Anda di halaman 1dari 18

TUGAS : KELOMPOKO III

MATA KULIAH :MUSKULOSKELETAL


DOSEN : Ns. Abdul Rizal S. Kep

‘’KELAINAN TULANG BELAKANG’’

DisusunOleh

Nita Utari Mokodompit


B2 002 17 003

Nur Anisa
B2 002 17 004

Sahira B2 002 17 005

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BARAMULI PINRANG

TAHUN AJAR 2019/2020


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami ucapkan kehadirat ALLAH SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
dengan judul KELAINAN TULANG BELAKANG. Makalah ini merupakan salah
satu tugas mata kuliah keperawatan Sistem Muskuloskeletal.

Pada kesempatan ini kami ingin mengucapkan terima kasih kepada Bapak Ns.
Abdul Rizal S. Kep. dan semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian
makalah ini. Di samping itu, kami juga menyadari bahwa makalah ini jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun dari pembaca untuk kesempurnaan makalah ini.

Pinrang, 12 November 2019


Conten
BAB I PENDAHULUAN .........................................................................................................iv
A. LatarBelakang ...............................................................................................................iv
B. Rumusan Masalah .........................................................................................................iv
C. Tujuan ........................................................................................................................... v
BAB II PEMBAHASAN ......................................................................................................... v
A. Definisi..........................................................................................................................vi
B. Etiologi......................................................................................................................... vii
C. Patofisiologi ................................................................................................................ viii
D. Tanda dan Gejalah ........................................................................................................ix
E. Pencegahan menurut (goleman, daniel; boyatzis, Richard; Mckee, 2019) ....................x
F. Pemeriksaan penunjang menurut (Moran, Harris, & Moran, 2015) .............................xi
G. Komplikasi menurut (goleman, daniel; boyatzis, Richard; Mckee, 2019)................... xii
H. Pengobatan menutut (goleman, daniel; boyatzis, Richard; Mckee, 2019) .................. xiv
I. Diagnosa Keperawatan ................................................................................................ xv
BAB III PENUTUP ............................................................................................................... xvi
A. Kesimpulan: ................................................................................................................ xvi
B. Saran : ......................................................................................................................... xvi
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................ xvii
BAB I PENDAHULUAN

A. LatarBelakang
Sehat dan Kesehatan di Indonesia memiliki pengertian yang berbeda, sehat
menjelaskan kondisi normal seseorang yang merupakan hak hidupnya.
Sedangkan kesehatan menjelaskan sifat dan subyek misalkan kesehatan manusia,
kesehatan masyarakat dan sebagainya, menurut batasan ilmiah sehat dan
kesehatan dirumuskan dalam undang-undang No. 23 tahun 1992 menyatakan
bahwa sehat adalah keadaan sejahtera dari badan dan jiwa, dan sosial yang
memungkinkan hidup produktif secara social dan ekonomi. Dalam pengertian ini
maka kesehatan harus dlihat sebagai satu kesatuan yang utuh dari unsur-unsur
fisik, mental dan social di dalam kesehatan jiwa merupakan bagian integral
kesehatan (Djati Hari prayoga & Hidayat Syarip.,S.Sn., 2018)
Penggunaan ransel yang berat secara berulang diyakini meningkatkan stress
pada struktur tulang belakang (diskusintervertebra, ligamen, dll) anak dan remaja
yang sedang dalam masa pertumbuhan (rapid growth).5 Semakin berat beban
ransel menyebabkan terjadinya penekanan pada diskus yang mempunyai fungsi
sebagai bantalan antar tulang pada tulang belakang. Penggunaan ransel dengan
beban yang berat juga berhubungan dengan peningkatan kelengkungan tulang
belakang bagian bawah. 6 Kelainan pada tulang belakang yang sering terjadi
pada anak usia SD dan SMP adalah skoliosis, lordosis dan kifosis yang
diakibatkan oleh kebiasan membawa tas yang tidak tepat. Nyeri punggung pada
anak sekolah dapat disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain factor aktivitas
fisik, nutrisi psikologis dan gangguan patologis. Tingkat aktivitas fisik anak
sering dihubungkan dengan kejadian nyeri punggung. (Dumondor, Angliadi, &
Sengkey, 2015)

B. Rumusan Masalah
1. Apa Definisidari Skoliosis, Lordosis dan Kifosis?
2. Apa Etiologi dari Skoliosis, Lordosis dan Kifosis.?
3. Apa Patofisiologi dari Skoliosis, Lordosis dan Kifosis?
4. Apatanda dan gejala dari Skoliosis, Lordosis dan Kifosis?
5. Apa pencegahan dari Skoliosis, Lordosis dan Kifosis?
6. Bagaimana pemeriksaan penunjang dari Skoliosis, Lordosis dan Kifosis?
7. Bagaimana cara komplikasi dari Skoliosis, Lordosis dan Kifosis?
8. Bagaimana pengobatan dari skolosis, lordosis dan kifosis?
9. Apa diagnosa keperawatan yang biasa timbul dari skolosis, lordosis dan
kifosis?

C. Tujuan
1. Mengetahui definisi dari Skoliosis, Lordosis dan Kifosis
2. Mengetahui Etiologi dari Skoliosis, Lordosis dan Kifosis
3. Mengetahui Patofisiologi dari Skoliosis, Lordosis dan Kifosis
4. Mengetahui tanda dan gejala dari dari Skoliosis, Lordosis dan Kifosis
5. Mengetahui pencegahan dari Skoliosis, Lordosis dan Kifosis
6. Mengetahui pemeriksaan penunjang dari Skoliosis, Lordosis dan Kifosis
7. Mengetahui komplikasi dari Skoliosis, Lordosis dan Kifosis
8. Mengetahui pengobatan dari skolosis, lordosis dan kifosis?
9. Mengetahui diagnosa keperawatan yang biasa timbul dari skolosis, lordosis
dan kifosis?

BAB II PEMBAHASAN
A. Definisi
1. Lordosis, terjadi jika tulang belakang bagian leher dan panggul selalu
membengkok kedepan sehingga kalau dilihat dari samping tulang belakang
tampak tidak lurus.(Francisco, 2014)

2. Kifosis, terjadi jika tulang belakang bagian punggung dan tungging terlalu
membengkok kebelakang. (Francisco, 2014)

3. Skoliosis, terja dijika tulang belakang terlalu membengkok kesamping kanan


atau kiri. (Francisco, 2014)
Skoliosis adalah kelengkungan tulang belakang yang abnormal kearah
samping, yang dapat terjadi pada segmen cervical (leher), thoracal (dada)
maupun lumbal (pinggang). (Romadhon, Sintowati, Prawatya, & Agung,
2019)
B. Etiologi
1. Kifosis yaitu penyimpangan postur dalam bidang sagital yang dapat
disebabkan oleh beberapa factor yaitu (Romadhon et al., 2019)
a. Terjadi secara kongenital,
b. Factor sikap tubuh yang salah pada saat bekerja dan berolahraga,
c. Serta akibat dari kesalahan sikap tubuh saat beraktifitas seperti duduk atau
berdiri dengan tubuh membungkuk dalam waktu lama dan statis (Briggs
& diee’n, 2007). Pekerjaan seperti sekretaris, penulis, dokter gigi,
programmer computer, sertapelajar yang belajar maupun membaca pada
posisi membungkuk beresiko mengalami perubahan kurva tulang
belakang (Hertling& Kessler, 2006).
Hal tersebut berpotensi menyebabkan nyeri karena tekanan pada ligament
longitudinal posterior, kelelahan otot erectore spine dan romboid. Selain itu
postur kifosis menyebabkan ketidakseimbangan otot dan ketegangan otot dada
depan (intercostalis), otot- otot anggota gerak atas yang berorigo pada thorak,
(pectoralis mayor, minor, latissimus dorsi dan seratus anterior), serta otot
regioservikal, penguluran dan kelemahan erectore spine dan otot retraksi
scapula (rhomboid dan upper, lower trapezius).(Waryani, Kesehatan, &
Surakarta, 2017)
2. lardosis
a. Kesalahan posisi duduk
b. Kongenital
c. Posisi duduk yang salah serta cara mengangkat beban yang salah.
3. Skoliosis mengacu pada kelengkungan sisi ke sisi tulang belakang yang
mempengaruhi kecilpersentase populasi, sekitar 2% pada wanita dan kurang
dari setengah persen pria. Kondisi ini memiliki kecenderungan keluarga dan
sebagian besar skoliosis adalah 'idiopatik', (tidak diketahui
penyebabnya)(Clarke Sonya, 2014)

C. Patofisiologi
1. Skoliosis mengacu pada kelengkungan sisi ke sisi tulang belakang yang
mempengaruhi kecilpersentase populasi, sekitar 2% pada wanita dan kurang
dari setengah persen pria. Kondisi ini memiliki kecenderungan keluarga dan
sebagian besar skoliosis adalah 'idiopatik', (tidak diketahui penyebabnya)
biasanya dimulai pada remaja awal atau pra-remaja dan secara bertahap
berkembang dalam keparahan kelengkungan ketika pertumbuhan terjadi.
Setelah pertumbuhan pubertas yang cepat berakhir, kurva ringan sering tidak
berubah sementara kurva yang parah hampir selalu berkembang lebih lanjut.
Walaupun skoliosis dapat terjadi pada anak-anak dengan cerebral palsy,
distrofi otot, spina bifida dan kondisi lain-lain, kebanyakan skoliosis
ditemukan pada orang muda yang sehat.Skoliosis dewasa dapat mewakili
perkembangan suatu kondisi yang dimulai pada masa kanak-kanak dan tidak
didiagnosis atau diobati selama pertumbuhan. Apa yang mungkin telah
dimulai sebagai kurva ringan atau sedang bisa berkembang tanpa adanya
pengobatan. Jika dibiarkan berkembang, pada kasus yang parah, skoliosis
dewasa dapat menyebabkan sakit punggung kronis yang parah, kelainan
bentuk, dan kesulitan bernafas.(Clarke Sonya, 2014)
2. Lordosis dapat terjadi congenital apabila terdapat gangguan pembentukan
tulang belakang atau adanya pembentukan yang abnormal pada saat dalam
kandungan. Kelainan ini biasanya terjadi pada minggu ke-5 kehamilan.
Sehingga pada saat bayi lahir maka terdapat kelainan pada tulang
belakangnya. Selain akibat kelainan selama masa kehamilan, kelainan ini
juga disebabkan oleh posisi duduk yang salah dan berlangsung terus menerus
terutama selama masa pertumbuhan berlangsung. Oleh karena itu, jika
kelainan ini terjadi di masa pertumbuhan maka pengobatan secepatnya harus
dilakukan agar postur tubuh kembali normal.
3. Kifosis mengangkat beban yang berat namun tidak dalam posisi yang tidak
sesuai dengan posisi anatomis juga dapat menyebabkan kelainan pada tulang
belakang akibat penarikan tulang belakang yang terjadi terus-menerus.
Akibat adanya kelainan ini, maka dapat mengganggu system dalam tubuh.
Kelainan ini dapat menyebabkan penekanan pada rongga thoraks sehingga
penderita dapat mengurangi ekspansi paru dan pemasukan O2 dalam tubuh
dapat semakin sedikit. Selain menekan paru, penekanan pada rongga thoraks
juga dapat menekan jantung sehingga jantung tidal dapat memompa darah
secara maksimal.

D. Tanda dan Gejalah


1. Tanda gejalah Skoliosis (Clarke Sonya, 2014)yaitu :
a. bahu tidak rata
b. bahu atau bilah bahu menonjol
c. pinggang tidak rata
d. pinggul tinggi
e. condong ke satu sisi
2. Tanda gejalah kifosis
a. Nyeri punggung yang menetap tetapi sifatnya dengan ringan
b. kelelahan
c. nyeri bila ditekan dan kekakuan pada tulang punggung
d. punggung dampak melengkung
e. lengkung tulang belakang bagian atas lebih besar dan abnormal
3. Tanda gejala lardosis
a. Penonjolan bokong
b. distrofimuskuler, gangguan perkembangan paha, dan gangguan
neuromuskuler.
c. Nyeri pinggang
d. Peru bahan pola buang air besar dan buang air kecil

E. Pencegahan menurut (goleman, daniel; boyatzis, Richard; Mckee, 2019)


1. Kiposis : Pencegahan meliputi pencegahan primer dan pencegahan sekunder.
Pencegahan primer agar tidak terkena Kifosis dan pencegahan sekunder
bertujuan agar Kifosis ditemukan sedini mungkin. Pencegahan primer dan
sekunder meliputi
a. Duduk dengan posisi yang benar
b. Hilangkan kebiasaan bertopang dagu
c. Berolahraga teratur,
d. Diet yang cukup kalsium dan Vitamin D
2. Lordosis :
a. Mengubah posisi duduk yang benar
b. Kurangi tegang pada punggung
c. Kosumsi makanan yang mengandung vitamin D
d. Olahraga teratur
e. Perbanyak mengkonsumsis kalsium
3. Scoliosis : Pencegahan meliputi pencegahan primer dan pencegahan sekunder.
Pencegahan primer agar tidak terkena skoliosis dan pencegahan sekunder
bertujuan agar skoliosis ditemukan sedini mungkin. Pencegahan primer dan
sekunder meliputi :
a. Duduk dengan posisi yang benar
b. Hilangkan kebiasaan bertopang dagu
c. Berolahraga teratur, terutama olahraga yang menggunakan kedua sisi
tubuh secara aktif seperti berenang.
d. Periksa di depan cermin tinggi pundak dan tinggi panggul anda. Apabila
tinggi ada kelainan segeralah berkonsultasi dengan dokter Ortophedi atau
Rehabilitasi Medik.

F. Pemeriksaan penunjang menurut (Moran, Harris, & Moran, 2015)


1. kifosis :
a. Foto polos torakolumbal AP dan lateral.
b. MRI dan CT Scan bila dicurigai etiologi spesifik
Setelah pemeriksaan dengan dokter, pasien biasanya perlu melakukan beberapa
pemeriksaan radiologi untuk mengetahui jenis penyakit yang di derita oleh pasien
misalnya :
a. Foto Rontge
b. MRI ( Magnetic Resonance Imagine)
c. EMG (Electro Myo Graphy)
d. Berdasarkan hasil pemeriksaan tersebut, baru dapat disimpulkan
diagnosanya dan kemudianditentukan terapinya, apakah perlu dioperasi
atau tidak perlu operasi
2. lordosis :
a. Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan fisik
(lengkungan punggung yang abnormal). Juga dilakukan pemeriksaan
neurologis (saraf) untuk mengetahui adanya kelemahan atau perubahan
sensasi)
b. Rontgen tulang belakang dilakukan untuk mengetahui beratnya
lengkungan tulang belakang.
c. Sinar X. Pemeriksaan ini digunakan untuk mengukur dan menilai
kebengkokan, serta sudutnya.
d. Magnetic resonance imaging (MRI)
e. Computed tomography scan (CT Scan)
f. Pemeriksaan darah
g. Sama dengan bentuk kelainan tulang pungung lainnya. Diagnosis
ditegakkan berdasarkan :
h. Penampilan fisik Pengukuran untuk menentukan berapa derajat
kebengkokan lordosis
3. scoliosis :
a. Skoliometer adalah sebuah alat untuk mengukur sudut kurvaturai.
b. Rontgen tulang belakangFoto polos : Harus diambil dengan posterior dan
lateral penuh terhadaptulang belakang dan krista iliaka dengan posisi
tegak, untuk menilaiderajat kurva dengan metode Cobb dan menilai
maturitas skeletal denganmetode Risser.
c. Derajat Risser adalah sebagai berikut :
d. Grade 0 : tidak ada ossifikasi,grade 1 : penulangan mencapai 25%,grade 2
: penulangan mencapai 26-50%,grade3 : penulangan mencapai 51-
75%,grade 4 : penulangan mencapai 76%grade 5 : menunjukkan fusi
tulang yang komplit.3.
e. MRI jika di temukan kelainan saraf atau kelainan pada rontgen. Pada
keadaan tertentu seperti adanya defisit neurologis, kekakuan pada leher,
atau sakit kepala dapat dilakukan pemeriksaan MRI.

G. Komplikasi menurut (goleman, daniel; boyatzis, Richard; Mckee, 2019)


1. Kifosis : Kifosis dapat menyebabkan komplikasi berikut:
a. Masalah citra tubuh. Remaja terutama dapat mengembangkan citra tubuh
yang buruk karena lengkungan pada punggung atau akibat memakai
penjepit untuk memperbaiki kondisi tersebut.
b. Sakit punggung. Dalam beberapa kasus, penyelarasan tulang belakang
yang tidak tepat dapat menimbulkan rasa sakit, yang bisa menjadi semakin
parah dan bersifat melumpuhkan.
c. Nafsu makan menurun. Pada kifosis kasus parah, lengkungan tersebut
dapat menyebabkan perut terkompres dan menyebabkan penurunan nafsu
makan.
2. Lordosis :
a. masalah jantung, penderita yang tulangnya dalam keaadaan melengkung
bahkan hingga 70 derajat tentu saja jantung akan kesulitan untuk
memompa darah untuk keseluruh tubuh. Hal ini akibat dari tertekannya
jantung.
b. masalah paru – paru ,begitu juga dengan paru – paru, kelengkunagn tulang
juga akan menyebabkan kesulitan untuk bernapas.
c. nyeri punggung, penderita tentu saja akan sering merasakan nyeri punggu
yang berlebih. apalagi jika keadaan semakin parah.
3. Scoliosis :Walaupun skoliosis tidak mendatangkan rasa sakit, penderita perlu
dirawat seawal mungkin. Tanpa perawatan, tulang belakang menjadi semakin
bengkok dan menimbulkan berbagai komplikasi seperti :
a. Kerusakan paru-paru dan jantung; ini boleh berlaku jika tulang belakang
membengkok melebihi 60 derajat. Tulang rusuk akan menekan paru-paru
dan jantung, menyebabkan penderita sukar bernafas dan cepat capai.
Justru, jantung juga akan mengalami kesukaran memompa darah. Dalam
keadaan ini, penderita lebih mudah mengalami penyakit paru-paru dan
pneumonia.
b. Sakit tulang belakang; Semua penderita, baik dewasa atau kanak-kanak,
berisiko tinggi mengalami masalah sakit tulang belakang kronik. Jika
tidak dirawat, penderita mungkin akan menghidap masalah sakit sendi.
Tulang belakang juga mengalami lebih banyak masalah apabila penderita
berumur 50 atau 60 tahun.
H. Pengobatan menutut (goleman, daniel; boyatzis, Richard; Mckee, 2019)
1. Kifosis :Pengobatan kifosis tergantung pada penyebab, kondisi, tanda, dan
gejala yang muncul. Salah satu pilihan pengobatan adalah dengan latihan
untuk memperkuat otot punggung. Atau untuk kondisi kifosis yang cukup
parah maka dapat juga dikoreksi dengan operasi. Pengobatan kifosis bawaan
umumnya dilakukan pada saat penderita masih balita. Hal ini karena kifosis
disebabkan oleh adanya kelainan pada tulang belakang saat bayi masih dalam
janin ibu. Pembedahan sebaiknya dilakukan seawal mungkin untuk membantu
mencegah kondisi kifosis bertambah parah.Terapi osteoporosis diperlukan
untuk mencegah terjadinya fraktur di kemudian hari pada kasus kifosis yang
disebabkan oleh osteoporosis. Terapi lain seperti olahraga, pengaturan pola
makan dan asupan nutrisi dengan mengkonsumsi susu berkalsium tinggi dua
kali sehari atau sesuai dengan jumlah harian yang direkomendasikan setiap
hari juga dapat memperlambat atau menghentikan progresifitas osteoporosis.
Namun untuk kasus kifosis yang parah, pembedahan merupakan pilihan
terapi.
2. Lordosis :Pengobatan masalah lordosis akan dilakukan berdasarkan
penyebabnya. Namun biasanya dokter akan melakukan pengobatan
berdasarkan usia dan riwayat kesehatan. Adapun tujuan dari pengobatan
lordosis adalah agar lengkungan tulang tidak bertambah serta mencegah
terjadinya deformitas. Penatalaksanaan lordosis tergantung pada penyebab
lordosis. Latihan untuk memperbaiki sikap tubuh dapat dilakukan jika lordosis
disebabkan oleh kelainan sikap tubuh.
3. Scoliosis :Pengobatan yang dilakukan tergantung kepada penyebab, derajat,
dan lokasi kelengkungan serta stadium pertumbuhan tulang. Jika
kelengkungan kurang dari 20 derajat, biasanya tidak perlu pengobatan, tetapi
penderita harus menjalani pemeriksaan secara teratur setiap 6 bulan. Pada
anak- anak yang masih tumbuh, kelengkungan biasanya bertambah sampai
25-30, karena itu biasanya dianjurkan untuk menggunakan brace (alat
penyangga) untuk memperlambat progresivitas kelengkungan vertebra. Brace
dari Milwaukee & Boston efektif dalam mengendalikan progresivitas
skoliosis, tetapi harus dipasang selama 23 jam/hari sampai masa pertumbuhan
anak berhenti. Brace tidak efektif digunakan pada skoliosis kongenital
maupun neuromuskular. Jika kelengkungan mencapai 40 atau lebih, biasanya
dilakukan pembedahan.Pada pembedahan dilakukan perbaikan kelengkungan
dan peleburan tulang-tulang. Tulang dipertahankan pada tempatnya dengan
bantuan 1-2 alat logam yang terpasang sampai tulang pulih (kurang dari 20
tahun).

I. Diagnosa Keperawatan
1. skoliosis
a. Ketidak efektifan pola nafas berhubungan dengan penekanan paru.
b. Nyeri berhubungan dengan posisi tubuh miring ke lateral.
c. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan postur tubuh yang tidak
seimbang.
2. Lordosis
a. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan penekanan paru
b. Nyeri berhubungan dengan penekanan yang berlebihan pada tulang
belakang
c. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan postur tubuh yang tidak
seimbang
d. Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri dan gangguan rasa
nyaman
3. Kifosis
a. Gangguan mobilitas fisik sehubungan dengan kerusakan muskuloskeletal
dan nyeri.
b. Nyeri sendi dan otot sehubungan dengan adanya peradangan sendi.
c. Gangguan citra tubuh sehubungan dengan gangguan struktur tubuh.
BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan:

Kifosis dan lordosis merupakan melengkungnya bagian atas dan bawah tulang
belakang secara berlebihan. Kelainan tulang lainnya adalah skoliosis. Skoliosis
merupakan kelengkungan tulang belakang yang abnormal ke arah samping, tulang
belakang menjadi berbentuk seperti “S” terbalik. Kelainan ini membuat postur tubuh
menjadi tidak sempurna dan seringkali ditemukan gejala-gejala yang membuat
seseorang menjadi tidak nyaman.

B. Saran :

jaga kesehatan jangan lupa banyak mengkonsumsi makanan yang mengandung Vit D
serta kalsium agar terhindar dari kifosis, lordosis dan scoliosis. Dan olah raga teratur.
DAFTAR PUSTAKA

Clarke Sonya, S. J. & T. (2014). Orthopaedic And Trauma Nursing. USA: 2014.

Djati Hari prayoga & Hidayat Syarip.,S.Sn., M. S. (2018). Perancangan Media


Informasi Mengenai Kelainan Tulang Belakang Designing of Information Media
About Bone Diseases Hari Prayoga Djati. 5(3), 1903–1911.

Dumondor, S. V., Angliadi, E., & Sengkey, L. (2015). Hubungan Penggunaan Ransel
Dengan Nyeri Punggung Dan Kelainan Bentuk Tulang Belakang Pada Siswa Di
Smp Negeri 2 Tombatu. E-CliniC, 3(1), 1–5.
https://doi.org/10.35790/ecl.3.1.2015.6824

Francisco, A. R. L. (2014). anatomi sistem rangka. Journal of Chemical Information


and Modeling, 53(9), 1689–1699.
https://doi.org/10.1017/CBO9781107415324.004

goleman, daniel; boyatzis, Richard; Mckee, A. (2019). Muskuloskeletal. Journal of


Chemical Information and Modeling, 53(9), 1689–1699.
https://doi.org/10.1017/CBO9781107415324.004

Moran, R. T., Harris, P. R., & Moran, S. V. (2015). Managing global differences:
Global leadership strategies for the 21st Century. Universa Medicina, 26(3),
600. https://doi.org/10.18051/univmed.2007.v26.137-142

Romadhon, Y. A., Sintowati, R., Prawatya, C. J., & Agung, S. (2019). Universitas
Muhammadiyah Purworejo HUBUNGAN DURASI FOTOTERAPI DENGAN
KADAR BILIRUBIN PADA The 9 th University Research Colloqium 2019
Universitas Muhammadiyah Purworejo. 265–271.

Waryani, S., Kesehatan, F. I., & Surakarta, U. M. (2017). Hubungan antara beban
kerja dengan kejadian postural kifosis pada pekerja buruh gendong wanita di
pasar gede solo jawatengah.

Anda mungkin juga menyukai