Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

OSTEOPOROSIS

OLEH

dr. FITRIA ERVINA


NIP. 19800417 201001 2 020

UPTD PUSKESMAS JEULINGKE


KOTA BANDA ACEH
TAHUN 2021

i
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ilmiah tentang Osteoporosis.
Makalah ilmiah ini telah saya susun dengan maksimal dan mendapatkan
bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah
ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang
telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca
agar kami dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.
   Akhir kata kami berharap semoga makalah ilmiah ini dapat memberikan
manfaatnya untuk masyarakan ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi
terhadap pembaca.

Sigli, 23 Desember 2021

dr.Fitria Ervina
Nip. 19800417 201001 2 020

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................
ii
DAFTAR ISI...............................................................................................................
iii
BAB I PENDAHULUAN ..........................................................................................
1
1.1 Latar belakang.................................................................................................
1
1.2 Tujuan.............................................................................................................
4
1.3 Manfaat penelitian..........................................................................................
4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA………………………………………...................
6
2.1.1 Pengertian Osteoporosis..............................................................................
6
2.1.2 Klasifikasi Dan Jenis Osteoporosis.............................................................
7
2.1.3 Patogenesis Osteoporosis............................................................................
9
2.1.4 Gejala Dan Tanda-Tanda Osteoporosis.......................................................
9
2.1.5 Faktor-Faktor Pemicu Osteoporosis............................................................
10
2.1.6 Penanganan dan pencegahan osteoporosis..................................................
13
BAB III. KESIMPULAN...........................................................................................
16

iii
DAFTAR PUSTAKA

iv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kesehatan adalah tanggung jawab bersama dari setiap individu,

masyarakat, pemeritah, dan swasta. Apapun peran peran yang dimainkan oleh

pemerintah, tanpa kesadaran individu dan masyarakat untuk secara mandiri

menjaga kesehatan mereka, hanya sedikit tujuan yang akan dicapai. Perilaku

yang sehat dan kemampuan masyarakat untuk memilih dan mendapatkan

pelayanan kesehatan yang bermutu sangat menentukan keberhasilan

pembangunan kesehatan.Oleh karena itu, salah satu upaya kesehatan pokok

atau misi sektor kesehatan adalah mendorong masyarakat untuk hidup sehat

(Syafrudin, 2009).

Penyelenggaraan upaya kesehatan dilaksanakan secara menyeluruh,

terpadu dan berkesinambungan melalui upaya peningkatan kesehatan,

pencegahan penyakit, penyembuhan penyakit dan pemulihan

kesehatan.Kemajuan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi,

seiring dengan peningkatan penderita penyakit degeneratif yang semakin

meningkat termasuk penyakit osteoporosis.(Gordon, 2007).

Osteoporosis adalah suatu kondisi berkurangnya massa tulang secara

nyata yang berakibat pada rendahnya kepadatan tulang. Osteoporosis datang

tidak terduga, baru jika tulang sudah keropos, patah tulang mendadak

langsung menjadi gejala yang dikeluhkan. Orang-orang acap kali tidak tahu

1
bahwa mereka menderita osteoporosis sampai ketika tulang mereka

sedemikian lemah, regangan tubuh yang mendadak, persinggungan, atau pun

jatuh menyebabkan pata tulang (Hartono, 2004).

Menurut WHO, osteoporosis menduduki peringkat kedua, di bawah

penyakit jantung sebagai masalah kesehatan utama dunia.sementara itu, satu

dari tiga wanita dan satu dari 9 pria berusia 80 akan mengalami patah tulang

pinggul sebagai akibat osteoporosis. Menurut data dari International

Osteoporosis Foundation, lebih dari 30% wanita di seluruh dunia mengalami

resiko seumur hidup untuk patah tulang akibat osteoporosis, bahkan

mendekati 40%. Sedangkan pada pria, resikonya berada pada angka

13%.Sekitar 35% pasien patah tulang pinggul berusia 50 tahun keatas,

meninggal dalam waktu satu tahun karena komplikasi medis akibat patah

tulang tersebut.Sedangkan angkat kematian akibat patah tulang belakang,

mencapai 20%.(Widodo, 2012).

Prevalensi osteoporosis di Indonesia untuk umur kurang dari 70 tahun

untuk wanita sebanyak 18-36%, sedangkan pria 20-27%, untuk umur di atas

70 tahun untuk wanita 53,6%, pria 38%.Dua dari lima orang Indonesia

memiliki risiko terkena penyakit osteoporosis. Jumlah penderita

osteoporosis di Indonesia jauh lebih besar dari data terakhir Depkes, yang

mematok angka 19,7% dari seluruh penduduk dengan alasan perokok di

negeri ini urutan ke-2 dunia setelah China (Rahmi, Yusuf 2009)

Osteoporosis disebabkan oleh perubahan masa tulang selama hidup,

mulai terjadinya pengurangan massa tulang sesuai dengan pertambahan usia.

2
Pada usia 40-45 tahun, baik laki-laki maupun perempuan mulai terjadi

penipisan massa tulang penyusutannya berkisar 0,3-0,5% per tahun. Seiring

turunnya kadar hormone estrogen yang erjadi secara fisiologis pada

perempuan maka kehilangan akan meningkat menjadi 2-3% pertahun yang

dimulai sejak premenopause dan akan berlangsung sampai 5 -10 tahun setelah

menopause (Mangoenprassodjo, 2005).

Faktor-faktor pemicu terjadinya osteoporosis adalah jenis kelamin,

pertambahan usia, ras, struktur tulang, telapak kaki datar (flat feet), sejarah

keluarga dan pribadi, berat badan rendah, ruas tulang belakang membengkok

ke samping (skoliosis), kekurangan hormone estrogen dan testoteron, diet

ketat, menderita penyakit kronis, makanan kurang kalsium dan vitamin D,

pemakai (perokok, alkohol, kopi, garam, dan minum-minuman), asupan

protein berlebihan, penggunaan obat-obatan steroid, dan gaya hidup inaktif

(Mangoenprassodjo, 2005).

Sekitar 80% penderita Osteoporosis adalah perempuan. Hal ini

disebabkan massa tulang puncaknya yang lebih rendah dan kehilangan massa

tulangnya yang lebih cepat setelah menopause (Mangoenprassodjo, 2005).

Pramono (1998; dalam Kasdu 2004) mengatakan osteoporosis sering

ditemukan pada lansia berusia 75 sampai 78 tahun dan pada golongan ini

wanita 2 kali lebih banyak dibandingkan pria. Secara komulatif, selama

hidupnya wanita akan mengalami kehilangan 40-50% massa

tulangnya,sedangkan pria hanya kehilangan sebanyak 20-30%. Dengan

demikian, wanita lebih berisiko menderita osteoporosis dan patah tulang.

3
Pencegahan sejak dini sebetulnya tidak sulit dijalankan, salah satunya

dengan memperhatikan asupan kalsium sejak muda, menghindari rokok,

alcohol, dan konsumsi kopi secara berlebihan secara dapat mengganggu

pembentukan tulang. Gaya hidup yang baik merupakan kunci untuk

menghindari tulang keropos, Olah raga yang teratur dapat

merangsangosteoblas (sel pembentuk tulang) untuk membentuk jaringan

tulang yamg kokoh. Perempuan yang rajin berolahraga seperti latihan beban,

jalan kaki, berenang, aerobic, dan berdansa jauh sebelum usia menopause

terbukti lebih kokoh tulangnya (Mangoenprassodjo, 2005)

1.2 Tujuan Makalah

1.2.1 Untuk mengetahui pengertian osteoporosis

1.2.2 Untuk mengetahui Klasifikasi Dan Jenis Osteoporosis

1.2.3 Untuk mengetahui Patogenesis Osteoporosis

1.2.4 Untuk mengetahui Gejala Dan Tanda-Tanda Osteoporosis

1.2.5 Untuk mengetahui Faktor-Faktor Pemicu Osteoporosis

1.2.6 Untuk mengetahui Penanganan dan pencegahan osteoporosis

1.3 Manfaat Makalah

1.3.2 Dapat mengetahui pengertian osteoporosis

1.3.3 Dapat mengetahui Klasifikasi Dan Jenis Osteoporosis

1.3.4 Dapat mengetahui PatogenesisOsteoporosis

1.3.5 Dapat mengetahui Gejala Dan Tanda-Tanda Osteoporosis

1.3.6 Dapat mengetahui Faktor-Faktor Pemicu Osteoporosis

1.3.7 Dapat mengetahui Penanganan dan pencegahan osteoporosis

4
BAB II

TINJAUAN PERPUSTAKAAN

2.1 Konsep Osteoporosis

2.1.1 Definisi

Osteoporosis adalah suatu kondisi berkurangnya massa tulang secara

nyata dan berakibat pada rendahnya kepadatan tulang. Osteoporosis datang

tidak terduga, baru jika tulang sudah keropos, patah tulang dadakan

langsung menjadi gejala yang dikeluhkan (Hartono, 2004).

Osteoporosis adalah kelainan dimana terjadi penurunan massa tulang

total. Terdapat perubahan pergantian tulang homeostasis normal, kecepatan

resorpsi tulang tulang lebih besar dari kecepatan pembentukan tulang,

megakibatkan penurunan massa tulang. Tulang secara progesif menjadi

porus, rapuh, dan mudah patah, tulang menjadi mudah fraktur dengan stress

yangtidak akan menimbulkan pengaruh pada tulang normal. Osteoporosis

sering mengakibatkan fraktur kompresi veterbra torekalis dan lumbalis ,

faktur daerah kolum femoris dan daerah trokhanter, dan patah tulang Colles

pada pergelangan tangan. Fraktur kompresi ganda vertebra mengakibatkan

deformitas skelet (Brunner, Suddart 2002).

Osteoporosis adalah penyakit tulang sistemik yang ditandai dengan

rendahnya masa tulang dan terjadinya perubahan mikroarsitektur jaringan

tulang sehingga tulang menjadi rapuh dan mudah patah.Osteoporosis yang

merupakan penyakit metabolic tulang tersebut juga rapuh atau tulang

5
keropos.Penyakit ini merupakan salah satu masalah kesehatan yang sering

dialami oleh perempuan setelah menopause (Mangoenprasodjo, 2005).

2.1.2 Klasifikasi Dan Jenis Osteoporosis

Osteoporosis dapat dibagi kedalam dua kelompok, yaitu

osteoporosis primer dan osteoporosis sekunder.

a. Osteoporosis Primer

Osteoporosis primer dapat timbul tanpa keadaan yang mendasari

(secara tiba-tiba).Osteoporosis primer bisa terjadi pada laki-laki

maupun perempuan segala usia. Namun lebih sering terjadi pada

perempuan menopause, sedangkan pada laki-laki terjadi di usia tua

yang lebih tua. Osteopororsis primer bibagi kedalam tiga tipe yaitu

1) Osteoporosis Pasca Menopause

Osteoporosis ini timbul setelah haid berhenti (Menupause)

sehingga akibat rendah nya hormone estrogen. Tipe ini terjadi pada

usia 55-70 tahun. Perlu diketahui bahwa masa premenupause (haid

berkurangdan tidak beraturan) mulai umur 45 tahun, masa

menupause sekitar umur 50 tahun, 55-70 tahun, perempuan lebih

banyak terkena osteoporosis daripada laki-laki dengan ratio 6:1.

Pengurangan massa tulang terutama di trabekular. Fraktur yang

terjadi biasanya di ruas tulang belakang dan pergelangan tangan

(radius distal) (Mangoenprasodjo, 2005).

6
2) Osteoporosis Senilis

Osteoporosis ini timbul pada usia lanjut dengan usia berkisar

70-85 tahun. Perempuan resikonya 2 kali lebih besar daripada laki-

laki.Massa tulang berkurang di daerah korteks dan trabekular.Fraktur

biasanya terjadi di ruas tulang belakang, bagian leher tulang paha,

dan tulang panjang lainya (seperti tulang lengan bawah dan tulang

tungkai bawah). Pada laki-laki timbulnya osteoporosis lebih lambat

kerena penurunan hormone seks yang lebih lambat dan desintas

puncak tulang yang dicapainya pun lebih tinggi dari pada

perempuan (Mangoenprasodjo, 2005).

3) Idiopatik

Kasus osteoporosis didapati pada wanita dan pria dalam usia

yang relatife muda. Penyebab pasti hingga kini tidak diketahui

secara pasti.Diduga faktor keturunan (genetika) memegang peran

penting. Bisa saja kadar kalsium posfat, vitamin D, hormone

pengatur tulang sudah memadai, namun karena terdapat kelinan

fungsi sel-sel osteobast dalam menjalankan kerjanya, terjadi

kemunduran proses mineralisasi tulang. Seorang wanita yang ibunya

pernah mengalami patah tulang di bongkol leher tulang paha pada

usia kurang dari 45 tehun ternyata memiliki resiko empat kali

mengalami hal yang sama dibandingkan wanita sebaya yang tidak

mempunyai riwayat keluarga yang sama (Hartono, 2004).

7
2.1.3 Patogenesis

Remodeling tulang normal pada orang dewasa akan meningkatkan

massa tulang sampai sekitar usia 35 tahun. Genetic, nutrisi, pilihan gaya

hidup (Misalnya merokok, konsumsi kafein dan alcohol), dan aktivitas fisik

mempengaruhi puncak massa tulang. Kehilangan karena usia mulai segera

setelah tercapainya puncak massa tulang. Menghilangnya estrogen pada saat

menupause dan pada ooferektomi mengakibatkan percepatan resorpsi tulang

dan berlangsung secara terus-menerus selama pasca menupause. Pria

mempunyai puncak massa tulang lebih besar dan tidak mengalami

perubahan hormonal mendadak. Akibatnya, insidensi osteoporosis lebih

rendah pada pria (Brunner, Suddart 2002).

Pada usia lanjut, yaitu setelah 65 tahun atau usia geriartri, kehilangan

masa tulang akan tetap terjadi, tetapi dengan kecepatan yang lebih rendah.

Secara kesuluruhan, selama hidupnya pada perempuan akan kehilangan 40-

50% massa tulangnya, sedangkan laki-laki hanya sekitar 20-30%.

Penurunan masa tulang ini ternyata tidak sama di seluruh tulang rangka.

Penurunan yang paling cepat terjadi di tulang telapak tangan (netakarpal),

leher tulang pada (kolum femoris), dan ruas tulang belakang (korpus

vertebra). Tulang kerangka lainnya juga mengalami proses tersebut, tetapi

berlangsung lebih lambat (Mangoenprasodjo, 2005).

2.1.4 Gejala Dan Tanda-Tanda Osteoporosis

Osteoporosis hanya menunjukkan gejala bila ada tulang patah. Perlu

dsadari bahwa menurunnya massa tulang tidak menimbulkan sakit atau

8
gejala yang lain. Sakit punggung, misalnya, bukan disebabkan oleh

rendahnya masa tulang kecuali bila ada tulang yang patah.Patah tulang

akibat Osteoporosis menimbulkan sakit dan kecacatan. Pada sebagian kasus

keadaan ini akan dirasakan sepanjang hayat, namun pada kasus lain lambat

laun akan hilang dan membaik. Patah tulang paling sering terjadi pada

pergelangan, tulang belakang, dan pinggul, namun bisa pula terjadi pada

bagian lain, terutama pinggul dan lengan atas (Mangoenprasodjo, 2005).

2.1.5 Faktor-Faktor Pemicu Osteoporosis

a. Jenis kelamin

Sekitar 80% penderita osteoporosis adalah perempuan. Hai ini

disebabkan massa tulang puncaknya yang lebih rendah dan kehilangan

massa tulangnya yang lebih cepat setelah menupause.

b. Pertambahan usia

Semaki lanjut usia seseorang, semakin besar kehilangan massa tulangnya

dan semakin besar pula kemungkinantimbulnya osteoporosis.

Disamping itu, semakin tua semaki berkurang pulakemampuan saluran

cerna unntuk menyerap kalsium. Tulang-tulang menjadi berkurang

kepadatannya, setiap peningkatan umur 1 dekade akan

meningkatkanresiko osteoporosis.

c. Ras

Perempuan kulit putih dan Asiacenderung lebih berpeluang mengalami

osteoporosis.

9
d. Struktur tulang

Orang yang rangka tulangnya kecil enderung lebih sering mengalami

osteoporosis ketimbang dengan orang bereangka tulang besar.Bentuk

tulangyang kurus dan tubuh yang kurus berisiko lebih besar untuk

mengalami osteoporosis.

e. Telapak kaki datar

f. Sejarah keluarga dan pribadi

Secara genetik, bila dalam satu keluarga terdapat riwayat osteoporosis,

kemungkinan anggota lain mederita osteoporosis sekitar 60-80 %.

Kerentananterhadap patah tulang, mungkin sebagian disebabkan

keturunan.

g. Berat badan rendah

Orang kurus lebih mudah terserang osteoporosis dari padaorang

gemuk.Garis hitam yang muncul pada hasil ronsen tulang bisa

mengindifikasi sudah terjadi penipisan tulang.

h. Ruas tulang belakang membengkok ke samping (Skoliosis)

Orang yang pernah mengalami patah tulang membengkok kesamping

atau belakang mempunyai resiko lebih tinggi ,emgalami patah tulang

lagi. Penyebabnya belum dipahami, namun, bisa jadfi ini tanda nahwa

orang tersebut pernah mengalami patah tulang dan memiliki tulang yang

rapuh.

10
i. Kekurangan hormone estrogen

Ektrogen sangat penting untuk menjagkepadatan massa tulang.

Turunkannya kadar estrogen bisa terjadi akibat kedua indung telur yang

telah diangkat atau diradiasi karena kanker, telah menupause,

menupause dini, atau dalam keadaan hipogonadisme. Keadaan

hipogonadisme ditandai dengan terlambatnya mendapat haid pertama,

darah haid sedikit (oligomenore), atau tidak ernah mendapat haid

(amenore). Kekurangan hormone estrogen akan mengakibatkan lebih

banyak resorpsi tulang daripada pembentukan tulang. Akibatnya, massa

tulang yang sudah berkurang daripadapembentukan tulang

j. Kekurangan hormon testerogen

Kadar testerogen pada, aki-laki sangat penting guna dan menjaga massa

tullang yang maksimal. Pubertas yang terlambat pada laki-lakijuga

merupakan faktor resiko berkurangkannya masa tulangyang cenderung

mengakibatkan timbulnya osteoporosis.

k. Diet ketat untukmenurunkan berat badan sampai menyeabbkan

terheninya haid

l. Menderita penyakit kronis

m. Rokok, alcohol, kopi, garam, dan minuman ringan

n. Asupan protein berlebihan

o. Obat-obatan

p. Gaya hidup inaktif (Mangoenprasodjo, 2005).

11
2.1.6 Penanganan dan pencegahan osteoporosis

a. Penatalaksanaan

1) Diet kaya kalsium vitamin D yang mencukupi dan seimbangsepanjang

hidup dengan peningkatan asupan kalsium pada permulaan umur

pertengahan, dapat melindungi terhadap demineralisasi skeletal.

Terdiri atas tiga gelas vitamin D susu skim atau susu penuh atau

makanan lain yang tinggi kalsium (missal keju swiss, brokoli kukus,

salmon kaleng dengan tulangnya) setiap hari. Untuk meyakinkan

asupan kalsium yang mencukupi perlu diresepkan preparat kalsium

(kalsium karbonat).

2) Pada menopause, terapi penggantian hormone (HRT=hormone

replacement therapy) dengan estrogen dan progesterone dapat

diresepkan untuk memperlambat kehilangan tulang dan mencegah

terjadinya patah tulang yang diakibatkannya. Terapi esterogen sering

dihubungkan dengan sedikit peningkatan insiden kanker payudara dan

endometrial. Maka selama HRT pasien harus diperiksa payudaranya

tiap bulan dan diperiksa panggulnya, termasuk usapan papanicolau

dan biopsy endometrial (bila ada indikasi) sekali atau dua kali

setahun.

3) Obat-obat lain yang dapat diresepkan untuk menangani osteoporosis

termasuk kalsitonin, natrium flourida, dan natrium etidronat.

Kalsitonin secara primer menekan kehilangan tulang dan diberikan

secara injeksi subkutan atau intramuscular. Efek samping (misalnya

12
gangguan gastrointestinal, aliran panas, frekuensi urine) biasanya

ringan dan hanya kadang-kadang dialami. Natrium flourida

memperbaiki aktivitas osteoblatik dan pembentukan tulang; namun

kualitas tulang yang baru masih dalam pengkajian. Namun etidronat

yang menghalangi resorpsi tulang osteoblastik sedang dalam

penelitian untuk efisiensi penggunaannya sebagai terapi osteoporosis

(Brunner, Suddarth, 2002).

b. Pencegahan

1) Kalsium

Merupakan salah satu sumber zat gizi yang penting untuk mencegas

osteoporosis.Bahkan, kalau mungkin pencegahan ini dimulai sejak

masa kanak-kanak akrena kalsium merupakan bahan pembentuk

tulang yang utama. Konsumsi kalsium yang tinggi dimasa kecil

membantu pencapaian massa tulang yang lebih tinggi di usia dewasa.

Massa tulang yang tinggi sangat berguna untuk mencegah patah

tulang dikemudian hari.

2) Vitamin D

Yang juga disarankan perlu dikonsumsi dalam menguatkan tulang

adalah vitamin D. Tubuh kita memoeroleh melalui sumber daya

alam, yaitu sinar matahari pagi (yang merangsa produksinya di dalam

tubuh). Beberapa makanan seperti susu sudah sekaligus mengandung

vitamin D dalam jumlah memadai. Jadi sebenarnya suplemen vitamin

13
ini tidak dibutuhkan karena di Indonesia cukup curahan sinar

mataharinya.

3) Gaya hidup lebih baik

Selain pencegahan melalui pemenuhan asupan kalsium setiap hari,

hal lain yang perlu diperhatikan adalah memperbaiki gaya hidup

diantaranya, menghentikan kebiasaan merokok, minum minuman

keras, dan mengkonsumsi kopi secara berlebihan.

4) Olah raga

Olah raga yang teratur dapat menyehatkan, menjaga kebugaran tubuh,

serta memelihara kekuatan tulang.Tidak semua oleh raga memberi

manfaat yang sesuai untuk mencegah gangguan osteoporosis. Latihan

yang dibutuhkan adalah latihan fisik yang harus mempunyai unsure

pembebanan pada tubuh atau anggota gerak dan penekanan pada axis

tulang seperti jalan, jogging, aerobic (termasuk dansa), dan jalan naik

turun bukit.

5) Menjaga sikap tubuh

Wanita yang menginjak usia menopause harus waspada menghindari

penggunaan tenaga berlebihan ataupun gerak yang tidak dikontrol,

seperti membuka jendela dengan keras, mengangkat barang yang

berat dalam posisi membungkuk kedepan. Selain itu, pengamanan

pada usia lanjut dari risiko jatuh menjadi bagian dari pencegahan

primer (Kasdu, 2004).

14
BAB III

KESIMPULAN

Osteoporosis adalah suatu kondisi berkurangnya massa tulang secara

nyata yang berakibat pada rendahnya kepadatan tulang. Osteoporosis datang tidak

terduga, baru jika tulang sudah keropos, patah tulang mendadak langsung menjadi

gejala yang dikeluhkan. Orang-orang acap kali tidak tahu bahwa mereka

menderita osteoporosis sampai ketika tulang mereka sedemikian lemah, regangan

tubuh yang mendadak, persinggungan, atau pun jatuh menyebabkan pata tulang.

Osteoporosis disebabkan oleh perubahan masa tulang selama hidup, mulai

terjadinya pengurangan massa tulang sesuai dengan pertambahan usia. Pada usia

40-45 tahun, baik laki-laki maupun perempuan mulai terjadi penipisan massa

tulang penyusutannya berkisar 0,3-0,5% per tahun. Seiring turunnya kadar

hormone estrogen yang erjadi secara fisiologis pada perempuan maka kehilangan

akan meningkat menjadi 2-3% pertahun yang dimulai sejak premenopause dan

akan berlangsung sampai 5 -10 tahun setelah menopause. Sekitar 80% penderita

Osteoporosis adalah perempuan. Hal ini disebabkan massa tulang puncaknya yang

lebih rendah dan kehilangan massa tulangnya yang lebih cepat setelah menopause.

Pencegahan sejak dini sebetulnya tidak sulit dijalankan, salah satunya dengan

memperhatikan asupan kalsium sejak muda, menghindari rokok, alcohol, dan

konsumsi kopi secara berlebihan secara dapat mengganggu pembentukan tulang.

Gaya hidup yang baik merupakan kunci untuk menghindari tulang keropos, Olah

raga yang teratur dapat merangsangosteoblas (sel pembentuk tulang) untuk

membentuk jaringan tulang yamg kokoh. Perempuan yang rajin berolahraga

15
seperti latihan beban, jalan kaki, berenang, aerobic, dan berdansa jauh sebelum

usia menopause terbukti lebih kokoh tulangnya

16
DAFTAR PUSTAKA

Astutiningrum, 2012, Gambaran Tingkat Pengetahuan Osteoporosis Pada


Pegawai Administrasi Perempuan di Universitas Indonesia Tahun
2012, [Skipsi], Fakultas Ilmu Keperawatan Sarjana Universitas
Indonesia, Jakarta.

Brunner, Suddarth. 2002. Buku ajar keperawatan medical bedah. EGC : Jakarta.

Dachlia, 2000, Faktor-Faktor Yang berhubungan dengan Perilaku Seksual


Beresiko Terinfeksi HIV pada Pelaut/ \Pekerja Ppelabuhan di Jakarta,
Manado, dan Surabaya,[Thesis], Universitas Indonesia, Jakarta.

Geuchik Desa Sagoe Langgien, 2014, Data Demografi Penduduk Desa Sagoe
Langgien Kecamatan Bandar Baru Kabupaten Pidie, Sigli.

Hartono, 2004.Mencegah dan mengatasi osteoporis. Puspa Swara : Jakarta.

Kartono, 2006, Sistem Informasi, Erlangga, Jakarta.

Kasdu, 2004.Kiat Sehat dan Bahagia di Usia Menopause. Puspa Swara: Jakarta.

Kemenkes RI, 2013, Jumlah Penduduk dan Sasaran Pembangunan Kesehatan,


Pusat Informasi Data Kementrian Kesehatan RI, Jakarta,

Kurniati, 2002, Perilaku Konsumsi Susu Pada Wanita Dewasa [Skripsi], Jurusan
Gizi Masyarakat dan Sumber Daya Manusia, IPB, Bogor

Mainara, 2008 Hubungan Sumber Informasi Dengan Pengetahuan Ibu


Menopause Tentang Osteoporosis Di Wilayah Kerja Puskesmas Rantau
Pandan Tahun 2008, [Thesis], SUPTAKBPP, Indonesia.

Mangoenprasojdo, 2005.Osteoporosi Dan Bahaya Tulang Rapuh. Thinkfresh :


Yogyakarta.

Mubarak, 2011.Promosi Kesehatan Untuk Kebidanan. Salemba Medika : Jakarta.

Nursalam, 2002, Konsep Dan Penerapan Dan Metodelogi Penelitian Ilmu


Keperawatan: Pedoman Skripsi, Tesis Dan Istrumen Penelitian,
Salemba Medika, Jakarta.

17

Anda mungkin juga menyukai