Anda di halaman 1dari 37

Case Report

SKOLIOSIS

Oleh :

Nabila Prawita 2110070200064

PRESEPTOR :

dr. Rivani Kurniawan, Sp.Rad

SMF / BAGIAN RADIOLOGI

RUMAH SAKIT ISLAM SITI RAHMAH PADANG

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BAITURRAHMAH

2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas rahmat Tuhan Yang Maha Esa karena kehendak-Nya penulis dapat

menyelesaikan case report tentang “SKOLIOSIS”. Materi ini dibuat sebagai salah satu tugas

dalam Kepaniteraan Klinik Radiologi. Mengingat pengetahuan dan pengalaman penulis serta

waktu yang tersedia untuk menyusun ini sangat terbatas, penulis sadar masih banyak

kekurangan baik dari segi isi, susunan bahasa, maupun sistematika penulisannya. Untuk itu

kritik dan saran pembaca yang membangun sangat penulis harapkan. Pada kesempatan ini

penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada dr. Rivani Kurniawan, Sp.Rad selaku

pembimbing Kepaniteraan Klinik Radiologi di RSI Siti Rahmah Padang, yang telah

memberikan masukan yang berguna dalam penyusunan materi ini. Akhir kata penulis

berharap kiranya materi ini dapat menjadi masukan yang berguna dan bisa menjadi informasi

bagi tenaga medis dan profesi lain terkait dengan masalah kesehatan pada umumnya.

Padang, 27 Maret 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................................... i

DAFTAR ISI...................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................. 1

1.1 Latar Belakang ............................................................................................ 1


1.2 Tujuan.......................................................................................................... 2
1.3 Manfaat........................................................................................................ 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi Vetebrae ....................................................................................... 3


2.2 Skoliosis ...................................................................................................... 4
2.2.1 Definisi............................................................................................... 4
2.2.2 Epidemiologi ...................................................................................... 5
2.2.3 Etiologi............................................................................................... 6
2.2.4 Klasifikasi .......................................................................................... 7
2.2.5 Patofisiologi ....................................................................................... 9
2.2.6 Gejala klinis ....................................................................................... 9
2.2.7 Diagnosis ........................................................................................... 10
2.2.8 Tatalaksana ........................................................................................ 24
2.2.9 Prognosis ........................................................................................... 27

BAB III LAPORAN KASUS .......................................................................................... 28

BAB IV PENUTUP ......................................................................................................... 33

3.1 Kesimpulan.................................................................................................. 33
3.2 Saran ........................................................................................................... 33

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................ 34

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Skoliosis berasal dari kata Yunani yang berarti lengkungan, mengandung arti kondisi

patologik. Vertebra servikal, torakal, dan lumbal membentuk kolumna vertikal dengan pusat

vertebra berada pada garis tengah. Skoliosis adalah suatu lengkungan ke arah lateral yang

tampak pada tulang belakang. Bentuk dari skoliosis sebenarnya berupa kelainan deformitas

triplanar komponen lateral, anteroposterior, dan rotasional. Skoliosis adalah ketidak segarisan

tulang belakang yaitu tulang belakang melengkung ke arah lateral membentuk kurve.

Berdasarkan pencitraan medis kita dapat mengetahui bahwa kolumna vertebrae tidak

terlalu kuat, bila dilihat secara anterior dan posterior. Bila dilihat dengan pencintraan tulang

belakang berbentuk huruf “S” dan kelengkungan itu normal dan membantu dalam melakukan

aktivitas sehari – hari sehingga dapat menjaga kita tetap stabil dan fleksibel dalam

beraktivitas. Kelengkungan itu juga dapat membantu meredam tekanan yang mengenai tubuh

kita yang diakibatkan oleh akitivitas seperti berlari atau melompat. Kelengkungan tulang

belakang yang normal terbentuk dari pertumbuhan dan latihan motorik.1

Skoliosis dapat dibagi atas dua yaitu skoliosis struktural dan non struktural (postural).

Pada skoliosis postural, deformitas bersifat sekunder atau sebagai kompensasi terhadap

beberapa keadaan diluar tulang belakang, misalnya dengan kaki yang pendek, atau

kemiringan pelvis akibat kontraktur pinggul, bila pasien duduk atau dalam keadaan fleksi

maka kurva tersebut menghilang.1

Skoliosis dapat ditemukan pada pemeriksaan fisik maupun pemeriksaan radiologi.

insiden skoliosis meliputi dari bayi hingga dewasa. namun yang paling sering ditemukan

adalah pada saat dewasa didapatkan keluhan – keluhan akibat skoliosis yang tidak terdeteksi

sejak lahir dan remaja.1

1
1.2 Tujuan

1.2.1 Tujuan Umum

Referat ini dibuat untuk memenuhi Tugas Kepaniteraan Klinik bagian Radiologi di

RSI Siti Rahmah Padang, dan juga sebagai bahan pengayaan materi agar dokter muda

mengetahui dan memahami lebih jauh tentang Skoliosis.

1.2.2 Tujuan Khusus

Mahasiswa Kepaniteraan Klinik Senior dapat mengetahui, memahami, dan

menjelaskan tentang Skoliosis.

1.3 Manfaat

Agar Referat ini dapat digunakan sebagai referensi dalam pembelajaran, menambah

ilmu pengetahuan dan agar pembaca lebih memahami tentang diagnosis dan penatalaksanaan

Skoliosis.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi Vertebrae

Columna vertebralis pada orang dewasa secara khas terdiri dari 33 vertebrae yang

tersusun dalam lima regio: 7 vertebrae cervicales, 12 vertebrae thoracicae. 5 vertebrae

lumbales, 5 vertebrae sacrales, dan 4 vertebrae coccygeae. Struktur columna ini fleksibel,

karena tersusun dari vertebra, sendi-sendi, dan bantalan fibrocartilago yang disebut discus

intervertebralis. Discus intervertebralis membentuk kira-kira seperempat panjang columna

vertebralis.2

Gambar 1. Anatomi Vertebrae2

Vertebra yang khas terdiri dari corpus yang bulat di anterior dan arcus vertebrae di

posterior. Keduanya melingkupi sebuah ruang disebut foramen vertebrale, yang dilalui oieh

medulla spinalis dan bungkus-bungkusnya. Arcus vertebrae terdiri atas sepasang pediculus

3
yang berbentuk silinder, yang membentuk sisi-sisi arcus, dan sepasang lamina yang pipih

yarg melengkapi arcus pada daerah posterior.2

Gambar 2. Anatomi cervical, thorak dan lumbal2

2.2 Skoliosis

2.2.1 Definisi

Skoliosis berasal dari kata Yunani yang berarti lengkungan, mengandung arti kondisi

patologi. Merupakan deformitas tulang belakang yang menggambarkan deviasi vertebrae ke

arah lateral dan rotasional. Skoliosis didefinisikan sebagai kelengkungan tulang belakang ke

arah lateral yang memiliki sudut cobb lebih dari 10°. Kelengkungan yang abnormal tersebut

bisa terjadi karena kelainan kongenital, kelainan pembentukan tulang atau kelainan

neurologis, tapi pada sebagian kasus bersifat idiopatik.1

4
2.2.2 Epidemiologi

Skoliosis merupakan kelainan tulang belakang yang sering terjadi. Angka kejadiannya

tergantung pada sudut kelengkungan yang terbentuk. Menurut Kane diperkirakan bahwa

skoliosis ≥ 10° terjadi pada 25 per 1.000 penduduk. Peyebab yang paling sering ditemukan

masih idiopatik. Skoliosis yang terjadi pada anak – anak lebih berat dibandingkan dengan

dewasa. Hal ini terjadi dikarenakan progresifitas pertumbuhan kelengkungan pertumbuhan

tulang belakang pada anak – anak terjadi lebih cepat. Selain itu, insiden skoliosis juga

meningkat pada orang – orang yang memiliki kelainan neuromuskular atau faktor prediposisi

lainnya.2

Berdasarkan pada The National Scoliosis Foundation di Amerika Serikat didapatkan

skoliosis pada 6.000 orang. Dan 2% hingga 4% adalah idiopatik skoliosis pada dewasa.

Idiopatik skoliosis pada dewasa atau Adolescent Idiopatic Scoliosis (AIS) terhitung pada 80%

dari kasus idiopatik skoliosis dan sering terjadi berumur antara 10 hingga 16 tahun.

Terbanyak pasien idiopatik skoliosis pada dewasa adalah wanita, tapi insiden bervariasi,

tergantung pada derajat kelengkungan dan tipe skoliosis. Ciri khas pada pasien skoliosis

adalah berpostur tubh yang tinggi. Kelengkungan tulang belakang sering terdapat pada daerah

thorak atau thorakolumbal dan pada banyak kasus seringnya melengkung ke arah kanan.

Perbedaan insiden antara pria dan wanita berhubungan dengan derajat kelengkungan.

Bagaimanapun, pada pasien dengan kelengkungan tulang belakang 25° atau lebih, sering

terjadi pada wanita.2

Infantile idiopathic scoliosis atau idiopatik skoliosis pada bayi sering ditemukan pada

umur 6 bulan dan banyak terjadi pada laki – laki dan keturunan Eropa. Kelengkungannya

sering terjadi pada tulang belakang segmen thoraks dan melengkung ke arah kiri. Pada

banyak kasus, kelengkungan tersebut dapat diobati pada saat umur 3 tahun. Jumlah skoliosis

5
pada bayi berjumlah hanya 0.5% dari seluruh skoliosis idiopatik pada Amerika Serikat dan

4% hingga 5% pada negara Eropa.2

Juvenile idiopathic scoliosis atau skoliosis pada anak – anak hampir sama dengan

dewasa. Perempuan lebih banyak terkena pada tipe ini. Kelengkungan skoliosis pada anak –

anak seringnya ke arah kanan. Karena tingginya rasio progresi kelengkungan dan perlunya

operasi maka skoliosis pada tipe ini disebut dengan malignasi subtipe dari adolescent

idiopatic scoliosis.2

2.2.3 Etiologi

Penyebab skoliosis dibedakan menjadi:3

1. Idiopatik

Skoliosis idiopatik merupakan bentuk skoliosis yang paling banyak terjadi. Skoliosis ini

terjadi pada orang sehat dengan penyebab yang tidak diketahui. Skoliosis idiopatik dapat

dibedakan menjadi 4 :

‐ Infantile : lahir – 3 tahun

‐ Juvenile : 4 – 10 tahun

‐ Adolescent : 11 tahun ke atas

‐ Adult : saat sudah tercapai bone maturity

2. Neuromuskular

Skoliosis yang disebabkan karena gangguan pada sistem saraf dan penyakit otot

(myopathy). Kelainan pada upper motor neuron contohnya adalah cerebral palsy,

spinocerebellar degeneration, tumor di spinal cord, trauma di spinal cord. Sedangkan,

kelainan pada lower motor neuron contohnya adalah poliomielitis dan atrofi otot spinal.

Penyakit otot (myopathy) contohnya adalah dunchenne muscular dystrophy, arthrogryposis.

3. Kongenital

Skoliosis yang disebabkan karena adanya abnormalitas perkembangan vertebrae

6
selama trimester pertama kehamilan yang menyebabkan deformitas struktural dari tulang

belakang. Skoliosis kongenital ini bisa berupa kegagalan formasi vertebrae parsial atau total

(wedge vertebrae / hemivertebrae), kegagalan segmentasi vertebrae parsial atau total

(unsegmented bars), atau kombinasi keduanya.

4. Sindroma genetik

Anak-anak dengan sindroma tertentu, seperti neurofibromatosis dan Marfan syndrome

mempunyai risiko lebih tinggi mengalami deformitas tulang belakang.

5. Degeneratif

Skoliosis degeneratif terjadi pada orang dewasa yang lebih tua. Skoliosis ini disebabkan

oleh perubahan-perubahan pada tulang belakang dengan adanya pelemahan dari ligamen-

ligamen dan jaringan-jaringan lunak lain yang normal dari tulang belakang digabungkan

dengan pembentukan spur yang abnormal dapat menjurus pada suatu lekukan dari spine yang

abnormal.

6. Compensatory scoliosis

Skoliosis yang terjadi pada orang dengan panjang kaki yang tidak sama. Perbedaan

panjang kaki sekecil 0,5 cm dapat menyebabkan terjadinya skoliosis.

2.2.4 Klasifikasi

Berdasarkan terjadinya skoliosis terdapat 2 sebab skoliosis, yaitu : sebab struktural dan

fungsional.4

1. Skoliosis Struktural :

Terjadi kelengkungan atau rotasi tulang belakang ke arah samping pada satu sisi dan

termasuk jenis skoliosis terburuk oleh karena dapat menjadi progresif. Skoliosis struktural

dibagi menjadi :

 Idiopatik skoliosis

7
 Congenital : karena kelainan bawaan dari pembentukan tulang belakang yang

abnormal , dan sering dikaitkan dengan cacat organ lainnya.

 Neuromuskular : neuromuskular scoliosis disebabkan karena hilangnya kontrol

dari saraf atau otot yang mendukung tulang belakang. Penyebab paling umum dari

jenis scoliosis ini adalah cerebral palsy dan distrofi otot.

2. Skoliosis Fungsional

Terjadi kelengkungan namun tidak terfiksasi dan tidak progresif. Skoliosis fungsional

ini adalah skoliosis sekunder terhadap kebiasaan postur tubuh.

Ada tiga tipe-tipe utama lain dari scoliosis:5

a. Functional : Pada tipe scoliosis ini, spine adalah normal, namun suatu lekukan

abnormal berkembang karena suatu persoalan ditempat lain di dalam tubuh. Ini dapat

disebabkan oleh satu kaki adalah lebih pendek daripada yang lainnya atau oleh

kekejangan-kekejangan di punggung.

b. Neuromuscular : Pada tipe scoliosis ini, ada suatu persoalan ketika tulang-tulang dari

spine terbentuk. Baik tulang-tulang dari spine gagal untuk membentuk sepenuhnya,

atau mereka gagal untuk berpisah satu dari lainnya.

c. Degenerative : Tidak seperti bentuk-bentuk lain dari scoliosis yang ditemukan pada

anak-anak dan remaja-remaja, degenerative scoliosis terjadi pada dewasa-dewasa yang

lebih tua.

d. Lain-Lain : Ada penyebab-penyebab potensial lain dari skoliosis, termasuk tumor-

tumor tulang belakang seperti osteoid osteoma. Ini adalah tumor jinak yang dapat

terjadi pada spine dan menyebabkan nyeri/sakit. Nyeri menyebabkan orang-orang

untuk bersandar pada sisi yang berlawanan untuk mengurangi jumlah dari tekanan yang

diterapkan pada tumor.Ini dapat menjurus pada suatu kelainan bentuk spine.

8
2.2.5 Patogenesis

Gambar 3. Patogenesis Skoliosis6

2.2.6 Manifestasi Klinis

Gejala yang paling umum dari skoliosis adalah lekukan yang tidak normal dari tulang

belakang. Skoliosis dapat menyebabkan kepala nampak bergeser dari tengah atau satu

pinggul atau pundak lebih tinggi daripada sisi berlawanannya. Tulang belakang mungkin

jelas menyimpang dari garis tengah, atau ini mungkin menjadi jelas hanya ketika pasien

membungkuk ke depan (Tes Adams).7

Gejala lain yang ditimbulkan pada penderita skoliosis biasanya tidak ada, tetapi pada

beberapa kasus penderita skoliosis mengalami nyeri pinggang, perasaan lelah jika duduk atau

berdiri lama, tidak seimbang antara shoulder dan hips (shoulder tinggi sebelah, dan kurva

tulang belakang lebih bengkok ke satu sisi.7

9
Pada skoliosis dengan kelengkungan kurang dari 20°, tidak akan menimbulkan

masalah. Namun, keluhan yang muncul adalah rasa pegal. Sedangkan pada kelengkungan 20

– 40°, penderita akan mengalami penurunan daya tahan dalam posisi duduk atau berdiri

berlama-lama. Bila lengkungan ke samping terlalu parah, yaitu ukuran kurva di atas 40° akan

menyebabkan kelainan bentuk tulang belakang yang cukup berat.7

‐ Deformity adalah gejala yang biasanya tampak. jelas tampak condong belakang atau

tulang rusuk punuk di kurva toraks, dan penonjolan asimetris dari satu pinggul dalam

kurva thoracolumbar.

‐ Nyeri adalah keluhan langka dan harus perlu di waspadai oleh dokter untuk

kemungkinan adanya kelainan saraf dan perlunya MRI. Scoliosis pada anak- anak

adalah sebuah bentuk deformity tanpa rasa nyeri.

‐ Mungkin adanya riwayat keluarga scoliosis atau catatan beberapa kelainan selama

kehamilan atau persalinan.

2.2.7 Diagnosis

1. Anamnesis

Anamnesa dapat dilakukan dengan menanyakan tanda dan gejala pada skoliosis dengan

kelengkungan kurang dari 20°, tidak akan menimbulkan masalah. Namun, keluhan yang muncul

adalah rasa pegal. Sedangkan pada kelengkungan 20 – 40°, penderita akan mengalami penurunan

daya tahan dalam posisi duduk atau berdiri berlama-lama. Bila lengkungan ke samping terlalu

parah, yaitu ukuran kurva di atas 40° akan menyebabkan kelainan bentuk tulang belakang yang

cukup berat, keluhan akan semakin berat seiring dengan berjalannya pertumbuhan tulang. 8

2. Pemeriksaan Fisik

Pada pemeriksaan fisik didapatkan pada posisi berdiri atau membungkukkan badan ke arah

depan atau belakang, kemiringan atau asimeteris dari bahu dan pelvis, tidak sama panjang antara

ukuran kaki kiri dengan kaki kanan.9

Secara umum tanda – tanda skoliosis yang bisa diperhatikan pada penderitanya yaitu:9
10
‐ Tulang bahu yang berbeda, dimana salah satu bahu akan terlihat lebih tinggi dari bahu

yang satunya (Elevated shoulder)

‐ Tulang belikat yang menonjol, sebagai akibat dari terdorongnya otot oleh kurva primer

skoliosis (Prominent Scapula)

‐ Lengkungan tulang belakang yang nyata, yang dapat terlihat secara jelas dari arah

samping penderita (Spinal curve)

‐ Tulang panggul yang terlihat miring, sebagai penyesuaian dari kurva skoliosis (Uneven

waist)

‐ Perbedaan ruang antara lengan dan tubuh (Asymmetrical arm to flank distances)

Gambar 4. Tanda – tanda skoliosis9

Salah satu pemeriksaan fisik adalah dengan cara “The Adam’s Forward Bending test”.

Pemeriksaan dilakukan dengan melihat pasien dari belakang yaitu dengan menyuruhnya

membungkuk 90° ke depan dengan lengan menjuntai ke bawah dan telapak tangan berada

pada lutut. Temuan abnormal berupa asimetri ketinggian iga atau otot-otot paravertebra pada

satu sisi. Deformitas tulang iga dan asimetri garis pinggang tampak jelas pada kelengkungan

30° atau lebih.10

11
Gambar 5. Adam’s Forward Bending test10

3. Pemeriksaan Penunjang

Penilaian pasien skoliosis dari segi radiografi dimulai dari sisi anteroposterior dan

lateral dari seluruh tulang belakang. Sebagai tambahan, pemeriksaannya sebaiknya juga

termasuk sisi lateral dari lumbal, untuk menilai adanya spondilosis atau spondilolystesis

(prevalensi di populasi secara umum ada sekitar 5%). Kurva atau kelengkungan skoliosis ini

lalu diukur dari sisi AP. Metode yang paling sering digunakan (digunakan oleh Scoliosis

Research Society) adalah metode Cobb.11

1. Metode Cobb

Metode Cobb sudah digunakan sejak tahun 1984 untuk mengukur sudut pada posisi

erect PA. Pengukuran dengan sudut Cobb sangat berguna pada pemeriksaan pasien dengan

posisi PA/AP. Sudut Cobb ditemukan dengan menarik garis dari sudut inferior dan superior

vertebrae dari kelengkungan. Sudut tersebut menghubungkan garis tegak lurus dengan

endplates.11

Sudut Cobb sangat berguna dalam menentukan beda antara skoliosis dan asimetris dari

vertebrae. Sudut kurang 10° hingga 15° pada sudut Cobb lebih menunjukkan bahwa telah

terjadi asimetris daripada skoliosis. Sudut Cobb juga dapat memonitor kemajuan koreksi dari

kelengkungan selama penggunaan bracing atau observasi perbaikan. Bagaimanapun, pada


12
pengukuran sudut Cobb tidak bisa menentukan adanya vertebral rotation atau aligment dari

tulang belakang. Metode lippman-cobb di ambil dan di standarisasi oleh Scoliosis Research

Society dan digunakan untuk mengklasifikasikan jenis kelengkungan skoliosis menjadi tujuh

bagian.11

Gambar 6. Klasifikasi derajat sudut cobb11

Metode Cobb ini memiliki beberapa keuntungan dibandingkan dengan metode lain.

Selain itu metode ini lebih tepat bahkan jika pasien diperiksa oleh pemeriksa lainnya. Selain

itu juga masih ada metode lain yaitu metode Risser-Ferguson, yang lebih jarang digunakan.11

Pada awalnya, seseorang harus ditentukan terlebih dahulu apa jenis/tipe dari

kelengkungan pada skoliosisnya tersebut. Lengkungannya bisa jadi akut, seperti yang terlihat

pada fraktur atau hemivertebra. Setiap adanya anomali pada costa atau vertebre harus

dilaporkan. Scoliosis secara umum dapat digambarkan berdasarkan lokasi kelengkungannya,

seperti yang ada digambar berikut ini:11

Gambar 7. Pola Skoliosis11

13
Pemeriksa seharusnya juga menentukan apakah titik kelengkungan tersebut mengarah

ke kanan atau ke kiri. Jika kelengkungannya ada ada dua, maka masing-masing harus

digambarkan dan diukur. Untuk menggunakan metode Cobb, pertama kita harus menetukan

mana saja yang merupakan end vertebrae. Masing-masing dari end vertebrae ini adalah yang

dibatasan atas dan bawah dari kelengkungan yang miring paling jauh mengarah ke

kelengkungannya. Jika kita sudah memilih vertebrae tersebut, lalu gambarlah garis sepanjang

endplate bagian atas dan bawah, sebagimana digambarkan dibawah ini.11

Gambar 8. Pengukuran skoliosis berdasarkan metode cobb11

Jika ujung endplate sulit dinilai, maka garis ini dapat digambarkan disepanjang atas dan

bawah dari pedikel. Sudut yang didapatkan adalah sudut yang terdapat diantara dua garis

tersebut. namun, jika sudut yang terbentuk itu kecil, bisa saja kedua garis tersebut

berpotongan di gambarnya saja, seperti Downtown Seattle. Pada saat melaporkan

penghitungan sudut skoliosis ini maka kita harus menerangkan bahwa metode yang dipakai

dalam pengukuran ini adalah metode Cobb dan juga mana ujung-ujung dari vertebrae yang

telah kita pilih unutk diukur. Peranannya disini adalah jika kita telah memilih vertebrae

tersebut, maka kita harus menggunakan vertebrae yang sama dalam proses follow up

selanjutnya, agar hasil yang didapatkan lebih tepat dan pasti dalm menilai kemajuan atau
14
perbaikan yang ada. Sekali seseorang telah diukur kelengkungannya, lalu dapat diperkirakan

derajat rotasi (perputaran) dari vertebrae pada apexnya dengan melihat hubungan dari pedikel

ke garis tengahnya (midline).12

Gambar 9. Pengukuran perputaran (rotasi) dari pedikel pada skoliosis12

Pada gambar A. Menunjukkan neutral position (tidak ada rotasi) gambar B merupakan

derajat 1 gambar C derajat 2 gambar D derajat 3 dan gambar E derajat 4. Pada posisi frontal

terlihat kelengkungan tulang belakang ke arah lateral, yang berhubungan dengan terbelah

pada garis imajiner dan sebagian vertebrae pada sisi lengkung yang terpisah ke arah luar,

kedua dan didalam atau garis tengah ketiga (garis vertikal pada A-E).12

Yang berguna bagi tim bedah adalah gambaran lateralnya, yang digunakan untuk

menilai derajat rigidaitas atau kekakuan dan fleksibelitas dari kelengkungan tersebut. Pada

gambar dibawah ini dapat dinilai bahwa kelengkungan yang utama atau pangkalnya adalah

dari thorakal (thoracal curve) dengan lumbal sebagai lanjutannya.12

Gambar 10. “bending film” dapat membedakan skoliosis struktural dan non struktural12
15
2. Metode Ferguson

Metode Ferguson merupakan metode lain dalam pencitraan yang bisa digunakan dalam

menentukan kelengkungan yang merupakan kelengkungan primer vertebrae ataupun lanjutan

dari kelengkungan tersebut. Metode Ferguson tidak bisa menentukan ada atau tidak ada

bungkuk pada pasien. Pasien harus bisa berdiri atau tidak bisa duduk. 2 Posisi dapat

ditentukan melalui posisi yang pertama posisi PA berdiri tegap sehingga dapat terlihat

seluruh tulang belakang pada hasil foto (atau paling kurang regio thorak dan lumbal) dan

pasien yang diberi bantuan untuk posisi tersebut. Kedua, pasien diminta untuk berdiri dengan

1 kaki dan dielevasikan 2 hingga 4 inchi pada sandaran. Elevasi kaki harus menghadap sisi

lengkung dari kelengkungan tulang belakang pasien. Pada PA dengan posisi terlungkup

merupakan hambatan pada pasien. Maka pada kedua posisi tersebut dapat dibantu dengan

mengelevasikan kaki pasien.13

Gambar 11. Proyeksi dengan posisi PA berdiri memperlihatkan 2


kelengkungan tulang belakang : kelengkungan lumbal primer 42° dan lanjutan dari
kelengkungan 16° berlokasi pada superior kelengkungan primer.13

16
Keuntungan pada metode Ferguson adalah bisa mendeteksi adanya kelengkungan yang

sekunder pada pasien yang tidak bisa berdiri tegap tapi bisa duduk tegap. Pada pasien yang

duduk, diberikan bantalan 3 hingga 4 inchi yang diletakkan pada bokong pasien yang

menghadap ke arah sisi lengkung dari kelengkungan tulang belakang pasien. Ini akan cukup

untuk mengelevasikan dan dapat menunjukkan koreksi kelengkungan dengan posisi PA

tersebut.13

3. Metode Lingmann-Cobb

Metode lignman-cobb untuk derajat rotasi mengunakan prosesus spinosus sebagai titik

acuan. Normalnya prosesus spinosus terlihat pada titik tengah dari corpus vertebrae jika

tidak ada rotasi, jika terdapat rotasi maka prosesus spinosus akan bergeser melalui titik

kelengkungan kurva metode Moe untuk derajat rotasi menggunakan simetrisias pedikulus

sebagai titik acuannya dengan pergeseran pedikulus menandakan adanya rotasi vertebrae.13

4. Metode Adam Greenspan

Gambar 12. Indeks skoliosis13

Teknik terbaru untuk mengukur derajat skoliosis diperkenalkan oleh Adam Greenspan

Andis pada tahun 1978 dimana lebih akurat dalam mengukur deviasi setiap vertebrae. Teknik

ini disebut “scoliosis index” mengukur setiap deviasi vertebrae dari garis spinal, yang
17
ditentukan melalui titik pada pusat vertebrae, diatas vertebrae yang diatasnya, atau dipusat

dari vertebrae yang dibawahnya. Teknik ini berguna saat mengevaluasi segmen singkat atau

kelengkungan minimal,yang sering sulit untuk diukur dengan metode yang ada dan tambahan

untuk mengukur kelengkungan skoliosis.11

5. Metode Nash-Moe

Poin lain yang tak kalah penting untuk dinilai dalam pemeriksaan radiologi adalah

menentukan kematangan rangka pasien secara fisiologis. Sebagaimana yang telah disebutkan

diatas, jika kematangan tulang seseorang telah sempurna, dengan derajat skoliosis kurang

dari 30 derajat, tidak dapat menunjukkan perbaikan yang bermakna. Untuk itu, sering pada

kasus seperti ini disarankan untuk memberhentikan follow-up ataupun terapinya. Oleh karna

itu, skrining skoliosis sangat dianjurkan pada saat anak-anak.12

Beberapa metode dapat digunakan untuk menilai kematangan tulang . posisi AP dari

tangan kiri dan sendi pergelangan tangan dapat dibandingkan dengan standardnya yang bisa

dilihat di atlas. Karena Krista iliaca bisanya digunakan dalam penelitian skoliosis, maka

indeks kematangan rangka juga sudah ditetapkan. Jika apophyse krista iliaca telah bertemu

dengan sacroiliaca junction, dan telah menempel dengan ilium, maka sudah hampir dapat

dipastikan bahwa kematangannya sudah komplit atau sempurna.10

Gambar 13. Penentuan kematangan tulang rangka10


18
Selain itu, bukti kematangan bisa juga dinilai dari tulang vertebraenya sendiri. Jika

endplates nya telah bergabung dengan corpus vertebrae dan membentuk suatu kesatuan yang

solid, maka artinya kematangannya juga sudah sempurna.11

Gambar 14. Penentuan kematangan vertebrae11

Faktor yang tidak kalah penting untuk menentukan skoliosis adalah menentukan

kematangan tulang rangka. Ini penting untuk prognosis dan pengobatan dari skoliosis,

terutama untuk skoliosis tipe idiopatik, karena adanya progresivitas dari pertumbuhan derajat

skoliosis selama tulang tersebut belum mencapai kematangan yang sempurna. Umur rangka

(skeletal age) dapat ditentukan dengan membandingkan radiografi dari tangan pasien, dengan

standar tertentu pada tiap-tiap umur, yang bisa dilihat di atlas radiografi. Ini juga bisa dinilai

melalui observasi radiologi dari ossifikasi dari tulang apophysis pada cincin vertebrae

(vertebral ring), atau dari ossifikasi pada apophysis iliaka.9

6. Metode king dan Lenke

CSVL pada radiografi menunjukkan adanya ketidakstabilan pada vertebrae.

Mengevaluasi keseimbangan bagian coronal vertebrae dan menentukan tipe dari

kelengkungan dengan menggunakan metode King dan Lenke.9

Garis tegak lurus merupakan garis vertikal ke arah bawah dari bagian tengah vertebral

body cervical 7, berhubungan pda ujung lateral di radiografi. Ini digunakan untuk

mengevaluasi coronal balance dan standing frontal radiografi dan keseimbangan sagital pada

standing lateral radiografi. Coronal balance adalah evaluasi dengan menjumlahkan jarak

antara CSVL dan garis tegak lurus, dan sagital balance adalah evaluasi dengan

19
menjumlahkan jarak antara bagian posterosuperior dari vertebral body sacral 1 dan garis

tegak lurus. Ukuran coronal dan sagital, menunjukkan abnormal bila jarak lebih dari 2 cm.

Pada ukuran coronal balance, garis tegak lurus berlokasi di kanan dari CSVL yang

menunjukkan reflek positif pada coronal balance, dimana garis tegak lurus yang berloksi di

kanan dari CSVL menunjukkan reflek negatif dari coronal balance. Ukuran dari sagital

balance, garis tegak lurus berada di anterior hingga posterosuperior bagian dari badan sakral

1 yang menunjukan reflek positif pada sagital balance, dimana garis tegak lurus dari

posterior hingga bagian posterosuperior dari badan sakral 1 yang menunjukkan reflek negatif

dari sagital balance.7

Secara umum dapat diterima bahwa kelengkungan dibawah 50° harus diterapi secara

konservatif. Pengobatan untuk mengatasi kelengkungan ini terdiri dari chiropractic care dan

adjunctive exercises. Jika kelengkungannya lebih dari 50°, maka diperlukan konsultasi ke

ortopedi untuk kebaikan pasien dan pencegahan malpraktik bagi dokter.8

Gambar 15. Struktural dan nonstruktural kelengkungan pada perempuan 14


tahun dengan skoliosis8
20
Pada gambar a merupakan posisi AP berdiri tegak pada radiografi yang terlihat

dextroscoliosis pada upper thoracic level (segmen spinal antara garis putus-putus ; sudut

Cobb 58,8° ) dan levoskoliosis pada level thorakolumbal (segmen spinal antara garis yang

tidak putus-putus; sudut Cobb, 32,6° ).5

Pada gambar b merupakan posisi membungkuk ke kanan yang memperlihatkan sudut

Cobb adalah 32° (>25°) dengan kelengkungan ke arah kanan pada upper thoracic level,

mengindikasikan merupakan kelengkungan yang struktural.5

Pada gambar c merupakan posisi membungkuk ke kiri memperlihatkan sudut Cobb 15°

(<25°) dengan kelengkungan ke arah kiri pada level thorakolumbal mengindikasikan

merepukan kelengkungan yang non struktural.5

Gambar 16. Pengukuran pada garis koronal dan sagital dari vertebra pada
berdiri lurus pada radiografi perempuan usia 11 tahun.5

Pada gambar a terlihat radiografi yang memperlihatkan jarak (panah) 1,8 cm dari garis

tegak lurus (garis putus-putus) menggambarkan penurunan dari bagian tengah vertebral body

cervikal 7 berhubungan dengan ujung lateral radiografi dan CSVL (garis tidak putus-putus).

Adanya sedikit jarak menandakan ketidakseimbangan bagian atas (≥ 2cm).1 Pada gambar b

21
didapatkan radiografi dengan jarak yang memendek (panah) antara garis tegak lurus (garis

putus-putus) dan bagian posterosuperiot dari vertebral body sakral 1 (panah atas) adalah 1,7

cm kurang dari ketidakseimbangan sagital.6

7. CT Scan

Anak-anak dengan malformasi tulang bawaan dan kelainan segmentasi, seperti butterfly

atau hemivertebra, atau diastematomyelia, memerlukan pendekatan pencitraan yang sedikit

berbeda seperi CT-scan dan MRI. Namun, dalam prakteknya, hal ini tidak sering diperlukan

karena radiografi polos sudah cukup.

Peran CT-scan pada pasien pasca operasi yang tidak dapat dicitrakan secara tepat di

lingkungan MRI. CT lokal dan kadang-kadang CT mielografi dapat membantu dalam

mengidentifikasi komplikasi pasca operasi, seperti radikulopati terkait dengan kesalahan

penempatan atau migrasi sekrup.

Gambar 17. Coronal CT scan skoliosis thorak

8. MRI

Tujuan utama melakukan pencitraan CT atau MR pada pasien dengan skoliosis adalah

untuk mengidentifikasi suatu penyebab yang mendasari. Selain itu, penampang modalitas

pencitraan berguna untuk memandu perawatan bedah dan mengevaluasi komplikasi pasca

operasi.
22
Pada kasus dengan kelainan bentuk tulang yang kompleks, radiografi saja tidak

memadai dan penggunaan CT adalah wajib, terutama saat operasi direncanakan. MRI

digunakan dengan peningkatan frekuensi untuk mengevaluasi pasien dengan yang tidak biasa

pola kurva atau manifestasi klinis yang mengkhawatirkan seperti pada gambar.

Gambar 18. Indikasi MRI pada skoliosis

Gambar 19. Skoliosis cervikal pada MRI

23
2.2.8 Tatalaksana

1. Medikamentosa

Tujuan pemberian obat adalah untuk mengurangi atau menghilangkan rasa nyeri dan

kemungkinan infeksi baik dari alat ataupun pembedahan, bukan untuk mengobati skoliosis.

Obat yang digunakan antara lain :7

‐ Analgesik

‐ NSAID (Non Steroid Anti Inflamation Drug).

2. Non – Medikamentosa

a. Fisioterapi7

 Terapi panas, dengan cara mengompres

 Alat penyangga, digunakan untuk skoliosis dengan kurva 25°-40° dengan skeletal

yang tidak matang (immature). Alat penyangga tersebut antara lain :

‐ Penyangga Milwaukee

Alat ini tidak hanya mempertahankan tulang belakang dalam posisi lurus,

tetapi alat ini juga mendorong pasien agar menggunakan otot-ototnya sendiri

untuk menyokong dan mempertahankan proses perbaikan tersebut. Penyangga

harus dipakai 23 jam sehari. Alat penyangga ini harus terus digunakan terus

sampai ada bukti objektif yang nyata akan adanya kematangan rangka dan

berhentinya pertumbuhan tulang belakang selanjutnya. tulang belakang pada

anak yang bertumbuh.7

24
Gambar 20. Penyangga milwaukee7

‐ Penyangga Boston

Suatu penyangga ketiak sempit yang memberikan sokongan lumbal atau

torakolumbalyang rendah. Penyangga ini digunakan selama 16 – 23 jam sehari

sampai skeletalnya matur. Terapi ini bertujuan untuk mencegah dan

memperbaiki deformitas yang tidak dikehendaki oleh pasien.3

Gambar 21. Penyangga Boston3

 kunci dari terapi ini adalah rehabilitasi dari otot dan ligamen yang menyangga

tulang belakang. rehabilitasi otot harus melalui sistem saraf pusat dengan

25
tujuan agar pasien dapat meningkatkan kekuatan otot sehingga otot dapat

menyangga tulang belakang dengan posisi yang benar tanpa bantuan alat

penyangga.3

b. Tindakan Pembedahan

Umumnya, jika kelengkungan lebih dari 40 derajat dan pasien skeletalnya imatur,

operasi direkomendasikan. Lengkung dengan sudut besar tersebut, progresivitasnya

meningkat secara bertahap, bahkan pada masa dewasa. Tujuan terapi bedah dari skoliosis

adalah memperbaiki deformitas dan mempertahankan perbaikan tersebut sampai terjadi fusi

vertebra.5

Penanaman Harrington rods (batangan Harrington) Batangan Harrington adalah

bentuk peralatan spinal yang dipasang melalui pembedahan yang terdiri dari satu atau

sepasang batangan logam untuk meluruskan atau menstabilkan tulang belakang dengan

fiksasi internal. Peralatan yang kaku ini terdiri dari pengait yang terpasang pada daerah

mendatar pada kedua sisi tulang vertebrata yang letaknya di atas dan di bawah lengkungan

tulang.5

Gambar 22. Harrington Rods5


26
2.2.9 Prognosis

Prognosis tergantung kepada penyebab, lokasi dan beratnya kelengkungan. Semakin besar

kelengkungan skoliosis, semakin tinggi resiko terjadinya progresivitas sesudah masa

pertumbuhan anak berlalu. Skoliosis ringan yang hanya diatasi dengan brace memiliki prognosis

yang baik dan cenderung tidak menimbulkan masalah jangka panjang selain kemungkinan

timbulnya sakit punggung pada saat usia penderita semakin bertambah. Penderita skoliosis

idiopatik yang menjalani pembedahan juga memiliki prognosis yang baik dan bisa hidup secara

aktif dan sehat. Penderita skoliosis neuromuskuler selalu memiliki penyakit lainnya yang serius

(misalnya cerebral palsy atau distrofi otot). Karena itu tujuan dari pembedahan biasanya adalah

memungkinkan anak bisa duduk tegak pada kursi roda. Bayi yang menderita skoliosis kongenital

memiliki sejumlah kelainan bentuk yang mendasarinya, sehingga penanganannya pun tidak

mudah dan perlu dilakukan beberapa kali pembedahan.2

27
BAB III
LAPORAN KASUS

1. Identitas Pasien

Nama : An. CAP


Umur : 11 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Pekerjaan : Pelajar
Alamat : Tua Pejat, Mentawai.
Suku : Batak
Tanggal Masuk : 17 Maret 2023

2. Anamnesis

a. Keluhan utama

Pasien datang ke poli klinik orthopedi RSI Siti Rahmah Padang dengan keluhan

bentuk tulang punggung tidak lurus dan melengkung ke samping sejak 1 tahun yang

lalu.

b. Riwayat penyakit sekarang

‐ Keluarga pasien mengatakan bentuk tulang punggung pasien tidak lurus dan

melengkung ke samping terutama terlihat saat pasien sedang duduk sejak 1 tahun

yang lalu.

‐ Keluarga pasien mengatakan bahu pasien tidak simetris dan miring ke arah kiri

sejak 1 tahun yang lalu.

‐ Pasien tidak mengeluhkan sakit pinggang, pegal, dan tidak kuat

mempertahankan posisi duduk lama.

‐ Saat ini pasien menggunakan bracing sejak september 2022 dan rutin kontrol ke

poli klinik orthopedi.

28
c. Riwayat penyakit dahulu

‐ Riwayat gangguan neurologis tidak ada

‐ Riwayat cedera tulang dan pembedahan tidak ada

d. Riwayat penyakit keluarga

‐ Riwayat penyakit yang sama dengan pasien tidak ada

3. Status Generalisata

Keadaan Umum : Baik


Kesadaran : Compos mentis
Nadi : tidak dilakukan
Tekanan Darah : tidak dilakukan
RR : tidak dilakukan
Suhu : tidak dilakukan
4. Pemeriksaan Fisik

A. Kepala : tidak dilakukan

B. Mata : tidak dilakukan

C. Telinga : tidak dilakukan

D. Mulut : tidak dilakukan

E. Leher : tidak dilakukan

F. Thoraks

 Paru

‐ Inspeksi : tidak dilakukan

‐ Palpasi : tidak dilakukan

‐ Perkusi : tidak dilakukan

‐ Auskultasi : tidak dilakukan

 Jantung

‐ Inspeksi : tidak dilakukan

‐ Palpasi : tidak dilakukan


29
‐ Perkusi : tidak dilakukan

‐ Auskultasi : tidak dilakukan

G. Abdomen

‐ Inspeksi : tidak dilakukan

‐ Palpasi : tidak dilakukan

‐ Perkusi : tidak dilakukan

‐ Auskultasi : tidak dilakukan

H. Ekstremitas

 Ekstremitas superior : tidak dilakukan

 Ekstremitas inferior : tidak dilakukan

5. Pemeriksaan Penunjang

30
 Expertise :

‐ Curve dan alignment dalam batas normal

‐ Tampak lateralisasi kurvatura vertebrae level ke arah T4 – T10 ke arah

kanan

‐ Tampak lateralisasi kurvatura vertebrae level ke arah vertebrae T11 – L5 ke

arah kiri

‐ Besar, bentuk dan struktur trabekula dalam batas normal

‐ Pedikel dan processus spinosus intak

‐ Discus dan foramen intervertebralis tidak menyempit

‐ Tidak tampak osteofit

31
‐ Tidak tampak garis fraktur

‐ Tampak lesi sklerotik pada vertebrae thorakal 5-6

‐ Jaringan lunak baik

 Kesan : Skoliosis vertebrae thoracolumbalis

6. Diagnosis Kerja

Skoliosis vertebrae thoracolumbalis

7. Tatalaksana

a. Non-medikamentosa

‐ Bracing (penyangga Boston/ Milwaukee)

b. Medikamentosa

‐ (-)

8. Prognosis

Quo ad vitam : bonam

Quo ad functionam : dubia ad bonam

Quo ad sanationam : dubia ad bonam

32
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Skoliosis didefinisikan sebagai kelengkungan tulang belakang ke arah lateral yang

memiliki sudut cobb lebih dari 10°. Kelengkungan yang abnormal tersebut bisa terjadi karena

kelainan kongenital, kelainan pembentukan tulang atau kelainan neurologis, tapi pada

sebagian kasus bersifat idiopatik.

Diagnosis skoliosis ditegakkan berdasarkan hasil anamnesis, pemeriksaan fisik dan

pemeriksaan penunjang. Pemeriksaan penunjang skoliosis terdiri dari metode Cobb, metode

Ferguson, metode lingmann-Cobb, metode Adam Greenspan, metode Nash-Moe, metode

King dan Lenke.

Penatalaksanaan skoliosis berupa tatalaksana medikamentosa bertujuan untuk

mengurangi keluhan gejalan. Selain itu juga dilakukan fisioterapi berupa terapi panas dan

pemasangan alat penyangga. Tatalaksana lainnya berupa tindakan pembedahan dengan

memasangan batangan Harrington.

3.2 Saran

Referat ini diharapkan dapat menjadi literatur dan tambahan informasi untuk

perkembangan ilmu kesehatan dan dapat menambah pengetahuan tentang skoliosis dan juga

diharapkan dapat menjadi acuan untuk meningkatkan profesionalisme dalam upaya

memberikan pelayanan pada kasus skoliosis.

33
DAFTAR PUSTAKA

1. Behrman, Richard E.,Kliegman,Robert M., Jenson,Hal B. 2004.

2. Nelson Textbook of Pediatrics 17th edition.USA : Saunders.

3. Hay, William W., Levin, Myron J., Deterding, Robin R., Abzug, Mark J.,
Sondheimer, Judith M. 2012. Current Diagnosis & Treatmen in Pediatrics 21st
edition. USA : McGraw-Hill.

4. Skinner, Harry B. 2003. Current Diagnosis & Treatment in Orthopedics 3rd edition.
USA : Appleton & Lange.

5. Apley GA, Solomon L. Buku Ajar : Ortopedi dan Fraktur Sistem Apley . Edisi 7.
Jakarta : Widya Medika, 1995. p.84-91.

6. Snell RS. Anatomi Klinik. Edisi 6. Jakarta : EGC, 2006. p: 880-914. 6. Medicinet
Reference [Internet] Scoliosis. [Last Update April 26, 2015] Available From :
http://www.medicinenet.com/scoliosis/page4.htm.Accessed on July, 2017.

7. Mayo Clinic Reference [Internet] Scoliosis. [Last Update Feb. 3, 2016 ] Available
From : http://www.mayoclinic.com/health/scoliosis/DS00194/DSECTION . Accessed
on July, 2017.

8. SRS Reference [Internet] Scoliosis. Available From :


http://www.srs.org/patient_and_family/scoliosis/idiopathic/adults/adult_s
pinal_deformity/treatment_options.htm. Accessed on March, 2023.

9. The free dictionary Reference [Internet] Scoliosis. Available From :


http://medicaldictionary.thefreedictionary.com/Idiopathic+adult+scoliosis . Accessed
on March, 2023.

10. Espine Reference [Internet] Adult Idiopathic Scoliosis . Available From:


http://espine.com/scoliosis/adult-idiopathic-scoliosis/. Accessed on March, 2023.

11. Parkviewspine Reference [Internet] Adult Idiopathic Scoliosis. Available From :


http://parkviewspine.com/patient-education/adult-idiopathic-scoliosis/. Accessed on
March, 2023.

12. NHS Reference [Internet] Scoliosis. [Last Update Feb. 19, 2016] Available From :
http://www.nhs.uk/Conditions/Scoliosis/Pages/Complications.aspx. Accessed on
March, 2023.

13. Medscape Reference [Internet] Scoliosis. Available From :


http://emedicine.medscape.com/article/1265794-overview#a0104. Accessed on
March, 2023.

34

Anda mungkin juga menyukai