Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN PENDAHULUAN

SKOLIOSIS PADA LANSIA

A. Definisi Skolioisis
Skoliosis adalah kelainan pada rangka tubuh yang berupa kelengkungan
tulang belakang. Sebanyak 75-85% kasus skoliosis merupakan idiofatik, yaitu
kelainan yang tidak diketahui penyebabnya.
Skoliosis adalah kondisi kelainan pada tulang belakang yang tingkat
keparahannya bisa berbeda-beda dan memicu berbagai keluhan. Data dari World
Health Organization (WHO) memperlihatkan bahwa 3 persen warga di dunia rentan
terkena penyakit skoliosis, sedangkan di Indonesia angkanya sekitar 3 sampai 5
persen.
Skoliosis adalah Penyakit yang menyerang tulang punggung belakang,
hal ini disebabkan karena kondisi tulang belakang kita mungkin melengkung ke
samping sehingga menjadi tidak normal. Jika ini terjadi maka penderitanya akan
merasa sangat sakit dan bukan hanya bisa menimbulkan rasa sakit saja, Skoliosis juga
bisa membuat tulang punggung belakang Anda menjadi lemah

B. Etiologi
Sebagian besar kasus skoliosis tidak ditemukan penyebabnya (idiopatik). Namun,
terdapat beberapa kondisi yang dapat memicu terjadinya skoliosis, yaitu:
1. Cedera tulang belakang.
2. Infeksi tulang belakang.
3. Bantalan dan sendi tulang belakang yang mulai aus akibat usia (skoliosis
degeneratif).
4. Bawaan lahir (skoliosis kongenital).
5. Gangguan saraf dan otot (skoliosis neuromuskular), misalnya penyakit distrofi
otot atau cerebral palsy.
C. Tanda Gejala
Tanda gejala yang timbul antara lain:
1. Tubuh penderita skoliosis condong ke satu sisi

2. Salah satu bahu lebih tinggi


3. Salah satu tulang belikat tampak lebih menonjol
4. Tinggi pinggang tidak rata
5. Nyeri punggung
6. Kelelahan pada tulang belakang setelah duduk atau berdiri lama

Lengkungan yang parah dapat menimbulkan rasa tidak nyaman pada


punggung. Tulang belakang juga dapat berputar sehingga lengkungan bertambah
parah dan salah satu tulang iga tampak menonjol dibanding sisi lainnya. Ketika
kondisinya makin parah, skoliosis dapat menyebabkan gangguan pernapasan.

D. Patofisiologi
Skoliosis dapat terjadi hanya pada daerah tulang spinalis termasuk rongga
tulang spinal. Lengkungan dsapat berbentuk S atau C. Derajat lengkungan penting
untuk di ketahui karena hal dapat menentukan jumlah tulang rusuk yang mengalami
pergeseran. Pada tingkat rootasi lengkungan yang cukup besar mungkin dapat
menekan dan menimbulkan keterbatasan pada organ penting yaitu paru-paru dan
jantung.
Aspek paling penting terjadinya deformitas adalah progresivitas pertumbuhan
tulang. Dengan terjadinya pembengkokan tulang vertebra ke arah lateraldi sertai
dengan rotasi tulang belakang. Maka akan diikutio dengan perkembangan sekunder
pada tulang vertebra dan iga. Oleh karena adanya gangguan pertumbuhan yang
bersifat progresif, di samping terjadi perubahan pada vertebra, juga terdapt
perubaahan pada tulang iga. Dimana bertambahnya kurva yang menyebabkan
deformitasi tulang iga semakin jelas.
Pada kanalis spinalis terjadi pendorongan dan penyempitan kanalis spinalis
oleh karena terjadinya penebalan dan pemendekan lamina pada sisi konkaf.
Kesimbangan lengkungan juga penting karena mempengaruhi stabilitas dadi tulang
belakang dan pergerakan panggul.
E. Pemeriksaan Penunjang
Pada pemeriksaan fisik penderita biasanya diminta untuk membungkuk ke
depan sehingga pemeriksa dapat menentukan kelengkungan yang terjadi. Pemeriksaan
neurologis (saraf) dilakukan untuk menilai kekuatan, sensasi atau refleks.
Pemeriksaan lainnya yang biasa dilakukan:
a. Skoliometer.
Skoliometer adalah sebuah alat untuk mengukur sudut kurvaturai. Cara
pengukuran dengan skoliometer dilakukan pada pasien dengan posisi
membungkuk, kemudian atur posisi pasien karena posisi ini akan berubah-
ubah tergantung pada lokasi kurvatura, sebagai contoh kurva dibawah
vertebra lumbal akan membutuhkan posisi membungkuk lebih jauh dibanding
kurva pada thorakal. Kemudian letakkan skoliometer pada apeks kurva,
biarkan skoliometer tanpa ditekan, kemudian baca angka derajat kurva.
b. Rontgen Tulang Belakang
X-Ray Proyeksi Foto polos : Harus diambil dengan posterior dan lateral
penuh terhadap tulang belakang dan krista iliaka dengan posisi tegak, untuk
menilai derajat kurva dengan metode Cobb dan menilai maturitas skeletal
dengan metode Risser. Kurva structural akan memperlihatkan rotasi vertebra ;
pada proyeksi posterior-anterior, vertebra yang mengarah ke puncak prosessus
spinosus menyimpang kegaris tengah; ujung atas dan bawah kurva
diidentifikasi sewaktu tingkat simetri vertebra diperoleh kembali
c. MRI (jika ditemukan kelainan saraf atau kelainan pada rontgen).
F. Penatalaksanaan
Adapun pilihan terapi yang dapat dipilih, dikenal sebagai “The three O’s”
adalah :
a. Observasi
Pemantauan dilakukan jika derajat skoliosis tidak begitu berat, yaitu <25 pada
tulang yang masih tumbuh atau <50 pada tulang yang sudah berhenti
pertumbuhannya. Rata-rata tulang berhenti tumbuh pada saar usia 19 tahun.
Pada pemantauan ini, dilakukan kontrol foto polos tulang punggung pada waktu-
waktu tertentu. Foto kontrol pertama dilakukan 3 bulan setelah kunjungan
pertama ke dokter. Lalu sekitar 6-9 bulan berikutnya bagi yang derajat <20 dan 4-
6 bulan bagi yang derajatnya >20.
b. Orthosis
Orthosis dalam hal ini adalah pemakaian alat penyangga yang dikenal dengan
nama brace. Biasanya indikasi pemakaian alat ini adalah :
1) Pada kunjungan pertama, ditemukan derajat pembengkokan sekitar 25
2) Terdapat progresifitas peningkatan derajat sebanyak 25
Jenis dari alat orthosis ini antara lain :
a) Milwaukee
b) Boston
c) Charleston bending brace
c. Operasi
Untuk kasus skoliosis yang parah, dokter ortopedi dapat melakukan operasi.
Operasi yang bisa dilakukan berupa:
- Operasi penggabungan tulang
Dalam operasi ini, dua atau beberapa ruas tulang belakang disatukan
sehingga membentuk satu tulang.
- Operasi laminektomi
Dalam operasi laminektomi, sebagian dari tulang belakang yang
melengkung diangkat untuk menghilangkan tekanan pada saraf.
- Operasi disektomi
Operasi ini mengangkat salah satu bantalan atau cakram pada tulang
belakang guna mengurangi tekanan pada saraf.
Operasi yang sering dilakukan pada banyak kasus skoliosis adalah
kombinasi dari teknik-teknik operasi di atas. Operasi tulang
belakang sendiri juga berisiko menimbulkan komplikasi, berupa infeksi
atau terbentuknya gumpalan darah.

d. Terapi Skiliosis pada orang dewasa


Untuk penderita dewasa, di mana skoliosis sering menimbulkan keluhan nyeri
punggung, terapi yang dilakukan dokter dapat berupa:
- Pemberian obat pereda nyeri
Untuk meredakan peradangan dan nyeri, dokter akan memberikan obat
antiinflamasi nonsteroid, seperti ibuprofen.
- Suntik kortikosteroid di rongga tulang belakang
Suntikan kortikosteroid diberikan jika penderita mengalami tekanan
pada saraf tulang belakang, sehingga menimbulkan rasa nyeri, kaku,
atau kesemutan. Suntikan ini hanya bekerja dalam jangka waktu yang
pendek, yaitu sekitar beberapa minggu atau beberapa bulan.
d. Latihan
Lakukan hal ini jika rasa sakit datang:
 Berbaring dengan posisi punggung lurus
 Berbaring dengan salah satu posisi tubuh
 Lakukan senam tubuh
G. Komplikasi
1. Gangguan jantung dan paru-paru
Kondisi ini dapat terjadi ketika tulang iga menekan jantung dan paru-paru.
2. Nyeri punggung kronis
Kondisi ini biasanya dialami oleh penderita skoliosis dewasa.
3. Mengganggu penampilan
Saat kondisi skoliosis memburuk, penampilan akan terganggu, misalnya posisi
bahu atau pinggul tidak simetris, tulang iga menonjol, serta posisi pinggang dan
batang tubuh bergeser.
4. Kerusakan saraf tulang belakang
Kelainan bentuk tulang belakang pada skoliosis dapat menekan saraf tulang
belakang, sehingga menimbulkan kerusakan. Kerusakan saraf tulang belakang ini
dapat menimbulkan berbagai gangguan, seperti impotensi, inkontinensia urine,
inkontinesia tinja, kesemutan, atau kelemahan pada tungkai.

H. Diagnosa Keperawatan yang Muncul


1. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan penekanan paru
2. Nyeri punggung berhubungan dengan posisi tubuh miring ke lateral
3. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan postur tubuh yang tidak seimbang
4. Gangguan citra tubuh atau konsep diri yang berhubungan dengan postur tubuh
yang miring kelateral
DAFTAR PUSTAKA

Arif Muttaqin.(2008). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Sistem


Muskuloskeletal. Jakarta : EGC
Bialek M. (2011). Conservative treatment of idiopathic scoliosis according to FITS concept:
presentation of the method and preliminary, short term radiological and
clinical results based on SOSORT and SRS criteria. Scoliosis Journal. 6. 25:
28 November 2011: 1-19
Harjono J. (2012). Skoliosis. Temu Ilmiah Tahunan Fisioterapi XX. Cirebon.
Pugacheva N. 2012. Corrective Exercise In Multimodality Therapy Of
Idiopathic Scoliosis In Children-Analisys Of Six Week Efficiency-Pilot
Study. Chirdren’s rehabilitation center of orthopedics and traumatology
“ogonyok” saint petersburg. 71. 176: 2012: 365.
Patias. et al. (2012). A review of the trunk surface metrics used as Scoliosis and other
deformities evaluation indices. Scoliosis Jurnal. 5. 12: 29 Juni 2010: 1-20

Anda mungkin juga menyukai