Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

PENDIDIKAN KESEHATAN OSTEOPOROSIS

Untuk memenuhi mata kuliah Keperawatan Dewasa Sistem Musculoskeletal

Dosen pengampuh: Nur Wahyuni Munir, S. Kep., Ns., M.Kep, Sp.Kep,.MB

Disusun oleh:

Kelompok 1 Kelas C1

1. Arifkah (14220230076)

2. Lutfiah Ayu (142202000 )

3. Wa Ode Ratniwati S (14220230075)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

MAKASSAR

2023
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr. wb.

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah

memberikan Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan

makalah ini. Tak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada dosen mata kuliah

Keperawatan Dewasa Sistem Musculoskeletal yaitu Nur Wahyuni Munir, S. Kep.,

Ns., M.Kep, Sp.Kep,.MB yang telah membimbing kami dengan baik. Kami

menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan dan masih jauh dari kata

sempurna. Oleh karena itu kami menerima segala kritikan dan saran terhadap

makalah ini agar dapat menyempurnakan tugastugas yang diberikan selanjutnya.

Demikian yang dapat kami sampaikan, semoga makalah ini dapat dipahami

bagi siapapun yang membacanya dan dapat memberikan manfaat. Akhir kata,

sekian dan terima kasih.

Makassar, 8 September 2023

Penyusun

Kelompok I

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................i

DAFTAR ISI............................................................................................................i

BAB I PENDAHULUAN......................................................................................1

A. Latar Belakang..............................................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................................2
C. Tujuan...........................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................1

A. Definisi Osteoporosis....................................................................................1
B. Faktor yang Mempengaruhi Osteoporosis....................................................1
C. Klasifikasi Osteoporosis...............................................................................5
D. Patofisiologi Osteoporosis............................................................................6
E. Manifestasi Klinis Osteoporosis...................................................................7
F. Penatalaksanaan Osteoporosis......................................................................8
BAB III PENUTUP................................................................................................1

A. Kesimpulan...................................................................................................1
B. Saran..............................................................................................................1
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................2

i
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Osteoporosis merupakan penyakit tulang yang ditandai dengan

menurunya massa tulang (kepadatan tulang) secara keseluruhan akibat

ketidakmampuan tubuh dalam mengatur kandungan mineral dalam tulang dan

disertai dengan rusaknya arsitektur yang akan mengakibatkan penurunan

kekuatan tulang (pengeroposan tulang) (Kemenkes RI,2016).

Osteoporosis adalah penyakit penge-roposan tulang yang banyak

diderita oleh kalangan lanjut usia, terutama wanita. Terda-pat data sebesar 20-

25 juta penduduk me-ngalami osteoporosis dengan 50 persen berusia 75-80

tahun diseluruh dunia dari 7.410.510 kasus (World Health Organization,

2020). Pada usia 60-70 tahun, lebih dari 30% perempuan menderita

osteoporosis dan insidennya meningkat menjadi 70% pada usia 80 tahun ke

atas. Hal ini berkaitan dengan defisiensi estrogen pada masa menopause dan

penurunan massa tulang karena proses penuaan. Pada laki-laki osteoporosis

lebih dikarenakan proses usia lanjut (Karim & Dewi, 2023).

Menurut Notoadmodjo (2006), pengetahuan yang dimiliki seseorang

mempengaruhi perilakunya, semakin baik pengetahuan seseorang makan

perilakunya pun akan semakin baik dan pengetahuan itu sendiri di pengaruhi

tingkat pendidikan, sumber informasi dan pengalaman. Pengetahuan

merupakan hasil dari penggunaan panca indera yang di dasarkan atas intuisi

dan kebetulan, otoritas dan kewibawaan, tradisi dan pendapat umum. Salah

1
satu faktor yang menyebabkan timbulnya perubahan, pemahaman, sikap dan

perilaku seseorang, sehingga seseorang mau mengadopsi perilaku baru, yaitu

kesiapan psikologis, yang ditentukan oleh tingkat pengetahuan. Demikian

sehingga peningkatan perilaku pencegahan osteoporosis harus dimulai dengan

peningkatan pengetahuan osteoporosis (Efendi, 2006).

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, rumusan masalah dalam makalah

ini adalah bagiamana gambaran karakteristik penyakit osteoporosis serta cara

pencegahan terjadinya osteoporosis.

C. Tujuan

Tujuan dari rumusan masalah ini adalah untuk dapat mengetahui

gambaran karakteristik penyakit osteoporosis serta meningkatkan pengetahuan

dalam memberikan pendidikan kesehatan osteoporosis.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi Osteoporosis

Osteoporosis berasal dari kata osteo dan porous, osteo artinya tulang,

dan porous berarti berlubang-lubang atau keropos. Jadi, osteoporosis adalah

tulang yang keropos, yaitu penyakit yang mempunyai sifat khas berupa massa

tulangnya rendah atau berkurang, disertai gangguan mikro-arsitektur tulang

dan penurunan kualitas jaringan tulang yang dapat menimbulkan kerapuhan

tulang (Tandra, 2016).

Osteoporosis adalah kelainan dimana terjadi penurunan masa tulang

total. Terdapat perubahan pergantian tulang homeostasis normal, kecepatan

resoprsi tulang lebih besar dan kecepatan pembentukan tulang, mengakibatkan

penurunan masa tulang total (ode, 2012)

Osteoporosis adalah penyakit tulang sisitemik yang ditandai oleh

penurunan mikroarsitektur tulang sehingga tulang menjadi rapuh dan mudah

patah. Pada tahun 2001, National Institute of Health (NIH) mengajukan

definisi baru osteoporosis sebagai penyakit tulang sistemik yang ditandai oleh

compromised bone strength sehingga tulang mudah patah ( Sudoyo, 2016 ).

B. Faktor yang Mempengaruhi Osteoporosis

1. Faktor Resiko Keturunan

a. Jenis Kelamin

Sekitar 80 persen penderita osteoporosis adalah perempuan.

Perempuan mempunyai risiko 6 kali lebih besar daripada laki laki

1
untuk terken osteoporosis. Hal ini disebabkan pada perempuan massa

tulang puncaknya lebih rendah dan kehilangan massa tulangnya lebih

cepat setelah menopause.

b. Pertumbuhan Usia

Semakin lanjut usia seseorang, semakin besar kehilangan massa tulang

dan semakin besar pula kemungkinan timbulnya osteoporosis. Di

samping itu, semakin tua akan semakin berkurang pula kemampuan

saluran cerna untuk menyerap kalsium. Tulang-tulang akan menjadi

berkurang kekuatan dan kepadatanya.

c. Ras

Perempuan kulit putih dan Asia cenderung lebih berpeluang

mengalami osteoporosis ( Mangoenprasodjo, 2005). Umunya ras

campuran Afrika-Amerika memiliki massa tulang tertinggi, sedangkan

ras kulit putih, khususnya dari eropa utara, memiliki massa tulang

terendah (Lane, 2001 dalam Mu’minin, 2013).

d. Struktur Tulang dan Berat Tubuh

Orang yang rangka tulangnya kecil cenderung lebih berisiko terkena

osteoporosis ketimbang dengan orang berangka besar. Bentuk tulang

yang kurus dan tubuh yang kurus berisiko lebih besar untuk

mengalami osteoporosis (Mangoenprasodjo, 2005)

e. Faktor Keturunan

Secara genetik, bila dalam satu keluarga terdapat riwayat osteoporosis,

kemungkinan anggota keluarga lain menderita osteoporosis sekitar 60-

2
80 persen. Perempuan muda yang ibunya pernah mengalami patah

tulang belakang, peluangnya lebih besar mengalami pengurangan

massa tualng.

2. Faktor Lingkungan

a. Kekurangan Hormon esterogen

Esterogen sangat penting untuk menjaga kepadatan massa tulang.

Turunya kadar esterogen bisa terjadi akibat kedua indung telur telah

diangkat atau diradiasi karena kanker, telah menopause. Kekurangan

hormone esterogen akan mengakibatkan lebih banyak resorpsi tulang

daripada pembentukan tulang. Akibatnya, massa tulang yang sudah

berkurang karena bertambahnya usia, akan diperberat lagi dengan

berkurangnya hormon esterogen setelah menopause

(Mangoenprasodjo, 2005).

b. Diet

Diet yang buruk biasanya memperlambat pubertas dan pubertas yang

tertunda merupakan faktor risiko dari osteoporosis. Pengguna garam

yang berlebih dapat merusak tulang, garam dapat memaksa keluar

kalsium melalui urin secara berlebihan. Pemakaian garam yang di

anjurkan tidak melebihi 100 mmol atau 6 gram/hari. Bahan makanan

yang diolah, seperti kecap, margarine, mentega, keju, terasi, dan bahan

makanan yang diawetkan tidak boleh terlalu banyak dikonsumsi

karena banyak mengandung garam (Hartono, 200:105 dalam

Mu’minin 2013:21)

3
c. Pemasukan Kalsium dan Vitamin D

Kecilnya asupan kalsium semasa kecil dan remaja bisa menyebabkan

rendahnya massa tulang tertinggi, dan kurangnya kalsium dalam

makanan menambah penurunan massa tulang. Kekurangan vitamin D,

yang sering terkait dengan kekurangan kalsium, membuat tulang lunak

(osteomalasia) dan meningkatkan penurunan massa tulang dan risiko

patah tulang (Compston, 2002).

d. Merokok

Wanita perokok mempunyai kadar esterogen lebih rendah dan

mengalami massa menopause 5 tahun lebih cepat disbanding wanita

bukan perokok. Secara umum, merokok menghambat kerja osteoblas

sehingga terjadi ketidakseimbanan antara kerja osteoklas dan

osteoblas. Osteoklas lebih dominan. Akibatnya, pengeroposan

tulang/osteoporosis terjadi lebih cepat (Waluyo, 2009).

e. Mengonsumsi Minuman Keras atau Alkohol

Minum minuman keras berlebihan akan mengganggu kesehatan tubuh

secara keseluruhan, khusunya proses metabolisme kalsium. Alkohol

berlebihan dapat menyenbabkan luka luka kecil pada dinding lambung.

Dan ini menyebabkan perdarahan yang membuat tubuh kehilangan

kalsium (yang ada dalam darah) yang dapat menurunkan massa tulang

dan pada giliranya menyebabkan osteoporosis (Waluyo, 2009).

4
f. Obat Obat yang Mengakibatkan Osteoporosis

Terdapat beberapa obat- obatan yang jika digunakan untuk waktu yang

lama mengubah pergantian tulang yang meningkatkan osteoporosis

(Hartono, 2000:106 dalam Mu’minin, 2013:21)

g. Beberapa pengobatan yang memperbesar risiko osteoporosis antara

lain anti konvulsan, hormon tiroid, kortokosteroid, litium,

methotreksate, hormone yang mengeluarkan gonadotropin,

kolesteramin, heparin, warfarin, dan antacid yang mengandung

aluminium (Alexander & Knight, 2011)

C. Klasifikasi Osteoporosis

Osteoporosis dibagi 2 kelompok, yaitu :

1. Osteoporosis primer

Osteoporosis primer adalah kehilangan massa tulang yang terjadi sesuai

dengan proses penuaan. Sampai saat ini osteoporosis primer masih

menduduki tempat utama karena lebih banyak ditemukan dibandingkan

osteoporosis sekunder (Ode, 2012). Pada wanita biasanya disebabkan oleh

pengaruh hormonal yang tidak seefektif biasanya. Osteoporosis ini terjadi

karena kekurangan kalsiumakibat penuaan usia (Syam dkk, 2014).

Menurut Zaviera (2007) osteoporosis primer ini terdiri dari 2 bagian yaitu:

a) Osteoporosis tipe I (pasca menopouse), Terjadi 15-20 tahun setelah

menopause (53-75 tahun). Ditandai oleh fraktur tulang belakang dan

berkurangnya gigi geligi. Hal ini disebabkan luasnya jaringan

5
trabekular pada tempat tersebut, dimana jaringan trabekular lebih

responsif terhadap defisiensi esterogen.

b) Osteoporosis tipe II (senilis), terutama kehilangan Massa tulang daerah

Korteks. Terjadi pada pria dan wanita usia 70 tahun keatas. Ditandai

oleh fraktur panggul dan tulang belakang tipe wedge. Hilangnya masa

tulang kortikal terbesar terjadi pada usia tersebut.

c) Osteoporosis idiopatik yang terjadi pada usia muda dengan penyebab

yang tidak diketahui

2. Osteoporosis sekunder, yang terjadi pada/akibat penyakit lain, antara lain

hiperparatiroid, gagal jantung kronis, arthritis rematoid dan lain-lain.

gangguan hormonal, dan juga kesalahan pada gaya hidup seperti konsumsi

alkohol secara berlebihan, rokok, kafein, dan kurangnya aktifitas fisik.

Berbeda dengan osteoporosis primer yang terjadi karena faktor usia,

osteoporosis sekunder bisa saja terjadi pada orang yang masih berusia

muda (Syam dkk, 2014).

D. Patofisiologi Osteoporosis

Setelah menopause, kadar hormon estrogen semakin menipis dan

kemudian tidak diproduksi lagi. Akibatnya, osteoblas pun makin sedikit

diproduksi. Terjadilah ketidakseimbangan antara pembentukan tulang dan

kerusakan tulang. Osteoklas menjadi lebih dominan, kerusakan tulang tidak

lagi bisa diimbangi dengan pembentukan tulang. Untuk diketahui, osteoklas

merusak tulang selama 3 minggu, sedangkan pembentukan tulang

membutuhkan waktu 3 bulan. Dengan demikian, seiring bertambahnya usia,

6
tulang-tulang semakin keropos (dimulai saat memasuki menopause) dan

mudah diserang penyakit osteoporosis.

Proses Osteoporosis sendiri di akibatkan faktor faktor berikut yaitu

Genetik, gaya hidup, alcohol, penurunan produksi hormon akibatnya produksi

osteoblas semakin sedikit maka terjadi ketidakseimbangan antara

pembentukan tulang dan kerusakan tulang hal ini menyebabkan osteoklas

menjadi lebih dominan dan tidak lagi bisa diimbangi dengan kerusakan tulang

mengakibatkan penurunan masa tulang Apabila kerusakan tulang sendi lebih

cepat dari kemampuannya untuk memperbaiki diri, maka terjadi penipisan dan

kehilangan pelumas sehingga kedua tulang akan bersentuhan. Inilah yang

menyebabkan rasa nyeri pada sendi. Setelah terjadi kerusakan sendi maka

tulang juga ikut berubah.

E. Manifestasi Klinis Osteoporosis

Menurut (Zaviera, 2007) penyakit osteoporosis ini sering disebut

penyakit silent disease karena proses kepadatan tulang berkurang secara

perlahan lahan dan berlangsung secara proggresif dan bertahun-tahun tanpa

kita sadari maka dari itu hampir semua osteoporosis ini tidak menimbulkan

gejala sehingga banyak orang yang tidak menimbulkan gejala sehingga

banyak orang yang tidak menyadari bahwa dirinya terkena osteoporosis, tetapi

ada juga penderita osteoporosis mempunai tanda dan gejala seperti ini yaitu :

1. Nyeri tulang dan sendi terutama jika nyeri dipumggumg saat dibuat

berdiri, berjalan beraktivitas dan disentuh. Sifat nyerinya tersebut tajam

atau seperti terbakar bisa karena adanya fraktur

7
2. Deformitas atau perubahan bentuk tulang seperti kifosis dan jari jari

tangan dan kaki terlihat membengkok atau adanya berubahan abnormal

3. Patah tulang (fraktur)

4. Kerangka tulang semakin memendek atau punggung semakin

membungkuk (penurunan tinggi badan)

5. Nafsu makan menurun menjadikan berat badan menurun atau kurus

6. Sesak nafas karena organ tubuh semakin berdekatan karena tulang tidak

mampu menyangga lagi

F. Penatalaksanaan Osteoporosis

a. Pengobatan Osteoporosis:

a) Meningkatkan pembentukan tulang, obat-obatan yg dapat

meningkatkan pembentukan tulang adalah Na-fluorida dan steroid

anabolic

b) Menghambat resobsi tulang, obat-obatan yang dapat mengahambat

resorbsi tulang adalah kalsium, kalsitonin, estrogen dan difosfonat.

Penatalaksanaan keperawatan:

a) Membantu klien mengatasi nyeri.

b) Membantu klien dalam mobilitas.

c) Memberikan informasi tentang penyakit yang diderita kepada klien.

d) Memfasilitasikan klien dalam beraktivitas agar tidak terjadi cedera.

b. Pencegahan Osteoporosis

8
Pencegahan osteoporosis berarti mencegah berkurangnya massa

tulang. Saat menopause, tingkat esterogen menurun kira kira 50 persen dan

massa tulamg mulai berkurang (Lane, 2001). Menurut Mangoenprasodjo

(2005) pencegahan osteoporosis dibagi menjadi tiga bagian:

a. Pencegahan Primer

Pencegahan primer dilakukan dengan tujuan untuk tahap awal

pencegahan terjadinya osteoporosis. Salah satunya selalu

memperhatikan faktor-faktor yang dapat menyebabkan osteoporosis

baik secara genetik ataupun karena faktor lingkungan. Adapun cara

pencegahan primer diantaranya:

1) Mengonsumsi makanan yang mengandung kalsium, seperti susu.

Cairan putih ini merupakan sumber kalsium dan fosfor yang sangat

penting untuk pembentukan tulang. Itulah sebabnya sumber nutrisi

dari susu tak hanya baik bagi terpeliharanya kebuguran tubuh,

tetapi juga kesehatan tulang. Demi mencegah keropos tulang,

dibutuhkan keteraturan konsumsi susu sejak dini hingga usia lanjut

(lansia). Angka kecukupan gizi kalsium adalah 800-1200mg

perorang perhari atau setara dengan tiga sampai 4 gelas susu.

2) Melakukan latihan fisik atau biasa disebut dengan senam

osteoporosis.

3) Senam osteoporosis merupakan Olahraga atau aktivitas fisik yang

dapat meningkatkan kepadatan mineral pada tulang atau

mengurangi hilangnya jaringan tulang terutama pada wanita

9
premenopause dan postmenopause. Tujuan dilakukanya senam

osteoporosis adalah untuk memelihara kondisi punggung,

mencegah dan mengobati osteoporosis. Latihan ini dilakukan 15-

20 menit, 3 sampai 5 kali dalam seminggu minimal 2x seminggu,

latihan ini dilakukan dengan berdiri dan telentang. Menurut

mangoenprasodjo (2005) penelitian lain yang dilakukan pada

wanita-wanita setengah baya, menyatakan bahwa latihan olahraga

seperti senam osteoporosis membantu mencegah terkikisnya tulang

tulang yang biasanya terjadi pada usia baya.

4) Hindari faktor penghambat penyerapan kalsium atau mengganggu

pembentukan tulang seperti merokok, mengonsumsi alkohol,

konsumsi obat yang menyebabkan osteoporosis.

b. Pencegahan Sekunder

Cara pencegahan sekunder ini bertujuan untuk menghambat persebaran

osteoporosis yang sudah ada dalam tubuh mengkoplikasi penyakit

yang lain. Dengan pencegahan sekunder ini banyak sekali hal yang

harus dilakukan salah satunya melakukan pendeteksi dini pada

penderita osteoporosis. Setelah didapatkan hasil untuk memperkuat

diagnosa osteoporosis maka yang harus dilakukan untuk tahap

pencegahan sekunder ini adalah sebagai berikut:

1) Konsumsi kalsium yang harus ditambah lebih banyak lagi

2) Terapi Sulih Hormon (TSH). Setiap perempuan pada saat

menopause mempunyai risiko osteoporosis. Salah satu yang

10
dianjurkan adalah pemakaian ERT (Estrogen Replacement

Therapy) pada mereka yang tidak ada kontraindikasi. ERT

menurunkan risiko fraktur sampai 50 persen pada panggul tulang

dari vertebra.

3) Latihan fisik yang bersifat spesifik dan individual. Prinsipnya sama

dengan latihan beban dan tarikan (stretching) pada aksis tulang.

Latihan tidak dapat dilakukan secara missal karena perlu mendapat

supervise dari tenaga medis.

4) Mengonsumsi E Calcitonin, tentunya sesuai anjuran dokter

5) Rutin memeriksakan diri ke layanan kesehatan

c. Pencegahan Tertier

Pencegahan tertier merupakan pencegahan yang dilakukan

dikarenakan sudah terjadi osteoporosis dan dicegah agar tidak

mengalami keparahan atau sakit yang berlebih yaitu dengan cara,

setelah pasien mengalami osteoporosis atau fraktur jangan biarkan

melakukan gerak (mobilisasi) terlalu lama. Sejak awal perawatan,

disusun rencana mobilisasi, mulai mobilisasi pasif sampai aktif dan

berfungsi mandiri.

Dari sudut rehabilitasi medis, pemakaian fisioterapi/okupasi terapi

akan mengembalikan kemandirian pasien secara optimal. Pemahaman

pasien dan keluarganya tentang osteoporosis diharapkan menambah

kepedulian dan selanjutnya berperilaku hidup sehat sesuai pedoman

pencegahan osteoporosis.

11
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Osteoporosis adalah suatu keadaan pengurangan jaringan tulang per

unit volume, sehingga tidak mampu melindungi atau mencegah terjadinya

fraktur terhadap trauma minimal. Secara histopatologis osteoporosis ditandai

oleh berkurangnya ketebalan korteks disertai dengan berkurangnya jumlah

maupun ukuran trabekula tulang .

B. Saran

Sebagai perawat dalam melakukan tindakan asuhan keperawatan

berperan dalam upaya pendidikan dengan memberikan penyuluhan tentang

pengertian osteoporosis, penyebab dan gejala osteoporosis serta pencegahan

osteoporosis. Berperan juga dalam meningkatkan mutu dan pemerataan

pelayanan kesehatan serta peningkatan pengetahuan, sikap dan praktik pasien

serta keluarganya dalam melaksanakan pengobatan osteoporosis.

1
DAFTAR PUSTAKA

Karim, Ulfah Nuraini & Dewi, Aliana. (2023). Edukasi dan Program Vitamin D
Dalam Pencegahan Osteoporosis. Jurnal Dinamika Pengabdian, Vol. 8
No. 2 (2023) 377-381

World Health Organization (WHO). 2020. Osteoporosis, diakses pada ………


September 2023, <http://eprints.ums.ac.id/81699/3/BAB%20I.pdf

Anda mungkin juga menyukai