Anda di halaman 1dari 43

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN SCOLIOSIS PADA ANAK

Disusun untuk Memenuhi Tugas

Mata Kuliah : Keperawatan Anak

Dosen Pengajar : Ns. Shinta Wahyusari, M.Kep.,Sp.Kep.Mat

Disusun Oleh :

Kelompok 4

1. Yunika Natasya Amalia P (211060)


2. Shafira Azzahra (211063)
3. Abrilia Diah Ayu S (211070)
4. Siti Aisyah (211077)
5. Fina Anggraini (211081)
6. Aulia Shabira A.R (211094)
7. Melynda (211097)
8. Vika Umairotul O.S (211098)
9. Bianca Pratiwi Putri (211099)

KELAS 2B

PRODI KEPERAWATAN

INSTITUT TEKNOLOGI SAINS DAN KESEHATAN RS Dr. SOEPRAOEN

2023
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


skoliosis merupakan kelainan bentuk di mana kurva tulang belakang
melengkung ke arah samping dan diikuti rotasi pada ruas tulang belakang.
Adolescent Idiophatic Scoliosis adalah jenis skoliosis yang sering ditemui.
Biasanya anak perempuan ditemukan menderita kelainan ini pada usia 10-
14 tahun, sedangkan anak laki-laki pada usia 11-16 tahun. Setelah diketahui
adanya skoliosis pada tulang belakang mereka, mereka harus mengikuti
observasi berkala, pengobatan (seperti chiropractic), maupun operasi,
tergantung tingkat kelainan kurva pada saat pertama kali ditemukan.
Kelainan ini cenderung mengalir dalam keluarga. Sangat disarankan ketika
salah satu anak ditemukan mengalami kelainan ini, saudara yang lain juga
harus mengikuti pemeriksaan tanpa menghiraukan umur mereka.
Skoliosis merupakan salah satu bentuk kelainan pada bagian tulang
belakang manusia. Kelainan tersebut adalah lengkungan tulang belakang
yang tidak normal dengan arah ke samping, dapat disertai pula dengan
rotasi, lengkunganan dapat terjadi pada bagian leher (servical), dada
(toracal) atau bagian pinggang (lumbal). Jika dilihat dari samping, tulang
belakang yang normal berbentuk huruf S yang memanjang (elongated S).
Bagian depan atas sedikit melengkung ke arah luar dan bagian belakang
bawah sedikit melengkung ke arah dalam. Jika dilihat dari belakang, tulang
punggung yang normal berbentuk garis lurus dari leher sampai ke tulang
ekor. Sedangkan pada penderita skoliosis, akan tampak adanya satu atau
lebih lengkungan ke samping yang tidak wajar pada punggung.
Pada umumnya, tulang belakang penderita skoliosis akan berbentuk
seperti huruf „S‟ atau „C‟ jika dilihat dari belakang. Dikatakan berbentuk
seperti huruf „S‟ karena tulang belakang bagian atas melengkung tidak
searah dengan bagian bawah. Sedangkan dikatakan berbentuk seperti
huruf „C‟ karena tulang punggung melengkung ke salah satu sisi saja (ke
kiri atau ke kanan)
1.2 Rumusan Masalah
Dari penjelasan diatas, dalam pembahasan makalah Keperawatan
Maternitas ini, kita akan membahas tentang Asuhan Keperawatan Scoliosis
Pada Anak, baik itu dari segi definisi sampai pada contoh-contohnya dan aspek-
aspek yang terkait dengan materi tersebut.

1.3 Tujuan Penulisan


1.3.1 Tujuan Umum
Setelah membaca makalah ini mahasiswa dapat memahami apa yang
dimaksud dengan Scoliosis dan hal-hal yang menyangkut asuhan
keperawatannya.

1.3.2 Tujuan Khusus


Setelah membaca makalah ini mahasiswa dapat :

 Mengetahui definisi Scoliosis


 Mengetahui etiologi Scoliosis
 Mengetahui tentang patofisiologi dari Scoliosis
 Mengetahui pemeriksaan penunjang Scoliosis
 Mengetahui tentang penatalaksanaan Scoliosis
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Konsep Dasar
1. Definisi
Skoliosis berasal dari kata Yunani yang berarti lengkungan,
mengandung arti kondisi patologik. Skoliosis merupakan masalah ortopedik
yang sering terjadi adalah pelengkungan lateral dari medulla spinalis yang
dapat terjadi di sepanjang spinal tersebut. Pelengkungan pada area toraks
merupakan scoliosis yang paling sering terjadi, meskipun pelengkungan
pada area servikal dan area lumbal adalah scoliosis yang paling parah.
Skoliosis adalah suatu kelainan bentuk pada tulang belakang dimana terjadi
pembengkokan tulang belakang ke arah samping kiri atau kanan.Kelainan
skoliosis ini sepintas terlihat sangat sederhana.Namun apabila diamati lebih
jauh sesungguhnya terjadi perubahan yang luarbiasa pada tulang belakang
akibat perubahan bentuk tulang belakang secara tiga dimensi, yaitu
perubahan sturktur penyokong tulang belakang seperti jaringan lunak
sekitarnya dan struktur lainnya (Rahayussalim, 2007).Skoliosis ini biasanya
membentuk kurva “C” atau kurva “S”.
Skoliosis adalah kelengkungan tulang belakang yang abnormal ke arah
samping, yang dapat terjadi pada segmen servikal (leher), torakal (dada)
maupun lumbal (pinggang).Skolisis merupakan penyakit tulang belakang
yang menjadi bengkok ke samping kiri atau kanan sehingga wujudnya
merupakan bengkok benjolan yang dapat dilihat dengan jelas dari arah
belakang.Penyakit ini juga sulit untuk dikenali kecuali setelah penderita
meningkat menjadi dewasa (Mion, Rosmawati, 2007).

2. Etiologi
Penyebab terjadinya skoliosis belum diketahui secara pasti, tapi dapat
diduga dipengaruhi oleh diantaranya kondisi osteopatik, seperti fraktur,
penyakit tulang, penyakit arthritis, dan infeksi.Scoliosis tidak hanya
disebabkan oleh sikap duduk yang salah.Menurut penelitian di Amerika
Serikat, memanggul beban yang berat seperti tas punggung, bisa menjadi
salah satu pemicu scoliosis.Terdapat 3 penyebab umum dari skoliosis:
a. Kongenital (bawaan), biasanya berhubungan dengan suatu kelainan
dalam pembentukan tulang belakang atau tulang rusuk yang menyatu
b. Neuromuskuler, pengendalian otot yang buruk atau kelemahan otot
atau kelumpuhan akibat penyakit berikut :Cerebral palsy, Distrofi otot,
Polio, Osteoporosis juvenile
c. Idiopatik, penyebabnya tidak diketahui

3. Klasifikasi
Skoliosis dibagi dalam dua jenis yaitu struktural dan bukan struktural.
a. Skoliosis struktural
Skoliosis tipe ini bersifat irreversibel ( tidak dapat di perbaiki ) dan
dengan rotasi dari tulang punggung Komponen penting dari
deformitas itu adalah rotasi vertebra, processus spinosus memutar
kearah konkavitas kurva.Tiga bentuk skosiliosis struktural yaitu :
Skosiliosis Idiopatik. adalah bentuk yang paling umum terjadi dan
diklasifikasikan menjadi 3 kelompok :
 Infantile : dari lahir-3 tahun
 Anak-anak : 3 tahun – 10 tahun
 Remaja : Muncul setelah usia 10 tahun ( usia yangpaling umum)
b. Skoliosis Kongenital
Skoliosis Kongenital adalah skoliosis yang menyebabkan malformasi
satu atau lebih badan vertebra.
c. Skoliosis Neuromuskuler, anak yang menderita penyakit
neuromuskuler (seperti paralisis otak, spina bifida, atau distrofi
muskuler) yang secara langsung menyebabkan deformitas.
d. Skoliosis nonstruktural ( Postural)
Skoliosis tipe ini bersifat reversibel (dapat dikembalikan ke bentuk
semula), dan tanpa perputaran (rotasi) dari tulang punggung..Pada
skoliosis postural, deformitas bersifat sekunder atau sebagai
kompensasi terhadap beberapa keadaan diluar tulang belakang,
misalnya dengan kaki yang pendek, atau kemiringan pelvis akibat
kontraktur pinggul, bila pasien duduk atau dalam keadaan fleksi
maka kurva tersebut menghilang.
Ada tiga tipe-tipe utama lain dari scoliosis :
a. Functional: Pada tipe scoliosis ini, spine adalah normal, namun suatu
lekukan abnormal berkembang karena suatu persoalan ditempat lain
didalam tubuh. Ini dapat disebabkan oleh satu kaki adalah lebih
pendek daripada yang lainnya atau oleh kekejangan-kekejangan di
punggung
b. Neuromuscular: Pada tipe scoliosis ini, ada suatu persoalan ketika
tulang-tulang dari spine terbentuk. Baik tulang-tulang dari spine gagal
untuk membentuk sepenuhnya, atau mereka gagal untuk berpisah
satu dari lainnya.Tipe scoliosis ini berkembang pada orang-orang
dengan kelainn-kelainan lain termasuk kerusakan-kerusakan
kelahiran, penyakit otot (muscular dystrophy), cerebral palsy, atau
penyakit Marfan. Jika lekukan hadir waktu dilahirkan, ia disebut
congenital. Tipe scoliosis ini seringkali adalah jauh lebih parah dan
memerlukan perawatan yang lebih agresif daripada bentuk-bentuk
lain dari scoliosis.
c. Degenerative: Tidak seperti bentuk-bentuk lain dari scoliosis yang
ditemukan pada anak-anak dan remaja-remaja, degenerative
scoliosis terjadi pada dewasa-dewasa yang lebih tua. Ia disebabkan
oleh perubahan-perubahan pada spine yang disebabkan oleh arthritis.
Kelemahan dari ligamen-ligamen dan jaringan-jaringan lunak lain
yang normal dari spine digabungkan dengan spur-spur tulang yang
abnormal dapat menjurus pada suatu lekukan dari spine yang
abnormal.
d. Lain-Lain: Ada penyebab-penyebab potensial lain dari scoliosis,
termasuk tumor-tumor spine seperti osteoid osteoma. Ini adalah
tumor jinak yang dapat terjadi pada spine dan menyebabkan
nyeri/sakit.Nyeri menyebabkan orang-orang untuk bersandar pada
sisi yang berlawanan untuk mengurangi jumlah dari tekanan yang
diterapkan pada tumor.Ini dapat menjurus pada suatu kelainan bentuk
spine.
4. Patofisiologi
Kelainan bentuk tulang punggung yang disebut skoliosis ini berawal
dari adanya syaraf yang lemah atau bahkan lumpuh yang menarik ruas2
tulang belakang. Tarikan ini berfungsi untuk menjaga ruas tulang belakang
berada pada garis yangnormal yang bentuknya seperti penggaris atau lurus.
Tetapi karena suatu hal, diantaranya kebiasaan duduk yang miring, membuat
sebagian syaraf yang bekerja menjadi lemah. Bila ini terus berulang menjadi
kebiasaan, maka syaraf itu bahkan akan mati. Ini berakibat pada
ketidakseimbangan tarikan pada ruas tulang belakang. Oleh karena itu,
tulang belakang penderita bengkok atau seperti huruf S atau huruf.

5. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan dasar yang penting adalah foto polos (roentgen) tulang
punggung yang meliputi :
a. Foto AP dan lateral ada posisi berdiri : foto ini bertujuan untuk
menentukan derajat pembengkokan skoliosis
b. Foto AP telungkup
c. Foto force bending R and L : foto ini bertujuan untuk menentukan
derajat pembengkokan setelah dilakukan bending
d. Foto pelvik AP
Pada keadaan tertentu seperti adanya defisit neurologis, kekakuan
pada leher, atau sakit kepala
e. Dapat dilakukan pemeriksaan MRI

6. Penatalaksanaan
Pengobatan yang dilakukan tergantung kepada penyebab, derajat, dan lokasi
kelengkungan serta stadium pertumbuhan tulang. Jika kelengkungan kurang
dari 20 derajat, biasanya tidak perlu pengobatan, tetapi penderita harus
menjalani pemeriksaan secara teratur setiap 6 bulan.
Pada anak- anak yang masih tumbuh, kelengkungan biasanya bertambah
sampai 25-30, karena itu biasanya dianjurkan untuk menggunakan brace (alat
penyangga) untuk memperlambat progresivitas kelengkungan vertebra.
Brace dari Milwaukee & Boston efektif dalam mengendalikan progresivitas
skoliosis, tetapi harus dipasang selama 23 jam/hari sampai masa
pertumbuhan anak berhenti.
Brace tidak efektif digunakan pada skoliosis kongenital maupun
neuromuskular. Jika kelengkungan mencapai 40 atau lebih, biasanya
dilakukan pembedahan.Pada pembedahan dilakukan perbaikan
kelengkungan dan peleburan tulang-tulang. Tulang dipertahankan pada
tempatnya dengan bantuan 1-2 alat logam yang terpasang sampai tulang
pulih (kurang dari 20 tahun). Sesudah dilakukan pembedahan mungkin perlu
dipasang Brace untuk menstabilkan tulang belakang. Kadang diberikan
perangsangan elektrospinal, dimana otot vertebra dirangsang dengan arus
listrik rendah untuk meluruskan vertebra

2.2 Konsep Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian
a. Anamnesis
- Keluhan utama : nyeri punggung, kelelahan pada tulang belakang
setelah duduk/berdiri lama, gangguan pernafasan (pada kasus
skoliosis berat), cemas, malu/tidak percaya diri
- Idenditas pasien : Nama, usia, jenis kelamin, pendidikan, alamat,
pekerjaan, asuransi kesehatan, agama, bahasa yang digunakan,
status perkawinan, suku bangsa, tanggal dan jam MRS, no.register,
diagnosa medis
- Riwayat penyakit sekarang : Masalah klien mulai dari awal keluhan
utama s/d pengkajian, Keluhan nyeri  kaji dengan PQRST, Klien di
RS  keluhan utama saat MRS dg saat ini?? Tindakan yang sudah
dilakukan
- Riwayat penyakit dahulu : Penyakit-penyakit sebelumnya yang
berhubungan dengan masalah saat ini. Trauma? Riwayat operasi?
Obata-obatan?
- Riwayat penyakit keluarga : Apakah ada generasi sebelumnya
dengan kasus yang sama? Jika ada, Jabarkan adalam bentuk
genogram 3 generasi
- Pengkajian psiko-sosial-spiritual : Status emosi, kognitif dan perilaku
pasien. Status mental (penampilan, perilaku, suasana hati, afek,
persepsi,dll)  Dapat dilakukan ketika berinteraksi dengan klien
dalam pengkajian lain
- Kemampuan koping : Respon emosi terhadap penyakit yang diderita.
Adakah perubahan peran? Adakah dampak lain seperti cemas, takut
cacat, ketidakmampuan melakukan aktivitas secara optimal
gangguan citra tubuh
- Pengkajian sosio-ekonomi-spiritual : Spiritual: meliputi konsep klien
mengenai yang Maha Kuasa. Identifikasi ras, budaya, suku,
pekerjaan, hubungan keluarga, status ekonomi dan dampaknya
akibat sakit
- Pengertian klien tentang masalah kesehatan : Persepsi klien tentang
masalah kesehatan, tim perawatan kesehatan, terapi
- Pertimbangan pediatrik & gerontologik : Dampak hospitalisasi,
tumbang anak. Proses penuaan dan kondisi patologis. Psikologis
lansia dan anak
b. Pemeriksaan fisik
- Mengkaji skelet tubuh
Adanya deformitas dan kesejajaran. Pertumbuhan tulang yang
abnormal akibat tumor tulang. Pemendekan ekstremitas, amputasi
dan bagian tubuh yang tidak dalam kesejajaran anatomis. Angulasi
abnormal pada tulang panjang atau gerakan pada titik selain sendi
biasanya menandakan adanya patah tulang.
- Mengkaji tulang belakang
Skoliosis (deviasi kurvatura lateral tulang belakang),Kifosis (kenaikan
kurvatura tulang belakang bagian dada), Lordosis (membebek,
kurvatura tulang belakang bagian pinggang n pinggang berlebihan)
berlebihan).
- Mengkaji sistem persendian
Luas gerakan dievaluasi baik aktif maupun pasif, deformitas, stabilitas,
dan adanya benjolan. adanya kekakuan sendi.
- Mengkaji sistem otot
Kemampuan mengubah posisi, kekuatan otot dan koordinasi, dan
ukuran masing-masing otot. Lingkar ekstremitas untuk mementau
adanya edema atau atropfi, nyeri otot.
- Mengkaji cara berjalan
Adanya gerakan yang tidak teratur dianggap tidak normal. Bila salah
satu ekstremitas lebih pendek dari yang lain. Berbagai kondisi
neurologist yang berhubungan dengan caraberjalan abnormal
(misalnya cara berjalan spastic hemiparesis -stroke, cara berjalan
selangkah- selangkah-penyakit lower motor neuron, cara berjalan
bergetar - penyakit Parkinson).
- Mengkaji kulit dan sirkulasi perifer
Palpasi kulit dapat menunjukkan adanya suhu yang lebih panas atau
lebih dingin dari lainnya dan adanya edema. Sirkulasi perifer
dievaluasi dengan mengkaji denyut perifer, warna, suhu dan waktu
denyut perifer, dan waktu pengisian kapiler.

2. Diagnosa
a. Pola napas tidak efektif b.d scoliosis yang menghambat ekspansi paru
b. Nyeri akut b.d posisi tubuh miring ke arah lateral
c. Gangguan mobilitas fisik b.d postur tubuh yang tidak seimbang
d. Gangguan citra tubuh b.d postur tubuh yang miring ke lateral
e. Defisit pengetahuan b.d kurang terpapar informasi
f. Ansietas b.d krisil situasional menjelang operasi skoliosis

3. Intervensi
a. Pola napas tidak efektif b.d scoliosis yang menghambat ekspansi paru
Tujuan : Pola napas membaik
Intervensi :
1) Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
2) Monitor frekuensi, irama, kedalaman dan upaya napas
3) Monitor pola napas ( seperti bradypnea.takipnea, hiperventilesi.
Kussmaul, chayne-stokes, biot, ataksik)
4) Auskultasi bunyi napas
5) Atur interval pemantauan sesuai kondisi pasien
6) Dokumentasikan hasil pemantauan
7) Informasikan hasil pemantauan, jika perlu
b. Nyeri akut b.d posisi tubuh miring ke arah lateral
Tujuan : Tingkat nyeri me menurun
Intervensi :
1) Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan
intensitas nyeri
2) Identifikasi skala nyeri
3) Identifikasi pengaruh nyeri terhadap kualitas hidup
4) Monitor efek samping penggunaan analgetik
5) Berikan Teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
6) Control lingkungan yang memperberat rasa nyeri
7) Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
8) Jelaskan strategi meredakan nyeri
9) Ajarkan Teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
10) Kolaborasi dengan dokter pemberian analgetik jika perlu
c. Gangguan mobilitas fisik b.d postur tubuh yang tidak seimbang
Tujuan : Meningkatkan mobilitas fisik
Intervensi :
1) Identifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik lainnya
2) Identifikasi toleransi fisik melakukan ambulasi
3) Monitor kondisi umum selam aambulasi
4) Fasilitasi ambulasi dengan alat bantu
5) Libatkan keluarga dalam membantu ambulasi pasien
d. Gangguan citra tubuh b.d postur tubuh yang miring ke lateral
Tujuan : Meningkatkan citra tubuh
Intervensi :
1) Anjurkan untuk mengungkapkan perasaan dan masalahnya
2) Beri lingkungan yang mendukung
3) Bantu pasien untuk mengidentifikasi gaya koping yang positif
4) Beri harapan yang realistik dan buat sasaran jangka pendek untuk
memudahkan pencapaian
5) Beri penghargaan untuk tugas yang dilakukan
6) Beri dorongan untuk melakukan komunikasi dengan orang terdekat
7) Beri dorongan untuk merawat diri sesuai toleransi
e. Defisit pengetahuan b.d kurang terpapar informasi
Tujuan : Tingkat pengetahuan membaik
Intervensi :
1) Jelaskan tentang keadaan penyakitnya
2) Tekankan pentingnya dan keuntungan mempertahankan program
latihan yang di anjurkan yang di anjurkan
3) Jelaskan tentang pengobatan: nama, jadwal, tujua jadwal, tujuan,
dosis, dan efek sampingnya, dosis, dan efek sampingnya
4) Peragakan pemasangan dan perawatan brace atau ko brace atau
korset
5) Tingkatkan kunjungan tindak lanjut dengan dokter
6) Libatkan keluarga dalam membantu pemahaman pasien, jika perlu.
f. Ansietas b.d krisil situasional menjelang operasi skoliosis
Tujuan : Tingkat ansietas menurun
Intervensi :
1) Monitor tanda-tanda ansietas
2) Ciptakan suasana terapeutik untuk menumbuhkan kepercayaan
3) Temani pasien untuk mengurangi kecemasan
4) Pahami situasi yang membuat ansietas
5) Dengarkan dengan penuh perhatian
6) Anjurkan keluarga agar tetap Bersama pasien

4. Implementasi
Implementasi keperawatan merupakan tahap keempat proses keperawatan
yang dimulai setelah perawat menyusun rencana keperawatan (Potter &
Perry, 2013). Pada tahap ini perawat akan mengimplementasikan intervensi
yang telah direncanakan berdasarkan hasil pengkajian dan penegakan
diagnosa yang diharapkan dapat mencapai tujuan dan hasil sesuai yang
diinginkan untuk mendukung dan meningkatkan status kesehatan klien.
Penerapan implementasi keperawatan yang dilakukan perawat harus
berdasarkan intervensi berbasis bukti atau telah ada penelitian yang
dilakukan terkait intervensi tersebut. Hal ini dilakukan agar menjamin bahwa
intervensi yang diberikan aman dan efektif (Miler, 2012). Dalam tahap
implementasi perawat juga harus kritis untuk menilai dan mengevaluasi
respon pasien terhadap pengimplementasian intervensi yang diberikan.

5. Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap kelima dari proses keperawatan. Tahap ini sangat
penting untuk menentukan adanya perbaikan kondisi atau kesejahteraan
klien (Potter & Perry.2013). Hal yang perlu diingat bahwa evaluasi merupakan
proses kontinu yang terjadi saat perawat melakukan kontak dengan klien.
Selama proses evaluasi perawat membuat keputusan - keputusan klinis dan
secara terus - menerus mengarah kembali ke asuhan keperawatan. Tujuan
asuhan keperawatan adalah membantu klien menyelesaikan masalah
kesehatan aktual, mencegah terjadinya masalah resiko, dan
mempertahankan status kesehatan sejahtera. Proses evaluasi menentukan
keefektifan asuhan keperawatan yang diberikan.
Perawat dapat menggunakan format evaluasi SOAP untuk mengevaluasi
hasil implementasi yang dilakukan. Poin S merujuk pada respon subjektif
pasien setelah diberikan tindakan. Poin O melihat pada respon objektif yang
dapat diukur pada pasien setelah dilakukannya implementasi. Poin A adalah
analisis perawat terhadap implementasi yang dilakukan. Poin P adalah
perencanaan terkait tindakan selanjutnya sesuai analisis yang telah
dilakukan sebelumnya
BAB 3

TINJAUAN KASUS

3.1 Pengkajian

A. Identitas Pasien

Nama : An. D

Umur : 8 Tahun

Status : belum menikah

Pendidikan : SD kelas II

Agama : Islam

Suku : Jawa

Pekerjaan : belum bekerja

Alamat : Jl. Gardu Laut, Pandanmulyo

Pasien merupakan anak pertama dari dua bersaudara

B. Identitas Keluarga

Ibu Bapak

Nama : Ny. S Nama : Tn. B

Usia : 37 tahun Usia : 40 tahun

Usia waktu menikah : 25 tahun Usia waktu menikah : 28 tahun

Usia waktu hamil : 29 tahun Pendidikan : S2

Pendidikan : S1 Pekerjan : wiraswasta

Pekerjaan : Guru SD

C. Diagnosa Medis

Scoliosis
D. Keluhan Utama

Nyeri pada punggung saat tidur

E. Riwayat Penyakit Sekarang

Klien mengatakan punggungnya nyeri saat tidur, sehingga klien tidak tidur
dengan nyenyak. klien mengatakan nyeri hilang timbul, nyeri lebih terasa
saat digerakkan, Ibu klien mengamati punggung atau bagian tulang belakang
klien miring ke kanan dan tidak simetris. informasi yang telah mengetahui hal
ini sejak tahun terakhir Namun karena klien tidak memiliki keluhan yang
berarti. ibu klien baru membawa pasien ke Rumah Sakit 1 minggu yang lalu,
lain Tulang belakangnya yang miring masihan hanya mengeluhkan adanya
nyeri ringan pada punggungnya saat tidur namun hal ini tidak muncul setiap
hari, aktivitas sehari-hari pasien baik di rumah atau di sekolah tidak
mengalami hambatan berarti akibat penyakit yang dideritanya sekarang.

F. Riwayat Penyakit Dahulu

● Klien memiliki penyakit asma yang mulai muncul saat usia 6 tahun
alergennya berupa debu atau kondisi fisik yang lelah..

● Klien pernah mengalami demam berdarah pada usia 3 tahun dan dirawat
di rumah sakit.

G. Riwayat Penyakit Keluarga

● Ibu dan adik kandung pasien menderita asma bronkial

● Ayah pasien menderita hipertensi

● Tidak ada anggota keluarga lain yang memiliki gangguan tulang


belakang atau cacat.

H. Riwayat Sosial Ekonomi

Klien merupakan anak pertama dari dua bersaudara titik radi pasien berusia
5 tahun. Pasien tinggal serumah bersama dengan kedua orangtuanya dan
adiknya, rumah berukuran 10x8 m 2 tingkat, kebutuhan sehari-hari keluarga
ini dibiayai oleh kepala keluarga yang bekerja sebagai mandor kebun. pasien
memiliki jaminan pelayanan kesehatan berupa asuransi kesehatan.

I. Riwayat Prenatal

● Kehamilan diinginkan

● Pemeriksaan kehamilan teratur di Puskesmas setiap bulan pada usia


kehamilan 8 bulan melalui USG di dokter spesialis dan dikatakan bahwa
letak batas normal.

● Fetus kecil,

● Air ketuban sedikit, dokter memotivasi pasien untuk banyak makanan


bergizi

● Penyakit ibu saat hamil: mengalami eksaserbasi asma yang berat hingga
dirawat di RS pada usia kehamilan 2 sampai 3 minggu, keputihan
disangkal, infeksi disangkal.

● Selama kehamilan klien mengkonsumsi susu untuk ibu hamil, ibu


mengkonsumsi suplemen vitamin saat hamil (tablet Fe dan kalsium)
yang diberikan oleh Puskesmas

● Pernah menggunakan KB suntik 3 bulan selama 4 bulan setelah


melahirkan anak

● Tidak terdapat riwayat trauma saat hamil

● Pergerakan janin dirasakan pertama kali usia 5 bulan, ibu pasien


mepergerakan anak lemah, pergerakan hanya sedikit dan berbeda
dibanding saat hamil kedua.

J. Riwayat Perinatal

● Kehamilan 40 sampai 41 Minggu,

● Kelahiran melalui operasi caesar oleh dokter spesialis atas indikasi


hidramnion dan suspek gawat janin di RS daerah di Jawa Timur

● Pasien di anastesi umum


● Warna dan bau air ketuban tidak tahu

● Keadaan bayi setelah dilahirkan tidak tahu, BB lahir 1800 kg dan panjang
badan lahir tidak tahu

K. Riwayat Imunisasi

Imunisasi lengkap

L. Makan Dan Minum Anak

● ASI : 0 - 4 tahun

● Susu formula : 4 bulan - 4 tahun

● Buah : 1 - 2 tahun

● Bubur susu : 1-2 tahun

● Nasi : 4 tahun

M. Activity Daily Living

● Aktivitas harian : tidak terganggu

● Makan : normal

● Berpakaian : normal

● Kebersihan diri (mandi, BAB, BAK) : normal

● Berpindah bergerak : tidak terganggu

● Istirahat tidur : klien mengatakan mengalami


sulit tidur karena nyeri yang dirasakannya saat tidur. Klien hanya tidur + -
5 jam sehari.

N. Pemeriksaan Fisik

Keadaan Umum

Kesadaran : Compos Mentis

Keadaan umum : klien tampak lemas, pucat dan mengatuk


TTV

Nadi : 88x/menit

RR : 22x/menit

Suhu : 36,8°C

Nyeri : klien mengatakan nyeri hilang timbul, nyeri lebih


terasa saat digerakkan, skala nyeri 2.

Anatropometri

BB : 24 Kg

TB : 128 cm

Kepala / leher

Kepala : kulit kepala bersih,bentuk normal, simetris

Mata : konjungtiva anemis

Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tiori

Thorax

Jantung : dalam batas normal

Paru-paru : dalam batas normal

Abdomen

Inspeksi : datar

Palpasi : tidak ada nyeri tekan, Hepar tidak teraba

Perkusi : timpani

Auskultasi : bising usus normal

Ekstremitas

Akral hangat, tidak ada edema


Status lokalis

Look

● Terdapat kurva yang jelas pada spina

● Asimetri scapula (scapula sinistra lebih tinggi)

● Pelvis simetris

● Arm space (sinistra)

● Tidak terdapat lesi pada kulit

Feel

● Tidak terdapat spasme

Move

● Pada posisi Adam forward bending test (AFBT), didapatkan salah satu
sisi punggung menonjol.

O. Pemeriksaan Penunjang

CT scan : hasil skoliosis pada korpus vertebra thorakolumbal

P. Data Fokus

● Data subjektif

1. Klien mengatakan nyeri punggung saat tidur

2. Klien mengatakan tidur tidak nyenyak dan sering terbangun karena


nyeri yang dirasakan

3. Klien mengatakan kurang tidurl

● Data objektif

1. Klien tampak mengantuk

2. Klien tidur 5 jam sehari

3. Konjungtiva anemis
4. Skala nyeri : 2

5. TTV

Suhu : 36,8 C
RR : 22x/menit
N : 88x/menit

4. Nyeri bertambah saat digerakkan

6. Nyeri bersifat hilang timbu

3.2 Analisa Data

No. Data Etiologi Masalah


Dx

1. DS : kelainan skeletal Nyeri akut b.d kelainan


-Klien mengatakan skoliosis skeletal skoliosis
nyeri punggung saat
tidur

DO :
-PQRST
P : nyeri semakin
bertambah saat klien
menggerakkan
punggungnya
Q:-
R : daerah punggung
S : skala nyeri 2
T : hilang timbul
-TTV
Suhu : 36,8 C
RR : 22x/menit
N : 88x/menit
2. DS : Nyeri saat tidur Gangguan pola tidur b.d
-Klien mengatakan nyeri
tidur tidak nyenyak dan
sering terbangun
karena nyeri yang
dirasakan
-Klien mengatakan
kurang tidur

DO :
-Klien tampak
mengantuk
-Klien tidur 5 jam
sehari
-TTV
Nadi : 88x/mnt

RR : 22x/mnt

Suhu : 36,8°C

3.3 Diagnosa

a. Nyeri akut b.d agen pencedera fisik d.d kelainan skeletal skoliosis

b. Gangguan pola tidur b.d nyeri

3.4 Intervensi

No Diagnosa Tujuan Keperawatan dan Intervensi Keperawatan


Dx Keperawatan Kriteria Hasil
1. Nyeri akut b.d Setelah dilakukan tindakan Manajemen Nyeri (l 08238)
agen pencedera keperawatan selama 1x24 Observasi
fisik d.d kelainan jam, diharapkan tingkat nyeri 1. Identifikasi lokasi
skeletal skoliosis menurun dengan kriteria hasil: karakteristik, durasi,
1. Keluhan nyeri frekuensi, kualitas,
menurun (5) intensitas nyeri
2. Kesulitan nyeri 2. Identifikasi skala
menurun (5) nyeri
3. Pola tidur membaik (5) 3. identifikasi faktor
yang memperberat
dan memperingan
nyeri
4. monitor pengaruh
nyeri pada kualitas
hidup
Terapeutik :
5. Berikan teknik
nonfarmakologis
untuk mengurangi
rasa nyeri (mis.
TENS,
hipnosis,akupresur,
dll)
6. Kontrol lingkungan
yang memperberat
rasa nyeri (mis. suhu
ruangan,
pencahayaan,
kebisingan)
7. Fasilitasi istirahat
dan tidur
8. Pertimbangkan jenis
dan sumber nyeri
dalam pemilihan
strategi meredakan
nyeri
Edukasi :
9. Jelaskan penyebab,
periode, dan pemicu
nyeri
10. Jelaskan strategi
meredakan nyeri
11. Anjurkan memonitor
nyeri secara mandiri
12. Anjurkan
menggunakan
analgetik secara
tepat
13. Ajarkan teknik
nonfarmakologis
untuk mengurangi
rasa nyeri
Kolaborasi :
14. Kolaborasi
pemberian analgetik,
jika perlu

2. Gangguan pola Setelah dilakukan tindakan Dukungan Tidur (I.09265)


tidur b.d nyeri keperawatan selama 1x24 Observasi :
jam, diharapkan pola tidur 1. Identifikasi pola
membaik dengan kriteria aktivitas dan tidur
hasil: 2. Identifikasi faktor
pengganggu tidur
1. Keluhan sulit tidur
(fisik dan/atau
menurun (5) psikologis)
3. Identifikasi obat tidur
2. Keluhan sering terjaga
yang dikonsumsi
menurun (5)
Terapeutik :
3. Keluhan tidak puas 4. Modifikasi
tidur menurun (5) lingkungan (mis:

4. Keluhan istirahat tidak pencahayaan,

cukup menurun (5) kebisingan, suhu,


matras, dan tempat
tidur)
5. Batasi waktu tidur
siang, jika perlu
6. Fasilitasi
menghilangkan
stress sebelum tidur
7. Tetapkan jadwal
tidur rutin
8. Lakukan prosedur
untuk meningkatkan
kenyamanan (mis:
pijat, pengaturan
posisi, terapi
akupresur)
9. Sesuaikan jadwal
pemberian obat
dan/atau Tindakan
untuk menunjang
siklus tidur-terjaga
Edukasi :
10. Jelaskan pentingnya
tidur cukup selama
sakit
11. Anjurkan menepati
kebiasaan waktu
tidur
12. Ajarkan relaksasi
otot autogenic atau
cara nonfarmakologi
lainnya

3.5 Implementasi

No. Tanggal/Ja Tindakan Paraf


Dx m

1. 20 Maret
2023
08.00 1. Mengidentifikasi lokasi karakteristik, durasi,
frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
2. Mengidentifikasi skala nyeri
3. Mengidentifikasi faktor yang memperberat
dan memperingan nyeri
08.30 4. Memonitor pengaruh nyeri pada kualitas
hidup
09.00 5. Memberikan teknik nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri (mis. TENS,
hipnosis,akupresur, dll)
09.30
6. Mengontrol lingkungan yang memperberat
rasa nyeri (mis. suhu ruangan,
pencahayaan, kebisingan)

10.00 7. Memfasilitasi istirahat dan tidur


11.00 8. Mempertimbangkan jenis dan sumber nyeri
dalam pemilihan strategi meredakan
nyeri
11.30
9. Menjelaskan penyebab, periode, dan
pemicu nyeri

10. Menjelaskan strategi meredakan nyeri


12.00 11. Menganjurkan memonitor nyeri secara
mandiri

12. Menganjurkan menggunakan analgetik


secara tepat

12.30 13. Mengajarkan teknik nonfarmakologis untuk


mengurangi rasa nyeri

14. Berkolaborasi pemberian analgetik, jika


13.00
perlu

21 Maret
2023
1. Mengidentifikasi lokasi karakteristik, durasi,
08.00
frekuensi, kualitas, intensitas nyeri

2. Mengidentifikasi skala nyeri

3. Mengidentifikasi faktor yang memperberat


dan memperingan nyeri

4. Memonitor pengaruh nyeri pada kualitas


08.30
hidup

09.00 5. Memberikan teknik nonfarmakologis untuk


mengurangi rasa nyeri (mis. TENS,
hipnosis,akupresur, dll)
09.30
6. Mengontrol lingkungan yang memperberat
rasa nyeri (mis. suhu ruangan,
pencahayaan, kebisingan)

7. Memasilitasi istirahat dan tidur

10.00 8. Mempertimbangkan jenis dan sumber nyeri


11.00 dalam pemilihan strategi meredakan
nyeri

9. Menjelaskan penyebab, periode, dan


pemicu nyeri
11.30
10. Menjelaskan strategi meredakan nyeri

11. Menganjurkan memonitor nyeri secara


mandiri
12.00
12. Menganjurkan menggunakan analgetik
secara tepat

13. Mengajarkan teknik nonfarmakologis untuk


mengurangi rasa nyeri
12.30
14. Berkolaborasi pemberian analgetik, jika
perlu
13.00

22 Maret
2023

08.00
1. Mengidentifikasi lokasi karakteristik, durasi,
frekuensi, kualitas, intensitas nyeri

2. Mengidentifikasi skala nyeri

3. Mengidentifikasi faktor yang memperberat


dan memperingan nyeri
08.30
4. Memonitor pengaruh nyeri pada kualitas
hidup
09.00
5. Memberikan teknik nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri (mis. TENS,
09.30 hipnosis,akupresur, dll)

6. Mengontrol lingkungan yang memperberat


rasa nyeri (mis. suhu ruangan,
pencahayaan, kebisingan)

10.00 7. Memasilitasi istirahat dan tidur


11.00 8. Mempertimbangkan jenis dan sumber nyeri
dalam pemilihan strategi meredakan
nyeri

9. Menjelaskan penyebab, periode, dan


11.30
pemicu nyeri

10. Menjelaskan strategi meredakan nyeri

11. Menganjurkan memonitor nyeri secara


12.00
mandiri

12. Menganjurkan menggunakan analgetik


secara tepat

13. Mengajarkan teknik nonfarmakologis untuk


12.30
mengurangi rasa nyeri

13.00 14. Berkolaborasi pemberian analgetik, jika


perlu

2. 20 Maret
2023

08.00
1. Mengidentifikasi pola aktivitas dan tidur

2. Mengidentifikasi faktor pengganggu tidur


3. Mengidentifikasi obat tidur yang dikonsumsi

4. Memoodifikasi lingkungan

08.30 5. Membatasi waktu tidur siang

09.00 6. Memfasilitasi menghilangkan stress


sebelum tidur

7. Menetapkan jadwal tidur rutin

8. Melakukan prosedur untuk meningkatkan


09.30
kenyamanan
10.00
9. Menyesuaikan jadwal pemberian obat
dan/atau Tindakan untuk menunjang siklus
tidur-terjaga

11.00 10. Menjelaskan pentingnya tidur cukup selama


sakit

11. Menganjurkan menepati kebiasaan waktu


tidur
11.30
12. Mengajarkan relaksasi otot autogenic atau
cara nonfarmakologi lainnya

21 Maret
2023
08.00
1. Mengidentifikasi pola aktivitas dan tidur

2. Mengidentifikasi faktor pengganggu tidur

3. Mengidentifikasi obat tidur yang dikonsumsi

4. Memoodifikasi lingkungan
08.30
5. Membatasi waktu tidur siang
09.00 6. Memfasilitasi menghilangkan stress
sebelum tidur

7. Menetapkan jadwal tidur rutin

8. Melakukan prosedur untuk meningkatkan


09.30
kenyamanan
10.00
9. Menyesuaikan jadwal pemberian obat
dan/atau Tindakan untuk menunjang siklus
tidur-terjaga

11.00 10. Menjelaskan pentingnya tidur cukup selama


sakit

11. Menganjurkan menepati kebiasaan waktu


tidur
11.30
12. Mengajarkan relaksasi otot autogenic atau
cara nonfarmakologi lainnya

22 Maret
2023

08.00
1. Mengidentifikasi pola aktivitas dan tidur

2. Mengidentifikasi faktor pengganggu tidur

3. Mengidentifikasi obat tidur yang dikonsumsi

4. Memoodifikasi lingkungan
08.30
5. Membatasi waktu tidur siang
09.00
6. Memfasilitasi menghilangkan stress
sebelum tidur

7. Menetapkan jadwal tidur rutin


09.30 8. Melakukan prosedur untuk meningkatkan
kenyamanan

9. Menyesuaikan jadwal pemberian obat


10.00
dan/atau Tindakan untuk menunjang siklus
tidur-terjaga

10. Menjelaskan pentingnya tidur cukup selama

11.00 sakit

11. Menganjurkan menepati kebiasaan waktu


tidur

12. Mengajarkan relaksasi otot autogenic atau


11.30
cara nonfarmakologi lainnya

3.6 Evaluasi

No. Tanggal/Jam Evaluasi Paraf


Dx

1 20 Maret 2023 S : Klien mengatakan nyeri punggung saat tidur

O:
PQRST

P : nyeri semakin bertambah saat klien


menggerakkan punggungnya

Q:-

R : daerah punggung

S : skala nyeri 2
T : hilang timbul

TTV

Suhu : 36,8 C
RR : 22x/menit
N : 88x/menit

A : Masalah belum teratasi

P : Lanjutkan intervensi

21 Maret 2023 S : Klien mengatakan nyerinya berkurang sedikit


setelah minum obat

O:

PQRST

P : nyeri semakin bertambah saat klien


menggerakkan punggungnya

Q:-

R : daerah punggung

S : skala nyeri 1

T : hilang timbul

TTV

Suhu : 37,4 C

RR : 23x/menit

N : 89x/menit
A : Masalah teratasi sebagian

P : Lanjutkan intervensi

22 Maret 2023 S : Klien mengatakan punggung nya sudah tidak


terasa nyeri

O:

Skala nyeri 0

TTV

Suhu : 36,6 C

RR : 22x/menit

N : 86x/menit

A : Masalah sudah teratasi

P : Hentikan intervensi

2 20 Maret 2023 S : Klien mengatakan tidur tidak nyenyak dan


sering terbangun karena nyeri yang dirasakan
dan kliien mengatakan kurang tidur

O:
-Klien tampak mengantuk

-Klien tidur 5 jam sehari

-TTV

Nadi : 88x/mnt

RR : 22x/mnt

Suhu : 36,8°C

A : Masalah belum teratasi

P : Lanjutkan intervensi

21 Maret 2023 S : Klien mengatakan mulai bisa tidur sedikit lebih


nyenyak dibanding kemarin

O:
-Klien tidur 6 jam
-TTV
Suhu : 37,4 C

RR : 23x/menit

N : 89x/menit

A : Masalah teratasi sebagian

P : Lanjutkan intervensi
22 Maret 2023 S : Klien mengatakan tidurnya lebih nyenyak

O:

-Klien tampak lebih segar

-TTV

Suhu : 36,6 C

RR : 22x/menit

N : 86x/menit

A : Masalah teratasi

P : Hentikan intervensi
BAB IV
PEMBAHASAN

4.1 PENGKAJIAN
a. Mengkaji skelet tubuh
Adanya deformitas dan kesejajaran Penumbuhan tulang yang
abnormal akibat tumor tulang.Penicndekan ekstremitas amputasi dan bagian
tubuh yang tidak dalam kesejajaran anatomis.Angulasi abnomial pada tulang
panjang atau gerakan pada titik selain sendi biasanya menandakan adanya
patah tulang.

b.Mengkaji tulang belakang


Skoliosis (deviasi kurvatura lateral tulang belakang)

c. Mengkaji sistem persendian


Luas gerakan dievaluasi baik aktif maupun pasif. defonnitas. stabilitas.
dan adanya benjolan.adanya kekakuan sendi

d.Mengkaji system otot


Kemampuan mengubah posisi. kekuatan otot dan koordinasi dan
ukuran masing-masingotot.Lingkar ekstremitas untuk mementau adanya
edema atau atropt'l. nyeri otot.

e. Mengkaji cara berjalanya


Adanya gerakan yang tidak teratur dianggap tidak normal. Bila salah
satu ekstremitas lebih pendek dari yang lain, Berbagai kondisi neurologist
yang berhubungan dengan cara berjalan abnormal (miscam berjalan spastic
hemiparesis - stroke. cara berjalan selangkah-selangka penyakit lower motor
neuron. cara berjalan bergetar 7 penyakit Parkinson).
f. Mengkaji kulit dan sirkulasi perifer
Palpasi kulit dapat menunjukkan adanya suhu yanglebili panas atau lebih
dingin dari lainnya dan adanya odema.Sirkulasi perifer dievaluasi dengan
mengkaji denyut perifer. warna suhu dan waktu pengisian kapiler.

4.2 DIAGNOSA KEPERAWATAN


Berdasarkan hasil pengkajian hasil analisa data dari pasien dengan
data subjektif pertama : P : pasien mengatakan nyeri punggung saat tidur, Q :
- , R : daerah punggung, S : skala nyeri 2, T : hilang timbul, Suhu: 36,8c RR:
22x/mnt, N: 88x/mnt. Dari data tersebut maka dapat di tegakkan diagnosa
keperawatan nyeri akut b.d agen pencedera fisik d.d kelainan skeletal
skoliosis dibuktikan dengan pasien mengatakan nyeri punggung saat tidur.
Analisa data yang kedua, memperoleh data subjektif : pasien
mengatakan tidur tidak nyenyak dan sering terbangun karna nyeri yang
dirasakan, pasien merasakan kurang tidur. Data objektif : pasien tampak
ngantuk, pasien tidur 5 jam sehari, N: 88x/mnt, RR: 22x/mnt,Suhu: 36,8c. Dari
data tersebut maka dapat di tegakkan diagnosa keperawatan gangguan pola
tidur b.d nyeri

4.3 INTERVENSI
Intervensi atau perencanaan keperawatan adalah bagian dari fase
pengorganisasian dalam proses keperawatan yang meliputi tujuan perawatan,
penetapan pemecahan masalah, dan menentukan tujuan perencanaan untuk
mengatasi masalah. Perencanaan keperawatan terdiri atas luaran dan
intervensi (PPNI, 2018). Luaran (outcome) keperawatan merupakan aspek-
aspek yang dapat diobservasi dan diukur meliputi kondisi, perilaku, atau
persepsi pasien, keluarga atau komunitas sebagai respon terhadap
intervensi keperawatan. Luaran keperawatan menunjukkan status diagnosis
keperawatan setelah dilakukan intervensi keperawatan (PPNI, 2019).
Intervensi keperawatan adalah segala terapi yang dikerjakan oleh perawat
yang didasarkan pada pengetahuan dan penilaian klinis untuk mencapai
luaran yang diharapkan. Intervensi keperawatan terdiri dari intervensi utama
dan intervensi pendukung. Intervensi utama dari nyeri akut adalah
manajemen nyeri dan pemberian analgetik (PPNI, 2018).

DIAGNOSIS TUJUAN INTERVENSI


KEPERAWATAN
Nyeri akut Setelah dilakukan Manajemen nyeri
Observasi 1. Identifikasi
berhubungan Intervensi keperawatan
lokasi, karakteristik,
selama
dengan agen
durasi, frekuensi,
3x24 jam, diharapkan
pencedera fisik
kualitas, intensitas nyeri
tingkat nyeri
dibuktikan dengan
2. Identifikasi skala nyeri
menurun dengan
mengeluh nyeri,
3. Identifikasi faktor yang
kriteria hasil:
tampak meringis,
memperberat dan
a. Keluhan nyeri
bersikap protektif,
memperingan nyeri
menurun
gelisah, frekuensi nadi
4. Monitor keberhasilan
b. Meringis menurun
meningkat, sulit
terapi komplementer
c. Sikap protektif
tidur, tekanan darah
yang sudah diberikan
menurun
meningkat, pola
Terapeutik
d. Gelisah menurun
nafas berubah,
1. Berikan teknik
proses berfikir e. Kesulitan tidur
nonfarmakologi untuk
terganggu, menurun
mengurangi rasa nyeri
menarik diri, f. Menarik diri
Edukasi
menurun
berfokus pada diri sendiri, 1. Jelaskan penyebab,
g.Berfokus pada diri
diaforesis periode, dan pemicu nyeri
sendiri menurun
2. Ajarkan teknik
h. Diaforesis menurun
nonfarmakologi untuk
i. Frekuensi nadi
mengurangi rasa nyeri
membaik
Kolaborasi
j. Pola nafas membaik
1. Kolaborasi pemberian
k. Tekanan darah
analgetik, jika perlu
membaik l. Proses berfikir
Terapi akupresur
membaik m. Nafsu
Observasi
makan membaik
1. Periksa kontraindikasi
2. Periksa tingkat
kenyamanan psikologis
dengan sentuhan
Terapeutik
1. Tentukan titik
akupuntur, sesuai dengan
hasil yang dicapai. Titik
BL 20, BL 23, BL 25, dan
BL 40. 2. Tekan bagian
otot yang tegang hingga
rileks atau nyeri menurun,
sekitar 15-20 detik
Edukasi 1. Anjurkan
untuk rileks Ajarkan
keluarga atau orang
terdekat melakukan
akupresur secara mandiri

4.4 Implementasi keperawatan

Implementasi adalah tahapan mengaplikasikan rencana atau tindakan asuhan


keperawatan yang telah disusun berdasarkan diagnosis yang diangkat kedalam
bentuk intervensi keperawatan untuk membantu pasien dalam mencapai tujuan
yang telah ditetapkan.

4.5 Evaluasi keperawatan

Evaluasi merupakan kegiatan yang dilakukan untuk menilai keberhasilan


rencana tindakan yang telah dilaksanakan. Apabila hasil yang diharapkan belum
tercapai, intervensi yang sudah ditetapkan dapat dimodifikasi. Evaluasi dapat berupa
struktur, proses dan hasil evaluasi terdiri dari evaluasi formatif yaitu menghasilkan
umpan balik selama program berlangsung. Sedangkan evaluasi sumatif dilakukan
setelah program selesai dan mendapatkan informasi efektifitas pengambilan
keputusan. Evaluasi asuhan keperawatan di dokumentasikan dalam bentuk SOAP
(subjektif, objektif, assessment, planning) (Achjar, 2012).
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Skoliosis adalah kelengkungan tulang belakang yang abnormal ke arah samping,


yang dapat terjadi pada segmen servikal (leher), torakal (dada) maupun lumbal
(pinggang).Skolisis merupakan penyakit tulang belakang yang menjadi bengkok ke
samping kiri atau kanan sehingga wujudnya merupakan bengkok benjolan yang
dapat dilihat dengan jelas dari arah belakang.Penyakit ini juga sulit untuk dikenali
kecuali setelah penderita meningkat menjadi dewasa (Mion, Rosmawati, 2007).
Dari data yang disajikan, kemudian data dibahas dan dibandingkan dengan
hasil-hasil penelitian terdahulu dan secara teoritis dengan perilaku
kesehatan.Penarikan kesimpulan dilakukan dengan metode induksi.Data yang
dikumpulkan terkait dengan data pengkajian, diagnosis, perencanaan, tindakan, dan
evaluasi.

5.2 Saran

1. Pelayan kesehatan

Dapat dijadikan bahan masukan bagi perawat di rumah sakit dalam melakukan
tindakan asuhan keperawatan dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan
yang baik

2. Bagi Dosen (Institusi Pendidikan)

Sebagai bahan ajar tambahan untuk mahasiswa tentang Asuhan Keperawatan


pada klien scoliosis

3. Bagi keluarga dan pasien

Menambah pengetahuan tentang scoliosis

4. Penulis

Penulis dapat memberikan asuhan keperawatan kepada klien secara maksimal


sesuai peraturan dan etika yang berlaku
DAFTAR PUSTAKA

Adillani, M. 2015. Pengaruh Pemberian Terapi Latihan Metode Schroth


Terhadap Skoliosis Pada Usia 10-12 Tahun Di Sekolah Dasar Negeri 1 Blulukan.
Skripsi. Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Arvianti, K. 2009. Hubungan Pengetahuan dan Sikap Dengan Gaya Hidup
Sehat Mahasiswa S1 Peminatan Promosi Kesehatan Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Indonesia 2009. Skripsi. Jakarta: Universitas Indonesia.
Hong, Y., Fong, D., & Li, J. 2011. The Effect Of School Bag Design And Load
On Spinal Posture During Stair Use By Children. Journal Ergonomics. 54 (12),
pp.1207-1213.
Chansirinukor, W., Wilson, D., Grimmer, K., & Dansie, B. 2001. Effects Of
Backpacks On Students Measurement Of Cervical And Shoulder Posture.
Australian Journal of Physiotherapy. 47: 110-116.
Jamaludin. 2006. Pertumbuhan Tulang Tidak Normal. Medan. Kevin, L. 2013.
Pembedahan Skoliosis Lengkap. Cetakan Pertama. Amerika Serikat.
Li, JX., Hong, Y., & Robinson, PD. 2003. The Effect Of Load Carriage On
Movement Kinematics And Respiratory Parameters In Children During Walking.
Eur J Appl Physiol. Sep;90(1-2):35-43. Martha, M. 2011. Biomekanik Vertebra.
http://simpelsampel.blogspot.co.id/. Diakses pada 13 Desember 2016.
Matlabi, H., Behtash, HH., Rasouli., & Osmani, N. 2014. Caring Heavy
Backpacks And Handbags Amongst Elementary Students : Causes And
Solutions. Science Journal Of Public Health. 2(4): 305-308.
Mitova, S., Popova, D., & Gramatikova, M. 2014. Postural Disorders And
Spinal Deformities In Children At Primary School Age. System For Screening,
Examination, Prevention And Treatment. Activities in Physical Education and
Sport. Vol. 4, No. 2: 172-177.
Mitova, S. 2015. Frequency And Prevalence Of Postural Disorders And
Spinal Deformities In Children Of Primary School Age. Research in Kinesiology.
Vol. 43, No. 1: 21-24.

Anda mungkin juga menyukai