SKOLIOSIS
Oleh :
PRESEPTOR :
2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas rahmat Tuhan Yang Maha Esa karena kehendak-Nya penulis dapat
menyelesaikan case report tentang “SKOLIOSIS”. Materi ini dibuat sebagai salah satu tugas
dalam Kepaniteraan Klinik Radiologi. Mengingat pengetahuan dan pengalaman penulis serta
waktu yang tersedia untuk menyusun ini sangat terbatas, penulis sadar masih banyak
kekurangan baik dari segi isi, susunan bahasa, maupun sistematika penulisannya. Untuk itu
kritik dan saran pembaca yang membangun sangat penulis harapkan. Pada kesempatan ini
penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada dr. Rivani Kurniawan, Sp.Rad selaku
pembimbing Kepaniteraan Klinik Radiologi di RSI Siti Rahmah Padang, yang telah
memberikan masukan yang berguna dalam penyusunan materi ini. Akhir kata penulis
berharap kiranya materi ini dapat menjadi masukan yang berguna dan bisa menjadi informasi
bagi tenaga medis dan profesi lain terkait dengan masalah kesehatan pada umumnya.
Penulis
i
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI...................................................................................................................... ii
3.1 Kesimpulan.................................................................................................. 33
3.2 Saran ........................................................................................................... 33
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Skoliosis berasal dari kata Yunani yang berarti lengkungan, mengandung arti kondisi
patologik. Vertebra servikal, torakal, dan lumbal membentuk kolumna vertikal dengan pusat
vertebra berada pada garis tengah. Skoliosis adalah suatu lengkungan ke arah lateral yang
tampak pada tulang belakang. Bentuk dari skoliosis sebenarnya berupa kelainan deformitas
triplanar komponen lateral, anteroposterior, dan rotasional. Skoliosis adalah ketidak segarisan
tulang belakang yaitu tulang belakang melengkung ke arah lateral membentuk kurve.
Berdasarkan pencitraan medis kita dapat mengetahui bahwa kolumna vertebrae tidak
terlalu kuat, bila dilihat secara anterior dan posterior. Bila dilihat dengan pencintraan tulang
belakang berbentuk huruf “S” dan kelengkungan itu normal dan membantu dalam melakukan
aktivitas sehari – hari sehingga dapat menjaga kita tetap stabil dan fleksibel dalam
beraktivitas. Kelengkungan itu juga dapat membantu meredam tekanan yang mengenai tubuh
kita yang diakibatkan oleh akitivitas seperti berlari atau melompat. Kelengkungan tulang
Skoliosis dapat dibagi atas dua yaitu skoliosis struktural dan non struktural (postural).
Pada skoliosis postural, deformitas bersifat sekunder atau sebagai kompensasi terhadap
beberapa keadaan diluar tulang belakang, misalnya dengan kaki yang pendek, atau
kemiringan pelvis akibat kontraktur pinggul, bila pasien duduk atau dalam keadaan fleksi
insiden skoliosis meliputi dari bayi hingga dewasa. namun yang paling sering ditemukan
adalah pada saat dewasa didapatkan keluhan – keluhan akibat skoliosis yang tidak terdeteksi
1
1.2 Tujuan
Referat ini dibuat untuk memenuhi Tugas Kepaniteraan Klinik bagian Radiologi di
RSI Siti Rahmah Padang, dan juga sebagai bahan pengayaan materi agar dokter muda
1.3 Manfaat
Agar Referat ini dapat digunakan sebagai referensi dalam pembelajaran, menambah
ilmu pengetahuan dan agar pembaca lebih memahami tentang diagnosis dan penatalaksanaan
Skoliosis.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Columna vertebralis pada orang dewasa secara khas terdiri dari 33 vertebrae yang
lumbales, 5 vertebrae sacrales, dan 4 vertebrae coccygeae. Struktur columna ini fleksibel,
karena tersusun dari vertebra, sendi-sendi, dan bantalan fibrocartilago yang disebut discus
vertebralis.2
Vertebra yang khas terdiri dari corpus yang bulat di anterior dan arcus vertebrae di
posterior. Keduanya melingkupi sebuah ruang disebut foramen vertebrale, yang dilalui oieh
medulla spinalis dan bungkus-bungkusnya. Arcus vertebrae terdiri atas sepasang pediculus
3
yang berbentuk silinder, yang membentuk sisi-sisi arcus, dan sepasang lamina yang pipih
2.2 Skoliosis
2.2.1 Definisi
Skoliosis berasal dari kata Yunani yang berarti lengkungan, mengandung arti kondisi
arah lateral dan rotasional. Skoliosis didefinisikan sebagai kelengkungan tulang belakang ke
arah lateral yang memiliki sudut cobb lebih dari 10°. Kelengkungan yang abnormal tersebut
bisa terjadi karena kelainan kongenital, kelainan pembentukan tulang atau kelainan
4
2.2.2 Epidemiologi
Skoliosis merupakan kelainan tulang belakang yang sering terjadi. Angka kejadiannya
tergantung pada sudut kelengkungan yang terbentuk. Menurut Kane diperkirakan bahwa
skoliosis ≥ 10° terjadi pada 25 per 1.000 penduduk. Peyebab yang paling sering ditemukan
masih idiopatik. Skoliosis yang terjadi pada anak – anak lebih berat dibandingkan dengan
tulang belakang pada anak – anak terjadi lebih cepat. Selain itu, insiden skoliosis juga
meningkat pada orang – orang yang memiliki kelainan neuromuskular atau faktor prediposisi
lainnya.2
skoliosis pada 6.000 orang. Dan 2% hingga 4% adalah idiopatik skoliosis pada dewasa.
Idiopatik skoliosis pada dewasa atau Adolescent Idiopatic Scoliosis (AIS) terhitung pada 80%
dari kasus idiopatik skoliosis dan sering terjadi berumur antara 10 hingga 16 tahun.
Terbanyak pasien idiopatik skoliosis pada dewasa adalah wanita, tapi insiden bervariasi,
tergantung pada derajat kelengkungan dan tipe skoliosis. Ciri khas pada pasien skoliosis
adalah berpostur tubh yang tinggi. Kelengkungan tulang belakang sering terdapat pada daerah
thorak atau thorakolumbal dan pada banyak kasus seringnya melengkung ke arah kanan.
Perbedaan insiden antara pria dan wanita berhubungan dengan derajat kelengkungan.
Bagaimanapun, pada pasien dengan kelengkungan tulang belakang 25° atau lebih, sering
Infantile idiopathic scoliosis atau idiopatik skoliosis pada bayi sering ditemukan pada
umur 6 bulan dan banyak terjadi pada laki – laki dan keturunan Eropa. Kelengkungannya
sering terjadi pada tulang belakang segmen thoraks dan melengkung ke arah kiri. Pada
banyak kasus, kelengkungan tersebut dapat diobati pada saat umur 3 tahun. Jumlah skoliosis
5
pada bayi berjumlah hanya 0.5% dari seluruh skoliosis idiopatik pada Amerika Serikat dan
Juvenile idiopathic scoliosis atau skoliosis pada anak – anak hampir sama dengan
dewasa. Perempuan lebih banyak terkena pada tipe ini. Kelengkungan skoliosis pada anak –
anak seringnya ke arah kanan. Karena tingginya rasio progresi kelengkungan dan perlunya
operasi maka skoliosis pada tipe ini disebut dengan malignasi subtipe dari adolescent
idiopatic scoliosis.2
2.2.3 Etiologi
1. Idiopatik
Skoliosis idiopatik merupakan bentuk skoliosis yang paling banyak terjadi. Skoliosis ini
terjadi pada orang sehat dengan penyebab yang tidak diketahui. Skoliosis idiopatik dapat
dibedakan menjadi 4 :
‐ Juvenile : 4 – 10 tahun
2. Neuromuskular
Skoliosis yang disebabkan karena gangguan pada sistem saraf dan penyakit otot
(myopathy). Kelainan pada upper motor neuron contohnya adalah cerebral palsy,
kelainan pada lower motor neuron contohnya adalah poliomielitis dan atrofi otot spinal.
3. Kongenital
6
selama trimester pertama kehamilan yang menyebabkan deformitas struktural dari tulang
belakang. Skoliosis kongenital ini bisa berupa kegagalan formasi vertebrae parsial atau total
4. Sindroma genetik
5. Degeneratif
Skoliosis degeneratif terjadi pada orang dewasa yang lebih tua. Skoliosis ini disebabkan
oleh perubahan-perubahan pada tulang belakang dengan adanya pelemahan dari ligamen-
ligamen dan jaringan-jaringan lunak lain yang normal dari tulang belakang digabungkan
dengan pembentukan spur yang abnormal dapat menjurus pada suatu lekukan dari spine yang
abnormal.
6. Compensatory scoliosis
Skoliosis yang terjadi pada orang dengan panjang kaki yang tidak sama. Perbedaan
2.2.4 Klasifikasi
Berdasarkan terjadinya skoliosis terdapat 2 sebab skoliosis, yaitu : sebab struktural dan
fungsional.4
1. Skoliosis Struktural :
Terjadi kelengkungan atau rotasi tulang belakang ke arah samping pada satu sisi dan
termasuk jenis skoliosis terburuk oleh karena dapat menjadi progresif. Skoliosis struktural
dibagi menjadi :
Idiopatik skoliosis
7
Congenital : karena kelainan bawaan dari pembentukan tulang belakang yang
dari saraf atau otot yang mendukung tulang belakang. Penyebab paling umum dari
2. Skoliosis Fungsional
Terjadi kelengkungan namun tidak terfiksasi dan tidak progresif. Skoliosis fungsional
a. Functional : Pada tipe scoliosis ini, spine adalah normal, namun suatu lekukan
abnormal berkembang karena suatu persoalan ditempat lain di dalam tubuh. Ini dapat
disebabkan oleh satu kaki adalah lebih pendek daripada yang lainnya atau oleh
kekejangan-kekejangan di punggung.
b. Neuromuscular : Pada tipe scoliosis ini, ada suatu persoalan ketika tulang-tulang dari
spine terbentuk. Baik tulang-tulang dari spine gagal untuk membentuk sepenuhnya,
c. Degenerative : Tidak seperti bentuk-bentuk lain dari scoliosis yang ditemukan pada
lebih tua.
tumor tulang belakang seperti osteoid osteoma. Ini adalah tumor jinak yang dapat
untuk bersandar pada sisi yang berlawanan untuk mengurangi jumlah dari tekanan yang
diterapkan pada tumor.Ini dapat menjurus pada suatu kelainan bentuk spine.
8
2.2.5 Patogenesis
Gejala yang paling umum dari skoliosis adalah lekukan yang tidak normal dari tulang
belakang. Skoliosis dapat menyebabkan kepala nampak bergeser dari tengah atau satu
pinggul atau pundak lebih tinggi daripada sisi berlawanannya. Tulang belakang mungkin
jelas menyimpang dari garis tengah, atau ini mungkin menjadi jelas hanya ketika pasien
Gejala lain yang ditimbulkan pada penderita skoliosis biasanya tidak ada, tetapi pada
beberapa kasus penderita skoliosis mengalami nyeri pinggang, perasaan lelah jika duduk atau
berdiri lama, tidak seimbang antara shoulder dan hips (shoulder tinggi sebelah, dan kurva
9
Pada skoliosis dengan kelengkungan kurang dari 20°, tidak akan menimbulkan
masalah. Namun, keluhan yang muncul adalah rasa pegal. Sedangkan pada kelengkungan 20
– 40°, penderita akan mengalami penurunan daya tahan dalam posisi duduk atau berdiri
berlama-lama. Bila lengkungan ke samping terlalu parah, yaitu ukuran kurva di atas 40° akan
‐ Deformity adalah gejala yang biasanya tampak. jelas tampak condong belakang atau
tulang rusuk punuk di kurva toraks, dan penonjolan asimetris dari satu pinggul dalam
kurva thoracolumbar.
‐ Nyeri adalah keluhan langka dan harus perlu di waspadai oleh dokter untuk
kemungkinan adanya kelainan saraf dan perlunya MRI. Scoliosis pada anak- anak
‐ Mungkin adanya riwayat keluarga scoliosis atau catatan beberapa kelainan selama
2.2.7 Diagnosis
1. Anamnesis
Anamnesa dapat dilakukan dengan menanyakan tanda dan gejala pada skoliosis dengan
kelengkungan kurang dari 20°, tidak akan menimbulkan masalah. Namun, keluhan yang muncul
adalah rasa pegal. Sedangkan pada kelengkungan 20 – 40°, penderita akan mengalami penurunan
daya tahan dalam posisi duduk atau berdiri berlama-lama. Bila lengkungan ke samping terlalu
parah, yaitu ukuran kurva di atas 40° akan menyebabkan kelainan bentuk tulang belakang yang
cukup berat, keluhan akan semakin berat seiring dengan berjalannya pertumbuhan tulang. 8
2. Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik didapatkan pada posisi berdiri atau membungkukkan badan ke arah
depan atau belakang, kemiringan atau asimeteris dari bahu dan pelvis, tidak sama panjang antara
Secara umum tanda – tanda skoliosis yang bisa diperhatikan pada penderitanya yaitu:9
10
‐ Tulang bahu yang berbeda, dimana salah satu bahu akan terlihat lebih tinggi dari bahu
‐ Tulang belikat yang menonjol, sebagai akibat dari terdorongnya otot oleh kurva primer
‐ Lengkungan tulang belakang yang nyata, yang dapat terlihat secara jelas dari arah
‐ Tulang panggul yang terlihat miring, sebagai penyesuaian dari kurva skoliosis (Uneven
waist)
‐ Perbedaan ruang antara lengan dan tubuh (Asymmetrical arm to flank distances)
Salah satu pemeriksaan fisik adalah dengan cara “The Adam’s Forward Bending test”.
Pemeriksaan dilakukan dengan melihat pasien dari belakang yaitu dengan menyuruhnya
membungkuk 90° ke depan dengan lengan menjuntai ke bawah dan telapak tangan berada
pada lutut. Temuan abnormal berupa asimetri ketinggian iga atau otot-otot paravertebra pada
satu sisi. Deformitas tulang iga dan asimetri garis pinggang tampak jelas pada kelengkungan
11
Gambar 5. Adam’s Forward Bending test10
3. Pemeriksaan Penunjang
Penilaian pasien skoliosis dari segi radiografi dimulai dari sisi anteroposterior dan
lateral dari seluruh tulang belakang. Sebagai tambahan, pemeriksaannya sebaiknya juga
termasuk sisi lateral dari lumbal, untuk menilai adanya spondilosis atau spondilolystesis
(prevalensi di populasi secara umum ada sekitar 5%). Kurva atau kelengkungan skoliosis ini
lalu diukur dari sisi AP. Metode yang paling sering digunakan (digunakan oleh Scoliosis
1. Metode Cobb
Metode Cobb sudah digunakan sejak tahun 1984 untuk mengukur sudut pada posisi
erect PA. Pengukuran dengan sudut Cobb sangat berguna pada pemeriksaan pasien dengan
posisi PA/AP. Sudut Cobb ditemukan dengan menarik garis dari sudut inferior dan superior
vertebrae dari kelengkungan. Sudut tersebut menghubungkan garis tegak lurus dengan
endplates.11
Sudut Cobb sangat berguna dalam menentukan beda antara skoliosis dan asimetris dari
vertebrae. Sudut kurang 10° hingga 15° pada sudut Cobb lebih menunjukkan bahwa telah
terjadi asimetris daripada skoliosis. Sudut Cobb juga dapat memonitor kemajuan koreksi dari
tulang belakang. Metode lippman-cobb di ambil dan di standarisasi oleh Scoliosis Research
Society dan digunakan untuk mengklasifikasikan jenis kelengkungan skoliosis menjadi tujuh
bagian.11
Metode Cobb ini memiliki beberapa keuntungan dibandingkan dengan metode lain.
Selain itu metode ini lebih tepat bahkan jika pasien diperiksa oleh pemeriksa lainnya. Selain
itu juga masih ada metode lain yaitu metode Risser-Ferguson, yang lebih jarang digunakan.11
Pada awalnya, seseorang harus ditentukan terlebih dahulu apa jenis/tipe dari
kelengkungan pada skoliosisnya tersebut. Lengkungannya bisa jadi akut, seperti yang terlihat
pada fraktur atau hemivertebra. Setiap adanya anomali pada costa atau vertebre harus
13
Pemeriksa seharusnya juga menentukan apakah titik kelengkungan tersebut mengarah
ke kanan atau ke kiri. Jika kelengkungannya ada ada dua, maka masing-masing harus
digambarkan dan diukur. Untuk menggunakan metode Cobb, pertama kita harus menetukan
mana saja yang merupakan end vertebrae. Masing-masing dari end vertebrae ini adalah yang
dibatasan atas dan bawah dari kelengkungan yang miring paling jauh mengarah ke
kelengkungannya. Jika kita sudah memilih vertebrae tersebut, lalu gambarlah garis sepanjang
Jika ujung endplate sulit dinilai, maka garis ini dapat digambarkan disepanjang atas dan
bawah dari pedikel. Sudut yang didapatkan adalah sudut yang terdapat diantara dua garis
tersebut. namun, jika sudut yang terbentuk itu kecil, bisa saja kedua garis tersebut
penghitungan sudut skoliosis ini maka kita harus menerangkan bahwa metode yang dipakai
dalam pengukuran ini adalah metode Cobb dan juga mana ujung-ujung dari vertebrae yang
telah kita pilih unutk diukur. Peranannya disini adalah jika kita telah memilih vertebrae
tersebut, maka kita harus menggunakan vertebrae yang sama dalam proses follow up
selanjutnya, agar hasil yang didapatkan lebih tepat dan pasti dalm menilai kemajuan atau
14
perbaikan yang ada. Sekali seseorang telah diukur kelengkungannya, lalu dapat diperkirakan
derajat rotasi (perputaran) dari vertebrae pada apexnya dengan melihat hubungan dari pedikel
Pada gambar A. Menunjukkan neutral position (tidak ada rotasi) gambar B merupakan
derajat 1 gambar C derajat 2 gambar D derajat 3 dan gambar E derajat 4. Pada posisi frontal
terlihat kelengkungan tulang belakang ke arah lateral, yang berhubungan dengan terbelah
pada garis imajiner dan sebagian vertebrae pada sisi lengkung yang terpisah ke arah luar,
kedua dan didalam atau garis tengah ketiga (garis vertikal pada A-E).12
Yang berguna bagi tim bedah adalah gambaran lateralnya, yang digunakan untuk
menilai derajat rigidaitas atau kekakuan dan fleksibelitas dari kelengkungan tersebut. Pada
gambar dibawah ini dapat dinilai bahwa kelengkungan yang utama atau pangkalnya adalah
Gambar 10. “bending film” dapat membedakan skoliosis struktural dan non struktural12
15
2. Metode Ferguson
Metode Ferguson merupakan metode lain dalam pencitraan yang bisa digunakan dalam
dari kelengkungan tersebut. Metode Ferguson tidak bisa menentukan ada atau tidak ada
bungkuk pada pasien. Pasien harus bisa berdiri atau tidak bisa duduk. 2 Posisi dapat
ditentukan melalui posisi yang pertama posisi PA berdiri tegap sehingga dapat terlihat
seluruh tulang belakang pada hasil foto (atau paling kurang regio thorak dan lumbal) dan
pasien yang diberi bantuan untuk posisi tersebut. Kedua, pasien diminta untuk berdiri dengan
1 kaki dan dielevasikan 2 hingga 4 inchi pada sandaran. Elevasi kaki harus menghadap sisi
lengkung dari kelengkungan tulang belakang pasien. Pada PA dengan posisi terlungkup
merupakan hambatan pada pasien. Maka pada kedua posisi tersebut dapat dibantu dengan
16
Keuntungan pada metode Ferguson adalah bisa mendeteksi adanya kelengkungan yang
sekunder pada pasien yang tidak bisa berdiri tegap tapi bisa duduk tegap. Pada pasien yang
duduk, diberikan bantalan 3 hingga 4 inchi yang diletakkan pada bokong pasien yang
menghadap ke arah sisi lengkung dari kelengkungan tulang belakang pasien. Ini akan cukup
tersebut.13
3. Metode Lingmann-Cobb
Metode lignman-cobb untuk derajat rotasi mengunakan prosesus spinosus sebagai titik
acuan. Normalnya prosesus spinosus terlihat pada titik tengah dari corpus vertebrae jika
tidak ada rotasi, jika terdapat rotasi maka prosesus spinosus akan bergeser melalui titik
kelengkungan kurva metode Moe untuk derajat rotasi menggunakan simetrisias pedikulus
sebagai titik acuannya dengan pergeseran pedikulus menandakan adanya rotasi vertebrae.13
Teknik terbaru untuk mengukur derajat skoliosis diperkenalkan oleh Adam Greenspan
Andis pada tahun 1978 dimana lebih akurat dalam mengukur deviasi setiap vertebrae. Teknik
ini disebut “scoliosis index” mengukur setiap deviasi vertebrae dari garis spinal, yang
17
ditentukan melalui titik pada pusat vertebrae, diatas vertebrae yang diatasnya, atau dipusat
dari vertebrae yang dibawahnya. Teknik ini berguna saat mengevaluasi segmen singkat atau
kelengkungan minimal,yang sering sulit untuk diukur dengan metode yang ada dan tambahan
5. Metode Nash-Moe
Poin lain yang tak kalah penting untuk dinilai dalam pemeriksaan radiologi adalah
menentukan kematangan rangka pasien secara fisiologis. Sebagaimana yang telah disebutkan
diatas, jika kematangan tulang seseorang telah sempurna, dengan derajat skoliosis kurang
dari 30 derajat, tidak dapat menunjukkan perbaikan yang bermakna. Untuk itu, sering pada
kasus seperti ini disarankan untuk memberhentikan follow-up ataupun terapinya. Oleh karna
Beberapa metode dapat digunakan untuk menilai kematangan tulang . posisi AP dari
tangan kiri dan sendi pergelangan tangan dapat dibandingkan dengan standardnya yang bisa
dilihat di atlas. Karena Krista iliaca bisanya digunakan dalam penelitian skoliosis, maka
indeks kematangan rangka juga sudah ditetapkan. Jika apophyse krista iliaca telah bertemu
dengan sacroiliaca junction, dan telah menempel dengan ilium, maka sudah hampir dapat
endplates nya telah bergabung dengan corpus vertebrae dan membentuk suatu kesatuan yang
Faktor yang tidak kalah penting untuk menentukan skoliosis adalah menentukan
kematangan tulang rangka. Ini penting untuk prognosis dan pengobatan dari skoliosis,
terutama untuk skoliosis tipe idiopatik, karena adanya progresivitas dari pertumbuhan derajat
skoliosis selama tulang tersebut belum mencapai kematangan yang sempurna. Umur rangka
(skeletal age) dapat ditentukan dengan membandingkan radiografi dari tangan pasien, dengan
standar tertentu pada tiap-tiap umur, yang bisa dilihat di atlas radiografi. Ini juga bisa dinilai
melalui observasi radiologi dari ossifikasi dari tulang apophysis pada cincin vertebrae
Garis tegak lurus merupakan garis vertikal ke arah bawah dari bagian tengah vertebral
body cervical 7, berhubungan pda ujung lateral di radiografi. Ini digunakan untuk
mengevaluasi coronal balance dan standing frontal radiografi dan keseimbangan sagital pada
standing lateral radiografi. Coronal balance adalah evaluasi dengan menjumlahkan jarak
antara CSVL dan garis tegak lurus, dan sagital balance adalah evaluasi dengan
19
menjumlahkan jarak antara bagian posterosuperior dari vertebral body sacral 1 dan garis
tegak lurus. Ukuran coronal dan sagital, menunjukkan abnormal bila jarak lebih dari 2 cm.
Pada ukuran coronal balance, garis tegak lurus berlokasi di kanan dari CSVL yang
menunjukkan reflek positif pada coronal balance, dimana garis tegak lurus yang berloksi di
kanan dari CSVL menunjukkan reflek negatif dari coronal balance. Ukuran dari sagital
balance, garis tegak lurus berada di anterior hingga posterosuperior bagian dari badan sakral
1 yang menunjukan reflek positif pada sagital balance, dimana garis tegak lurus dari
posterior hingga bagian posterosuperior dari badan sakral 1 yang menunjukkan reflek negatif
Secara umum dapat diterima bahwa kelengkungan dibawah 50° harus diterapi secara
konservatif. Pengobatan untuk mengatasi kelengkungan ini terdiri dari chiropractic care dan
adjunctive exercises. Jika kelengkungannya lebih dari 50°, maka diperlukan konsultasi ke
dextroscoliosis pada upper thoracic level (segmen spinal antara garis putus-putus ; sudut
Cobb 58,8° ) dan levoskoliosis pada level thorakolumbal (segmen spinal antara garis yang
Cobb adalah 32° (>25°) dengan kelengkungan ke arah kanan pada upper thoracic level,
Pada gambar c merupakan posisi membungkuk ke kiri memperlihatkan sudut Cobb 15°
Gambar 16. Pengukuran pada garis koronal dan sagital dari vertebra pada
berdiri lurus pada radiografi perempuan usia 11 tahun.5
Pada gambar a terlihat radiografi yang memperlihatkan jarak (panah) 1,8 cm dari garis
tegak lurus (garis putus-putus) menggambarkan penurunan dari bagian tengah vertebral body
cervikal 7 berhubungan dengan ujung lateral radiografi dan CSVL (garis tidak putus-putus).
Adanya sedikit jarak menandakan ketidakseimbangan bagian atas (≥ 2cm).1 Pada gambar b
21
didapatkan radiografi dengan jarak yang memendek (panah) antara garis tegak lurus (garis
putus-putus) dan bagian posterosuperiot dari vertebral body sakral 1 (panah atas) adalah 1,7
7. CT Scan
Anak-anak dengan malformasi tulang bawaan dan kelainan segmentasi, seperti butterfly
berbeda seperi CT-scan dan MRI. Namun, dalam prakteknya, hal ini tidak sering diperlukan
Peran CT-scan pada pasien pasca operasi yang tidak dapat dicitrakan secara tepat di
8. MRI
Tujuan utama melakukan pencitraan CT atau MR pada pasien dengan skoliosis adalah
untuk mengidentifikasi suatu penyebab yang mendasari. Selain itu, penampang modalitas
pencitraan berguna untuk memandu perawatan bedah dan mengevaluasi komplikasi pasca
operasi.
22
Pada kasus dengan kelainan bentuk tulang yang kompleks, radiografi saja tidak
memadai dan penggunaan CT adalah wajib, terutama saat operasi direncanakan. MRI
digunakan dengan peningkatan frekuensi untuk mengevaluasi pasien dengan yang tidak biasa
pola kurva atau manifestasi klinis yang mengkhawatirkan seperti pada gambar.
23
2.2.8 Tatalaksana
1. Medikamentosa
Tujuan pemberian obat adalah untuk mengurangi atau menghilangkan rasa nyeri dan
kemungkinan infeksi baik dari alat ataupun pembedahan, bukan untuk mengobati skoliosis.
‐ Analgesik
2. Non – Medikamentosa
a. Fisioterapi7
Alat penyangga, digunakan untuk skoliosis dengan kurva 25°-40° dengan skeletal
‐ Penyangga Milwaukee
Alat ini tidak hanya mempertahankan tulang belakang dalam posisi lurus,
tetapi alat ini juga mendorong pasien agar menggunakan otot-ototnya sendiri
harus dipakai 23 jam sehari. Alat penyangga ini harus terus digunakan terus
sampai ada bukti objektif yang nyata akan adanya kematangan rangka dan
24
Gambar 20. Penyangga milwaukee7
‐ Penyangga Boston
kunci dari terapi ini adalah rehabilitasi dari otot dan ligamen yang menyangga
tulang belakang. rehabilitasi otot harus melalui sistem saraf pusat dengan
25
tujuan agar pasien dapat meningkatkan kekuatan otot sehingga otot dapat
menyangga tulang belakang dengan posisi yang benar tanpa bantuan alat
penyangga.3
b. Tindakan Pembedahan
Umumnya, jika kelengkungan lebih dari 40 derajat dan pasien skeletalnya imatur,
meningkat secara bertahap, bahkan pada masa dewasa. Tujuan terapi bedah dari skoliosis
adalah memperbaiki deformitas dan mempertahankan perbaikan tersebut sampai terjadi fusi
vertebra.5
bentuk peralatan spinal yang dipasang melalui pembedahan yang terdiri dari satu atau
sepasang batangan logam untuk meluruskan atau menstabilkan tulang belakang dengan
fiksasi internal. Peralatan yang kaku ini terdiri dari pengait yang terpasang pada daerah
mendatar pada kedua sisi tulang vertebrata yang letaknya di atas dan di bawah lengkungan
tulang.5
Prognosis tergantung kepada penyebab, lokasi dan beratnya kelengkungan. Semakin besar
pertumbuhan anak berlalu. Skoliosis ringan yang hanya diatasi dengan brace memiliki prognosis
yang baik dan cenderung tidak menimbulkan masalah jangka panjang selain kemungkinan
timbulnya sakit punggung pada saat usia penderita semakin bertambah. Penderita skoliosis
idiopatik yang menjalani pembedahan juga memiliki prognosis yang baik dan bisa hidup secara
aktif dan sehat. Penderita skoliosis neuromuskuler selalu memiliki penyakit lainnya yang serius
(misalnya cerebral palsy atau distrofi otot). Karena itu tujuan dari pembedahan biasanya adalah
memungkinkan anak bisa duduk tegak pada kursi roda. Bayi yang menderita skoliosis kongenital
memiliki sejumlah kelainan bentuk yang mendasarinya, sehingga penanganannya pun tidak
27
BAB III
LAPORAN KASUS
1. Identitas Pasien
2. Anamnesis
a. Keluhan utama
Pasien datang ke poli klinik orthopedi RSI Siti Rahmah Padang dengan keluhan
bentuk tulang punggung tidak lurus dan melengkung ke samping sejak 1 tahun yang
lalu.
‐ Keluarga pasien mengatakan bentuk tulang punggung pasien tidak lurus dan
melengkung ke samping terutama terlihat saat pasien sedang duduk sejak 1 tahun
yang lalu.
‐ Keluarga pasien mengatakan bahu pasien tidak simetris dan miring ke arah kiri
‐ Saat ini pasien menggunakan bracing sejak september 2022 dan rutin kontrol ke
28
c. Riwayat penyakit dahulu
3. Status Generalisata
F. Thoraks
Paru
Jantung
G. Abdomen
H. Ekstremitas
5. Pemeriksaan Penunjang
30
Expertise :
kanan
arah kiri
31
‐ Tidak tampak garis fraktur
6. Diagnosis Kerja
7. Tatalaksana
a. Non-medikamentosa
b. Medikamentosa
‐ (-)
8. Prognosis
32
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
memiliki sudut cobb lebih dari 10°. Kelengkungan yang abnormal tersebut bisa terjadi karena
kelainan kongenital, kelainan pembentukan tulang atau kelainan neurologis, tapi pada
pemeriksaan penunjang. Pemeriksaan penunjang skoliosis terdiri dari metode Cobb, metode
mengurangi keluhan gejalan. Selain itu juga dilakukan fisioterapi berupa terapi panas dan
3.2 Saran
Referat ini diharapkan dapat menjadi literatur dan tambahan informasi untuk
perkembangan ilmu kesehatan dan dapat menambah pengetahuan tentang skoliosis dan juga
33
DAFTAR PUSTAKA
3. Hay, William W., Levin, Myron J., Deterding, Robin R., Abzug, Mark J.,
Sondheimer, Judith M. 2012. Current Diagnosis & Treatmen in Pediatrics 21st
edition. USA : McGraw-Hill.
4. Skinner, Harry B. 2003. Current Diagnosis & Treatment in Orthopedics 3rd edition.
USA : Appleton & Lange.
5. Apley GA, Solomon L. Buku Ajar : Ortopedi dan Fraktur Sistem Apley . Edisi 7.
Jakarta : Widya Medika, 1995. p.84-91.
6. Snell RS. Anatomi Klinik. Edisi 6. Jakarta : EGC, 2006. p: 880-914. 6. Medicinet
Reference [Internet] Scoliosis. [Last Update April 26, 2015] Available From :
http://www.medicinenet.com/scoliosis/page4.htm.Accessed on July, 2017.
7. Mayo Clinic Reference [Internet] Scoliosis. [Last Update Feb. 3, 2016 ] Available
From : http://www.mayoclinic.com/health/scoliosis/DS00194/DSECTION . Accessed
on July, 2017.
12. NHS Reference [Internet] Scoliosis. [Last Update Feb. 19, 2016] Available From :
http://www.nhs.uk/Conditions/Scoliosis/Pages/Complications.aspx. Accessed on
March, 2023.
34