Anda di halaman 1dari 17

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN OSTEOPOROSIS

Dosen Pengampu: Ns. Ratumas Ratih M.Kep

DISUSUN OLEH :

Kelompok 2 :

1. Ananda Khoirunnisa (201030100021)


2. Dwui Tamara (201030100446)
3. Wina Aprillian Dini (201030100026)

5A - S1 KEPERAWATAN

STIKes Widya Dharma Husada


Tangerang Selatan

2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa atas segala rahmat yangdilimpahkan-Nya
sehingga pada akhirnya penulis dapat menyelesaikan tugas makalah ini dengan judul “ASUHAN
KEPERAWATAN PADA PASIEN OSTEOPOROSIS”. Penulis membuat makalah ini untuk
memenuhi sebagian syaarat penugasan pada mata kuliah KMB III,semoga makalah ini
bermanfaat dalam pembelajaran. Terimakasih kami haturkan kepada Ibu Ns. Ratumas Ratih,
M.Kep., selaku dosen mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah III.

Tak lupa kami juga mengucapkan terimakasih kepada teman-teman atas motivasi dan
dukungannya. Dalam penyusunan makalah ini kami sangat menyadari bahwa masih banyak
terdapat kekurangan dan kesalahan yang dikarenakan keterbatasan ilmu pengetahuan,
pengalaman serta kekhilafan yang penulis miliki. Maka dari itu, dengan ikhlas kami
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat mendidik dan membangun dari semua pihak demi
kesempurnaan pada penyusunan makalah ini.Semoga Allah Subhanahu Wa Ta’ala membalas dan
melimpahkan Rahmat serta Hidayah-Nya dan menjadikannya sebagai amal jariyah. Akhirnya
semoga maklah ini dapat bermanfaat bagi pembangunan ilmu pendidikan dan ilmu keperawatan
serta bagi semua yang membacanya, Amin.

Tangerang Selatan, 07 September


2022

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.....................................................................................................................3
DAFTAR ISI...................................................................................................................................4
BAB I...............................................................................................................................................5
PENDAHULUAN...........................................................................................................................5
A. Latar Belakang......................................................................................................................5
B. Tujuan...................................................................................................................................5
BAB II.............................................................................................................................................6
TINJAUAN TEORI.........................................................................................................................6
A. Definisi.................................................................................................................................6
B. Etiologi Osteoporosis............................................................................................................6
C. Klasifikasi Osteoporosis.......................................................................................................7
D. Manifestasi Klinis Osteoporosis...........................................................................................7
E. Patofisiologi Osteoporosis....................................................................................................7
F. Pathway Nyeri Akut pada Osteoporosis...............................................................................8
G. Komplikasi Osteoporosis......................................................................................................8
H. Pemeriksaan Penunjang Osteoporosis..................................................................................8
I. Penatalaksanaan Osteoporosis............................................................................................10
BAB III..........................................................................................................................................11
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN.......................................................................................11
KASUS KLIEN DENGAN OSTEOPOROSIS.............................................................................11
BAB IV..........................................................................................................................................16
PENUTUP.....................................................................................................................................16
A. Kesimpulan.........................................................................................................................16
B. Saran...................................................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................17
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Osteoporosis merupakan penyakit tulang yang ditandai dengan menurunya massatulang
(kepadatan tulang) secara keseluruhan akibat ketidakmampuan tubuhdalammengatur
kandungan mineral dalam tulang dan disertai dengan rusaknya arsitektur yangakan
mengakibatkan penurunan kekuatan tulang (pengeroposan tulang) (Kemenkes RI, 2016).
Menurut WHO pada International Consensus Development Conference, di Roma, Itali, 1992
Osteoporosis adalah penyakit dengan sifat-sifat khas berupa massa tulangyangrendah,
disertai perubahan mikroarsitektur tulang, dan penurunan kualitas jaringantulang, yang pada
akhirnya menimbulkan akibat meningkatnya kerapuhan tulang denganresikoterjadinya patah
tulang (Suryati, 2016).
Apabila kerusakan jaringan rawan sendi lebih cepat dari kemampuannya
untukmemperbaiki diri, maka terjadi penipisan dan kehilangan pelumas sehingga kedua
tulangakan bersentuhan. Inilah yang menyebabkan rasa nyeri pada sendi lutut. Setelahterjadi
kerusakan tulang rawan, sendi dan tulang ikut berubah. Definisi Nyeri adalahsuatukondisi
dimana seseorang merasakan perasaan yang tidak nyaman atautidakmenyenangkan yang
disebabkan oleh kerusakan jaringan yang telah rusak atauyangberpotensi untuk rusak.Tanda
dan gejala yang ditimbulkan oleh nyeri yaitu wajahtampakmeringis, gelisah, mengeluh nyeri
dan merasa depresi (tertekan) serta tidak mampumenuntaskan aktivitas. Hal tersebut
menjadikan lansia tidak nyaman serta menghambat dalam menjalan aktivitas hariannya
(Chabib dkk, 2016).

B. Tujuan
1. Untuk mengetahui Apa itu osteoporosis
2. Untuk mengetahui Apa saja etiologi dari osteoporosis
3. Untuk mengethaui Apa saja klasifikasi osteoporosis
4. Untuk mengetahui Apa saja manifestasi klinis osteoporosis
5. Untuk mengetahui Bagaimana patofisiologi dari osteoporosis
6. Untuk mengetahui Apa saja komplikasi osteoporosis
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Definisi
Osteoporosis Osteoporosis berasal dari kata osteo dan porous, osteo artinya
tulang, dan porous berarti berlubang-lubang atau keropos. Jadi, osteoporosis adalah
tulang yang keropos, yaitu penyakit yang mempunyai sifat khas berupa massa tulang
nyarendah atau berkurang, disertai gangguan mikro-arsitektur tulang dan penurunan
kualitas jaringan tulang yang dapat menimbulkan kerapuhan tulang (Tandra, 2016).
Osteoporosis adalah penyakit tulang sisitemik yang ditandai oleh penurunan
mikroarsitektur tulang sehingga tulang menjadi rapuh dan mudah patah. Pada tahun 2001,
National Institute of Health (NIH) mengajukan definisi baruosteoporosis sebagai
penyakit tulang sistemik yang ditandai oleh compromisedbone strength sehingga tulang
mudah patah ( Sudoyo, 2016 ).

B. Etiologi Osteoporosis
1. Faktor genetik
Perbedaan genetik mempunyai pengaruh terhadap derajat kepada tantulang.
Beberapa orang mempunyai tulang yang cukup besar dan yang lain kecil. Sebagai
contoh, orang kulit hitam pada umumnya mempunyai struktur tulang lebih kuat/berat
dari pacia bangsa Kaukasia. Jacii seseorang yang mempunyai tulangkuat (terutama
kulit Hitam Amerika), relatif imun terhadap fraktur karenaosteoporosis.
2. Faktor mekanis Beban
Mekanis berpengaruh terhadap massa tulang di samping faktor genetk.
Bertambahnya beban akan menambah massa tulang dan berkurangnya beban akan
mengakibatkan berkurangnya massa tulang. Kedua hal tersebut menunjukkan respons
terhadap kerja mekanik Beban mekanik yang berat akan mengakibatkan massa otot
besar dan juga massa tulang yang besar. Sebagai contoh adalah pemain tenis atau
pengayuh becak, akan dijumpai adanya hipertrofi baikpada otot maupun tulangnya
terutama pada lengan atau tungkainya, sebaliknya atrofi baik pada otot maupun
tulangnya akan dijumpai pada pasien yang harus istrahat di tempat tidur dalam waktu
yang lama, poliomielitis atau pada penerbangan luar angkasa. Walaupun demikian
belum diketahui denganpasti berapa besar beban mekanis yang diperlukan dan berapa
lama untuk meningkatkan massa tulang di samping faktor genetik.
3. Faktor makanan dan hormone
Pada seseorang dengan pertumbuhan hormon dengan nutrisi yang cukup(protein
dan mineral), pertumbuhan tulang akan mencapai maksimal sesuai dengan pengaruh
genetik yang bersangkutan. Pemberian makanan yang berlebih (misainyakalsium) di
atas kebutuhan maksimal selama masa pertumbuhan, disangsikan dapat menghasilkan
massa tulang yang melebihi kemampuan pertumbuhan tulang yang bersangkutan
sesuai dengan kemampuan genetiknya. 2.1.2 Determinan penurunan Massa Tulang
2.1.2.1 Faktor genetik Pada seseorang dengan tulang yang kecil akan lebih mudah
mendapat risiko fraktur dari pada seseorang dengan tulang yang besar. Sampai saat
ini tidakada ukuran universal yang dapat dipakai sebagai ukuran tulang normal.
Setiap individu mempunyai ketentuan normal sesuai dengan sitat genetiknya serta
beban mekanis den besar badannya. Apabila individu dengan tulang yang besar,
kemudian terjadi proses penurunan massa tulang (osteoporosis) sehubungan dengan
lanjutnya usia, maka individu tersebut relatif masih mempunyai tulang lebih banyak
dari pada individu yang mempunyai tulang kecil pada usia yang sama.
4. Faktor mekanis
Faktor mekanis mungkin merupakan yang terpenting dalarn proses penurunan
massa tulang sehubungan dengan lanjutnya usia. Walaupun demikian telah terbukti
bahwa ada interaksi panting antara faktor mekanis dengan faktor nutrisi hormonal.
Pada umumnya aktivitas fisis akan menurun dengan bertambahnya usia; dan karena
massa tulang merupakan fungsi beban mekanis, massa tulang tersebut pasti akan
menurun dengan bertambahnya usia.

C. Klasifikasi Osteoporosis
Osteoporosis dibagi 2 kelompok, yaitu :
1. Osteoporosis primer yang terjadi bukan sebagai akibat penyakit yang
lain,yangdibedakan lagi atas :
 Osteoporosis tipe I (pasca menopouse), yang kehilangan tulang terutama dibagian
trabekula.
 Osteoporosis tipe II (senilis), terutama kehilangan Massa tulang daerah Korteks.
 Osteoporosis idiopatik yang terjadi pada usia muda dengan penyebab yang tidak
diketahui.
2. Osteoporosis sekunder, yang terjadi pada/akibat penyakit lain, antaralain
hiperparatiroid, gagal jantung kronis, arthritis rematoid dan lain-lain.

D. Manifestasi Klinis Osteoporosis


Osteoporosis dimanifestasikan dengan :
1 Nyeri dengan atau tanpa fraktur yang nyata.
2 Nyeri timbul mendadak.
3 Sakit hebat dan terlokalisasi pada vertebra yg terserang.
4 Nyeri berkurang pada saat istirahat di tempat tidur.
5 Nyeri ringan pada saat bangun tidur dan akan bertambah jika melakukan aktivitas.
6 Deformitas vertebra thorakalis (Penurunan tinggi badan)

E. Patofisiologi Osteoporosis
Setelah menopause, kadar hormon estrogen semakin menipis dan kemudian tidak
diproduksi lagi. Akibatnya, osteoblas pun makin sedikit diproduksi. Terjadilah ketidak
seimbangan antara pembentukan tulang dan kerusakan tulang. Osteoklas menjadi lebih
dominan, kerusakan tulang tidak lagi bisa diimbangi dengan pembentukan tulang. Untuk
diketahui, osteoklas merusak tulang selama 3 minggu, sedangkan pembentukan tulang
membutuhkan waktu 3 bulan. Dengan demikian, seiring bertambahnya usia, tulang-
tulang semakin keropos (dimulai saat memasuki menopause) dan mudah diserang
penyakit osteoporosis. Proses Osteoporosis sendiri di akibatkan faktor faktor berikut
yaitu : Genetik, gaya hidup, alcohol, penurunan produksi hormon akibatnya produksi
osteoblas semakin sedikit maka terjadi ketidak seimbangan antara pembentukan tulang
dan kerusakan tulang hal ini menyebabkan osteoklas menjadi lebih dominan dan tidak
lagi bisa di imbangi dengan kerusakan tulang mengakibatkan penurunan masa tulang
Apabila kerusakan tulang sendi lebih cepat dari kemampuannya untuk memperbaiki diri,
maka terjadi penipisan dan kehilangan pelumas sehingga kedua tulang akan bersentuhan.
Inilah yang menyebabkan rasa nyeri pada sendi. Setelah terjadi kerusakan sendi maka
tulang juga ikut berubah.

F. Pathway Nyeri Akut pada Osteoporosis

Monopose Osteoblas makin sedikit diproduksi

Ketidakseimbangan antara pembentukan tulang dan kerusakan tulang

Osteoklas menjadi lebih dominan dan kerusakan tulang tidak bisa diimbangi

OSTEOPOROSIS

Genetik,gaya hidup,alkohol,penurunan produksi hormone

Kemunduran struktural Penurunan masa tulang


jaringan

Osteoporosis (gangguan musukuloskeletal)


Nyeri Kerapuhan tulang
Kiposis (gibbus)

Fraktur
Perubahan bentuk Keseimbang tubuh
tubuh, penurunan TB menurun

Defisit perawatan diri


Gangguan mobilitas fisik. Resiko cidera

G. Komplikasi Osteoporosis
Osteoporosis mengakibatkan tulang secara progresif menjadi panas, rapuh dan
mudah patah. Osteoporosis sering mengakibatkan fraktur. Bisa terjadi fraktur kompresi
vertebra torakalis dan lumbalis, fraktur daerah kolum femoris dan daerah trokhanter, dan
fraktur colles pada pergelangan tangan.
H. Pemeriksaan Penunjang Osteoporosis
1. Pemeriksaan radiologik
Dilakukan untuk menilai densitas massa tulang sangat tidak sensitif. Gambaran
radiologik yang khas pada osteoporosis adalah penipisan korteks dan daerah
trabekuler yang lebih lusen.Hal ini akan tampak pada tulang-tulang vertebra yang
memberikan gambaran picture-frame vertebra.
2. Pemeriksaan densitas massa tulang (Densitometri)
Densitometri tulang merupakan pemeriksaan yang akurat dan untukmenilai
densitas massa tulang, seseorang dikatakan menderita osteoporosisapabila nilai BMD
( Bone Mineral Density ) berada dibawah -2,5 dan dikatakan mengalami osteopenia
(mulai menurunnya kepadatan tulang) bila nilai BMD berada antara -2,5 dan -1 dan
normal apabila nilai BMD berada diatas nilai -1. Beberapa metode yang digunakan
untuk menilai densitas massa tulang: 1) Single-Photon Absortiometry (SPA) Pada
SPA digunakan unsur radioisotop I yang mempunyai energi photon rendah guna
menghasilkan berkas radiasi kolimasi tinggi. SPA digunakan hanya untuk bagian
tulang yang mempunyai jaringan lunak 14yang tidak tebal seperti distal radius dan
kalkaneus. 2) Dual-Photon Absorptiometry (DPA) Metode ini mempunyai cara yang
sama dengan SPA. Perbedaannya berupa sumber energi yang mempunyai photon
dengan 2 tingkat energi yang berbeda guna mengatasi tulang dan jaringan lunak yang
cukup tebal sehingga dapat dipakai untuk evaluasi bagian-bagian tubuh dan
tulangyang mempunyai struktur geometri komplek seperti pada daerah leher femur
dan vetrebrata. 3) Quantitative Computer Tomography (QCT) Merupakan
densitometri yang paling ideal karena mengukur densitastulang secara volimetrik.
3. Sonodensitometri
Sebuah metode yang digunakan untuk menilai densitas perifer dengan
menggunakan gelombang suara dan tanpa adanya resiko radiasi.
4. Magnetic Resonance Imaging (MRI)
MRI dalam menilai densitas tulang trabekula melalui dua langkah yaitu pertama
T2 sumsum tulang dapat digunakan untuk menilai densitasserta kualitas jaringan
tulang trabekula dan yang kedua untuk menilai arsitektur trabekula.
5. Biopsi tulang dan Histomorfometri
6. Merupakan pemeriksaan yang sangat penting untuk memeriksakelainan metabolisme
tulang.
7. Radiologis
15 Gejala radiologis yang khas adalah densitas atau masa tulang yang menurun
yang dapat dilihat pada vertebra spinalis. Dinding dekat korpusvertebra biasanya
merupakan lokasi yang paling berat. Penipisa korteksdan hilangnya trabekula
transfersal merupakan kelainan yang sering ditemukan. Lemahnya korpus vertebra
menyebabkan penonjolan yang menggelembung dari nukleus pulposus ke dalam
ruang intervertebral dan menyebabkan deformitas bikonkaf.
8. CT-Scan
CT-Scan dapat mengukur densitas tulang secara kuantitatif yang mempunyai nilai
penting dalam diagnostik dan terapi followup. Mineral vertebra diatas 110 mg/cm3
baisanya tidak menimbulkan fraktur vetebraatau penonjolan, sedangkan mineral
vertebra dibawah 65 mg/cm3 ada pada hampir semua klien yang mengalami fraktur.
9. Pemeriksaan Laboratorium
1) Kadar Ca, P, Fosfatase alkali tidak menunjukkan kelainan yang nyata.
2) Kadar HPT (pada pascamenoupouse kadar HPT meningkat) danCt (terapi
ekstrogen merangsang pembentukkan Ct)
3) Kadar 1,25-(OH)2-D3 absorbsi Ca menurun.
4) Eksresi fosfat dan hidroksipolin terganggu sehingga meningkat kadarnya.

I. Penatalaksanaan Osteoporosis
Pengobatan:
1. Meningkatkan pembentukan tulang, obat-obatan yg dapat
meningkatkanpembentukan tulang adalah Na-fluorida dan steroid anabolic
2. Menghambat resobsi tulang, obat-obatan yang dapat mengahambat resorbsi tulang
adalah kalsium, kalsitonin, estrogen dan difosfonat. Penatalaksanaan
keperawatan:
1) Membantu klien mengatasi nyeri.
2) Membantu klien dalam mobilitas.
3) Memberikan informasi tentang penyakit yang diderita kepada klien.
4) Memfasilitasikan klien dalam beraktivitas agar tidak terjadi cedera.

3. Pencegahan Pencegahan sebaiknya dilakukan pada usiapertumbuhan/dewasa


muda, hal ini bertujuan:
a. Mencapai massa tulang dewasa Proses konsolidasi) yang optimal
b. Mengatur makanan dan life style yg menjadi seseorang tetap bugar seperti:
1) Diet mengandung tinggi kalsium (1000 mg/hari)
2) Latihan teratur setiap hari
3) Hindari :  Makanan tinggi protein  Minum alkohol  Merokok  Minum
kopi  Minum antasida yang mengandung aluminium.
BAB III

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

KASUS KLIEN DENGAN OSTEOPOROSIS

A. Pengkajian
1. Identitas
 Nama : Tn.A
 Tempat /tgl lahir : Pasuruan,08 Agustus 1955
 Jenis Kelamin : Laki-laki
 Status Perkawinan : Kawin
 Agama : Islam
 Suku : Jawa
 Alamat : Rebalas Grati Pasuruan
 Diagnosa medis : Osteoporosis
2. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Kesehatan Masa Lalu
 Penyakit yang pernah diderita : Osteoporosis
 Riwayat alergi ( obat, makanan, binatang, debu dll ) : tidak ada
 Riwayat kecelakaan : tidak ada
 Riwayat pernah dirawat di RS : tidak pernah
 Riwayat pemakaian obat : meminum obat- obatan dari dokter tapi klien
tidak bisa memberi tahu jenisnya karena sudah habi
b. Riwayat Kesehatan Saat Ini
 Keluhan utama selama 1 tahun terakhir : klien mengeluh nyeri dipunggung
dan Kaki kanan, klien tampak sulit berjalan, saat beraktifitas berlebih klien
merasakan lelah.
 Gejala yang dirasakan : klien mengatakan sering merasakan nyeri
punggung dan sulit berjalan.
 Faktor pencetus : Faktor umur dan gaya hidup
 Timbulnya keluhan : hilang timbul
 Upaya mengatasi : beristirahat dan meminum resep dari dokter
 Pergi ke RS/klinik pengobatan/dokter praktek/bidan/perawat : dokter
praktek langganan
 Mengkonsumsi obat-obatan sendiri ? obat tradisional ? : obat dari dokter
3. Pemeriksaan Keadaan Umum : Baik
TTV =
suhu : 36,5˚C
TD : 120/80mmhg
Nadi : 86x/menit
RR : 20x/menit
BB/TB : 50 kg/ 161cm
B. Analisa Data

No Data Fokus Masalah Etiologi


Keperawatan
1. DS: Nyeri Akut Agen Pencedera Fisik
Tn.A mengatakan Nyeri pada punggung
dan kaki kanan
P= Inflamasi Sendi
Q= Tertusuk-tusuk
R= Kaki kanan dan lutut
S= 5 (sedang)
T= Hilang Timbul

DO:
a. Keadaan Umum : Cukup baik
GCS : Composmentis
(E=4, V=5, M=6)
b. Terdapat pembengkakan pada sendi
c. Klien nampak menahan nyeri
d. Klien tampak meringis
e. TTV=
TD : 120/80 mmhg
N : 93 x/menit
R : 24 x/menit
S : 36,7 °C

2. DS : Gangguan Mobilitas Gerakan Terbatas


Tn. A mengatakan sulit beraktifitas Fisik

DO :
1. Tn. A sedikit pincang saat berjalan
dan sulit bergerak karena menahan
nyeri
2. TTV =
TD : 110/80 mmhg
N : 90 x/menit
R : 24 x/menit
S : 36,8 °C

C. Diagnosa Keperawatan

1. Nyeri Akut b/d Agen pencendera fisiologis

2. Gangguan mobilitas fisik b/d Gerakan Terbatas


D. Rencana Asuhan Keperawatan

SDKI SLKI SIKI


Kode Diagnosa Kode Luaran Kode Intervensi
D.007 Nyeri L.08066 Luaran Utama: I.08238 Intervensi utama:
Akut b.d
- Tingkat Nyeri - Manajemen nyeri
Agen
pencedera 1. Observasi:
fisiologis
1. Identifikasi sekala nyeri
2. identifikasi faktor yang
L.05045 Luaran
memperberat dan memperingan
tambahan:
nyeri
- Pola Tidur
3. Identifikasi pengaruh budaya
terhadap respon nyeri
Telah dilakukan
intervensi
2. Terapeutik:
didapatkan hasil
1. Berikan teknik non
Tingkat Nyeri
farmakologis untuk mengurangi
Menurun
rasa nyeri (mis.
Dengan kriteria
TENS,hipnosis,akupresur,pijat,a
hasil sebagai
roma terapi,kompres hangat atau
berikut:
dingin, terapi bermain)
Kemampuan
2. Kontrol lingkungan yang
menuntaskan
memperberat rasa nyeri
aktifitas dari
cukup menurun
3. Edukasi:
menjadi cukup
1. Ajarkan teknik non
meningkat
farmakologis untruk mengurangi
Keluhan nyeri
rasa nyeri
dari cukup
meningkat
4. Kolaborasi:
menjadi cukup
- Kolaborasi pemberian
menurun
analgetik
Kesulitan tidur
dari sedang
menjadi cukup
menurun

Gangguan Luaran Utama : Intervensi Utama :


D.0054 L.05042 I.05173
Mobilitas - Mobilitas Fisik  Dukungan Mobilisasi
Fisik b.d
Gerakan 1. Observasi :
Terbatas
Luaran Identifikasi adanya nyeri
L.06053
Tambahan :
- Fungsi atau keluhan fisik lainnya
Sensorik 2. Terapeutik :
- Fungsi
Neurologis Fasilitasi aktivitas mobilisasi
dengan alat bantu
Setelah
dilakukan 3. Edukasi :
intervensi Jelaskan tujuan dan prosedur
keperawatan
maka di mobilisasi
dapatkan dengan
kriteria hasil :
1. Kemampuan
meningkatkan
pergerakan
ekstremitas
2. Kemampuan
dalam
meningkatkan
kekuatan otot
3. Kemampuan
dalam
merentang gerak
(ROM)

E. Tindakan Keperawatan dan Evaluasi

Diagnosis Tgl Implementasi Evaluasi

Nyeri Akut 15 Juli 1. Mengidentifikasi sekala nyeri S:


b.d Agen 2022 2. Mengidentifikasi faktor yang - Tn. A mengatakan nyeri
Pencedera memperberat dan memperingan nyeri terjadi pada sendi bila
bergerak terlalu lama
Fisik 3. Mengidentifikasi pengaruh budaya
P= Adanya peradangan
terhadap respon nyeri dan pembengkakan
4. Meberikan teknik non Q = Seperti ditusuk-tusuk
farmakologis untuk mengurangi rasa dan panas
nyeri R = Kaki kanan dan
(mis.TENS,hipnosis,akupresur,pijat,a punggung
roma terapi,kompres hangat atau S = 5 (sedang)
T = Hilang timbul
dingin, terapi bermain)
(terutama saat terlalu
5.Kontrol lingkungan yang lama beraktivitas /
memperberat rasa nyeri bekerja)
6. Mengajarkan teknik non
farmakologis untruk mengurangi rasa O: Ada pembengkakan
nyeri pada sendi
7. Kolaborasi pemberian analgetik TTV =
- TD : 120/80 mmHg
- Suhu : 36,7°C
- Nadi : 93 x/menit
- Respirasi : 24 x/menit

A: Masalah belum
teratasi
P: Intervensi di lanjutkan
- mengidentifikasi skala
nyeri
- Berikan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
- kontrol lingkungan
yang memperberat rasa
nyeri
Gangguan 15 Juli 1. Mengidendentifikasi adanya nyeri S:
Mobilitas 2022 atau keluhan fisik lainnya - Tn. A mengatakan
Fisik b.d sudah mampu
2. Memfasilitasi aktivitas mobilisasi meningkatkan
Gerakan
dengan alat bantu pergerakan kakinya
Terbatas
O:
3. Menjelaskan tujuan dan prosedur - TD : 110/80 mmHg
mobilisasi - Suhu : 36,7°C
- Nadi : 80 x/menit
- Respirasi : 24 x/menit
Tn. A mampu memahami
apa yang sudah diajarkan
perawat dan mampu
melakukan yang telah
diajarkan perawat
A: Masalah teratasi
sebagian
P: Intervensi dihentikan
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
Osteoporosis merupakan penyakit tulang yang ditandai dengan menurunya
massatulang (kepadatan tulang) secara keseluruhan akibat ketidakmampuan
tubuhdalammengatur kandungan mineral dalam tulang dan disertai dengan rusaknya
arsitektur yangakan mengakibatkan penurunan kekuatan tulang (pengeroposan tulang)
(Kemenkes RI, 2016). Menurut WHO pada International Consensus Development
Conference, di Roma, Itali, 1992 Osteoporosis adalah penyakit dengan sifat-sifat khas
berupa massa tulangyangrendah, disertai perubahan mikroarsitektur tulang, dan
penurunan kualitas jaringantulang, yang pada akhirnya menimbulkan akibat
meningkatnya kerapuhan tulang denganresikoterjadinya patah tulang (Suryati, 2016).

B. Saran
Diharapkan kepada setiap pembaca memberikan saran dan kritik yang membangun
demi kesempurnaan makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA

Andri, Juli.,dkk. 2020. Tingkat pengetahuan terhadap penanganan penyakit Osteoporosis pada
lansia.
Buffer, 2011, Klasifikasi Osteoporosis.
Depkes RI, 2017, Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta. www.depkes.go.id
Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2016. Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia ed 1,
Jakarta, Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI, 2018, Standar Intervensi Keperawatan Indonesia ed 1, Jakarta.
Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI, 2018, Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan
Kriteria Hasil Keperawatan ed 1, Jakarta, Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional
Indonesia.
World Health Organization (WHO). 2016. Osteoporosis, diakses pada Januari 2021,
http://eprints.ums.ac.id/81699/3/BAB%20I.pdf

Anda mungkin juga menyukai