Anda di halaman 1dari 28

BAGIAN ILMU BEDAH REFERAT

FAKULTAS KEDOKTERAN MARET 2022

UNIVERSITAS PATTIMURA

SKOLIOSIS

Disusun Oleh:

Christian Nugraha Matatula

NIM. 2017 – 83 – 036

Konsulen:

dr. Wijaya Johanes Chendra, Sp.OT (K)-Hip&Knee

DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK

BAGIAN ILMU BEDAH

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS PATTIMURA

AMBON

2022
ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan

anugerah-Nya, penulis dapat menyelesaikan Referat dengan judul “Skoliosis”. Referat ini disusun

sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan tugas kepaniteraan klinik pada bagian Ilmu Bedah.

Penyusunan Referat ini dapat diselesaikan dengan baik karena adanya bantuan, bimbingan, dan

dorongan dari berbagai pihak.

Untuk itu, pada kesempatan ini saya sebagai penulis ingin mengucapkan banyak terima kasih

kepada dr. Wijaya Johanes Chendra, Sp.OT (K)-Hip&Knee selaku pembimbing yang telah

bersedia meluangkan waktu, pikiran, dan tenaga untuk membantu penulis dalam menyelesaikan

Referat ini. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan Referat ini masih belum sempurna. Oleh

karena itu, saran dan kritik yang bersifat membangun dari berbagai pihak sangat penulis harapkan

demi perbaikan penulisan Referat ini ke depannya. Semoga Laporan Kasus ini dapat memberikan

manfaat ilmiah bagi semua pihak yang membutuhkan.

Ambon, Maret 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL...................................................................................................................i

KATA PENGANTAR................................................................................................................ii

DAFTAR ISI.............................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN...........................................................................................................1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA.................................................................................................2

II. 1. DEFINISI.................................................................................................................2

II. 2. ANATOMI...............................................................................................................2

II. 3. EPIDEMIOLOGI ....................................................................................................4

II. 4. ETIOLOGI...............................................................................................................5

II. 5. KLASIFIKASI.........................................................................................................6

II. 6. PATOFISIOLOGI ...................................................................................................8

II. 7. MANIFESTASI KLINIS ........................................................................................8

II. 8. DIAGNOSIS............................................................................................................9

II. 9. TATALAKSANA..................................................................................................15

II. 10. PROGNOSIS........................................................................................................20

BAB III KESIMPULAN...........................................................................................................22

DAFTAR PUTAKA..................................................................................................................iv

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tulang belakang sangat penting untuk membentuk dan menopang tubuh juga dapat

menutupi dan melindungi medula spinalis. Berdasarkan Merril’s Atlas, tulang belakang pada

dewasa tersusun atas 24 vertebrae dan terbagi 3 segment berdasarkan lokasinya di tubuh.

Segmen servikal pada leher terdiri atas 7 vertebrae, segmen Thoraks pada bagian dada terdiri

dari 12 vertebrae dan segmen lumbal terdiri 5 vertebrae. Kolumna vertebrae dibantu oleh

ligamen dan sendi dan terbagi pada kolumna vertebrae berupa sakrum dan koksigis yang

merupakan bagian dari tulang panggul.

Berdasarkan pencintraan medis tulang belakang berbentuk huruf ‘S’ dan

kelengkungan itu normal terbentuk dari pertumbuhan dan latihan motorik. Kelengkungan ini

dapat membantu manusia dalam aktivitas sehari-hari sehingga dapat menjaga kita tetap stabil

dan fleksibel dalam beraktivitas. Kelengkungan itu juga dapat membantu meredam tekanan

yang mengenai tubuh kita yang diakibatkan oleh akitivitas seperti berlari atau meloncat.

Skoliosis dapat ditemukan pada pemeriksaan fisik maupun pemeriksaan radiologi.

Insiden skoliosis meliputi dari bayi hingga dewasa. Namun yang paling sering ditemukan

adalah pada saat dewasa didapatkan keluhan-keluhan akibat skoliosis yang tidak terdeteksi

sejak lahir dan remaja.

1
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

Skoliosis adalah deformitas rotasi kompleks yang dapat bermanifestasi dengan

tonjolan toraks atau lumbar, ketidakseimbangan bahu, pergeseran koronal dan jarang rasa

sakit. Dua jenis deformitas yang luas didefinisikan adalah deformitas postural dan deformitas

struktural.

Skoliosis juga didefinisikan sebagai kelengkungan tulang belakang yang memiliki

sudut Cobb lebih dari 10o. Skoliosis bisa disebabkan oleh kelainan kongenital, kelainan

pembentukan tulang atau kelainan neurologis, serta idiopatik.

2.2 Anatomi dan Struktur Tulang Belakang

Susunan anatomi atau struktur tulang belakang terdiri dari :

a. Tujuh vertebra servikal atau ruas tulang bagian leher yang membentuk daerah

tengkuk.

b. Dua belas vertebra torakalis atau ruas tulang punggung yang membentuk bagian

belakang torax atau dada.

c. Lima vertebra lumbalis atau ruas tulang pinggang yang membentuk daerah lumbal

atau pinggang.

d. Lima vertebra sakralis atau ruas tulang kelangkang yang membentuk sakrum atau

tulang kelangkang.

e. Empat vertebra kosigeus atau ekor yang membentuk tulang ekor.

2
Gambar 1. Struktur Tulang Belakang

Lengkung ruas tulang bagian leher melengkung ke depan, lengkung ruas tulang dada

ke arah belakang, daerah pinggang melengkung ke depan dan pelvis atau kelangkang

lengkungannya kearah belakang.

Gambar 2. Lengkung Ruas Tulang Belakang

3
Vertebra servikalis atau ruas tulang leher adalah yang paling kecil dibandingkan

dengan ruas tulang lainnya, ciri dari ruas tulang punggung adalah semakin ke bawah semakin

membesar dilihat dari segi ukurannya. Ruas tulang pinggang adalah yang terbesar

dibandingkan dengan badan vertebra lainnya. Sakrum terletak di bagian bawah tulang

belakang dengan bentuk segitiga, dan ruas tulang ekor terdiri dari 4 atau 5 vertebra yang

bergabung menjadi satu. Ruas-ruas tulang belakang diikat oleh serabut yang dinamakan

dengan ligament.

2.3 Epidemiologi

Skoliosis merupakan kelainan tulang belakang yang sering terjadi dengan angka

kejadiannya tergantung pada sudut kelengkungan yang terbentuk. Menurut Kane,

diperkirakan bahwa skoliosis ≥ 10o terjadi pada 25 per 1.000 penduduk. Penyebab yang

paling sering ditemukan masih idiopatik dan skoliosis yang terjadi pada anak-anak lebih berat

dibandingkan dengan dewasa. Hal ini terjadi dikarenakan progresifitas pertumbuhan

kelengkungan tulang belakang pada anak-anak terjadi lebih cepat. Selain itu, insiden skoliosis

juga meningkat pada orang- orang yang memiliki kelainan neuromuskuler atau faktor

predisposisi lainnya.

Menurut The National Scoliosis Foundation, di Amerika Serikat didapatkan skoliosis

pada 6.000 orang. Dan 2% hingga 4% adalah idiopatik skoliosis pada orang dewasa. Idiopatik

skoliosis pada dewasa atau Adolescent Idiopathic scoliosis (AIS) terhitung pada 80% dari

kasus idiopatik skolisosis dan sering terjadi berumur antara 10 - 16 tahun. Terbanyak pasien

idiopatik skoliosis pada dewasa adalah wanita, tapi insidensi bervariasi tergantung pada

derajat kelengkungan dan tipe dari skoliosis.

Juvenile idiopathic soliosis atau Skoliosis pada anak-anak hampir sama dengan

dewasa. Perempuan lebih banyak terkena pada tipe ini. Kelengkungan skoliosis pada anak -

anak seringnya ke arah kanan karena tingginya rasio progresi kelengkungan dan perlunya

4
operasi maka skoliosis pada tipe ini disebut dengan malignansi subtipe dari adolescent

idiopatik skoliosis.

2.4 Etiologi

1. Kelainan Fisik

Ketidakseimbangan pertumbuhan tulang dan otot yang yang mengakibatkan

kecendrungan untuk terjadinya suatu Scoliosis. Ketidakseimbangan otot sekitar tulang

belakang yang mengakibatkan distrosi spinal atau perbedaan otot pada saat

pertumbuhan.

2. Gangguan pada Kelenjar Endokrin

Ketidakseimbangan produksi hormon pertumbuhan dihasilkan oleh kelenjar

pituitary dan adrenal yang merupakan pendorong pertumbuhan otot dan tulang.

3. Faktor Keturunan

Kelainan skoliosis dapat ditimbulkan oleh gen, artinya bahwa seorang anak dari

penderita skoliosis memiliki kemungkinan mengidap skoliosis.

4. Masalah pada Saraf

Masalah pada saraf juga dapat menyebabkan timbulnya skoliosis. Misalnya,

karena pembentukan saraf tulang belakang yang tidak normal dan terdapat benjolan di

sepanjang perjalanan saraf.

5. Faktor Didapat

Bentuk tulang belakang yang tidak normal atau bisa juga merupakan bentuk yang

didapat, misalnya karena patah atau bergesernya tulang belakang.

6. Kebiasaan atau Sikap Tubuh yang Buruk

Kesalahan dalam posisi duduk atau pun dalam posisi tidur secara terus menerus

akan menyebabkan deformasi pada tulang belakang, terutama pada periode

5
pertumbuhan. Faktor ini pula yang dapat menyebabkan bertambahnya ukuran kurva

pada penderita skoliosis. Seseorang yang berjalan miring demi mencegah rasa sakit

sebagai akibat kelumpuhan atau luka karena kecelakaan, juga dapat menyebabkan

skoliosis.

2.5 Klasifikasi

1. Postural Skoliosis

Pada skoliosis postural, deformitas bersifat sekunder atau kompensasi untuk beberapa

kondisi di luar tulang belakang, seperti kaki pendek atau panggul miring karena kontraktur

dari pinggul. Ketika pasien duduk (dengan demikian membatalkan asimetri panjang kaki),

sehingga kurva menghilang. Skoliosis biasanya ringan, memiliki rotasi minimal dan bersifat

reversibel.

2. Struktural Skoliosis

Pada skoliosis struktural terdapat deformitas yang tidak dapat dikoreksi dari segmen

tulang belakang yang terkena, yakni komponen penting di antaranya adalah rotasi vertebra.

Prosesus spinosus mengarah ke cekungan kurva dan prosesus transversal pada cembung

berputar ke belakang. Di daerah toraks, tulang rusuk berada disisi cembung menonjol dengan

jelas, menghasilkan tulang rusuk punuk, yang merupakan bagian karakteristik dari

keseluruhan kelainan bentuk.

Deformitas awal mungkin bisa diperbaiki tetapi, setelah melebihi tertentu titik

stabilitas mekanis, tulang belakang melengkung dan berputar menjadi deformitas tetap yang

tidak hilang dengan perubahan postur. Sekunder (kompensasi) kurva hampir selalu

berkembang untuk mengimbangi deformitas primer; mereka biasanya kurang ditandai dan

lebih fleksibel tetapi seiring waktu mereka juga menjadi tetap.

Terdapat penyebab lainnya juga yang dapat dikelompokkan sebagai berikut;

6
a. Idiopatik (tidak diketahui penyebabnya) : 80% dari seluruh skoliosis

 Bayi : dari lahir – 3 tahun

 Anak-anak : 4 – 9 tahun

 Remaja : 10 – 19 tahun (akhir masa pertumbuhan)

 Dewasa : > 19 tahun

b. Osteopatik

 Kongenital (didapat sejak lahir)

1. Terlokalisasi :

a. Kegagalan pembentukan tulang punggung (hemivertebrae)

b. Kegagalan segmentasi tulang punggung (unilateral bony bar)

2. General :

a. Osteogenesis imperfecta

b. Arachnodactily

 Didapat

1. Fraktur dislokasi dari tulang punggung, trauma

2. Rickets dan osteomalasia

c. Neuropatik

1. Kongenital

 Spina bifida

 Neurofibromatosis

2. Didapat

 Poliomielitis

 Cerebral palsy

Tabel 1. Etiologi dan klasifikasi skoliosis2

7
II.6 Patofisiologi

Kelainan bentuk tulang punggung yang disebut skoliosis ini berawal dari adanya

kelemahan saraf bahkan lumpuh yang menarik ruas-ruas tulang belakang. Tarikan ini

berfungsi untuk menjaga ruas tulang belakang berada pada garis yang normal yang bentuknya

seperti penggaris atau lurus. Tetapi karena suatu hal diantaranya kebiasaan duduk yang

miring membuat syaraf yang bekerja menjadi lemah. Bila ini terus berulang menjadi

kebiasaan maka syaraf itu bahkan mati. Ini berakibat pada ketidakseimbangan tarikan pada

ruas tulang belakang. Oleh karena itu, tulang belakang yang menderita skoliosis itu bengkok

atau seperti huruf S atau huruf C.

II.7 Manifestasi Klinis

Ketidaklurusan tulang belakang ini akhirnya akan menyebabkan timbulnya

manifestasi klinis yang dapat berefek ke paru dan jantung sebagai berikut :

1. Efek Mild skoliosis (kurang dari 20o tidak begitu serius, tidak memerlukan

tindakan dan hanya dilakukan monitoring)

2. Efek Moderate skoliosis (antara 25 – 40o), tidaklah begitu jelas , namun suatu

study terlihat tidak ada gangguan, namun baru ada keluhan kalau dilakukan

exercise.

3. Efek Severe skoliosis (>400) dapat menimbulkan penekanan pada paru,

pernafasan yang tertekan, dan penurunan level oksigen, dimana kapasitas paru

8
dapat berkurang sampai 80%. Pada keadaan ini juga dapat terjadi gangguan

terhadap fungsi jantung.

4. Efek Very Severe skoliosis (Over 1000 ). Pada keadaan ini dapat terjadi

trauma pada pada paru dan jantung, osteopenia and osteoporosis.

II.8 Diagnosis

a. Anamnesis

Pada Skoliosis dengan kelengkungan kurang dari 200, tidak akan menimbulkan

masalah. Namun, keluhan yang muncul adalah rasa pegal. Nyeri adalah keluhan yang

jarang dan harus diwaspadai oleh klinisi terhadap kemungkinan penyebab mendasar yang

tidak biasa dan kebutuhan investigasi. Mungkin ada keluarga riwayat skoliosis atau

catatan beberapa kelainan selama kehamilan atau persalinan; tonggak perkembangan awal

harus dicatat. Sedangkan pada kelengkungan 20 – 40 derajat, penderita akan mengalami

penurunan daya tahan dalam posisi duduk atau berdiri berlama-lama. Bila lengkungan ke

samping terlalu parah, yaitu ukuran kurva di atas 400 akan menyebabkan kelainan bentuk

tulang belakang yang cukup berat, keluhan akan semakin berat seiring dengan berjalannya

pertumbuhan tulang.

b. Pemeriksaan Fisik

Pada pemeriksaan fisik didapatkan pada posisi berdiri atau membungkukkan

badan ke arah depan atau belakang, kemiringan atau asimeteris dari bahu dan pelvis, tidak

sama panjang antara ukuran kaki kiri dengan kaki kanan.

9
Tabel 2. Pemeriksaan fisik pada skoliosis

Terdapat ciri- ciri penting yaitu :

1. Tulang belakang melengkung secara abnormal ke arah samping.

2. Bahu kanan dan bahu kiri tidak simetris. Bahu kanan lebih tinggi daripada

bahu kiri.

3. Pinggang yang tidak simetris, salah satu pinggul lebih tinggi atau lebih

menonjol daripada yang lain.

4. Ketika membungkuk ke depan, terlihat dadanya tidak simetris.

5. Badan miring ke salah satu sisi, paha kirinya lebih tinggi daripada paha kanan.

6. Ketika memakai baju, perhatikan lipatan baju yang tak rata, batas celana yang

tak sama panjang.

7. Untuk Skoliosis yg Idiopatik kemungkinan terdapat kelainan yang

mendasarinya, misalnya neurofibromatosis yang harus diperhatikan adalah

bercak “café au lait” atau Spina Bifida yang harus memperhatikan tanda hairy

10
patches (sekelompok rambut yg tumbuh di daerah pinggang).

Salah satu pemeriksaan fisik adalah dengan cara “The Adam’s Forward Bending

test”. Pemeriksaan dilakukan dengan melihat pasien dari belakang yaitu dengan

menyuruhnya membungkuk 90° ke depan dengan lengan menjuntai ke bawah dan telapak

tangan berada pada lutut. Temuan abnormal berupa asimetri ketinggian otot-otot paravertebra

pad satu sisi. Deformitas tulang dan asimetri garis pinggang tampak jelas pada kelengkungan

30° atau lebih.

Jika pasien dilihat dari depan asimetri payudara dan dinding dada mungkin terlihat.

Tes ini sangat sederhana, hanya dapat mendeteksi kebengkokannya saja tetapi tidak dapat

menentukan secara tepat kelainan bentuk tulang belakang.

Gambar 3. Posisi Bending untuk Skrining Skoliosis

Secara umum tanda-tanda skoliosis yang bisa diperhatikan pada penderitanya yaitu:

- Tulang bahu yang berbeda, dimana salah satu bahu akan kelihatan lebih tinggi

dari bahu yang satunya (Elevated Shoulder)

- Tulang belikat yang menonjol, sebagai akibat dari terdorongnya otot oleh kurva

primer Scoliosis (Prominent Scapula)

- Lengkungan tulang belakang yang nyata, yang dapat terlihat secara jelas dari
11
arah samping penderita (Spinal Curve)

- Tulang panggul yang terlihat miring, sebagai penyesuaian dari kurva Scoliosis

(Uneven Waist)

- Perbedaan ruang antara lengan dan tubuh (Asymmetrical Arm to Flank Distances)

Gambar 4. Tanda-tanda Umum Skoliosis

C. Pemeriksaan Penunjang

Kurva atau kelengkungan skoliosis ini lalu diukur dari sisi Posteroanterior (PA) penuh

dan sinar-X lateral tulang belakang dan krista iliaka harus diambil dengan pasien berdiri

tegak (errect). Metode yang paling sering digunakan menurut Scoliosis Research Society

adalah metode Cobb.

1. Metode Cobb

Sudut cobb adalah alat penilaian radiologis untuk mengukur sudut skoliosis. Untuk

mengukur derajat kelengkungan tulang punggung yang menderita kelainan skoliosis secara

manual menggunakan Cobb Method dimana besarnya derajat kelengkungan tulang punggung

disebut dengan istilah Cobb Angle. Langkah-langkah dalam mengukur Cobb Angle sebagai

berikut

1. Tentukan tulang punggung yang paling miring di bagian atas kurva dan menarik

garis sejajar dengan pelat ujung superior vertebra.

2. Tentukan tulang punggung yang paling miring di bagian bawah kurva dan menarik

12
garis sejajar dengan pelat ujung rendah vertebralis.

3. Tarik memotong garis tegak lurus dari dua baris sejajar.

4. Sudut yang dibentuk antara dua garis sejajar adalah sudut Cobb.

Gambar 5. Pengukuran Skoliosis berdasarkan Metode Cobb

Sudut Cobb sangat berguna dalam menentukan beda antara skoliosis dan asimetris

dari vertebrae. Sudut kurang 100 - 150 pada sudut Cobb lebih menunjukkan bahwa telah

terjadi asimetris daripada skoliosis. Sudut Cobb juga dapat memonitor kemajuan koreksi dari

kelengkungan selama penggunaan bracing atau observasi perbaikan. Namun pada

pengukuran sudut Cobb tidak bisa menentukan adanya vertebral rotation atau aligment dari

tulang belakang.

Gambar 6. Metode Cobb

Metode Cobb ini memiliki beberapa keuntungan dibandingkan dengan metode lain.

Pada awalnya, seseorang harus ditentukan terlebih dahulu apa jenis/tipe dari kelengkungan

pada skoliosisnya tersebut. Lengkungannya bisa jadi akut, seperti yang terlihat pada fraktur

13
atau hemivertebra. Setiap adanya anomali pada costa atau vertebre harus dilaporkan.

Scoliosis secara umum dapat digambarkan berdasarkan lokasi kelengkungannya, seperti yang

ada digambar berikut ini :

Gambar 7. Infantile Thoracic

Terjadi 60% pada laki-laki, kemudian 90% cembung ke arah kiri. Dapat teratasi dengan baik

atau progresif dan variasi progresif menjadi parah.

Gambar 8. Adolescent Thoracic

Terjadi 90% pada perempuan, kemudian 90% cembung ke kanan. Rotasi tulang rusuk

melebihi kelainan bentuk. 50% perkembangan kurva dari lebih besar dari 70°.

Gambar 9. Thoracolumbar

Terjadi lebih umum pada wanita. Sedikit lebih umum ke kanan. Fitur jalan atau garis di

tengah jalan toraks dan lumbal pada anak remaja.

14
Gambar 10. Lumbar

Lebih sering terjadi pada wanita. 80% cembung ke kiri. Satu pinggul menonjol tetapi tidak

ada tulang rusuk untuk menonjolkan deformitas. Karena itu sering tidak diperhatikan lebih awal, tapi

dapat menimbulkan sakit punggung sehari-hari.

Gambar 11. Combined

Dua kurva utama, satu di masing-masing arah. Bahkan jika secara radiologis parah,

deformitas klinis relatif sedikit karena selalu seimbang.

2. Maturitas Rangka – Risser’s Sign

Selain Cobb Angle, Risser’s Sign bisa salah satu indikator dalam melihat perkembangan

skoliosis. Kematangan kerangka dinilai dalam beberapa cara. Ini penting karena kurva sering

berkembang paling banyak selama periode pertumbuhan dan pematangan tulang yang cepat.

Apophyses iliaka biasanya muncul secara progresif dari lateral ke medial (tahap 1-4). Ketika

fusi selesai, kematangan tulang belakang telah tercapai dan peningkatan kelengkungan lebih

lanjut dapat diabaikan (tahap 5).

15
Gambar 12. Maturitas Rangka – Risser’s Sign

II.9 Tatalaksana

Perawatan non-operatif, penggunaan obat, bracing, casting, traksi halogravitasi (HGT) dan

fisioterapi, dapat mencapai koreksi yang memuaskan pada beberapa pasien dan paling umum,

ini membantu menunda operasi. Fisioterapi untuk skoliosis idiopatik pada anak-anak yang

belum matang secara skeletal masih kontroversial dan memerlukan validasi lebih lanjut.

A. Pengobatan

Tujuan pemberian obat adalah untuk mengurangi atau menghilangkan rasa nyeri dan

kemungkinan infeksi baik dari alat ataupun pembedahan, bukan untuk mengobati

skoliosis.

Obat yang digunakan antara lain :

1. Analgesik

2. NSAID (Non Steroid Anti Inflamation Drug)

B. Non Operative

The Scoliosis Research Society mengusulkan kriteria penggunaan brace sebagai berikut:

- Usia ≥10 tahun;

- Hasil uji Risser negatif (tanda Risser 0–2);

- Sudut kelengkungan Cobb 25–40°;

- Tidak ada pengobatan sebelumnya;

Penilaian kemanjuran pengobatan idiopatik skoliosis menggunakan brace korektif di

dasarkan pada tekad dari hasil pengobatan akhir yang diklasifikasikan sebagai dalam satu dari

rentang berikut:

16
- Koreksi: Pengurangan sudut Cobb sebesar >5°

- Stabilisasi: Perubahan sudut Cobb ±5°

- Perkembangan: Penurunan sudut Cobb sebesar >5°

- Sudut Cobb akhir >45°

- Rujukan untuk pembedahan: pasien yang dirujuk untuk perawatan bedah.

Berikut ini adalah beberapa contoh penggunaan brace maupun casting dalam terapi skoliosis;

- Casting

Casting serial adalah perawatan konservatif paling efektif untuk EOS (early onsel of

Scoliosis) yaitu pada 10 tahun awal. Ini dapat mempertahankan potensi pertumbuhan dan

menunda atau bahkan menghilangkan kebutuhan pembedahan pada beberapa pasien,

terutama pada pasien dengan skoliosis idiopatik. Casting serial umumnya diindikasikan

jika derajat kelengkungan >25°, dengan minimal 10° dengan perkembangan yang

didokumentasikan, atau perbedaan sudut tulang rusuk >20 °.

Jika diindikasikan, casting serial harus dimulai sedini mungkin karena usia yang

lebih tua dan tingkat kelengkungan yang besar telah dilaporkan menjadi dua faktor risiko

kegagalan perawatan casting.

Gambar 13. Serial Casting untuk Skoliosis

- Milwaukee Brace

Bracing telah terbukti efektif untuk skoliosis idiopatik remaja. Alat ini tidak

hanya mempertahankan tulang belakang dalam posisi lurus, tetapi alat ini juga

17
mendorong pasien agar menggunakan otot-ototnya sendiri untuk menyokong dan

mempertahankan proses perbaikan tersebut. Alat penyangga ini harus terus digunakan

terus sampai ada bukti objektif yang nyata akan adanya kematangan rangka dan

berhentinya pertumbuhan tulang belakang selanjutnya.

Gambar 16. Milwaukee Brace

- Boston Brace

Suatu penyangga ketiak sempit yang memberikan sokongan lumbal atau

torakolumbal yang rendah. Penyangga ini digunakan selama 16-23 jam sehari sampai

skeletalnya matur dan pada pasien dengan sudut kelengkungan vertebrae 20-30 o.

Terapi ini bertujuan untuk mencegah dan memperbaiki deformitas yang tidak

dikehendaki oleh pasien.

Gambar 17. Boston Brace

C. Tindakan Pembedahan

Umumnya, jika kelengkungan lebih dari 40 derajat dan pasien skeletalnya imatur,

operasi direkomendasikan. Indikasi terapi operasi pada idiophatic scoliosis: 1) Peningkatan


18
kurva pada masa pertumbuhan anak. 2) Deformitas yang berat (>50⁰) dengan asimetris

rongga dada pada remaja. 3) Nyeri yang tidak terkontrol dengan terapi non operative. 4)

Thoracic lordosis. 5) Deformitas cosmetic yang significant. Dengan tujuan terapi bedah dari

skoliosis adalah (1) untuk menghentikan perkembangan deformitas; (2) untuk

mengembalikan kontur tulang belakang yang normal dengan instrumentasi; dan (3) untuk

menyatukan dua tulang persendian atau pencangkokan tulang. Beberapa tindakan

pembedahan untuk terapi skoliosis antara lain :

- Harrington rods

Batangan Harrington adalah bentuk peralatan spinal yang dipasang melalui

pembedahan yang terdiri dari satu atau sepasang batangan logam untuk meluruskan atau

menstabilkan tulang belakang dengan fiksasi internal.

Keuntungan utama dari penggunaan batangan Harrington adalah dapat mengurangi

kelengkungan tulang belakang ke arah samping (lateral), komplikasinya rendah namun

kerugian utamanya adalah setelah pembedahan memerlukan pemasangan gips yang lama dan

tidak dapat dipasang pada penderita osteoporosis.

Gambar 18. Penggunaan Harrington Roots

- Pembedahan lainnya

Selain harrington roots, terdapat juga banyak pilihan terapi pembedahan atau
19
modalitas terapi yang dapat dilihat pada tabel dibawah ini;

2.10 Prognosis

Prognosis tergantung kepada penyebab, lokasi dan beratnya kelengkungan. Semakin

besar kelengkungan skoliosis, semakin tinggi resiko terjadinya progresivitas sesudah masa

pertumbuhan anak berlalu. Skoliosis ringan yang hanya diatasi dengan brace memiliki

prognosis yang baik dan cenderung tidak menimbulkan masalah jangka panjang selain

kemungkinan timbulnya sakit punggung pada saat usia penderita semakin bertambah.

Penderita skoliosis idiopatik yang menjalani pembedahan juga memiliki prognosis yang baik

dan bisa hidup secara aktif dan sehat. Penderita skoliosis neuromuskuler selalu memiliki

penyakit lainnya yang serius (misalnya cerebral palsy atau distrofi otot). Karena itu tujuan

dari pembedahan biasanya adalah memungkinkan anak bisa duduk tegak pada kursi roda dan

menghindari Spinal Fusion.

20
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Merupakan deformitas tulang belakang yang menggambarkan deviasi vertebra ke arah

lateral dan rotasional. Skoliosis didefinisikan sebagai kelengkungan tulang belakang ke arah

lateral yang memiliki sudut Cobb lebih dari 10o. Kelengkungan yang abnormal tersebut bisa

terjadi karena kelainan kongenital, kelainan pembentukan tulang atau kelainan neurologis,

tapi pada sebagian kasus bersifat idiopatik.

Penegakan diagnosis skoliosis dapat dilakukan dengan anamnesis, didapatkan kebiasaan

duduk yang miring membuat syaraf yang bekerja menjadi lemah. Bila ini terus berulang

menjadi kebiasaan maka syaraf itu bahkan mati. Ini berakibat pada ketidakseimbangan

tarikan pada ruas tulang belakang. Oleh karena itu, tulang belakang yang menderita skoliosis

itu bengkok atau seperti huruf S atau huruf C. Serta pemeriksaan penunjang berupa

pemeriksaan radiologi.

Jenis terapi yang dibutuhkan untuk skoliosis tergantung pada banyak faktor. Sebelum

21
menentukan jenis terapi yang digunakan, dilakukan observasi terlebih dahulu. Terapi

disesuaikan dengan etiologi, umur skeletal, besarnya lengkungan, dan ada tidaknya

progresivitas dari deformitas. Keberhasilan terapi sebagian tergantung pada deteksi dini dari

skoliosis.

22
DAFTAR PUSTAKA

1. Consolini. Deborah M .Thrombocytopenia in Infants and Children. Pediatric in Review.

American Academy of Pediatrics; 2021, p. 135-151.

2. Boom AW. SYSTEM OF ORTHOPAEDICS AND TRAUMA. Tenth Edit. Warwick

MRWABD, editor. Bristol, UK: CRC Press; 2018. 489–502 p.

3. Scoliosis Australia. About scoliosis – causes, symptoms, treatment information for patients and

parents [homepage on the Internet]. Available from: http://www.scoliosisaustralia.org/scolio

sis/about_scoliosis.html

4. Reuber M, Schultz A, McNiell T, Spencer D. Trunk muscle myoelectric activities in idiopathic

scoliosis. Spine. 2020;8:447-56.

5. Stephen M. Robert, E. Scott halstead, et al. “Definition, Epidemiology and

Pathophisiology”. The Open Inflammation Journal. Pediatric; 2019, p. 16-23

6. Aird, William. “The Hematologic System as a Marker of Organ Dysfunction in Sepsis”.

Mayo Clinic Proc; 2019, p. 78, 875-876.

7. Lau K. Scoliosis: Literature review of current treatment modalities and exercise therapy

[serial online]. Available from: http://spinal.com.sg/articles/ThesisScolio

sisAndExercise.pdf

8. Romano M, Minozzi S, Bettany-Saltikov J, Zaina F, Chockalingam N, Kotwicki T, et al.

Exercises for adolescent idiopathic scoliosis (Protocol). The Cochrane Library. Issue 4.

New Jersey: JohnWiley & Sons, Ltd.; 2019.

9. Raphaël Pietton et al., The Bone & Joint Journal, 2021. Estimating pulmonary function after

surgery for adolescent idiopathic scoliosis using biplanar radiographs of the chest with 3D

reconstruction.

10. Wang-shu YUAN et al., Medical Journal of Peking Union Medical College Hospital, 2020.

Value of Scoliosis Specific Exercise for Mild Adolescent Idiopathic Scoliosis.


vi
11. Athanasios I. Tsirikos et al., Bone & Joint Open, 2020. Incidence of spinal deformity surgery in

a national health service from 2005 to 2018.

12. Zhang Y Bin, Zhang JG. Treatment of early-onset scoliosis: Techniques, indications, and

complications. Chin Med J (Engl). 2020;133(3):351–7.

13. Costa L, Schlosser TPC, Jimale H, Homans JF, Kruyt MC, Castelein RM. The effectiveness of

different concepts of bracing in adolescent idiopathic scoliosis (Ais): A systematic review and

meta-analysis. J Clin Med. 2021;10(10).

14. Oropallo A, Donis-Garcia M, Ahn S, Rao A. Current Concepts in the Diagnosis and

Management of Lymphedema. Adv Skin Wound Care. 2020;33(11):570–80.

15. Rüwald JM, Eymael RL, Upenieks J, Zhang L, Jacobs C, Pflugmacher R, et al. An overview of

the current state of pediatric scoliosis management. Z Orthop Unfall. 2020;158(5):508–16.

vii

Anda mungkin juga menyukai