LAPORAN PENDAHULUAN
SCOLIOSIS
OLEH:
KELOMPOK IV
MANDALA WALUYA
KENDARI
2018
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNYA sehingga
makalah ini dapat tersusun hingga selesai . Tidak lupa saya juga mengucapkan banyak
terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan
sumbangan baik materi maupun pikirannya.
Dan harapan saya semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun
menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.
PENULIS
LAPORAN PENDAHULUAN
SCOLIOSIS
A. Definisi
Skoliosis adalah suatu kelainan bentuk pada tulang belakang dimana terjadi
pembengkokan tulang belakang ke arah samping kiri atau kanan.Kelainan skoliosis ini
sepintas terlihat sangat sederhana.Namun apabila diamati lebih jauh sesungguhnya terjadi
perubahan yang luar biasa pada tulang belakang akibat perubahan bentuk tulang
belakang secara tiga dimensi, yaitu perubahan sturktur penyokong tulang belakang seperti
jaringan lunak sekitarnya dan struktur lainnya. Skoliosis ini biasanya membentuk kurva
“C” atau kurva “S”.
Skoliosis berasal dari kata Yunani yang berarti lengkungan, mengandung arti kondisi
patologik.
Skoliosis merupakan masalah ortopedik yang sering terjadi adalah pelengkungan
lateral dari medulla spinalis yang dapat terjadi di sepanjang spinal tersebut. Pelengkungan
pada area toraks merupakan scoliosis yang paling sering terjadi, meskipun pelengkungan
pada area servikal dan area lumbal adalah scoliosis yang paling parah.
Kesimpulan, skoliosis mengandung arti kondisi patologik yaitu kelengkungan tulang
belakang yang abnormal ke arah samping (kiri atau kanan).
B. Klasifikasi
Skoliosis dibagi dalam dua jenis yaitu struktural dan bukan struktural.
1) Skoliosis struktural
Skoliosis tipe ini bersifat irreversibel ( tidak dapat di perbaiki ) dan dengan rotasi dari
tulang punggung Komponen penting dari deformitas itu adalah rotasi vertebra, processus
spinosus memutar kearah konkavitas kurva.
1. Skosiliosis Idiopatik. adalah bentuk yang paling umum terjadi dan diklasifikasikan
menjadi 3 kelompok :
a. Infantile : dari lahir-3 tahun.
b. Anak-anak : 3 tahun – 10 tahun.
c. Remaja : Muncul setelah usia 10 tahun ( usia yangpaling umum ).
2. Skoliosis Kongenital adalah skoliosis yang menyebabkan malformasi satu atau
lebih badan vertebra.
3. Skoliosis Neuromuskuler, anak yang menderita penyakit neuromuskuler (seperti
paralisis otak, spina bifida, atau distrofi muskuler) yang secara langsung
menyebabkan deformitas.
Skoliosis tipe ini bersifat reversibel (dapat dikembalikan ke bentuk semula), dan tanpa
perputaran (rotasi) dari tulang punggung..Pada skoliosis postural, deformitas bersifat
sekunder atau sebagai kompensasi terhadap beberapa keadaan diluar tulang belakang,
misalnya dengan kaki yang pendek, atau kemiringan pelvis akibat kontraktur pinggul, bila
pasien duduk atau dalam keadaan fleksi maka kurva tersebut menghilang.
1. Functional: Pada tipe scoliosis ini, spine adalah normal, namun suatu lekukan
abnormal berkembang karena suatu persoalan ditempat lain didalam tubuh. Ini
dapat disebabkan oleh satu kaki adalah lebih pendek daripada yang lainnya atau
oleh kekejangan-kekejangan di punggung.
2. Neuromuscular: Pada tipe scoliosis ini, ada suatu persoalan ketika tulang-tulang
dari spine terbentuk. Baik tulang-tulang dari spine gagal untuk membentuk
sepenuhnya, atau mereka gagal untuk berpisah satu dari lainnya.Tipe scoliosis ini
berkembang pada orang-orang dengan kelainn-kelainan lain termasuk kerusakan-
kerusakan kelahiran, penyakit otot (muscular dystrophy), cerebral palsy, atau
penyakit Marfan. Jika lekukan hadir waktu dilahirkan, ia disebut congenital. Tipe
scoliosis ini seringkali adalah jauh lebih parah dan memerlukan perawatan yang
lebih agresif daripada bentuk-bentuk lain dari scoliosis.
3. Degenerative: Tidak seperti bentuk-bentuk lain dari scoliosis yang ditemukan pada
anak-anak dan remaja-remaja, degenerative scoliosis terjadi pada dewasa-dewasa
yang lebih tua. Ia disebabkan oleh perubahan-perubahan pada spine yang
disebabkan oleh arthritis. Kelemahan dari ligamen-ligamen dan jaringan-jaringan
lunak lain yang normal dari spine digabungkan dengan spur-spur tulang yang
abnormal dapat menjurus pada suatu lekukan dari spine yang abnormal.
4. Lain-Lain: Ada penyebab-penyebab potensial lain dari scoliosis, termasuk tumor-
tumor spine seperti osteoid osteoma. Ini adalah tumor jinak yang dapat terjadi pada
spine dan menyebabkan nyeri/sakit.Nyeri menyebabkan orang-orang untuk
bersandar pada sisi yang berlawanan untuk mengurangi jumlah dari tekanan yang
diterapkan pada tumor.Ini dapat menjurus pada suatu kelainan bentuk spine.
C. Etiologi
Penyebab terjadinya skoliosis belum diketahui secara pasti, tapi dapat diduga
dipengaruhi oleh diantaranya kondisi osteopatik, seperti fraktur, penyakit tulang, penyakit
arthritis, dan infeksi.Scoliosis tidak hanya disebabkan oleh sikap duduk yang salah..
Menurut penelitian di Amerika Serikat, memanggul beban yang berat seperti tas punggung,
bisa menjadi salah satu pemicu scoliosis.
Terdapat 3 penyebab umum dari skoliosis:
1. Kongenital (bawaan), biasanya berhubungan dengan suatu kelainan dalam
pembentukan tulang belakang atau tulang rusuk yang menyatuh.
2. Neuromuskuler, pengendalian otot yang buruk atau kelemahan otot atau
kelumpuhan akibat penyakit berikut :Cerebral palsy, Distrofi otot, Polio,
Osteoporosis juvenile.
3. Idiopatik, penyebabnya tidak diketahui.
D. Gejala Klinis
Gejala yang ditimbulkan berupa:
1. Tulang belakang melengkung secara abnormal ke arah samping
2. Bahu dan atau pinggul kiri dan kanan tidak sama tingginya
3. Nyeri punggung
4. Kelelahan pada tulang belakang setelah duduk atau berdiri lama
5. Skoliosis yang berat (dengan kelengkungan yang lebih besar dari 60 ) bisa
menyebabkan gangguan pernafasan.
Kebanyakan pada punggung bagian atas, tulang belakang membengkok ke kanan
dan pada punggung bagian bawah, tulang belakang membengkok ke kiri; sehingga bahu
kanan lebih tinggi dari bahu kiri.Pinggul kanan juga mungkin lebih tinggi dari pinggul kiri.
Awalnya penderita mungkin tidak menyadari atau merasakan sakit pada tubuhnya karena
memang skoliosis tidak selalu memberikan gejala–gejala yang mudah dikenali.Jika ada
pun, gejala tersebut tidak terlalu dianggap serius karena kebanyakan mereka hanya
merasakan pegal–pegal di daerah punggung dan pinggang mereka saja.
Menurut Dr Siow dalam artikel yang ditulis oleh Norlaila H. Jamaluddin (Jamaluddin,
2007), skoliosis tidak menunjukkan gejala awal.Kesannya hanya dapat dilihat apabila
tulang belakang mulai bengkok.Jika keadaan bertambah buruk, skoliosis menyebabkan
tulang rusuk tertonjol keluar dan penderita mungkin mengalami masalah sakit belakang
serta sukar bernafas.
Dalam kebanyakan kondisi, skoliosis hanya diberi perhatian apabila penderita mulai
menitik beratkan soal penampilan diri.Walaupun skoliosis tidak mendatangkan rasa sakit,
rata-rata penderita merasa malu dan rendah diri.
Skoliosis pada masyarakat indonesia dapat dijumpai mulai dari derajat yang sangat ringan
sampai pada derajat yang sangat berat.
Derajat pembengkokan biasanya diukur dengan cara Cobb dan disebut sudut Cobb. Dari
besarnya sudut skoliosis dapat dibagi menjadi (Kawiyana dalam Soetjiningsih, 2004) :
1. Skoliosis ringan : sudut Cobb kurang dari 20 derajat
2. Skoliosis sedang : sudut Cobb antara 21 – 40 derajat
3. Skoliosis berat : sudut Cobb lebih dari 41 derajat
Pada skoliosis derajat berat (lebih dari 40 derajat), hanya dapat diluruskan melalui operasi.
E. Patofisiologi
Kelainan bentuk tulang punggung yang disebut skoliosis ini berawal dari adanya
syaraf yang lemah atau bahkan lumpuh yang menarik ruas2 tulang belakang. Tarikan ini
berfungsi untuk menjaga ruas tulang belakang berada pada garis yangnormal yang
bentuknya seperti penggaris atau lurus. Tetapi karena suatu hal, diantaranya kebiasaan
duduk yang miring, membuat sebagian syaraf yang bekerja menjadi lemah. Bila ini terus
berulang menjadi kebiasaan, maka syaraf itu bahkan akan mati. Ini berakibat pada
ketidakseimbangan tarikan pada ruas tulang belakang. Oleh karena itu, tulang belakang
penderita bengkok atau seperti huruf S atau huruf.
F. Komplikasi
Walaupun skoliosis tidak mendatangkan rasa sakit, penderita perlu dirawat seawal
mungkin. Tanpa perawatan, tulang belakang menjadi semakin bengkok dan menimbulkan
berbagai komplikasi seperti :
1. Kerusakan paru-paru dan jantung.
Ini boleh berlaku jika tulang belakang membengkok melebihi 60 derajat. Tulang
rusuk akan menekan paru-paru dan jantung, menyebabkan penderita sukar bernafas dan
cepat capai. Justru, jantung juga akan mengalami kesukaran memompa darah. Dalam
keadaan ini, penderita lebih mudah mengalami penyakit paru-paru dan pneumonia.
2. Sakit tulang belakang.
Semua penderita, baik dewasa atau kanak-kanak, berisiko tinggi mengalami
masalah sakit tulang belakang kronik. Jika tidak dirawat, penderita mungkin akan
menghidap masalah sakit sendi. Tulang belakang juga mengalami lebih banyak masalah
apabila penderita berumur 50 atau 60 tahun.
G. Prognosis
Prognosis tergantung kepada penyebab, lokasi dan beratnya kelengkungan.Semakin
besar kelengkungan skoliosis, semakin tinggi resiko terjadinya progresivitas sesudah masa
pertumbuhan anak berlalu. Skoliosis ringan yang hanya diatasi dengan brace memiliki
prognosis yang baik dan cenderung tidak menimbulkan masalah jangka panjang selain
kemungkinan timbulnya sakit punggung pada saat usia penderita semakin bertambah.
Penderita skoliosis idiopatik yang menjalani pembedahan juga memiliki prognosis
yang baik dan bisa hidup secara aktif dan sehat. Penderita skoliosis neuromuskuler selalu
memiliki penyakit lainnya yang serius (misalnya cerebral palsy atau distrofi otot).Karena
itu tujuan dari pembedahan biasanya adalah memungkinkan anak bisa duduk tegak pada
kursi roda. Bayi yang menderita skoliosis kongenital memiliki sejumlah kelainan bentuk
yang mendasarinya, sehingga penanganannyapun tidak mudah dan perlu dilakukan
beberapa kali pembedahan.
H. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan dasar yang penting adalah foto polos (roentgen) tulang punggung yang
meliputi :
a. Foto AP dan lateral ada posisi berdiri : foto ini bertujuan untuk menentukan derajat
pembengkokan skoliosis
b. Foto AP telungkup
c. Foto force bending R and L : foto ini bertujuan untuk menentukan derajat
pembengkokan setelah dilakukan bending
d. Foto pelvik AP
Pada keadaan tertentu seperti adanya defisit neurologis, kekakuan pada leher, atau
sakit kepala
e. Dapat dilakukan pemeriksaan MRI
I. Pengobatan
Pengobatan yang dilakukan tergantung kepada penyebab, derajat, dan lokasi
kelengkungan serta stadium pertumbuhan tulang. Jika kelengkungan kurang dari 20
derajat, biasanya tidak perlu pengobatan, tetapi penderita harus menjalani pemeriksaan
secara teratur setiap 6 bulan.
Pada anak- anak yang masih tumbuh, kelengkungan biasanya bertambah sampai
25-30, karena itu biasanya dianjurkan untuk menggunakan brace (alat penyangga) untuk
memperlambat progresivitas kelengkungan vertebra. Brace dari Milwaukee & Boston
efektif dalam mengendalikan progresivitas skoliosis, tetapi harus dipasang selama 23
jam/hari sampai masa pertumbuhan anak berhenti.
Brace tidak efektif digunakan pada skoliosis kongenital maupun neuromuskular. Jika
kelengkungan mencapai 40 atau lebih, biasanya dilakukan pembedahan.
Pada pembedahan dilakukan perbaikan kelengkungan dan peleburan tulang-tulang.
Tulang dipertahankan pada tempatnya dengan bantuan 1-2 alat logam yang terpasang
sampai tulang pulih (kurang dari 20 tahun). Sesudah dilakukan pembedahan mungkin perlu
dipasang Brace untuk menstabilkan tulang belakang. Kadang diberikan perangsangan
elektrospinal, dimana otot vertebra dirangsang dengan arus listrik rendah untuk
meluruskan vertebra.
ASUHAN KEPERAWATAN
PADA PASIEN SKOLIOSIS
Kasus
An. S (perempuan) 10 tahun, berat badan 30 kg diruang perawatan umum dirumah sakit
pemerintah. Klien dirawat dengan keluhan kelelahan pada tulang belakang setelah duduk
atau berdiri lama. Seorang perawat melakukan anamnesa, didapatkan hasil sebagai berikut:
keluarga klien mengatakan anaknya mengalami kondisi ini sejak kecil. Hasil observasi
terlihat bahu dan pinggul kiri dan kanan tidak sama tingginya. Dan terkadang merasakan
nyeri punggung. Klien mengatakan terkadang malu bergaul dengan teman-teman karena
kondisinya. Hasil rontgen tulang belakang menunjukan tulang belakang melengkung
secara abnormal kearah samping sebesar 45%. Klien direncanakan untuk dilakukan
tindakan pembedahan. Klien dan keluarga bertanya kenapa bisa terkena penyakit ini.
Diagnosa medis klien adalah skoliosis, perawat dan dokter serta para medik lainnya yang
terkait melakukan perawatan secara terintegrasi untuk menghindari atau mengurangi resiko
komplikasi lebih lanjut.
A. PENGKAJIAN
Ruang: anggrek 2
1. IDENTITAS
a. Biodata Klien
Nama : An. S
Jenis kelamin : Perempuan
Umur : 10 Tahun
Agama : Islam
Suku/Bangsa : Jawa Indonesia
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Pelajar
Alamat : Kendari
b. Penanggung Jawab
Nama : Tn. D
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur :30 Tahun
Agama : Islam
Suku/Bangsa : Jawa Indonesia
Pendidikan : Sarjana
Pekerjaan : PNS
Alamat : Kendari
2. Riwayat Kesehatan
1. Keluhan utama.
Klien dirawat dengan keluhan kelelahan pada tulang belakang setelah
duduk atau berdiri lama.
2. Riwayat penyakit sekarang.
Hasil observasi terlihat bahu dan pinggul kiri dan kanan tidak sama
tingginya. Dan terkadang merasakan nyeri punggung.
3. Riwayat penyakit dahulu : -
4. Riwayat penyakit keluarga : -
5. Riwayat psikososial : -
3. Pemeriksaan Penunjang
Hasil rontgen tulang belakang menunjukan tulang belakang melengkung secara
abnormal kearah samping sebesar 45%
DATA FOKUS
Data Subjektif Data Objektif
1. -Klien mengatakan kelelahan pada tulang - -Bahu dan pinggul kiri dan kanan klien
belakang setelah duduk atau berdiri lama terlihat tidak sama tingginya
2. - Keluarga klien mengatakan anaknya - -Hasil rontgen tulang belakang menunjukan
mengalami kondisi ini sejak kecil tulang belakang melengkung secara
3. - Klien mengatakan terkadang merasakan abnormal kearah samping sebesar 45%
nyeri punggung -Data Tambahan:
4. - Klien mengatakan terkadang malu bergaul- P: klien mengatakan nyeritimbul setelah
dengan teman-teman karena kondisinya melakukan aktivitas/gerakan
5. -Keluarga klien mengatakan kenapa bisa Q: klien mengatakan nyerinya seperti
terkena penyakit ini tertusuk-tusuk
R: klien mengatakan nyerinya menyebar
sampai ke lutut
S: klien mengatakan skala nyeri klien 5
T: klien mengatakan timbul nyeri pada
malam hari.
- - Klien terlihat sulit untuk melakukan
aktivitas
- -Klien terlihat dibantu saat melakukan
aktivitas
- -Klien terlihat minder saat bermain dengan
teman-temannya
- -Klien terlihat malu saat berbicara dengan
teman-temannya
- -Keluarga klien terlihat bingung saat
diberikan pertanyaan oleh perawat
ANALISA DATA
NO Data Masalah Etiologi
1 DS: Nyeri Posisi tubuh miring ke
- Klien mengatakan merasakan nyeri lateral
pada punggung
DO:
- P: klien mengatakan nyeri timbul
setelah melakukan
aktivitas/gerakan
Q: klien mengatakan nyerinya
seperti tertusuk-tusuk
R: klien mengatakan nyerinya
menyebar sampai ke lutut
S: klien mengatakan skala nyeri
klien 5
T: klien mengatakan timbul nyeri
pada malam hari
2 DS: Gangguan mobilitas Postur tubuh yang tidak
- Klien mengatakan kelelahan pada fisik seimbang.
tulang belakang setelah duduk atau
berdiri lama
DO:
- - Klien terlihat sulit untuk
melakukan aktivitas
- -Klien terlihat dibantu saat
melakukan aktivitas
- -Bahu dan pinggul kiri dan kanan
klien terlihat tidak sama tingginya
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
No Diagnosa Paraf
1. Nyeri b.d Posisi tubuh miring ke lateral
2. Gangguan mobilitas fisik b.d postur tubuh yang tidak seimbang.
3. Gangguan citra tubuh atau konsep diri b.d postur tubuh yang miring ke
lateral
4. Kurang pengetahuan b.d kurang informasi tentang penyakitnya
C. INTERVENSI
No DIAGNO Tujuan dan KH Intervensi Rasional
SA
D. IMPLEMENTASI
Hari/tgl Diagnosa Implementasi Paraf
Jam
Nyeri b.d Posisi tubuh Mandiri:
miring ke lateral - Mengkaji riwayat nyeri pasien
-Memberikan lingkungan yang nyaman pada
pasien
-Mengajarkan pasien manajemen nyeri
dengan metode distraksi dan relaksasi nafas
dalam.
-
Kolaborasi:
Memberikan obat analgesik untuk
mengurangi rasa nyeri pasien sesuai dengan
resep dokter.
Bare, S. C. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 Volume 1. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran: EGC