100 ml. Sirosis hati adalah kondisi lain yang
sesuai dengan kondisi ini. Cara lain sirosis hati menyebabkan edema
Edema
biasanya kelainan itu harus parah sebelum edema serius terjadi. Alasan
79
ketidaknormalan harus parah adalah bahwa tiga faktor keamanan utama
2.13 Dehidrasi
mengalami dehidrasi. Cairan dan zat terlarutnya pada tubuh dapat hilang
secara bersamaan (seperti pada pendarahan), atau bisa juga lebih banyak
Ketika tubuh kehilangan lebih banyak air daripada zat terlarutnya, maka
berkurang.(1)
80
2.13.1 Penyebab dehidrasi
1. Pendarahan
5. Olahraga
6. Penyakit Addison
2. Rasa haus
3. Kulit kering
2. Demam
81
3. Kebingungan
6. Syok hipovolemik
Bayi dan anak terutama balita lebih rentan mengalami dehidrasi karena
komposisi air tubuh lebih banyak, fungsi ginjal belum sempurna dan masih
serta penurunan berat badannya relatif lebih besar. Pada anak yang lebih tua
Dewasa
82
Dehidrasi Ringan 4% dari berat 5% dari berat
badan badan
badan badan
badan badan
Gambar 0.27 Mekanisme haus dari osmolalitas plasma dan volume cairan ekstraseluler
yang diproduksi, maka semakin banyak air yang akan terbentuk. Air yang
83
penurunan volume dan penaikan osmolaritas dari cairan tubuh. Ketika
massa tubuh berkurang 2% karena cairan yang hilang, dehidrasi ringan akan
turun. Ini akan menstimulasi ginjal untuk melepas renin yang akan
darah dan impuls saraf dari osmoreseptor pada hipotalamus yang dipicu
hipotalamus. Sinyal lain yang menstimulasi rasa haus berasal dari (1)
neuron pada mulut yang mendeteksi kekeringan karena aliran saliva yang
menurun dan (2) baroreseptor yang mendeteksi tekanan darah rendah pada
biasanya memicu konsumsi cairan (jika ada cairan yang tersedia) dan
haus tidak terjadi begitu cepat dan akses pada konsumsi cairan terbatas,
sehingga dehidrasi berat terjadi.Hal ini umumnya terjadi pada lansia, bayi,
terjadi diare atau gejala muntah dan mengakibatkan keringat yang berlebih
dan kehilangan cairan, maka akan lebih baik jika mengonsumsi air sebagai
anterior hipotalamus.
84
setiap hari dan meminum minuman elektrolit terutama bagi seorang atlet
85
atau orang-orang yang tinggal di dataran tinggi atau di tempat yang bersuhu
denyut jantung, denyut nadi, produksi urin, dan status mental pasien.
86
2.14 Kelainan Pada Sel Darah
a. Anemia
• Thalasemia
87
Bentuk Eritrosit pada kelainan thalasemia
eksternal,
infeksi berulang.
88
normal. Berdasarkan gejala klinis dan tingkat keparahannya
89
Penanganan thalassemia yang berat diperlukan
90
Konsumsi cyano Spirulina secara teratur akan mencegah
b. Polisitemia
• Polisitemia primer
91
berlebihan menyebabkan viskositas darah meningkat lima
kompensasi.
• Polisitemia sekunder
92
seperti pada dehidrasi yang menyertai keringat berlebihan
93
sebagian besar sel ini abnormal atau imatur, mereka tidak dapat
yang lain dari leukemia adalah digantikannya turunan sel darah lain
a. Leukimia
94
dipicu oleh satu sel yang tidak normal pada sumsum tulang, di
leukemia:
bom atom)
dan pengobatan
kemoterapi sebelumnya)
- Usia: AML dan CLL lebih umum terjadi pada kaum lansia
yang belum
pada orang
95
darah (misalnya anemia, infeksi karena jumlah sel darah
belum dewasa.
yang paling
AML.
yang terkait
menunjukkan gejala
tercantum di atas.
dewasa. Sebagian
96
terjadi pada anak-anak. Sel kanker ini juga ditandai dengan
jenisnya.Pada beberapa
kemoterapi
biasanya
dalam tahapan
induksi
mempertahankan remisi.
97
Terapi target: ditujukan pada ‘target’ tertentu yang spesifik
pada beberapa
semua jenis
penggunaan ‘terapi
tempat tumor
beberapa jenis
bening tertentu.
dikenal sebagai
sel punca
ini berlaku
98
dikendalikan dengan
kemoterapi saja.
yang utuh.
a. Tromboembolisme
Tromboembolisme
99
Bekuan intravaskular abnormal yang melekat ke dinding
tromboembolisme:
trombus.
100
kaskade pembekuan.Obat antikoagulan terkadang diberikan untuk
bekuan normal.
b. Hemofilia
Hemofilia
101
karena bocornya darah melalui lubang-lubang kecil di pembuluh
102
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
ektraseluler (plasma) yang larut, sel, dan fragmen sel. Darah memiliki
merah gelap, serta bersuhu satu derajat lebih tinggi dari suhu tubuh.Volume
darah berkisar antara 4-6 liter tergantung jenis kelaminnya.Darah terdiri dari
plasma darah dan elemen pembentuk darah, yaitu sel darah merah (eritrosit),
dan sistem Rhesus.Golongan darah individu ini didasarkan pada ada atau
pembekuan darah.
103
berdasarkan waktu, tempat, dan pembuluh darah yang rusak.Hemostasis
perdarahan
Terdapat beberapa kelainan yang dapat terjadi pada sel darah merah
diperlukan untuk kesehatan sel. Cairan ini berada sebagian di luar sel
berlebih.Sering terjadi di jaringan bawah kulit dan rongga tubuh, serta dapat
104
ditentukan dari lokasi terjadinya.Edema dapat diobati dengan mengeluarkan
tubuh.Sistem limfatik hadir bersama pembuluh darah dan terdiri dari limfa,
Menurut ibu Anne, gejala tersebut akan bertambah parah ketika beliau
105
DAFTAR PUSTAKA
http://accessmedicine.mhmedical.com/book.aspx?bookid=1587
9. Artikel https://hellosehat.com/hidup-sehat/fakta-unik/hipotensi-
10. Hall JE, Guyton AC. Guyton dan Hall Buku Ajar Fisiologi
106
Kedokteran. Elsevier, Singapore. 2014.
https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_penelitian_1_dir/fadedf32e1fc
22d2555c9dbb90aa0919.pdf
12. Mescher A. Junqueira Basic Histology Text and Atlas 14th Edition.
Erlangga; 2008.
17. Pearce EC. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Yuniar F, editor.
18. Hall, J. E., & Guyton, A. C. (2016). Guyton and Hall textbook of
107
20th ed. New York: Mosby, Inc. Elsevier Inc.; 2013. 609 p.
108