Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH

“ DISLOKASI “

DOSEN PENGAMPU : NS. RATUMAS RATIH, M.KEP

DISUSUN OLEH :

1. ELSE VINA TRI AGUSTIEN 201030100030


2. FERY FERMAN SYAH 201030100005
3. MELI NELINSIH 201030100425

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU


KESEHATAN (STIKes) STIKES WIDYA DHARMA HUSADA TANGERANG
Jl. Pajajaran no. 1, Pamulang Barat, Kec. Pamulang,
Kota Tangerang Selatan, Banten 15417
Tahun 2022/2023
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ............................................................................................................................................... 2


KATA PENGANTAR ................................................................................................................................. 3
BAB I .......................................................................................................................................................... 4
PENDAHULUAN ....................................................................................................................................... 4
A. Latar Belakang................................................................................................................................. 4
B. Rumusan Masalah ........................................................................................................................... 4
C. Tujuan.............................................................................................................................................. 5
D. Manfaat ............................................................................................................................................ 5
BAB II ......................................................................................................................................................... 6
LAPORAN PENDAHULUAN ................................................................................................................... 6
A. KONSEP TEORI PENYAKIT.................................................................................................... 6
1. PENGERTIAN ............................................................................................................................ 6
2. ANATOMI DAN FISIOLOGI ........................................................................................................ 7
3. KLASIFIKASI .......................................................................................................................... 10
4. ETIOLOGI ................................................................................................................................ 11
5. PATOFISIOLOGI ..................................................................................................................... 11
6. TANDA DAN GEJALA............................................................................................................ 11
7. KOMPLIKASI YANG MUNGKIN MUNCUL........................................................................ 12
8. PEMERIKSAAN PENUNJANG .............................................................................................. 12
9. TERAPI YANG DILAKUKAN ................................................................................................ 13
B. CLINICAL PATHWAY ............................................................................................................. 16
C. ASUHAN KEPERAWATAN ..................................................................................................... 17
BAB III ...................................................................................................................................................... 27
PENUTUP ................................................................................................................................................. 27
A. Kesimpulan .................................................................................................................................... 27
B. Saran .............................................................................................................................................. 27
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................................ 28
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
berkat dan rahmat-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan Makalah ini tepat pada
waktunya. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas dari mata kuliah ‘’
KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH III‘’. Adapun makalah ini membahas
mengenai “DISLOKASI”.

Penyusun mengucapkan terima kasih kepada pihak – pihak yang telah


mendukung dan memberikan bimbingan dalam penyusunan makalah ini. Penyusun
menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih terdapat banyak kesalahan dan
kekurangan karena faktor batasan pengetahuan penyusun, maka penyusun dengan
senang hati menerima kritikan serta saran – saran yang bersifat membangun demi
kesempurnaan makalah ini.

Semoga hasil dari penyusunan makalah ini dapat dimanfaatkan bagi generasi
mendatang, khususnya mahasiswa S1 Keperawatan.

Akhir kata, melalui kesempatan ini penyusun makalah mengucapkan banyak


terima kasih.

Tangerang Selatan, September 2022

Penyusun
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dislokasi adalah terlepasnya kompresi jaringan tulang dari kesatuan sendi.
Dislokasi ini dapat hanya komponen tulangnya saja yang bergeser atau terlepasnya
seluruh komponen tulang dari tempat yang seharusnya (dari mangkuk sendi). Seseorang
yang tidak dapat mengatupkan mulutnya adalah karena sendi rahangnya terlepas dari
tempatnya. Dengan kata lain: sendi rahangnya telah mengalami dislokasi.
Dislokasi yang sering terjadi pada olahragawan adalah dislokasi sendi bahu dan
sendi pinggul (paha). Karena terpeleset dari tempatnya, maka sendi itupun menjadi
macet. Selain macet, juga terasa nyeri. Sebuah sendi yang pernah mengalami dislokasi,
ligamen-ligamenya biasanya menjadi kendor. Akibatnya, sendi itu akan gampang
dislokasi lagi.
Skelet atau kerangka adalah rangkaian tulang yang mendukung dan melindungi beberapa
organ lunak, terutama dalam tengkorak dan panggul. Kerangka juga berfungsi sebagai
alat ungkit pada gerakan dan menyediakan permukaan untuk kaitan otot-otot kerangka.
Oleh karena fungsi tulang yang sangat penting bagi tubuh kita, maka telah senestinya
tulang harus dijaga agar terhindar dari trauma atau benturan yang dapat mengakibatkan
terjandinya patah tulang atau dislokasi tulang.
Dislokasi terjadi saat ligarnen memberikan jalan sedemkian rupa sehingga tulang
berpindah dari posisinya yang normal di dalam sendi. Dislokasi dapat disebabkan oleh
faktor penyakit atau trauma karena dapatan (acquired) atau karena sejak lahir
(kongenital).

B. Rumusan Masalah
1. Pernyataan Masalah

Pemenuhan pendidikan kesehatan terhadap pertolongan pertama pada


kejadian dislokasi merupakan salah satu input penting untuk menentukan kualitas
sumber daya manusia. Salah satu indikator yang menentukan kualitas pendidikan
kesehatan. sehingga akan berdampak negatif dan Buruknya kualitas pendidikan
kesehatan diIndonesia berimbas pada ketepatan penolongan pertama.

2. Pertanyaan Masalah

a) Bagaimanakah pertolongan pertama kejadian dislokasi pada tubuh ?


b) Bagaimanakah pertolongan pertama kejadian dislokasi pada anggota tubuh
setelah dilakukan pendidikan kesehatan ?
c) Adakah pengaruh pendidikan kesehatan terhadap pertolongan pertama kejadian
dislokasi pada anggota tubuh ?

C. Tujuan

1. Tujuan Umum

Mengidentifikasi pengaruh pendidikan kesehatan terhadap pertolongan


pertama pada kejadian dislokasi pada anggota tubuh.

D. Manfaat
Penelitian ini bermanfaat bagi :
1. Bagi peneliti sendiri untuk menambah pengetahuan tentang kejadian dislokasi
pada anggota tubuh
2. Institusi pelayanan kesehatan
Penelitian dapat dijadikan dasar bagi Institusi dalam memberikan pertolongan
pertama kejadian dislokasi pada anngota tubuh.
3. Perkembangan ilmu keperawatan
Digunakan sebagai bahan informasi yang dapat meningkatkan ilmu pengetahuan
kesehatan dan dapat dijadikan acuan untuk penelitian selanjutnya
4. Pendidikan keperawatan
Sebagai masukan bagi mahasiswa khususnya mahasiswa keperawatan terhadap
wawasan tentang kejadian dislokasi pada anggota tubuh.
5. Peneliti selanjutya
Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai tambahan informasi sekaligus
referensi dalam melakukan penelitian dengan topik yang hamper sama yaitu
berkaitan dengan kejadian dislokasi pada anggota tubuh.
BAB II

LAPORAN PENDAHULUAN

A. KONSEP TEORI PENYAKIT


1. PENGERTIAN
Dislokasi sendi atau luksasio adalah tergesernya permukaan
tulang yang membentuk persendian terhadap tulang lain
(Sjamsuhidajat, 2011) Dislokasi sendi adalah suatu keadaan dimana
permukaan sendi tulang yang membentuk sendi tak lagi dalam
hubungan anatomis (Brunner & Suddart, 2001).
Dislokasi sendi adalah menggambarkan individu yang mengalami
atau beresiko tinggi untuk mengalami perubahan posisi tulang dari
posisinya pada sendi (Carpenito, 2000).
Dislokasi sendi adalah fragmen frakrtur saling terpisah dan
menimbulkan deformitas (Kowalak, 2011).
Dislokasi adalah deviasi hubungan normal antara rawan yang satu
dengan rawan yang lainnya sudah tidak menyinggung satu dengan
lainnya (Price & Wilson, 1995).
Dislokasi elbow merupakan suatu injury berupa keadaan yang
abnormal pada regio siku, dimana olekranon tidak berhubungan
secara normal dengan epycondylus humeri, atau bergesernya ulna ke
belakang dari ujung bawah humeri.
2. ANATOMI DAN FISIOLOGI

ANATOMI TULANG
Histologi Tulang

Secara histologinya, pertumbuhan tulang di bagi dalam 2 jenis

(Arif Musstaqin, 2008) yaitu

1) Tulang imatur, terbentuk pada perkembangan emrional dan tidak terlihat lagi

pada usia satu tahun. Tulang imatur mengandung jaringan kolagen.

2) Tulang matur, ada 2 jenis yaitu tulang kortikal dan tulang trabekular.

Komponen Penyusun Tulang

Tulang adalah suatu jaringan dinamis yang tersusun atas tiga jenis sel :

1) Osteoblas membangun tulang dengan membentuk kolagen tipe 1 dan

proteoglikan sebagai matriks tulang atau jaringan osteoid melalui suatu

proses yang disebut osifikasi. Ketika sedang aktif menghasilkan jaringan

osteoid, osteoblas menyekresi sejumlah besar fosfatase alkali yang

memegang peranan penting dalam mengendapkan kalsium dan fosfat ke

dalam matriks tulang. Sebagai fosfatase dari alkali akan memasuki aliran

darah sehingga kadar fosfatase alkali dalam darah dapat menjadi indicator

yang baik tentang tingkat pembentukan tulang setelah mengalami patah

tulang.
2) Osteosit adalah sel tulang dewasa yang bertindak sebagai suatu lintasan untuk

pertukaran kimiawi melalui tulang yang padat.

3) Osteoklas adalah sel besar yang berinti banyak yang memungkinkan mineral

dan matriks tulang diabsorpsi. Tidak seperti osteoblast dan osteosit, osteoklas

mengikis tulang. Sel ini menghasilkan proteolitik yang memecahkan matriks

dan beberapa asam yang melarutkan mineral tulang sehingga kalsium dan

fosfat terlepas kedalam aliran darah (Arif Mustaqqin, 2008).

Struktur tulang dan jaringan ikat menyusun kurang lebih 25% berat

badan dan otot menyusun kurang lebih 50%. Struktur tulang memberikan

perlindungan terhadap organ vital, termasuk otak, jantung dan paru.

Kerangka tulang merupakan kerangka yang kuat untuk menyangga struktur

tubuh. Otot yang melekat ke tulang memungkinkan tubuh bergerak, matriks

tulang menyimpan kalsium, fosfor, magnesium dan flor. Lebih dari 99%

kalsium tubuh total terdapat dalam tulang, sumsum tulang merah yang

terletak dalam rongga tulang menghasilkan sel darah merah dan putih dalam

proses yang dinamakan hematopoiesis. Kontraksi otot menghasilkan suatu

usaha mekanik untuk gerakan maupun produksi panas untuk

mempertahankan temperatur tubuh (Brunner & suddarth, 2002).

Fungsi Utama Tulang

Tulang adalah jaringan yang terstruktur dengan baik dan mempunyai

fungsi utama yaitu :

1) Membentuk rangka badan

2) Sebagai pengumpil dan tempat melekat otot

3) Sebagai bagian dari tubuh untuk melindungi dan mempertahankan alat-

alat dalam (seperti otak, sumsum tulang belakang, jantung, dan paru-

paru).
4) Sebagai tempat mengatur dan deposit kalsium, fosfat, magnesium, dan
garam.
5) Ruang ditengah tulang tertentu sebagai organ yang mempunyai fungsi

tambahan lain, yaitu sebagai jaringan hemopoletik untuk memproduksi

sel darah merah, sel darah putih, dan trombosit (Arif Mustaqqin, 2008).

3. KLASIFIKASI
a. Klasifikasi dislokasi menurut penyebabnya, yaitu :

1) Dislokasi kongenital, terjadi sejak lahir akibat kesalahan


pertumbuhan, paling sering terlihat pada pinggul.
2) Dislokasi spontan atau patologik, akibat penyakit sendi dan
atau jaringan sekitar sendi. misalnya tumor, infeksi, atau
osteoporosis tulang. Ini disebabkan oleh kekuatan tulang yang
berkurang
3) Dislokasi traumatik, kedaruratan ortopedi (pasokan darah,
susunan saraf rusak dan mengalami stress berat, kematian
jaringan akibat anoksia) akibat oedema (karena mengalami
pengerasan). Terjadi karena trauma yang kuat sehingga dapat
mengeluarkan tulang dari jaringan disekeilingnya dan mungkin
juga merusak struktur sendi, ligamen, syaraf, dan system
vaskular. Kebanyakan terjadi pada orang dewasa.
b. Dislokasi berdarsarkan tipe kliniknya dapat dibagi menjadi :

1) Dislokasi Akut

Umumnya terjadi pada shoulder, elbow, dan hip. Disertai


nyeri akut dan pembengkakan di sekitar sendi
2) Dislokasi Berulang.

Jika suatu trauma Dislokasi pada sendi diikuti oleh frekuensi


dislokasi yang berlanjut dengan trauma yang minimal, maka
disebut dislokasi berulang. Umumnya terjadi pada shoulder
joint dan patello femoral joint. Dislokasi biasanya sering
dikaitkan dengan patah tulang / fraktur yang disebabkan oleh
berpindahnya ujung tulang yang patah oleh karena kuatnya
trauma, tonus atau kontraksi otot dan tarikan.
4. ETIOLOGI
a. Cedera olah raga

Olah raga yang biasanya menyebabkan dislokasi adalah sepak


bola dan hoki, serta olah raga yang beresiko jatuh misalnya :
terperosok akibat bermain ski, senam, volley. Pemain basket dan
pemain sepak bola paling sering mengalami dislokasi pada
tangan dan jari-jari karena secara tidak sengaja menangkap bola
dari pemain lain.
b. Trauma kecelakaan

Benturan keras pada sendi saat kecelakaan motor biasanya


menyebabkan dislokasi

5. PATOFISIOLOGI
Cedera akibat olahraga dikarenakan beberapa hal seperti tidak
melakukan exercise sebelum olahraga memungkinkan terjadinya
dislokasi, dimana cedera olahraga menyebabkan terlepasnya
kompresi jaringan tulang dari kesatuan sendi sehingga dapat merusak
struktur sendi dan ligamen. Keadaan selanjutnya terjadinya kompresi
jaringan tulang yang terdorong ke depan sehingga merobek
kapsul/menyebabkan tepi glenoid teravulsi akibatnya tulang
berpindah dari posisi normal. Keadaan tersebut dikatakan sebagai
dislokasi. Begitu pula dengan trauma kecelakaan karena kurang
kehati-hatian dalam melakukan suatu tindakan atau saat berkendara
tidak menggunakan helm dan sabuk pengaman memungkinkan terjadi
dislokasi. Trauma kecelakaan dapat kompresi jaringan tulang dari
kesatuan sendi sehingga dapat merusak struktur sendi dan ligamen.
Keadaan selanjutnya terjadinya kompres jaringan tulang yang
terdorong ke depan sehingga merobek kapsul/menyebabkan tepi
glenoid teravulsi akibatnya tulang berpindah dari posisi normal yang
menyebabkan dislokasi.

6. TANDA DAN GEJALA


a. Rasa sakit yang berulang di bagian luar lengan atas, tepat di
bawah siku (lateral epikondilus).
b. Kadang-kadang ada rasa sakit yg menjalar ke lengan bawah
menuju pergelangan tangan.
c. Rasa sakit ini menyebabkan karena adanya lipatan pada lengan.

d. Sulit untuk memperpanjang lengan sepenuhnya, karena


adanya peradangan otot,tendon dan ligamen.
e. Rasa sakit ini biasanya berlangsung selama 6 - 12 minggu.

f. Perubahan kontur sendi

g. Perubahan panjang ekstremitas

h. Kehilangan mobilitas normal

i. Perubahan sumbu tulang yang mengalami dislokasi

7. KOMPLIKASI YANG MUNGKIN MUNCUL


a. Komplikasi dini

1) Cedera saraf : saraf aksila dapat cedera, pasien tidak dapat


mengkerutkan otot deltoid dan mungkin terdapat daerah kecil
yang mati rasa pada otot tesebut
2) Cedera pembuluh darah : Arteri aksilla dapat rusak

3) Fraktur dislokasi

b. Komplikasi lanjut

1) Kekakuan sendi bahu : Immobilisasi yang lama dapat


mengakibatkan kekakuan sendi bahu, terutama pada pasien
yang berumur 40 tahun. Terjadinya kehilangan rotasi lateral,
yang secara otomatis membatasi abduksi
2) Dislokasi yang berulang : terjadi kalau labrum glenoid robek

3) Kapsul terlepas dari bagian depan leher glenoid

4) Kelemahan otot

8. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Sinar-X (Rontgen)

Pemeriksaan rontgen merupakan pemeriksaan diagnostik non


invasif untuk membantu menegakkan diagnosa medis. Pada pasien
dislokasi sendi ditemukan adanya pergeseran sendi dari mangkuk
sendi dimana tulang dan sendi berwarna putih.
b. CT scan
CT-Scan yaitu pemeriksaan sinar-X yang lebih canggih dengan
bantuan komputer, sehingga memperoleh gambar yang lebih detail
dan dapat dibuat gambaran secara 3 dimensi. Pada pasien dislokasi
ditemukan gambar 3 dimensi dimana sendi tidak berada pada
tempatnya.
c. MRI

MRI merupakan pemeriksaan yang menggunakan gelombang


magnet dan frekuensi radio tanpa menggunakan sinar-X atau bahan
radio aktif, sehingga dapat diperoleh gambaran tubuh (terutama
jaringan lunak) dengan lebih detail. Seperti halnya CT-Scan, pada
pemeriksaan MRI ditemukan adanya pergeseran sendi dari
mangkuk sendi.

9. TERAPI YANG DILAKUKAN


a. Medis

Pemberian obat-obatan : analgesik non narkotik

Analsik yang berfungsi untuk mengatasi nyeri otot, sendi, sakit


kepala, nyeri pinggang. Efek samping dari obat ini adalah
agranulositosis. Dosis: sesudah makan, dewasa: sehari 3×1 kapsul,
anak: sehari 3×1/2 kapsul.
Bimastan yang berfungsi untuk menghilangkan nyeri ringan atau
sedang, kondisi akut atau kronik termasuk nyeri persendian, nyeri
otot, nyeri setelah melahirkan. Efek samping dari obat ini adalah
mual, muntah, agranulositosis, aeukopenia. Dosis : dewasa; dosis
awal 500 mg lalu 250 mg tiap 6 jam.
b. Pembedahan

1) Operasi ortopedi

Operasi ortopedi merupakan spesialisasi medis yang


mengkhususkan pada pengendalian medis dan bedah para pasien
yang memiliki kondisi-kondisi arthritis yang mempengaruhi
persendian utama, pinggul, lutut dan bahu melalui bedah invasif
minimal dan bedah penggantian sendi. Prosedur pembedahan
yang sering dilakukan meliputi Reduksi Terbuka dengan Fiksasi
Interna atau disingkat ORIF (Open Reduction and Fixation).
Berikut dibawah ini jenis- jenis pembedahan ortopedi dan
indikasinya yang lazim dilakukan :
a) Reduksi terbuka : melakukan reduksi dan membuat
kesejajaran tulang yang patah setelah terlebih dahulu
dilakukan diseksi dan pemajanan tulang yang patah.
b) Fiksasi interna : stabilisasi tulang patah yang telah direduksi
dengan skrup, plat, paku dan pin logam.
c) Graft tulang : penggantian jaringan tulang (graft autolog
maupun heterolog) untuk memperbaiki penyembuhan, untuk
menstabilisasi atau mengganti tulang yang berpenyakit.
d) Amputasi : penghilangan bagian tubuh.

e) Artroplasti: memperbaiki masalah sendi dengan


artroskop(suatu alat yang memungkinkan ahli bedah
mengoperasi dalamnya sendi tanpa irisan yang besar) atau
melalui pembedahan sendi terbuka.
f) Menisektomi : eksisi fibrokartilago sendi yang telah rusak.

g) Penggantian sendi: penggantian permukaan sendi dengan


bahan logam atau sintetis.
h) Penggantian sendi total: penggantian kedua permukaan
artikuler dalam sendidengan logam atau sintetis.
c. Non medis

1) Dislokasi reduksi: dikembalikan ketempat semula dengan


menggunakan anastesi jika dislokasi berat.
RICE

R : Rest (istirahat)

I : Ice (kompres dengan es)

C : Compression (kompresi/ pemasangan pembalut

tekan)

E : Elevasi (meninggikan bagian dislokasi)


2) Pencegahan

a) Cedera akibat olahraga

Gunakan peralatan yang diperlukan seperti sepatu untuk


lari Latihan atau exercise Conditioning
b) Traumakecelakan
Kurangi
kecepatan
Memakai alat pelindung diri seperti helm, sabuk
pengaman Patuhi peraturan lalu lintas
B. CLINICAL PATHWAY

Etiologi

Cedera olahraga Trauma Kecelakaan

Terlepasnya kompresi jaringan jar. Tulang dari kesatuan sendi

Merusak struktur sendi, ligament

Kompresi jaringan tulang yg terdorong ke depan Merobek

kapsul/menyebabkan tepi glenoid teravulsi

Ligamen memberikan jalan

Tulang berpindah dari posisi yg normal

Dislokasi

Pelepasan mediator inflamasi cedera jar.lunak ekstremitas

Vasodilatasi spasme otot hambatan mobilita fisik

peningkatan aliran darah nyeri akut

peningkatan permeabilitas
kapiler
oedema ekstremitas

menekan pembuluh darah perifer inefektif perfusi jaringan


C. ASUHAN KEPERAWATAN

1. PENGKAJIAN

a. Biodata

 Identitas Klien meliputi:


Nama, umur, jenis kelamin, status perkawinan, agama, suku/bangsa, pendidikan,
pekerjaan, pendapatan, dan alamat.
 Identitas penanggung jawab
Nama, umur. jenis kelamin, status perkawinan, agama, suku/bangsa, pendidikan,
pekerjaan, pendapatan, hub. dengan klien, dan alamat

b.Riwayat kesehatan

 Riwayat kesehatan sekarang


RSMRS
- Kaji apakah klien sebelum masuk rumah sakit memiliki riwayat
penyakit yang sama ketika klien masuk rumah sakit.
Keluhan utama : Nyeri
Riwayat keluhan utama
P : nyeri
Q : seperti tertekan benda berat
R : pada sendi
S : 7 (0-10)
T : pada saat beraktivitas

 Riwayat kesehatan dahulu


- Kaji apakah klien pernah menderita riwayat penyakit yang sama
sebelumnya.
- Riwayat pemakaian obat-obatan

a) Pengkajian primer

1) Airway
 Jalan napas bersih
 Tidak terdengar adanya bunyi napas ronchi
 Tidak ada jejas badan daerah dada
2) Breathing
 Peningkatan frekunsi napas
 Napas dangkal
 Distress pernapasan
 Kelemahan otot pernapasan
 Kesulitan bernapas : sianosis
3) Circulation
 Penurunan curah jantung : gelisah, letargi, takikardia
 Sakit kepala
 Pingsan
 berkeringat banyak
 Reaksi emosi yang kuat
 Pusing, mata berkunang – kunang

Triase : Hijau

b) Pengkajian Sekunder
a. Pemeriksaan Fisik
a. Tampak adanya perubahan kontur sendi pada ekstremitas yang mengalami
dislokasi
b. Tampak perubahan panjang ekstremitas pada daerah yang mengalami
dislokasi
c. Adanya nyeri tekan pada daerah dislokasi
d. Tampak adanya lebam pad dislokasi sendi
b. pengkajian psikososial

Kaji bagaimana pola interaksi klien terhadap orang – orang disekitarnya


seperti hubungannya dengan keluarga, teman dekat, dokter, maupun dengan
perawat.

c. pemeriksaan penunjang
pemeriksaan laboratorium dasar, pemeriksaan kimia darah, hitung sel
darah lengkap, penentuan golongan darah dan uji silang, hitung trombosit,
urinalisasi,dan penentuan gula darh, BUM dan elektrolit

Klasifikasi Data
 Data subjektif

Klien mengatakan nyeri apabila beraktivitas


Klien mengatakan nyeri seperti ditekan benda berat
Klien mengatakan terjadi kekauan pada sendi
Klien mengatakan adanya nyeri pada sendi
Klien mengatakan sangat lemas
Klien bertanya-tanya tentang keadaannya
Klien mengatakan susah bergerak
Klien mengatakan cemas
Klien mengatakan merasa malu dengan keadaanya

 Data objektif

Klien nampak lemas


Wajah nampak meringis
Keterbatasan mobilitas
Skala nyeri 3 (0-5)
Klien nampak cemas

Analisa Data

Symptom Etiologi Problem


DS : Adanya trauma Nyeri Akut

Klien mengatakan Pergeseran frakmen tulang SDKI D.0077 hal 172


nyeri apabila
Terputusnya kontinuitas tulang
beraktivitas
Klien mengatakan
nyeri seperti ditekan
benda berat Nyeri Akut
Klien mengatakan
adanya nyeri pada
sendi

DO :

Wajah Nampak
meringis
Skala nyeri 3 (0-5)

Pembengkakan local

DS : Adanya trauma Gangguan mobilitas


fisik
Klien mengatakan
sangat lemas SDKI D.0054 hal 124
Pergeseran frakmen tulang
Klien mengatakan
susah bergerak
Klien
mengatakan terjadi Terputusnya kontinuitas tulang
kekauan pada sendi

DO :
Nyeri
Klien nampak lemas
Keterbatasan
mobilitas
Gangguan mobilitas fisik

DS : Kurang terpaparnya informasi Ansietas

Klien bertanya-tanya SDKI D.0080 hal 180


tentang penyakitnya
Kurang pengetahuan
DO :

Klien nampak cemas


Ansietas

2. Diagnosa Keperawatan

1) Nyeri akut berhubungan dengan pencederaan fisik SDKI D.0077 hal 172

2) Gangguan Mobilitas Fisik berhubungan dengan gangguan muskuloskeletal SDKI


D.0054 hal 124
3) Ansietas berhubungan dengan kurang terpapar informas SDKI D.0080 hal 180
3. RENCANA KEPERAWATAN

Rencana Asuhan Keperawatan


Diagnosa Luaran Intervensi
Nyeri akut Tujuan : Intervensi Utama
berhubungan dengan Setelah dilakukan tindakan Manajemen Nyeri SIKI I.08238 hal 201
agen pencedera fisik ( Keperawatan 3 x24 jam diharapkan Observasi
mis. Mengangkat nyeri menurun KH :  Identifikasi local,
berat, teauma, latihan Tingkat Nyeri SLKI L.08066 hal 145 karakteristik,durasi,frekuensi,
fisik berlebihan) • Keluhan nyeri menurun (5) kualitas, intensitas nyeri,.
• Gelisah menurun (5)  Identifikasi nyeri.
• Meringis menurun (5)  Identifikasi respon nyeri non
• Kesulitan tidur menurun (5) verbal.
• Pola tidur membaik (5)  Identifikasi factor yang
memperberat dan memperingan
Kontrol Nyeri SLKI L.08063 HAL.58 nyeri
 Kemampuan mengunakan  Monitor efek samping
teknik non-farmakologis penggunaan analgetik.
meningkat (5)
 Dukungan orang terdekat Terapeutik
meningkat (5)  Berikan teknik nonfarmakologis
 Pengunaan analgetik menurun untuk mengurangi rasa nyeri
(5) (mis.tarik napas dalam, kompres
 Penyembuhan luka hanagat/dingin).
 Pembentukan jaringan parut  Kontrol lingkungan yang
menurun. memperberat rasa nyeri .
 Peradangan luka menurun (5)  Pertimbangkan jenis dan sumber
 Peningkatan suhu kulit nyeri dalam pemilihan strategy
menurun (5) meredakan nyeri.

Edukasi
 Jelaskan penyebab, periode, dan
pemicu nyeri.
 Jelaskan strategi meredakan
nyeri.
 Anjurkan memonitor nyeri
secara mandiri.
 Anjurkan mengunakan analgetik
secara tepat.
 Ajarkan teknik nonfarmakologis
untuk mengurangi nyeri.

Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian analgetik
.jika perlu

Intervensi pendukung SIKI hal.486


 Aromaterapi
 Edukasi efek samping obat
 Edukasi manajemen nyeri
 Kompres dingin/panas
 Konsultasi
 Manajemen kenyamanan
lingkungan
 Pemantauan nyeri
 Pemberian obat
 Pengaturan posisi
 Perawatan kenyamanan
 Terapi humor
 Teralu relaksasi
 Terapi pemijatan
Gangguan Mobilitas Tujuan : Intervensi Utama
Fisik berhubungan Setelah dilakukan tintdakan Dukungan Mobilisasi SIKI I.05173 Hal
dengan gangguan keperawatan selama 3x 24 jam 30
muakuloskeletal diharapkan Tindakan
KH : SLKI L.05042 Hal. 65 Observasi
• Kekuatan otot (5)  Identifikasi adanya nyeri atau
• Rentang gerak (5) keluhan fisik
• Nyeri(5)  Identifikasi toleransi fisik
• kaku sendi (5) melakukan pergerakan
• gerakan terbatas (5) Terapeutik
• kelemahan fisik (5)  Fasilitas aktivitas mobilisasi
dengan alat bantu
 Fasilitas melakukan pergerakan,
jika perlu
 Libatkan keluarga untuk
melakukan aktivitas
Edukasi
 Jelaskan tujuan dan prosedur
mobilisasi
 Anjurkan melakukan mobilisasi
dini
 Anjurkan mobilisasi sederhana
yang harus dilakukan
Intervensi pendukung
 Dukungan perawatan diri
 Edukasi latihan fisik
 Manajemen nyeri
 Pemberian obat
 Pengaturan posisi
 Perawatan kaki

Ansietas berhubungan Tujuan : Intervensi Utama


dengan kurang Setelah dilakukan tindakan Reduksi ansietas SIKI I. 09314 Hal 387
terpapar informasi keperawatan selama 3x 24 jam Observasi
diharapkan. SLKI : L.09093  Identifikasi saat tingkat ansietas
 Verbalisasi kebingungan (5) berubah
 Verbalisasi khawatir akibat  Identifikasi kemampuan
kondisi yang dihadapi (5) mengambil keputusan
 Perilaku gelisah (5)  Monitor tanda – tanda ansietas
 Perilaku tegang (5) Terapeutik
 Tremor (5)  Ciptakan suasana terapeutik
 Pucat (5) untuk menumbuhkan
 Pola tidur (5) kepercayaan

 Perasaan keberdayaan (5)  Pahami situasi yang membuat

 Orientasi (5) ansietas


 Gunakan pendekatan yang
tenang dan meyakinkan
 Tempatkan barang pribadi yang
memberikan kenyamanan
Edukasi
 Jelaskan prosedur, termasuk
sensasi yang mungkin dialami
 Informasikan secara faktual
mengenai diagnosis, pengobatan,
dan prognosis
 Latih teknik relaksasi
Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian obat
ansietas, jika perlu
Intervensi pendukung SIKI Hal 453
 Bantuan kontrol marah
 Dukungan emosi
 Dukungan pelaksanaan ibadah
 Dukungan proses berduka
 Teknik hipnosis
 Terapi musik
 Terapi relaksasi otot progresif

Tindakan Keperawatan dan Evaluasi


Diagnosis Implementasi Evaluasi
Nyeri Akut 1. Mengidentifikasi local, S:
berhubungan karakteristik,durasi,frekuensi, • klien mengatakan nyeri
dengan Agen kualitas, intensitas nyeri. berkurang
Pencedera 2. Mengidentifikasi nyeri. • Klien mengatakan sudah bisa
Fisik 3. Mengidentifikasi respon nyeri mengendalikan nyeri.
non verbal. O:
4. Mengidentifikasi factor yang • klien tampak bugar
memperberat dan memperingan • TTV normal
nyeri. A : Masalah sudah teratasi
5. Memonitor efek samping P : hentikan intervensi
penggunaan analgetik.
6. Mengontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri .
7. Memertimbangkan jenis dan
sumber nyeri dalam pemilihan
strategy meredakan nyeri.
8. Menjelaskan strategi meredakan
nyeri.
9. Menganjurkan memonitor nyeri
secara mandiri.
10. Mengajarkan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi nyeri.(tarik nafas
dalam / teknik rilexsasi)
11. Kolaborasi pemberian analgetik .
Gangguan 1. Mengidentifikasi adanya S:
Mobilitas nyeri atau keluhan fisik  Klien bisa beraktivitas
Fisik 2. mengidentifikasi toleransi tanpa bantuan keluarga
berhubungan fisik melakukan pergerakan  Klien sudah terbiasa
dengan 3. melibatkan keluarga untuk melakukan aktivitas
gangguan melakukan aktivitas yang baru
muakuloskele 4. menfasilitasi aktivitas O :
tal mobilisasi dengan alat bantu  Klien sudah mandiri
dalam melakukan
aktivitas
A : Masalah teratasi
P : hentikan intervensi
Ansietas 1. mengidentifikasi saat tingkat S :
berhubungan ansietas berubah • Klien mengatakan sudah
dengan 2. mengidentifikasi tidak cemas dengan kondisi
kurang kemampuan mengambil fisiknya
terpapar keputusan O:
informasi 3. Memonitor tanda – tanda • Klien tanpak sudah mulai
ansietas tenang dalam beraktivitas
A : Masalah tertasi
P : Hentikan intervensi
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dislokasi adalah terlepasnya kompresi jaringan tulang dari kesatuan sendi.


Dislokasi ini dapat hanya komponen tulangnya saja yang bergeser atau terlepasnya
seluruh komponen tulang dari tempat yang seharusnya (dari mangkuk sendi). Dislokasi
disebabkan oleh

1. Tidak diketahui

2. Faktor predisposisi

a. Akibat kelainan pertumbuhan sejak lahir.

b. Trauma akibat kecelakaan.

c. Trauma akibat pembedahan ortopedi

d. Terjadi infeksi disekitar sendi.

B. Saran

Dalam penulisan askep ini masih kurang dari kesempurnaan karena kurangnya
referensi yang kami dapatkan. Jadi, kritik dan saran yang sifatnya membangun
khususnya dari dosen pengampu maupun dari rekan-rekan pembaca sangat kami
harapkan untuk kesempurnaan makalah dan askep ini kedepannya.
DAFTAR PUSTAKA

https://www.academia.edu/11892322/Dislokasi
https://www.slideshare.net/septianraha/askep-dislokasi
https://www.studocu.com/id/document/poltekkes-kemenkes-palu/keperawatan/lp-
dislokasi/18584103

Anda mungkin juga menyukai