Anda di halaman 1dari 37

MAKALAH

Menjelaskan Tentang “Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Sistem


Musculosceletal (Dislokasi)”
Dosen Mata Kuliah : Ns. Ellen Lambonaung, S.Kep., M.Kes

Oleh Kelompok 2:
1. M. Rifky Alkatiri
2. Jelpy Solisa
3. Juneth susan manusiwa
4. Farha k. N. Zaitun
5. Ismail rumatiga
6. Irma santi sinaga
7. Irma wati jalil

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
MALUKU HUSADA
AMBON
2023
KATA PENGANTAR

Segala puji hanya milik ALLAH SWT. Shalawat dan salam selalu
tercurahkan kepada Rasulullah SAW. Berkat limpahan dan rahmay-Nya kami
mampu menyelesaikan tugamakalah yang berjudul “Menjelaskan Tentang
Penyakit Kronis Dan Penyakit Terminal: Penyakit Paru Obstruksi Kronis”.
Dalam penyusunan tugas atau materi ini, tidak sedikit hambatan yang penulis
hadapi. Namun penulis menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan materi
ini tidak lain berkat bantuan, dorongan dan kerjasama oleh teman-teman
kelompok, sehingga kendala-kendalam dalam penyusunan dapat teratasi.
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan
menjadi sumbangan pemikiran kepada pembaca khususnya para mahasiswa
jurusan keperawatan STIKes Maluku Husada. Kami sadar bahwa makalah ini
masih banyak kekurangan dan jauh dari sempurna. Untuk itu, kepada dosen mata
kuliah yaitu Ibu “Ns. Ellen Lambonaung, S.Kep., M.Kes”, kami meminta
masukanya demi perbaikan pembuatan makalah kami di masa yang akan datang
dan mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca.

Ambon, 5 Oktober
2023

Penyusun
DAFTAR ISI

COVER....................................................................................................................................i
KATA PENGANTAR..............................................................................................................ii
DAFTAR ISI............................................................................................................................iii
DAFTAR TABEL....................................................................................................................v
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.......................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..................................................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan....................................................................................................2
1.3.1 Tujuan Umum..............................................................................................2
1.3.2 Tujuan Khusus.............................................................................................2
1.4 Manfaat Penulisan..................................................................................................2
1.4.1 Manfaat Teoritis...........................................................................................2
1.4.2 Manfaat Praktis............................................................................................3
BAB II TINJAUAN TEORI.....................................................................................................4
2.1 Konsep Penyakit Pneumonia..................................................................................4
2.1.1 Definisi.........................................................................................................4
2.1.2 Etiologi.........................................................................................................4
2.1.3 Woc..............................................................................................................6
2.1.4 Manifestasi Klinis........................................................................................7
2.1.5 Pemeriksaan Penunjang...............................................................................8
2.1.6 Penatalaksanaan...........................................................................................8
2.2 Konsep Asuhan Keperawataan Pada Pasien Dengan Gangguan Sistem
Pernapasan: Pneumonia..........................................................................................8
2.2.1 Penkajian......................................................................................................8
1. Keluhan Utama........................................................................................8
2. Riwayat Penyakit Sekarang....................................................................9
3. Riwayat Penyakit Dahulu........................................................................9
4. Pemeriksaan Range Of System (B1-B6).................................................9
a. B1 (Breathing)....................................................................................9
b. B2 (Blood)..........................................................................................9
c. B3 (Brain)...........................................................................................9
d. B4 (Bladder).......................................................................................9
e. B5 (Bowel).........................................................................................9
f. B6 (Bone)...........................................................................................9
5. Pemeriksaan Penunjang...........................................................................9
6. Penatalaksanaan Medis Dan Keperawatan.............................................10
2.2.2 Diagnosa Keperawatan................................................................................10
2.2.3 Intervensi Keperawatan...............................................................................11
BAB III TINJAUAN KASUS
A. Pengkajian
B. Analisis Data
C. Diagnosa intervensi dan rasionalnya
D. Implementasi
E. Evaluasi
BAB IV PEMBAHASAN
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran.
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Semakin banyak orang yang melakukan olahraga rekreasional dapat mendorong dirinya
sendiri diluar batas kondisi fisiknya dan terjadi lah cedera olahraga. Cedera terhadap sistem
mukoluskletal dapat bersifat akut (sprain, strain, dislokasi, fraktur) atau sebagai akibat
penggunaan berlebihan secara bertahap (kondromalasia, tendinitis, fraktur sterss). Atlet
profesional juga rentan terhadap cedera, meskipun latihan mereka disupervisi ketat untuk
meminimalkan terjadinya cedera. Namun sering kali atlet tersebut juga dapat mengalami cedera
muskoluskletal, salah satunya adalah dislokasi.
Dislokasi atau keseleo merupakan cedera umum yang dapat menyerang siapa saja, tetapi
lebih mungkin terjadi pada individu yang terlibat dengan olahraga, aktivitas berulang, dan
kegiatan dengan resiko tinggi untuk kecelakaan. Ketika terluka ligamen, otot atau tendon
mungkin rusak, atau terkilir yang mengacu pada ligamen yang cedera, ligamen adalah pita sedikit
elastis jaringan yang menghubungkan tulang pada sendi, menjaga tulang ditempat sementara
memungkinkan gerakan. Dalam kondisi ini, satu atau lebih ligamen yang diregangkan atau
robek. Gejalanya meliputi nyeri, bengkak, memar, dan tidak mampu bergerak.
Dislokasi biasanya terjadi pada jari-jari, pergelangan kaki, dan lutut. Bila kekurangan
ligamen mayor, sendi menjadi tidak stabil dan mungkin diperlukan perbaikan bedah.
Dislokasi atau luksasio adalah kehilangan hubungan yang normal antara kedua
permukaan sendi secara komplet / lengkap ( Jeffrey m.spivak et al ,1999) terlepasnya kompresi
jaringan tulang dari kesatuan sendi, dislokasi ini dapat hanya komponen tulangnya saja yang
bergeser atau terlepasnya seluruh komponen tulang dari tempat yang seharusnya (dari mangkuk
sendi). Seseorang yang tidak dapat mengatupkan mulutnya kembali sehabis membuka mulutnya
adalah karena sendi rahangnya terlepas dari tempatnya. Dengan kata lain, sendi rahangnya telah
mengalami dislokasi.
Dislokasi yang sering terjadi pada olahragawan adalah dislokasi sendi bahu dan sendi
pinggul (paha). Karena terpeleset dari tempatnya, maka sendi itupun menjadi macet. Selain
macet, juga terasa nyeri. Sebuah sendi yang pernah mengalami dislokasi, ligamen-ligamennya
biasanya menjadi kendor. Akibatnya, sendi itu akan gampang dislokasi lagi.
Skelet atau kerangka adalah rangkaian tulang yang mendukung dan melindungi beberapa
organ lunak, terutama dalam tengkorak dan panggul. Kerangka juga berfungsi sebagai alat ungkit
pada gerakan dan menyediakan permukaan untuk kaitan otot-otot kerangka. Oleh karena fungsi
tulang yang sangat penting bagi tubuh kita, maka telah semestinya tulang harus di jaga agar
terhindar dari trauma atau benturan yang dapat mengakibatkan terjadinya patah tulang atau
dislokasi tulang.
Dislokasi terjadi saat ligarnen rnamberikan jalan sedemikian rupa
sehinggaTulang berpindah dari posisinya yang normal di dalam sendi. Dislokasi dapat
disebabkan oleh faktor penyakit atau trauma karena dapatan (acquired) atau karena sejak
lahir (kongenital).
1.1 Rumusan Masalah
Bagaimana Konsep Teori Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Sistem
Musculosceletal (Dislokasi)?
1.2 Tujuan Penulisan
1.2.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui Konsep Teori Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan
Sistem Musculosceletal (Dislokasi)
1.2.2 Tujuam Khusus
1. Untuk Mengetahui Konsep Teori Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan
Sistem Musculosceletal (Dislokasi)
2. Untuk Mengetahui Konsep Teori Penerapan Asuhan Keperawatan pada Pasien
dengan Sistem Musculosceletal (Dislokasi)
1.3 Manfaat Penulisan
1.3.1 Manfaat Teoritis
Makalah Ini Diharapkan Dapat Memberikan Ilmu Bagi Perawat Tentang Asuhan
Keperawatan pada Pasien dengan Sistem Musculosceletal (Dislokasi)
1.3.2 Manfaat Praktis
1. Bagi Perawat
Makalah ini dapat menjadi suatu informasi, landasan dan juga
gambaran tentang Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Sistem
Musculosceletal (Dislokasi)
2. Bagi Instansi Kesehatan
Sebagai masukan bagi instansi kesehatan dalam rangka meningkatkan
mutu pelayanan kesehatan khususnya tentang Dislokasi di daerah sekitar.
3. Bagi Institusi Pendidikan
Makalah ini diharapakan dapat memperluas wawasan pembaca tentang
ilmu keperawatan, dan menjadi referensi bagi pelajar khususnya calon tenaga
kesehatan tentang Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Sistem
Musculosceletal (Dislokasi)
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Konsep Dasar Penyakit Dislokasi

2.1.1 ANATOMI & FISIOLOGI

Sistem muskuloskeletal merupakan penunjang bentuk tubuh dan mengurus pergerakan.


Komponen utama sistem meskuloskeletal adalah jaringan ikat. Sitem ini terdiri atas tulang, sendi,
otot rangka, tendon, ligamen, dan jaringan khusus yang menghubungkan struktur-struktur ini.
Secara garis besar, tulang dibagi menjadi enam :

1. Tulang panjang : misalnya femur, tibia, fibula, ulna, dan humerus.


Didaerah ini sangat sering ditemukan adanya kelainan atau penyakit karena daerah ini
merupakan daerah metabolik yang aktif dan banyak mengandung pembuluh darah.

2. Tulang pendek : misalnya tulang-tulang karpal.


3. Tulang pipih : misalnya tulang parietal, iga, skapula dan pelvis.
4. Tulang tak beraturan : misalnya tulang vertebra.
5. Tulang sesamoid : misalnya tulang patela
6. Tulang sutura : ada di atap tengkorak.
Histologi tulang :

1. Tulang imatur : terbentuknya pada perkembangan embrional dan tidak terlihat lagi
pada usia 1 tahun. Tulang imatur mengandung jaringan kolagen.
2. Tulang matur : ada dua jenis, yaitu tulang kortikal (compact bone) dan tulang
trabekular (spongiosa).
Secara histologi, perbedaan tulang matur dan imatur terutama dalam jumlah sel, dan jaringan
kolagen.
Fisiologi sel tulang
Tulang adalah suatu jaringan dinamis yang tersusun dari tiga jenis sel : osteoblas, osteosit,
osteoklas.

1. Osteoblas, membangun tulang dengan membentuk kolagen tipe I dan proteoglikan


sebagai matriks tulang atau jaringan osteoid melalui suatu proses yang disebut
osifikasi.
2. Osteosit, sel tulang dewasa yang bertindak sebagai suatu lintasan untuk pertukaran
kimiawi melalui tulang yang padat.
3. Osteoklas, sel besar berinti banyak yang memungkinkan mineral dan matriks tulang
dapat diabsorpsi. Tidak seperti osteoblas dan osteosit, osteoklas mengikis tulang. Sel
ini menghasilkan enzim proteolitik yang memecahkan matriks dan beberapa asam
yang melarutkan mineral tulang sehingga kalsium dan fosfat terlepas kedalam aliran
darah.
Dalam keadaan normal, tulang mengalami pembentukan dan absorpsi pada suatu
tingkat yang konstan, kecuali pada masa pertumbuhan kanak-kanak yang lebih banyak terjadi
pembentukan dari pada absorpsi tulang. Proses ini penting untuk fungsi normal tulang.
Keadaan ini membuat tulang dapat berespons terhadap tekanan yang meningkat dan
mencegah terjadi patah tulang.
Bentuk tulang dapat disesuaikan untuk menanggung kekuatan mekanis yang semakin
meningkat. Perubahan membantu mempertahankan kekuatan tulang pada proses penuaan.
Matriks organi yang sudah tua berdegenerasi sehingga membuat tulang relatif menjadi lemah
dan rapuh. Pembentukan tulang yang baru memerlukan matriks organik baru sehingga
memberi tambahan kekuatan pada tulang.
Metabolisme tulang diatur oleh beberapa hormon. Peningkatan kadar hormon
paratiroid mempunyai efek langsung dan segera pada mineral tulang yang menyebabkan
kalsium dan fosfat diabsorpsi dan bergerak memasuki serum. Peningkatan kadar hormon
paratiroid secara perlahan meneyebabkan peningkatan jumlah dan aktivitas osteklas sehingga
terjadi demineralisasi. Metabaolisme kalsium dan fosfat sangat berkaitan erat. Tulang
mengandung 99% dari seluruh kalsium tubuh dan 90% dari seluruh fosfat tubuh.
Vitamin D memengaruhi deposisi dan absorpsi tulang. Vitamin D dalam jumlah besar
dapat menyebabkan absropsi tulang seperti yang terlihat pada kadar hormon paratiroid yang
tinggi. Bila tidak ada vitamin D, hormon paratiroid tidak akan menyebabkan absorpsi tulang.
Vitamin D dalam jumlah yang sedikit membantu klasifikasi tulang, antara lain dengan
meningkatkan absorpsi kalsium dan fosfat oleh usus halus.

Anatomi Sendi
Sendi adalah tempat pertemuan dua tulang atau lebih. Tulang-tulang ini dipadukan dengan
berbagai cara,misalnya dengan kapsul sendi, pita fibrosa, ligamen, tendon, fasia, atau otot. Ada 3
tipe sendi sebagai berikut :

1. Sendi fibrosa (sinartrodial),merupakan sendi yang tidak dapat bergerak. Sendi fibrosa
tidak memiliki lapisan tulang rawan. Tulang yang satu dengan tulang lainnya
dihubungkan oleh jaringan penyambung fibrosa.
2. Sendi kartilaginosa (amfiartrodia), merupakan sendi yang dapat sedikit bergerak.
Sendi kartilaginosa adalah sendi yang ujung-ujung tulangnya dibungkus oleh tulang
rawan hialin, disokong oleh ligamen, dan hanya dapat sedikit bergerak.
3. Sendi sinovial (diartrodial), merupakan sendi yang dapat digerakkan dengan bebas.
Sendi ini memiliki rongga sendi dan permukaan sendi dilapisi tulang rawan hialin.
Kapsul sendi terdiri dari selaput penutup fibrosa padat, suatu lapisan dalam yang
terbentuk dari jaringan penyambung berpembuluh darah banyak, serta sinovium yang
membentuk suatu kantung yang melapisi seluruh sendi dan membungkus tendon-tendon yang
melintasi sendi. Sinovium menghasilkan cairan yang sangat kental yang membasahi
permukaan sendi. Cairan sinovial normalnya bening , tidak membeku, dan tidak berwarna,
jumlah yang ditimbulkan dalam tiap-tiap sendi relatif kecil (1-3ml).
Tulang rawan sendi pada orang dewasa tidak mendapat aliran darah, limfe,atau
persarafan. Oksigen dan bahan-bahan metabolisme lain dibawa oleh cairan sendi yang
membasahi tulang rawan tersebut. Perubahan susunan kolagen dan pembentukan proteoglikan
dapat terjadi setelah cedera atau ketika usia bertambah.beberapa kolagen baru pada tahap ini
mulai membentuk kolagen tipe satu yang lebih fibrosa. Proteoglikan dapat kehilangan
sebagian kemampuan hidrofiliknya. Perubahan ini berarti tulang rawan akan kehilangan
kemampuannya untuk menahan kerusakan bila diberi beban berat.
Aliran darah kesendi banyak yang menuju sinovium. Pembuluh darah mulai masuk
melalui tulang subkondral pada tingkat tepi kapsul. Jaringan kapiler sangat tebal dibagian
sinovium yang menempel langsung pada ruang sendi. Hal ini memungkinkan bahan-bahan
didalam plasma berdifusi dengan mudah kedalam ruang sendi. Proses peradangan dapat
sangat menonjol disinovium karena didaerah tersebut banyak mendapat aliran darah dan juga
terdapat banyak sel mast dan sel lain serta zat kimia yang secara dinamis berinteraksi untuk
merangsang dan memperkuat respon peradangan.
Jaringan yang ditemukan pada sendi dan daerah yang berdekatan terutama adalah
jaringan penyambung yang tersusun dari sel-sel dan substansi dasar. Dua macam sel yang
ditemukan pada jaringan penyambung adalah sel-sel yang tidak dibuat dan tetap berada pada
jaringan penyambung ( seperti sel mast, sel palsma, limfosit, monosit, dan leukosit
polimorfonuklear).
Serat- serat yang terdapat pada substansi dasar adalah kolagen dan elastin. Kolagen
dapat dipecahkan oleh kerja kolagenase. Serat-serat elastin memiliki sifat elastis, serat ini
terdapat dalam ligamen, dinding pembuluh darah besar, dan kulit. Elastin dipecahkan oleh
enzim yang disebut elastase.
2.1.2 Defenisi
Dislokasi adalah cedera struktur ligameno di sekitar sendi, akibat gerakan menjepit
atau memutar / keadaan dimana tulang-tulang yang membentuk sendi tidak lagi berhubungan,
secara anatomis (tulang lepas dari sendi). (Brunner & Suddarth. 2002).
Dislokasi adalah keluarnya (bercerainya) kepala sendi dari mangkuknya, dislokasi
merupakan suatu kedaruratan yang membutuhkan pertolongan segera. (Arif Mansyur, 2000).
Dislokasi merupakan keadaan ruptura total atau parsial pada ligamen penyangga yang
mengelilingi sebuah sendi. Biasanya kondisi ini terjadi sesudah gerakan memuntuir yang
tajam (Kowalak, 2011).
Dislokasi adalah terlepasnya kompresi jaringan tulang dari kesatuan sendi. Dislokasi
ini terdapat hanya kepada komponen tulangnya saja yang bergeser atau terlepasnya seluruh
komponen tulang dari tempat yang seharusnya (dari mangkuk sendi).
2.1.3 Etiologi

1. Umur
Faktor umur sangat menentukan karena mempengaruhi kekuatan serta kekenyalan
jaringan. Misalnya pada umur 30- 40 tahun kekuatan otot akan relative menurun. Elastisitas
tendon dan ligamen menurun pada usia 30 tahun.
2. Terjatuh atau kecelakan
Dislokasi dapat terjadi apabila terjadi kecelakan atau terjatuh sehingga lutut
mengalami dislokasi.

3. Pukulan
Dislokasi lutut dapat terjadi apabila mendapat pukulan pada bagian lututnya dan
menyebabkan dislokasi.

4. Tidak melakukan pemanasan


Pada atlet olahraga sering terjadi keseleo karena kurangnya pemanasan.

5. Benturan keras pada sendi saat kecelakaan motor biasanya menyebabkan dislokasi.
6. Cedera olahraga. Pemain basket dan kiper pemain sepak bola paling sering mengalami
dislokasi pada tangan dan jari-jari karena secara tidak sengaja menangkap bola dari
pemain lain.
7. Terjatuh. Terjatuh dari tangga atau terjatuh saat berdansa diatas lantai yang licin.
8. Kongenital : Terjadi sejak lahir akibat kesalahan pertumbuhan.

2.1.4 Patofisiologi
Penyebab terjadinya dislokasi sendi ada tiga hal yaitu karena kelainan congenital yang
mengakibatkan kekenduran pada ligamen sehingga terjadi penurunan stabilitas sendi. Dari
adanya traumatic akibat dari gerakan yang berlebih pada sendi dan dari patologik karena adanya
penyakit yang akhirnya terjadi perubahan struktur sendi. Dari 3 hal tersebut, menyebabkan
dislokasi sendi. Dislokasi mengakibatkan timbulnya trauma jaringan dan tulang, penyempitan
pembuluh darah, perubahan panjang ekstremitas sehingga terjadi perubahan struktur. Dan yang
terakhir terjadi kekakuan pada sendi. Dari dislokasi sendi, perlu dilakukan adanya reposisi.

Adanya tekanan eksternal yang berlebih menyebabkan suatu masalah yang disebut
dengan dislokasi yang terutama terjadi pada ligamen. Ligamen akan mengalami kerusakan
serabut dari rusaknya serabut yang ringan maupun total ligamen akan mengalami robek dan
ligamen yang robek akan kehilangan kemampuan stabilitasnya. Hal tersebut akan membuat
pembuluh darah akan terputus dan terjadilah edema. Sendi mengalami nyeri dan gerakan sendi
terasa sangat nyeri. Derajat disabilitas dan nyeri terus meningkat selama 2 sampai 3 jam setelah
cedera akibat membengkak dan pendarahan yang terjadi maka menimbulkan masalah yang
disebut dengan dislokasi.
2.1.5 WOC

Etiologi

Cedera olahraga Trauma kecelakaan

Terlepasnya kompresi jar. Tulang dari kesatuan sendi

Merusak struktur sendi, ligamen

Kompresi jaringan tulang yg terdorong ke depan

Merobek kapsul/menyebabkan tepi glenoid teravulsi

Ligamen memberikan jalan

Tlg. Berpindah dari posisi yg normal

dislokasi

radang Cedera jar.lunak ekstremitas

Ketidakmampuan mengunyah Spasme otot Hambatan mobilitas


fisik
Ketidak seimbangan nutrisi Nyeri akut
kurang dari kebutuhan
tubuh
2.1.6 Manifestasi Klinis

1. Adanya bengkak / oedema


2. Mengalami keterbatasan gerak
3. Adanya spasme otot(kekauan otot)
4. Nyeri lokal (khususnya pada saat menggerakkan sendi)
5. Pembengkakan dan rasa hangat akibat inflamasi
6. Gangguan mobilitas akibat rasa nyeri
7. Perubahan warna kulit akibat ekstravasasi darah ke dalam jaringan sekitarnya
(tampak kemerahan).
8. Perubahan kontur sendi
9. Perubahan panjang ekstremitas
10. Kehilangan mobilitas normal
11. Perubahan sumbu tulang yang mengalami dislokasi

2.1.7 PEMERIKSAAN PENUNJANG


Pemeriksaan diagnostik yang dapat menunjang diagnosa adalah sebagai berikut :
1. Sinar-X (Rontgen)
Pemeriksaan rontgen merupakan pemeriksaan diagnostik noninvasif untuk
membantu menegakkan diagnosa medis. Pada pasien dislokasi sendi ditemukan
adanya pergeseran sendi dari mangkuk sendi dimana tulang dan sendi berwarna putih.

2. CT scan
CT-Scan yaitu pemeriksaan sinar-X yang lebih canggih dengan bantuan
komputer, sehingga memperoleh gambar yang lebih detail dan dapat dibuat gambaran
secara 3 dimensi. Pada psien dislokasi ditemukan gambar 3 dimensi dimana sendi
tidak berada pada tempatnya.
3. MRI
MRI merupakan pemeriksaan yang menggunakan gelombang magnet dan
frekuensi radio tanpa menggunakan sinar-X atau bahan radio aktif, sehingga dapat
diperoleh gambaran tubuh (terutama jaringan lunak) dengan lebih detail. Seperti
halnya CT-Scan, pada pemeriksaan MRI ditemukan adanya pergeseran sendi dari
mangkuk sendi.

Analgetik biasanya digunakan untuk klien yang mengalami nyeri. Berikut contoh obat
analgetik :
1) Aspirin:
Kandungan : Asetosal 500mg ; Indikasi : nyeri otot ; Dosis dewasa 1tablet atau
3tablet perhari, anak > 5tahun setengah sampai 1tablet, maksimum 1 ½ sampai 3tablet
perhari.
2) Bimastan :
Kandungan : Asam Mefenamat 250mg perkapsul, 500mg perkaplet ; Indikasi :
nyeri persendian, nyeri otot ; Kontra indikasi : hipersensitif, tungkak lambung,
asma, dan ginjal ; efeksamping : mual muntah, agranulositosis, aeukopenia ;
Dosis: dewasa awal 500mg lalu 250mg tiap 6jam.
3) Pemberian kodein atau obat analgetik lain (jika cedera berat).

2.1.8 PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan dislokasi sendi sebagai berikut :
1. Medis
a Farmakologi
Pemberian obat-obatan : analgesik non narkotik
 Analsik yang berfungsi untuk mengatasi nyeri otot, sendi, sakit kepala, nyeri
pinggang. Efek samping dari obat ini adalah agranulositosis. Dosis: sesudah
makan, dewasa: sehari 3×1 kapsul, anak: sehari 3×1/2 kapsul.
 Bimastan yang berfungsi untuk menghilangkan nyeri ringan atau sedang,
kondisi akut atau kronik termasuk nyeri persendian, nyeri otot, nyeri setelah
melahirkan. Efek samping dari obat ini adalah mual, muntah, agranulositosis,
aeukopenia. Dosis: dewasa; dosis awal 500mg lalu 250mg tiap 6 jam.

b Pembedahan

Operasi ortopedi
Operasi ortopedi merupakan spesialisasi medis yang mengkhususkan pada
pengendalian medis dan bedah para pasien yang memiliki kondisi-kondisi
arthritis yang mempengaruhi persendian utama, pinggul, lutut dan bahu melalui
bedah invasif minimal dan bedah penggantian sendi. Prosedur pembedahan yang
sering dilakukan meliputi:
Reduksi terbuka : melakukan reduksi dan membuat kesejajaran tulang yang patah
setelah terlebih dahulu dilakukan diseksi dan pemajanan tulang yang patah.
Fiksasi interna : stabilisasi tulang patah yang telah direduksi dengan skrup,
plat, paku dan pin logam.
Artroplasti: memperbaiki masalah sendi dengan artroskop(suatu alat yang
memungkinkan ahli bedah mengoperasi dalamnya sendi tanpa irisan yang
besar) atau melalui pembedahan sendi terbuka.

2. Non medis
a Dislokasi reduksi: dikembalikan ketempat semula dengan menggunakan anastesi
jika dislokasi berat.
b Dengan RICE (rest, ice, compression, elevation)

2.2 Konsep Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Sistem Musculosceletal


(Dislokasi)

2.2.1 Pengkajian

a. biodata

1. identitas klien meliputi:

Nama, umur, jenis kelamin, status perkawinan, agama, suku bangsa, pendidikan,

pekerjaan, pendapatan dan alamat

2. Identitas penanggung jawab

Nama, umur, jenis kelamin, status perkawinan, agama, suku bangsa, pendidikan,

pekerjaan, pendapatan, hubungan dengan klien dan alamat

b. Riwayat kesehatan

1. Riwayat kesehatan sekarang

1. RSMRS
- Kaji apakah klien sebelum masuk rumah sakit memiliki riwayat penyakit
yang sama ketika klien masuk rumah sakit.
2. Keluhan utana : Nyeri

3. Riwayat keluhan utama


P : Nyeri
Q : Seperti Tertekan benda berat
R : Pada sendi
S : 7 (0 – 10)
T : Pada saat beraktifitas

4. Riwayat kesehatan dahulu


- Kaji apakah Klien pernah menderita riwayat penyakit yang sama
sebelumnya

- Riwayat pemakaian obat obatan

a. Pemeriksaan fisik
Setelah melakukan anamnesis yang mengarah pada keluhan klien pemekrisaan
fisik sangat berguna untuk mendukung pengkajian anamnesis sebaiknya dilakukan
persistem B1-B6 dengan fokus pemeriksaan B3( brain ) dan B6 (bone)
1. Keadaan umum
Klien yang yang mengalami cedera pada umumnya tidak mengalami
penurunan kesadaran, periksa adanya perubahan tanda-tanda vital yang meliputi
brikardia, hipotensi dan tanda-tanda neurogenik syok.
2. B3 ( brain)
 Tingkat kesedaran pada pasien yang mengalami dislokasi adalah kompos
mentis
 Pemeriksaan fungsi selebral
Status mental :observasi penampilan ,tingkah laku gaya bicara ,ekspresi
wajah aktivitas motorik klien .
 Pemeriksaan saraf kranial
 Pemeriksaan refleks .pada pemeriksaan refleks dalam ,reflecs achiles
menghilang dan refleks patela biasanya meleamh karna otot hamstring
melemah

3. B6 (Bone)
 Paralisis motorik ekstermitas terjadi apabila trauma juga mengompresi
sekrum gejala gangguan motorik juga sesuai dengan distribusi segmental dan
saraf yang terkena
 Look ,pada insfeksi parienum biasanya di dapatkan adanya
pendarahan ,pembengkakakn dan deformitas
 Fell , kaji adanya derajat ketidakstabilan daerah trauma dengan palpasi pada
ramus dan simfisi fubis
 Move , disfungsi motorik yang paling umum adalah kelemahan dan
kelumpuhan pada daerah ekstermitas.

5. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan diagnostik yang dapat menunjang diagnosa adalah sebagai berikut :
1. Sinar-X (Rontgen)
Pemeriksaan rontgen merupakan pemeriksaan diagnostik noninvasif untuk
membantu menegakkan diagnosa medis. Pada pasien dislokasi sendi ditemukan
adanya pergeseran sendi dari mangkuk sendi dimana tulang dan sendi berwarna putih.

2. CT scan
CT-Scan yaitu pemeriksaan sinar-X yang lebih canggih dengan bantuan
komputer, sehingga memperoleh gambar yang lebih detail dan dapat dibuat gambaran
secara 3 dimensi. Pada psien dislokasi ditemukan gambar 3 dimensi dimana sendi
tidak berada pada tempatnya.
3. MRI
MRI merupakan pemeriksaan yang menggunakan gelombang magnet dan
frekuensi radio tanpa menggunakan sinar-X atau bahan radio aktif, sehingga dapat
diperoleh gambaran tubuh (terutama jaringan lunak) dengan lebih detail. Seperti
halnya CT-Scan, pada pemeriksaan MRI ditemukan adanya pergeseran sendi dari
mangkuk sendi.

Analgetik biasanya digunakan untuk klien yang mengalami nyeri. Berikut contoh obat
analgetik :
4) Aspirin:
Kandungan : Asetosal 500mg ; Indikasi : nyeri otot ; Dosis dewasa 1tablet atau
3tablet perhari, anak > 5tahun setengah sampai 1tablet, maksimum 1 ½ sampai 3tablet
perhari.
5) Bimastan :
Kandungan : Asam Mefenamat 250mg perkapsul, 500mg perkaplet ; Indikasi :
nyeri persendian, nyeri otot ; Kontra indikasi : hipersensitif, tungkak lambung,
asma, dan ginjal ; efeksamping : mual muntah, agranulositosis, aeukopenia ;
Dosis: dewasa awal 500mg lalu 250mg tiap 6jam.
6) Pemberian kodein atau obat analgetik lain (jika cedera berat).

6. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan dislokasi sendi sebagai berikut :
1. Medis
a Farmakologi
Pemberian obat-obatan : analgesik non narkotik
 Analsik yang berfungsi untuk mengatasi nyeri otot, sendi, sakit kepala, nyeri
pinggang. Efek samping dari obat ini adalah agranulositosis. Dosis: sesudah
makan, dewasa: sehari 3×1 kapsul, anak: sehari 3×1/2 kapsul.
 Bimastan yang berfungsi untuk menghilangkan nyeri ringan atau sedang,
kondisi akut atau kronik termasuk nyeri persendian, nyeri otot, nyeri setelah
melahirkan. Efek samping dari obat ini adalah mual, muntah, agranulositosis,
aeukopenia. Dosis: dewasa; dosis awal 500mg lalu 250mg tiap 6 jam.

b Pembedahan

Operasi ortopedi
Operasi ortopedi merupakan spesialisasi medis yang mengkhususkan pada
pengendalian medis dan bedah para pasien yang memiliki kondisi-kondisi
arthritis yang mempengaruhi persendian utama, pinggul, lutut dan bahu melalui
bedah invasif minimal dan bedah penggantian sendi. Prosedur pembedahan yang
sering dilakukan meliputi:
Reduksi terbuka : melakukan reduksi dan membuat kesejajaran tulang yang patah
setelah terlebih dahulu dilakukan diseksi dan pemajanan tulang yang patah.
Fiksasi interna : stabilisasi tulang patah yang telah direduksi dengan skrup,
plat, paku dan pin logam.
Artroplasti: memperbaiki masalah sendi dengan artroskop(suatu alat yang
memungkinkan ahli bedah mengoperasi dalamnya sendi tanpa irisan yang
besar) atau melalui pembedahan sendi terbuka.

3. Non medis
a Dislokasi reduksi: dikembalikan ketempat semula dengan menggunakan anastesi
jika dislokasi berat.
b Dengan RICE (rest, ice, compression, elevation)

2.2.2 Diagnosa keperawatan


a. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan diskontinuitas jaringan.
b. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan deformitas dan nyeri saat
mobilisasi.
c. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kegagalan
untuk mencerna atau ketidakmampuan mencerna makanan atau absorpsi nutrient
yang diperlukan untuk pembentukan sel darah merah.
2.2.3 Intervensi Keperawatan

Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi


Hasil
Gangguan rasa Rasa nyeri teratasi  Kaji skala nyeri
nyaman nyeri dengan  Berikan posisi relaks pada pasien
berhubungan Kriteria Hasil :  Ajarkan teknik distraksi dan relaksasi
dengan  Klien tampak  Berikan lingkungan yang nyaman, dan
diskontinuitas tidak meringis aktifitas hiburan
jaringan. lagi.  Kolaborasi pemberian analgesic
 Klien tampak
rileks

Gangguan Memberikan  Kaji tingkat mobilisasi pasien Berikan


mobilitas fisik kenyamanan dan latihan ROM
berhubungan melindungi sendi  Anjurkan penggunaan alat bantu jika
dengan selama masa diperlukan
deformitas dan penyembuhan.  Monitor tonus otot
nyeri saat Kriteria hasil  Membantu pasien untuk imobilisasi baik
mobilisasi  melaporkan dari perawat maupun keluarga
peningkatan
toleransi
aktivitas
(termasuk
aktivitas sehari-
hari)
 menunjukkan
penurunan tanda
intolerasi
fisiologis,
misalnya nadi,
pernapasan, dan
tekanan darah
masih dalam
rentang normal
Perubahan Kebutuhan nutrisi 1. Kaji riwayat nutrisi, termasuk makan
nutrisi kurang terpenuhi yang disukai
dari Kriteria hasil: 2. Observasi dan catat masukkan makanan
kebutuhan 1. Menunujukkan pasien
tubuh b.d peningkatan 3. Timbang berat badan setiap hari.
kegagalan atau 4. Berikan makan sedikit dengan frekuensi
untuk mempertahanka sering dan atau makan diantara waktu
mencerna atau n berat badan makan
ketidak dengan nilai 5. Observasi dan catat kejadian mual atau
mampuan laboratorium muntah, flatus dan dan gejala lain yang
mencerna normal. berhubungan
makanan 2. Tidak 6. Berikan dan Bantu hygiene mulut yang
/absorpsi mengalami baik : sebelum dan sesudah makan,
nutrient yang tanda mal gunakan sikat gigi halus untuk
diperlukan nutrisi. penyikatan yang lembut. Berikan
untuk 3. Menununjukkan pencuci mulut yang di encerkan bila
pembentukan perilaku, mukosa oral luka.
sel darah perubahan pola 7. Kolaborasi : pantau hasil pemeriksaan
merah hidup untuk laboraturium.
meningkatkan 8. Kolaborasi : berikan obat sesuai indikasi
dan atau
mempertahanka
n berat badan
yang sesuai
BAB III

TINJAUAN KASUS

A. Pengkajian
Anamnesis
1. Identitas klien meliputi nama, jenis kelamin, usia, alamat, agama, bahasa yang
digunakan, status perkawinan, pendidikan, pekerjaan, asuransi golongan darah,
nomor registrasi, tanggal dan jam masuk rumah sakit, (MRS), dan diagnosis
medis. Dengan fokus ,meliputi :
1) Umur
pada pasien lansia terjadi pengerasan tendon tulang sehingga
menyebabkan fungsi tubuh bekerja secara kurang normal dan dislokasi
cenderung terjadi pada orang dewasa dari pada anak-anak, biasanya klien
jatuh dengan keras dalam keadaan strecth out
2) Pekerjaan
Pada pasien dislokasi biasanya di akibatkan oleh kecelakaan yang
mengakibatkan trauma atau ruda paksa, biasaya terjadi pada klien yang
mempunyai pekrjaan buruh bangunan. Seperti terjatuh, atupun kecelakaan di
tempat kerja, kecelakaan industri dan atlit olahraga, seperti pemain basket ,
sepak bola dll
3) Jenis kelamin
Dislokasi lebih sering di temukan pada anak laki – laki dari pada
permpuan karna cenderung dari segi aktivitas yang berbeda .
2. Keluhan utama
Keluhan utama yang sering menjadi alasan klien meminta pertolongan
kesehatan adalah nyeri, kelemahan dan kelumpuhan, ekstermitas, nyeri tekan
otot, dan deformitas pada daerah trauma, untuk mendapatkan pengkajian yang
lengkap mengenai nyeri klien dapat menggunakan metode PQRS.
3. Riwayat penyakit sekarang
Kaji adanya riwayat trauma akibat kecelakaan pada lalu lintas, kecelekaan
industri, dan kecelakaan lain, seperti jatuh dari pohon atau bangunan, pengkajian
yang di dapat meliputi nyeri, paralisis extermitras bawah, syok.
4. Riwayat penyakit dahulu
Penyakit yang perlu ditanyakan meliputi adanya riwayat penyakit, seperti
osteoporosis, dan osteoaritis yang memungkinkan terjadinya kelainan, penyakit
alinnya seperti hypertensi, riwayat cedera, diabetes milittus, penyakit jantung,
anemia, obat-obat tertentu yang sering di guanakan klien, perlu ditanyakan pada
keluarga klien .
5. Pengkajian Psikososial dan Spiritual
Kaji bagaimana pola interaksi klien terhadap orang – orang disekitarnya
seperti hubungannya dengan keluarga, teman dekat, dokter, maupun dengan
perawat.

B. Analisis data

A. Data subjektif
a) Klien mengatakan nyeri apabila beraktivitas
b) Klien mengatakan nyeri seperti ditekan benda berat
c) Klien mengatakan terjadi kekauan pada sendi
d) Klien mengatakan adanya nyeri pada sendi
e) Klien mengatakan sangat lemas
f) Klien bertanya-tanya tentang keadaannya
g) Klien mengatakan susah bergerak

B. Data objektif
a) Klien nampak lemas
b) Wajah nampak meringis
c) Keterbatasan mobilitas
d) Skala nyeri 6 (0-10)
e) Klien nampak cemas
Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi Rasional
Hasil
Gangguan rasa Rasa nyeri teratasi  Kaji skala nyeri  Mengetahui
nyaman nyeri dengan  Berikan posisi intensitas nyeri.
berhubungan Kriteria Hasil : relaks pada pasien  Posisi relaksasi
dengan  Klien tampak  Ajarkan teknik pada pasien dapat
diskontinuitas tidak meringis distraksi dan mengalihkan focus
jaringan. lagi. relaksasi pikiran pasien
 Klien tampak  Berikan pada nyeri.
rileks lingkungan yang  Tehnik relaksasi
nyaman, dan dan distraksi dapat
aktifitas hiburan mengurangi rasa
 Kolaborasi nyeri.
pemberian  Meningkatkan
analgesic relaksasi pasien
 Analgesic
Mengurangi nyeri

Gangguan Memberikan  Kaji tingkat  menunjukkan


mobilitas fisik kenyamanan dan mobilisasi pasien tingkat mobilisasi
berhubungan melindungi sendi Berikan latihan pasien dan
dengan selama masa ROM menentukan
deformitas dan penyembuhan.  Anjurkan intervensi
nyeri saat Kriteria hasil penggunaan alat selanjutnya.
mobilisasi  melaporkan bantu jika  Memberikan
peningkatan diperlukan latihan ROM
toleransi  Monitor tonus otot kepada klien untuk
aktivitas  Membantu pasien mobilisasi
(termasuk untuk imobilisasi  Alat bantu
aktivitas sehari- baik dari perawat memperingan
hari) maupun keluarga mobilisasi pasien
 menunjukkan  Agar
penurunan tanda mendapatkan data
intolerasi yang akurat
fisiologis,  Dapat membantu
misalnya nadi, pasien untuk
pernapasan, dan imobilisasi
tekanan darah
masih dalam
rentang normal
Ansietas kecemasan pasien  Kaji tingkat  Mengetahui
berhubungan teratasi dengan ansietas klien tingakat
dengan kriteria hasil :  Bantu pasien kecemasan pasien
kurangnya  klien tampak mengungkapkan dan menentukan
pengetahuan rileks rasa cemas atau intervensi
tentang  klien tidak takutnya selanjutnya.
penyakit tampak bertanya  Kaji pengetahuan  Mengali
– tanya Pasien tentang pengetahuan dari
prosedur yang akan pasien dan
dijalaninya. mengurangi
 Berikan informasi kecemasan pasien
yang benar tentang  Agar perawat tau
prosedur yang akan seberapa tingkat
dijalani pasien pengetahuan
pasien dengan
penyakitnya
 Agar pasien
mengerti tentang
penyakitnya dan
tidak cemas lagi

BAB III
TINJAUAN KASUS

1. Pengkajian
a. Identitas Klien
Nama : Tn. A
Umur : 23 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Pendidikan : Mahasiswa
Pekerjaan : Mahasiswa
Suku bangsa : Indonesia
Status perkawinan : Belum menikah
No. CM : 448619
Tanggal masuk : 11 Desember 2021
Tanggal pengkajian : 3 Januari 2022
Diagnosa medis : Fraktur femur
Alamat : Lingkungan Haurmukti RT 01/ RW 01
b. Identitas Penanggung Jawab
Nama : Ny. H
Umur : 46 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Pendidikan : SD
Pekerjaan : IRT
Suku bangsa : Indonesia Hubungan dengan keluarga : Ibu
Alamat : Lingkungan Haurmukti RT 01/ RW 01
c. Keluhan Utama
Klien mengeluh nyeri dibagian kaki kanan
d. Riwayat Penyakit Sekarang
Klien datang ke rumah sakit pada tanggal 11 Desember 2021 dengan keluhan nyeri P :
Nyeri dirasakan terus menerus setelah melakukan aktivitas
Q : Nyeri seperti ditusuk-tusuk
R : Lokasi nyeri di bagian kaki kanan S : Skala nyeri 5 (0-10)
T : Durasi nyeri
e. Riwayat Penyakit Dahulu
Klien mengalami riwayat jatuh pada 3 tahun yang lalu, dan sebelumnya pernah di
rawat.
f. Riwayat Penyakit Keluarga
Klien mengatakan dalam anggota keluarganya tidak memiliki penyakit turunan
g. Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum : Lemas
Kesadaran : Composmentis
GCS : 15 (E4, V5, M6)
Tekanan darah : 110/70 mmHg Nadi : 86 x/menit
Respirasi : 20 x/menit
Suhu : 36,0 oC
SPO2 : 98%
1) Sistem Pernapasan
Inspeksi : pengembangan dinding dada simetris, frekuensi napas normal, tidak
menggunakan alat bantu pernapasan

Palpasi : tidak ada benjolan dan massa, tidak ada nyeri tekan Perkusi : tidak ada
tanda-tanda penumpukan cairan Auskultasi : tidak ada suara tambahan
2) Sistem Kardiovaskular
Inspeksi : Tidak nampak pembesaran vena jugularis, bentuk dada simetris, tidak
ada sianosis, konjungtiva an anemis
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, nadi 86 x/menit
Auskultasi : Bunyi jantung “lub-dub”, tidak ada suara tambahan
3) Sistem Pencernaan
Inspeksi : Bentuk bibir simetris, mukosa bibir lembab Palpasi : Tidak ada
nyeri tekan,
Perkusi: Terdengar suara timpani
Auskultasi : Bising usus 15 x/menit (normal 5-30 x/menit)
4) Sistem Integumen
Inspeksi : Kulit bersih, tidak ada lesi
Palpasi : Tekstur kulit lembut, figmentasi sawo matang, turgor kulit kembali cepat

5) Sistem Syaraf
Inspeksi : Kesadaran composmentis, GCS 15 (E4, V5, M6) Pemeriksaan 12
syaraf kranial
I. N. Olfaktorius : Klien bisa membedakan bau kopi dan kayu putih
II. N. Optikus : Jarak pandang pasien normal
III. N. Okulomotorius : Klien dapat menggerakan bola mata
IV. N. Toklearis : Klien dapat memutas bola mata
V. N. Trigeminus : Klien dapat menggerakan rahang
VI. N. Abdusen : Klien dapat menggerakan bola matanya ke samping
VII. N. Fasialis : Senyum klien simetris, klien dapat mengangkat alis, tidak ada
gangguan di otot wajah
VIII. N. Vestibulokchlearis : pendengaran pasien normal
IX. N. Glosofaringeus : Klien bisa membedakan rasa asam, manis, pedas, pahit
pada makanan
X. N. Vagus : Klien bisa menelan saliva
XI. N. Assesoris : Gerakan kepala dan bahu normal
XII. N. Hipoglosus : Klien bisa menjulurkan lidah dari kanan kekiri dan
sebaliknya.
6) Sistem Endokrin
Inspeksi : Tidak mengalami pembesaran kelenjar tiroid dan kelenjar getah
bening Palpasi : Tidak ada pembesaran pada area leher
7) Sistem Perkemihan
Inspeksi : Tidak terpasang kateter
Palpasi : Tidak ada pembengkakan pada abdomen bagian bawah, tidak ada nyeri tekan
8) Sistem Reproduksi
Menurut perenyataan klien tidak ada luka, tidak ada pembengkakan, tidak ada tanda-
tanda infeksi di sekitar alat reproduksi

9) Sistem Muskuloskeletal Kekuatan otot

1. Sistem Muskuloskeletal Kekuatan otot

5 5
5 1
Ekstremitas atas : 5 | 5
Ekstremitas bawah : 5 | 1
Keterangan :
5 (Kekuatan otot normal, gerakan penuh yang normal . melawan
gravitasI
dan melawan tahanan penuh).
1 ( Tidak ada gerakan, kontraksi otot dapat di palpasi atau dilihat)
NO Kebutuhan Sebelum sakit Setelah sakit
1. Pola Nutrisi Makan
a. Frekuensi 3 x/hari 3 x/hari
b. Jenis Nasi Nasi
c. Porsi 1 porsi 1 porsi
d. Cara Oral Oral
e. Keluhan Tidak ada Tidak ada
2. Minum
a. Frekuensi ±8 gelas/hari ±6 gelas/hari
b. Jenis Air putih Air putih
c. Cara Oral Oral
d. Keluhan Tidak ada Tidak ada
3. Pola Eliminasi BAB
1 x/mimggu
a. Frekuensi 2 x/hari
b. Konsistensi Padat Padat
c. Warna Kuning Kuning
d. Cara Mandiri Dibantu T
e Keluhan Tidak ada
idak ada

BAK
4. a. Frekuensi ±6 x/hari ±5 x/hari
b. Warna Kuning jernih Kuning jernih
c. Bau Khas Khas
d. Cara Mandiri Mandiri
e. Keluhan Tidak ada Tidak ada

5. Pola Istirahat Tidur


a. Malam ±8 jam ±8 jam
b. Siang ±2 jam ±2 jam

6. Personal Hygiene
a. Gosok gigi 2 x/hari 1x/hari
b. Ganti pakaian 2 x/hari 2x/hari
c. Cara Mandiri Dibantu
d. Keluhan Tidak ada Tidak ada

i. Data Psikologis, Sosial, dan Spiritual

1) Data Psikologis

a) Gambaran diri : Klien tidak malu dengan keadaannya

b) Status emosi : Klien bisa mengontrol emosi

c) Harga diri : Klien tidak mengalami penurunan harga diri

d) Ideal diri : Klien sangat mengharapkan kesembuhan

e) Peran diri : Klien berperan sebagai anak dikeluarganya dan mahasiswa di universitasnya

f) Identitas diri : Klien dapat mengenali identitas dirinya dan mengenali orang lain

g) Kecemasan : Klien mulai bisa meminimalisir kecemasan


2) Data Sosial : Klien dapat bersosialisasi dengan lingkungan sekitar

3) Data Spiritual :Klien beragama islam, klien selalu mberibadah dan berdoa kepada

allah swt.

j. Data Penunjang

Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai normal


Natrium 136 135 – 145 MEq/L
Kalium 38 36 – 55 MEq/L
Kalsium ion 1.29 117 – 129 mmol/L
APTT 35.1 28.9 – 41.6 Detik
Hemoglobin 14.7 14 – 17.5 gr/dl
Leukosit 6.3 4.4 – 11.3 rb/mm3
Trombosit 314 150 - 450 rb/mm3
Hematokrit 42 40 – 52 %
Eritrosit 4.8 45 – 59
MCV 86 80 – 96 fl
MCH 30 26 – 33 Pq
MCHC 35 32 – 36 %
PT 15.1 11.6 – 16.7 Detik
INR 1.16 0.83 – 1.20 Detik
Kreatinin 0.6 0.8 – 1.3 mg/dl
Ureum 26 15 - 50 mg/dl
Gula darah sewaktu 122 < 140 mg/dl

K. Terapi

Nama obat Cara Dosis


Infus RL IV 20 tpm
Ceptriaxone IV 3x1 gram
Paracetamol IV 3x1 gram
l. Analisis data

N Data Fokus Etiologi Problem


o
1. DS: Agen pencedera Nyeri akut
Klien mengatakan nyeri di fisiologis berhubungan
kaki kanan dengan agen
Klien mengatakan skala nyeri Fraktur pencedera
5 (0-10) yang dirasakan terus fisiologis
menerus Diskontinuitas
DO :
Klien tampak kesakitan Klien tulang
tampak meringis TD : 110/70
mmHg Pergeseran fragmen
N : 86 x/menit
R : 20 x/menit
S : 36,0 oC tulang Nyeri akut
SPO2 : 98 %

2. DS: Fraktur Gangguan


Klien mengatakan aktivitas mobilitas fisik
dibantu Diskontinuita berhubungan
DO : dengan
Klien tampak kesulitan s tulang gangguan
bergerak musculoskeletal
Klien tampak menggunakan Perubahan jaringan
traksi seberat 9,5 kg di
ekstremitas bawah bagian sekitar Pergeseran
kanan
fragmen tulang

Deformitas

Gangguan
mobilitas fisik
C. Diagnosa, Intervensi dan rasionalnya

Diagnosa Tujuan dan kriteria hasil Intervensi Rasional


Nyeri akut Setelah dilakukan 1. Kaji skala 1. Untuk
berhubungan tindakan keperawatan nyeri mengetahui
dengan agen selama 2x24 jam nyeri 2. Monitor intensitas nyeri
pencedera dapat teratasi dengan tanda-tanda 2. Untuk
fisiologis kriteria hasil vital mengetahui tanda
•Skala nyeri 3. Berikan tanda vital apakah
berkurang posisi dalam batas
menjadi 2 (0-10) nyaman normal atau tidak
•TTV dalam batas 4. Anjurkan 3. Posisi pada
normal melakukan pasien dapat
•Klien tampak rileks teknik mengalihkan focus
•Klien mampu relaksasi pikiran pasien pada
mengontrol nyeri napas dalam nyeri.
5.Kolaborasi 4. Tehnik relaksasi
pemberian dan distraksi dapat
obat mengurangi rasa
analgetik nyeri.
dan 5. Analgetik
antibiotik mengurangi nyeri
Gangguan Setelah dilakukan 1.Kaji 1. Menunjukkan
mobilitas fisik tindakan keperawatan kemampuan tingkat mobilisasi
berhubungan selama 23x24 jam klien dalam pasien dan
dengan gangguan mobilitas fisik klien moboilisasi menentukan
muskuloskeletal meningkat dengan 2. Anjurkan intervensi
kriteria penggunaan alat selanjutnya.
hasil bantu jika perlu 2. Alat bantu
•Pergerakan 3. Membantu pasien memperingan
ekstremitas untuk imobilisasi baik mobilisasi pasien
meningkat dari perawat maupun 3. Dapat membantu
keluarga pasien untuk
imobilisasi
D. Implementasi

Diagnosa Implementasi Evaluasi


Nyeri akut 1. Mengkaji skala S:
berhubungan nyeri Klien mengatakan
dengan agen 2. Memonitor masih merasakan
pencedera tanda-tanda nyeri
fisiologis vital dalam O:
batas normal KU lemas
3. Memberikan TD : 110/70 mmHg
posisi yang N : 86 x/menit
nyaman R : 20 x/menit
4. Menganjurkan S : 36,0 oC
teknik relaksasi SPO2 : 98%
napas dalam Skala nyeri 5 (0-10)
5. Memberikan obat A:
paracetamol Masalah nyeri akut
dan belum teratasi
ceptriaxone P:
Lanjutkan
intervensi
Gangguan 1. Mendampingi S:
mobilitas fisik klien saat Klien mengatakan
berhubungan mobilisasi masih sulit bergerak
dengan gangguan 2. Telah dianjurkan O:
muskuloskeletal penggunaan alat bantu. KU lemas
3. Telah dilakukan Klien tampak
tindakan membantu kesulitas saat
pasien untuk imobilisasi bergerak
baik dari perawat A: Masalah gangguan mobilitas
maupun keluarga. fisik belum teratasi
P:
Lanjurkan intervensi
BAB IV

PEMBAHASAN

Pembahasan Berdasarkan tujuan penulisan Karya Tulis Ilmiah dan hasil studi kasus yang penulis
lakukan dari tanggal 11 Desember 2021 sampai dengan 15 Januari 2022, maka kasus yang ditemukan
selama melakukan asuhan keperawatan gerontik pada Ny. H, berusia 46 tahun dengan Dislokas
fraktur femur dalam pemenuhan gangguan kebutuhan aktivitas di Desa Ambololi Kecamatan Konda
Kabupaten Konawe Selatan yang akan dibahas berdasarkan tahapan proses keperawatan yaitu tahap
pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi keperawatan, implementasi keperawatan dan evaluasi
keperawatan.

1. Asuhan Keperawatan Gerontik pada Ny. K a. Pengkajian Tahap pengkajian keperawatan gerontik
merupakan tahap pertama dari proses keperawatan gerontik. Tahap ini adalah tahap yang penting
dalam rangkaian proses keperawatan. Keberhasilan dalam melakukan pengkajian keperawatan
merupakan hal penting untuk tahapan proses keperawatan selanjutnya. Pengkajian keperawatan
gerontik adalah suatu tindakan peninjauan situasi lansia untuk memperoleh data dengan maksud
menegaskan situasi penyakit, diagnosis masalah, penetapan kekuatan dan kebutuhan promosi
kesehatan lansia. Data yang di kumpulkan mencakup data subjektif dan data
BAB V

PENUTUP

A. Keseimpulan

Dislokasi adalah terlepasnya kompresi jaringan tulang dari kesatuan sendi.


Dislokasi ini dapat hanya komponen tulangnya saja yang bergeser atau terlepasnya
seluruh komponen tulang dari tempat yang seharusnya (dari mangkuk sendi).
Seseorang yang tidak dapat mengatupkan mulutnya kembali sehabis membuka
mulutnya adalah karena sendi rahangnya terlepas dari tempatnya. Dengan kata lain:
sendi rahangnya telah mengalami dislokasi.
Dislokasi yang sering terjadi pada olahragawan adalah dislokasi sendi bahu
dan sendi pinggul (paha). Karena terpeleset dari tempatnya, maka sendi itupun
menjadi macet. Selain macet, juga terasa nyeri. Sebuah sendi yang pernah mengalami
dislokasi, ligamen-ligamennya biasanya menjadi kendor. Akibatnya, sendi itu akan
gampang dislokasi lagi.
Skelet atau kerangka adalah rangkaian tulang yang mendukung dan me
lindungin beberapa organ lunak, terutama dalam tengkorak dan panggul. Kerangka
juga berfungsi sebagai alat ungkit pada gerakan dan menye diakan permukaan
untuk kaitan otot-otot kerangka. Oleh karena fungsi tulang yang sangat penting bagi
tubuh kita, maka telah semestinya tulang harus di jaga agar terhindar dari trauma
atau benturan yang dapat mengakibatkan terjadinya patah tulang atau dislokasi tulang.
Dislokasi terjadi saat ligarnen rnamberikan jalan sedemikian rupa
sehinggaTulang berpindah dari posisinya yang normal di dalam sendi. Dislokasi dapat
disebabkan oleh faktor penyakit atau trauma karena dapatan (acquired) atau karena
sejak lahir (kongenital).

B. Saran

Penulis menyadari masih banyak terdapat kekurangan pada makalah ini. Oleh
karena itu, penulis mengharapkan sekali kritik yang membangun bagi makalah ini,
agar penulis dapat berbuat lebih baik lagi di kemudian hari. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan pembaca pada umumnya.

Anda mungkin juga menyukai