Anda di halaman 1dari 67

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Masyarakat adalah sekumpulan individu-individu yang hidup
bersama, bekerja sama untuk memperoleh kepentingan bersama yang telah
memiliki tatanan kehidupan, norma-norma dan adat istiadat yang ditaati dalam
lingkungannya. Manusia sebagai suatu sistem sosial menunjukkan bahwa
semua orang bersatu untuk saling melindungi dalam kepentingan bersama dan
berfungsi sebagai satu kesatuan dan secara terus menerus mengadakan
hubungan (interaksi) kepada sistem yang lebih besar dengan demikian apabila
terdapat masalah kesehatan dalam suatu masyarakat akan saling
mempengaruhi dan dapat menurunkan derajat kesehatan nasional.
Pembahasan mengenai kesehatan tentunya tidak terlepas dari definisi
klasik WHO tentang kesehatan, yaitu keadaan sempurna baik fisik, mental,
dan sosial serta tidak sedang menderita sakit atau kelemahan. WHO
memasukkan istilah sosial, karena sosial berarti hidup bersama dalam
kelompok dengan situasi yang saling membutuhkan satu dengan yang lain
(Efendi F & Makhfudli, 2012).
Dalam rangka mewujudkan kesehatan masyarakat yang optimal
maka dibutuhkan perawatan kesehatan masyarakat, dimana perawatan
kesehatan masyarakat itu sendiri adalah bidang keperawatan yang merupakan
perpaduan antara kesehatan masyarakat dan perawatan yang didukung peran
serta masyarakat dan mengutamakan pelayanan promotif dan preventif secara
berkesinambungan tanpa mengabaikan pelayanan kuratif dan rehabilitatif
secara menyeluruh, melalui proses keperawatan untuk meningkatkan fungsi
kehidupan manusia secara optimal sehingga mandiri dalam upaya kesehatan.
Sasaran Perkesmas adalah seluruh komponen masyarakat yang
terdiri atas individu, keluarga, dan kelompok beresiko tinggi termasuk
kelompok penduduk yang berada di daerah kumuh, terisolasi berkonflik, dan
daerah yang tidak terjangkau oleh pelayanan kesehatan. Pelayanan esensial

1
yang diberikan oleh perawat terhadap individu, keluarga, kelompok dan
masyarakat yang mempunyai masalah kesehatan meliputi promotif, preventif,
kuratif dan rehabilitatif dengan menggunakan proses keperawatan untuk
mencapai tingkat kesehatan yang optimal. Pelaksanaan pelayanan kesehatan
masyarakat terfokus pada peningkatan kesehatan dalam kelompok masyarakat,
untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dapat dimulai dari individu,
kelompok sampai tingkat RW.
Wilayah komunitas yang menjadi kelompok binaan adalah daerah
RW 05 Kelurahan Bakalan krajan Kecamatan Sukun Kota Malang Provinsi
Jawa Timur di bawah wilayah kerja Puskesmas Ciptomulyo. Berdasarkan hasil
dari pengkajian yang dilakukan didapatkan data dengan jumlah kepala
keluarga sebanyak 600 KK. Untuk diberikan asuhan keperawatan komunitas,
kondisi lingkungan RW 5 Kelurahan Bakalan Krajan merupakan daerah yang
sebagian besar terdapat perumahan warga di sepanjang gang.
Berdasarkan hasil pengkajian yang dilakukan ditemukan masalah
lingkungan yaitu kondisi ventilasi yang kurang baik sebanyak 41 rumah
(39,0%), kondisi ventilasi yang cukup 31 rumah (29,5%), kondisi ventilasi
yang baik hanya 1 rumah (1,0%). Pada kondisi pencahayaan yang buruk
sebanyak 43 rumah (41,0%), sedangkan kondisi pencahayaan yang baik hanya
29 rumah (27,6 %). Pada pembuangan limbah cukup memprihatinkan yaitu
sebanyak 44 rumah (46,7%) membuang limbah ke sungai, sedangkan hanya 29
rumah (27,6%) yang membuang limbah ke septitank. Selain itu sebanyak 47
rumah (44,8%) tidak memiliki pekarangan, sedangkan rumah yang memiliki
pekarangan hanya 26 (24,8%). Keluhan penyakit yang terbanyak adalah
Hipertensi 20 orang (9,75%), DM 11 orang (5,36%), Batuk pilek 5 orang
(2,4%), Gagal ginjal 1 orang (0,48%), Pegal-pegal 4 orang (1,9%), Rhematik 2
orang (0,97%), dan tidak sakit 159 orang (77,56%).
Melaksanakan tugas tersebut dibutuhkan seorang perawat yang
kompeten dalam memberikan asuhan keperawatan komunitas, untuk
mendapatkan hasil yang optimal secara mandiri dibutuhkan pengalaman selain
pengetahuan dalam pelaksanaan praktik asuhan keperawatan komunitas
menggunakan pendekatan proses keperawatan komunitas yang diawali dari

2
pengkajian dengan cara mengumpulkan data, melakukan analisa terhadap data-
data yang diperoleh, menentukan diagnosa atau permasalahan dan menyusun
rencana sesuai permasalahan yang ditemukan, kemudian pelaksanaan dan yang
terakhir adalah melakukan evaluasi terhadap pelaksanaan tindakan yang telah
dilakukan.
B. Rumusan Masalah
Dari hasil analisis situasi di wilayah RW 05 Kelurahan Bakalan
Krajan Kecamatan Sukun serta wawancara dengan pihak Puskesmas, kader
kesehatan dan beberapa tokoh masyarakat, ditemukan beberapa permasalahan
yang sedang dihadapi meliputi kondisi ventilasi yang buruk, pencahayaan
yang kurang, dan terdapat banyak penderita penyakit Hipertensi.
Adapun yang menjadi pertimbangan dalam perumusan program
kerja adalah sebagai berikut :

1. Penyuluhan program rumah sehat.


2. Melakukan terapi modalitas hipertensi.

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Meningkatkan kemampuan hidup sehat sehingga tercapai derajat
kesehatan yang optimal agar dapat menjalankan fungsi kehidupan sesuai
dengan kapasitas yang mereka miliki, terutama di wilayah RW 05
Kelurahan Bakalan Krajan Kecamatan Sukun Kota Malang Provinsi Jawa
Timur.
2. Tujuan Khusus
Setelah dilakukan kegiatan praktek keperawatan komunitas, tujuan yang
ingin dicapai adalah :
a. Mengidentifikasi masalah kesehatan dan keperawatan yang ada di
wilayah RW 05 Kelurahan Bakalan Krajan Kecamatan Sukun Kota
Malang Provinsi Jawa Timur.
b. Merumuskan bersama masyarakat alternatif untuk memecahkan
masalah yang telah teridentifikasi.

3
c. Memotivasi dan meningkatkan partisipasi masyarakat dalam
peningkatan derajat kesehatan dan pencegahan penyakit di wilayah
RW 05 Kelurahan Bakalan Krajan Kecamatan Sukun Kota Malang
Provinsi Jawa Timur.
d. Menanamkan perilaku hidup bersih dan sehat melalui kegiatan
pendidikan kesehatan pada masyarakat di wilayah RW 05 Kelurahan
Bakalan Krajan Kecamatan Sukun Kota Malang Provinsi Jawa Timur.
e. Mengevaluasi dan merumuskan rencana tindak lanjut untuk mengatasi
masalah kesehatan yang ada di wilayah RW 05 Kelurahan Bakalan
Krajan Kecamatan Sukun Kota Malang Provinsi Jawa Timur.

D. Manfaat
Laporan ini diharapkan dapat bermanfaat bagi :
1. Untuk Puskesmas
Memberikan gambaran tentang masalah kesehatan dan kegiatan-kegiatan
Keluarga Sehat (KS) sehingga diharapkan dapat melakukan intervensi
keperawatan dan berupaya untuk mengatasi masalah kesehatan di
masyarakat serta memperdayakan masyarakat dalam program kerja yang
telah dibentuk di wilayah RW 05 Kelurahan Bakalan Krajan Kecamatan
Sukun Kota Malang Provinsi Jawa Timur.
2. Untuk Masyarakat
a. Memberikan gambaran demografi, jumlah populasi penduduk,
kesehatan lingkungan perumahan, pendidikan, keselamatan dan
permasalahan kesehatan yang ada serta pelayanan sosial yang ada/
kegiatan sosial kemasyarakatan.
b. Mendapatkan kesempatan untuk berperan aktif dalam upaya
peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit.
c. Mendapatkan kemampuan untuk mengenal, mengerti, dan menyadari
masalah kesehatan dan mengetahui cara penyelesaian masalah
kesehatan yang ada di masyarakat.

4
3. Untuk Mahasiswa
a. Dapat menambah pengetahuan dan pengalaman secara langsung dalam
memberikan asuhan keparawatan komunitas.
b. Dapat mengaplikasikan konsep kesehatan komunitas secara nyata
kepada masyarakat.
c. Belajar menjadi model profesional dalam menerapkan asuhan
keperawatan komunitas.
d. Meningkatkan kemampuan berpikir kritis, analitis, dan bijaksana dalam
menghadapi dinamika masyarakat.
e. Meningkatkan keterampilan komunikasi, kemandirian, dan hubungan
interpersonal.

E. Metode yang Digunakan


Metode yang digunakan dalam penyelesaian masalah kesehatan di
wilayah RW 05 Kelurahan Bakalan Krajan Kecamatan Sukun Kota Malang
Provinsi Jawa Timur pada pelaksanaan kegiatan praktik Keperawatan
Komunitas Mahasiswa Profesi Ners Universitas Muhammadiyah Malang
Angkatan 19, menggunakan empat metode yaitu: Kajian Pustaka, Observasi,
Depth Interview dan Diskusi Kelompok Terfokus dengan menggunakan
tehnik pendekatan kualitatif.
1. Kajian Pustakaan
Kajian pustakaan digunakan untuk menelaah, mengkaji literature dan
dokumen tertulis yang relevan dengan penyelidikan.
2. Observasi
Observasi digunakan untuk mendapatkan gambaran objektif mengenai
fenomena atau kejadian pada lokasi.
3. Wawancara Mendalam (Depth Interview)
Wawancara mendalam (Depth Interview) digunakan untuk menggali
informasi dengan tokoh-tokoh masyarakat yang mengetahui maupun
yang terlibat.
4. Diskusi Kelompok Terfokus

5
Diskusi kelompok terfokus dapat mengungkapkan dan menggali
informasi mengenai berbagai temuan issue dalam rangka menguatkan
atau melakukan silang pendapat di lapangan.

6
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Sistem Pelayanan Kesehatan

Sistem pelayanan kesehatan merupakan bagian penting dalam

meningkatkan derajat kesehatan. Melalui sistem ini tujuan pembangunan

kesehatan dapat tercapai dengan cara efektif, efisien dan tepat sasaran.

Keberhasilan sistem pelayanan kesehatan tergantung dari berbagai

komponen yang masuk dalam pelayanan kesehatan. Sistem ini akan

memberikan kualitas pelayanan kesehatan yang efektif dengan melihat nilai-

nilai yang ada di masyarakat.

Pelayanan Kesehatan Utama (PKU) atau Primary Health Care

adalah strategi yang dapat dipakai untuk menjamin tingkat minimal dari

pelayanan kesehatan untuk semua penduduk. pelayanan Kesehatan Utama

bertujuan untuk mengatasi masalah kesehatan dasar dalam masyarakat

melalui pencegahan, peningkatan kesehatan, pengobatan dan pemulihan

dengan menggunakan teknologi tepat guna, melalui pendekatan multisektoral

dan distribusi merata.

Primary Health Care (PHC) adalah pelayanan kesehatan pokok yang

berdasarkan kepada metode dan teknologi praktis, ilmiah, dan sosial yang

dapat diterima secara umum baik oleh individu maupun keluarga dalam

masyarakat melalui partisipasi mereka sepenuhnya, serta dengan biaya yang

dapat terjangkau oleh masyarakat dan negara untuk memelihara setiap

7
tingkat perkembangan mereka dalam semangat untuk hidup mandiri (Self

Reliance) dan menentukan nasib sendiri (Self Determination).

Pelayanan kesehatan utama diberikan dengan sasaran pada individu,

keluarga dan masyarakat dengan prinsip mengikut sertakan masyarakat

secara aktif dalam kegiatan pelayanan kesehatan.

Tanggung jawab perawat dalam sistem pelayanan kesehatan utama

adalah :

1. Mendorong partisipasi aktif masyarakat dalam pengembangan dan

implementasi pelayanan kesehatan dan program pendidikan kesehatan.

2. Kerjasama dengan masyarakat, keluarga dan individu.

3. Mengajarkan konsep kesehatan dasar dan tehnik self care pada

masyarakat.

4. Memberikan bimbingan dan dukungan pada petugas pelayanan kesehatan

dan kepada masyarakat.

5. Koordinasi kegiatan kebijaksanaan tentang kesehatan masyarakat.

Sasaran pelayanan kesehatan utama adalah individu,

keluarga/kelompok dan masyarakat dengan fokus upaya kesehatan primer,

sekunder dan tersier. Oleh karenanya pendidikan masyarakat tentang

kesehatan dan perkembangan sosial akan membantu masyarakat dalam

mendorong semangat untuk merawat diri sendiri, hidup mandiri dan

menentukan nasibnya sendiri dalam menciptakan derajat kesehatan yang

optimal.

8
Strategi pelayanan kesehatan utama adalah memotivasi masyarakat

agar dapat merawat dan mengatur diri sendiri dalam memelihara kesehatan.

Ada 8 (delapan) unsur utama pelayanan kesehatan utama yaitu :

1. Peningkatan pengetahuan untuk mengatasi dan mencegah masalah

kesehatan

2. Peningkatan gizi masyarakat

3. Kesehatan ibu dan anak termasuk KB

4. Penyediaan air yang mempunyai syarat kesehatan

5. Sanitasi yang baik

6. Imunisasi

7. Tindakan preventif dan kontrol terhadap penyakit endemik

8. Tindakan yang tepat terhadap penyakit yang terjadi dan penggunaan obat

tradisional dalam masyarakat.

Prinsip dalam pelayanan kesehatan utama berorientasi pada distribusi

pelayanan kesehatan yang merata. Melibatkan masyarakat, menggunakan

teknologi tepat guna (menggunakan sarana atau fasilitas yang ada didalam

masyarakat itu sendiri), berfokus pada pencegahan dan pendekatan multi

sektoral. Kegiatan dalam pelayanan kesehatan utama meliputi; pendidikan

kesehatan terhadap kesehatan yang pokok, cara penanggulangan dan

pencegahan serta pengobatannya, imunisasi, KIA, KB, perbaikan gizi,

pencegahan penyakit menular, pengadaan obat essensiel, sanitasi dan

pengadaan air bersih.

Hubungan konsep pelayanan kesehatan utama dan komunitas adalah

untuk melaksanakan kesehatan masyarakat, mengatur jenjang tingkat

9
pelayanan kesehatan menadi tingkat rumah tangga (individu atau keluarga),

tingkat masyarakat (pimpinan atau tokoh masyarakat), tingkat rujukan

pertama (rumah sakit tipe A dan B), serta menyelenggarakan kerjasama lintas

sektoral dan lintas program yang melibatkan peran serta masyarakat. Peran

serta masyarakat diperlukan dalam hal perorangan. Komunitas sebagai

subyek dan obyek diharapkan masyarakat mampu mengenal, mengambil

keputusan dalam menjaga kesehatannya. Sebagian akhir tujuan pelayanan

kesehatan utama diharapkan masyarakat mampu secara mandiri menjaga dan

meningkatkan status kesehatan masyarakat dimana mereka tinggal.

B. Konsep Keperawatan Komunitas

1. Defenisi Keperawatan Komunitas

Perawatan kesehatan masyarakat untuk pencegahan dan

peningkatan kesehatan masyarakat melaliu upaya pelayanan kesehatan

secara langsung (dirct care) terhadap individu, keluarga dan kelompok

dalam konteks komunitas, perhatian langsung terhadap kesehatan terhadap

masyrakat (Healt General Community) denga mempertimbangkan

permasalahan atau isu kesehatan masyrakat yang dapat memperngaruhi

individu, keluarga dan kelompok. (Harnilawati,2013)

Komunitas (Community) adalah sekelompok masyarakat yang

mempunyai persamaan nilai (Values), pertanian (Interest) yang merupakan

kelompok khusus dengan batas-batas geografi yang jelas, dengan norma

dan nilai yang telah melembaga (Sumijatun dkk, 2006). Misalnya di dalam

kesehatan dukenal kelompok ibu hamil, kelompok ibu menyusui,

kelompok anak balita, kelompok lansia, kelompok masyarakat dalam suatu

10
wilayah desabinaan dan lain sebagainya.Sedangkan dalam kelompok

masyarakat ada masyarakat petani, masyarakat pedagang, masyarakat

pekerja, masyarakat tersaing dan sebagainya (Mubarak, 2011).

Keperawatan komunitas sebagai suatu bidang keperawatan yang

merupakan perpaduan anatar keperawatan dan kesehatan masyarakat

(Public Health) dengan dukungan peran serta masyarakat secara aktif serta

mengutamakan pelayanan promotif dan preventif secara

berkesinambungan tanpa mengabaikan perawatan kuratif dan rehabilitative

secara menyeluruh dan terpadu yang ditujukan kepada individu, keluarga,

kelompok serta masyarakat sebagai kesatuan utuh melalui proses

keperawatan (Nursing Process) untuk meningkatkan fungsi kehidupan

manusia secara optimal, sehingga mampu mandiri dalam upaya kesehatan

(Harnilawati,2013)

Proses keperawatan komunitas merupakan metode asuhan

keperawatan yang bersifatalamiah, sistematis, dinamis, kontiniu, dan

berkesinambungan dalam rangka memecahkan masalah kesehatan klien,

keluarga, kelompok serta masyarakat melalui langkah-langkah seperti

pengkajian, perencanaan implementasi, dan evaluasi keperawatan

(Wahyudi, 2010).

2. Tujuan dan Fungsi Keperawatan Komunitas

a. Tujuan keperawatan komunitas

Tujuan proses keperawatan dalam komunitas adalah untuk

pencegahan dan peningkatan kesehatan masyarakat melalui upaya-

upaya sebagai berikut:

11
1) Pelayanan keperawatan secara langsung (Direct Care) terhadap

individu, keluarga, dan keluarga dan kelompok dalam konteks

komunitas.

2) Perhatian langsung terhadap kesehatan seluruh masyarakat (Health

General Community) dengan mempertimbangkan permasalahan

atau isu kesehatan masyarakat yang dapat dipengaruhi keluarga,

individu, dan kelompok.

Selanjutnya, secara spesifik diharapkan individu, keluarga,

kelompok, dan masyarakat mempunyai kemampuan untuk:

1) Mengidentifikasi masalah kesehatan dan memprioritaskan masalah

tersebut:

2) Menetapkan masalah kesehatan dan memprioritaskan masalah

tersebut;

3) Merumuskan serta memecahkan masalah kesehatan;

4) Meningkatkan status kesehatan masyarakat;

5) Menanggulangi masalah kesehatan yang mereka hadapi;

6) Mengevaluasi sejauh mana pemecahan masalah yang mereka

hadapi, yang akhirnya dapat meningkatkan kemampuan dalam

memelihara kesehatan secara mandiri (Self Care).

b. Fungsi keperawatan komunitas

1) Memberikan pedoman dan bimbingan sistematis dan ilmiah bagi

kesehatan masyarakat dan keperawatan dalam memecahkan

masalah klien melalui asuhan keperawatan.

12
2) Agar masyarakat mendapatkan pelayanan yang optimal sesuai

dengan kebutuhannya dibidang kesehatan.

3) Memberikan asuhan keperawatan melalui pendekatan pemecahan

masalah, komunikasi yang efektif dan efisien serta melibatkan

peran serta masyarakat.

4) Agar masyarakat bebas mengemukakan pendapat berkaitan dengan

permasalahan atau kebutuhannya sehingga mendapatkan

penanganan dan pelayanan yang cepat dan pada akhirnya dapat

mempercepat proses penyembuhan (Harnilawati,2013).

3. Strategi Intervensi Keperawatan Komunitas

Strategi intervensi keperawatan komunitas adalah sebagai berikut:

a. Proses Kelompok (Group Procces)

Seseorang dapat mengenal dan mencegah penyakit, tentunya

setelah belajar dari pengalaman sebelumnya, selain faktor

pendidikan/pengetahuan individu, media masa, televise, penyuluhan

yang dilakukan petugas kesehatan dan sebagainya. Begitu juga dengan

masalah kesehatan di lingkungan sekitar masyarakat, tentunya

gambaran penyakit yang paling sering mereka temukan sebelumnya

sangat mempengaruhi upaya penanganan atau pencegahan penyakit

yang mereka lakukan. Jika masyarakat sadar bahwa penanganan yang

bersifat individual tidak akan mampu mencegah, apalagi memberantas

penyakit tertentu, maka mereka telah melakukan pemecahan-

pemecahan masalah kesehatan melalui proses kelompok.

13
b. Pendidikan Kesehatan (Health Promotion)

Pendidikan kesehatan adalah proses perubahan perilaku yang

dinamis, dimana perubahan tersebut bukan hanya sekedar proses

transfer materi/teori dari seseorang ke orang lain dan bukan pula

seperangkat prosedur. Akan tetapi, perubahan tersebut terjadi adanya

kesadaran dari dalam diri individu, kelompok atau masyarakat sendiri.

Sedangkan tujuan dari pendidikan kesehatan menurut Undang-Undang

Kesehatan No. 23 Tahun 1992 maupun WHO yaitumeningkatkan

kemampuan masyarakat untuk memelihara dan meningkatkan derajat

kesehatan; baik fisik, mental dan sosialnya; sehingga produktif secara

ekonomi maupun secara social.

c. Kerjasama (Partnership)

Berbagi persoalan kesehatan yang terjadi dalam lingkungan

masyarakat jika tidak ditangani dengan baik akan menjadi ancaman

bagi lingkungan masyarakat luas. Oleh karena itu, kerja sama sangat

dibutuhkan dalam upaya mencapai tujuan asuhan keperawatan

masyarakat akan dapat diatasi dengan lebih cepat.

4. Pusat Kesehatan Komunitas

Penyelenggaraan pelayanan kesehatan komunitas dapat dilakukan di:

a. Sekolah atau Kampus

Pelayanan keperawatan yang diselenggarakan meliputi pendidikan

pencegahan penyakit, peningkatan derajat kesehatan dan pendidikan

seks. Selain itu perawatan yang bekerja di sekolah dapat memberikan

perawatan untuk peserta didik pada kasus penyakit akut yang bukan

14
kasus kedaruratan misalnya penyakit influenza, batu dll. Perawat juga

dapat memberikan rujukan pada peserta didik dan keluarganya bila

dibutuhkan perawatan kesehatan yang lebih spesifik.

b. Lingkungan kesehatan kerja

Beberapa perusahaan besar memberikan pelayanan kesehatan bagi

pekerjanya yang beralokasi di gedung perusahaan tersebut. Asuhan

keperawatan di tempat ini meliputi lima bidang. Perawatan

menjalankan program yang bertujuan untuk:

1) Meningkatkan kesehatan dan keselamatan kerja dengan

mengurangi jumlah kejadian kecelakaan kerja

2) Menurunkan resiko penyakit akibat kerja

3) Mengurangi transmisi penyakit menular antara pekerja

4) Memberikan program peningkatan kesehatan, pencegahan

penyakit, dan pendidikan kesehatan.

5) Mengintervensi kasus-kasus lanjutan non kedaruratan dan

memberikan pertolongan pertama pada kecelakaan (Mubarak,

2011).

c. Lembaga perawatan kesehatan di rumah

Klien sering kali membutuhkan asuhan keperawatan khusus yang

dapat diberikan secara efisien di rumah. Perawat di bidang komunitas

juga dapat memberikan perawatan kesehatan di rumah misalnya:

perawat melakukan kunjungan rumah, hospice care, home care dll.

Perawat yang bekerja di rumah harus memiliki kemampuan mendidik,

15
fleksibel, berkemampuan, kreatif dan percaya dir, sekaligus memiliki

kemampuan klinik yang kompeten.

d. Lingkungan Kesehatan Kerja Lain

Terdapat sejumlah tempat lain dimana perawat juga dapat

bekerja dan memiliki peran serta tanggungjawab yang bervariasi.

Seseorang perawat dapat mendirikan praktek sendiri, bekerja sama

dengan perawat lain, bekerja di bidang pendidikan, penelitian, di

wilayah binaan, puskesmas dan lain sebagainya. Selain itu, dimanapun

lingkungan tempat kerjanya, perawat ditantang untuk memberikan

perawatan yang berkualitas (Mubarak, 2011).

5. Bentuk-Bentuk Pendekatan dan Partisipasi Masyarakat

Pos pelayanan terpadu atau yang lebih dikenal dengan posyandu

.secara sederhana dapat diartikan suatu forum komunikasi dan peayanan

masyarakat dalam upaya pelayanan kesehatan dan keluarga berencana.

Selain itu posyandu juga dapat diartikan sebagai wahana kegiatan

keterpaduan KB dan Kesehatan ditingkat kelurahan atau desa, yang

melakukan kegiatan-kegiatan seperti: (1) kesehatan ibu dan anak, (2) KB

(3) imunisasi, (4) peningkatan gizi, (5) penanggulangan diare, (6) sanitasi

dasar, (7), penyediaan obat esensial (Effendi, 2010).

Pelayanan yang diberikan di posyandu bersifat terpadu, hal ini

bertujuan untuk memberikan kemudahan dan keuntungan bagi masyarakat

karena di posyandu tersebut masyarakat dapat memperoleh pelayanan

lengkap pada waktu dan tempat yang sama. Posyandu dipandang sangat

bermanfaat bagi masyarakat namun keberadaannya di masyarakat kurang

16
berjalan dengan baik, oleh karena itu pemerintah mengadakan revitalisasi

posyandu.Revitalisasi posyandu merupakan upaya pemberdayaan

posyandu untuk mengurangi dampak dari krisis ekonomi terhadap

penurunan status gizi dan kesehatan ibu dan anak.Kegiatan ini juga

bertujuan untuk meningkatkan pemberdayaan masyarakat dalam

menunjang upaya mempertahankan dan meningkatkan status gizi serta

kesehatan ibu dan anak melalui peningkatan kemampuan kader

manajemen dan fungsi posyandu (Effendi, 2010).

Tujuan pokok penyelenggaraan Posyandu adalah untuk : (1)

mempercepat penurunan angka kematian ibu dan anak, (2) meningkatkan

pelayanan kesehatan ibu untuk menurunkan IMR, (3) mempercepat

penerimaan NKKBS, (4) meningkatkan kemampuan masyarakat untuk

mengembangkan kegiatan kesehatan dan kegiatan lain yang menunjang

peningkatan kemampuan sehat, (5) pendekatan dan pemerataan pelayanan

kesehatan pada penduduk pelayanan kesehatan pada penduduk

berdasarkan letak geografi, (6) meningkatkan dan pembinaan peran serta

masyarakat dalam rangka alih teknologi untuk swakelola usaha kesehatan

masyarakat.

6. Model Konseptual Dalam Keperawatan Komunitas

Model adalah pengembangan kesehatan masyarakat yang

memperlihatkan hubungan dari beberapa konsep penting, tujuan dan

tidakan pengorganisasian masyarakat yang di fokuskan untuk peningkatan

kesehatan .(Efendi & Makhfudli, 2010).

17
Salah satu model keperawatan kesehatan komunitas yaitu Model

Health Care System (Betty Neuman, 1972). Model konsep ini merupakan

model konsep yang menggambarkan aktivitas keperawatan, yang

ditujukan kepada penekanan penurunan stress dengan cara memperkuat

garis pertahanan diri, baik yang bersifat fleksibel, normal, maupun resisten

dengan sasaran pelayanan adalah komunitas (Mubarak & Chayatin, 2009).

Menurut Sumijatun (2006) teori Neuman berpijak pada

metaparadigma keperawatan yang terdiri dari klien, lingkungan, kesehatan

dan keperawatan. Asumsi Betty Neuman tentang empat konsep utama

yang terkait dengankeperawatan komunitas adalah:

a. Manusia, merupakan suatu system terbuka yang selalu mencari

keseimbangan dari harmoni dan merupakan suatu kesatuan dari

variable yang utuh, yaitu: fisioligi, psikologi, sosiokultural,

perkembangan dan spiritual.

b. Lingkungan, meliputi semua faktor internal dan eksternal atau

pengaruh-pengaruh dari sekitar atau system klien.

c. Sehat, merupakan kondisi terbebas dari gangguan pemenuhan

kebutuhan. Sehat merupakan keseimbangan yang dinamis sebagai

dampak dari keberhasilan menghindari atau mengatasi stressor.

7. Hubungan Konsep Keperawatan Komunitas Dengan Pelayanan Kesehatan

Utama

Keperawatan komunitas adalah suatu dalam keperawatan yang

merupakan perpaduan antara keperawatan dan kesehatan masyarakat

18
dengan dukungan peran serta aktif masyarakat yang bertujuan untuk

meningkatkan dan memelihara kesehatan masyarakat dengan menekankan

kepada peningkatan peran serta masyarakat dalam melakukan upaya

promotif dan preventif dengan tidak melupakan tindakan kuratif dan

rehabilitative sehingga diharapkan masyarakat mampu mengenal,

mengambil keputusan dalam memelihara kesehatannya (Mubarak, 2009).

Selain menjadi subjek, masyarakat juga menjadi objek yaitu

sebagai klien yang menjadi sasaran dari keperawatan kesehatan komunitas

terdiri dari individu dan masyarakat.Berdasarkan pada model

pendekatantotalitas individu dari Neuman (1972 dalam Anderson, 2006)

untuk melihat masalah pasien, model komunitas klien dikembangkan untuk

menggambarkan batasan keperawatan kesehatan masyarakat sebagai

sintesis kesehatan masyarakat dan keperawatan.Model tersebut telah

diganti namanya menjadi model komunitas sebagai mitra, untuk

menekankan filosofi pelayanan kesehatan primer yang menjadi

landasannya. Secara lebih rinci dialjabarkan sebagai berikut:

a. Tingkat individu

Individu adalah bagian dari anggota keluarga. Apabila individu

tersebut mempunyai masalah kesehatan maka perawat akan memberikan

asuhan keperawatan pada individu tersebut. Pelayanan pada tingkat

individu dapat dilaksanakan pada rumah atau puskesmas, meliputi

penderita yang memerlukan pelayanan tindak lanjut yang tidak mungkin

dilakukan asuhan keperawatan di rumah dan perlu kepuskesmas, penderita

resiko tinggi seperti penderita penyakit demam darah dan diare.Kemudian

19
individu yang memerlukan pengawasan dan perawatan berkelanjutan

seperti ibu hamil, ibu menyusui, bayi dan balita.

b. Tingkat keluarga

Keperawatan kesehatan komunitas melalui pendekatan

keperawatan keluarga memberikan asuhan keperawatan kepada keluarga

yang mempunyai masalah kesehatan terutama keluarga dengan resiko

tinggi diantaranya keluarga dengan social ekonomi rendah dan keluarga

yang anggota keluarganya menderita penyakit menular dan kronis.Hal ini

dikarenakan keluarga merupakan unit utama masyarakat dan lembaga

yang menyangkut kehidupan masyarakat.Dalam pelaksanaannya, keluarga

tetap juga berperan sebagai pengambil keputusan dalam memelihara

kesehatan anggotanya.

c. Tingkat komunitas

Keperawatan kesehatan komunitas di tingkat masyarakat dilakukan

dalam lingkup kecil sampai dengan lingkup yang luas didalam suatu

wilayah kerja puskesmas.Pelayanan ditingkat masyarakat dibatasi oleh

wilayah atau masyarakat yang mempunyai ciri-ciri tertentu misalnya

kebudayaan, pekerjaan, pendidikan dan sebagainya.

Asuhan keperawatan komunitas diberikan dengan memandang

komunitas sebagai klien dengan strategi intervensi keperawatan komunitas

yang mencakup tiga aspek yaituprimer, sekunder dan tertier melalui proses

individu dan kelompok dengan kerja sama lintas sktoral dan lintas

program.

20
Pelayanan yang diberikan oleh keperawatan komunitas mencakup

kesehatan komunitas yang luas dan berfokus pada pencegahan yang terdiri

dari tiga tingkat yaitu:

1) Pencegahan primer

Pelayanan pencegahan primer ditunjukkan kepada penghentian

penyakit sebelum terjadi karena itu pencegahan primer mencakup

peningkatan derajat kesehatan secara umum dan perlindungan

spesifik.Promosi kesehatan secara umum mencakup pendidikan

kesehatan baik pada individu maupun kelompok.Pencegahan primer

juga mencakup tindakan spesifik yang melindungi individu melawan

agen-agen spesifik misalnya tindakan perlindungan yang paling umum

yaitu memberikan imunisasi pada bayi, anak balita dan ibu hamil,

penyuluhan gizi bayi dan balita.

2) Pencegahan sekunder

Pelayanan pencegahan sekunder dibuat untuk menditeksi

penyakit lebih awal dengan mengobati secara tepat.Kegiatan-kegiatan

yang mengurangi faktor resiko diklasifikasikan sebagai pencegahan

sekunder misalnya memotivasi keluarga untuk melakukan pemeriksaan

kesehatan secara berkala melalui posyandu dan puskesmas.

3) Pencegahan tersier

Yang mencakup pembatasan kecacatan kelemahan pada

seseorang dengan stadium dini dan rehabilitasi pada orang yang

mengalami kecacatan agar dapat secara optimal berfungsi sesuai

21
dengan kemampuannya, misalnya mengajarkan latihan fisik pada

penderita patah tulang.

Selanjutnya agar dapat memberikan arahan pelaksanaan kegiatan,

berikut ini diuraikan falsafah keperawatan komunitas dan

pengorganisasian masyarakat (Mubarak, 2009).

a) Falsafah Keperawatan Kesehatan Komunitas

Keperawatan kesehatan komunitas merupakan pelayanan yang

memberikan perhatian terhadap pengaruh lingkungan (bio-psiko-

sosio-kultural-spiritual) terhadap kesehatan masyarakat dan

memberikan prioritas pada strategi pada pencegahan penyakit dan

peningkatan kesehatan.Falsafah yang melandasi yang mengacu

pada paradigm keperawatan secara umum dengan empat

komponen dasar yaitu; manusia, kesehatan, lingkungan dan

keperawatan.

b) Pengorganisasian masyarakat

Tiga model pengorganisasian masyarakat menurut Rothman

(1998) meliputi peran serta masyarakat (locality development),

perencanaan social melalui birokrasi pemerintah (social

development) dan aksi social berdasarkan kejadian saat itu (social

action) (Mubarak, 2009).

Pelaksanaan pengorganisasian masyarakat dilakukan melalui

tahapan-tahapan berikut:

(1) Tahap persiapan

22
Dilakukan dengan memilih area atau daerah yang menjadi

prioritas, menentukan cara untuk berhubungan dengan

masyarakat, mempelajari dan bekerjasama dengan masyarakat.

(2) Tahap pengorganisasian

Dengan persiapan pembentukan kelompok dan penyesuaian

dengan pola yang ada dimasyarakat dengan pembentukan

kelompok kerja ksesehatan.

(3) Tahap pendidikan dan pelatihan

Melalui kegiatan-kegiatan pertemuan teratur dengan kelompok

masyarakat melalui pengkajian, membuat pelayanan

keperawatan langsung pada individu, keluarga dan masyarakat.

(4) Tahap formasi kepemimpinan

Memberikan dukungan latihan dan mengembangkan

keterampilan yang mengikuti perencanaan, pengorganisasian,

pergerakan dan pengawasan kegiatan pendidikan kesehatan.

(5) Tahap koordinasi

Kerjasama dengan sector terkait dalam upaya memandirikan

masyarakat.

c) Tahap akhir

Suverpisi bertahap dan diakhiri dengan evaluasi dan pemberian

umpan baik dan masing-masing evaluasi untuk perbaikan untuk

kegiatan kelompok kesehatan kerja selanjutnya.

8. Proses Pelaksanaan Keperawatan Komunitas

23
Keperawatan komunitas merupakan suatu bidang khusu

keperawatan yang merupakan gabungan dari ilmu keperawatan, ilmu

kesehatan masyarakat dan ilmu social yang merupakan bagian dari integral

dari pelayanan kesehatan yang diberikan kepada individu, keluarga,

kelompok khusus dan masyarakat baik yang sehat maupun yang sakit

(mempunyai masalah kesehatan/keperawatan), secara komprehensif

melalui upaya promotif, preventif, kuratif rehabilitative dengan melibatkan

peran serta aktif masyarakat secara terorganisis bersama tim kesehatan

lainnya untuk dapat mengenal masalah-masalah yang mereka miliki

dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan sesuai dengan hidup

sehat sehingga dapat meningkatkan fungsi kehidupan dan derajat

kesehatan seoptimal mungkin dan dapat diharapkan dapat mandiri dalam

memelihara kesehatannya (Chayatin, 2009). Menjamin keterjangkauan

pelayanan kesehatan yang dibutuhkan dan melibatkan klien sebagai mitra

kerja dalam perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pelayanan

kesehatan.Pelayanan keperawatan professional yang merupakan perpaduan

antara konsep kesehatan masyarakat dan konsep keperawatan yang

ditujukan pada seluruh masyarakat dengan penekanan pada kelompok

resiko tinggi (Efendi, 2009).

Keperawatan komunitas merupakan Pelaksanaan keperawatan

komunitas dilakukan melalui beberapa fase yang tercakup dalam proses

keperawatan komunitas dengan menggunakan pendekatan pemecahan

masalah yang dinamis. Fase-fase pada proses keperawatan komunitas

secara langsung melibatkan komunitas sebagai klien yang dimulai dengan

24
pembuatan kontrak / partner ship dan meliputi pengkajian, diagnose,

perencanaan, implementasi dan evaluasi (Efendi, 2009). Asuhan

keperawatan yang diberikan kepada komunitas atau kelompok adalah

(Mubarak, 2011).

a. Pengkajian

Pegkajian merupakan upaya pengumpulan data secara lengkap dan

sistematis terhadap masyarakat untuk dikaji dan dianalisis sehingga

masalah kesehatan yang dihadapi oleh masyarakat baik individu,

keluarga atau kelompok yang menyangkut permasalahan pada

fisiologis, psikologis, social ekonomi, maupun spiritual dapat

ditentukan.

1) Pengumpulan Data

Hal yang perlu dikaji pada komunitas atau kelompok antara lain:

a) Inti (Core) meliputi : Data demografi kelompok atau

komunitas yang terdiri atas usia yang beresiko, pendidikan,

jenis kelamin, pekerjaan, agama, nilai-nilai, keyakinan, serta

riwayat timbulnya kelompok atau komunitas.

b) Mengkaji 8 subsistem yang mempengaruhi komunitas, antara

lain:

(1) Perumahan, bagaimana penerangannya, sirkulasi,

bagaimana kepadatannya karena dapat menjadi stressor

bagi penduduk.

25
(2) Pendidikan komunitas, apakah ada sarana pendidikan yang

dapat digunakan untuk meningkatkan pengetahuan

masyarakat.

(3) Keamanan dan keselamatan, bagaimana keselamatan dan

keamanan tempat tinggal, apakah masyarakat merasa

nyaman atau tidak, apakah sering mengalamai stress akibat

keamanan dan keselamatan yang tidak terjamin.

(4) Kualiti dan kebijakan pemerintah terkait kesehatan, apakah

cukup menunjang, sehingga memudahkan masyarakat

mendapatkan pelayanan di berbagai bidang termasuk

kesehatan.

(5) Pelayanan kesehatan yang tersedia, untuk melakukan

deteksi dini atau memantau gangguan yang terjadi.

(6) Pelayanan kesehatan yang tersedia, untuk melakukan

deteksi dini dan merawat atau memantau gangguan yang

terjadi.

(7) System komunikasi, serta komunikasi apa saja yang dapat

dimanfaatkan masyarakat untuk meningkatkan

pengetahuan yang terkait dengan gangguan penyakit.

(8) Sistem ekonomi, tingkat social ekonomi masyarakat secara

keseluruhan, apakah pendapatn yang terima sesuai dengan

Upah Minimum Registrasi (UMR) atau sebaliknya.

(9) Rekreasi, apakah tersedia sarana rekreasi, kapan saja

dibuka, apakah biayanya dapat dijangkau masyarakat.

26
2) Jenis Data

Jenis data secara umum dapat diperoleh dari data subjektif dan

data objektif (Mubarak, 2011).

a) Data Subjektif yaitu data yang diperoleh dari keluhan atau

masalah yang dirasakan oleh individu, keluarga, kelompok,

dan komunitas, yang diungkapkan secara langsung melalui

lisan.

b) Data Objektif yaitu data yang diperoleh melalui suatu

pemeriksaaan pengamatan dan pengukuran.

3) Sumber Data

a) Data primer merupakan data yang dikumpulkan oleh

pengkajian dari individu, keluarga, kelompok, masyarakat

berdasarkan hasil pemeriksaan atau pengkajian.

b) Data sekunder merupakan data yang diperoleh dari sumber

lain yang dapat dipercaya, misalnya: kelurahan, catatan

riwayat kesehatan pasien atau medical record.

4) Cara Pengumpulan Data

a) Wawancara yaitu: kegiatan timbal balik berupa Tanya Jawab

b) Pengamatan yaitu: melakukan observasi dengan panca indra

c) Pemeriksaan fisik: melakukan pemeriksaan pada tubuh

individu

5) Pengelolaan Data

a) Klasifikasi data atau kategorisasi data

b) Perhitungan presentase cukupan dengan menggunakan telly

27
6) Tabulasi data

7) Interprestasi data

8) Analisa Data

Kemampuan untuk mengkaitkan data dan menghubungkan data

dengan kemampuan kognitif yang dimiliki sehingga dapat

diketahui tentang kesenjangan atau masalah yang dihadapi oleh

masyarakat apakah itu masalah kesehatan atau masalah

keperawatan.

9) Penentuan Masalah atau Perumusan Masalah Kesehatan

Berdasarkan analisa data dapat diketahui masalah kesehatan

dan masalah keperawatan yang dihadapi oleh masyarakat

sehingga dapat dirumuskan masalah kesehatan.

9. Diagnose Keperawatan

Kesehatan Diagnosis keperawatan ialah individu pada masalah

kesehatan baik yang actual maupun potensial. Diagnose keperawatan

komunitas akan memberikan gambaran tentang masalah dan status

kesehatan masyarakat baik yang nyata dan yang mungkin terjadi.

Diagnose ditegakkan berdasarkan tingkat reaksi komunitas terhadap

stressor yang ada. Selanjutnya dirumuskan dalam tiga komponen, yaitu

problem/masalah P , etiology atau E, dan symptom atau

manifestasi/data penunjang SMubarak, 2011.

a. Problem : merupakan kesenjangan atau penyimpangan dari keadaan

normal yang seharusnya terjadi.

28
b. Etiologi : penyebab masalah kesehatan atau keperawatan yang dapat

memberikan arah terhadap intervensi keperawatan.

c. Symptom : tanda atau gejala yang tampak menunjang masalah yang

terjadi.

10. Perencanaan/Intervensi

Perencanaan keperawatan merupakan penyusunan rencana

tindakan keperawatan yang akan dilaksanakan untuk mengatasi masalah

sesuai dengan diagnosis keperawatan yang sudah ditentukan dengan tujuan

terpenuhinya kebutuhan pasien. Perencanaan intervensi yang dapat

dilakukan berkaitan dengan diagnose keperawatan komunitas yang muncul

diatas adalah Mubarak, 2011:

a. Lakukan pendidikan kesehatan tentang penyakit

b. Lakukan demonstrasi keterampilan cara mengenai penyakit

c. Lakukan deteksi dari tanda-tanda gangguan penyakit

d. Lakukan kerja sama dengan ahli gizi dalam menentukan diet yang

tepat.

e. Lakukan olahraga secara rutin

f. Lakukan kerja sama dengan pemerintah atau aparat setempat untuk

memperbaiki lingkungan komunitas

g. Lakukan rujukan ke rumah sakit bila diperlukan

11. Pelaksanaan/Implementasi

Pelaksanaan merupakan tahap realisasi dari rencana asuhan

keperawatan yang telah disusun. Dalam pelaksanaannya tindakan asuhan

keperawatan harus bekerjasama dengan anggota tim kesehatan lain dalam

29
hal melibatkan pihak puskesmas, bidan desa, dan anggota mayarakat

Mubarak, 2011. Perawat bertanggung jawab dalam melaksanakan

tindakan yang telah direncanakan yang bersifat Efendi, 2009, yaitu:

a. Bantuan untuk mengatasi masalah gangguan penyakit

b. Mempertahankan kondisi yang seimbang dalam hal ini perilaku hidup

sehat dan melaksanakan upaya peningkatan kesehatan

c. Mendidik komunitas tentang perilaku sehat untuk mencegah gangguan

penyakit.

d. Advocat komunitas yang sekaligus memfasilitasi terpenuhinya

kebutuhan komunitas.

12. Penilaian/Evaluasi

Evaluasi memuat keberhasilan proses dan keberhasilan tindakan

keperawatan. Keberhasilan proses dapat dilihat dengan membandingkan

antara proses dengan pedoman atau rencana proses tersebut. Sedangkan

keberhasilan tindakan dapat dilihat dengan membandingkan tingkat

kemandirian masyarakat dalam perilaku kehidupan sehari-hari dan tingkat

kemajuan masyarakat komunitas dengan tujuan yang sudah ditentukan

atau dirumuskkan sebelumnya Mubarak, 2011. Adapun tindakan dalam

melakukan evaluasi adalah:

a. Menilai respon verbal dan nonverbal komunitas setelah dilakukan

intervensi

b. Menilai kemajuan oleh komunitas setelah dilakukan intervensi

keperawatan

c. Mencatat adanya kasus baru yang dirujuk ke rumah sakit.

30
C. Realisasi Pemecahan Masalah

Dalam rangka mengaplikasikan ilmu keperawatan di komunitas

dan untuk menerapkan konsep-konsep dalam memberikan asuhan

keperawatan dalam konteks perawatan dasar, maka kelompok 1 mendapatkan

tugas keperawatan komunitas di Wilayah kelurahan Bakalan Krajan

Kecamatan Sukun mulai tanggal 9 April – 16 Mei 2019. Tahap kegiatan

kelompok kerja komunitas yang akan dilaporkan meliputi tahap-tahap sebagai

berikut : persiapan, pengkajian, perencanaan, pelaksanaan program kegiatan

dan evaluasi serta rencana tindak lanjut.

1. Tahap Persiapan

Dalam kegiatan program ners di stase komunitas, penyusunan

asuhan keperawatan komunitas dimulai dengan tahap persiapan, yang

merupakan tahap awal dari semua kegiatan yang akan dilakukan oleh

mahasiswa selama melakukan keperawatan komunitas. Tahap persiapan

diawali dengan informe consent dengan puskesmas Ciptomulyo dan

kepala RW 05 lalu melakukan pendekatan dengan tokoh masyarakat baik

formal maupun informal dan perijinan terhadap kegiatan kelompok di

wilayah RT 01 sampai RT 13 Kelurahan Bakalan Krajan Kecamatan

Sukun Kota Malang.

Pengkajian merupakan tahap awal dimulainya kegiatan asuhan

keperawatan komunitas. Pada tahap ini kita melakukan pengkajian data

dasar, data lingkungan fisik dan pengkajian data masyarakat. Pengkajian

data dasar (Kuesoner) dan observasi sekilas lingkungan (Windshield

Survey) ini dilakukan dengan cara wawancara dengan tokoh masyarakat

31
antara lain dengan Ketua RT, Tokoh Agama dan kader kesehatan yang

ada dilingkungan Kelurahan Bareng dengan menggunakan pedoman

wawancara yang telah kami persiapkan. Selain itu kami juga melakukan

observasi langsung di Kelurahan Bareng dengan menggunakan pedoman

Winshield Survey. Hal yang di observasi antara lain tentang perumahan,

lingkungan sekitar rumah di Wilayah Kelurahan Bakalan Krajan, batas

wilayah, kepadatan pemukiman penduduk, jenis bangunan, jalan, sistem

pembuangan sampah dan air limbah, pusat pelayanan seperti sekolah,

masjid, dan pelayanan kesehatan yang ada, serta transportasi yang biasa

digunakan Kelurahan Bakalan Krajan. Pengkajian data yang dilakukan

adalah untuk mengetahui Data Demografi, Status Sosial ekonomi, faktor

lingkungan, kepemilikan ternak, pembuangan sampah, sumber air,

komunikasi dan transformasi, dan derajat kesehatan.

2. Tahap Pelaksanaan

Tahap pelaksanaan ini terdiri dari pengumpulan data, analisa data,

perencanaan, pelaksanaan, evaluasi dan tindak lanjut. Untuk

mendapatkan informasi yang menyangkut masalah kesehatan di wilayah

RT 01 sampai RT 12 RW 05 Kelurahan Bakalan krajan dengan jumlah

populasi yaitu sebanyak 600 KK, maka dilakukan pengumpulan data

pada masyarakat melalui pendataan langsung dengan teknik sampling

accidental di setiap RT yang disertai observasi langsung oleh mahasiswa

yang melaksanakan kegiatan praktik Keperawatan Komunitas. Rumus

solvin adalah sebuah rumus atau formula untuk menghitung jumlah

32
sample minimal apabila perilaku dari sebuah populasi tidak diketahui

secara pasti (Fitra dan lutfia,2017). Teknik sampling accindental

merupakan pengambilan sample yang dilakukan secara subjektiv oleh

peneliti ditinjau dari suudut kemudahan tempat pengambilan sample, dan

jumlah sample yang akan ambil (Budianto, 2010).

Data yang diperoleh kemudian di analisis, maka dari hasil pendataan

telah di temukan masalah yang ada di wilayah RT 01 sampai RT 12 dan

telah dijabarkan sebagai berikut:

a. Melakukan observasi saat pendataan dari rumah ke rumah penduduk

di wilayah RW 05

b. Wawancara terstruktur dengan mewawancarai secara langsung Kepala

Keluarga atau Anggota Keluarga sesuai dengan angket yang telah

tersedia / intrumen pengkajian untuk mendapatkan data yang

diinginkan. Pengkajian data masyarakat meliputi interaksi 8 sub

sistem yaitu penduduk sebagai inti dan lingkungan fisik, pelayanan

kesehatan/sosial, ekonomi, kesehatan lingkungan, KB/KIA, lansia

yang dilakukan oleh Mahasiswa bersama tokoh masyarakat, kader

desa dan pengurus setiap RT yang ada di wilayah RW 05 kelurahan

Bakalan Krajan Kecamatan Sukun melakukan pengkajian

c. Pengumpulan data dilakukan mulai tanggal 9 s.d 16 April 2019.

d. Tabulasi data dan analisa data pada tanggal 16-20 April 2019. Setelah

data terkumpul maka data tersebut ditabulasikan dan dibuat dalam

bentuk Tabel yang kemudian di kemas dalam bentuk presentase

Power Point untuk disajikan pada saat pertemuan Musyawarah

33
Masyarakat Rukun Warga (MMRW 1). Pengolahan data mencakup

analisa-analisa masalah kesehatan yang ada di masyarakat.

34
BAB III

GAMBARAN UMUM LOKASI

A. Geografi
1. Data Umum
a. Kelurahan Bareng
Kelurahan Bareng merupakan kelurahan yang terletak di
wilayah Kecematan Klojen, Kota Malang Provinsi Jawa Timur.
Kelurahan ini terdiri dari 8 RW dan 74 RT. Penduduknya berjumlah
21.247 jiwa, laki-laki sebanyak 10.547 jiwa dan perempuan sebanyak
10.700 jiwa. Rentang usia 0-15 tahun sebanyak 8.322 jiwa, usia 15-65
tahun sebanyak 11.305 jiwa dan usia 65 tahun ke-atas sebanyak 1.620
jiwa.
b. RW 02
RW 02 merupakan salah satu wilayah yang berada di
Kelurahan BarengKecamatan Klojen Kota Malang Provinsi Jawa
Timur yang terbagi menjadi 11 RT.
2. Luas
Kelurahan Bareng memiliki luas daerah 10.650 km2 .
3. Batas Wilayah
a. Secara garis besar, kelurahan Barengdikelilingi oleh:
1) Sebelah Utara berbatasan langsung dengan Kelurahan Gading
Kasri
2) Sebelah Selatan berbatasan langsung dengan Kelurahan Tanjung
Rejo
3) Sebelah Barat berbatasan langsung dengan Kelurahan Pisang Candi
4) Sebelah Timur berbatasan langsung dengan Kelurahan Kauman

35
b. Secara spesifik, RW 02 dikelilingi oleh:
1) Sebelah Utara berbatasan dengan Kelurahan Gading Kari.
2) Sebelah Timur berbatasan dengan RW 1.
3) Sebelah Selatan berbatasan dengan RW 08.
4) Sebelah Barat berbatasan dengan RW 03.
4. Iklim
RW 02 Kelurahan Bareng Kecamatan Klojen Kota Malang
Provinsi Jawa Timur merupakan wilayah yang beriklim tropis dimana
hanya mengenal dua musim, yaitu:
a. Musim Hujan, dimulai sekitar bulan November sampai bulan Juni.
b. Musim Kemarau, dimulai sekitar bulan Juli sampai bulan Oktober.

B. Sistem Pemerintahan dan Kesehatan


1. Sistem Pemerintahan
Sistem Pemerintahan yang digunakan di Kelurahan Bareng
Kecamatan Klojen Kota Malang Provinsi Jawa Timur adalah Sistem
Pemerintahan Demokrasi yang dipimpin oleh seorang lurah. Dalam
mengemban tugasnya sehari-hari, Lurah Bareng dibantu oleh staf dengan
jumlah personel 7 orang, beserta masing-masing Kepala RW dan Ketua
RT. Berikut ini susunan penyelenggaraan pemerintahan Kelurahan
BarengKecamatan Klojen Kota Malang Provinsi Jawa Timur periode
adalah 2018 sebagai berikut:
a. Kepala Kelurahan :Hariadi Budhi Handoko S.Sos
b. Sekertaris Lurah : Moch Winarko
c. Kepala Seksi Pemerintahan :-
d. Kepala Seksi Sarana & Pra :-
e. Staf Seksi Trantibum :-
f. Staf Seksi SDM dan Pembangunan : Sri Winarti S.E
g. Staf Sekertaris Kelurahan Bareng : - Sumargiono
- Moedji Astuti
- Hartono
- Rika Racmawati

36
- Suwono
h. Ketua RW II : Drs. Syarifuddin
i. Ketua RT I : Sudiono
j. Ketua RT II : Agus Winanrno Istoha
k. Ketua RT III : Nuriadi
l. Ketua RT IV : Slamet Kariyadi
m. Ketua RT V : Wasis Wibisono
n. Ketua RT VI : Dwi Sandi Purwono
o. Ketua RT VII : Karyadi
Selain itu, dalam menjalankan tugas pemerintahan di wilayahnya,
Kelurahan Bareng memiliki mitra kerja. Mulai dari bidang pendidikan,
kesehatan masyarakat, ekonomi masyarakat, keamanan dan ketertiban,
partisipasi masyarakat, pemerintahan, lembaga masyarakat, hingga
pemberdayaan kesejahteraan keluarga. Selain itu, ada organisasi sosial
kemasyarakatan seperti karang taruna, karang werda, kader lingkungan,
PSM (Pekerja Sosial Masyarakat), Gepoktan (Gabungan Kelompok Tani
dan Nelayan), KKB (Kader Keluarga Berencana), BKB (Bina Keluarga
Balita), WKSBM (Wahana Kesejahteraan Sosial Berbasis Masyarakat),
Tokoh Masyarakat, Gerdu Taskin, PLKB, Dasawisma, PAUD
(Pendidikan Anak Usia Dini), TK, Modin, Satgas Linmas, dan lain-lain.
Untuk mendukung misi Kota Malang sebagai salah satu kota
pendidikan di Jawa Timur, pendidikan dari tingkat dasar, menengah
pertama, menengah atas hingga perguruan tinggi di wilayah Kelurahan
Bareng pun digalakkan. Di kelurahan ini terdapat tujuh buah gedung
Taman Kanak-kanak (TK), dua buah gedung Sekolah Dasar (SD), satu
buah gedung Sekolah Menengah Pertama (SMP), dua buah gedung
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), dan satu buah gedung perguruan
tinggi.
Untuk meningkatkan pelayanan kesehatan terhadap
masyarakatnya, di Kelurahan Bareng juga terdapat Puskesmas Pembantu,
lima unit Posyandu, dan dua unit Poliklinik. Sementara untuk fasilitas

37
keagamaan, Kelurahan Bareng memiliki tujuh belas buah masjid,
sembilan buah mushola, dan sebuah gereja.
2. Sistem Kesehatan
RW 02 Kelurahan Bareng Kecamatan Klojen Kabupaten Malang
Provinsi Jawa memiliki fasilitas pelayanan kesehatan yakni Posyandu
yang umumnya digunakan untuk imunisasi, pemeriksaan Kesehatan Ibu
dan Anak (KIA), pemeriksaan Lansia dan pospindu Penyakit Terpadu
Menular yang diadakan sekali dalam satu sebulan. Dimana Posyandu di
RW 2 Kelurahan Bareng ada dua yaitu di RT 1 dan RT 7

C. Dinamika Kesehatan Masyarakat RW 2 Kelurahan Bareng


Dari data kesehatan yang diperoleh, diketahui bahwa status kesehatan
masyarakat senantiasa berubah setiap waktu bergantung dari kondisi
geografis, pengetahuan masyarakat tentang kesehatan dan pola perilaku
masyarakat dalam menjaga kesehatanya.
1) Data Demografi
Dari Hasil Pendataan yang dilakukan pada tanggal 10 s/d 11 April
2019 di wilayah RW 2 kelurahan Bareng, didapatkan jumlah jiwa
sebanyak 201 jiwa yang terdiri dari 73 KK.

Tabel 3.1 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Jenis Kelamin Pada Wilayah Binaan
RT 01 – RT 07 Kelurahan Bareng

Jenis Kelamin Frekuensi Persentase (%)

Laki-laki 93 45,36

Perempuan 112 54,63

Total 205 100

(sumber: Data Primer, 2019).

Berdasarkan tabel 3.1 distribusi frekuensi jenis kelamin pada


wilayah binaan RT 01 sampai RT 07 di dapatkan bahwa dari jiwa, kategori
yang terbanyak pada jenis kelamin perempuan dengan jumlah 112 orang
(45,36%) dan laki-laki 112 orang (54,63%). Perempuan diberi peran

38
menjalankan tugas-tugas di ruang publik, peran perempuan diruang publik
akan menambah fungsi dan peran sosial di masyarakat.
Tabel 3.2 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Usia Pada Wilayah Binaan
RT 01 – RT 07 Kelurahan Bareng

Usia Frekuensi Persentase (%)

>60 th 51 24,8

25-59 th 98 47,8

12-21 th 29 14,1

5-11 th 21 10,2

<5 th 6 2,9

Total 205 100

(sumber: data Primer, 2019).

Berdasarkan tabel 3.2 distribusi frekuensi usia pada wilayah


binaan RT 01 sampai RT 07 di dapatkan bahwa terbanyak yaitu 22-45 th
dengan jumlah 98 orang (47,8 %), >60 th dengan jumlah 51 orang (24,8 %),
12-21 th dengan jumlah 29 orang (14,1%), 5-11th dengan jumlah orang 21
(10,2%), dan <5 th 6 orang (2,9%).
Tabel 3.3 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pekerjaan Pada Wilayah Binaan
RT 01 – RT 07 Kelurahan Bareng

Pekerjaan Frekuensi Persentase (%)

IRT 12 16.4

Swasta 53 72.6

PNS 4 5.5

Pensiunan 4 5.5

Total 73 100

(sumber: data Primer, 2019).


Berdasarkan tabel 3.3 distribusi pekerjaan pada wilayah binaan RT
01 sampai RT 07 ditemukan bahwa terbanyak IRT sebanyak 12 orang

39
(16,4,1%), karyawan swasta sebanyak 53 orang (72,6%), PNS sebanyak 4
orang (5,5 %) dan pensiunan sebanyak 4 orang (5,5 %).
Tabel 3.4 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pendidikan Pada Wilayah Binaan
RT 01 – RT 07 Kelurahan Bareng

Pendidikan Frekuensi Persentase (%)

SD 5 12,3

SMP 7 9,6

SMA 47 64,4

D IV/S1 7 9,6

S2 3 4,1

Total 73 100

(sumber: Data Primer, 2019).


Berdasarkan tabel 3.4 distribusi frekuensi pendidikan pada
wilayah binaan RT 01 sampai RT 07 di dapatkan bahwa pendidikan
terbanyak SD dengan jumlah 5 orang (12,3 %), SMA dengan jumlah 47
orang (64,4 %), SMP 7 orang (9,6 %), S1 dengan jumlah 7 orang (7,3) dan
S2 dengan jumlah 3 orang (4,1 %).
Tabel 3.5 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Agama Pada Wilayah Binaan
RT 01 – RT 07 Kelurahan Bareng

Pendidikan Frekuensi Persentase (%)

Islam 70 95.9

Kristen 1 1,4

Katolik 2 2,7

Total 73 100

(sumber: Data Primer, 2019).


Berdasarkan tabel 3.5 distribusi frekuensi agama pada wilayah
binaan RT 01 sampai RT 07 di dapatkan bahwa agama terbanyak islam
dengan jumlah 70 orang (95,9 %), kristen dengan jumlah 1 orang (1,4 %),
katolik 2 orang (2,7 %).

40
Tabel 3.6 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Alamat Pada Wilayah Binaan
RT 01 – RT 07 Kelurahan Bareng

Pendidikan Frekuensi Persentase (%)

RT 1 7 9,6

RT 2 13 17,8

RT 3 12 16,4

RT 4 13 17,8

RT 5 12 16,4

RT 6 5 6,8

RT 7 11 15,1

Total 73 100

(sumber: Data Primer, 2019).


Berdasarkan tabel 3.6 distribusi frekuensi alamat pada wilayah
binaan RT 01 sampai RT 07 di dapatkan bahwa RT 1 sebanyak 7 KK
(9,6%), RT 2 sebanyak 13 KK (17,8%), RT 3 sebanyak 12 KK (16,4%), RT
4 sebanyak 13 KK (17,8%), RT 5 sebanyak 12 KK (16,4%), RT 6 sebanyak
5 KK (6,8%), dan RT 7 sebanyak 11 KK (15,1%)
Tabel 3.7 Distribusi Frekuensi Anggota Keluarga Pada Wilayah Binaan
RT 01 – RT 07 Kelurahan Bareng

Anggota Keluarga Frekuensi Persentase (%)

Lansia 51 24,8

Dewasa 91 44,3

Ibu KB 7 3,4

Remaja 29 14,1

Anak Sekolah 21 10,2

Balita 6 2,9

Total 205 100

(sumber: Data Primer, 2019).

41
Berdasarkan tabel 3.7 distribusi frekuensi anggota keluarga pada
wilayah binaan RT 01 sampai RT 07 di dapatkan bahwa terbanyak yaitu
lansia dengan jumlah 51 orang (24,8 %), dewasa dengan jumlah 91 orang
(64,3 %), Ibu KB 7 orang (9,6 %), remaja dengan jumlah 29 orang (14,1%)
Anak Sekolah dengan jumlah orang 21 (10,2%), dan balita 6 orang (2,9%).

2) Sosial Ekonomi
Tabel 3.8 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Penghasilan Pada Wilayah Binaan
RT 01 – RT 07 Kelurahan Bareng

Penghasilan Frekuensi Persentase (%)

< Rp 500.000 25 34.2

RP 500.000 - 1.000.000 37 50.7

> Rp 1.000.000 11 15.1

Total 73 100

(sumber: data Primer, 2019).

Berdasarkan tabel 3.8 diperoleh hasil dari 73 KK (100 %) yang


berpenghasilan < Rp 500.000 sebanyak 25 KK (34,2 %), RP 500.000 -
1.000.000 sebanyak 37 KK (50,7 %) dan > Rp 1.000.000 sebanyak 11 KK
(15,1 %)

Tabel 3.9 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Kepemilikan Asuransi Pada


Wilayah Binaan RT 01 – RT 07 Kelurahan Bareng

Penghasilan Frekuensi Persentase (%)

BPJS 62 84,9

Tidak Memiliki 11 15

Total 73 100

(sumber: data Primer, 2019).

42
Berdasarkan tabel 3.9 diperoleh hasil dari 73 KK (100 %) yang
memiliki BPJS sebanyak 62 orang (84,9%) dan tidak memiliki asuransi
sebanyak 11 orang (15%).

3) Lingkungan Fisik
a. Perumahan
Tabel 3.10 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Adanya Pekarangan
Sekitar rumah Pada Wilayah Binaan RT 01 – RT 07 Kelurahan Bareng
Pekarangan sekitar Persentase (%)
Frekuensi
rumah
Tidak punya 47 64.4

Punya 26 35.6

Total 73 100

(sumber: data Primer, 2019).

Berdasarkan tabel 3.10 distribusi Frekuensi kebersihan halaman


rumah diwilayah binaan RT 01 sampai RT 07 ditemukan bahwa yang punya
pekarangan sekitar rumah sebanyak 26 orang (35,6 %), dan yang tidak
punya halaman sebanyak 47 KK (64,4 %).

Tabel 3.11 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Adanya Ventilasi/Jendela


Rumah Pada Wilayah Binaan RT 01 – RT 07 Kelurahan Bareng

Ventilasi Frekuensi Persentase (%)

Kurang 41 56.2

Cukup 31 42.5

Baik 1 1.4

Total 73 100

(sumber: data Primer, 2019)


Berdasarkan tabel 3.11 distribusi Frekuensi ventilasi pada wilayah
binaan RT 01 sampai RT 07 ditemukan bahwa terdapat ventilasi yang
kurang sebanyak 41 rumah (56,2%), ventilasi yang cukup sebanyak 31
rumah (42,5%) dan ventilasi yang baik sebanyak 1 rumah (1,4 %).

43
Tabel 3.12 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pencahayaan Rumah
Pada Wilayah Binaan RT 01 – RT 07 Kelurahan Bareng

Pencahayaan Frekuensi Persentase(%)

Buruk 43 58.9

Cukup 29 39.7

Baik 1 1,4

Total 73 100

(sumber: data Primer, 2019)


Berdasarkan tabel 3.12 distribusi Frekuensi pencahayaan
diwilayah binaan RT 01 sampai RT 07 ditemukan bahwa pencahayaan
Buruk sebanyak 43 rumah (58,9 %), pencahayaan cukup sebanyak 29
rumah (39,7%) dan pencahayaan baik sebanyak 1 rumah (1,4%).
Tabel 3.13 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Kebersihan Rumah
Pada Wilayah Binaan RT 01 – RT 07 Kelurahan Bareng

Pencahayaan Frekuensi Persentase(%)

Buruk 37 50,7

Baik 36 49,3

Total 73 100

(sumber: data Primer, 2018)


Berdasarkan tabel 3.13 distribusi Frekuensi pencahayaan
diwilayah binaan RT 01 sampai RT 07 ditemukan bahwa kebersihan buruk
sebanyak 37 rumah (50,7 %) dan baik sebanyak 36 rumah (49,3%).

b. Kandang
Tabel 3.14 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Kondisi Kandang Pada
Wilayah Binaan RT 01 – RT 07 Kelurahan Bareng

Pencahayaan Frekuensi Persentase(%)

Bersekat 8 10,9

Tidak Bersekat 5 6,8

44
Tidak Punya 60 82,19

Total 73 100

(sumber: data Primer, 2019)


Berdasarkan tabel 3.14 distribusi Frekuensi pencahayaan
diwilayah binaan RT 01 sampai RT 07 ditemukan bahwa kondisi
kandang bersekat sebanyak 8 rumah (10,9%), tidak bersekat sebanyak 5
rumah (6,8%), dan tidak punya kandang sebanyak 60 rumah (82,19%).
Tabel 3.15 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Kebersihan Kandang Pada
Wilayah Binaan RT 01 – RT 07 Kelurahan Bareng

Pencahayaan Frekuensi Persentase(%)

Bersih 5 6,8

Tidak Bersih 8 10,9

Tidak Punya 60 82,19

Total 73 100

(sumber: data Primer, 2019)


Berdasarkan tabel 3.16 distribusi Frekuensi pencahayaan
diwilayah binaan RT 01 sampai RT 07 ditemukan bahwa kondisi
kandang bersih sebanyak 5 rumah (6,8%), tidak bersih sebanyak 8 rumah
(10,9%), dan tidak punya kandang sebanyak 60 rumah (82,19%).
c. Pembuangan Sampah
Tabel 3.17 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Adanya Tempat Penampungan
Sampah Pada Wilayah Binaan RT 01 – RT 07, Kelurahan Bareng

Penampungan sampah Frekuensi Persentase (%)

Terbuka 42 57.5

Tertutup 31 42.5

Total 73 100

(sumber: data Primer, 2019).


Berdasarkan tabel 3.17 distribusi Frekuensi tempat penampungan
sampah sementara diwilayah binaan RT 01 sampai RT 07 berjumlah 73
KK (100 %) mempunyai tempat penampungan sampah dengan kategori

45
dalam keadaaan terbuka sebanyak 42 KK (57,5 %) dan dalam keadaan
tertutup sebanyak 31 % (42,5).
Tabel 3.18 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Cara Pembuangan Sampah
Pada Wilayah Binaan RT 01 – RT 07, Kelurahan Bareng

Penampungan sampah Frekuensi Persentase (%)

Angkut 73 100

Total 73 100

(sumber: data Primer, 2019).


Berdasarkan tabel 3.18 distribusi Frekuensi tempat penampungan
sampah sementara diwilayah binaan RT 01 sampai RT 07 berjumlah 73
KK (100 %) cara pembuangan sampah

d. Sumber Air
Tabel 3.19 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Sumber Air Pada Wilayah
Binaan RT 01 – RT 07 Kelurahan Bareng

Sumber air Frekuensi Persentase (%)

PDAM 39 53.4

Sumur 34 46.6

Total 73 100

(sumber: data Primer, 2019).


Berdasarkan tabel 3.19 distribusi Frekuensi sumber air diwilayah
binaan RT 01 sampai RT 07 ditemukan bahwa dalam kategori air PDAM
sebanyak 39 KK (53,4%) dan sumur sebanyak 30 KK (46,6).
Tabel 3.20 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Tempat Penampungan Air
Pada Wilayah Binaan RT 01 – RT 07 Kelurahan Bareng

Tempat penampungan Frekuensi Persentase (%)

Terbuka 62 84.9

Tertutup 11 15.1

Total 87 100

(sumber: data Primer, 2019).

46
Berdasarkan tabel 3.20 distribusi Frekuensi tempat penampungan
air sementara di wilayah RT 01 sampai RT 07 didapatkan penyimpanan
Terbuka sebanyak 62 KK (84,9 %) dan penyimpanan sebanyak 11 KK
(15,1 %).
Tabel 3.21 Distribusi Frekuensi Berdasarkan kondisi air dalam
penampungan sementara Pada Wilayah Binaan RT 01 – RT 07 Kelurahan
Bareng
Kondisi air dalam Persentase (%)
Frekuensi
penampungan
Berbau berasa berwarna 5 6.8

Tidak berbau bewarna


68 93.2
berasa

Total 73 100

(sumber: data Primer, 2019)


Berdasarkan tabel 3.21 distribusi Frekuensi kondisi air dalam
penampung diwilayah binaan RT 01 sampai RT 07 ditemukan bahwa
kategori tidak berbau/berasa sebanyak 68 KK (93,2 %) dan adanya kondisi
air yang berbau dan berasa sebanyak 5 KK (6,8 %).

e. Pembuangan Limbah
Tabel 3.22 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Jarak sumber Air dengan
Septic Tank Pada Wilayah Binaan RT 01 – RT 07 Kelurahan Bareng
Jarak sumber air dengan Persentase (%)
Frekuensi
septic tank
<10 m 44 60.3

>10 m 29 39.7

Total 73 100

(sumber: data Primer, 2019).


Berdasarkan tabel 3.22 distribusi Frekuensi jarak sumber air
dengan septic tank terbanyak <10 m sebanyak 44 KK (60,3 %), Yang >10
m sebanyak 31 orang (39,7 %).

47
Tabel 3.23 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pembuangan Air Limbah
Pada Wilayah Binaan RT 01 – RT 07 Kelurahan Bareng

Pembuangan air limbah Frekuensi Persentase (%)

Selokan 24 32.9

Sungai 49 67.1

Total 73 100

(sumber: data Primer, 2019).


Berdasarkan tabel 3.23 distribusi Frekuensi tempat pembuangan air
limbah diwilayah binaan RT 01 sampai RT 07 ditemukan bahwa
pembuangan air limbah di selokan sebanyak 24 KK (32,9 %) dan
sungai sebanyak 49 KK (67,1 %).
Tabel 3.24 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Kondisi Saluran
Pembuangan Pada WilayahBinaan RT 01 – RT 07 Kelurahan Bareng
Kondisi saluran Persentase (%)
Frekuensi
pembuangan
Terbuka tergenang 26 35.6

Tertutup lancar 47 64.4

Total 73 100

(Sumber: Data Primer, 2019).


Berdasarkan tabel 3.24 distribusi frekuensi kondisi saluran
pembuangan di wilayah binaan RT 01 sampai RT 07 ditemukan kondisi
saluran pembuangan terbuka dan tergenang sebanyak 26 KK (35,6%)
dan kondisi saluran pembuangan tertutup lancar 47 KK (64,4).
Tabel 3.25 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pembuangan Tinja Pada
Wilayah Binaan RT 01 – RT 07 Kelurahan Bareng

Pembuangan air limbah Frekuensi Persentase (%)

Septik Tank 39 53,4

Sungai 34 46,6

Total 73 100

(sumber: data Primer, 2019).

48
Berdasarkan tabel 3.25 distribusi Frekuensi tempat pembuangan air
limbah diwilayah binaan RT 01 sampai RT 07 ditemukan bahwa
pembuangan air limbah di septik tank sebanyak 39 KK (53,4 %) dan
sungai sebanyak 34 KK (46,6 %).
Tabel 3.26 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Kepemilikan WC Pada
Wilayah Binaan RT 01 – RT 07 Kelurahan Bareng

Pembuangan air limbah Frekuensi Persentase (%)

Pribadi 69 94,5

Umum 4 5,5

Total 73 100

(sumber: data Primer, 2019).


Berdasarkan tabel 3.26 distribusi Frekuensi kepemilikan WC
limbah diwilayah binaan RT 01 sampai RT 07 ditemukan bahwa
pembuangan air limbah di pribadi sebanyak 69 rumah (94,5 %) dan
umum sebanyak 4 rumah (5,5%).
Tabel 3.27 Distribusi Frekuensi Berdasarkan kondisi WC Pada Wilayah
Binaan RT 01 – RT 07 Kelurahan Bareng

Pembuangan air limbah Frekuensi Persentase (%)

Tidak terpelihara 13 17,8

Terpelihara 60 57,1

Total 73 100

(sumber: data Primer, 2019).


Berdasarkan tabel 3.27 distribusi Frekuensi kondisi WC diwilayah
binaan RT 01 sampai RT 07 ditemukan bahwa kondisi WC tidak
terpelihara sebanyak 13 rumah (17,8 %) dan terpelihara 60 rumah
(57,1%).

49
3) Rekreasi
Tabel 3.28 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pernah Rekreasi Pada
Wilayah Binaan RT 01 – RT 07 Kelurahan Bareng

Pembuangan air limbah Frekuensi Persentase (%)

Ya 42 57,5

Tidak 30 41

Total 73 100

(sumber: data Primer, 2019).


Berdasarkan tabel 3.28 distribusi Frekuensi pernah rekreasi
diwilayah binaan RT 01 sampai RT 07 ditemukan bahwa pernah rekreasi
sebanyak 42 rumah (57,5 %) dan tidak rekreasi 30 rumah (41%).
Tabel 3.29 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Tempat Rekreasi Pada
Wilayah Binaan RT 01 – RT 07 Kelurahan Bareng

Pembuangan air limbah Frekuensi Persentase (%)

Taman 39 37,1

Pantai 6 8,2

Lain-lain 28 38,4

Total 73 100

(sumber: data Primer, 2019).


Berdasarkan tabel 3.29 distribusi Frekuensi tempat rekreasi
diwilayah binaan RT 01 sampai RT 07 ditemukan bahwa pilihan rekreasi
taman 39 KK (53,4%), pantai 6KK (8,2%), dan lain-lain 28 KK (38,4%).
Tabel 3.30 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Waktu Luang yang dilakukan
warga Pada Wilayah Binaan RT 01 – RT 07 Kelurahan Bareng

Pembuangan air limbah Frekuensi Persentase (%)

Menonton TV 39 37,1

Jalan-jalan 22 30,1

Merokok 12 11,4

Total 73 100

50
(sumber: data Primer, 2019).
Berdasarkan tabel 3.30 distribusi Frekuensi waktu luang warga
diwilayah binaan RT 01 sampai RT 07 ditemukan bahwa pilihan
menonton TV 39 KK (37,1%), jalan-jalan 22 KK (30,1%), dan merokok
12 KK (16,4%).

4) Komunikasi dan Transportasi


Tabel 3.31 Distribusi Frekuensi Berdasarkan transportasi dan keamanan di
Wilayah Binaan RT 01 – RT 7 Kelurahan Bareng

Transportasi dan keamanan Frekuensi Persentase (%)

Umum 40 38,1

Pribadi 33 31,4

Total 73 69,5%

(sumber: data Primer,2019).


Berdasarkan tabel 3.31 distribusi Frekuensi transportasi umum 40
(38,1%), dan transportasi pribadi 33 (31,4%).
Tabel 3.32 Distribusi Frekuensi Berdasarkan jarak rumah dengan
sarana kesehatan Pada Wilayah Binaan RT 01 – RT 07 Kelurahan
Bareng

Jarak Frekuensi Persentase (%)

< 5 km 73 100

> 5 km 0 0

Total 73 100

(Sumber: Data Primer, 2019).


Berdasarkan tabel 3.32 distribusi frekuensi jarak rumah dengan
sarana kesehatan >5 km sebanyak 73 KK (100%).
Tabel 3.33 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Bahasa Komunikasi di
Wilayah Binaan RT 01 – RT 7 Kelurahan Bareng

Bahasa Komukasi Frekuensi Persentase (%)

51
Madura 5 4,8

Jawa 68 64,8

Total 73 69,5%

(sumber: data Primer,2019).


Berdasarkan tabel 3.33 distribusi Frekuensi bahasa komunikasi
madura sebanyak 5 (4,8%), dan jawa sebanyak 68 (64,8%).
Tabel 3.34 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Alat Komunikasi di Wilayah
Binaan RT 01 – RT 7 Kelurahan Bareng

Alat Komukasi Frekuensi Persentase (%)

Manual 33 31,4

Online 40 38,1

Total 73 69,5%

(sumber: data Primer,2019).


Berdasarkan tabel 3.34 distribusi Frekuensi alat komunikasi
manual sebanyak 33 (31,4%), dan online sebanyak 40 (38,1%).

5) Kesehatan
Tabel 3.35 Distribusi Frekuensi penyakit Pada Wilayah Binaan RT 01-RT07
Kelurahan Bareng
Persentase
Jenis penyakit Frekuensi (%)

Hipertensi 20 9,75

DM 11 5,36

TBC 3 1,4

Batuk pilek 5 2,4

Gagal Ginjal 1 0,48

Pegal pegal 4 1,9

Rhematik 2 0,97

52
Tidak Sakit 159 77,56

Total 205 100

Sumber: Data Primer, 2019).


Berdasarkan tabel 3.35 distribusi jenis penyakit pada wilayah
binaan RT 01- 07 Kelurahan Bareng yaitu Hipertensi 20 orang (9,75%),
DM 11 orang (5,36%), Batuk pilek 5 orang (2,4%), Gagal ginjal 1 orang
(0,48%), Pegal-pegal 4 orang (1,9%), Rhematik 2 orang (0,97%), dan
tidak sakit 159 orang (77,56%).
Tabel 3.36 Distribusi Frekuensi Berdasarkan pilihan ketika sakit Pada
Wilayah Binaan RT 01 – RT 07 Kelurahan Bareng

Sarana kesehatan Persentase


Frekuensi (%)
terdekat

Pelayanan Kesehatan 66 90,4

Tidak Periksa 7 9,6

Total 73 100

(Sumber: Data Primer, 2019).


Berdasarkan tabel 3.36 distribusi pilihan ketika sedang sakit yaitu
66 KK (90,4%) ke pelayanan kesehatan, kemudian 7 KK (9,6%) memilih
untuk tidak periksa.

6) Pendidikan
Tabel 3.37 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pendidikan Pada Wilayah
Binaan RT 01 – RT 07 Kelurahan Bareng

Pendidikan Frekuensi Persentase (%)

SD 5 12,3

SMP 7 9,6

SMA 47 64,4

D IV/S1 7 9,6

53
S2 3 4,1

Total 73 100

(sumber: Data Primer, 2019).


Berdasarkan tabel 3.37 distribusi frekuensi pendidikan pada
wilayah binaan RT 01 sampai RT 07 di dapatkan bahwa pendidikan
terbanyak SD dengan jumlah 5 orang (12,3 %), SMA dengan jumlah 47
orang (64,4 %), SMP 7 orang (9,6 %), S1 dengan jumlah 7 orang (7,3) dan
S2 dengan jumlah 3 orang (4,1 %).

7) Kemanan
Berdasarkan hasil wawancara dengan ketua RW002 tanggal 12
April 2019 belum diterapkannya system keamanan khusus, namun
direncanakan untuk pembuatan portal di daerah RW 2. Hal tersebut
dikarenakan pada tahun 2017 telah terjadi curnmor (pencurian motor)
sebanyak 17 motor.

8) Politik dan Pemerintahan


Berdasarkan hasil wawancara dengan ketua RW002 tanggal 12
April 2019 Di dalam RW 2 ditetapkan kebijakan dan pemerintahan yang
demokratis, di mana warga dikumpulkan dalam sebuah rapat RW rutin
setiap 2 bulan sekali dan pada minggu ke-4. Selain rapat RW, di
lingkungan RW 2 juga rutin diadakan kegiatan pertemuan oleh Ibu-ibu
PKK dan dasawisma tiap bulannya
9). Balita, anak dan remaja
a. Balita
Tabel 3.44 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Balita Pada Wilayah
Binaan RT 01-RT 07 RW 02 Kelurahan Bareng
Balita Frekuensi Persentase (%)
Iya 12 4,9
Tidak 232 95,1
Total 244 100
(sumber: data Primer, 2018).

54
Berdasarkan table 3.40 dari 244 jiwa (100%), didapatkan
sebanyak 12 jiwa (4,9 %) yang dikategorikan balita, dan 232 jiwa
(95,1) lainnya bukan balita

Tabel 3.41 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Setiap bulan balita dibawa


keposyandu RT 01-RT 07 RW 02 Kelurahan Bareng
Setiap bulan balita
dibawa ke Frekuensi Persentase (%)
posyandu
Ya 12 100
Total 12 100
(sumber: data Primer, 2018).

Berdasarkan tabel 3.41 diperoleh hasil sebanyak 12 keluarga


(100 %) yang rutin membawa balita ke posyandu dalam sebulan sekali.

Tabel 3.42 Distribusi Frekuensi Berdasarkan imunisasi Pada Wilayah


Binaan RT 01-RT 07 Kelurahan Bareng
Imunisasi Frekuensi Persentase (%)
Ya 12 100
Total 12 100
(sumber: data Primer,2018).

Berdasarkan tabel 3.42 diperoleh hasil sebanyak 12


keluarga (100 %) yang balitanya sudah mendapatkan imunisasi.

Tabel 3.43 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Jenis Imunisasi yang


di Dapat Pada Wilayah Binaan RT 01-RT 07 Kelurahan Bareng
Jenis Imunisasi Yang
Frekuensi Persentase (%)
Didapatkan
Polio 10 23
Hepatitis 10 23
BCG 11 25
Campak 8 18
DPT 5 11
Total 44 100
(sumber: data Primer,2018).

Berdasarkan table 3.43 jenis imunisasi yang diperoleh sebanyak


44 (100 %) dengan kategori imunisasi Polio sebanyak 10 balita (23 %),
Hepatitis 10 (23 %), BCG 11 (25 %), Campak 8 (18 %), dan DPT 5 (11
%).

55
Tabel 3.44 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Anak Memiliki KMS
Pada Wilayah Binaan RT 01-RT 07 Kelurahan Bareng
Kepemilikan KMS Frekuensi Persentase (%)
Ya 12 100
Total 12 100
(sumber: data Primer,2018)

Berdasarkan tabel 3.44 diperoleh hasil dari 12 balita


(100%) yang memiliki KMS sebanyak 9 balita (90 %) dan yang tidak
memiliki KMS sebanyak 3 balita (10 %).

Tabel 3.45 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Hasil Penimbangan


di KMS Pada Wilayah Binaan RT 01-RT 07 Kelurahan Bareng
Hasil Penimbangan Frekuensi Persentase (%)
Di daerah garis hijau 12 100
Total 12 100
(sumber: data Primer,2018)

Berdasarkan tabel 3.45 diperoleh hasil dari 12 balita (100 %) hasil


penimbangan berada pada garis hijau.

Tabel 3.46 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Balita > 6 bulan


mendapat makanan pendamping ASI Pada Wilayah Binaan RT
01-RT 07 Kelurahan Bareng
Pemberian makanan
Frekuensi Persentase (%)
pendamping ASI
Ya 8 66,7
Tidak 4 33,3
Total 12 100
(sumber: data Primer,2018)

Berdasarkan tabel 3.46 diperoleh hasil, dari 12 balita (100 %)


yang mendapatkan pemberian makanan pendamping ASI > 6 bulan
yaitu sebanyak 8 balita (66,7 %) dan yang tidak sebanyak 4 balita (33,3
%).

Tabel 3.47 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Balita yang Sakit


Pada Wilayah Binaan RT 01-RT 07 Kelurahan Bareng
Balita Sakit Frekuensi Persentase (%)
Ya 1 8
Tidak 11 92

56
Total 12 100
(sumber: data Primer,2018).

Berdasarkan tabel 3.47 diperoleh hasil dari 12 balita (100 %),


yang sakit sebanyak 1 balita (8%) dan yang tidak sakit sebanyak 8 (92
%)

Tabel 3.48 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Jenis Penyakit yang


Dialami Balita Pada Wilayah Binaan RT 01-RT 07 Kelurahan
Bareng
Penyakit Yang Dialami Balita Frekuensi Persentase (%)
ISPA (batuk, pilek) 1 100
Total 1 100
(sumber: data Primer,2018).

Berdasarkan tabel 3.48 diperoleh hasil 100 % penyakit yang


dialami balita yaitu ISPA (batuk,pilek).

Tabel 3.49 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Tindakan


Penanganan Penyakit Pada Balita di Wilayah Binaan RT 01-RT 07
Kelurahan Bareng
Penangana Penyakit pada
Frekuensi Persentase (%)
Balita
Kesarana pelayanan kesehatan 1 100
Total 1 100
(sumber: data Primer,2018).

Berdasarkan table 3.49 diperoleh hasil 100 % penangan


penyaklit pada balita yaitu dibawa kesarana pelayanan kesehatan.

b. Anak dan remaja


Tabel 3.50
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Anak dan Remaja di Wilayah
Binaan RT 01-RT 07 Kelurahan Bareng
Adanya Anak dan
Frekuensi Persentase (%)
Remaja
Ya 42 17,2
Tidak 202 82,8
Total 244 100
Berdasarkan tabel 3.50 didapatkan hasil dari 244 orang yang
berusia anak dan remaja sebanyak 42 orang (17,2 %) dan sisanya tidak
termasuk usia anak dan remaja sebanyak 202 orang (82,8 %).

57
10) Lansia
Tabel 3.38 Distribusi Frekuensi Berdasarkan jenis penyakit yang
diderita lansia di Wilayah Binaan RT 01 – RT 7 Kelurahan Bareng
Jenis penyakit yang Persentase (%)
Frekuensi
diderita lansia
Hipertensi 14 27,4

Tidak sakit 25 49

Batuk pilek 5 9,8

Pegal pegal 5 9,8

Rhematik 2 3,9

Total 51 100

(sumber: data Primer,2019).


Berdasarkan tabel 3,38 distribusi frekuensi jenis penyakit pada
lansia adalah hipertensi sebanyak 14 orang (27,4%), tidak sakit
sebanyak 25 (49%), pegal-pegal 5 (9,8%), Rhematik 5 (9,8%), dan
Batuk Pilek 5 (9,8%).
Tabel 3.39 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Kemampuan Lansia
Dalam Melakukan Aktifitas Sehari-Hari di Wilayah Binaan RT 01 – RT
07 Kelurahan Bareng

Lansia dibantu Frekuensi Persentase (%)

Mandiri 63 12,35

Butuh Bantuan 10 19,6

Total 51 100

(sumber: data Primer,2019)


Berdasarkan tabel 3,39 distribusi frekuensi kemampuan lansia
dalam aktifitas sehari-hari berdasarkan kategori mandiri sebanyak 63
orang (12,35%) dan lansia yang tidak mampu sebanyak 10 orang
(19,6%) dimana lansia di wilayah bareng mayoritas dapat melakukan
kegiatan dengan mandiri.
Tabel 3,40 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Lingkungan lansia di
Wilayah Binaan RT 01 – RT 07 Kelurahan Bareng

58
Lingkungan lansia Frekuensi Persentase (%)

Lantai licin 4 7,8

Selokan terbuka 4 7,8

Tempat gelap 2 3,9

Tidak membahayakan 41 80,3

Total 51 100

(sumber: data Primer,2019).


Berdasarkan tabel 3,40 distribusi Frekuensi lingkungan lansia
yang lantainya licin sebanyak 4 (7,8%), selokan terbuka sebanyak 4
(7,8%), tempat gelap sebanyak 2 (3,9%) dan lingkungan yang tidak
membahayakan seabanyak 41 (80,3%)
Tabel 3.41 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Kebiasaan lansia di
Wilayah Binaan RT 01 – RT 07 Kelurahan Bareng

Kebiasaan lansia Frekuensi Persentase (%)

Merokok 10 19,6

Minum Kopi 5 9,8

Kebiasaan Baik 36 70,5

Total 51 100

(sumber: data Primer,2019).


Berdasarkan tabel 3,41 distribusi Frekuensi kebiasan lansia yang
merokok sebanyak 10 (19,6%), minum kopi sebanyak 5 (9,8%) dan
kebiasaan baik seabanyak 36 (70,5%)
Tabel 3.42 Distribusi Frekuensi Berdasarkan kegiatan sosial pada
lansia di Wilayah Binaan RT 01 – RT 07 Kelurahan Bareng

Kegiatan sosial lansia Frekuensi Persentase (%)

Ya 25 49

Tidak 26 50,9

Total 51 100

59
(sumber: data Primer,2019).
Berdasarkan tabel 3.42 distribusi Frekuensi lansia melakukan
kegiatan sosial sebanyak 25 (49%) dan tidak mengikuti kegiatan sosial
sebanyak 26 orang (50,9 %)
Tabel 3.43 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Lansia yang Ikut Posyandu
Lansia di Wilayah Binaan RT 01 – RT 07 Kelurahan Bareng
Mengikuti posyandu Persentase (%)
Frekuensi
lansia
Ya 39 76,4

Tidak 12 23,5

Total 51 100

(sumber: data Primer,2019).


Berdasarkan tabel 3.43 didapatkan hasil lansia yang mengikuti
posyandu sebanyak 39 orang (76,4 %) dan yang tidak mengikuti lansia
sebanyak 12 orang (23,5 %).

60
BAB IV

ANALISA MASALAH
DAN POA

A. Analisa Masalah
DATA PENUNJANG PENYEBAB MASALAH

DS :

DO : Ketidakmampuan dalam Hambatan pemeliharaan rumah.


pemeliharaan rumah.
 Berdasarkan hasil pengambilan data di
Kelurahan Bareng, RW 02 dari hari
Selasa Rabu 9 – 10 April 2019 distribusi
KK yang memiliki ventilasi yang kurang
sebanyak 41 rumah (56,2%).
 Berdasarkan data yang diperoleh dari
hasil pengkajian di RW 2 Kelurahan
Bareng didapatkan kondisi rumah dengan
pecahahayaan yang buruk sebanyak 43
rumah (58,9%).
 Berdasarkan hasil pengambilan data di
Kelurahan Bareng RW 02 dari hari Selasa

61
Rabu 9 – 10 April 2019 Pembuangan
tinja ke sungai sebanyak 39 rumah
(59,4%).
 Berdasarkan hasil pengumpulan data di
Kelurahan Bareng, RW 02 dari hari
Selasa Rabu 9 – 10 April 2019
didapatkan bahwa sebanyak 44 rumah
(44,8%) tidak memiliki pekarangan,
sedangkan hanya 26 (24,8%) yang
memiliki pekarangan

DS :

DO :

 Berdasarkan data wawancara kepada Ketidakpatuhan individu dalam Resiko keparahan penyakit
masyarakat Kelurahan Bareng RW 02 mengontrol tekanan darah.
dari hari Selasa Rabu 9 – 10 April 2019
didapatkan bahwa anggota keluarganya
sakit saat ini diperoleh 28 orang dari 73
sampel kk, persentasi penyakit yang
paling banyak yaitu hipertensi sebanyak
14 orang (19,2%).

62
B. Plan Of Action (POA)
PJ
ALTERNATIF
Data MASALAH Tempat/Wak dan
NO TUJUAN PEMECAHAN Metode Sasaran
tu Pelaks
MASALAH
ana
1  Berdasarkan hasil Hambatan a. Tujuan jangka Memberikan informasi 1. Rumah 1. Ceramah Masyarakat Kelom
pengambilan data pemeliharaan panjang : berupa penyuluhan Warga RW 2. Diskusi Kelurahan pok 5
di Kelurahan rumah b/d Meningkatkan kepada warga kel. 2 Selasa, Bareng,
Bareng, RW 02 ketidakmampu kemampuan individu Bareng RW 02 16 April RW 02
dari hari Selasa an individu dalam memelihara mengenai: 2019 jam kota
Rabu 9 – 10 April dalam rumah yang sehat. 1. Pengertian rumah 16.00 WIB Malang
2019 distribusi pemeliharaan b. Tujuan jangka sehat. s.d selesai
KK yang memiliki rumah. pendek : setelah 2. Dampak yang 2. Balai
ventilasi yang dilakukan penyuluhan ditimbulkan dari Serbaguna
kurang sebanyak dengan warga kel. rumah yang tidak RW/Rabu,
41 rumah Bareng RW 02 bersih dan sehat. 17 April
(56,2%). selama 1x30 menit 3. Manfaat yang 2019 jam
 Berdasarkan data maka warga dapat didapatkan dari 16.00 s.d
yang diperoleh mengetahui tentang: rumah sehat selesai
dari hasil 1. Pengertian rumah 3. Tempat
pengkajian di RW sehat. pertemuan
2 Kelurahan 2. Dampak yang ibu PKK

63
Bareng ditimbulkan dari RW
didapatkan rumah yang tidak 2/Kamis
kondisi rumah bersih dan sehat. 18 April
dengan 3. Manfaat yang 2019 s.d
pecahahayaan didapatkan dari selesai.
yang buruk rumah sehat
sebanyak 43
rumah (58,9%).
 Berdasarkan hasil Resiko a. Tujuan jangka Memberikan informasi 1. Rumah 1. Cerama Masyarakat Kelom
pengambilan data terjadinya panjang : berupa penyuluhan Warga RT 2. Diskusi Kelurahan pok 5
di Kelurahan pencemaran Menurunkan angka kepada warga kel. 6/Selasa, Bareng,
Bareng RW 02 lingkungan b/d kejadian penyebaran Bareng RW 02 25 RW 02
dari hari Selasa kurangnya penyakit mengenai: September kota
Rabu 9 – 10 April kesadaran b. Tujuan jangka 1. Pengertian 2018 jam Malang
2019 Pembuangan masyarakat pendek : setelah pembuangan 19.00 WIB
limbah ke sungai dilakukan penyuluhan limbah yang baik s.d selesai
sebanyak 39 dengan warga kel. 2. Dampak yang 2. Balai
rumah (59,4%). Bareng RW 02 selama ditimbulkan dari RW/Rabu,
 Berdasarkan 1x30 menit maka pencemaran 26
distribusi data warga dapat lingkungan. September
perlunya mengetahui tentang: 3. Manfaat 2018 jam
penyuluhan 1. Pengertian pembuangan 09.00 s.d
2. kesehatan dan pembuangan limbah yang sehat selesai
program limbah yang 3. Posyandu
lingkungan. baik Anggrek 2/
2. Dampak yang Kamis, 27
ditimbulkan dari September
pencemaran 2018 jam
lingkungan. 09.00 WIB
3. Manfaat s.d selesai
pembuangan

64
limbah yang
sehat

Berdasarkan hasilPenurunan a. Tujuan jangka Melakukan 1. Rumah penghijauan Masyarakat Kelom


pengumpulan data sirkulasi udara panjang : Penghijauan kepada warga Kelurahan pok 5
di Kelurahan b/d tidak Meningkatkan warga kel. Bareng tanggal 18- Bareng,
Bareng, RW 02 adanya sirkulasi udara pada RW02 mengenai : 19 April RW 02
dari hari Selasa penghijauan lingkungan rumah 1. Cara menanam 2019 jam kota
sekitar rumah b. Tujuan jangka tanaman hijau yang 16.00- Malang
3.
Rabu 9 – 10 April pendek : setelah benar 17.00
2019 didapatkan dilakukan penghijauan 2. Cara merawat
bahwa sebanyak 44 dengan warga kel. tanaman hijau
rumah (44,8%) Bareng RW 02 selama 3. Manfaat tanaman
tidak memiliki 1x20 menit maka hijau
pekarangan, warga dapat
sedangkan hanya mengetahui tentang:
26 (24,8%) yang 1. Cara menanam
memiliki tanaman hijau
pekarangan yang benar
2. Cara merawat
tanaman hijau
3. Manfaat tanaman
hijau
Berdasarkan data Resiko a. Tujuan jangka Memberikan senam 1. Balai Senam Masyarakat Kelom
keparahan panjang : kepada warga kel. serbaguna Kelurahan pok 5
wawancara kepada penyakit b/d Menurunkan kejadian Bareng RW 02 RW/sabtu Bareng,
masyarakat ketidakpatuha hipertensi mengenai: 20 April RW 02
4. n individu b. Tujuan jangka 1. Senam ansi 2019 jam kota
Kelurahan Bareng dalam pendek : setelah 2. Rutin 09.00 s.d Malang
mengontrol dilakukan senam memeriksakan selesai
RW 02 dari hari tekanan darah. ANSI dengan warga kesehatan

65
Selasa Rabu 9 – 10 kel. Bareng RW 02
selama 1x20 menit
April 2019 maka warga dapat
didapatkan bahwa mengetahui tentang:
1. badan warga
anggota menjadi sehat.
2. Warga melakukan
keluarganya sakit senam rutin
saat ini diperoleh
28 orang dari 73
sampel kk,
persentasi penyakit
yang paling banyak
yaitu hipertensi
sebanyak 14 orang
(19,2%).
Berdasarkan
distribusi data
perlunya senam
anti hipertensi
(ANSI).

66
67

Anda mungkin juga menyukai