UNIVERSITAS PATTIMURA
SKOLIOSIS
Disusun Oleh:
Konsulen:
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS PATTIMURA
AMBON
2022
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan
anugerah-Nya, penulis dapat menyelesaikan Referat dengan judul “Skoliosis”. Referat ini disusun
sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan tugas kepaniteraan klinik pada bagian Ilmu Bedah.
Penyusunan Referat ini dapat diselesaikan dengan baik karena adanya bantuan, bimbingan, dan
Untuk itu, pada kesempatan ini saya sebagai penulis ingin mengucapkan banyak terima kasih
kepada dr. Wijaya Johanes Chendra, Sp.OT (K)-Hip&Knee selaku pembimbing yang telah
bersedia meluangkan waktu, pikiran, dan tenaga untuk membantu penulis dalam menyelesaikan
Referat ini. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan Referat ini masih belum sempurna. Oleh
karena itu, saran dan kritik yang bersifat membangun dari berbagai pihak sangat penulis harapkan
demi perbaikan penulisan Referat ini ke depannya. Semoga Laporan Kasus ini dapat memberikan
Penulis
ii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL...................................................................................................................i
KATA PENGANTAR................................................................................................................ii
DAFTAR ISI.............................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN...........................................................................................................1
II. 1. DEFINISI.................................................................................................................2
II. 2. ANATOMI...............................................................................................................2
II. 4. ETIOLOGI...............................................................................................................5
II. 5. KLASIFIKASI.........................................................................................................6
II. 8. DIAGNOSIS............................................................................................................9
II. 9. TATALAKSANA..................................................................................................15
DAFTAR PUTAKA..................................................................................................................iv
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Tulang belakang sangat penting untuk membentuk dan menopang tubuh juga dapat
menutupi dan melindungi medula spinalis. Berdasarkan Merril’s Atlas, tulang belakang pada
dewasa tersusun atas 24 vertebrae dan terbagi 3 segment berdasarkan lokasinya di tubuh.
Segmen servikal pada leher terdiri atas 7 vertebrae, segmen Thoraks pada bagian dada terdiri
dari 12 vertebrae dan segmen lumbal terdiri 5 vertebrae. Kolumna vertebrae dibantu oleh
ligamen dan sendi dan terbagi pada kolumna vertebrae berupa sakrum dan koksigis yang
kelengkungan itu normal terbentuk dari pertumbuhan dan latihan motorik. Kelengkungan ini
dapat membantu manusia dalam aktivitas sehari-hari sehingga dapat menjaga kita tetap stabil
dan fleksibel dalam beraktivitas. Kelengkungan itu juga dapat membantu meredam tekanan
yang mengenai tubuh kita yang diakibatkan oleh akitivitas seperti berlari atau meloncat.
Insiden skoliosis meliputi dari bayi hingga dewasa. Namun yang paling sering ditemukan
adalah pada saat dewasa didapatkan keluhan-keluhan akibat skoliosis yang tidak terdeteksi
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
tonjolan toraks atau lumbar, ketidakseimbangan bahu, pergeseran koronal dan jarang rasa
sakit. Dua jenis deformitas yang luas didefinisikan adalah deformitas postural dan deformitas
struktural.
sudut Cobb lebih dari 10o. Skoliosis bisa disebabkan oleh kelainan kongenital, kelainan
a. Tujuh vertebra servikal atau ruas tulang bagian leher yang membentuk daerah
tengkuk.
b. Dua belas vertebra torakalis atau ruas tulang punggung yang membentuk bagian
c. Lima vertebra lumbalis atau ruas tulang pinggang yang membentuk daerah lumbal
atau pinggang.
d. Lima vertebra sakralis atau ruas tulang kelangkang yang membentuk sakrum atau
tulang kelangkang.
2
Gambar 1. Struktur Tulang Belakang
Lengkung ruas tulang bagian leher melengkung ke depan, lengkung ruas tulang dada
ke arah belakang, daerah pinggang melengkung ke depan dan pelvis atau kelangkang
3
Vertebra servikalis atau ruas tulang leher adalah yang paling kecil dibandingkan
dengan ruas tulang lainnya, ciri dari ruas tulang punggung adalah semakin ke bawah semakin
membesar dilihat dari segi ukurannya. Ruas tulang pinggang adalah yang terbesar
dibandingkan dengan badan vertebra lainnya. Sakrum terletak di bagian bawah tulang
belakang dengan bentuk segitiga, dan ruas tulang ekor terdiri dari 4 atau 5 vertebra yang
bergabung menjadi satu. Ruas-ruas tulang belakang diikat oleh serabut yang dinamakan
dengan ligament.
2.3 Epidemiologi
Skoliosis merupakan kelainan tulang belakang yang sering terjadi dengan angka
diperkirakan bahwa skoliosis ≥ 10o terjadi pada 25 per 1.000 penduduk. Penyebab yang
paling sering ditemukan masih idiopatik dan skoliosis yang terjadi pada anak-anak lebih berat
kelengkungan tulang belakang pada anak-anak terjadi lebih cepat. Selain itu, insiden skoliosis
juga meningkat pada orang- orang yang memiliki kelainan neuromuskuler atau faktor
predisposisi lainnya.
pada 6.000 orang. Dan 2% hingga 4% adalah idiopatik skoliosis pada orang dewasa. Idiopatik
skoliosis pada dewasa atau Adolescent Idiopathic scoliosis (AIS) terhitung pada 80% dari
kasus idiopatik skolisosis dan sering terjadi berumur antara 10 - 16 tahun. Terbanyak pasien
idiopatik skoliosis pada dewasa adalah wanita, tapi insidensi bervariasi tergantung pada
Juvenile idiopathic soliosis atau Skoliosis pada anak-anak hampir sama dengan
dewasa. Perempuan lebih banyak terkena pada tipe ini. Kelengkungan skoliosis pada anak -
anak seringnya ke arah kanan karena tingginya rasio progresi kelengkungan dan perlunya
4
operasi maka skoliosis pada tipe ini disebut dengan malignansi subtipe dari adolescent
idiopatik skoliosis.
2.4 Etiologi
1. Kelainan Fisik
belakang yang mengakibatkan distrosi spinal atau perbedaan otot pada saat
pertumbuhan.
pituitary dan adrenal yang merupakan pendorong pertumbuhan otot dan tulang.
3. Faktor Keturunan
Kelainan skoliosis dapat ditimbulkan oleh gen, artinya bahwa seorang anak dari
karena pembentukan saraf tulang belakang yang tidak normal dan terdapat benjolan di
5. Faktor Didapat
Bentuk tulang belakang yang tidak normal atau bisa juga merupakan bentuk yang
Kesalahan dalam posisi duduk atau pun dalam posisi tidur secara terus menerus
5
pertumbuhan. Faktor ini pula yang dapat menyebabkan bertambahnya ukuran kurva
pada penderita skoliosis. Seseorang yang berjalan miring demi mencegah rasa sakit
sebagai akibat kelumpuhan atau luka karena kecelakaan, juga dapat menyebabkan
skoliosis.
2.5 Klasifikasi
1. Postural Skoliosis
Pada skoliosis postural, deformitas bersifat sekunder atau kompensasi untuk beberapa
kondisi di luar tulang belakang, seperti kaki pendek atau panggul miring karena kontraktur
dari pinggul. Ketika pasien duduk (dengan demikian membatalkan asimetri panjang kaki),
sehingga kurva menghilang. Skoliosis biasanya ringan, memiliki rotasi minimal dan bersifat
reversibel.
2. Struktural Skoliosis
Pada skoliosis struktural terdapat deformitas yang tidak dapat dikoreksi dari segmen
tulang belakang yang terkena, yakni komponen penting di antaranya adalah rotasi vertebra.
Prosesus spinosus mengarah ke cekungan kurva dan prosesus transversal pada cembung
berputar ke belakang. Di daerah toraks, tulang rusuk berada disisi cembung menonjol dengan
jelas, menghasilkan tulang rusuk punuk, yang merupakan bagian karakteristik dari
Deformitas awal mungkin bisa diperbaiki tetapi, setelah melebihi tertentu titik
stabilitas mekanis, tulang belakang melengkung dan berputar menjadi deformitas tetap yang
tidak hilang dengan perubahan postur. Sekunder (kompensasi) kurva hampir selalu
berkembang untuk mengimbangi deformitas primer; mereka biasanya kurang ditandai dan
6
a. Idiopatik (tidak diketahui penyebabnya) : 80% dari seluruh skoliosis
Anak-anak : 4 – 9 tahun
b. Osteopatik
1. Terlokalisasi :
2. General :
a. Osteogenesis imperfecta
b. Arachnodactily
Didapat
c. Neuropatik
1. Kongenital
Spina bifida
Neurofibromatosis
2. Didapat
Poliomielitis
Cerebral palsy
7
II.6 Patofisiologi
Kelainan bentuk tulang punggung yang disebut skoliosis ini berawal dari adanya
kelemahan saraf bahkan lumpuh yang menarik ruas-ruas tulang belakang. Tarikan ini
berfungsi untuk menjaga ruas tulang belakang berada pada garis yang normal yang bentuknya
seperti penggaris atau lurus. Tetapi karena suatu hal diantaranya kebiasaan duduk yang
miring membuat syaraf yang bekerja menjadi lemah. Bila ini terus berulang menjadi
kebiasaan maka syaraf itu bahkan mati. Ini berakibat pada ketidakseimbangan tarikan pada
ruas tulang belakang. Oleh karena itu, tulang belakang yang menderita skoliosis itu bengkok
manifestasi klinis yang dapat berefek ke paru dan jantung sebagai berikut :
1. Efek Mild skoliosis (kurang dari 20o tidak begitu serius, tidak memerlukan
2. Efek Moderate skoliosis (antara 25 – 40o), tidaklah begitu jelas , namun suatu
study terlihat tidak ada gangguan, namun baru ada keluhan kalau dilakukan
exercise.
pernafasan yang tertekan, dan penurunan level oksigen, dimana kapasitas paru
8
dapat berkurang sampai 80%. Pada keadaan ini juga dapat terjadi gangguan
4. Efek Very Severe skoliosis (Over 1000 ). Pada keadaan ini dapat terjadi
II.8 Diagnosis
a. Anamnesis
Pada Skoliosis dengan kelengkungan kurang dari 200, tidak akan menimbulkan
masalah. Namun, keluhan yang muncul adalah rasa pegal. Nyeri adalah keluhan yang
jarang dan harus diwaspadai oleh klinisi terhadap kemungkinan penyebab mendasar yang
tidak biasa dan kebutuhan investigasi. Mungkin ada keluarga riwayat skoliosis atau
catatan beberapa kelainan selama kehamilan atau persalinan; tonggak perkembangan awal
penurunan daya tahan dalam posisi duduk atau berdiri berlama-lama. Bila lengkungan ke
samping terlalu parah, yaitu ukuran kurva di atas 400 akan menyebabkan kelainan bentuk
tulang belakang yang cukup berat, keluhan akan semakin berat seiring dengan berjalannya
pertumbuhan tulang.
b. Pemeriksaan Fisik
badan ke arah depan atau belakang, kemiringan atau asimeteris dari bahu dan pelvis, tidak
9
Tabel 2. Pemeriksaan fisik pada skoliosis
2. Bahu kanan dan bahu kiri tidak simetris. Bahu kanan lebih tinggi daripada
bahu kiri.
3. Pinggang yang tidak simetris, salah satu pinggul lebih tinggi atau lebih
5. Badan miring ke salah satu sisi, paha kirinya lebih tinggi daripada paha kanan.
6. Ketika memakai baju, perhatikan lipatan baju yang tak rata, batas celana yang
bercak “café au lait” atau Spina Bifida yang harus memperhatikan tanda hairy
10
patches (sekelompok rambut yg tumbuh di daerah pinggang).
Salah satu pemeriksaan fisik adalah dengan cara “The Adam’s Forward Bending
test”. Pemeriksaan dilakukan dengan melihat pasien dari belakang yaitu dengan
menyuruhnya membungkuk 90° ke depan dengan lengan menjuntai ke bawah dan telapak
tangan berada pada lutut. Temuan abnormal berupa asimetri ketinggian otot-otot paravertebra
pad satu sisi. Deformitas tulang dan asimetri garis pinggang tampak jelas pada kelengkungan
Jika pasien dilihat dari depan asimetri payudara dan dinding dada mungkin terlihat.
Tes ini sangat sederhana, hanya dapat mendeteksi kebengkokannya saja tetapi tidak dapat
Secara umum tanda-tanda skoliosis yang bisa diperhatikan pada penderitanya yaitu:
- Tulang bahu yang berbeda, dimana salah satu bahu akan kelihatan lebih tinggi
- Tulang belikat yang menonjol, sebagai akibat dari terdorongnya otot oleh kurva
- Lengkungan tulang belakang yang nyata, yang dapat terlihat secara jelas dari
11
arah samping penderita (Spinal Curve)
- Tulang panggul yang terlihat miring, sebagai penyesuaian dari kurva Scoliosis
(Uneven Waist)
- Perbedaan ruang antara lengan dan tubuh (Asymmetrical Arm to Flank Distances)
C. Pemeriksaan Penunjang
Kurva atau kelengkungan skoliosis ini lalu diukur dari sisi Posteroanterior (PA) penuh
dan sinar-X lateral tulang belakang dan krista iliaka harus diambil dengan pasien berdiri
tegak (errect). Metode yang paling sering digunakan menurut Scoliosis Research Society
1. Metode Cobb
Sudut cobb adalah alat penilaian radiologis untuk mengukur sudut skoliosis. Untuk
mengukur derajat kelengkungan tulang punggung yang menderita kelainan skoliosis secara
manual menggunakan Cobb Method dimana besarnya derajat kelengkungan tulang punggung
disebut dengan istilah Cobb Angle. Langkah-langkah dalam mengukur Cobb Angle sebagai
berikut
1. Tentukan tulang punggung yang paling miring di bagian atas kurva dan menarik
2. Tentukan tulang punggung yang paling miring di bagian bawah kurva dan menarik
12
garis sejajar dengan pelat ujung rendah vertebralis.
4. Sudut yang dibentuk antara dua garis sejajar adalah sudut Cobb.
Sudut Cobb sangat berguna dalam menentukan beda antara skoliosis dan asimetris
dari vertebrae. Sudut kurang 100 - 150 pada sudut Cobb lebih menunjukkan bahwa telah
terjadi asimetris daripada skoliosis. Sudut Cobb juga dapat memonitor kemajuan koreksi dari
pengukuran sudut Cobb tidak bisa menentukan adanya vertebral rotation atau aligment dari
tulang belakang.
Metode Cobb ini memiliki beberapa keuntungan dibandingkan dengan metode lain.
Pada awalnya, seseorang harus ditentukan terlebih dahulu apa jenis/tipe dari kelengkungan
pada skoliosisnya tersebut. Lengkungannya bisa jadi akut, seperti yang terlihat pada fraktur
13
atau hemivertebra. Setiap adanya anomali pada costa atau vertebre harus dilaporkan.
Scoliosis secara umum dapat digambarkan berdasarkan lokasi kelengkungannya, seperti yang
Terjadi 60% pada laki-laki, kemudian 90% cembung ke arah kiri. Dapat teratasi dengan baik
Terjadi 90% pada perempuan, kemudian 90% cembung ke kanan. Rotasi tulang rusuk
melebihi kelainan bentuk. 50% perkembangan kurva dari lebih besar dari 70°.
Gambar 9. Thoracolumbar
Terjadi lebih umum pada wanita. Sedikit lebih umum ke kanan. Fitur jalan atau garis di
14
Gambar 10. Lumbar
Lebih sering terjadi pada wanita. 80% cembung ke kiri. Satu pinggul menonjol tetapi tidak
ada tulang rusuk untuk menonjolkan deformitas. Karena itu sering tidak diperhatikan lebih awal, tapi
Dua kurva utama, satu di masing-masing arah. Bahkan jika secara radiologis parah,
Selain Cobb Angle, Risser’s Sign bisa salah satu indikator dalam melihat perkembangan
skoliosis. Kematangan kerangka dinilai dalam beberapa cara. Ini penting karena kurva sering
berkembang paling banyak selama periode pertumbuhan dan pematangan tulang yang cepat.
Apophyses iliaka biasanya muncul secara progresif dari lateral ke medial (tahap 1-4). Ketika
fusi selesai, kematangan tulang belakang telah tercapai dan peningkatan kelengkungan lebih
15
Gambar 12. Maturitas Rangka – Risser’s Sign
II.9 Tatalaksana
Perawatan non-operatif, penggunaan obat, bracing, casting, traksi halogravitasi (HGT) dan
fisioterapi, dapat mencapai koreksi yang memuaskan pada beberapa pasien dan paling umum,
ini membantu menunda operasi. Fisioterapi untuk skoliosis idiopatik pada anak-anak yang
belum matang secara skeletal masih kontroversial dan memerlukan validasi lebih lanjut.
A. Pengobatan
Tujuan pemberian obat adalah untuk mengurangi atau menghilangkan rasa nyeri dan
kemungkinan infeksi baik dari alat ataupun pembedahan, bukan untuk mengobati
skoliosis.
1. Analgesik
B. Non Operative
The Scoliosis Research Society mengusulkan kriteria penggunaan brace sebagai berikut:
dasarkan pada tekad dari hasil pengobatan akhir yang diklasifikasikan sebagai dalam satu dari
rentang berikut:
16
- Koreksi: Pengurangan sudut Cobb sebesar >5°
Berikut ini adalah beberapa contoh penggunaan brace maupun casting dalam terapi skoliosis;
- Casting
Casting serial adalah perawatan konservatif paling efektif untuk EOS (early onsel of
Scoliosis) yaitu pada 10 tahun awal. Ini dapat mempertahankan potensi pertumbuhan dan
terutama pada pasien dengan skoliosis idiopatik. Casting serial umumnya diindikasikan
jika derajat kelengkungan >25°, dengan minimal 10° dengan perkembangan yang
Jika diindikasikan, casting serial harus dimulai sedini mungkin karena usia yang
lebih tua dan tingkat kelengkungan yang besar telah dilaporkan menjadi dua faktor risiko
- Milwaukee Brace
Bracing telah terbukti efektif untuk skoliosis idiopatik remaja. Alat ini tidak
hanya mempertahankan tulang belakang dalam posisi lurus, tetapi alat ini juga
17
mendorong pasien agar menggunakan otot-ototnya sendiri untuk menyokong dan
mempertahankan proses perbaikan tersebut. Alat penyangga ini harus terus digunakan
terus sampai ada bukti objektif yang nyata akan adanya kematangan rangka dan
- Boston Brace
torakolumbal yang rendah. Penyangga ini digunakan selama 16-23 jam sehari sampai
skeletalnya matur dan pada pasien dengan sudut kelengkungan vertebrae 20-30 o.
Terapi ini bertujuan untuk mencegah dan memperbaiki deformitas yang tidak
C. Tindakan Pembedahan
Umumnya, jika kelengkungan lebih dari 40 derajat dan pasien skeletalnya imatur,
rongga dada pada remaja. 3) Nyeri yang tidak terkontrol dengan terapi non operative. 4)
Thoracic lordosis. 5) Deformitas cosmetic yang significant. Dengan tujuan terapi bedah dari
mengembalikan kontur tulang belakang yang normal dengan instrumentasi; dan (3) untuk
- Harrington rods
pembedahan yang terdiri dari satu atau sepasang batangan logam untuk meluruskan atau
kerugian utamanya adalah setelah pembedahan memerlukan pemasangan gips yang lama dan
- Pembedahan lainnya
Selain harrington roots, terdapat juga banyak pilihan terapi pembedahan atau
19
modalitas terapi yang dapat dilihat pada tabel dibawah ini;
2.10 Prognosis
besar kelengkungan skoliosis, semakin tinggi resiko terjadinya progresivitas sesudah masa
pertumbuhan anak berlalu. Skoliosis ringan yang hanya diatasi dengan brace memiliki
prognosis yang baik dan cenderung tidak menimbulkan masalah jangka panjang selain
kemungkinan timbulnya sakit punggung pada saat usia penderita semakin bertambah.
Penderita skoliosis idiopatik yang menjalani pembedahan juga memiliki prognosis yang baik
dan bisa hidup secara aktif dan sehat. Penderita skoliosis neuromuskuler selalu memiliki
penyakit lainnya yang serius (misalnya cerebral palsy atau distrofi otot). Karena itu tujuan
dari pembedahan biasanya adalah memungkinkan anak bisa duduk tegak pada kursi roda dan
20
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
lateral dan rotasional. Skoliosis didefinisikan sebagai kelengkungan tulang belakang ke arah
lateral yang memiliki sudut Cobb lebih dari 10o. Kelengkungan yang abnormal tersebut bisa
terjadi karena kelainan kongenital, kelainan pembentukan tulang atau kelainan neurologis,
duduk yang miring membuat syaraf yang bekerja menjadi lemah. Bila ini terus berulang
menjadi kebiasaan maka syaraf itu bahkan mati. Ini berakibat pada ketidakseimbangan
tarikan pada ruas tulang belakang. Oleh karena itu, tulang belakang yang menderita skoliosis
itu bengkok atau seperti huruf S atau huruf C. Serta pemeriksaan penunjang berupa
pemeriksaan radiologi.
Jenis terapi yang dibutuhkan untuk skoliosis tergantung pada banyak faktor. Sebelum
21
menentukan jenis terapi yang digunakan, dilakukan observasi terlebih dahulu. Terapi
disesuaikan dengan etiologi, umur skeletal, besarnya lengkungan, dan ada tidaknya
progresivitas dari deformitas. Keberhasilan terapi sebagian tergantung pada deteksi dini dari
skoliosis.
22
DAFTAR PUSTAKA
3. Scoliosis Australia. About scoliosis – causes, symptoms, treatment information for patients and
sis/about_scoliosis.html
7. Lau K. Scoliosis: Literature review of current treatment modalities and exercise therapy
sisAndExercise.pdf
Exercises for adolescent idiopathic scoliosis (Protocol). The Cochrane Library. Issue 4.
9. Raphaël Pietton et al., The Bone & Joint Journal, 2021. Estimating pulmonary function after
surgery for adolescent idiopathic scoliosis using biplanar radiographs of the chest with 3D
reconstruction.
10. Wang-shu YUAN et al., Medical Journal of Peking Union Medical College Hospital, 2020.
12. Zhang Y Bin, Zhang JG. Treatment of early-onset scoliosis: Techniques, indications, and
13. Costa L, Schlosser TPC, Jimale H, Homans JF, Kruyt MC, Castelein RM. The effectiveness of
different concepts of bracing in adolescent idiopathic scoliosis (Ais): A systematic review and
14. Oropallo A, Donis-Garcia M, Ahn S, Rao A. Current Concepts in the Diagnosis and
15. Rüwald JM, Eymael RL, Upenieks J, Zhang L, Jacobs C, Pflugmacher R, et al. An overview of
vii