Anda di halaman 1dari 20

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha

Esa yang telah memberikan rahmat, nikmat serta karunianya kepada

penulis karena telah dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Terima

kasih saya ucapkan kepada ada guru pembimbing mata pelajaran Bahasa

Indonesia yang telah memberikan tugas ini kepada kami semua dan

terimakasih kepada orang tua saya, Ibu Nyarmanida yang telah

memberikan doa, dukungan nya kepada saya.

Proposal ini dibuat sebatas dengan kemampuan dan pengetahuan yang

penulis miliki. Penulis sangat mengharapkan agar makalah ini dapat

bermanfaat dan dapat berguna untuk menambah pengetahuan kita. Saya

selaku penulis sangat menyadari banyaknya kekurangan dan keterbatasan

dalam membuat proposal penelitian ini.Saya sangat berharap agar bisa

mendapatkan kritik dan saran yang membangun agar nantinya pembuatan

proposal lainnya akan menjadi lebih baik di masa yang akan datang.

Jambi, 28 Februari 2023

PENULIS

i
ABSTRAK
Saat ini, resiko osteoporosis di Indonesia masih tinggi, dan ada percepatan

usia penderita osteoporosis. Hal ini di sebabkan kurang nya pencegahan

sejak dini dari masyarakat, mengingat penyakit ini harus dicegah sedini

mungkin sebelum mencapai puncak masa tulang. Kurang nya pencegahan

dini di buktikan dengan kurangnya konsumsi kalsium di Indonesia yang

ditandai dengan rendahnya konsumsi susu sebagai sumber kalsium utama.

Oleh sebab itu budaya minum susu harus di tanamkan sedini mungkin,

terutama kepada remaja, mengingat umum nya ketika anak menginjak

remaja, mereka menghentikan kebiasaan minum susu. Penelitian

dilakukan dengan metode studi lapangan, berupa wawancara, qusioner,

dan studi literatur. Berdasarkan penelitian, alasan remaja golongan

A,B,C+, menghentikan kebiasaan minum susu antara lain karena persepsi

yang salah bahwa susu hanya minuman anak kecil dan orang lanjut usia.

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN

SAMPUL ………………………………………………..

LEMBAR PENGASAHAN ………………………………

KATA PENGANTAR ……………………………………. i

ABSTRAK ………………………………………………… ii

DAFTAR ISI ………………………………………………. iii

BAB 1 PENDAHULUAN ………………………………………1

1.1 Latar Belakang …………………………………………. 1

1.2 Rumusan Masalah ……………………………………….2

1.3 Tujuan Penelitian ………………………………………...2

1.4 Manfaat Penelitian ……………………………………….2

BAB II KAJIAN TEORI ……………………………………….. 4

Sejarah Osteoporosis …………………………………….4

Penyebab Osteoporosis …………………………………..6

Stadium Osteoporosis ……………………………….…...7

Gejala Osteoposis ………………………………………..8

Faktor Resiko Osteoporosis …………………………..….8

Pencegahan …………………………………………..…..12

BAB III METODOLOGI ……………………..…………………13

Lokasi dan Waktu Penelitia .……………………………..13

Jenis dan Sumber Data ………………………………….13


BAB IV KESIMPULAN ..………………………………….….15

Simpulan ………………………………………..……15

DAFTAR PUSTAKA ………………………………………….16

LAMPIRAN.

iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Osteoporosis merupakan kondisi atau penyakit dimana tulang menjadi

rapuh dan mudah retak atau patah. Osteoporosis adalah suatu penyakit

yang ditandai dengan berkurangnya massa tulang dan adanya perubahan

mikroarsitektur (bentuk mikro/terhalus) jaringan tulang yang

mengakibatkan menurunnya kekuatan tulang dan meningkatnya kerapuhan

tulang, sehingga menyebabkan tulang mudah patah. Osteoporosis dijuluki

sebagai silent epidemic diseases, karena menyerang secara diam-diam,

tanpa adanya tanda-tanda khusus, sampai pasien mengalami patah tulang

(Misnadiarly, 2013).

Osteoporosis kini telah menjadi salah satu penyebab penderitaan dan cacat

yang paling sering terjadi pada orang berusia lanjut, terutama pada wanita.

Ketika wanita mencapai usia menopause, maka semakin menurun pula

kadar kalsium dalam tulang. Sebelum terjadi fase menopause, biasanya

didahului dengan fase premenopause. Premenopause adalah masa 4-5

tahun sebelum menopause. Bagi kebanyakan perempuan, gejala fase

premenopause mulai muncul pada usia 40 tahun yang menimbulkan gejala

yang sangat mengganggu aktivitas kehidupan wanita, termasuk hilangnya

kesuburan dan meningkatnya risiko osteoporosis pada kondisi menjelang

menopause (Proverawati, 2010).


1
1.2 Rumusan Masalah

-Bagaimana Gambaran Tingkat Pengetahuan Dalam penyakit osteoporosis

-Bagaimana Kadar Kalsium Dalam Tulang

1.3 Tujuan Penelitian

Untuk Mengetahui Gambaran Tingkat Pencegahan osteoporosis Dan

Untuk Mengetahui Kadar Kalsium Di Dalam Tulang

1.4 Manfaat Penelitian

1. Bagi Masyarakat

Masyarakat dapat menyadari adanya risiko osteoporosis dan

dapat meningkatkan usaha-usaha dalam pencegahan osteoporosis.

penelitian ini juga dapat menambah wawasan ilmu pengetahuan tentang

perilaku yang merupakan langkah pencegahan yang dapat dilakukan oleh

kaum wanita sebelum memasuki masa menopause sehingga angka

kejadian osteoporosis dapat menurun.

2. Bagi Keperawatan

Hasil penelitian ini hendaknya memberikan informasi yang bermanfaat

bagi petugas kesehatan untuk mengetahui tingkat pengetahuan dengan

perilaku pencegahan osteoporosis pada wanita premenopause sehingga

dapat menjadi masukan dalam memberikan pendidikan kesehatan,

2
promosi kesehatan mengenai perilaku hidup sehat sebagai upaya

pencegahan osteoporosis di usia lanjut. Selain itu diharapkan pelayanan

kesehatan dapat menyebarluaskan informasi kesehatan sebagai upaya

preventif terhadap resiko terjadinya osteoporosis pada usia lanjut.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Diharapkan penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan dan

data dasar untuk peneliti selanjutnya mengenai perilaku pencegahan

osteoporosis.

3
BAB II
KAJIAN TEORI

1. Pengertian Osteoporosis Osteoporosis berasal dari kata osteo dan

porous, osteo artinya tulang, dan porous berarti berlubang-lubang atau

keropos. Jadi, osteoporosis adalah tulang yang keropos, yaitu penyakit

yang mempunyai sifat khas berupa massa tulangnya rendah atau

berkurang, disertai gangguan mikro-arsitektur tulang dan penurunan

kualitas jaringan tulang, yang dapat menimbulkan kerapuhan tulang

( Tandra, 2009). Menurut WHO pada International Consensus

Development Conference,di Roma, Itali, 1992 Osteoporosis adalah

penyakit dengan sifat-sifat khas berupa massa tulang yang rendah, disertai

perubahan mikroarsitektur tulang, dan penurunan kualitas jaringan

tulang, yang pada akhirnya menimbulkan akibat meningkatnya kerapuhan

tulang dengan risiko terjadinya patah tulang (Suryati, 2006). Menurut

National Institute of Health (NIH), 2001 Osteoporosis adalah kelainan

kerangka, ditandai dengan kekuatan tulang yang mengkhawatirkan dan

dipengaruhi oleh meningkatnya risiko patah tulang.

4
Sedangkan kekuatan tulang merefleksikan gabungan dari dua faktor, yaitu

densitas tulang dan kualitas tulang (Junaidi, 2007). Tulang adalah jaringan

yang hidup dan terus bertumbuh. Tulang mempunyai struktur,

pertumbuhan dan fungsi yang unik. Bukan hanya memberi kekuatan dan

membuat kerangka tubuh menjadi stabil, tulang juga terus mengalami

perubahan karena berbagai stres mekanik dan terus mengalami

pembongkaran, perbaikan dan pergantian sel. Untuk mempertahankan

kekuatannya, tulang terus menerus mengalami proses penghancuran dan

pembentukan kembali. Tulang yang sudah tua akan dirusak dan digantikan

oleh tulang yang baru dan kuat. Proses ini merupakan peremajaan tulang

yang akan mengalami kemunduran ketika usia semakin tua. Pembentukan

tulang paling cepat terjadi pada usia akil balig atau pubertas, ketika

tulang menjadi makin besar, makin panjang, makin tebal, dan makin padat

yang akan mencapai puncaknya pada usia sekitar 25-30 tahun.

Berkurangnya massa tulang mulai terjadi setelah usia 30 tahun, yang akan

makin bertambah setelah diatas 40 tahun, dan akan berlangsung terus

dengan bertambahnya usia, sepanjang hidupnya. Hal inilah yang

mengakibatkan terjadinya penurunan massa tulang yang berakibat pada

osteoporosis ( Tandra, 2009).

5
2.Penyebab Osteoporosis Beberapa penyebab osteoporosis, yaitu:

-Osteoporosis pascamenopause

terjadi karena kurangnya hormon estrogen (hormon utama pada wanita),

yang membantu mengatur pengangkutan kalsium kedalam tulang.

Biasanya gejala timbul pada perempuan yang berusia antara 51-75 tahun,

tetapi dapat muncul lebih cepat atau lebih lambat. Hormon estrogen

produksinya mulai menurun 2-3 tahun sebelum menopause dan terus

berlangsung 3-4 tahun setelah menopause. Hal ini berakibat menurunnya

massa tulang sebanyak 1-3% dalam waktu 5-7 tahun pertama setelah

menopause.

-Osteoporosis senilis kemungkinan merupakan akibat dari kekurangan

kalsium yang berhubungan dengan usia dan ketidakseimbangan antara

kecepatan hancurnya tulang (osteoklas) dan pembentukan tulang baru

(osteoblas). Senilis berarti bahwa keadaan ini hanya terjadi pada usia

lanjut. Penyakit ini biasanya terjadi pada orang-orang berusia diatas 70

tahun dan 2 kali lebih sering menyerang wanita. Wanita sering kali

menderita osteoporosis senilis dan pasca menopause.

6
-Kurang dari 5% penderita osteoporosis juga mengalami osteoporosis

sekunder yang disebabkan oleh keadaan medis lain atau obat-obatan.

Penyakit ini bisa disebabkan oleh gagal ginjal kronis dan kelainan

hormonal (terutama tiroid, paratiroid, dan adrenal) serta obat-obatan

(misalnya kortikosteroid, barbiturat, antikejang, dan hormon tiroid yang

berlebihan). Pemakaian alkohol yang berlebihan dan merokok dapat

memperburuk keadaan ini.

-Osteoporosis juvenil idiopatik merupakan jenis osteoporosis yg

penyebabnya tidak diketahui. Hal ini terjadi pada anak-anak dan

dewasa muda yang memiliki kadar dan fungsi hormon yang

normal, kadar vitamin yang normal, dan tidak memiliki penyebab

yang jelas dari rapuh nya tulang

3.Stadium Osteoporosis

A. Pada stadium 1, tulang bertumbuh cepat, yang dibentuk masih lebih

banyak dan lebih cepat daripada tulang yang dihancurkan. Ini biasanya

terjadi pada usia 30-35 tahun.

B. Pada stadium 2, umumnya pada usia 35-45 tahun, kepadatan tulang

mulai turun (osteopenia).

7
C. Pada stadium 3, usia 45-55 tahun, fraktur bisa timbul sekalipun hanya

dengan sentuhan atau benturan ringan.

D. Pada stadium 4, biasanya diatas 55 tahun, rasa nyeri yang hebat akan

timbul akibat patah tulang. Anda tidak bisa bekerja, bergerak , bahkan

mengalami stres dan depresi (Waluyo, 2009).

4. Gejala Osteoporosis Pada awalnya osteoporosis tidak menimbulkan

gejala, bahkan sampai puluhan tahun tanpa keluhan. Jika kepadatan tulang

sangat berkurang sehingga tulang menjadi kolaps atau hancur, akan timbul

nyeri dan perubahan bentuk tulang. Jadi, seseorang dengan osteoporosis

biasanya akan memberikan keluhan atau gejala sebagai berikut:

1) Tinggi badan berkurang

2) Bungkuk atau bentuk tubuh berubah

3) Patah tulang

4)Nyeri bila ada patah tulang (Tandra, 2009).

5. Faktor Resiko Osteoporosis

Osteoporosis dapat menyerang setiap orang ygberbeda.faktor

risiko Osteoporosis dikelompokkan menjadi dua,yaitu yg tidak

dapat dikendalikan dan yang dapat dikendalikan.

8
Berikut

ini faktor risiko osteoporosis yang tidak dapat dikendalikan:

1)Jenis kelamin

Kaum wanita mempunyai faktor risiko terkena osteoporosis

lebih besar dibandingkan kaum pria.Hal ini disebabkan pengaruh

hormon estrogen yang mulai menurun kadarnya dalam tubuh

sejak usia 35 tahun.

2)Usia

Semakin tua usia, risiko terkena osteoporosis semakin besar

karena secara alamiah tulang semakin rapuh sejalan denganbert

ambahnya usia. Osteoporosis pada usia lanjut terjadi karenaberk

urangnya massa tulang yang juga disebabkan menurunnyakema

mpuan tubuh untuk menyerap kalsium.

3) Ras

Semakin terang kulit seseorang,semakin tinggi risiko terkena

osteoporosis.Karena itu,ras Eropa Utara

9
(Swedia,Norwega,Denmark

dan Asia berisiko lebih tinggi terkena osteoporosis dibanding

ras Afrika hitam.Ras Afrika memiliki massa tulang lebih padat di

banding ras kulit putih Amerika.Mereka juga mempunyaiotot yg

lebih besar sehingga tekanan pada tulang pun besar.Ditambah

dengan kadar hormon estrogen yang lebih tinggi pada ras Afrika

4) Pigmentasi dan tempat tinggal

Mereka yang berkulit gelap dan,tinggal di wilayah khatulistiwa

mempunyai risiko terkena osteoporosis yang lebih rendah diban

dingkan dengan ras kulit putih yangtinggal di wilayah kutub sepe

rti Norwegia dan Swedia.

5) Riwayat keluarga

Jika ada nenek atau ibu yang mengalami osteoporosis atau

mempunyai massa tulang yang rendah, maka keturunannya

cenderung berisiko tinggi terkena osteoporosis

6) Sosok tubuh

Semakin mungil seseorang,semakin berisiko tinggi terkena osteo

porosis.

10
Demikian juga seseorang yang memiliki tubuh kurus

lebih berisiko terkena osteoporosis dibanding yg bertubuh besar

7)Menopause

Wanita pada masa menopause kehilangan hormonestrogen kare

na tubuh tidak lagi memproduksinya.Padahal hormon estrogen

dibutuhkan untuk pembentukan tulang dan mempertahankan ma

ssa tulang.

Semakin rendahnya hormon estrogen seiring dengan bertambah

nya usia, akan semakin berkurang kepadatan tulang

sehingga terjadi pengeroposan tulang,dan tulangmudah patah.

Menopause dini bisa terjadi jika pengangkatan ovarium terpaksa

dilakukan disebabkan adanya penyakit kandunganseperti kanker,

mioma dan lainnya.Menopause dini juga berakibatmeningkatnya

risiko terkena osteoporosis.Berikut ini faktor–faktor risiko osteo

porosis yang dapat dikendalikan. Faktor-faktor inibiasanya berh

ubungan dengan kebiasaan dan pola hidup.

11
8)Aktivitas fisik Seseorang yg kurang gerak,kurang beraktivitas,o

tot-ototnya tidak terlatih dan menjadi kendor.

Otot yang kendor akan mempercepat menurun nya kekuatan

tulang

6. Pencegahan

Pencegahan Osteoporosis sebaiknya dilakukan pada usia muda

maupun masa reproduksi. Berikut ini hal-hal yang dapat

mencegah Oseteporosis;

- Asupan Kalsium Cukup

- Paparan Sinar Matahari

- Melakukan Olahraga dengan beban

- Hindari Rokok dan minuman beralkohol

- Deteksi dini Osteoporosis

12
BAB III
Metodologi
Lokasi Dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di lingkungan sekitar rumah peneliti. Adapun

waktu yang di gunakan dalam penelitian ini berdasarkan lamanya

penelitian yang dilakukan, yaitu mulai dari pengusulan judul penelitian,

penulisan proposal pengumpulan data, dan pengolahan data yang

membutuhkan waktu kurang lebih 2 minggu di mulai pada Februari 2023

Jenis dan Sumber Data


1. Jenis Data Adapun jenis data yang di gunakan dalam penelitian ini

adalah:

a. Data kualitatif, yaitu data yang tidak dapat dihitung atau bukan berupa

angka yang diperoleh dari hasil wawancara dengan narasumber yang

berkaitan dengan penelitian serta informasi-informasi yang diperoleh dari

pihak lain yang berkaitan dengan masalah yang akan dibahas

2. Sumber Data Adapun sumber data yang digunakan pada penelitian ini

adalah sebagai berikut:

a. Data primer, yaitu sumber dan utama yang digunakan untuk menjaring

berbagai data dan informasi yang terkait dengan fokus yang dikaji.

13
Hal ini dilakukan melalui metode observasi dan persediaan kuesioner

b. Data sekunder, yaitu sumber data pendukung yang diperlukan untuk

melengkapi data primer yang dikumpulkan. Hal ini dilakukan upaya

penyesuaian dengan kebutuhan data lapangan yang terkait dengan objek

yang di kaji, data sekunder yang di peroleh melalui dokumentasi

14
BAB IV
KESIMPULAN
Simpulan dalam penelitian ini adalah pengetahuan sangat efektif dalam

upaya pencegahan osteoporosis pada wanita usia 45-60 tahun.

-Saran yang dapat peneliti sampaikan pada penelitian ini adalah

diharapkan peneliti selanjutnya dapat meneliti tentang faktor – faktor

yang mempengaruhi upaya pencegahan osteoporosis sehingga dapat

diketahui faktor yang paling berpengaruh terhadap pencegahan

osteoporosisDiharapkan responden meningkatkan pengetahuan tentang

osteoporosis melalui internet, buku, majalah, dan tenaga kesehatan

sehingga kesadaran untuk melakukan upaya pencegahan osteoporosis

menjadi lebih baik.

15
DAFTAR PUSTAKA
http://scholar.unand.ac.id/26682/2/9.%20BAB%20I.pdf
http://repository.poltekkes-denpasar.ac.id/5320/2/BAB%20I.pdf
https://lp2m.uma.ac.id/2022/04/23/data-kualitatif-pengertian-metode-jenis-serta-contoh
nya/
https://www.alodokter.com/osteoporosis

LAMPIRAN :

16

Anda mungkin juga menyukai