Anda di halaman 1dari 46

RSUD TGK ABDULLAH

SYAFI’I

STANDAR PROSEDUR OPERASONAL


RUANG INTENSIVE CARE UNIT

RUMAH SAKIT UMUM TGK. ABDULLAH


SYAFI’I BEUREUNUEN

1
No. Dokumen No. Revisi Halaman

PT / / / 2021
RSUD TGK
ABDULLAH SYAFI’I

Tanggal Terbit Disetujui oleh,


Direktur Rumah Sakit Umum Daerah
Tgk.Abdullah Syafii
STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL
dr. ACI ERFIYAN
Pembina / NIP. 19800510 200604 1 013

ALUR PASIEN MASUK DAN KELUAR ICU

INSTALA INSTALA
RS LAIN UGD
SI
Diantar INDIKASI ( - ) SI
EVALUASI RAWAT RAWAT
OLEH DOKTERJALAN INAP
MASUK ICU KELOLA INTENSIF :
 Pengobatan dan perawatan intensif
 Dokter ICU ( Intensifis ) Dijemput PINDAH RUANG
TETAP
 Perawat Mahir Baik DIRAWAT /
 Konsultan ( Konsultatif ke RUJUK /
SMF lain ) Indikasi keluar ( + ) PULANG
Status Quo / Vegetatif DITOLAK
Meninggal MASUK

Dijemput KAMAR
Catatan : JENAZA
 Diantar / dijemput s/d pintu keluar / masuk ICU
 Pasien dari luar mengikuti ketentuan dari Rumah Sakit

2
PENERIMAAN PASIEN ICU

No. Dokumen No. Revisi Halaman

RSUD TGK
ABDULLAH SYAFI’I PT / / / 2021

Tanggal Terbit Disetujui oleh,


Direktur Rumah Sakit Umum Daerah
Tgk.Abdullah Syafii
STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL
dr. ACI ERFIYAN
Pembina / NIP. 19800510 200604 1 013

PENGERTIAN Suatu tata cara menerima pasien untuk dirawat di ICU yang
mengalami kegawatan.

TUJUAN Pasien yang mengalami kegawatan terancam jiwanya sewaktu –


waktu agar dapat memperoleh pengobatan, perawatan dan
pemantauan intensif sesuai dengan kondisi yang dialami pasien.

KEBIJAKAN 1. Pasien dirawat di ICU harus memenuhi persyaratan / indikasi


yang telah ditentukan.
2. Dokter jaga ICU berhak untuk menyetujui adanya indikasi
tersebut.
3. Penolakan pasien masuk ICU hanya oleh konsulen ICU yang
bertanggung jawab saat itu.

PROSEDUR PELAKSANAAN 1. Ruangan yang akan mengirim pasien ( ruangan lain, UGD,
IBS, IMC, RR ) memberi tahu terlebih dahulu ke ICU bahwa
akan ada pasien masuk dan dokter ICU sendiri memberi
persetujuan.
2. Menyiapkan perlengkapan peralatan pasien dan bed ICU
dilengkapi dengan status pasien dan trolley emergency.
3. Menerima pasien, timbang terima beserta catatan medik yang
lengkap.
4. Memasang oksigen, bed side monitor, ventilator ( jika
diperlukan )
5. Mengganti pakaian pasien dengan pakaian ICU
6. Observasi tanda vital : tekanan darah, heart rate, pernafasan
dan suhu.
7. Observasi keadaan lainnya seperti tingkat kesadaran, pupil,
fungsi motorik, dll.
8. Cek kepatenan seluruh peralatan yang telah terpasang
sebelumnya.
9. Memasang dan atau mengalirkan dower khateter, NGT, drain,
dll.
10. Mengambil sample darah untuk pemeriksaan laboratorium.
11. Melaporkan dokter ICU jika terjadi perubahan.
12. Memberitahukan keluarga tentang keadaan pasien dan tata
tertib ICU.
13. Membuat Renpra.
14. Memasukkan data pasien ke register rakam medik ( RM ).

3
15. Memberi terapi sesuai program.
16. Mengadakan komunikasi dengan keluarga pasien minimal
sekali dalam sehari ( terutama pada waktu kunjungan
keluarga ).

UNIT TERKAIT 1. IGD


2. Rawat Inap
3. IBS
4. IRJ
5. RHD
6. Instal Jang Diagnostik

PEMINDAHAN PASIEN DARI ICU KE RAWAT INAP

No. Dokumen No. Revisi Halaman

RSUD TGK
ABDULLAH SYAFI’I PT / / /

Tanggal Terbit Disetujui oleh,


STANDAR Direktur Rumah Sakit Umum
PROSEDUR Daerah Tgk.Abdullah Syafii
OPERASIONAL

dr. ACI ERFIYAN


Pembina / NIP. 19800510 200604 1 013

PENGERTIAN Suatu prosedur memindahkan pasien dari ICU pada pasien yang
kondisinya sudah terbebas dari kegawatan.

TUJUAN 1. Supaya proses pengobatan dan perawatan pasien yang sudah


tidak memerlukan lagi fasilitas ICU dapat dilanjutkan di
ruang rawat inap biasa.
2. Perlu diupayakan kelangsungan proses pengobatan dan
perawatan di rawat inap berkesinambungan dengan
pengobatan dan perawatan di ICU, agar dapat dicegah
berulangnya kegawatan atau deteksi dini keadaan tersebut.

KEBIJAKAN Pemindahan pasien dari ICU ke rawat inap dilakukan oleh petugas
ruang dan dilakukan timbang terima di ICU.

PROSEDUR PELAKSANAAN 1. Memberitahu rawat inap, bahwa akan ada pasien pindah dari
ICU dan meminta persetujuan pihak rawat inap tersebut.
2. Meminta konfirmasi rawat inap tentang waktu kesiapan untuk
menjemput pasien dari ICU.
3. Menyiapkan pasien dan kelengkapannya.
4. Pasien dijemput ke rawat inap dengan memperhatikan sarat –
sarat tranportasi pasien.
5. Melakukan serah terima pasien dengan perawat rawat inap,
yang di serah terimakan adalah :
a. Kelengkapan catatan medik dan keperawatan pasien.

4
b. Masalah yang perlu diperhatikan dalam perawatan dan
pengobatan selanjutnya sehingga dapat dilakukan
deteksi dini apabila timbul kegawatan kembali.
c. Semua hasil pemeriksaan ( yang telah dikerjakan ) baik
yang sudah selesai maupun yang belum.
6. Terapi dan perawatan lanjutan sesuai dengan pengantar dari
dokter ICU.
7. Memberikan pesan agar menghubungi ICU kembali apabila
terdapat hal – hal yang belum jelas atau atau terjadi
kegawatan ulang.
8. Selanjutnya perawatan terhadap pasien menjadi tanggung
jawab perawat dan dokter ruang rawat inap.

UNIT TERKAIT Ruang Rawat Inap

RESUSITASI JANTUNG PARU

No. Dokumen No. Revisi Halaman

RSUD TGK
ABDULLAH SYAFI’I PT / / / 2021

Tanggal Terbit Disetujui oleh,


Direktur Rumah Sakit Umum Daerah
Tgk.Abdullah Syafii
STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL
dr. ACI ERFIYAN
Pembina / NIP. 19800510 200604 1 013

PENGERTIAN Suatu tindakan emergensi untuk mengatasi keadaan henti jantung


dan atau henti nafas.

TUJUAN Menyelamatkan kehidupan :


1. Mencegah berhentinya sirkulasi atau respirasi melalui
pengenalan dan intervensi segera.
2. Memberikan bantuan eksternal terhadap sirkulasi dan
ventilasi melalui RJP.
3. Memberikan oksigenasi kepada otak, jantung dan organ –
organ vital lainnya serta mengembalikan fungsi jantung dan
ventilasi yang normal.

KEBIJAKAN Memenuhi kebutuhan oksigenasi

PROSEDUR PELAKSANAAN 1. Pastikan adanya henti nafas dan atau henti jantung.
2. Mintalah pertolongan.
3. Posisikan pasien terlentang.
4. Pasang pengalas keras.
5. Atur posisi penolong :
a. Penanganan airway ( posisi pada bagian atas kepala )
b. Penanganan sirkulasi ( posisi bagian samping bahu
kanan pasien )

5
c. Penyedia obat ( posisi dekat dengan emergensi troli )
d. Leader
6. Beri bantuan nafas dengan ambubag
7. Lakukan kompresi jantung ( 30 : 2 )
8. Berikan obat – obat emergensi sesuai ketentuan.
9. Lakukan tindakan sesuai algoritm.
10. Jika berhasil siapkan untuk penanganan lebih lanjut.
11. Dokumentasikan tiap langkah kegiatan.

UNIT TERKAIT Instalasi farmasi.

TERAPI OKSIGEN

No. Dokumen No. Revisi Halaman

RSUD TGK
ABDULLAH SYAFI’I PT / / / 2021

Tanggal Terbit Disetujui oleh,


Direktur Rumah Sakit Umum Daerah
Tgk.Abdullah Syafii
STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL
dr. ACI ERFIYAN
Pembina / NIP. 19800510 200604 1 013

PENGERTIAN Terapi O2 merupakan salah satu terapi pernafasan dalam


mempertahankan oksigenasi.

TUJUAN 1. Mengatasi keadaan hipoksia


2. Menurunkan kerja pernafasan
3. Menurunkan beban kerja otot jantung ( miocard )

Indikasi :
1.
Pasien dengan kadar O2 yang diketahui melalui hasil
AGD / BGA.
2.
Pasien dengan peningkatan kerja napas dimana tubuh
berrespon terhadap keadaan hipoksia melalui peningkatan laju
dan dalamnya pernapasan, serta adanya kerja otot – otot
tambahan pernapasan.
3.
Pasien dengan peningkatan kerja jantung dimana jantung
berusaha untuk mengatasi gangguan O2 melalui peningkatan
laju pompa jantung yang lebih kuat.
4.
Pada pasien selama dan sesudah pembedahan.

Kontra Indikasi :
1. Mutlak tidak ada.
2. Untuk PPOM berat pemberian O2 dimulai dengan 2 LPM
dinaikkan secara bertahap.

KEBIJAKAN Memenuhi kebutuhan oksigen

6
PROSEDUR PELAKSANAAN Persiapan alat :
1. Sentral oksigen, tabung O2, manometer set, flow meter,
humidifier.
2. Catheter nasal / kanul nasal / sungkup muka sederhana /
sungkup muka dengan kantong udara / sungkup muka dengan
parsial rebreathing.

Langkah – langkah :
1. Kateter nasal / Kanul nasal :
a. Cuci tangan.
b. Memberi tahu pasien.

c. Isi tabung humufider dengan water for irigation batas


yang tertera.
d. Menghubungkan flow meter dengan tabung oksigen /
sentral oksigen.
e. Cek fungsi flow meter dan humufider dengan memutar
pangatur konsentrasi O2 dan amati ada tidaknya
gelembung udara dalam tabung flow meter.
f. Menghubungkan kateter nasal / kanul nasal dengan flow
meter.
g. Alirkan oksigen ke :
 Kateter nasal dengan aliran antara 1 – 6 lt/mnt.
 Kanul nasal dengan aliran antara 1 – 6 lt/mnt.
h. Cek aliran kateter nasal / kanul nasal dengan
menggunakan panggung tangan untuk mengetahui ada
tidaknya aliran oksigen.
i. Pasang alat kateter nasal / kanul nasal pada klien.
j. Tanyakan pada klien apakah oksigen telah mengalir
sesuai yang di inginkan.
k. Cuci tangan.
l. Rapikan peralatan kembali.
m. Dokumentasikan pada status klien.

2. Sungkup muka partial rebreathing.


a. Cuci tangan.
b. Memberi tahu pasien.
c. Isi tabung humidifier dengan water for irigation setinggi
batas yang tertera.
d. Menghubungkan flow meter dengan tabung oksigen /
sentral oksigen.
e. Cek fungsi flow meter dan humidifier dengan memutar
konsentrasi O2 dan amati ada tidaknya gelembung udara
dalam tabung flow meter.
f. Menghubungkan sungkup muka partial rebreathing
dengan flow meter.
g. Alirkan oksigen ke sungkup muka partial rebreathing
dengan aliran udara 8 – 12 lt/mnt.
h. Cek aliran oksigen ke sungkup dengan cara menutup
sungkup dengan salah satu tangan dan amati aliran
oksigen yang masuk ke dalam kantong.
i. Pasang alat sungkup muka partial rebreathing pada
klien.
j. Tanyakan pada klien apakah oksigen telah mengalir
sesuai dengan yang diinginkan.
k. Cuci tangan.
l. Rapikan peralatan kembali.
m. Dokumentasikan pada status klien.

7
3. Hal – hal yang harus diperhatikan :
a.
Bandingkan hasil PaO2, SaO2, SpO2 klien sebelum dan
sesudah pemberian O2.
b.
Kaji dan bandingkan status pernapasan sebelum dan
sesudah pemberian O2.
c.
Cek kulit dan membran mukosa klien.
d.
Cek kepatenan alat.
e.
Observasi adanya keluhan terutama mual dan muntah.
f.
Tanyakan kenyamanan terhadap terapi O2.

UNIT TERKAIT 1. Instalasi Farmasi.


2. Sijangmed.

MONITOR SATURASI OKSIGEN

No. Dokumen No. Revisi Halaman

RSUD TGK
ABDULLAH SYAFI’I PT / / / 2021

Tanggal Terbit Disetujui oleh,


Direktur Rumah Sakit Umum Daerah
Tgk.Abdullah Syafii
STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL
dr. ACI ERFIYAN
Pembina / NIP. 19800510 200604 1 013

PENGERTIAN Monitor saturasi oksigen merupakan tekhnik monitoring non


invasive untuk mengukur saturasi oksigen arteri dan fungsi
hemoglobin, nilai normal 97 – 99 %

TUJUAN Diagnostik :
1. Menilai data dasar saturasi oksigen yang merupakan bagian
pengakajian oksigenasi.
2. Deteksi dini terhadap perubahan saturasi yang sering berubah
terutama pada keadaan kritis.
3. Mengevaluasi respon pasien terhadap aktivitas oksigenasi
pasien seperti suction, reposisi, merubah konsentrasi O2.

KEBIJAKAN Memenuhi kebutuhan oksigen.

PROSEDUR PELAKSANAAN 1. Persiapan alat : Pulse oximeter beserta sensornya.


2. Cara kerja :
a. Cuci tangan.
b. Lokasi tempat sensor dibersihkan dari darah / kotoran
lain.
c. Pilih sensor yang tepat sesuai lokasi tempat sensor.
d. Sambungkan oximeter dengan menekan tombol power
on / off.
e. Set alarm secara tepat dan cek fungsi lainnya.

8
f. Untuk mematikan tekan kembali tombol power on / off.
g. Sambungkan sensor lempeng / klip pada tangan / kaki /
telinga.
3. Hal – hal yang harus diperhatikan
: Lokasi tempat penempatan
sensor.
a. Sensor klip ditempatkan pada jari telunjuk tangan atau
telinga.
b. Sensor lempeng di tempatkan pada jari – jari, ibu jari
kaki, hidung.
UNIT TERKAIT 1. Sijangmed.
2. Laboratorium.

ASISTENSI INTUBASI

No. Dokumen No. Revisi Halaman

RSUD TGK
ABDULLAH SYAFI’I PT / / / 2021

Tanggal Terbit Disetujui oleh,


Direktur Rumah Sakit Umum Daerah
STANDAR Tgk.Abdullah Syafii
PROSEDUR
OPERASIONAL

dr. ACI ERFIYAN


Pembina / NIP. 19800510 200604 1 013

PENGERTIAN Suatu tindakan memasukkan pipa endotrachea ke dalam trachea.

TUJUAN 1. Membebaskan jalan nafas.


2. Untuk pemberian pernafasan mekanik.
3. Untuk mempermudah penghisapan sekresi.

KEBIJAKAN Memenuhi kebutuhan oksigen.

PROSEDUR PELAKSANAAN Persiapan alat :


1. Laringoscope dengan bilah yang sesuai.
2. Magills untuk membantu memasukkan pipa.
3. Maudrin ( bila ada kesulitan saat memasukkan tube )
4. OTT / NTT sesuai dengan kebutuhan pasien
5. Xylocain jelly
6. Sarung tangan
7. Obat – obatan untuk persiapan intubasi antara lain :
 Sedasi : midazolam, propofol, pentotal
 Muscle relaxan : Succinyl cholin, rocuronium,
atracurium, vecuronium.
7. Xylocain spray / semprot.
8. Pressure cuff / spuit cuff.
9. Guedell / mayo.

9
10. Stetoscope.
11. Suction catheter untuk menghisap sekresi.
12. Emergency trolly yang berisi obat – obat emergency.
13. Air viva, face mask untuk oxigenasi.
14. Plester / pita untuk fiksasi.
15. Suction dinding / sentral / manual.

Cara Kerja :
1. Cuci tangan.
2. Jelaskan prosedur pada pasien.
3. Cek suction sentral dan atur tekanan antara 100 – 200 mmHg
atau suction manual dan sambungkan selang catheter steril.
4. Nilai kesadaran pasien, bila sadar diberitahu.
5. Bersihkan jalan nafas dengan cara suctioning.
6. Sambungkan pasien ke EKG monitor dan ukut tensi, nadi
dan pernafasan ulang, saturasi oksigen.
7. Posisi pasien terlentang / flat dan ekstensikan leher pasien
( sesuaikan dengan kondisi pasien ).
8. Bantu tindakan intubasi sesuai dengan tahapannya.
9. Ikat selang trakea / trakeostomi dengan tali / plester.
10. Bereskan peralatan dan dokumentasikan tindakan.

Hal – hal yang perlu di perhatikan :


1. Keadaan umum pasien, terutama tensi, nadi dan pernafasan,
saturasi, oksigen.
2. Monitoring EKG
3. Pengisian cuff ( balon )
4. Fiksasi
5. Penghisapan sekresi dengan tehnik yang semestinya.

UNIT TERKAIT 1. Instalasi Farmasi


2. Sijangmed

EXTUBASI

No. Dokumen No. Revisi Halaman

RSUD TGK
ABDULLAH SYAFI’I

Tanggal Terbit Disetujui oleh,


Direktur Rumah Sakit Umum Daerah
STANDAR Tgk.Abdullah Syafii
PROSEDUR
OPERASIONAL

dr. ACI ERFIYAN


Pembina / NIP. 19800510 200604 1 013

PENGERTIAN Pengangkatan pipa endotrachea dari trachea.

TUJUAN 1. Sebagai tahap akhir proses penyapihan dari ventilator.

10
2. Pasien sudah tidak mengalami sumbatan ( potensial sumbatan
jalan nafas )
3. Supaya pasien dapat bernafas seperti semula.
4. Dapat berbicara dan menelan seperti biasa.
5. Supaya pasien dapat batuk dengan efektif dan dapat
mengeluarkan sputum sendiri.

Indikasi :
1. Pasien sudah kompos mentis dan kooperatif.
2. Tensi nadi dan pernafasan normal.
3. Suhu badan tidak panas karena bila sebelum panas kebutuhan
oksigen meningkat dan metabolisme naik.
4. Bisa batuk secara efektif.
5. Hasil thorax foto terakhir keadaannya bersih, tidak ada retensi
sputum.
6. Tidak ada gejala hypoxia, hiperkarbi dan tachikardi.
7. Tidal volume cukup.
8. Hasil AGD normal individual.

KEBIJAKAN Memenuhi kebutuhan pengobatan dan membantu proses


penyembuhan.

PROSEDUR PELAKSANAAN Persiapan alat :


1. Laringoscope
2. Peralatan suction yang lengkap
3. Spuit cuff.
4. Pinset, spirometer
5. Alat – alat untuk memberikan pelembaban dan oksigen.
misal = O2 + NRM
O2 + binasal
6. Peralatan lengkap untuk intubasi

Cara kerja :
1. Pertama ukur nadi, tensi, suhu dan pernafasan, kesadaran.
2. Ukur TV pasien
3. Periksa AGD
4. Bila ada instruksi dokter ( misal : dexametason )
5. Beritahu pasien untuk pengangkatan pipa pernafasan.
6. Lakukan penghisapan sekresi sampai bersih dan cuff
dikempeskan.
7. Lepaskan fikasasi tube
8. Waktu pengangkatan tube, suction katheter yang baru harus
berada di dalam sambil tube diangkat ( jangan dipakai suction
katheter bekas untuk membersihkan mulut )
9. Selesai pengangkatan tube pasang NRM.
10. Satu jam kemudian periksa AGD ulang.

Hal – hal yang harus diperhatikan :


1. Terutama keadaan umum pasien.
2. Ukur tensi, nadi dan pernafasan, kesadaran.
3. Perhatikan apakan ada stridor dan kelainan pernafasan lain.

UNIT TERKAIT 1. Instalasi farmasi


2. Laboratorium

11
WEANING PADA T – PIECE DINDING

No. Dokumen No. Revisi Halaman

RSUD TGK
ABDULLAH SYAFI’I PT / / / 2021

Tanggal Terbit Disetujui oleh,


Direktur Rumah Sakit Umum Daerah
STANDAR Tgk.Abdullah Syafii
PROSEDUR
OPERASIONAL

dr. ACI ERFIYAN


Pembina / NIP. 19800510 200604 1 013

PENGERTIAN Proses weaning pada T – Piece dinding adalah salah satu usaha
penyapian dari respirator, dimana pasien langsung dilepas dari alat
Bantu tetapi tube masih tetap terpasang.

TUJUAN 1. Menghindarkan pasien adri rasa ketergantungannya terhadap


alat bantu nafas. Melatih pasien agar dapat bernafas sendiri
secara spontan.
2. Diharapkan pasien secara berangsur – angsur dapat bernafas
seperti sediakala.
3. Mengembalikan pasien pada keadaan semula.

KEBIJAKAN Memenuhi kebutuhan pengobatan dan membantu proses


penyembuhan.

PROSEDUR PELAKSANAAN Persiapan alat :


1. Spirometri untuk mengukur tidal volume
2. Humidifier untuk O2 dan udara.
3. Slang inspirasi
4. Kantong plastik untuk penampung.
5. Konektor untuk ke tube.

Persiapan pasien pada waktu akan melakukan weaning pada T –


Piece Dinding :
1. Siapkan alat – alat yang akan dipakai
2. Jangan melakukan weaning apabila pasien kelihatan lemah
karena habis dimandikan, fisioterapi atau habis foto thorax.
3. Terangkan pada pasien dan tenangkan jiwanya bila pasien
sebelumnya sudah memakai alat bantu napas dalam jangka
lama, karena pasien akan merasa takut untuk di lepas dari alat
bantu napas.
4. Atur posisi pasien ( posisi tidur ) supaya pengembangan paru
lebih bagus.
5. Terangkan bahwa dengan proses weaning ini akan membantu
pasien agar dapat bernafas seperti sedia kala.
6. Sebelum tindakan di kerjakan ambil pemeriksaan analisa gas
darah untuk lebih meyakinkan lagi.

12
Cara kerja :
1. Beritahu pasien tentang tindakan apa yang akan di lakukan.
2. Ukur tidal volume.
3. Observasi tanda vital pasien : T, N, P, S
4. Alat – alat di cek apakah sudah siap dipakai.
5. Sekresi atau sumbatan lainya dibersihkan
6. Setelah pemasangan selesai pasien di observasi kembali.

Hal – hal yang harus diperhatikan sebelum melakukan weaning


pada T – Piece dinding :
1. Penyakit utama sudah teratasi.
2. Pasien merasa kuat ( tidak lemah ) jalan napas bebas dari
sumbatan, apabila pasien dengan trachestomi dalam keadaan
baik.
3. Suhu badan normal apabila suhu badan mengalami kenaikan
maka kebutuhan O2 akan meningkat.
4. Pasien dapat batuk yang efektif untuk mengeluarkan sekresi.
5. Frekwensi napas kurang dari 30 kali per menit.
6. Tidak ada gejala hypoxia / kebingungan
7. Test fungsi paru normal, tidal volume mencukupi.
8. Hasil pemeriksaan analisa gas darah normal
9. Pasien dapat bernapas secara spontan.

UNIT TERKAIT 1. Instalasi farmasi


2. Sijangmed

PERAWATAN BALON ( CUFF )


DI ENDOTRACHEA ( ETT )

No. Dokumen No. Revisi Halaman


RSUD TGK
ABDULLAH SYAFI’I
PT / / / 2021

Tanggal Terbit Disetujui oleh,


Direktur Rumah Sakit Umum Daerah
Tgk.Abdullah Syafii
STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL
dr. ACI ERFIYAN
Pembina / NIP. 19800510 200604 1 013

PENGERTIAN Pengertian balon pipa trachea merupakan cara untuk


mempertahankan tekanan pada balon ETT tetap normal ( 15 – 25
mmHg )

TUJUAN 1. Mempertahankan posisi tube dan oksigenasi jaringan.


2. Mencegah aspirasi dan kerusakan jaringan mukosa sekitar
cuff.

13
Indikasi :
Dilakukan pada pasien yang terpasang pipa trachea atau pipa
tracheostomy dengan cuff.

KEBIJAKAN 1. Pemenuhan kebutuhan oksigen


2. Pemenuhan kebutuhan keamanan.

PROSEDUR PELAKSANAAN 1. Persiapan :


Persiapan alat :
a. Personalia : 1 orang perawat.
b. Perlengkapan :
o Cuff inflator ( portex )
o Selang konektor ( dipakai untuk monitoring
tekanan cuff secara kontinyu )

2. Cara kerja :
Pengisian balon ETT :
a. Cuci tangan
b. Suctioning pasien dan suruh pasien untuk batuk
c. Sambungkan katup pilot balon dengan alat cuff inflator,
kempeskan cuff dengan menekan tombol merah sampai
mencapai nilai nol.
d. Untuk pengisian balon ETT, pompakan alat cuff inflator
dengan memijat balon karret inflator sampai mencapai
angka dibawah tanda merah ( 30 mmHg ) kemudian
turun sedikit sampai pada angka normal ( tekanan
normal 15 – 25 mmHg )

3. Monitoring tekanan balon ETT ( Cuff ) secara terus menerus:


a. Cuci tangan.
b. Sambungkan katup pilot balon dari pipa tracheostomy
atau endotracheal ke slang konektor.
c. Sambungkan ujung slang konektor lainnya ke alat cuff
inflator.
d. Pompakan cuff inflator secara cepat sampai batas nilai
normal ( tanda hijau 15 – 25 mmHg ) kemudian
lepaskan.
e. Gunakan pengait belakang cuff inflator untuk
menempatkan cuff inflator pada tempat yang aman dan
untuk dimonitor.

Perhatian :
1. Untuk mengempeskan balon ETT, tekan tombol merah untuk
menurunkan tekanan.
2. Pada tekanan cuff diatas 25 mmHg dapat menyebabkan
iskhemik jaringan sekitar cuff.

UNIT TERKAIT 1. Sijangmed


2. Bagian anestesi.

14
SPIROMETRI INTENSIF

No. Dokumen No. Revisi Halaman

RSUD TGK
ABDULLAH SYAFI’I PT / / / 2021

Tanggal Terbit Disetujui oleh,


Direktur Rumah Sakit Umum Daerah
STANDAR Tgk.Abdullah Syafii
PROSEDUR
OPERASIONAL

dr. ACI ERFIYAN


Pembina / NIP. 19800510 200604 1 013

PENGERTIAN Terapi latihan pernafasan dengan menggunakan alat ukur untuk


menambah kemampuan inspirasi pernapasan pasien.

TUJUAN Terapi untuk mencegah atelektesis, meningkatkan oksigenasi dan


expansi paru.

KEBIJAKAN Pemenuhan kebutuhan oksigen.

PROSEDUR PELAKSANAAN 1. Cuci tangan


2. Beri tahu pasien
3. Persiapkan pasien dan beri posisi yang nyaman ( lebih
diutamakan posisi duduk atau semi fowler )
4. Instruksikan pasien untuk meletakkan selang spirometri di
mulut dan tarik nafas dalam selama 3 detik.
5. Instruksikan pasien untuk expansi secara lambat dan bernapas
secara normal kembali.
6. Instruksikan pasien untuk nafas dalam kembali dan usahakan
agar kekuatan inspirasi bertambah 100 ml – 250 ml tiap kali
nafas dalam.
7. Setelah volume maximum tercapai instruksikan pasien untuk
latihan napas dalam 10 kali. Anjurkan pasien untuk latihan ini
minimal 3x /hari.
8. Bereskan peralatan dan dokumentasikan tindakan.

UNIT TERKAIT 1. Instalasi farmasi


2. Poli paru

15
PENGUKURAN VOLUME TIDAL DAN
TEKANAN NEGATIF INSPIRASI

No. Dokumen No. Revisi Halaman


RSUD TGK
ABDULLAH SYAFI’I
PT / / / 2021

Tanggal Terbit Disetujui oleh,


Direktur Rumah Sakit Umum Daerah
Tgk.Abdullah Syafii
STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL
dr. ACI ERFIYAN
Pembina / NIP. 19800510 200604 1 013

PENGERTIAN Merupakan cara untuk mengukur kapasitas tidal paru dan tekanan
negatif inspirasi pasien saat bernapas dengan menggunakan alat
ukur.

TUJUAN 1. Mengevaluasi kekuatan otot – otot pernafasan pasien.


2. Mengevaluasi adekuasi volume tidal
3. Mengkaji kemampuan napas spontan, misalkan pada pasien
post operasi.
4. Menentukan apakah pasien memerlukan intubasi dengan dan
atau menggunakan ventilator mekanik.

KEBIJAKAN Pemenuhan kebutuhan oksigen.

PROSEDUR PELAKSANAAN Persiapan alat :


Spirometer portable ( respirometer portable )

Langkah – langkah :
1. Cuci tangan
2. Sambungkan konektor ke jalan napas pasien.
3. Hubungkan spirometer portable ke jalan napas pasien.
4. Anjurkan pasien untuk napas dalam sebisa mungkin, dan 0
kan spirometer dan suruh pasien untuk mengeluarkan napas.
5. Untuk menempatkan jarum pada titik 0 tekan tombol yang
berwarna putih.
6. Untuk mengunci hasil pengukuran yang di dapat, tekan
tombol merah.
7. Untuk mengembalikan jarum pengukuran setelah penguncina
( menekan tombol merah ) tekan tombol hijau sehingga
spirometer dapat untuk mengukur kembali.

UNIT TERKAIT Instalasi farmasi.

16
FISIOTERAPI DADA

No. Dokumen No. Revisi Halaman

RSUD TGK
ABDULLAH SYAFI’I PT / / / 2021

Tanggal Terbit
Disetujui oleh,
Direktur Rumah Sakit Umum
Daerah Tgk.Abdullah Syafii
STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL

dr. ACI ERFIYAN


Pembina / NIP. 19800510 200604 1 013

PENGERTIAN Suatu tindakan yang diberikan pada penderita dengan jalan latihan
bernapas, menepuk daerah dinding dada, menggetarkan daerah
dinding dada serta menghisap sekresi yang dikeluarkan untuk
memperlancar pernapasan.

TUJUAN 1. Untuk mempertahankan, memperbaiki dan mencapai ke


efektifan dari seluruh bagian paru.
2. Mencegah kolaps dari pada paru yang disebabkan karena
terhambatnya sekresi untuk keluar.
3. Menghindarkan terjadinya komplikasi, misal :
bronkopneumonia.
4. Untuk mempertahanan kelancaran sirkulasi darah.
5. Untuk mencegah atropi otot – otot.

Indikasi :
1. Pasien dengan ventilator
2. Pasien dengan retensi sputum / reflek batuk, tidak baik namun
tidak aktif.
3. Pasien tidak aktif.

Kontra indikasi :
1. Pasien dalam keadaan shock
2. Relatif : fraktur iga
3. Pasien dengan TIK meningkat
4. Pasien dengan miocard infark

KEBIJAKAN Memenuhi kebutuhan oksigen.

PROSEDUR PELAKSANAAN Cara kerja :


1. Cuci tangan.
2. Beritahu pasien.
3. Jika pasien sadar anjurkan pasien untuk latihan napas dalam
dengan cara memegang perut pasien dengan kedua tangan
kemudian tarik napas dalam lewat hidung, tahan, kemudian
keluarkan lewat mulut. Lakukan tindakan tersebut minimal 10
kali, jika pasien masih mampu lakukan lagi dalam 1 periode
( 10 x ).
4. Auskultasi seluruh lapang paru.

17
5. Posisikan pasien tidur dengan miring kiri atau kanan.
6. Tempatkan handuk diatas dada pasien.
7. Lakukan penepukan / claping dengan kedua tangan di seluruh
lapang paru dalam waktu 1 – 3 menit.
8. Lakukan vibrasi saat pasien ekspirasi dalam waktu 1 – 3
menit.
9. Lakukan claping dan vibrasi pada dada yang satunya dengan
lama waktu yang sama.
10. Jika pasien sadar lakukan postural drainage dan posisikan
pasien sesuai daerah paru dimana sekret akan dialirkan.
11. Jika pasien mampu batuk efektif anjurkan pasien untuk batuk
efektif.
12. Jika pasien tidak mampu batuk efektif lakukan suctioning
dengan tekanan 60 – 100 mmHg untuk bayi, 100 – 120
mmHg untuk anak – anak, 100 – 300 mmHg untuk dewasa,
jika pasien dengan VM berikan O 2 100 pre, post dan diantara
tindakan suctioning.
13. Catat jumlah, warna dan konsistensi sputum.
14. Kembalikan pasien pada posisi semula.
15. Rapihkan peralatan dan dokumentasikan tindakan.

Hal – hal yang harus diperhatikan :


Didalam melakukan fisioterapi dada harus melihat keadaan umum
penderita, sehingga kita dapat mencegah komplikasi lebih lanjut.

Tindakan yang berhubungan dengan fisioterapi dada :


1. Latihan bernapas / breathing exercise
2. Penepukan / clapping
3. Menggetarkan / vibrating
4. Drainage posisi
5. Penghisapan / Suction

UNIT TERKAIT 1. Instalasi rehabilitasi medik


2. Sijangmed

INHALASI

No. Dokumen No. Revisi Halaman


RSUD TGK
ABDULLAH SYAFI’I PT / / / 2021

Tanggal Terbit Disetujui oleh,


Direktur Rumah Sakit Umum
Daerah Tgk.Abdullah Syafii
STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL
dr. ACI ERFIYAN
Pembina / NIP. 19800510 200604 1 013

PENGERTIAN Terapi inhalasi adalah terapi penghirupan partikel udara yang


mengandung obat selama inspirasi.

18
TUJUAN 1. Hidrasi, dan pembersihan jalan nafas.
2. Mengencerkan sekret.
3. Pemberian obat.

KEBIJAKAN 1. Memenuhi kebutuhan oksigen


2. Ada instruksi medis tentang program pemberian terapi
inhalasi.

PROSEDUR PELAKSANAAN Persiapan :


1. Persiapan alat :
a. Hansel mask ( masker inhalasi )
b. Oksigen sentral / tabung
c. Flow meter yang berisi air
d. Obat bronkodilator ( misal : ventolin, bisolvon, solution,
alupent )
e. Aqua for injection
2. Persiapan pasien :
a. Jelaskan tujuan dan langkah prosedur kepada pasien /
keluarga.
b. Posisikan pasien semi fowler.

Langkah – langkah :
1. Cuci tangan
2. Tempatkan obat bronkodilator pada reservoar masker ( pada
obat tertentu memerlukan pengenceran dengan aqua for
injection )
3. Sambungkan selang oksigen ke flow meter, alirkan oksigen
6 – 8 lt/menit.
4. Cek adanya penguapan obat, bila ada letakkan masker
menutupi mulut dan hidung pasien.
5. Instruksikan pasien untuk nafas dalam – dalam, lambat sambil
menghirup partikel uap obat sampai obat habis.
6. Observasikan pengembangan dada pasien, lakukan auskultasi.

7. Setelah obat habis, lepaskan masker dan anjurkan pasien


untuk membatukkan sekret yang ada atau dilakukan
penghisapan dengan lembut.
8. Monitoring adanya sesak napas dan perubahan tanda vital
selama terapi.

Hal – hal yang perlu di perhatikan :


Perubahan tanda vital pasien.

UNIT TERKAIT 1. Instalasi laboratorium


2. Instalasi farmasi

19
BRONCHIAL WASHING

No. Dokumen No. Revisi Halaman

RSUD TGK
ABDULLAH SYAFI’I PT / / / 2021

Tanggal Terbit Disetujui oleh,


Direktur Rumah Sakit Umum Daerah
Tgk.Abdullah Syafii
STANDAR
April 2008
PROSEDUR
OPERASIONAL
dr. ACI ERFIYAN
Pembina / NIP. 19800510 200604 1 013

PENGERTIAN Bronchial washing adalah tindakan untuk membantu


mengencerkan sekresi yang terdapat pada dinding bronchus
dengan menggunakan cairan NaCL 0,9 %, perasat ini dikerjakan
pada pasien yang memakai ETT dan TT.

TUJUAN 1. Membantu mengencerkan sputum kental, untuk


mempermudah mengeluarkan sputum dari paru – paru.
2. Mengurangi penumpukan CO2 di paru – paru sehingga
mencegah obstruksi jalan napas.
3. Mencegah terjadinya bronchopneumonia.
4. Memperlancar sirkulasi dan perfusi keseluruhan jaringan.

KEBIJAKAN Memenuhi kebutuhan oksigen.

PROSEDUR PELAKSANAAN Persiapan alat :


1. Peralatan oksigenasi → self inflating bag.
2. Spuit cuff
3. Cairan NaCL 0,9 %
4. Peralatan suction yang lengkap
5. Pinset, bengkok
6. Ember yang berisi larutan salvon untuk tempat suction kateter
bekas.
7. Handuk untuk alas dada.

Cara kerja :
1. Sebelum melakukan bronchial washing harus observasi dulu :
saturasi, nadi, pernafasan, tekanan darah, monitoring EKG.
2. Berikan oksigenasi dengan konsentasi tinggi melalui air viva.
3. Tuangkan NaCL 0,9 % ke dalam mangkok / wadah yang steril
secukupnya lalu hisap dengan spuit 10 cc.
4. Semprotkan cairan NaCL 0,9 % yang ada dalam spuit
kedalam bronchus melalui ETT / TT sebanyak 5 cc dan pada
waktu memasukkan cairan, posisi pasien disebut flower /
ditinggikan.
5. Lakukan secepatnya pemompaan dengan air viva beberapa
kali supaya cairan menyebar pada bagian – bagian bronchus.
6. Buat posisi drainage ( bila pasien memungkinan ) kemudian
lakukan penghisapan secepatnya.
7. Berikan kembali oksigen dengan konsentrasi tinggi melalui

20
air viva.
8. Perasat ini boleh diulang sampai sekresi benar – benar sudah
bersih / banyak berkurang.
9. Pada penghisapan terakhir kita kempeskan isi cuff, lamanya
pemasangan cuff sesuai dengan diisi kembali secukupnya.
10. Setelah perasat ini selesai cuff diisi kembali secukupnya.
11. Kalau ada ukur volume dengan menggunakan wright
spirometer.
12. Alat – alat dirapikan kembali.

Hal – hal yang perlu diperhatikan :


1. Bronchial washing dilakukan sesudah chest fisioterapi.
2. Perawat harus cuci tangan.
3. Dikerjakan sebelum makan
4. Dikerjakan oleh 3 orang perawat :
a. Memasukkan cairan NaCL 0,9 % dan melakukan
suction.
b. Memompa dengan self inflating bag setelah cairan
masuk.
c. Merubah posisi tempat tidur penderita.

UNIT TERKAIT Instalasi farmasi.

SUCTIONING

No. Dokumen No. Revisi Halaman


RSUD TGK
ABDULLAH SYAFI’I PT / / / 2021

Tanggal Terbit Disetujui oleh,


Direktur Rumah Sakit Umum Daerah
STANDAR Tgk.Abdullah Syafii
PROSEDUR
OPERASIONAL

dr. ACI ERFIYAN


Pembina / NIP. 19800510 200604 1 013

PENGERTIAN Suctioning merupakan tindakan mengangkat sekresi yang terdapat


pada dinding bronchus atau trachea. Tindakan ini dilakukan pada
pasien yang terpasang ET, TT.

TUJUAN 1. Mengangkat secret yang tidak bisa dikeluarkan sendiri atatu


dibatukkan oleh pasien.
2. Mengurangi penumpukan CO2 di paru – paru.
3. Mencegah terjadinya bronchopneumonia.
4. Memperlancar sirkulasi dan perfusi ke seluruh jaringan.

KEBIJAKAN Pemenuhan kebutuhan oksigen.

PROSEDUR PELAKSANAAN Persiapan alat :


1. Peralatan oksigenasi : air viva, oksigen + selang.

21
2. Peralatan suction yang lengkap : suction dinding, selang
suction, tubing / kateter suction steril yang sesuai dengan
usia dan nomor.
3. Sarung tangan steril atau pinset steril.
4. Ember yang berisi larutan savlon untuk tempat suction kath
bekas.
5. Handuk untuk alas dada.

Cara kerja :
1. Cuci tangan.
2. Jelaskan prosedur pada pasien.
3. Observasi saturasi, nadi, pernapasan, tekanan darah, dan
irama EKG.
4. Berikan oksigen dengan konsentrasi tinggi melalui air viva
atau ventilador.
5. Atur tekanan pada suction, bayi = 60 – 100 mmHg, Dewasa
= 120 – 200 mmHg.
6. Gunakan sarung tangan atau pinset steril.
7. Pilih kateter suction yang sesuai dengan umur pasien dan
ukur ETT / TT ( 1/3 diameter ERR / TT ).
8. Sambungkan kateter suctioning pada selang suction.
9. Lakukan ventilasi dengan air viva 3 x, dengan oksigen
12 – 15 lt / menit.
10. Masukkan kateter dalam keadaan terbuka, jika ada reflek
trachea angkat katheter 1 – 2 cm kemudian tutup kateter dan
angkat kateter dengan gerakan memutar ( lama tindakan 5 –
15 detik )
11. Berikan kembali oksigen dengan konsentrasi tinggi
12 – 15 lt/menit melalui air viva.
12. Perasat ini boleh diulangi sampai bersih / banyak berkurang.
13. Monitor kembali hemodinamik dan tana vital pasien.
14. Jika akan suction hidung dan mulut lakukan suctioning ETT
/ TT dahulu sampai selesai, kemudian suctioning hidung
dan yang terakhir adalah mulut.
15. Bilas selang kateter dengan air yang asa diember, matikan
suction dan buang suction pada ember penampung tersebut.
16. Alat – alat dirapikan kembali dan dokumentasikan.

UNIT TERKAIT 1. Instalasi farmasi


2. Laboratorium
3. Sijangmed

22
PENGAMBILAN DARAH ARTERI

No. Dokumen No. Revisi Halaman

RSUD TGK
ABDULLAH SYAFI’I PT / / / 2021

Tanggal Terbit Disetujui oleh,


Direktur Rumah Sakit Umum Daerah
STANDAR Tgk.Abdullah Syafii
PROSEDUR
OPERASIONAL

dr. ACI ERFIYAN


Pembina / NIP. 19800510 200604 1 013

PENGERTIAN Suatu tindakan pengambilan darah arteri untuk pemeriksaan AGD.

TUJUAN 1. Diagnostik
2. Mengetahui oksigenasi dan CO2
3. Membedakan status keseimbangan asam basa tubuh pasien.

Indikasi :
Pemeriksaan AGD diambil pada pasien yang mengalami gangguan
pernapasan dan keseimbangan asam basa.

Kontra indikasi :
1. Pasien dengan terapi antikoagulan
2. Riwayat gangguan pembekuan darah
3. Penyakit pembuluh darah perifer yang berat

KEBIJAKAN Pemenuhan kebutuhan oksigen

PROSEDUR PELAKSANAAN Persiapan :


1. Persiapan etiket :
a. Nama pasien
b. Tanggal dan jam pengambilan
c. Pemakaian O2 pada waktu pengambilan AGD
2. Persiapan alat :
a. Spuit ukuran 2 ½ cc ( untuk dewasa ), jarum ukuran
23 G
b. Karet atau jenis lainnya
c. Desinfektan : kapas alkohol 70 % steril
d. Heparin

Cara kerja :
1. Cuci tangan
2. Spuit terlebih dahulu dibasahi dengan heparin, kemudian
heparin dikeluarkan dari spuit.
3. Lakukan Allen test
4. Tentukan tempat penusukan / pengambilan darah arteri
5. Desinfektan daerah tusukan dengan alkohol 70 % steril
6. Darah arteri yang diambil cukup ½ - 1 cc

23
7. Kemudian setelah cukup, jarum langsung di cabut,
dikeluarkan udara yang ada didalam spuit, posisi jarum diatas
tegak lurus ( cara mengeluarkan harus hati – hati, jangna
tercampur dengan udara luar atau memasukkan udara luar ke
spuit dapat mempengaruhi hasil, terutama PCO 2 ), langsung di
tutup dengan karet.
8. Pada arteri bekas tusukan pengambilan langsung di tekan
dengan kapas alkohol 70 % steril dalam waktu lebih kurang
lima menit dan tekan yang lebih kuat, sampai darah berhenti
keluar.
9. Beri etiket kuat, spuit yang berisi darah arteri tersebut
kemudian periksa.

Hal – hal yang perlu diperhatikan :


1. Lokasi :
Arteri radialis ( diutamakan ), arteri brakhialis, arteri
femoralis, arteri dorsopedis.
2. Bila darah baru bisa diperiksa setelah lebih dari 15 menit
maka darah harus di simpan dulu di lemari es atau termos es,
agar komponen darah tidak rusak dan mencapai hasil yang
aktual.

UNIT TERKAIT 1. Instalasi laboratorium


2. Instalasi Farmasi

PENGAMBILAN BAHAN PEMERIKSAAN


KULTUR DAN SENSITIVITAS

No. Dokumen No. Revisi Halaman


RSUD TGK
ABDULLAH SYAFI’I

Tanggal Terbit Disetujui oleh,


Direktur Rumah Sakit Umum Daerah
STANDAR Tgk.Abdullah Syafii
PROSEDUR
OPERASIONAL

dr. ACI ERFIYAN


Pembina / NIP. 19800510 200604 1 013

PENGERTIAN Suatu cara pengambilan baik berupa urin, darah, sputum ataupun
ujung kateter vena sentral, guna pemeriksaan biakan kuman dan
uji sensitivitas antibiotik dari bahan tersebut.

TUJUAN Diagnostik : Mencari data pengkajian guna menegakkan diagnosa


medis keperawatan.

Terapi : Mengevaluasi efisiensi tindakan atau terapi kedokteran /


keperawatan.

24
Indikasi :
1. Pasien yang dirawat di ICU selama 3 hari atau lebih.
2. Pasien yang terpasang kateter CVC, peralatan invasif dan non
invasif lainnya.
3. Pasien dengan infeksi sistemik atau lokal.
4. Penggunaan antibiotik sebelumnya tidak adekuat.
5. Ada instruksi medis tentang pemeriksaan kultur dan
sensitivitas.

KEBIJAKAN Pemenuhan kebutuhan pengobatan dan membantu proses


penyembuhan.

PROSEDUR PELAKSANAAN KULTUR DAN SENSITIVITAS DARAH


1. Persiapan alat dan bahan :
a. Spuit 5 cc
b. Alkohol 70 % steril
c. Botol kultur / batek
d. Kapas / kassa steril
e. Torniquet / karet pembendung

2. Cara kerja :
a. Cuci tangan dan persiapkan alat.
b. Instruksikan pasien untuk meletakkan tangan dan pilih
vena yang baik untuk ditusuk.
c. Letakkan torniquet diatas tempat penusukkan.
d. Lihat dan palpasi vena dan bersihkan daerah tersebut
dengan alkohol 70 % kemudian keringkan.
e. Tekan vena yang akan ditusuk dengan jari., kemudian
tusuk dibawahnya dengan ketinggin 5 – 350, masukkan
jarum kedalam vena.
f. Lepaskan torniquet.
g. Arsipkan spuit sampai didapat darah minimal 5 cc.
h. Tarik jarum dan tekan daerah tusukan dengan kassa
steril selama 2 – 4 menit.
i. Masukkan darah tersebut sebanyak 5 cc kedalam botol
kultur / batek.

Catatan :
Tindakan ini dilakukan dengan tehnik steril.

KULTUR DAN SENSITIVITAS SPUTUM


1. Persiapan alat :
a. Sarung tangan steril
b. Mucus extractor steril ( selang suction dengan
kontainer ) atau jika tidak tersedia dengan selang suction
steril dan spuit steril 10 cc.
c. Peralatan suction.
d. Personal : 2 orang perawat.
e. Lokasi : suctioning melalui endotrakeal tube,
tracheostomy tube, hidung.
f. NaCL 0,9 % steril, 2 – 6 cc.

2. Cara kerja :
a. Cuci tangan
b. Hidupkan mesin suction
c. Beri oksigen 100 %
d. Gunakan sarung tangan steril, tangan kiri memegang
selang dari alat suction.
e. Instruksikan perawat lain untuk memegang selang dari

25
alat suction.
f. Instruksikan perawat lain untuk membuka mucus
extractor dan pegang dengan tangan dan jaga tetap steril.
g. Instruksikan perawat lain untuk memegang ET / ETT
dan membuka jalan nafas pasien ( jika menggunakan
ventilator atau oksigen, dilepas terlebih dahulu )
h. Masukkan selang mucus refractor ke dalam jalan nafas
dalam keadaan menghisap dan setelah sampai diatas
karina sedot sputum secara perlahan dengan arah
memutar.
i. Jika sputum sulit diangkat karena sputum sangat kental
atau sedikit, terlebih dahulu beri NaCL 0,9 % 2 cc,
kemudian di bagging dengan O2 100 %, baru dilakukan
penghisapan.
j. Jika selang mikus refractor tidak cukup panjang atau
terlalu besar, dapat dilakukan penghisapan dengan
selang suction steril yang sesuai kemudian selang
dipotong dengan gunting steril dan dimasukkan ke
dalam spuit 10 cc steril.
k. Jika sudah didapat sputum dalam extractor, ikat kedua
selangnya dan siap dikirimkan.
l. Turunkan konsentrasi oksigen sesuai dosis semula.

3. Hal – hal yang harus diperhatikan :


Tindakan ini dilakukan dengan tekhnik
steril.

KULTUR DAN SENSITIVITAS URINE :


1. Persiapan alat : bahan
a. Spuit steril 10 cc → 2 buah
b. Alkohol 70 % atau betadin
c. Kassa steril
d. Sarung tangan steril
e. Klem
f. Bengkok

2. Cara kerja :
a. Klem kateter urine 1 jam
b. Cuci tangan dan persiapan alat
c. Gunakan sarung tangan
d. Bersihkan ujung kateter dengan alkohol 70 % atau
betadine
e. Aspirasi urine sebanyak 10 cc dengan spuit steril untuk
bahan kultur
f. Alat – alat dibereskan dan tangan

3. Hal – hal yang harus diperhatikan :


Tindakan ini dilakukan dengan tekhnik
steril

KULTUR DAN SENTIVITAS KATETER CVP


1. Persiapan alat :
a. Sarung tangan steril
b. Alkohol 70 %
c. Spuit steril 10 cc
d. Forceps steril
e. Gunting steril
f. Bengkok
26
27
2. Cara Kerja :
a. Cuci tangan, alat disiapkan
b. Bersihkan kulit disekitar tusukan dan daerah tusukan
dengan alkohol 70 % tidak dengan betadine
c. Tarik kateter dengan forceps steril, hindari ujung kateter
mengenai kulit.
d. Kateter bagian distal ( ujung ) dipotong sepanjang 5 cm
dengan gunting steril dan dimasukkan ke dalam spuit
dan dikirim ke mikrobiologi.

UNIT TERKAIT 1. Instalasi laboratorium


2. Instalasi Farmasi

CHALLENGE TEST

No. Dokumen No. Revisi Halaman

RSUD TGK
ABDULLAH SYAFI’I PT / / / 2021

Tanggal Terbit Disetujui oleh,


Direktur Rumah Sakit Umum Daerah
STANDAR Tgk.Abdullah Syafii
PROSEDUR
OPERASIONAL

dr. ACI ERFIYAN


Pembina / NIP. 19800510 200604 1 013

PENGERTIAN Penambahan cairan extra untuk meningkatkan volume cairan


tubuh / preload yang tidak identik dengan tekanan atrium kanan
sebagai testing atas keadaan hemodinamik.

TUJUAN Untuk mengukur kekurangan / deficit cairan melalui tekanan vena


sentral.
Indikasi :
Hypovolemik oleh karena kehilangan banyak cairan atau darah
atau juga oleh karena pemberian obat – obatan vasodilator.
Kontra indikasi :
 Dekompensasi jantung
 Edema paru ( relatif )
Ada instruksi medis untuk melakukan challenge test.

KEBIJAKAN Memenuhi kebutuhan nutrisi, keseimbangan cairan dan elektrolit.

PROSEDUR PELAKSANAAN 1. Persiapan alat : cairan koloid / kristaloid


2. Cara kerja :
a. Memberikan cairan melalui infus selama 10 menit
b. Bila : CVP < 8 cm H2O → guyur cairan ( RL ) 200 cc
c. Bila : CVP 8 – 14 cm H2O → guyur cairan ( RL )100 cc
d. Bila : CVP > 14 cm H2O → guyur cairan ( RL ) 50 cc

28
3. Hal – hal yang harus diperhatikan :
a.
Bila CVP naik 0 – 2 cm H2O → coba guyur sebanyak
jumlah semula
b.
Bila CVP naik 2 – 5 cm H2O → guyur ½ dosis
c.
Bila CVP naik 5 cm H2O → tidak perlu

UNIT TERKAIT Instalasi Farmasi

KOREKSI ALBUMIN

No. Dokumen No. Revisi Halaman

RSUD TGK
ABDULLAH SYAFI’I PT / / / 2021

Tanggal Terbit Disetujui oleh,


Direktur Rumah Sakit Umum
Daerah Tgk.Abdullah Syafii
STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL
dr. ACI ERFIYAN
Pembina / NIP. 19800510 200604 1 013

PENGERTIAN Menambahkan sejumlah albumin ke dalam tubuh untuk mencapai


kadar normal albumin ke dalam darah ( nilai normal : > 2,5 gr % )

TUJUAN Untuk mengikat dan membawa sari makanan dan kompertemen


yang lain dalam tubuh yang berfungsi untuk mempertahankan
fungsi tubuh / faal tubuh.

KEBIJAKAN Memenuhi kebutuhan pengobatan dan membantu proses


penyembuhan.
Ada instruksi medis tentang pemberian therapy albumin.

PROSEDUR PELAKSANAAN 1. Persiapan


a. Pasien dipasang infus
b. Cairan albumin
c. Jarum udara
2. Cara kerja
a. Cuci tangan kemudian beritahu pasien
b. Cek kondisi dan tanggal kadaluarsa albumin
c. Cairan albumin dipasang dan dihubungkan ke infus set
d. Pasang jarum udara pada tutup botol albumin
e. Atur tetesan infus, kecepatan infus max 2 cc/mnt atau
4 jam/btl.
f. Monitor pasien adanya reaksi alergi pada albumin
g. Rapihkan peralatan dan dokumentasikan tindakan.
3. Hal – hal yang harus diperhatikan
Perhitungan kebutuhan albumin :
( D – A ) ( BW x 40 ) x 2 = x gr
alb 100

29
D : Desired Albumin Level ( Level albumin yang diinginkan )
A : Actual Albumin Level ( Level albumin yang ada )

UNIT TERKAIT Instalasi Farmasi dan Laboratorium

KOREKSI KALIUM

No. Dokumen No. Revisi Halaman


RSUD TGK
ABDULLAH SYAFI’I
PT / / / 2021

Tanggal Terbit Disetujui oleh,


Direktur Rumah Sakit Umum Daerah
Tgk.Abdullah Syafii
STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL
dr. ACI ERFIYAN
Pembina / NIP. 19800510 200604 1 013

PENGERTIAN Memberikan sejumlah kalium ke dalam tubuh untuk mencapai


kadar normal kalium dalam darah ( nilai normal : 3,5 – 5,5
mEq/ml )

TUJUAN Untuk mencegah terjadinya gangguan listrik jantung dan


gangguan sistemik lain.

KEBIJAKAN 1. Memenuhi kebutuhan pengobatan dan membantu proses


penyembuhan
2. Ada Instruksi medis tentang pemberian therapy.

PROSEDUR PELAKSANAAN 1. Hitung kekurangan kalium dengan rumus = Delta K x BB x ⅓


2. Encerkan KCl dalam D5% ( Pengenceran disesuaikan ) atau
jika memakai syringe pump tidak perlu diencerkan.
3. Biarkan KCl dalam cairan D5% drip / dalam syringe pump.
4. Sambungkan selang infus / perfusor yang berisi KCl pada
CVC atau vena besar, hindari pemberian pada vena kecil.
5. Atur kecepatan pemberian max 20 mEq kcl/jam, pemberian
konstan.
6. Apabila defisit > 30 mEq KCl, berikan dalam cairan 150 cc
D5 % selama 2 jam.
7. Monitor nadi, tekanan darah dan cek adanya phlebitis /
terbakarnya vena.
8. Labeling KCl pada infus set / perfusor.
9. Dokumentasikan pemberian dan rapihkan peralatan.

UNIT TERKAIT 1. Instalasi farmasi


2. Instalasi Laboratorium

30
PEMAKAIAN SYRINGE DAN INFUS PUMP

No. Dokumen No. Revisi Halaman

RSUD TGK
ABDULLAH SYAFI’I PT / / / 2021

Tanggal Terbit Disetujui oleh,


Direktur Rumah Sakit Umum Daerah
Tgk.Abdullah Syafii
STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL
dr. ACI ERFIYAN
Pembina / NIP. 19800510 200604 1 013

PENGERTIAN Merupakan alat pengontrol pemberian infuse secara volume yang


menggunakan tekanan positif dalam mengalirkan cairan ke tubuh
pasien ( Non Gravitasi )

TUJUAN Untuk dapat memberikan volume cairan dan dosis obat pada
pasien dengan tepat.
Indikasi :
1. Pemberian cairan atau obat – obatan secara infus dengan
kecepatan yang konstan dan akurat.
2. Memfiltrasi obat – obat / cairan.
3. Pemberian cairan atau obat – obat dalam jumlah yang sangat
kecil.
4. Pemberian infus jangka lama.

KEBIJAKAN Pemenuhan kebutuhan nutrisi, keseimbangan cairan dan elektrolit.

PROSEDUR PELAKSANAAN Cara kerja pemakaian syringe pump :


1. Cek instruksi dokter tentang cairan atau obat – obatan yang
akan diberikan.
2. Cuci tangan.
3. Oplos obat dan tempatkan obat atau cairan pada syringe
ukuran 20, 30, 50 ml sesuai dengan kebutuhan khusus untuk
perfusor Braun gunakan syringe Braun 50 cc.
4. Sambungkan syringe ke tube / selang syringe.
5. Sambungkan perfusor ke sumber listrik.
6. Tekan tombol ON / OFF pada bagian belakang perfusor untuk
menghidupkan alat ( pada layar akan tampak pengaman FT
syringe type printer setelah alat berfungsi )
7. Lepaskan knop putar, letakkan syringe dan kunci knop putar.
8. Sambungkan selang syringe ke jalur intra vena.
9. Tentukan kecepatan pemberian obat / cairan dengan menekan
tombol angka sesuai nilai yang diinginkan, kemudian tekan
tombol START / STOP, kemudian tekan tombol C sampai
tampak nilai 00,0 di layar. Tekan tombol angka untuk
menentukan volume yang akan diberikan kemudian tekan
tombol START / STOP.
10. Untuk mematikan alat tekan tombol ON / OFF.
11. Fungsi – fungsi spesial :

31
♫ Suara alarm yang akan berbunyi selama 2

menit. CC Pakai untuk pengguna external

Gambaran / memberi informasi mengenai cairan


yang telah masuk

Cara kerja pemakaian infus pump :


1. Cek instruksi dokter tentang obat / cairan yang akan
diberikan.
2. Cuci tangan
3. Sambungkan infus set kebotol infus dan isi infus set dengan
cairan tersebut untuk menghilangkan udara kemudian klem
infus set ( gunakan infus set / intravix khusus untuk infus
pump jika menggunakan infusomat Braun ).
4. Buka infus pump, masukkan chamber drop ( bilik tetesan dari
infus set ) kedalam sensor tetesan dari infus pump ( khusus
untuk infusomat braun ).
5. Sambungkan infus pump ke sumber listrik.
6. Gunakan tombol ON / OFF untuk menyalakan alat.
7. Sambungkan set infus ke pasien.
8. Tetapkan kecepatan pemberian tetesan dengan menekan
tombol angka ( lihat nilainya pada layar infus pump )
9. Gunakan tombol start / stop untuk memulai pemberian infus.
10. Jika alarm berbunyi tekan tombol alarm ( ♫ ) yang dapat
berbunyi selama 2 menit.
11. Jika ingin merubah / membatalkan cairan yang akan diberikan
tekan tombol start / stop kemudian tekan tombol C sampai
tampak angka 0000 pada layar atas. Kemudian tekan tombol
untuk menentukan kecepatan pe,berian cairan yang baru.
12. Untuk mematikan alat ini tekan dan tahan tombol ON / OFF.

Fungsi Khusus :
1. Layar bawah yang akan menginformasikan data jika tombol
dibawah ini difungsikan.
2. Tombol ml ( volume ) digunakan untuk memasukkan data
volume cairan yang akan diberikan.
3. Tombol time, digunakan untuk memasukkan data waktu yang
dibutuhkan untuk pemberian cairan, caranya : tekan tombol
time, kemudian tekan tombol angka untuk menentukan waktu
yang dibutuhkan ( Jika waktu yang dibutuhkan 3 jam, 30
menit maka tekan angka 330 sedangkan jika waktu yang
dibutuhkan 1 jam 7 menit maka tekan angka 107 ).
4. Tombol ml/h, digunakan untuk memastikan volume cairan
yang diberikan perjamnya.
5. Tombol fungsi / model khusus, digunakan untuk fungsi :
a. Stand By
b. Seleksi obat
c. Model CC
d. Adanya tekanan karena sumbatan
e. Kontrol tetesan
f. Kapasitas akumulator
g. Mengunci data
UNIT TERKAIT Sijangmed

32
PEMANTAUAN TEKANAN INVASIF

No. Dokumen No. Revisi Halaman


RSUD TGK
ABDULLAH SYAFI’I
PT / / / 2021

Tanggal Terbit Disetujui oleh,


Direktur Rumah Sakit Umum Daerah
Tgk.Abdullah Syafii
STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL
dr. ACI ERFIYAN
Pembina / NIP. 19800510 200604 1 013

PENGERTIAN Pemantauan tekanan invasif adalah pengukuran secara langsung


tekanan darah atau cairan terhadap dinding dari suatu ruangan atau
pembuluh.

TUJUAN Untuk mengukur tekanan dari pasien dan memproduksi signalnya


secara visual pada layar monitor dengan distorsi yang minimal.

KEBIJAKAN Monitoring sesudah menjalani operasi besar dan selama kondisi


kritis.

PROSEDUR PELAKSANAAN Pemantauan arteri secara invasif


Daerah pemasangan kateter arteri :
1. Arteri Radialis
2. Arteri Brakhialis
3. Arteri Femoralis.

Persiapan alat :
1. Tranduser
2. Holter tranduser
3. Monitor tekanan
4. Diafragma dome
5. Flush device
6. Pressure bag
7. Cairan Nacl 0,9 %
8. Cairan anti septik
9. Kapas alkohol
10. Sarung tangan steril
11. Kassa steril
12. Benang, jarum
13. Administration set
14. Manometer line
15. Three Way Stop Cock
16. Kateter angiocath
17. Xylocain 2 %
18. Heparin
19. Spuit 2,5 cc, 1 cc
20. Salep anti septik

33
21. Gunting
22. Plester
23. Spalk
24. Duk steril
25. Bengkok

Langkah – langkah :
1. Kerjakan dengan cara aseptis.
2. Lakukan desinfeksi di daerah pemasangan dengan cairan
antiseptik.
3. Pasang duk steril
4. Anesthesi dengan xylocain 2 %
5. Masukkan dalam arteri secara perkutan, kemudian jarum di
tarik biasanya, keteter terletak 4 – 6 cm dalam arteri.
6. Hubungkan kateter arteri dengan sistem tranduser.
7. Fiksasi kateter kemudian di tutup dengan kassa yang diberi
salep anti septik.

Hal – hal yang perlu diperhatikan :


1. Pantau tekanan arteri setiap jam atau setiap ada perubahan.
2. Ganti sistem tranduser setiap 24 jam
3. Kalibrasi setiap 4 jam atau setiap ada perubahan posisi.
4. Observasi adanya komplikasi.

Komplikasi :
1. Thrombosis
2. Kehilangan darah
3. Emboli udara
4. Infeksi sistemik
5. Spasme arteri
6. Hematom

UNIT TERKAIT Instalasi farmasi.

PEREKAMAN EKG

No. Dokumen No. Revisi Halaman

RSUD TGK
ABDULLAH SYAFI’I PT / / / 2021

Tanggal Terbit Disetujui oleh,


Direktur Rumah Sakit Umum Daerah
Tgk.Abdullah Syafii
STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL

dr. ACI ERFIYAN


Pembina / NIP. 19800510 200604 1 013

PENGERTIAN Suatu tindakan merekam perubahan potensial listrik jantung


dengan menggunakan alat elektrokardiograf.

34
TUJUAN Dengan EKG dapat diketahui :
1. Penyakit jantung koroner.
2. Gangguan irama jantung / aritmia.
3. Hipertropy dari atrium dan ventrikel
4. Gangguan elektrolit ( hipokalemia dan hiperkalemia )
5. Efek obat jantung ( digitalis )

KEBIJAKAN Pemenuhan kebutuhan pengobatan dan membantu proses


penyembuhan.

PROSEDUR PELAKSANAAN Persiapan penderita :


1. Penerangan tujuan pemeriksaan.
2. Reaksi selama pemeriksaan :
a. Hindari gerakan – gerakan anggota tubuh.
b. Tidak diajak bicara.
3. Persiapan sebelum pencatatan.
Kulit dibersihkan dari lemak dan rambut.

Persiapan alat :
1. Mesin EKG.
2. Kertas Grafik / Kertas EKG.
3. Plat ekstremitas elektrode
4. Jelly
5. Tissue
6. Tempat tidur
7. Pena / spidol

Cara kerja :
1. Cuci tangan
2. Siapkan peralatan dan lingkungan, jaga privasi pasien.
3. Jelaskan prosedur pada pasien
4. Instruksikan pasien tidur refleks ( tangan, tungkai tidak
bersentuhan )
5. Instruksikan pasien tidak menyentuh tepi tempat tidur.
6. Pasang flat dan elektroda pada dada pasien dengan ketentuan :
a. Kabel merah ( R ) : Pasang di tangan kanan ( RA )
b. Kabel kuning ( K ) : Pasang di tangan kiri ( LA )
c. Kabel hijau ( F ) : Pasang di tungkai kiri ( RL ), kabel
dapat dipasang lain bila ada petunjuk khusus dari alat
EKG yang di pakai.
d. Kabel hitam ( G ) : Pasang ditungkai kanan (Grounding)
e. V1 : Ruang Intercostal IV garis sternal kanan.
f. V2 : Ruang Intercostal IV garis sternal kiri.
g. V3 : Di tengah antara V2 dan V4
h. V4 : Ruang Intercostal V garis mid clavícula.
i. V5 : Setinggi V4 garis axila depan kiri.
j. V6 : Setinggi V4 garis axila tengah kiri.
k. V7 : Setinggi V4 axila belakang kiri.
l. V8 : Setinggi V4 garis spacula kiri
m. V9 : Setinggi V4 garis columna vertebra kiri.
n. V3R : Sama seperti V3 tapi sebelah kanan.
7. Mesin di ON kan : untuk pemanasan
8. Mulai kalibrasi.
9. Pilih lead selector diputar pada hantaran : I, II, III, Arf, Avf,
VI sampai V6 min direkam 3 – 4 QRS kompleks.
10. Setelah selesai kalibrasi kembali.
11. Lepaskan kabel dan electrode dari tubuh pasien bersihkan
tubuh pasien dari jeli / air.

35
12. Jika perlu : voltage diperkecil atau diperbesar ( beri tanda
sebelum dan sesudahnya dengan kalibrasi )
13. Beri :
a. Nama lead masing – masing.
b. Nama pasien
c. Tanggal dan jam pembuatan.
d. Nama pembuat perekaman.
14. Rapihkan peralatan dan dokumentasikan tindakan.

UNIT TERKAIT 1. Instalasi farmasi


2. Sijangmed.

KOREKSI Na BIKARBONAT

No. Dokumen No. Revisi Halaman


RSUD TGK
ABDULLAH SYAFI’I
PT / / / 2021

Tanggal Terbit Disetujui oleh,


Direktur Rumah Sakit Umum
Daerah Tgk.Abdullah Syafii
STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL

dr. ACI ERFIYAN


Pembina / NIP. 19800510 200604 1 013

PENGERTIAN Menambah sejumlah Na Bikarbonat ke dalam tubuh untuk


mencapai nilai normal Na Bikarbonat dalam darah. Nilai normal =
22 – 26

TUJUAN Untuk memperbaiki keseimbangan asam basa dalam darah.

KEBIJAKAN 1. Memenuhi kebutuhan pengobatan dan membantu proses


penyembuhan.
2. Ada instruksi dari medis tentang pemberian therapi.

PROSEDUR PELAKSANAAN 1. Hitung kekurangan buffer tubuh dengan rumus = 1/3 x BB X


BE ( base defisit ).
2. Berikan setengah dosis atau sesuai instruksi dokter ( dosis
maksimal dewasa 100 mEq/ hari )
3. Jika Na Bikarbonat dalam kemasan 25 cc = 25 mEq, sedot
obat tersebut dengan spuit sesuai dengan jumlah yang
dikehendaki kemudian campurkan dengan cairan pengencer
dalam plabot atau masukkan dalam botol / plabot steril tanpa
pengenceran.
4. Jika obat dalam kemasan botol siap pakai ( produk 100 cc =
100 mEq ) cek dan tentukan jumlah yang akan diberikan.
5. Sambungkan kemasan obat dengan CVC atau vena besar.
6. Atur tetesan pemberian, berikan minimal dalam waktu 30

36
menit dan tidak dibolus.
7. Monitor tensi, nadi, pernafasan sert akeadaan pasien secara
keseluruhan.
8. Dokumentasikan pemberian obat dan rapikan peralatan.

UNIT TERKAIT 1. Instalasi farmasi.


2. Laboratorium.

PEMBERIAN DOPAMIN

No. Dokumen No. Revisi Halaman


RSUD TGK
ABDULLAH SYAFI’I PT / / / 2021

Tanggal Terbit Disetujui oleh,


Direktur Rumah Sakit Umum
STANDAR Daerah Tgk.Abdullah Syafii
PROSEDUR
OPERASIONAL

dr. ACI ERFIYAN


Pembina / NIP. 19800510 200604 1 013

PENGERTIAN Suatu pemberian obat dopamine dengan dosis tertentu dengan


menggunakan syringe pump.

TUJUAN 1. Untuk meningkatkan kekuatan kontraklitit otot jantung


( inotropik jantung )
2. Memperbaiki fungsi ginjal.

KEBIJAKAN Ada instruksi medis tentang pemberian therapy dopamine.


PROSEDUR PELAKSANAAN Persiapan alat :
1. Obat dopamine 200 mg
2. Spuit 50 cc : 2
3. Extention tube 1
4. D5% RL atau Nacl
5. Syringe pump
Cara kerja :
1. Cek instruksi dokter dan konfersikan kebutuhan pasien dalam
hitungan ml/jam
2. Sambungkan infus set / selang perfusor dengan CVP atau
vena besar.
3. Labeling dan tempelkan perhitungan dosis pada infus /
perfusor.
4. Monitor hemodinamik pasien.
5. Dokumentasikan tindakan dan rapihkan peralatan pasien.
6.
Nama Pasien : ............................. Nama Pasien : .............................
BB.........................................Kg BB.........................................Kg
DOPAMIN 200 mg / 50 cc DOPAMIN 400 mg / 50 cc
1 cc = 200 mg/50 = 4 mg = 4000 mcg 1 cc = 400 mg/50 = 8 mg = 8000 mcg

37
Dosis =..............Meg / KgBB / Menit Dosis =..............Meg / KgBB / Menit
1 meg = 1 x BB X 60 =..............cc / jam 1 meg = 1 x BB X 60 =..............cc / jam
4000 8000
2 meg =....................................cc / jam 2 meg =....................................cc / jam
3 meg =....................................cc / jam 3 meg =....................................cc / jam
4 meg =....................................cc / jam 4 meg =....................................cc / jam
5 meg =....................................cc / jam 5 meg =....................................cc / jam
6 meg =....................................cc / jam 6 meg =....................................cc / jam
7 meg =....................................cc / jam 7 meg =....................................cc / jam
8 meg =....................................cc / jam 8 meg =....................................cc / jam
9 meg =....................................cc / jam 9 meg =....................................cc / jam
10 meg =....................................cc / jam 10 meg =....................................cc / jam

TTD TTD

UNIT TERKAIT 1. Instalasi Farmasi.


2. Sijangmed

PEMBERIAN DOBUTAMIN

No. Dokumen No. Revisi Halaman


RSUD TGK
ABDULLAH SYAFI’I
PT / / / 2021

Tanggal Terbit Disetujui oleh,


Direktur Rumah Sakit Umum Daerah
Tgk.Abdullah Syafii
STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL
dr. ACI ERFIYAN
Pembina / NIP. 19800510 200604 1 013

PENGERTIAN Suatu pemberian obat dobutamine dengan dosis tertentu dengan


menggunakan syringe pump.
TUJUAN 1. Untuk meningkatkan kekuatan kontraklitas otot jantung
( inotropik jantung )
2. Memperbaiki fungsi ginjal.
KEBIJAKAN 1. Memenuhi kebutuhan pengobatan dan membantu proses
penyembuhan.
2. Ada instruksi medis tentang pemberian therapy dobutamin.

PROSEDUR PELAKSANAAN Persiapan alat :


1. Obat dobutamin 250 mg
2. Spuit 50 cc : 2
3. Extention tube 1
4. D5% RL atau Nacl
5. Syringe pump
Cara kerja :
1. Cek instruksi dokter dan konfersikan kebutuhan pasien dalam
hitungan ml atau tetesan.
2. Sambungkan infus set / selang perfusor dengan CVP atau
vena besar.
3. Labeling dan tempelkan perhitungan dosis pada infus /
perfusor.

38
4. Monitor hemodinamik pasien.
5. Dokumentasikan tindakan dan rapihkan peralatan pasien.
Nama Pasien : ............................. Nama Pasien : .............................
BB : .......................Kg BB.........................................Kg
DOBUTAMIN 250 mg / 50 cc DOBUTAMIN 500 mg / 50 cc
1 cc = 250 mg/50 = 5 mg = 5000 mcg 1 cc = 500 mg/50 = 10 mg = 10000 mcg
Dosis = ............. Meg / KgBB / Menit Dosis =..............Meg / KgBB / Menit
1 meg = 1 x BB X 60 = ........... cc / jam 1 meg = 1 x BB X 60 =..............cc / jam
4000 8000
2 meg = ............cc / jam 2 meg =....................................cc / jam
3 meg = ............cc / jam 3 meg =....................................cc / jam
4 meg = ............cc / jam 4 meg =....................................cc / jam
5 meg = ............cc / jam 5 meg =....................................cc / jam
6 meg = ............cc / jam 6 meg =....................................cc / jam
7 meg = ............cc / jam 7 meg =....................................cc / jam
8 meg = ............cc / jam 8 meg =....................................cc / jam
9 meg = ............cc / jam 9 meg =....................................cc / jam
10 meg = ............cc / jam 10 meg =....................................cc / jam

TTD TTD

UNIT TERKAIT 1. Instalasi Farmasi.


2. Sijangmed

No. Dokumen No. Revisi Halaman

PT / / / 2008 1 1/1
RSUD TGK
ABDULLAH SYAFI’I

Tanggal Terbit Disetujui oleh,


Direktur Rumah Sakit Umum
Daerah Tgk.Abdullah Syafii
STANDAR
April 2008
PROSEDUR
OPERASIONAL

dr. ACI ERFIYAN


Pembina / NIP. 19800510 200604 1 013

PENGERTIAN Suatu pemberian obat adrenalin dengan dosis tertentu dengan


menggunakan syringe pump.
TUJUAN 1. Untuk meningkatkan retensi vascular.
2. Untuk meningkatkan kontraktilitas jantung.
KEBIJAKAN 1. Memenuhi kebutuhan pengobatan dan membantu proses
penyembuhan.
2. Ada instruksi medis tentang pemberian therapy adrenalin.

PROSEDUR PELAKSANAAN Persiapan alat :


1. Obat adrenalin 1 mg / ampul, diperlukan 4 ampul.
2. Spuit 50 cc : 2
3. Extention tube 1
4. D5% RL atau Nacl
5. Syringe pump

Cara kerja :
1. Cek instruksi dokter dan konfersikan kebutuhan pasien dalam

39
hitungan ml /jam.
2. Sambungkan infus set / selang perfusor dengan CVP atau
vena besar.
3. Labeling dan tempelkan perhitungan dosis pada infus /
perfusor.
4. Monitor hemodinamik pasien.
5. Dokumentasikan tindakan dan rapihkan peralatan pasien
Nama Pasien : ............................. Nama Pasien : .............................
BB : .......................Kg BB.........................................Kg
ADRENALIN 4 mg / 50 cc ADRENALIN 8 mg / 50 cc
1 cc = 4 mg/ 50 = 80 mcg 1 cc = 4 mg/ 50 = 80 mcg
Dosis = ............. Meg / KgBB / Menit Dosis =..............Meg / KgBB / Menit
0,1 meg = 0,1 x BB X 60 = ....... cc / jam 0,1 meg = 0,1 x BB X 60 =.........cc / jam
80 160
0,2 meg = ............cc / jam 0,2 meg =..................................cc / jam
0,3 meg = ............cc / jam 0,3 meg =..................................cc / jam
0,4 meg = ............cc / jam 0,4 meg =..................................cc / jam
0,5 meg = ............cc / jam 0,5 meg =..................................cc / jam
0,6 meg = ............cc / jam 0,6 meg =..................................cc / jam
0,7 meg = ............cc / jam 0,7 meg =..................................cc / jam
0,8 meg = ............cc / jam 0,8 meg =..................................cc / jam
0,9 meg = ............cc / jam 0,9 meg =..................................cc / jam
1 meg = ............cc / jam 1 meg =..................................cc / jam

TTD TTD

UNIT TERKAIT 1. Instalasi Farmasi.


2. Sijangmed

UJI AIR

No. Dokumen No. Revisi Halaman

RSUD TGK
ABDULLAH SYAFI’I PT / / / 2021

Tanggal Terbit Disetujui oleh,


Direktur Rumah Sakit Umum Daerah
Tgk.Abdullah Syafii
STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL
dr. ACI ERFIYAN
Pembina / NIP. 19800510 200604 1 013

PENGERTIAN Uji air adalah suatu test absorbsi terhadap gastro intestinal

TUJUAN Untuk mengetahui fungsi absorbsi dan peristaltik usus, indikasi :


1. Pada penderita dengan penurunan kesadaran.
2. Pada penderita setelah di puasakan pada waktu tertentu.
3. Pada penderita yang sesudah dilakukan tindakan operasi.
4. Pada penderita yang terpasang ventilasi mekanik invasif.

KEBIJAKAN Memenuhi kebutuhan nutrisi, keseimbangan cairan dan elektolit.

PROSEDUR PELAKSANAAN Persiapan :


1. NGT

40
2. Spuit 50 cc
3. Air putih ( Dextrose 5 % )
4. Lap Makan

Langkah – langkah :
1. Cek posisi NGT
2. Aspirasi isi lambung
3. Berikan pada :
a. Jam I → 30 ml air putih ( Dextrose 5 % )
b. Jam II → 30 ml air putih ( Dextrose 5 % )
c. Jam III → 30 ml air putih ( Dextrose 5 % )
d. Jam IV → 30 ml air putih ( Dextrose 5 % )
4. - Klem NGT, tunggu 1 jam – aspirasi, bila jumlah residu
> 60 ml, tunda enteral, jika Jumlah residu < 60 ml coba
enteral 25 ml / jam selama 4 jam.
- Klem NGT, tunggu 1 jam – aspirasi, bila = cairan aspirasi
> 50 ml, stop enteral. Jika cairan aspirasi < 50 ml, teruskan
enteral.
5. Tingkatkan enteral sesuai kebutuhan.

UNIT TERKAIT 1. Instalasi gizi


2. Instalasi farmasi.

ASISTENSI PEMASANGAN CVC dan


PEMANTAUAN CVP

No. Dokumen No. Revisi Halaman


RSUD TGK
ABDULLAH SYAFI’I
PT / / / 2021

Tanggal Terbit Disetujui oleh,


Direktur Rumah Sakit Umum
Daerah Tgk.Abdullah Syafii
STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL
dr. ACI ERFIYAN
Pembina / NIP. 19800510 200604 1 013

PENGERTIAN Suatu tindakan pemasangan kateter vena sentral dan pengukuran


tekanan darah di atrium kanan atau vena kava dengan
menggunakan kateter vena. Tekanan vena sentra diukur dalam cm
H2O dengan menggunakan manometer air atau dalam mmHg
dengan memakai tranduser tekanan.
Nilai normal CVP ( nafas spontan ) :
-
4 s/d 15 cm H2O
-
3 s/d 11 mmHg

TUJUAN Untuk mengetahui secara tidak langsung keadaan :


1. Hypovolemik
2. Hypervolemik
3. Gagal jantung

41
4. Tamponade jantung

Indikasi :
1. Mengukur tekanan darah di atrium kanan / vena kava.
2. Parameter volume darah / cairan.
3. Efektivitas jantung sebagai pompa.
4. Keadaan tonus pembuluh darah.

KEBIJAKAN Memenuhi kebutuhan nutrisi, keseimbangan cairan dan elektrolit.

PROSEDUR PELAKSANAAN Persiapan


Daerah pemasangan :
1. Vena jugularis
2. Vena subklavia
3. Vena femoralis
4. Vena antekubital / brakhialis

Persiapan alat
Untuk pemasangan :
1. Kateter ukuran sesuai daerah pemasangan.
2. Cairan Nacl 0,9 %
3. Infus set
4. Xylocain 2 %
5. Spuit 2,5 cc, 20 cc
6. Cairan antiseptik
7. Kapas alkohol
8. Kassa steril
9. Duk steril
10. Gunting
11. Standar cairan
12. CVP monometer
13. Three way stopcock
14. Masker, sarung tangan
15. Benang steril dan jarum
16. Bila memakai sistem tranduser siapkan : monitor, tranduser,
manometer line, pressure bag
17. Bengkok

Untuk pencabutan :
1. Gunting
2. Pinset anatomi
3. Pinset chirrugi
4. Kassa steril
5. Kassa alkohol
6. Plester
7. Sarung tangan steril
8. Bak instrumen
9. Bengkok

Langkah – langkah pemasangan CVC :


1. Prosedur dikerjakan dengan tekhnik aseptic setelah dokter
memakai sarung tangan, bersihkan lokasi penusukan dengan
cairan antiseptic.
2. Lakukan lokal anestesi, pasang duk lubang steril.
3. Kepala pasien dimiringkan ke arah yang berlawanan.
4. Dokter melakukan pungsi vena.
5. Jarum intraduser dicabut dan hubungkan kateter dengan
cairan dan infus set.
6. Perhatikan tanda perdarahan selama pemasangan.

42
7. Fikasasi, tutup kassa steril dan salep → tutup dengan plester
hypavik.
8. Foto thorak untuk mengetahui posisi kateter.

Langkah – langkah pemantauan CVP :


1. Posisi pasien terlentang, tentukan titik nol dengan membuat
garis setinggi atrium kanan yaitu garis mid axillaries daerah
intercosta ke – 5 atau kurang lebih 5 cm dibawah sternum,
kemudian samakan garis atrium kanan dengan titik nol pada
manometer dengan water ring.
2. Isi manometer dengan cairan Nacl 0,9 % sambil membuka
three way stopcock ke pasien dibuka.
3. Nilai CVP diambil pada keadaan cairan dalam manometer
stabil, sambil memperhatikan fluktuasi cairan manometer.
4. Undulasi fluktuasi cairan dalam manometer dipengaruhi
irama penafasan.
5. Perubahan nilai CVP harus di interprestasikan sesuai dengan
gambaran klinis pasien.
6. Kalibrasi setiap 4 jam atau setiap perubahan posisi pasien.

Hal – hal yang harus diperhatikan :


1. Pneumothoraks / hemathoraks
2. Dysritmia
3. Infeksi
4. Emboli udara
5. Thrombophlebitis
6. Tamponade pericard
7. Lesi saraf

UNIT TERKAIT 1. Instalasi farmasi


2. Instalasi radiologi

PENGISIAN DOKUMENTASI MONITORING HARIAN


( FLOW SHEET )

No. Dokumen No. Revisi Halaman


RSUD TGK
ABDULLAH SYAFI’I
PT / / / 2021

Tanggal Terbit Disetujui oleh,


Direktur Rumah Sakit Umum Daerah
Tgk.Abdullah Syafii
STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL
dr. ACI ERFIYAN
Pembina / NIP. 19800510 200604 1 013

PENGERTIAN Bagian dari clinical record ( rekam medis ), merupakan kumpulan


data komprehensif yang menggambarkan kondisi pasien,
kebutuhan perawatan, pelayanan kesehatan yang diberikan dan

43
respon terhadap perawatan.

TUJUAN 1. Sarana komunikasi bagi semua staf di ICU


2. Legal proteksi bagi rumah sakit
3. Media pembelajaran bagi staf dan peserta didik di ICU
4. Dasar pemberi asuhan dan pendidikan bagi pasien dan
keluarga.
5. Salah satu data kendali mutu dan penelitian.
6. Sebagai dasar perhitungan biaya.

KEBIJAKAN Memenuhi kebutuhan keamanan.

PROSEDUR PELAKSANAAN 1. a. Masuk : di isi tanggal pasien masuk ke ICU


b. Dari : di isi bangsal / instalasi asal pasien sebelum masuk
ke ICU
c. Keluar : di isi tanggal pasien keluar dari ICU
d. Ke : di isi bangsal / instalasi dipasien dipindah dari ICU.

2. Identitas
a. No. Dok. Med : di isi rekam medik pasien ( No. RM )
b. Tanggal : di isi tanggal saat instruksi harian dibuat.
c. Nama : di isi nama pasien.
d. Umur : di isi umur pasien dalam tahun / bulan atau hari.
e. Diagnosa : di isi diagnosa medis saat masuk dan selama di
ICU.
f. Hari ke : di isi hari keberapa pasien di rawat di ICU
dihitung mulai pasien masuk IRI.
g. Dr. ICU : di isi dokter yang merawat dan bertanggung
jawab di ICU.

3. Intake
a. Enternal : di isi jenis makanan, jumlah dan cara pemberian
/ 24 jam
b. Volume : di isi volume enteral ( cc ) dalam 24 jam
c. Kalori : di isi total kalori dari karbohidrat dan lemak yang
terkandung dalam diit enteral.
d. Protein : di isi jumlah protein yang terkandung dalam diit
enteral.
e. Parenteral : di isi jenis, jumlah dan cara pemberian nutrisi
parenteral dalam 24 jam.
f. Volume : di isi volume parenteral ( cc ) dalam 24 jam.
g. Kalori : di isi total kalori dari karbohidrat dan lemak yang
terkandung dalam nutrisi parenteral.
h. Protein : di isi jumlah gram protein yang terkandung
dalam nutrisi parenteral.

4. Pola ventilasi, di isi jenis ventilasi pasien, yaitu :


a. Spontan tanpa / dengan oksigen binasal / NRM / RM
beserta alirannya.
b. Alat bantu ( ventilasi mekanik ) : jika menggunakan
ventilasi mekanik ( ventilator ) harus dituliskan mode
yang digunakan dan FiO2.
c. Ventilator : di isi merk dan seri ventilator yang digunakan,
misalkan : Servo 900 C.

5. Obat
a. Enteral / lain – lain : di isi nama, dosis, cara dan jadwal
pemberian obat dalam 24 jam.
b. Parenteral : di isi nama, dosis, cara dan jadwal pemberian

44
obat dalam 24 jam.

6. Laboratorium dan foto thorax : di isi jenis pemeriksaan


laboratorium dan rontgen thorax yang di programkan pada
hari tersebut.

7. Lain – lain : di isi instruksi dokter yang tidak terprogram


sebelumnya, misalkan fisiotherapi, brain protection, drassing,
balance cairan negatif atau positif.

8. Jam : jelas

9. SSP ( Susunan Saraf Pusat )


a. Kes : di isi kesadaran pasien secara kualitatif ( compos
mentis / cm, somnolen, apatis, soporous coma, coma )
b. Pupil : kolom ini diganti menjadi pengisian kesadaran
GCS ( Kualitatif ).
c. Ref : di isi ukuran pupil dalam bentuk gambar lingkaran
atau besar pupil dalam cm serta refleksi pupil terhadap
cahaya ( - / + / ± - / lambat / cepat ).
d. GCS :
NILAI
1) Buka mata ( E )
a) Spontan 4
b) Respon perintah lisan 3
c) Respon rangsang sakit 2
d) Tidak ada respon 1
2) Respon motorik terbaik ( M )
a) Sesuai perintah 6
b) Terlokasi pada sakit 5
c) Menarik terhadap rangsang sakit 4
d) Fleksi abnormal 3
e) Respon ekstensor 2
f) Tidak respon
UNIT TERKAIT Rawat inap

45
46

Anda mungkin juga menyukai