Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH

DISLOKASI

untuk memenuhi tugas matakuliah


Keperawatan Medikal Bedah

Yang dibina oleh Bapak Marsaid, S.Kep,Ns, M.Kep

Disusun oleh :
Kelompok 3
Nur Azizah 1601470046
Revi Maulana A 1601470047
Atika Puspita 1601470052
M. Gusti Agung Mahardika 1601470059
Nur Ilma Amalia P 1601470062
Fitri Yunita A 1601470067
Riski Faridatul 1601470077
Dini Nurlaili A 1601470085

POLITEKNIK KESEHATAN MALANG


JURUSAN KEPERAWATAN
PRODI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN LAWANG
Januari 2018

1
UCAPAN TERIMA KASIH

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan hidayah-Nya, penulis
dapat menyelesaikan makalah ini. Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih
atas bantuan dari berbagai pihak yang sangat berperan dalam proses penyusunan makalah ini.
Oleh karena itu, dengan rasa penuh hormat, tulus, dan ikhlas penulis haturkan terima kasih
kepada:
1. Bapak Supono, S.kep,Ns, M.Kep, SP.MB selaku dosen pembimbing, yang telah banyak
memberikan masukan dan bimbingan dalam penulisan makalah ini.
2. Teman-teman yang telah memberikan dorongan dan semangat dalam menyelesaikan
makalah ini.
3. Semua pihak-pihak yang membantu terselesaikannya penulisan makalah ini yang tidak
dapat disebutkan satu persatu, semoga Allah SWT memberi rahmat dan hidayah pada
kalian semua.
Semoga segala bimbingan, bantuan dan dukungan dari semua pihak diberi balasan oleh
Allah SWT. Amin..

Lawang, 23 Januari 2018

PENULIS

DAFTAR ISI

UCAPAN TERIMAKASIH........................................................................................ i
DAFTAR ISI............................................................................................................... ii

2
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah............................................................................... 2
1.3 Tinjauan Penulisan.............................................................................. 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Dislokasi……………………………………………………..6
2.2 Etiologi Dislokasi ………………………………………………...6
2.3 Klasifikasi Dislokasi………………………………………………… .7
2.4 Manifestasi Klinis Dislokasi………………………………………….11
2.5 Patofisiologi Dislokasi…………………………………………..........12
2.6 Panatalaksanaan Dislokasi…………………………………………....13
2.7 Pemeriksaan Diagnostik
2.8 Prevalensi Dislokasi …………………………………………….........13
2.9 Asuhan Keperawatan Dislokasi……………………………………….13
2.9.1 Pengkajian …………………………………………………… 13
2.8.2 Diagnosa Keperawatan .………………………………………14
2.8.3 Rencana Keperawatan…………………………………………15

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan......................................................................................... 17
3.2 Saran................................................................................................... 17
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................. 18

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

3
Skelet atau kerangka adalah rangkaian tulang yang mendukung dan melindungi
beberapa organ – organ lunak, terutama dalam tengkorak dan panggul. Kerangka juga
berfungsi sebagai alat ungkit pada gerakan dan menyediakan permukaan untuk kaitan
otot-otot kerangka. Oleh karna itu, fungsi tulang yang sangat penting bagi tubuh kita,
maka telah mengakibatkan terjadinya patah tulang atau dislokasi tulang.
Dislokasi adalah terlepasnya kompresi jaringan tulang dari kesatuan sendi.
Dislokasi ini hanya dapat komponen tulangnya saja yang bergeser/ terlepasnya seluruh
komponen tulang dari tempat yang seharusnya. Seseorang yang tidak dapat menyatukan
mulutnya kembali sehabis membuka mulutnya karena sendi rahangnya terlepas dari
tempatnya. Dengan kata lain sendi rahangnya telah mengalami dislokasi.
Dislokasi terjadi saat ligament memberikan jalan sedemikian rupa sehingga tulan
berpindah dari posisinya yang normal di dalam sendi. Dislokasi dapat di sebabkan oleh
faktor penyakit atau trauma karena dapatan (acquired) atau karena sejak lahir
(kongenital)

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa Definisi Dislokasi


2. Apa Prevalensi Dislokasi
3. Apa Etiologi Dislokasi
4. Apa Klasifikasi Dislokasi
5. Bagaimana Manifestasi Klinis Dislokasi
6. Bagaimana Patofisiologi Dislokasi
7. Bagaimana Penatalaksanaan Dislokasi
8. Bagaimana Asuhan Keperawatan Dislokasi
9. Bagaimana Pengkajian pada kasus Dislokasi
10. Bagaimana Pemeriksaan Diagnostik Dislokasi
11. Bagaimana Diagnosa pada kasus Dislokasi
12. Bagaimana Rencana Keperawatan pada kasus Dislokasi

1.3 Tujuan Penulisan

4
1. Mengetahui Definisi Dislokasi
2. Mengetahui Prevalensi Dislokasi
3. Mengetahui Etiologi Dislokasi
4. Mengetahui Klasifikasi Dislokasi
5. Memahami bagaimana Manifestasi Klinis Dislokasi
6. Memahami bagaimana Patofisiologi Dislokasi
7. Memahami bagaimana Penatalaksanaan Dislokasi
8. Memahami bagaimana Asuhan Keperawatan Dislokasi
9. Memahami bagaimana Pengkajian pada kasus Dislokasi
10. Memahami bagaimana Pemeriksaan Diagnostik Dislokasi
11. Memahami bagaimana Diagnosa pada kasus Dislokasi
12. Memahami bagaimana Rencana Keperawatan pada kasus Dislokasi

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian
Dislokasi adalah keadaan dimana tulang tulang yang membentuk sendi tidak lagi
berhubungan secara otomatis (tulang lepas dari sendi). Atau dislokasi adalah suatu keadaan
keluarnya (bercerainya) kepala sendi dari mangkuknya. Dislokasi merupakan suatu

5
perdaruratan yang membutuhkan pertolongan segera. Bila terjadi patah tulang didekat sedi
atau mengenai sendi disertai luksasi sendi yang disebut fraktur dislokasi.
Dislokasi adalah terlepasnya kompresi jaringan tulang dari kesauan sendi. Dislokasi
ini dapat hanya komponen tulangnya saja yang bergeser atau terlepasnya seluruh komponen
tulang dari tempat yang seharusanya (dari mangkuk sendi).

2.2 Etiologi/penyebab
Dislokasi disebabkan oleh :

1. Trauma: jika disertai fraktur, keadaan ini disebut fraktur dislokasi.


- Cedera olahraga
Olah raga yang biasanya menyebabkan dislokasi adalah sepak bola dan hoki, serta olah
raga yang beresiko jatuh misalnya : terperosok akibat bermain ski, senam, volley.
Pemain basket dan pemain sepak bola paling sering mengalami dislokasi pada tangan
dan jari-jari karena secara tidak sengaja menangkap bola dari pemain lain.
- Trauma yang tidak berhubungan dengan olah raga.
Benturan keras pada sendi saat kecelakaan motor biasanya menyebabkan dislokasi.
- Terjatuh
Terjatuh dari tangga atau terjatuh saat berdansa diatas lantai yang licin

2. Kongenital

Sebagian anak dilahirkan dengan dislokasi, misalnya dislokasi pangkal paha. Pada
keadaan ini anak dilahirkan dengan dislokasi sendi pangkal paha secara klinik tungkai
yang satu lebih pendek dibanding tungkai yang lainnya dan pantat bagian kiri serta
kanan tidak simetris. Dislokasi congenital ini dapat bilateral (dua sisi). Adanya
kecurigaan yang paling kecil pun terhadap kelainan congenital ini mengeluarkan
pemeriksaan klinik yang cermat dan sianak diperiksa dengan sinar X, karena tindakan
dini memberikan hasil yang sangat baik. Tindakan dengan reposisi dan pemasangan
bidai selama beberapa bulan, jika kelainan ini tidak ditemukan secara dini, tindakannya
akan jauh sulit dan diperlukan pembedahan.
3. Patologis

Akibatnya destruksi tulang, misalnya tuberkolosis tulang belakang. Dimana


patologis:
terjadinya ‘tear ligament dan kapsul articuler yang merupakan kompenen vital
penghubung tulang.

6
2.3 Klasifikasi
Macam Dislokasi
I. Dislokasi Sendi Jari

Sendi jari mudah mengalami dislokasi dan bila tidak ditolong dengan segera sendi

tersebut akan menjadi kaku kelak. Sendi jari dapat mengalami dislokasi ke arah telapak

tangan atau punggung tangan.

Penatalaksanaan:

Jari yang cedera dengan tarikan yang cukup kuat tapi tidak disentakkan. Sambil

menarik, sendi yang terpeleset ditekan dengan ibu jari dan telunjuk. Akan terasa bahwa

sendi itu kembali ke tempat asalnya. Setelah diperbaiki sebaiknya untuk sementara waktu

ibu jari yang sakit itu dibidai. Untuk membidai dalam kedudukan setengah melingkar

seolah – olah membentuk huruf O dengan ibu jari. (7,9)

II. Dislokasi Sendi Siku

Jatuh pada tangan dapat menimbulkan dislokasi sendi siku ke arah posterior.

Reposisi dilanjutkan dengan membatasi gerakan dalam sling atau gips selama tiga

minggu untuk memberikan kesembuhan pada sumpai sendi. (6,7)

Gambar 3. Dislokasi radius

III. Dislokasi Pergelangan tangan (Dislocation of the Lunate)

Dislokasi pergelangan tangan adalah suatu kondisi dimana permukaan sendi dari

tulang pembentuk sendi pergelangan tangan mengalami pergeseran atau penguluran baik

secara langsung maupun tidak langsung.

a. Dislokasi tulang lunatum

7
Dislokasi ini jarang ditemukan, berupa dislokasi ke anterior. Dislokasi

tulang lunatum terjadi bila jatuh dengan pergelangan tangan dalam

keadaan dorsoflexy, dan tulang lunatum terdorong ke arah palmar dan

mengalami rotasi 900

pada carpar tunnel. Terdapat pembengkakan pada

daerah pergelangan tangan, nyeri apabila jari-jari diekstensikan. Bisa

didapatkan gejala lesi nervus medianus.

Pada dislokasi yang baru, dilakukan reposisi di bawah pembiusan umum

dengan melakukan penekanan pada tulang lunatum. Pada dislokasi yang

lama, reposisi tidak bisa dilakukan dan perlu dilakukan eksisi.

b. Dislokasi perilunatum

Seluruh korpus mengalami dislokasi ke arah dorsal kecuali tulang lunatum

masih tetap bersama-sama tulang radius.

Pengobatan dilakukan reduksi tertutup. Bila gagal, dilakukan reduksi

terbuka.

IV. Dislokasi Regio Bahu (Shoulder Dislocation)

Pada regio bahu terdapat beberapa sendi yang saling berhubungan dan saling

mempengaruhi, yaitu sendi sternoklavikular, sendi akromioklavikular, dan sendi

glenohumoral. Hubungan skapulothorakal bukan merupakan sendi melainkan suatu

hubungan muskuler antara dinding thoraks dan skapula. Melalui keempat hubungan ini

yang terdiri atas tiga persendian dan satu hubungan muskular ini terjadi gerakan ke segala

arah di gelang bahu. Dislokasi regio bahu (sendi glenohumoral) merupakan 50 % kasus

dari semua dislokasi. 80 % dari dislokasi regio bahu ini adalah tipe dislokasi bahu

8
anterior. Stabilitas sendi bahu tergantung dari otot - otot dan kapsul tendon yang

mengitari sendi bahu. Sedangkan hubungan antara kepala humerus dengan cekungan

glenoid terlalu dangkal. Oleh karena itu pada sendi glenohumoral sering terjadi dislokasi,

baik akibat trauma maupun pada saat serangan epilepsi. Melihat lokasi kaput humeri

terhadap glenoidalis, dislokasi paling sering ke arah anterior dan lebih jarang ke arah

posterior. Pada waktu terjadinya dislokasi yang pertama mengalami kerusakan atau

avulasi dari fibrocarltilage antara kapsul sendi dengan glenoidalis di bagian anterior dan

inferior. Dengan adanya robekan tadi, maka sendi bahu akan mudah mengalami dislokasi

ulang bila mengalami cedera lagi. Hal ini disebut sebagai recurrent dislokasi.

Tanda-tanda korban yang mengalami Dislokasi sendi bahu yaitu:

• Sendi bahu tidak dapat digerakakkan

• Korban mengendong tangan yang sakit dengan yang lain

• Korban tidak bisa memegang bahu yang berlawanan

• Kontur bahu hilang, bongkol sendi tidak teraba pada tempatnya

Berdasarkan bagian yang keluar dari mangkuk sendi dislokasi di bagi menjadi:
1. Dislokasi = keluarnya kepala sendi dari mangkuk sendi.
2. Sublukasi = keluarnya sebagian kepala sendi.
Berdasarkan lokasi terjadinya
1. Dislokasi sendi rahang
Penyebabnya:
a. Menguap atau tertawa terlalu lebar
b. Terkena pukulan keras ketika rahang sedang terbuka
Penatalaksanaannya:
 Balut jari dengan kain bersih atau kasa dengan tebal
 Ibu jari tersebut di letakkan pada geraham kanan paling belakang
 Tekanan rahang ke bawa deng ibu jari tersebut
 Tekanan tersebut harus mantap tetapi pelan-pelan sementara itu jari-jari lain
mengangkat dagu korban
 Tindakan di katakan berhasil bia rahang menutup dengan cepat dan keras

9
 Untuk beberapa saat penderita tidak di bolehkan membuka mulutnya lebar-
lebar
2. Dislokasi sendi jari
Dislokasi sendi jari sangat sering terjadi, dan bila tidak di tolong dengan segera sendi
tersebut akan menjadi kaku. Sendi jari dapat mengalami dislokasi ke arah telapak atau
punggung tangan.
Penatalaksaannya:
 Tariklah ujung jari yang cedera dengan tarikan cukup kuat dan tidak di
sentakkan
 Sambil menarik, sendi yang terpeleset di tekan dengan ibu jari dan
telunjuk.
 Untuk sementara waktu jari tersebut di bidai dalam kedudukan setengah
melingkar, seolah-olah hendak membentuk huruf O dengan ibu jari.
 Apabila tidak berhasil, maka mungkin ada urat yang terjepit di antara dua
tulang yang membentuk sendi tersebut. Ini hanya bisa di perbaiki di RS, demikian
pula dislokasi ibu jari sebaiknya langsung di bawa di RS.
3. Dislokasi sendi bahu
Disebabkan lepasnya kaput sendi humerus ke dari mangkuk glenoid. Keadaan ini pada
pria usia muda di hubungakan dengan kebiasaan olahraga.
Gejala atau tandanya:
a. Nyeri hebat di sertai gangguan pergerakkan sendi bahu
b. Pasien merasa sendinya keluar dan tidak mampu menggerakkan lengannya
c. Lengannya yang cedera di topang oleh tangan sebelahnya
d. Posisi badan penderita miring ke arah sisi yang sakit
e. Kontur bahu berubah
f. Sumbuh humerus tidak menusuk ke bahu
Penatalaksaannya:
 Teknik stimsom: penderita di baringkan tertelungkup dengan anggota gerak yang
dislokasikan dibiarkan menggantung di tepi tempat tidur, tangan menggantung
kebawah. Kemudian diberikan beban pada pergelangan tangan yang menggantung
tersebut seberat 2kg selama 30 menit atau tergantung dari kekuatan otot penderita.
Si penderita di suruh rileks untuk beberapa jam.
 Teknik hennipen: korban duduk atau berbaring dengan posisi 45 derajat, siku di
tahan oleh tangan kanan penolong dan tangan kiri penolong melakukan rotasi
eksterna 90 derajat dengan lembut dan perlahan. Jika korban merasa nyeri, rotasi
eksterna untuk sementara di hentikan sampai terjadi relaksasi otot kemudian baru
di lanjutkan kembali.
4. Dislokasi sendi panggul
10
Di sebabkan keluarnya kaput femur dari mangkuk acetabulum di panggul
Gejala atau tanda:
a. Tungkai tampak lebih pendek
b. Setiap usaha menggerakkan panggul akan menimbulkan nyeri
c. Caput femur dapat teraba pada panggul
Petalaksaannya:
 Stabilisasi ABC dan imobilisasi tulang belakang
 Jika di lapangan di temukan dislokasi panggul maka korban ditempatkan pada
tempat yang datar dan di perbolehkan memposisikan kakinya ke posisi yang
paling nyaman
 Segera bawa korban ke rumah sakit. Usaha perbaikan hanya dapat di lakukan di
RS. Jadi, segera kirim korban ke RS dengan memberi bantal di bawa luut dan
kakinya untuk membatasi pergerakan selama perjalanan.
Pasien dengan dislokasi panggul biasanya mengalami komplikasi lain
yang lebih di utamakan untuk ditangani, baik di lapangan maupun di RS.

2.4 Manifestasi Klinis


Gejala dan tanda yang dapat timbul adalah :
1. Nyeri : karena adanya cairan / eksudat kedalam sendi dan jaringan karena tekanan
pada saraf
2. Deformitas : perubahan posisi anggota gerak dan perubahan kontur sendi yang
bersangkutan karena adanya kontraksi / tarikan otot terhadap sendi
3. Gerakan sendi terbatas, bahkan sama sekali tidak dapat digerakkan
4. Bengkak dan memar
5. Cidera pada saraf dan pembuluh darah dapat menyebabkan iskemik

2.5 Patofisiologi (narasi dan bagan)


Dislokasi biasanya disebabkan karena faktor fisik yang memaksa sendi untuk

bergerak lebih dari jangkauan normalnya, yang menyebabkan kegagalan tekanan, baik

pada komponen tulang sendi, ligamen dan kapsula fibrous, atau pada tulang maupun

jaringan lunak. Struktur-struktur tersebut lebih mudah terkena bila yang mengontrol sendi
tersebut kurang kuat.

11
12
2.6 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan dislokasi sebagai berikut :
1. Lakukan reposisi segera.
2. Dislokasi sendi kecil dapat direposisi di tempat kejadian tanpa anestesi,
misalnya :
dislokasi siku, dislokasi bahu, dislokasi jari pada fase syok), sislokasi bahu, siku atau jari
dapat direposisi dengan anestesi loca; dan obat penenang misalnya valium.
3. Dislokasi sendi besar, misalnya panggul memerlukan anestesi umum.
4. Dislokasi reduksi: dikembalikan ketempat semula dengan menggunakan
anastesi jika dislokasi berat.
5. Kaput tulang yang mengalami dislokasi dimanipulasi dan dikembalikan ke
rongga sendi.
6. Sendi kemudian diimobilisasi dengan pembalut, bidai, gips atau traksi dan
dijaga agar tetap dalam posisi stabil. Beberapa hari sampai minggu setelah
reduksi dilakukan mobilisasi halus 3-4x sehari yang berguna untuk
mengembalikan kisaran sendi Memberikan kenyamanan dan melindungi sendi
selama masa penyembuhan

2.7 Pemeriksaan Diagnostik

1. Sinar X atau Rontgen


Merupakan pemeriksaan diagnostic non invarsif untuk membantu mngakkan
diagnose medis.
2. CT Scan
Merupakan pemeriksaan sinar X yang lebih canggih dengan batuan computer,
sehingga memperoleh gambar yang lebih detail dan dapat di buat gambaran
secara 3 dimensi. Pada pasien dislokasi ditemukan gambar 3 dimensi dimana
sendi tidak berada pada tempatnya.
3. MRI
Merupakan pemeriksaan yang menggunakan gelombang magnet dan frekuensi
radio tanpa menggunakan sinar X atau bahan radioaktif, sehingga dapat di
peroleh gambaran tubuh ( terutama jaringan lunak), dengan lebih detail. Seperti

13
halnya CT Scan, pada pemeriksaan MRI di temukan pergeseran sendi dari
mangkuk sendi.

2.8 Prevalensi
Pada sebuah penelitian terhadap 96 kasus dislokasi, di dapatkan bahwa dislokasi
akut merupakan yang paling sering terjadi ( 47,9%), di ikuti oleh dislokasi kronik
(30,2%) dan dislokasi kronik rekurent (21,9%). Penyebab dislokasi yang tersering ialah
menguap terlalu lebar sebesar 45,8%, di ikuti oleh kecelakaan lalulintas sebesar 13,5%

2.9 Asuhan Keperawatan


2.9.1. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan untuk mengumpulkan
data pasien dengan menggunakan tehnik wawancara, observasi, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang tetapi pada pasien dislokasi difokuskan pada :
1) Identitas klien.

meliputi nama ,jenis kelamin ,usia ,alamt ,agama ,bahasa yang digunakan ,stattus
perkawinan ,pendidikan, pekerjaan,asuransi golongan darah ,nomor registrasi , tanggal
dan jam masuk rumah sakit, (MRS) , dan diagnosis medis. Dengan fokus ,meliputi :

a. Umur , pada pasien lansia terjadi pengerasan tendon tulang sehingga


menyebabkan fungsi tubuh bekerja secara kurang normal dan dislokasi cenderung
terjadi pada orang dewasa dari pada anak-anak , biasanya klien jatuh dengan keras
dalam keadaan strecth out

b. Pekerjaan. Pada pasien dislokasi biasanya di akibatkan oleh kecelkaan yang


mengakibatkan trauma atau ruda paksa, biasaya terjadi pada klien yang
mempunyai pekrjaan buruh bangunan. Seperti terjatuh , atupun kecelakaan di
tempat kerja , kecelakaan industri dan atlit olahraga, seperti pemain basket ,
sepak bola dll

c. Jenis kelamin. Dislokasi lebih sering di temukan pada anak laki – laki dari pada
permpuan karna cenderung dari segi aktivitas yang berbeda .

14
2) Keluhan Utama

Keluhan utama pada klien dislokasi adalah klien mengeluhkan adanya nyeri. Kaji
penyebab, kualitas, skala nyeri dan saat kapan nyeri meningkat dan saat kapan nyeri
dirasakan menurun. kelemahan dan kelumpuhan ,ekstermitas , nyeri tekan otot , dan
deformitas pada daerah trauma ,untuk mendapatkan pengkajian yang lengkap mengenai
nyeri klien dapat menggunakan metode PQRS.

3) Riwayat Penyakit Sekarang

Kaji adanya riwayat trauma akibat kecelakaan pada lalu lintas ,kecelekaan industri , dan
kecelakaan lain ,seperti jatuh dari pohon atau bangunan , pengkajian yang di dapat
meliputi nyeri , paralisis extermitras bawah , syok .

4) Riwayat Penyakit Dahulu

Pada pengkajian ini ditemukan kemungkinan penyebab dislokasi, serta penyakit yang
pernah diderita klien sebelumnya yang dapat memperparah keadaan klien dan
menghambat proses penyembuhan. Penyakit yang perlu ditanyakan meliputi adanya
riwayat penyakit ,seperti osteoporosis, dan osteoaritis yang memungkinkan terjadinya
kelainan ,penyakit alinnya seeperti hypertensi ,riwayat cedera, diabetes milittus, penyakit
jantung , anemia , obat-obat tertentu yang sering di guanakan klien , perlu ditanyakan
pada keluarga klien

5) Pemeriksaan Fisik

Setelah melakukan anamnesis yang mengarah pada keluhan klien pemeriksaan fisik
sangat berguna untuk mendukung pengkajian anamnesis sebaiknya dilakukan persistem
B1-B6 dengan fokus pemeriksaan B3( brain ) dan B6 (bone) :

1. Keadaan Umum

15
Klien yang yang mengalami cedera pada umumnya tidak mengalami
penurunan kesadaran ,periksa adanya perubahan tanda-tanda vital ,yang meliputi
brikardia ,hipotensi dan tanda-tanda neurogenik syok.

2. B3 ( Brain )

 Tingkat kesedaran pada pasien yang mengalami dislokasi adalah kompos


mentis

 Pemeriksaan fungsi selebral.Status mental :observasi penampilan ,tingkah


laku gaya bicara ,ekspresi wajah aktivitas motorik klien .

 Pemeriksaan saraf kranial

 Pemeriksaan refleks .pada pemeriksaan refleks dalam ,reflecs achiles


menghilang dan refleks patela biasanya meleamh karna otot hamstring
melemah

3. B6 ( Bone )

 Paralisis motorik ekstermitas terjadi apabila trauma juga mengompresi sekrum


gejala gangguan motorik juga sesuai dengan distribusi segmental dan saraf
yang terkena

 Look ,pada insfeksi parienum biasanya di dapatkan adanya pendarahan


,pembengkakakn dan deformitas

 Fell , kaji adanya derajat ketidakstabilan daerah trauma dengan palpasi pada
ramus dan simfisi fubis

 Move , disfungsi motorik yang paling umum adalah kelemahan dan


kelumpuhan pada daerah ekstermitas.

4. Kaji 14 kebutuhan dasar Henderson. Untuk dislokasi dapat difokuskan


kebutuhan dasar manusia yang terganggu adalah:

16
 Rasa nyaman (nyeri) : pasien dengan dislokasi biasanya mengeluhkan nyeri
pada bagian dislokasi yang dapat mengganggu kenyamanan klien.

 Gerak dan aktivitas: pasien dengan dislokasi dimana sendi tidak berada pada
tempatnya semula harus diimobilisasi. Klien dengan dislokasi pada
ekstremitas dapat mengganggu gerak dan aktivitas klien.

 Makan minum: pasien yang mengalami dislokasi terutama pada rahang


sehingga klien mengalami kesulitan mengunyah dan menelan. Efeknya bagi
tubuh yaitu ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh.

 Rasa aman(ansietas): klien dengan dislokasi tentunya mengalami gangguan


rasa aman atau cemas(ansietas) dengan kondisinya.

5. Klasifikasi Data

a. Data Subjektif :

 Klien mengatakan nyeri apabila beraktivitas

 Klien mengatakan nyeri seperti ditekan benda berat

 Klien mengatakan terjadi kekauan pada sendi

 Klien mengatakan adanya nyeri pada sendi

 Klien mengatakan sangat lemas

 Klien bertanya-tanya tentang keadaannya

 Klien mengatakan susah bergerak

b. Data Objektif

 Klien nampak lemas

 Wajah nampak meringis

 Keterbatasan mobilitas

17
 Skala nyeri 6 (0-10)

 Klien nampak cemas

6. Analisa Data

Symtom etiologi problem


DS : Klien mengatakan Diskontuinitas tulang NYERI
nyeri apabila
beraktivitas
Pergeseran frakmen
-Klien mengatakan
tulang
nyeri seperti ditekan
benda berat

-Klien mengatakan Nyeri

adanya nyeri pada


sendi

DO : -Wajah Nampak
meringis

-Skala nyeri 5 (0-10)

- Pembengkakan
local

18
DS : Adanya trauma Gangguan mobilitas
fisik
-Klien mengatakan
sangat lemas
Deformitas tulang
-Klien mengatakan
susah bergerak
Gangguan Fungsi Gerak
-Klien mengatakan
terjadi kekauan pada
sendi Kerusakan mobilitas

DO : fisik

-Klien nampak lemas

-Keterbatasan
mobilitas

DS : Tindakan pengobatan Ansietas

-Klien bertanya-
tanya tentang
Kurangnya Informasi
penyakitnya
Kurang pengetahuan
DO :

-Klien nampak
cemas Konflik Interpersonal

Ansietas

19
2.9.2 Diagnosa

1) Nyeri akut berhubungan dengan agen penyebab cedera (fisik)

2) Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan muskuloskletal

3) Ansietas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang penyakit

2.9.4. Rencana Keperawatan

Nursing Care Plan Pasien Dislokasi

Dx.1 Nyeri Akut (Nanda NIC NOC hal:530)

Diagnosa Tujuan dan Kriteria


No Rencana Tindakan Rasional
Keperawatan Hasil
1 Nyeri akut Setelah diberikan 1. Observasi keadaan
berhubungan asuhan keperawatan umum pasien(tingkat
dengan agen selama …x24 jam, nyeri dan TTV)
penyebab diharapkan dengan
2. Beri posisi nyaman(semi
cedera- kriteria hasil :
fowler)
Fisik(trauma 1. Memperlihatka
kecelakaan n pengendalian 3. Berikan kompres hangat

dan cedera nyeri. pada lokasi dislokasi

olahraga)- 2. Melaporkan 4. Ajarkan teknik distraksi


DS: klien tidak adanya dan relaksasi
melaporkan nyeri
5. Beri HE tentang
adanya
3. Tidak penyebab nyeri, dan
nyeri.-
menunjukan antisipasi

20
DO: klien adanya nyeri ketidaknyamanan
tampak meningkat.
6. Kolaborasi dalam
berperilaku (tidak ada
pemberian analgetik
distraksi ekspresi nyeri
(mondar pada 1. Mengetahui

mandir, wajah,tidak keadaan umum

aktivitas gelisah atau pasien dan

berulang, ketegangan tingkat nyeri

memegang otot,tidak pasien

daerah nyeri), merintih atau 2. Posisi semi


perilaku menangis.) fowler dapat
ekspresif(gelis meminimalkan
ah, meringis, nyeri pada
menangis, dislokasi
menghela
3. Kompres hangat
napas panjang)
berperan dalam
vasodilatasi
pembuluh darah.

4. Teknik distraksi
dan relaksasi
berfungsi dalam
mengalihkan
fokus nyeri
pasien

5. Penanaman HE
pada pasien
berfungsi untuk
mengurangi
kecemasan
pasien terhadap

21
kondisinya

6. Analgetik dapat
mengurangi rasa
nyeri pada
dislokasi.

Dx 2: Hambatan mobilitas fisik (Nanda NIC NOC hal:472)

N Diagnosa Tujuan dan Rencana Tindakan Rasional


o Keperawatan Kriteria Hasil
2 Hambatan Setelah 1) Observasi 1) Menunjukkan
mobilitas fisik diberikan keadaan tingkat mobilisasi pasien
berhubungan asuhan umum(tingkat dan menentukan
dengan gangguan keperawatan mobilitas dan intervensi
muskuloskletal- selama …x24 kekuatan otot)2) selanjutnya2)
DS: pasien jam, diharapkan Ajarkan ROM3) Mempertahankan atau
mengeluh sulit klien dapat Pengaturan meningkatkan kekuatan
dalam melakukan posisi4) Berikan dan ketahanan otot3)
bergerak- mobilisasi bantuan perawatan Meningkatkan
DO: tidak dapat dengan teratur diri: berpindah kesejahteraan fisiologis
melakukan dengan kriteria dan psikologis4)
5) Berikan HE
aktivitas secara hasil : Membantu individu
tentang latihan fisik
mandiri, gerakan 1. Klien mengubah posisi
tidak teratur atau mengata tubuhnya
6) Kolaborasi
tidak kan
dengan ahli
5) Mengubah persepsi
terkoordinasi dapat
fisioterapi dalam
pasien terhadap latihan
melakuk
memberikan terapi
fisik
an
yang tepat
pergerak
6) Mengembalikan
an
posisi tubuh autonom

22
dengan dan volunter selama
bebas pengobatan dan
2. Gerakan pemulihan dari posisi
pasien sakit atau cedera
terkoordi
nir

3. Pasien
dapat
melakuk
an
aktivitas
secara
mandiri

Dx 3: Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

(Nanda NIC NOC Hal: 503)

No Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Rencana Rasional


Hasil Tindakan
3 Ansietas berhubungan Setelah dilakukan Anciety
dengan kurangnya tindakan keperawatan reduction
pengetahuan tentang selama 1x24 jam status ( penurunan
penyakit kekebalan pasien kecemasan )
meningkat dengan
Intervensi :
indilaktor:
DS: - Klien mengatakan - Gunakan
- Klien mampu
khawatir akan apa yang poendekatan
mengidentifikasi dan
akan terjadi pada dirinya yang
mengungkapkan gejala

23
DO: - klien gelisah cemas menenangkan

- klien ketakutan - Mengidentifikas - Nyatakan


i, mengungkapkan dan dengan jelas
- klien khawatir
menunjukkan tehnik harapan terhadap
- wajah tegang untuk mengontrol pelaku pasien

- klien gemetar cemas


- Jelaskan

- jantung berdebar- - Ekspresi wajah, semua prosedur

debar bahasa, dan tingkat dan apa yang


aktivitas menunjukkan dirasakan selama
- peningkatan tekanan
berkurangnya cemas prosedur
darah
pengobatan

- Temani
pasien untuk
memberikan
keamanan dan
mengurangi rasa
takut

- Dorong
pasien untuk
mengungkapkan
perasaan takut
dan persepisnya
terhadapa
penyakit yang
dia alami

- Identifika
si tingkat
kecemasan
pasien

24
- Dorong
keluarga untuk
selalu menemani
pasien selama
perawatan

25
BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Dislokasi adalah terlepasnya kompresi jaringan tulang dari kesatuan sendi.
Dislokasi ini hanya dapat komponen tulangnya saja yang bergeser/ terlepasnya seluruh
komponen tulang dari tempat yang seharusnya. Dislokasi dapat di sebabkan oleh faktor
penyakit atau trauma karena dapatan (acquired) atau karena sejak lahir (kongenital)

3.2 SARAN

Penulis menyadari masih banyak terdapat kekurangan pada makalah ini. Oleh karena
itu, penulis mengharapkan sekali kritik yang membangun bagi makalah ini, agar penulis
dapat berbuat lebih baik lagi di kemudian hari. Semoga makalah ini dapat bermanfaat
bagi penulis pada khususnya dan pembaca pada umumnya.

26
DAFTAR PUSTAKA

Brunner and Suddarth.Keperawatan medical-Bedah.2002.jakarta : EGC


Sjamsuhidajat R & Wim de Jong 9editor). Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi ke-2.
Jakarta:ECG;2005.
Reksoprojo Soelarto. Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah. Jakarta: Binarupa Aksara; 1995.
Hardisman.Gawat Darurat Medis Praktis. Yogyakarta:Coosyen Publishing;2014.

27

Anda mungkin juga menyukai