Anda di halaman 1dari 71

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Masyarakat adalah sekumpulan individu-individu yang hidup
bersama, bekerja sama untuk memperoleh kepentingan bersama yang telah
memiliki tatanan kehidupan, norma-norma dan adat istiadat yang ditaati dalam
lingkungannya. Manusia sebagai suatu sistem sosial menunjukkan bahwa
semua orang bersatu untuk saling melindungi dalam kepentingan bersama dan
berfungsi sebagai satu kesatuan dan secara terus menerus mengadakan
hubungan (interaksi) kepada sistem yang lebih besar dengan demikian apabila
terdapat masalah kesehatan dalam suatu masyarakat akan saling
mempengaruhi dan dapat menurunkan derajat kesehatan nasional.
Pembahasan mengenai kesehatan tentunya tidak terlepas dari definisi
klasik WHO tentang kesehatan, yaitu keadaan sempurna baik fisik, mental,
dan sosial serta tidak sedang menderita sakit atau kelemahan. WHO
memasukkan istilah sosial, karena sosial berarti hidup bersama dalam
kelompok dengan situasi yang saling membutuhkan satu dengan yang lain
(Efendi F & Makhfudli, 2012).
Dalam rangka mewujudkan kesehatan masyarakat yang optimal
maka dibutuhkan perawatan kesehatan masyarakat, dimana perawatan
kesehatan masyarakat itu sendiri adalah bidang keperawatan yang merupakan
perpaduan antara kesehatan masyarakat dan perawatan yang didukung peran
serta masyarakat dan mengutamakan pelayanan promotif dan preventif secara
berkesinambungan tanpa mengabaikan pelayanan kuratif dan rehabilitatif
secara menyeluruh, melalui proses keperawatan untuk meningkatkan fungsi
kehidupan manusia secara optimal sehingga mandiri dalam upaya kesehatan.
Sasaran Perkesmas adalah seluruh komponen masyarakat yang
terdiri atas individu, keluarga, dan kelompok beresiko tinggi termasuk
kelompok penduduk yang berada di daerah kumuh, terisolasi berkonflik, dan
daerah yang tidak terjangkau oleh pelayanan kesehatan. Pelayanan esensial

1
yang diberikan oleh perawat terhadap individu, keluarga, kelompok dan
masyarakat yang mempunyai masalah kesehatan meliputi promotif, preventif,
kuratif dan rehabilitatif dengan menggunakan proses keperawatan untuk
mencapai tingkat kesehatan yang optimal. Pelaksanaan pelayanan kesehatan
masyarakat terfokus pada peningkatan kesehatan dalam kelompok masyarakat,
untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dapat dimulai dari individu,
kelompok sampai tingkat RW.
Wilayah komunitas yang menjadi kelompok binaan adalah daerah
RW 05 Kelurahan Bakalan krajan Kecamatan Sukun Kota Malang Provinsi
Jawa Timur di bawah wilayah kerja Puskesmas Ciptomulyo. Berdasarkan hasil
dari pengkajian yang dilakukan didapatkan data dengan jumlah kepala
keluarga sebanyak 600 KK. Untuk diberikan asuhan keperawatan komunitas,
kondisi lingkungan RW 5 Kelurahan Bakalan Krajan merupakan daerah yang
sebagian besar terdapat perumahan warga di sepanjang gang.
Berdasarkan hasil pengkajian yang dilakukan ditemukan masalah
lingkungan yaitu kondisi ventilasi yang kurang baik sebanyak 41 rumah
(39,0%), kondisi ventilasi yang cukup 31 rumah (29,5%), kondisi ventilasi
yang baik hanya 1 rumah (1,0%). Pada kondisi pencahayaan yang buruk
sebanyak 43 rumah (41,0%), sedangkan kondisi pencahayaan yang baik hanya
29 rumah (27,6 %). Pada pembuangan limbah cukup memprihatinkan yaitu
sebanyak 44 rumah (46,7%) membuang limbah ke sungai, sedangkan hanya 29
rumah (27,6%) yang membuang limbah ke septitank. Selain itu sebanyak 47
rumah (44,8%) tidak memiliki pekarangan, sedangkan rumah yang memiliki
pekarangan hanya 26 (24,8%). Keluhan penyakit yang terbanyak adalah
Hipertensi 20 orang (9,75%), DM 11 orang (5,36%), Batuk pilek 5 orang
(2,4%), Gagal ginjal 1 orang (0,48%), Pegal-pegal 4 orang (1,9%), Rhematik 2
orang (0,97%), dan tidak sakit 159 orang (77,56%).
Melaksanakan tugas tersebut dibutuhkan seorang perawat yang
kompeten dalam memberikan asuhan keperawatan komunitas, untuk
mendapatkan hasil yang optimal secara mandiri dibutuhkan pengalaman selain
pengetahuan dalam pelaksanaan praktik asuhan keperawatan komunitas
menggunakan pendekatan proses keperawatan komunitas yang diawali dari

2
pengkajian dengan cara mengumpulkan data, melakukan analisa terhadap data-
data yang diperoleh, menentukan diagnosa atau permasalahan dan menyusun
rencana sesuai permasalahan yang ditemukan, kemudian pelaksanaan dan yang
terakhir adalah melakukan evaluasi terhadap pelaksanaan tindakan yang telah
dilakukan.
B. Rumusan Masalah
Dari hasil analisis situasi di wilayah RW 05 Kelurahan Bakalan
Krajan Kecamatan Sukun serta wawancara dengan pihak Puskesmas, kader
kesehatan dan beberapa tokoh masyarakat, ditemukan beberapa permasalahan
yang sedang dihadapi meliputi kondisi ventilasi yang buruk, pencahayaan
yang kurang, dan terdapat banyak penderita penyakit Hipertensi.
Adapun yang menjadi pertimbangan dalam perumusan program
kerja adalah sebagai berikut :

1. Penyuluhan program rumah sehat.


2. Melakukan terapi modalitas hipertensi.

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Meningkatkan kemampuan hidup sehat sehingga tercapai derajat
kesehatan yang optimal agar dapat menjalankan fungsi kehidupan sesuai
dengan kapasitas yang mereka miliki, terutama di wilayah RW 05
Kelurahan Bakalan Krajan Kecamatan Sukun Kota Malang Provinsi Jawa
Timur.
2. Tujuan Khusus
Setelah dilakukan kegiatan praktek keperawatan komunitas, tujuan yang
ingin dicapai adalah :
a. Mengidentifikasi masalah kesehatan dan keperawatan yang ada di
wilayah RW 05 Kelurahan Bakalan Krajan Kecamatan Sukun Kota
Malang Provinsi Jawa Timur.
b. Merumuskan bersama masyarakat alternatif untuk memecahkan
masalah yang telah teridentifikasi.

3
c. Memotivasi dan meningkatkan partisipasi masyarakat dalam
peningkatan derajat kesehatan dan pencegahan penyakit di wilayah
RW 05 Kelurahan Bakalan Krajan Kecamatan Sukun Kota Malang
Provinsi Jawa Timur.
d. Menanamkan perilaku hidup bersih dan sehat melalui kegiatan
pendidikan kesehatan pada masyarakat di wilayah RW 05 Kelurahan
Bakalan Krajan Kecamatan Sukun Kota Malang Provinsi Jawa Timur.
e. Mengevaluasi dan merumuskan rencana tindak lanjut untuk mengatasi
masalah kesehatan yang ada di wilayah RW 05 Kelurahan Bakalan
Krajan Kecamatan Sukun Kota Malang Provinsi Jawa Timur.

D. Manfaat
Laporan ini diharapkan dapat bermanfaat bagi :
1. Untuk Puskesmas
Memberikan gambaran tentang masalah kesehatan dan kegiatan-kegiatan
Keluarga Sehat (KS) sehingga diharapkan dapat melakukan intervensi
keperawatan dan berupaya untuk mengatasi masalah kesehatan di
masyarakat serta memperdayakan masyarakat dalam program kerja yang
telah dibentuk di wilayah RW 05 Kelurahan Bakalan Krajan Kecamatan
Sukun Kota Malang Provinsi Jawa Timur.
2. Untuk Masyarakat
a. Memberikan gambaran demografi, jumlah populasi penduduk,
kesehatan lingkungan perumahan, pendidikan, keselamatan dan
permasalahan kesehatan yang ada serta pelayanan sosial yang ada/
kegiatan sosial kemasyarakatan.
b. Mendapatkan kesempatan untuk berperan aktif dalam upaya
peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit.
c. Mendapatkan kemampuan untuk mengenal, mengerti, dan menyadari
masalah kesehatan dan mengetahui cara penyelesaian masalah
kesehatan yang ada di masyarakat.

4
3. Untuk Mahasiswa
a. Dapat menambah pengetahuan dan pengalaman secara langsung dalam
memberikan asuhan keparawatan komunitas.
b. Dapat mengaplikasikan konsep kesehatan komunitas secara nyata
kepada masyarakat.
c. Belajar menjadi model profesional dalam menerapkan asuhan
keperawatan komunitas.
d. Meningkatkan kemampuan berpikir kritis, analitis, dan bijaksana dalam
menghadapi dinamika masyarakat.
e. Meningkatkan keterampilan komunikasi, kemandirian, dan hubungan
interpersonal.

E. Metode yang Digunakan


Metode yang digunakan dalam penyelesaian masalah kesehatan di
wilayah RW 05 Kelurahan Bakalan Krajan Kecamatan Sukun Kota Malang
Provinsi Jawa Timur pada pelaksanaan kegiatan praktik Keperawatan
Komunitas Mahasiswa Profesi Ners Universitas Muhammadiyah Malang
Angkatan 19, menggunakan empat metode yaitu: Kajian Pustaka, Observasi,
Depth Interview dan Diskusi Kelompok Terfokus dengan menggunakan
tehnik pendekatan kualitatif.
1. Kajian Pustakaan
Kajian pustakaan digunakan untuk menelaah, mengkaji literature dan
dokumen tertulis yang relevan dengan penyelidikan.
2. Observasi
Observasi digunakan untuk mendapatkan gambaran objektif mengenai
fenomena atau kejadian pada lokasi.
3. Wawancara Mendalam (Depth Interview)
Wawancara mendalam (Depth Interview) digunakan untuk menggali
informasi dengan tokoh-tokoh masyarakat yang mengetahui maupun
yang terlibat.
4. Diskusi Kelompok Terfokus

5
Diskusi kelompok terfokus dapat mengungkapkan dan menggali
informasi mengenai berbagai temuan issue dalam rangka menguatkan
atau melakukan silang pendapat di lapangan.

6
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Sistem Pelayanan Kesehatan

Sistem pelayanan kesehatan merupakan bagian penting dalam

meningkatkan derajat kesehatan. Melalui sistem ini tujuan pembangunan

kesehatan dapat tercapai dengan cara efektif, efisien dan tepat sasaran.

Keberhasilan sistem pelayanan kesehatan tergantung dari berbagai

komponen yang masuk dalam pelayanan kesehatan. Sistem ini akan

memberikan kualitas pelayanan kesehatan yang efektif dengan melihat nilai-

nilai yang ada di masyarakat.

Pelayanan Kesehatan Utama (PKU) atau Primary Health Care

adalah strategi yang dapat dipakai untuk menjamin tingkat minimal dari

pelayanan kesehatan untuk semua penduduk. pelayanan Kesehatan Utama

bertujuan untuk mengatasi masalah kesehatan dasar dalam masyarakat

melalui pencegahan, peningkatan kesehatan, pengobatan dan pemulihan

dengan menggunakan teknologi tepat guna, melalui pendekatan multisektoral

dan distribusi merata.

Primary Health Care (PHC) adalah pelayanan kesehatan pokok yang

berdasarkan kepada metode dan teknologi praktis, ilmiah, dan sosial yang

dapat diterima secara umum baik oleh individu maupun keluarga dalam

masyarakat melalui partisipasi mereka sepenuhnya, serta dengan biaya yang

dapat terjangkau oleh masyarakat dan negara untuk memelihara setiap

7
tingkat perkembangan mereka dalam semangat untuk hidup mandiri (Self

Reliance) dan menentukan nasib sendiri (Self Determination).

Pelayanan kesehatan utama diberikan dengan sasaran pada individu,

keluarga dan masyarakat dengan prinsip mengikut sertakan masyarakat

secara aktif dalam kegiatan pelayanan kesehatan.

Tanggung jawab perawat dalam sistem pelayanan kesehatan utama

adalah :

1. Mendorong partisipasi aktif masyarakat dalam pengembangan dan

implementasi pelayanan kesehatan dan program pendidikan kesehatan.

2. Kerjasama dengan masyarakat, keluarga dan individu.

3. Mengajarkan konsep kesehatan dasar dan tehnik self care pada

masyarakat.

4. Memberikan bimbingan dan dukungan pada petugas pelayanan kesehatan

dan kepada masyarakat.

5. Koordinasi kegiatan kebijaksanaan tentang kesehatan masyarakat.

Sasaran pelayanan kesehatan utama adalah individu,

keluarga/kelompok dan masyarakat dengan fokus upaya kesehatan primer,

sekunder dan tersier. Oleh karenanya pendidikan masyarakat tentang

kesehatan dan perkembangan sosial akan membantu masyarakat dalam

mendorong semangat untuk merawat diri sendiri, hidup mandiri dan

menentukan nasibnya sendiri dalam menciptakan derajat kesehatan yang

optimal.

8
Strategi pelayanan kesehatan utama adalah memotivasi masyarakat

agar dapat merawat dan mengatur diri sendiri dalam memelihara kesehatan.

Ada 8 (delapan) unsur utama pelayanan kesehatan utama yaitu :

1. Peningkatan pengetahuan untuk mengatasi dan mencegah masalah

kesehatan

2. Peningkatan gizi masyarakat

3. Kesehatan ibu dan anak termasuk KB

4. Penyediaan air yang mempunyai syarat kesehatan

5. Sanitasi yang baik

6. Imunisasi

7. Tindakan preventif dan kontrol terhadap penyakit endemik

8. Tindakan yang tepat terhadap penyakit yang terjadi dan penggunaan obat

tradisional dalam masyarakat.

Prinsip dalam pelayanan kesehatan utama berorientasi pada distribusi

pelayanan kesehatan yang merata. Melibatkan masyarakat, menggunakan

teknologi tepat guna (menggunakan sarana atau fasilitas yang ada didalam

masyarakat itu sendiri), berfokus pada pencegahan dan pendekatan multi

sektoral. Kegiatan dalam pelayanan kesehatan utama meliputi; pendidikan

kesehatan terhadap kesehatan yang pokok, cara penanggulangan dan

pencegahan serta pengobatannya, imunisasi, KIA, KB, perbaikan gizi,

pencegahan penyakit menular, pengadaan obat essensiel, sanitasi dan

pengadaan air bersih.

Hubungan konsep pelayanan kesehatan utama dan komunitas adalah

untuk melaksanakan kesehatan masyarakat, mengatur jenjang tingkat

9
pelayanan kesehatan menadi tingkat rumah tangga (individu atau keluarga),

tingkat masyarakat (pimpinan atau tokoh masyarakat), tingkat rujukan

pertama (rumah sakit tipe A dan B), serta menyelenggarakan kerjasama lintas

sektoral dan lintas program yang melibatkan peran serta masyarakat. Peran

serta masyarakat diperlukan dalam hal perorangan. Komunitas sebagai

subyek dan obyek diharapkan masyarakat mampu mengenal, mengambil

keputusan dalam menjaga kesehatannya. Sebagian akhir tujuan pelayanan

kesehatan utama diharapkan masyarakat mampu secara mandiri menjaga dan

meningkatkan status kesehatan masyarakat dimana mereka tinggal.

B. Konsep Keperawatan Komunitas

1. Defenisi Keperawatan Komunitas

Perawatan kesehatan masyarakat untuk pencegahan dan

peningkatan kesehatan masyarakat melaliu upaya pelayanan kesehatan

secara langsung (dirct care) terhadap individu, keluarga dan kelompok

dalam konteks komunitas, perhatian langsung terhadap kesehatan terhadap

masyrakat (Healt General Community) denga mempertimbangkan

permasalahan atau isu kesehatan masyrakat yang dapat memperngaruhi

individu, keluarga dan kelompok. (Harnilawati,2013)

Komunitas (Community) adalah sekelompok masyarakat yang

mempunyai persamaan nilai (Values), pertanian (Interest) yang merupakan

kelompok khusus dengan batas-batas geografi yang jelas, dengan norma

dan nilai yang telah melembaga (Sumijatun dkk, 2006). Misalnya di dalam

kesehatan dukenal kelompok ibu hamil, kelompok ibu menyusui,

kelompok anak balita, kelompok lansia, kelompok masyarakat dalam suatu

10
wilayah desabinaan dan lain sebagainya.Sedangkan dalam kelompok

masyarakat ada masyarakat petani, masyarakat pedagang, masyarakat

pekerja, masyarakat tersaing dan sebagainya (Mubarak, 2011).

Keperawatan komunitas sebagai suatu bidang keperawatan yang

merupakan perpaduan anatar keperawatan dan kesehatan masyarakat

(Public Health) dengan dukungan peran serta masyarakat secara aktif serta

mengutamakan pelayanan promotif dan preventif secara

berkesinambungan tanpa mengabaikan perawatan kuratif dan rehabilitative

secara menyeluruh dan terpadu yang ditujukan kepada individu, keluarga,

kelompok serta masyarakat sebagai kesatuan utuh melalui proses

keperawatan (Nursing Process) untuk meningkatkan fungsi kehidupan

manusia secara optimal, sehingga mampu mandiri dalam upaya kesehatan

(Harnilawati,2013)

Proses keperawatan komunitas merupakan metode asuhan

keperawatan yang bersifatalamiah, sistematis, dinamis, kontiniu, dan

berkesinambungan dalam rangka memecahkan masalah kesehatan klien,

keluarga, kelompok serta masyarakat melalui langkah-langkah seperti

pengkajian, perencanaan implementasi, dan evaluasi keperawatan

(Wahyudi, 2010).

2. Tujuan dan Fungsi Keperawatan Komunitas

a. Tujuan keperawatan komunitas

Tujuan proses keperawatan dalam komunitas adalah untuk

pencegahan dan peningkatan kesehatan masyarakat melalui upaya-

upaya sebagai berikut:

11
1) Pelayanan keperawatan secara langsung (Direct Care) terhadap

individu, keluarga, dan keluarga dan kelompok dalam konteks

komunitas.

2) Perhatian langsung terhadap kesehatan seluruh masyarakat (Health

General Community) dengan mempertimbangkan permasalahan

atau isu kesehatan masyarakat yang dapat dipengaruhi keluarga,

individu, dan kelompok.

Selanjutnya, secara spesifik diharapkan individu, keluarga,

kelompok, dan masyarakat mempunyai kemampuan untuk:

1) Mengidentifikasi masalah kesehatan dan memprioritaskan masalah

tersebut:

2) Menetapkan masalah kesehatan dan memprioritaskan masalah

tersebut;

3) Merumuskan serta memecahkan masalah kesehatan;

4) Meningkatkan status kesehatan masyarakat;

5) Menanggulangi masalah kesehatan yang mereka hadapi;

6) Mengevaluasi sejauh mana pemecahan masalah yang mereka

hadapi, yang akhirnya dapat meningkatkan kemampuan dalam

memelihara kesehatan secara mandiri (Self Care).

b. Fungsi keperawatan komunitas

1) Memberikan pedoman dan bimbingan sistematis dan ilmiah bagi

kesehatan masyarakat dan keperawatan dalam memecahkan

masalah klien melalui asuhan keperawatan.

12
2) Agar masyarakat mendapatkan pelayanan yang optimal sesuai

dengan kebutuhannya dibidang kesehatan.

3) Memberikan asuhan keperawatan melalui pendekatan pemecahan

masalah, komunikasi yang efektif dan efisien serta melibatkan

peran serta masyarakat.

4) Agar masyarakat bebas mengemukakan pendapat berkaitan dengan

permasalahan atau kebutuhannya sehingga mendapatkan

penanganan dan pelayanan yang cepat dan pada akhirnya dapat

mempercepat proses penyembuhan (Harnilawati,2013).

3. Strategi Intervensi Keperawatan Komunitas

Strategi intervensi keperawatan komunitas adalah sebagai berikut:

a. Proses Kelompok (Group Procces)

Seseorang dapat mengenal dan mencegah penyakit, tentunya

setelah belajar dari pengalaman sebelumnya, selain faktor

pendidikan/pengetahuan individu, media masa, televise, penyuluhan

yang dilakukan petugas kesehatan dan sebagainya. Begitu juga dengan

masalah kesehatan di lingkungan sekitar masyarakat, tentunya

gambaran penyakit yang paling sering mereka temukan sebelumnya

sangat mempengaruhi upaya penanganan atau pencegahan penyakit

yang mereka lakukan. Jika masyarakat sadar bahwa penanganan yang

bersifat individual tidak akan mampu mencegah, apalagi memberantas

penyakit tertentu, maka mereka telah melakukan pemecahan-

pemecahan masalah kesehatan melalui proses kelompok.

13
b. Pendidikan Kesehatan (Health Promotion)

Pendidikan kesehatan adalah proses perubahan perilaku yang

dinamis, dimana perubahan tersebut bukan hanya sekedar proses

transfer materi/teori dari seseorang ke orang lain dan bukan pula

seperangkat prosedur. Akan tetapi, perubahan tersebut terjadi adanya

kesadaran dari dalam diri individu, kelompok atau masyarakat sendiri.

Sedangkan tujuan dari pendidikan kesehatan menurut Undang-Undang

Kesehatan No. 23 Tahun 1992 maupun WHO yaitumeningkatkan

kemampuan masyarakat untuk memelihara dan meningkatkan derajat

kesehatan; baik fisik, mental dan sosialnya; sehingga produktif secara

ekonomi maupun secara social.

c. Kerjasama (Partnership)

Berbagi persoalan kesehatan yang terjadi dalam lingkungan

masyarakat jika tidak ditangani dengan baik akan menjadi ancaman

bagi lingkungan masyarakat luas. Oleh karena itu, kerja sama sangat

dibutuhkan dalam upaya mencapai tujuan asuhan keperawatan

masyarakat akan dapat diatasi dengan lebih cepat.

4. Pusat Kesehatan Komunitas

Penyelenggaraan pelayanan kesehatan komunitas dapat dilakukan di:

a. Sekolah atau Kampus

Pelayanan keperawatan yang diselenggarakan meliputi pendidikan

pencegahan penyakit, peningkatan derajat kesehatan dan pendidikan

seks. Selain itu perawatan yang bekerja di sekolah dapat memberikan

perawatan untuk peserta didik pada kasus penyakit akut yang bukan

14
kasus kedaruratan misalnya penyakit influenza, batu dll. Perawat juga

dapat memberikan rujukan pada peserta didik dan keluarganya bila

dibutuhkan perawatan kesehatan yang lebih spesifik.

b. Lingkungan kesehatan kerja

Beberapa perusahaan besar memberikan pelayanan kesehatan bagi

pekerjanya yang beralokasi di gedung perusahaan tersebut. Asuhan

keperawatan di tempat ini meliputi lima bidang. Perawatan

menjalankan program yang bertujuan untuk:

1) Meningkatkan kesehatan dan keselamatan kerja dengan

mengurangi jumlah kejadian kecelakaan kerja

2) Menurunkan resiko penyakit akibat kerja

3) Mengurangi transmisi penyakit menular antara pekerja

4) Memberikan program peningkatan kesehatan, pencegahan

penyakit, dan pendidikan kesehatan.

5) Mengintervensi kasus-kasus lanjutan non kedaruratan dan

memberikan pertolongan pertama pada kecelakaan (Mubarak,

2011).

c. Lembaga perawatan kesehatan di rumah

Klien sering kali membutuhkan asuhan keperawatan khusus yang

dapat diberikan secara efisien di rumah. Perawat di bidang komunitas

juga dapat memberikan perawatan kesehatan di rumah misalnya:

perawat melakukan kunjungan rumah, hospice care, home care dll.

Perawat yang bekerja di rumah harus memiliki kemampuan mendidik,

15
fleksibel, berkemampuan, kreatif dan percaya dir, sekaligus memiliki

kemampuan klinik yang kompeten.

d. Lingkungan Kesehatan Kerja Lain

Terdapat sejumlah tempat lain dimana perawat juga dapat

bekerja dan memiliki peran serta tanggungjawab yang bervariasi.

Seseorang perawat dapat mendirikan praktek sendiri, bekerja sama

dengan perawat lain, bekerja di bidang pendidikan, penelitian, di

wilayah binaan, puskesmas dan lain sebagainya. Selain itu, dimanapun

lingkungan tempat kerjanya, perawat ditantang untuk memberikan

perawatan yang berkualitas (Mubarak, 2011).

5. Bentuk-Bentuk Pendekatan dan Partisipasi Masyarakat

Pos pelayanan terpadu atau yang lebih dikenal dengan posyandu

.secara sederhana dapat diartikan suatu forum komunikasi dan peayanan

masyarakat dalam upaya pelayanan kesehatan dan keluarga berencana.

Selain itu posyandu juga dapat diartikan sebagai wahana kegiatan

keterpaduan KB dan Kesehatan ditingkat kelurahan atau desa, yang

melakukan kegiatan-kegiatan seperti: (1) kesehatan ibu dan anak, (2) KB

(3) imunisasi, (4) peningkatan gizi, (5) penanggulangan diare, (6) sanitasi

dasar, (7), penyediaan obat esensial (Effendi, 2010).

Pelayanan yang diberikan di posyandu bersifat terpadu, hal ini

bertujuan untuk memberikan kemudahan dan keuntungan bagi masyarakat

karena di posyandu tersebut masyarakat dapat memperoleh pelayanan

lengkap pada waktu dan tempat yang sama. Posyandu dipandang sangat

bermanfaat bagi masyarakat namun keberadaannya di masyarakat kurang

16
berjalan dengan baik, oleh karena itu pemerintah mengadakan revitalisasi

posyandu.Revitalisasi posyandu merupakan upaya pemberdayaan

posyandu untuk mengurangi dampak dari krisis ekonomi terhadap

penurunan status gizi dan kesehatan ibu dan anak.Kegiatan ini juga

bertujuan untuk meningkatkan pemberdayaan masyarakat dalam

menunjang upaya mempertahankan dan meningkatkan status gizi serta

kesehatan ibu dan anak melalui peningkatan kemampuan kader

manajemen dan fungsi posyandu (Effendi, 2010).

Tujuan pokok penyelenggaraan Posyandu adalah untuk : (1)

mempercepat penurunan angka kematian ibu dan anak, (2) meningkatkan

pelayanan kesehatan ibu untuk menurunkan IMR, (3) mempercepat

penerimaan NKKBS, (4) meningkatkan kemampuan masyarakat untuk

mengembangkan kegiatan kesehatan dan kegiatan lain yang menunjang

peningkatan kemampuan sehat, (5) pendekatan dan pemerataan pelayanan

kesehatan pada penduduk pelayanan kesehatan pada penduduk

berdasarkan letak geografi, (6) meningkatkan dan pembinaan peran serta

masyarakat dalam rangka alih teknologi untuk swakelola usaha kesehatan

masyarakat.

6. Model Konseptual Dalam Keperawatan Komunitas

Model adalah pengembangan kesehatan masyarakat yang

memperlihatkan hubungan dari beberapa konsep penting, tujuan dan

tidakan pengorganisasian masyarakat yang di fokuskan untuk peningkatan

kesehatan .(Efendi & Makhfudli, 2010).

17
Salah satu model keperawatan kesehatan komunitas yaitu Model

Health Care System (Betty Neuman, 1972). Model konsep ini merupakan

model konsep yang menggambarkan aktivitas keperawatan, yang

ditujukan kepada penekanan penurunan stress dengan cara memperkuat

garis pertahanan diri, baik yang bersifat fleksibel, normal, maupun resisten

dengan sasaran pelayanan adalah komunitas (Mubarak & Chayatin, 2009).

Menurut Sumijatun (2006) teori Neuman berpijak pada

metaparadigma keperawatan yang terdiri dari klien, lingkungan, kesehatan

dan keperawatan. Asumsi Betty Neuman tentang empat konsep utama

yang terkait dengankeperawatan komunitas adalah:

a. Manusia, merupakan suatu system terbuka yang selalu mencari

keseimbangan dari harmoni dan merupakan suatu kesatuan dari

variable yang utuh, yaitu: fisioligi, psikologi, sosiokultural,

perkembangan dan spiritual.

b. Lingkungan, meliputi semua faktor internal dan eksternal atau

pengaruh-pengaruh dari sekitar atau system klien.

c. Sehat, merupakan kondisi terbebas dari gangguan pemenuhan

kebutuhan. Sehat merupakan keseimbangan yang dinamis sebagai

dampak dari keberhasilan menghindari atau mengatasi stressor.

7. Hubungan Konsep Keperawatan Komunitas Dengan Pelayanan Kesehatan

Utama

Keperawatan komunitas adalah suatu dalam keperawatan yang

merupakan perpaduan antara keperawatan dan kesehatan masyarakat

18
dengan dukungan peran serta aktif masyarakat yang bertujuan untuk

meningkatkan dan memelihara kesehatan masyarakat dengan menekankan

kepada peningkatan peran serta masyarakat dalam melakukan upaya

promotif dan preventif dengan tidak melupakan tindakan kuratif dan

rehabilitative sehingga diharapkan masyarakat mampu mengenal,

mengambil keputusan dalam memelihara kesehatannya (Mubarak, 2009).

Selain menjadi subjek, masyarakat juga menjadi objek yaitu

sebagai klien yang menjadi sasaran dari keperawatan kesehatan komunitas

terdiri dari individu dan masyarakat.Berdasarkan pada model

pendekatantotalitas individu dari Neuman (1972 dalam Anderson, 2006)

untuk melihat masalah pasien, model komunitas klien dikembangkan untuk

menggambarkan batasan keperawatan kesehatan masyarakat sebagai

sintesis kesehatan masyarakat dan keperawatan.Model tersebut telah

diganti namanya menjadi model komunitas sebagai mitra, untuk

menekankan filosofi pelayanan kesehatan primer yang menjadi

landasannya. Secara lebih rinci dialjabarkan sebagai berikut:

a. Tingkat individu

Individu adalah bagian dari anggota keluarga. Apabila individu

tersebut mempunyai masalah kesehatan maka perawat akan memberikan

asuhan keperawatan pada individu tersebut. Pelayanan pada tingkat

individu dapat dilaksanakan pada rumah atau puskesmas, meliputi

penderita yang memerlukan pelayanan tindak lanjut yang tidak mungkin

dilakukan asuhan keperawatan di rumah dan perlu kepuskesmas, penderita

resiko tinggi seperti penderita penyakit demam darah dan diare.Kemudian

19
individu yang memerlukan pengawasan dan perawatan berkelanjutan

seperti ibu hamil, ibu menyusui, bayi dan balita.

b. Tingkat keluarga

Keperawatan kesehatan komunitas melalui pendekatan

keperawatan keluarga memberikan asuhan keperawatan kepada keluarga

yang mempunyai masalah kesehatan terutama keluarga dengan resiko

tinggi diantaranya keluarga dengan social ekonomi rendah dan keluarga

yang anggota keluarganya menderita penyakit menular dan kronis.Hal ini

dikarenakan keluarga merupakan unit utama masyarakat dan lembaga

yang menyangkut kehidupan masyarakat.Dalam pelaksanaannya, keluarga

tetap juga berperan sebagai pengambil keputusan dalam memelihara

kesehatan anggotanya.

c. Tingkat komunitas

Keperawatan kesehatan komunitas di tingkat masyarakat dilakukan

dalam lingkup kecil sampai dengan lingkup yang luas didalam suatu

wilayah kerja puskesmas.Pelayanan ditingkat masyarakat dibatasi oleh

wilayah atau masyarakat yang mempunyai ciri-ciri tertentu misalnya

kebudayaan, pekerjaan, pendidikan dan sebagainya.

Asuhan keperawatan komunitas diberikan dengan memandang

komunitas sebagai klien dengan strategi intervensi keperawatan komunitas

yang mencakup tiga aspek yaituprimer, sekunder dan tertier melalui proses

individu dan kelompok dengan kerja sama lintas sktoral dan lintas

program.

20
Pelayanan yang diberikan oleh keperawatan komunitas mencakup

kesehatan komunitas yang luas dan berfokus pada pencegahan yang terdiri

dari tiga tingkat yaitu:

1) Pencegahan primer

Pelayanan pencegahan primer ditunjukkan kepada penghentian

penyakit sebelum terjadi karena itu pencegahan primer mencakup

peningkatan derajat kesehatan secara umum dan perlindungan

spesifik.Promosi kesehatan secara umum mencakup pendidikan

kesehatan baik pada individu maupun kelompok.Pencegahan primer

juga mencakup tindakan spesifik yang melindungi individu melawan

agen-agen spesifik misalnya tindakan perlindungan yang paling umum

yaitu memberikan imunisasi pada bayi, anak balita dan ibu hamil,

penyuluhan gizi bayi dan balita.

2) Pencegahan sekunder

Pelayanan pencegahan sekunder dibuat untuk menditeksi

penyakit lebih awal dengan mengobati secara tepat.Kegiatan-kegiatan

yang mengurangi faktor resiko diklasifikasikan sebagai pencegahan

sekunder misalnya memotivasi keluarga untuk melakukan pemeriksaan

kesehatan secara berkala melalui posyandu dan puskesmas.

3) Pencegahan tersier

Yang mencakup pembatasan kecacatan kelemahan pada

seseorang dengan stadium dini dan rehabilitasi pada orang yang

mengalami kecacatan agar dapat secara optimal berfungsi sesuai

21
dengan kemampuannya, misalnya mengajarkan latihan fisik pada

penderita patah tulang.

Selanjutnya agar dapat memberikan arahan pelaksanaan kegiatan,

berikut ini diuraikan falsafah keperawatan komunitas dan

pengorganisasian masyarakat (Mubarak, 2009).

a) Falsafah Keperawatan Kesehatan Komunitas

Keperawatan kesehatan komunitas merupakan pelayanan yang

memberikan perhatian terhadap pengaruh lingkungan (bio-psiko-

sosio-kultural-spiritual) terhadap kesehatan masyarakat dan

memberikan prioritas pada strategi pada pencegahan penyakit dan

peningkatan kesehatan.Falsafah yang melandasi yang mengacu

pada paradigm keperawatan secara umum dengan empat

komponen dasar yaitu; manusia, kesehatan, lingkungan dan

keperawatan.

b) Pengorganisasian masyarakat

Tiga model pengorganisasian masyarakat menurut Rothman

(1998) meliputi peran serta masyarakat (locality development),

perencanaan social melalui birokrasi pemerintah (social

development) dan aksi social berdasarkan kejadian saat itu (social

action) (Mubarak, 2009).

Pelaksanaan pengorganisasian masyarakat dilakukan melalui

tahapan-tahapan berikut:

(1) Tahap persiapan

22
Dilakukan dengan memilih area atau daerah yang menjadi

prioritas, menentukan cara untuk berhubungan dengan

masyarakat, mempelajari dan bekerjasama dengan masyarakat.

(2) Tahap pengorganisasian

Dengan persiapan pembentukan kelompok dan penyesuaian

dengan pola yang ada dimasyarakat dengan pembentukan

kelompok kerja ksesehatan.

(3) Tahap pendidikan dan pelatihan

Melalui kegiatan-kegiatan pertemuan teratur dengan kelompok

masyarakat melalui pengkajian, membuat pelayanan

keperawatan langsung pada individu, keluarga dan masyarakat.

(4) Tahap formasi kepemimpinan

Memberikan dukungan latihan dan mengembangkan

keterampilan yang mengikuti perencanaan, pengorganisasian,

pergerakan dan pengawasan kegiatan pendidikan kesehatan.

(5) Tahap koordinasi

Kerjasama dengan sector terkait dalam upaya memandirikan

masyarakat.

c) Tahap akhir

Suverpisi bertahap dan diakhiri dengan evaluasi dan pemberian

umpan baik dan masing-masing evaluasi untuk perbaikan untuk

kegiatan kelompok kesehatan kerja selanjutnya.

8. Proses Pelaksanaan Keperawatan Komunitas

23
Keperawatan komunitas merupakan suatu bidang khusu

keperawatan yang merupakan gabungan dari ilmu keperawatan, ilmu

kesehatan masyarakat dan ilmu social yang merupakan bagian dari integral

dari pelayanan kesehatan yang diberikan kepada individu, keluarga,

kelompok khusus dan masyarakat baik yang sehat maupun yang sakit

(mempunyai masalah kesehatan/keperawatan), secara komprehensif

melalui upaya promotif, preventif, kuratif rehabilitative dengan melibatkan

peran serta aktif masyarakat secara terorganisis bersama tim kesehatan

lainnya untuk dapat mengenal masalah-masalah yang mereka miliki

dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan sesuai dengan hidup

sehat sehingga dapat meningkatkan fungsi kehidupan dan derajat

kesehatan seoptimal mungkin dan dapat diharapkan dapat mandiri dalam

memelihara kesehatannya (Chayatin, 2009). Menjamin keterjangkauan

pelayanan kesehatan yang dibutuhkan dan melibatkan klien sebagai mitra

kerja dalam perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pelayanan

kesehatan.Pelayanan keperawatan professional yang merupakan perpaduan

antara konsep kesehatan masyarakat dan konsep keperawatan yang

ditujukan pada seluruh masyarakat dengan penekanan pada kelompok

resiko tinggi (Efendi, 2009).

Keperawatan komunitas merupakan Pelaksanaan keperawatan

komunitas dilakukan melalui beberapa fase yang tercakup dalam proses

keperawatan komunitas dengan menggunakan pendekatan pemecahan

masalah yang dinamis. Fase-fase pada proses keperawatan komunitas

secara langsung melibatkan komunitas sebagai klien yang dimulai dengan

24
pembuatan kontrak / partner ship dan meliputi pengkajian, diagnose,

perencanaan, implementasi dan evaluasi (Efendi, 2009). Asuhan

keperawatan yang diberikan kepada komunitas atau kelompok adalah

(Mubarak, 2011).

a. Pengkajian

Pegkajian merupakan upaya pengumpulan data secara lengkap dan

sistematis terhadap masyarakat untuk dikaji dan dianalisis sehingga

masalah kesehatan yang dihadapi oleh masyarakat baik individu,

keluarga atau kelompok yang menyangkut permasalahan pada

fisiologis, psikologis, social ekonomi, maupun spiritual dapat

ditentukan.

1) Pengumpulan Data

Hal yang perlu dikaji pada komunitas atau kelompok antara lain:

a) Inti (Core) meliputi : Data demografi kelompok atau

komunitas yang terdiri atas usia yang beresiko, pendidikan,

jenis kelamin, pekerjaan, agama, nilai-nilai, keyakinan, serta

riwayat timbulnya kelompok atau komunitas.

b) Mengkaji 8 subsistem yang mempengaruhi komunitas, antara

lain:

(1) Perumahan, bagaimana penerangannya, sirkulasi,

bagaimana kepadatannya karena dapat menjadi stressor

bagi penduduk.

25
(2) Pendidikan komunitas, apakah ada sarana pendidikan yang

dapat digunakan untuk meningkatkan pengetahuan

masyarakat.

(3) Keamanan dan keselamatan, bagaimana keselamatan dan

keamanan tempat tinggal, apakah masyarakat merasa

nyaman atau tidak, apakah sering mengalamai stress akibat

keamanan dan keselamatan yang tidak terjamin.

(4) Kualiti dan kebijakan pemerintah terkait kesehatan, apakah

cukup menunjang, sehingga memudahkan masyarakat

mendapatkan pelayanan di berbagai bidang termasuk

kesehatan.

(5) Pelayanan kesehatan yang tersedia, untuk melakukan

deteksi dini atau memantau gangguan yang terjadi.

(6) Pelayanan kesehatan yang tersedia, untuk melakukan

deteksi dini dan merawat atau memantau gangguan yang

terjadi.

(7) System komunikasi, serta komunikasi apa saja yang dapat

dimanfaatkan masyarakat untuk meningkatkan

pengetahuan yang terkait dengan gangguan penyakit.

(8) Sistem ekonomi, tingkat social ekonomi masyarakat secara

keseluruhan, apakah pendapatn yang terima sesuai dengan

Upah Minimum Registrasi (UMR) atau sebaliknya.

(9) Rekreasi, apakah tersedia sarana rekreasi, kapan saja

dibuka, apakah biayanya dapat dijangkau masyarakat.

26
2) Jenis Data

Jenis data secara umum dapat diperoleh dari data subjektif dan

data objektif (Mubarak, 2011).

a) Data Subjektif yaitu data yang diperoleh dari keluhan atau

masalah yang dirasakan oleh individu, keluarga, kelompok,

dan komunitas, yang diungkapkan secara langsung melalui

lisan.

b) Data Objektif yaitu data yang diperoleh melalui suatu

pemeriksaaan pengamatan dan pengukuran.

3) Sumber Data

a) Data primer merupakan data yang dikumpulkan oleh

pengkajian dari individu, keluarga, kelompok, masyarakat

berdasarkan hasil pemeriksaan atau pengkajian.

b) Data sekunder merupakan data yang diperoleh dari sumber

lain yang dapat dipercaya, misalnya: kelurahan, catatan

riwayat kesehatan pasien atau medical record.

4) Cara Pengumpulan Data

a) Wawancara yaitu: kegiatan timbal balik berupa Tanya Jawab

b) Pengamatan yaitu: melakukan observasi dengan panca indra

c) Pemeriksaan fisik: melakukan pemeriksaan pada tubuh

individu

5) Pengelolaan Data

a) Klasifikasi data atau kategorisasi data

b) Perhitungan presentase cukupan dengan menggunakan telly

27
6) Tabulasi data

7) Interprestasi data

8) Analisa Data

Kemampuan untuk mengkaitkan data dan menghubungkan data

dengan kemampuan kognitif yang dimiliki sehingga dapat

diketahui tentang kesenjangan atau masalah yang dihadapi oleh

masyarakat apakah itu masalah kesehatan atau masalah

keperawatan.

9) Penentuan Masalah atau Perumusan Masalah Kesehatan

Berdasarkan analisa data dapat diketahui masalah kesehatan

dan masalah keperawatan yang dihadapi oleh masyarakat

sehingga dapat dirumuskan masalah kesehatan.

9. Diagnose Keperawatan

Kesehatan Diagnosis keperawatan ialah individu pada masalah

kesehatan baik yang actual maupun potensial. Diagnose keperawatan

komunitas akan memberikan gambaran tentang masalah dan status

kesehatan masyarakat baik yang nyata dan yang mungkin terjadi.

Diagnose ditegakkan berdasarkan tingkat reaksi komunitas terhadap

stressor yang ada. Selanjutnya dirumuskan dalam tiga komponen, yaitu

problem/masalah P , etiology atau E, dan symptom atau

manifestasi/data penunjang SMubarak, 2011.

a. Problem : merupakan kesenjangan atau penyimpangan dari keadaan

normal yang seharusnya terjadi.

28
b. Etiologi : penyebab masalah kesehatan atau keperawatan yang dapat

memberikan arah terhadap intervensi keperawatan.

c. Symptom : tanda atau gejala yang tampak menunjang masalah yang

terjadi.

10. Perencanaan/Intervensi

Perencanaan keperawatan merupakan penyusunan rencana

tindakan keperawatan yang akan dilaksanakan untuk mengatasi masalah

sesuai dengan diagnosis keperawatan yang sudah ditentukan dengan tujuan

terpenuhinya kebutuhan pasien. Perencanaan intervensi yang dapat

dilakukan berkaitan dengan diagnose keperawatan komunitas yang muncul

diatas adalah Mubarak, 2011:

a. Lakukan pendidikan kesehatan tentang penyakit

b. Lakukan demonstrasi keterampilan cara mengenai penyakit

c. Lakukan deteksi dari tanda-tanda gangguan penyakit

d. Lakukan kerja sama dengan ahli gizi dalam menentukan diet yang

tepat.

e. Lakukan olahraga secara rutin

f. Lakukan kerja sama dengan pemerintah atau aparat setempat untuk

memperbaiki lingkungan komunitas

g. Lakukan rujukan ke rumah sakit bila diperlukan

11. Pelaksanaan/Implementasi

Pelaksanaan merupakan tahap realisasi dari rencana asuhan

keperawatan yang telah disusun. Dalam pelaksanaannya tindakan asuhan

keperawatan harus bekerjasama dengan anggota tim kesehatan lain dalam

29
hal melibatkan pihak puskesmas, bidan desa, dan anggota mayarakat

Mubarak, 2011. Perawat bertanggung jawab dalam melaksanakan

tindakan yang telah direncanakan yang bersifat Efendi, 2009, yaitu:

a. Bantuan untuk mengatasi masalah gangguan penyakit

b. Mempertahankan kondisi yang seimbang dalam hal ini perilaku hidup

sehat dan melaksanakan upaya peningkatan kesehatan

c. Mendidik komunitas tentang perilaku sehat untuk mencegah gangguan

penyakit.

d. Advocat komunitas yang sekaligus memfasilitasi terpenuhinya

kebutuhan komunitas.

12. Penilaian/Evaluasi

Evaluasi memuat keberhasilan proses dan keberhasilan tindakan

keperawatan. Keberhasilan proses dapat dilihat dengan membandingkan

antara proses dengan pedoman atau rencana proses tersebut. Sedangkan

keberhasilan tindakan dapat dilihat dengan membandingkan tingkat

kemandirian masyarakat dalam perilaku kehidupan sehari-hari dan tingkat

kemajuan masyarakat komunitas dengan tujuan yang sudah ditentukan

atau dirumuskkan sebelumnya Mubarak, 2011. Adapun tindakan dalam

melakukan evaluasi adalah:

a. Menilai respon verbal dan nonverbal komunitas setelah dilakukan

intervensi

b. Menilai kemajuan oleh komunitas setelah dilakukan intervensi

keperawatan

c. Mencatat adanya kasus baru yang dirujuk ke rumah sakit.

30
C. Realisasi Pemecahan Masalah

Dalam rangka mengaplikasikan ilmu keperawatan di komunitas

dan untuk menerapkan konsep-konsep dalam memberikan asuhan

keperawatan dalam konteks perawatan dasar, maka kelompok 1 mendapatkan

tugas keperawatan komunitas di Wilayah kelurahan Bakalan Krajan

Kecamatan Sukun mulai tanggal 9 April – 16 Mei 2019. Tahap kegiatan

kelompok kerja komunitas yang akan dilaporkan meliputi tahap-tahap sebagai

berikut : persiapan, pengkajian, perencanaan, pelaksanaan program kegiatan

dan evaluasi serta rencana tindak lanjut.

1. Tahap Persiapan

Dalam kegiatan program ners di stase komunitas, penyusunan

asuhan keperawatan komunitas dimulai dengan tahap persiapan, yang

merupakan tahap awal dari semua kegiatan yang akan dilakukan oleh

mahasiswa selama melakukan keperawatan komunitas. Tahap persiapan

diawali dengan informe consent dengan puskesmas Ciptomulyo dan

kepala RW 05 lalu melakukan pendekatan dengan tokoh masyarakat baik

formal maupun informal dan perijinan terhadap kegiatan kelompok di

wilayah RT 01 sampai RT 13 Kelurahan Bakalan Krajan Kecamatan

Sukun Kota Malang.

Pengkajian merupakan tahap awal dimulainya kegiatan asuhan

keperawatan komunitas. Pada tahap ini kita melakukan pengkajian data

dasar, data lingkungan fisik dan pengkajian data masyarakat. Pengkajian

data dasar (Kuesoner) dan observasi sekilas lingkungan (Windshield

Survey) ini dilakukan dengan cara wawancara dengan tokoh masyarakat

31
antara lain dengan Ketua RT, Tokoh Agama dan kader kesehatan yang

ada dilingkungan Kelurahan Ciptomulyo dengan menggunakan pedoman

wawancara yang telah kami persiapkan. Selain itu kami juga melakukan

observasi langsung di Kelurahan Ciptomulyo dengan menggunakan

pedoman Winshield Survey. Hal yang di observasi antara lain tentang

perumahan, lingkungan sekitar rumah di Wilayah Kelurahan Bakalan

Krajan, batas wilayah, kepadatan pemukiman penduduk, jenis bangunan,

jalan, sistem pembuangan sampah dan air limbah, pusat pelayanan seperti

sekolah, masjid, dan pelayanan kesehatan yang ada, serta transportasi

yang biasa digunakan Kelurahan Bakalan Krajan. Pengkajian data yang

dilakukan adalah untuk mengetahui Data Demografi, Status Sosial

ekonomi, faktor lingkungan, kepemilikan ternak, pembuangan sampah,

sumber air, komunikasi dan transformasi, dan derajat kesehatan.

2. Tahap Pelaksanaan

Tahap pelaksanaan ini terdiri dari pengumpulan data, analisa data,

perencanaan, pelaksanaan, evaluasi dan tindak lanjut. Untuk

mendapatkan informasi yang menyangkut masalah kesehatan di wilayah

RT 01 sampai RT 12 RW 05 Kelurahan Bakalan krajan dengan jumlah

populasi yaitu sebanyak 600 KK, maka dilakukan pengumpulan data

pada masyarakat melalui pendataan langsung dengan teknik sampling

accidental di setiap RT yang disertai observasi langsung oleh mahasiswa

yang melaksanakan kegiatan praktik Keperawatan Komunitas. Rumus

solvin adalah sebuah rumus atau formula untuk menghitung jumlah

32
sample minimal apabila perilaku dari sebuah populasi tidak diketahui

secara pasti (Fitra dan lutfia,2017). Teknik sampling accindental

merupakan pengambilan sample yang dilakukan secara subjektiv oleh

peneliti ditinjau dari suudut kemudahan tempat pengambilan sample, dan

jumlah sample yang akan ambil (Budianto, 2010).

Data yang diperoleh kemudian di analisis, maka dari hasil pendataan

telah di temukan masalah yang ada di wilayah RT 01 sampai RT 12 dan

telah dijabarkan sebagai berikut:

a. Melakukan observasi saat pendataan dari rumah ke rumah penduduk

di wilayah RW 05

b. Wawancara terstruktur dengan mewawancarai secara langsung Kepala

Keluarga atau Anggota Keluarga sesuai dengan angket yang telah

tersedia / intrumen pengkajian untuk mendapatkan data yang

diinginkan. Pengkajian data masyarakat meliputi interaksi 8 sub

sistem yaitu penduduk sebagai inti dan lingkungan fisik, pelayanan

kesehatan/sosial, ekonomi, kesehatan lingkungan, KB/KIA, lansia

yang dilakukan oleh Mahasiswa bersama tokoh masyarakat, kader

desa dan pengurus setiap RT yang ada di wilayah RW 05 kelurahan

Bakalan Krajan Kecamatan Sukun melakukan pengkajian

c. Pengumpulan data dilakukan mulai tanggal 9 s.d 16 April 2019.

d. Tabulasi data dan analisa data pada tanggal 16-20 April 2019. Setelah

data terkumpul maka data tersebut ditabulasikan dan dibuat dalam

bentuk Tabel yang kemudian di kemas dalam bentuk presentase

Power Point untuk disajikan pada saat pertemuan Musyawarah

33
Masyarakat Rukun Warga (MMRW 1). Pengolahan data mencakup

analisa-analisa masalah kesehatan yang ada di masyarakat.

34
BAB III

GAMBARAN UMUM LOKASI

A. Geografi
1. Data Umum
a. Kelurahan Ciptomulyo
Kelurahan Ciptomulyo merupakan kelurahan yang terletak di
wilayah Kecematan Klojen, Kota Malang Provinsi Jawa Timur.
Kelurahan ini terdiri dari 8 RW dan 74 RT. Penduduknya berjumlah
21.247 jiwa, laki-laki sebanyak 10.547 jiwa dan perempuan sebanyak
10.700 jiwa. Rentang usia 0-15 tahun sebanyak 8.322 jiwa, usia 15-65
tahun sebanyak 11.305 jiwa dan usia 65 tahun ke-atas sebanyak 1.620
jiwa.
b. RW 02
RW 02 merupakan salah satu wilayah yang berada di
Kelurahan CiptomulyoKecamatan Klojen Kota Malang Provinsi Jawa
Timur yang terbagi menjadi 11 RT.
2. Luas
Kelurahan Ciptomulyo memiliki luas daerah 10.650 km2 .
3. Batas Wilayah
a. Secara garis besar, kelurahan Ciptomulyodikelilingi oleh:
1) Sebelah Utara berbatasan langsung dengan Kelurahan Gading
Kasri
2) Sebelah Selatan berbatasan langsung dengan Kelurahan Tanjung
Rejo
3) Sebelah Barat berbatasan langsung dengan Kelurahan Pisang Candi
4) Sebelah Timur berbatasan langsung dengan Kelurahan Kauman

35
b. Secara spesifik, RW 02 dikelilingi oleh:
1) Sebelah Utara berbatasan dengan Kelurahan Gading Kari.
2) Sebelah Timur berbatasan dengan RW 1.
3) Sebelah Selatan berbatasan dengan RW 08.
4) Sebelah Barat berbatasan dengan RW 03.
4. Iklim
RW 02 Kelurahan Ciptomulyo Kecamatan Klojen Kota Malang
Provinsi Jawa Timur merupakan wilayah yang beriklim tropis dimana
hanya mengenal dua musim, yaitu:
a. Musim Hujan, dimulai sekitar bulan November sampai bulan Juni.
b. Musim Kemarau, dimulai sekitar bulan Juli sampai bulan Oktober.

B. Sistem Pemerintahan dan Kesehatan


1. Sistem Pemerintahan
Sistem Pemerintahan yang digunakan di Kelurahan Ciptomulyo
Kecamatan Klojen Kota Malang Provinsi Jawa Timur adalah Sistem
Pemerintahan Demokrasi yang dipimpin oleh seorang lurah. Dalam
mengemban tugasnya sehari-hari, Lurah Ciptomulyo dibantu oleh staf
dengan jumlah personel 7 orang, beserta masing-masing Kepala RW dan
Ketua RT. Berikut ini susunan penyelenggaraan pemerintahan Kelurahan
CiptomulyoKecamatan Klojen Kota Malang Provinsi Jawa Timur periode
adalah 2018 sebagai berikut:
a. Kepala Kelurahan :Hariadi Budhi Handoko S.Sos
b. Sekertaris Lurah : Moch Winarko
c. Kepala Seksi Pemerintahan :-
d. Kepala Seksi Sarana & Pra :-
e. Staf Seksi Trantibum :-
f. Staf Seksi SDM dan Pembangunan : Sri Winarti S.E
g. Staf Sekertaris Kelurahan Ciptomulyo : - Sumargiono
- Moedji Astuti
- Hartono
- Rika Racmawati

36
- Suwono
h. Ketua RW II : Drs. Syarifuddin
i. Ketua RT I : Sudiono
j. Ketua RT II : Agus Winanrno Istoha
k. Ketua RT III : Nuriadi
l. Ketua RT IV : Slamet Kariyadi
m. Ketua RT V : Wasis Wibisono
n. Ketua RT VI : Dwi Sandi Purwono
o. Ketua RT VII : Karyadi
Selain itu, dalam menjalankan tugas pemerintahan di wilayahnya,
Kelurahan Ciptomulyo memiliki mitra kerja. Mulai dari bidang
pendidikan, kesehatan masyarakat, ekonomi masyarakat, keamanan dan
ketertiban, partisipasi masyarakat, pemerintahan, lembaga masyarakat,
hingga pemberdayaan kesejahteraan keluarga. Selain itu, ada organisasi
sosial kemasyarakatan seperti karang taruna, karang werda, kader
lingkungan, PSM (Pekerja Sosial Masyarakat), Gepoktan (Gabungan
Kelompok Tani dan Nelayan), KKB (Kader Keluarga Berencana), BKB
(Bina Keluarga Balita), WKSBM (Wahana Kesejahteraan Sosial Berbasis
Masyarakat), Tokoh Masyarakat, Gerdu Taskin, PLKB, Dasawisma,
PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini), TK, Modin, Satgas Linmas, dan
lain-lain.
Untuk mendukung misi Kota Malang sebagai salah satu kota
pendidikan di Jawa Timur, pendidikan dari tingkat dasar, menengah
pertama, menengah atas hingga perguruan tinggi di wilayah Kelurahan
Ciptomulyo pun digalakkan. Di kelurahan ini terdapat tujuh buah gedung
Taman Kanak-kanak (TK), dua buah gedung Sekolah Dasar (SD), satu
buah gedung Sekolah Menengah Pertama (SMP), dua buah gedung
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), dan satu buah gedung perguruan
tinggi.
Untuk meningkatkan pelayanan kesehatan terhadap
masyarakatnya, di Kelurahan Ciptomulyo juga terdapat Puskesmas
Pembantu, lima unit Posyandu, dan dua unit Poliklinik. Sementara untuk

37
fasilitas keagamaan, Kelurahan Ciptomulyo memiliki tujuh belas buah
masjid, sembilan buah mushola, dan sebuah gereja.
2. Sistem Kesehatan
RW 02 Kelurahan Ciptomulyo Kecamatan Klojen Kabupaten
Malang Provinsi Jawa memiliki fasilitas pelayanan kesehatan yakni
Posyandu yang umumnya digunakan untuk imunisasi, pemeriksaan
Kesehatan Ibu dan Anak (KIA), pemeriksaan Lansia dan pospindu
Penyakit Terpadu Menular yang diadakan sekali dalam satu sebulan.
Dimana Posyandu di RW 5Kelurahan Ciptomulyo ada dua yaitu di RT 1
dan RT 7

C. Dinamika Kesehatan Masyarakat RW 5Kelurahan Ciptomulyo


Dari data kesehatan yang diperoleh, diketahui bahwa status kesehatan
masyarakat senantiasa berubah setiap waktu bergantung dari kondisi
geografis, pengetahuan masyarakat tentang kesehatan dan pola perilaku
masyarakat dalam menjaga kesehatanya.
1) Data Demografi
Dari Hasil Pendataan yang dilakukan pada tanggal 10 s/d 11 April
2019 di wilayah RW 5 kelurahan Ciptomulyo, didapatkan jumlah jiwa
sebanyak 201 jiwa yang terdiri dari 73 KK.

Tabel 3.1 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Jenis Kelamin Pada Wilayah Binaan
RT 01- RT 12Kelurahan Bakalan Krajan

Jenis Kelamin Frekuensi Persentase (%)

Laki-laki 93 45,36

Perempuan 112 54,63

Total 205 100

(sumber: Data Primer, 2019).

Berdasarkan tabel 3.1 distribusi frekuensi jenis kelamin pada


wilayah binaan RT 01 sampai RT 12 di dapatkan bahwa dari jiwa, kategori
yang terbanyak pada jenis kelamin perempuan dengan jumlah 112 orang

38
(45,36%) dan laki-laki 112 orang (54,63%). Perempuan diberi peran
menjalankan tugas-tugas di ruang publik, peran perempuan diruang publik
akan menambah fungsi dan peran sosial di masyarakat.
Tabel 3.2 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Usia Pada Wilayah Binaan
RT 01- RT 12 Bakalan Krajan

Usia Frekuensi Persentase (%)

>60 th 51 24,8

25-59 th 98 47,8

12-21 th 29 14,1

5-11 th 21 10,2

<5 th 6 2,9

Total 205 100

(sumber: data Primer, 2019).

Berdasarkan tabel 3.2 distribusi frekuensi usia pada wilayah


binaan RT 01 sampai RT 12 di dapatkan bahwa terbanyak yaitu 22-45 th
dengan jumlah 98 orang (47,8 %), >60 th dengan jumlah 51 orang (24,8 %),
12-21 th dengan jumlah 29 orang (14,1%), 5-11th dengan jumlah orang 21
(10,2%), dan <5 th 6 orang (2,9%).
Tabel 3.3 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pekerjaan Pada Wilayah Binaan
RT 01- RT 12 Bakalan Krajan

Pekerjaan Frekuensi Persentase (%)

Swasta 87 97.8

PNS 2 2.2

Total 89 100

(sumber: data Primer, 2019).


Berdasarkan tabel 3.3 distribusi pekerjaan pada wilayah binaan RT
01 sampai RT 12 ditemukan bahwa terbanyak karyawan swasta sebanyak 53
orang (97,8%), PNS sebanyak 4 orang (2,2 %).

39
Tabel 3.4 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pendidikan Pada Wilayah Binaan
RT 01- RT 12 Bakalan Krajan

Pendidikan Frekuensi Persentase (%)

SD 32 36.0

SMP 21 23.6

SMA 31 34.8

D III 4 4.5

S1 1 1.1

Total 89 100.0

(sumber: Data Primer, 2019).


Berdasarkan tabel 3.4 distribusi frekuensi pendidikan pada
wilayah binaan RT 01 sampai RT 12 di dapatkan bahwa pendidikan
terbanyak SD dengan jumlah 32 orang (36 %), SMP dengan jumlah 21
orang (23,6 %), SMA 31 orang (34,8 %), DIII dengan jumlah 4 orang (4,5)
dan S1 dengan jumlah 1 orang (1,1 %).
Tabel 3.5 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Agama Pada Wilayah Binaan
RT 01- RT 12 Bakalan Krajan

Pendidikan Frekuensi Persentase (%)

Islam 86 96.6

Kristen 3 3.4

Total 89 100.0

(sumber: Data Primer, 2019).


Berdasarkan tabel 3.5 distribusi frekuensi agama pada wilayah
binaan RT 01 sampai RT 12 di dapatkan bahwa agama terbanyak islam
dengan jumlah 86 orang (96,6 %), kristen dengan jumlah 3 orang (3,4 %)

40
Tabel 3.6 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Alamat Pada Wilayah Binaan
RT 01- RT 12 Bakalan Krajan

Pendidikan Frekuensi Persentase (%)

RT 1 8 9.0

RT 2 10 11.2

RT 3 7 7.9

RT 4 6 6.7

RT 5 13 14.6

RT 6 14 15.7

RT 7 4 4.5

RT 8 6 6.7

RT 9 1 1.1

RT 10 7 7.9

RT 11 3 3.4

RT 12 10 11.2

Total 89 100

(sumber: Data Primer, 2019).


Berdasarkan tabel 3.6 distribusi frekuensi alamat pada wilayah
binaan RT 01 sampai RT 12 di dapatkan bahwa RT 1 sebanyak 8 KK
(9,0%), RT 2 sebanyak 10 KK (11,82%), RT 3 sebanyak 7 KK (7,9 %), RT
4 sebanyak 6 KK (6,7%), RT 5 sebanyak 13 KK (14,6%), RT 6 sebanyak
14 KK( 15,7%), RT 7 sebanyak 4 KK (4,5%), RT 8 sebanyak 6 KK (6,75).
RT 9 sebanyak 1 KK (1,1%), RT 10 sebanyak 7 KK (7,9%), RT 11
sebanyak 3 KK (3,4%), dan RT 12 sebanyak 10 KK (11,2%).
Tabel 3.7 Distribusi Frekuensi Anggota Keluarga Pada Wilayah Binaan
RT 01- RT 12 Bakalan krajan

Anggota Keluarga Frekuensi Persentase (%)

Lansia 51 24,8

41
Dewasa 91 44,3

Ibu KB 7 3,4

Remaja 29 14,1

Anak Sekolah 21 10,2

Balita 6 2,9

Total 205 100

(sumber: Data Primer, 2019).


Berdasarkan tabel 3.7 distribusi frekuensi anggota keluarga pada
wilayah binaan RT 01 sampai RT 12 di dapatkan bahwa terbanyak yaitu
lansia dengan jumlah 51 orang (24,8 %), dewasa dengan jumlah 91 orang
(64,3 %), Ibu KB 7 orang (9,6 %), remaja dengan jumlah 29 orang (14,1%)
Anak Sekolah dengan jumlah orang 21 (10,2%), dan balita 6 orang (2,9%).

2) Sosial Ekonomi
Tabel 3.8 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Penghasilan Pada Wilayah Binaan
RT 01- RT 12 Kelurahan Bakalan Krajan

Penghasilan Frekuensi Persentase (%)

< Rp 500.000 25 34.2

RP 500.000 - 1.000.000 37 50.7

> Rp 1.000.000 11 15.1

Total 73 100

(sumber: data Primer, 2019).

Berdasarkan tabel 3.8 diperoleh hasil dari 73 KK (100 %) yang


berpenghasilan < Rp 500.000 sebanyak 25 KK (34,2 %), RP 500.000 -
1.000.000 sebanyak 37 KK (50,7 %) dan > Rp 1.000.000 sebanyak 11 KK
(15,1 %)

Tabel 3.9 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Kepemilikan Asuransi Pada


Wilayah Binaan RT 01- RT 12 Kelurahan Bakalan Krarajan

42
Penghasilan Frekuensi Persentase (%)

BPJS 62 84,9

Tidak Memiliki 11 15

Total 73 100

(sumber: data Primer, 2019).

Berdasarkan tabel 3.9 diperoleh hasil dari 73 KK (100 %) yang


memiliki BPJS sebanyak 62 orang (84,9%) dan tidak memiliki asuransi
sebanyak 11 orang (15%).

3) Lingkungan Fisik
a. Perumahan
Tabel 3.10 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pemanfaatan Pekarangan
Sekitar rumah Pada Wilayah Binaan RT 01- RT 12 Kelurahan Bakalan
Krajan
Pekarangan sekitar Persentase (%)
Frekuensi
rumah
Ya 58 65,2

Tidak 31 34,8

Total 89 100

(sumber: data Primer, 2019).

Berdasarkan tabel 3.10 distribusi Frekuensi pemanfaatan pekaranagan


sekitar rumah diwilayah binaan RT 01 sampai RT 12 ditemukan bahwa
yang memiliki pekarangan sekitar rumah sebanyak 58 KK (65,2%), dan
yang tidak memiliki pekarangan rumah sebanyak 31 KK (34,8 %).

Tabel 3.11 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Adanya Ventilasi/Jendela


Rumah Pada Wilayah Binaan RT 01- RT 12 Kelurahan Bakalan Krajan

Ventilasi Frekuensi Persentase (%)

Kurang 23 25,8

Cukup 37 41,6

43
Baik 29 32,6

Total 89 100

(sumber: data Primer, 2019)


Berdasarkan tabel 3.11 distribusi Frekuensi ventilasi pada wilayah
binaan RT 01 sampai RT 12 ditemukan bahwa terdapat ventilasi yang
kurang sebanyak 23 rumah (25,8%), ventilasi yang cukup sebanyak 37
rumah (41,6%) dan ventilasi yang baik sebanyak 29 rumah (32,6 %).
Tabel 3.12 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pencahayaan Rumah
Pada Wilayah Binaan RT 01- RT 12 Kelurahan Bakalan Krajan

Pencahayaan Frekuensi Persentase(%)

Kurang 50 56,2

Baik 39 43,8

Total 89 100

(sumber: data Primer, 2019)


Berdasarkan tabel 3.12 distribusi Frekuensi pencahayaan
diwilayah binaan RT 01 sampai RT 12 ditemukan bahwa pencahayaan
Kurang sebanyak 50 rumah (56,2 %), pencahayaan yang baik sebanyak 39
rumah (43,8%).
Tabel 3.13 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Kebersihan Rumah
Pada Wilayah Binaan RT 01- RT 12Kelurahan Bakalan Krajan

Pencahayaan Frekuensi Persentase(%)

Bersih 43 48,3

Tidak bersih 46 51,7

Total 89 100

(sumber: data Primer, 2019)


Berdasarkan tabel 3.13 distribusi Frekuensi pencahayaan
diwilayah binaan RT 01 sampai RT 12 ditemukan bahwa kebersihan
rumah dalam kateori bersih sebanyak 43 rumah (48,3%) dan dalam
kategori tidak bersih sebanyak 46 rumah (51,7%).

44
b. Kandang
Tabel 3.14 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Letak Kandang Pada Wilayah
Binaan RT 01- RT 12 Kelurahan Bakalan Krajan

Pencahayaan Frekuensi Persentase(%)

Dalam Rumah 7 7,9

Luar Rumah 20 22,5

Tidak Punya 62 69,7

Total 89 100

(sumber: data Primer, 2019)


Berdasarkan tabel 3.14 distribusi Frekuensi letak kandang di
wilayah binaan RT 01 sampai RT 12 ditemukan bahwa letak kandang di
dalam rumah sebanyak 7 KK ( 7,9%), letak dalam di luar rumah
sebanyak 20 KK ( 22,5%) dan yang tidak memiliki kandang sebanyak 62
KK (69,7%).
Tabel 3.15 Distribusi Frekuensi Berdasark an Kondisi Letak Kandang Pada
Wilayah Binaan RT 01- RT 12 Kelurahan Bakalan Krajan

Pencahayaan Frekuensi Persentase(%)

Sekat Penuh 8 9,0

Sekat Sebagian 16 18

Tidak di sekat 3 3.4

Tidak Punya 62 69,7

Total 89 100

(sumber: data Primer, 2019)


Berdasarkan tabel 3.16 distribusi Frekuensi kondidi letak
kandang di wilayah binaan RT 01 sampai RT 12 ditemukan bahwa
kondisi letak kandang sekat penuh sebanyak 8 KK (9,0%), kondisi letak
kandang sekat sebagian sebanyak 16 KK (18%), kondisi letak kandang
tidak di sekat sebanyak 3 KK (3,4%) dan yang tidak memiliki kandang
sebnayak 62 KK (69,7%).
c. Pembuangan Sampah

45
Tabel 3.17 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Adanya Tempat Penampungan
Sampah Pada Wilayah Binaan RT 01 – RT 12 , Kelurahan Bakalan Krajan

Penampungan sampah Frekuensi Persentase (%)

Terbuka 74 83.1

Tertutup 15 16.9

Total 89 100

(sumber: data Primer, 2019).


Berdasarkan tabel 3.17 distribusi Frekuensi tempat penampungan
sampah sementara diwilayah binaan RT 01 sampai RT 12 berjumlah 89
KK (100 %) mempunyai tempat penampungan sampah dengan kategori
dalam keadaaan terbuka sebanyak 74 KK (83,1 %) dan dalam keadaan
tertutup sebanyak 15 % (16,9%).
Tabel 3.18 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Cara Pembuangan Sampah
Pada Wilayah Binaan RT 01 – RT 12, Kelurahan Bakalan Krajan

Penampungan sampah Frekuensi Persentase (%)

Angkut Petugas 84 94,4

Di bakar 5 5,6

Total 89 100

(sumber: data Primer, 2019).


Berdasarkan tabel 3.18 distribusi Frekuensi tempat penampungan
sampah sementara diwilayah binaan RT 01 sampai RT 12 berjumlah 89
KK (100 %) cara pembuangan sampah di angkut petugas sebanyak 84 KK
(94,4%) dan di bakar sebanyak 5 KK (5,6%).

d. Sumber Air
Tabel 3.19 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Sumber Air Pada Wilayah
Binaan RT 01- RT 12 Kelurahan Bakalan Krajan

Sumber air Frekuensi Persentase (%)

Sumur 72 80.9

46
PDAM 17 19.1

Total 89 100.0

(sumber: data Primer, 2019).


Berdasarkan tabel 3.19 distribusi Frekuensi sumber air diwilayah
binaan RT 01 sampai RT 12 ditemukan bahwa dalam kategori air sumur
sebanyak 72 KK (80,9%) dan PDAM sebanyak 17 KK (19,1%).
Tabel 3.20 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Tempat Penampungan Air
Pada Wilayah Binaan RT 01- RT 12 Kelurahan Bakalan Krajan

Tempat penampungan Frekuensi Persentase (%)

Terbuka 86 96.6

Tertutup 3 4,4

Total 89 100.0

(sumber: data Primer, 2019).


Berdasarkan tabel 3.20 distribusi Frekuensi tempat penampungan
air sementara di wilayah RT 01 sampai RT 12 didapatkan penyimpanan
Terbuka sebanyak 86 KK (86,6 %) dan penyimpanan tertutp sebanyak 3
KK (4,4 %).
Tabel 3.21 Distribusi Frekuensi Berdasarkan kondisi air dalam
penampungan sementara Pada Wilayah Binaan RT 01- RT 12Kelurahan
Bakalan Krajan
Kondisi air dalam Persentase (%)
Frekuensi
penampungan
Berbau 7 7,9

Berwarna 1 1,1

Berasa 31 34,8

Tidak berbau bewarna


68 56,2
berasa

Total 89 100

(sumber: data Primer, 2019)

47
Berdasarkan tabel 3.21 distribusi Frekuensi kondisi air dalam
penampung diwilayah binaan RT 01 sampai RT 12 ditemukan bahwa
kategori tidak berbau/berasa sebanyak 50 KK (56,2 %) dan adanya kondisi
air yang berbau sebanyak 7 KK (7,9 %), berwarna 1 KK (1.1%), dan
berasa 31 KK (34,8%).

e. Pembuangan Limbah
Tabel 3.22 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Jarak sumber Air dengan
Septic Tank Pada Wilayah Binaan RT 01- RT 12 Kelurahan Bakalan
Krajan
Jarak sumber air dengan Persentase (%)
Frekuensi
septic tank
<10 m 68 76.4

>10 m 21 23.6

Total 89 100.0

(sumber: data Primer, 2019).


Berdasarkan tabel 3.22 distribusi Frekuensi jarak sumber air
dengan septic tank terbanyak <10 m sebanyak 68 KK (76,4%), Yang >10
m sebanyak 21 KK (23,6 %).
Tabel 3.23 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pembuangan Air Limbah
Pada Wilayah Binaan RT 01- RT 12Kelurahan Bakalan Krajan

Pembuangan air limbah Frekuensi Persentase (%)

Selokan Terbuka 67 75.3

Sungai 7 7.9

Bak Penampungan 13 14.6

Selokan tertutup 2 2.2

Total 89 100.0

(sumber: data Primer, 2019).


Berdasarkan tabel 3.23 distribusi Frekuensi tempat pembuangan air
limbah diwilayah binaan RT 01 sampai RT 12 ditemukan bahwa
pembuangan air limbah di selokan terbuka sebanyak 67 KK (75,3 %),

48
sungai sebanyak 7 KK (7,9 %), bak penampungan sebanyak 13 Kk (
14,6%), dan selokan tertutup sebanyak 2 KK (2,2%).
Tabel 3.24 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Kondisi Saluran
Pembuangan Pada Wilayah Binaan RT 01- RT 12Kelurahan Bakalan
Krajan
Kondisi saluran Persentase (%)
Frekuensi
pembuangan
Tertutupp lancar 39 43.8

Tertutup tergenang 14 15.7

Terbuka lancar 36 40.4

Total 89 100.0

(Sumber: Data Primer, 2019).


Berdasarkan tabel 3.24 distribusi frekuensi kondisi saluran
pembuangan di wilayah binaan RT 01 sampai RT 12 ditemukan kondisi
saluran pembuangan tertutup lancar 39 KK (43,8%) dan kondisi saluran
tertutup tergenang sebanyak 14 KK (15,7%) dan terbuka lancar 36 KK
(40,4%).
Tabel 3.25 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pembuangan Tinja Pada
Wilayah Binaan RT 01- RT 12Kelurahan Bakalan Krajan

Pembuangan Tinja Frekuensi Persentase (%)

Septik Tank 83 93.3

Sungai 6 6.7

Total 89 100.0

(sumber: data Primer, 2019).


Berdasarkan tabel 3.25 distribusi Frekuensi tempat pembuangan air
limbah diwilayah binaan RT 01 sampai RT 12 ditemukan bahwa
pembuangan air limbah di septik tank sebanyak 83 KK (93,3 %) dan
sungai sebanyak 6 KK (6,7 %).

49
Tabel 3.26 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Kepemilikan WC Pada
Wilayah Binaan RT 01- RT 12Kelurahan Bakalan Krajan

Kepemilikan WC Frekuensi Persentase (%)

Pribadi 81 91.0

Umum 8 9.0

Total 89 100.0

(sumber: data Primer, 2019).


Berdasarkan tabel 3.26 distribusi Frekuensi kepemilikan WC
limbah diwilayah binaan RT 01 sampai RT 12 ditemukan bahwa
pembuangan air limbah di pribadi sebanyak 81 rumah (91,0 %) dan
umum sebanyak 8 rumah (9,0%).
Tabel 3.27 Distribusi Frekuensi Berdasarkan kondisi WC Pada Wilayah
Binaan RT 01- RT 12 Kelurahan Bakalan Krajan

Kondisi WC Frekuensi Persentase (%)

Terpelihara 85 95.5

Tidak terepelihara 4 4.5

Total 89 100.0

(sumber: data Primer, 2019).


Berdasarkan tabel 3.27 distribusi Frekuensi kondisi WC diwilayah
binaan RT 01 sampai RT 12 ditemukan bahwa kondisi WC tidak
terpelihara sebanyak 4 rumah (4,5 %) dan terpelihara 85 rumah
(95,5%).

50
3) Rekreasi
Tabel 3.28 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pernah Rekreasi Pada
Wilayah Binaan RT 01- RT 12Kelurahan Bakalan Krajan

Rekreasi Frekuensi Persentase (%)

Ya 57 64.0

Tidak 32 36.0

Total 89 100.0

(sumber: data Primer, 2019).


Berdasarkan tabel 3.28 distribusi Frekuensi pernah rekreasi
diwilayah binaan RT 01 sampai RT 12 ditemukan bahwa pernah rekreasi
sebanyak 57 KK (64,0 %) dan tidak rekreasi 32 KK (36%).
Tabel 3.29 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Tempat Rekreasi Pada
Wilayah Binaan RT 01- RT 12Kelurahan Bakalan Krajan

Tempat Rekreasi Frekuensi Persentase (%)

Taman 8 9.0

Pantai 28 31.5

Lain-lain 53 59.6

Total 89 100.0

(sumber: data Primer, 2019).


Berdasarkan tabel 3.29 distribusi Frekuensi tempat rekreasi
diwilayah binaan RT 01 sampai RT 12 ditemukan bahwa pilihan rekreasi
taman 8 KK (9,0%), pantai 28 KK (8,2%), dan lain-lain 53 KK (59,6%).
Tabel 3.30 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Waktu Luang yang dilakukan
warga Pada Wilayah Binaan RT 01- RT 12Kelurahan Bakalan Krajan
Pemanfaatan Waktu Persentase (%)
Frekuensi
Luang
Menonton TV 70 78.7

Baca koran/buku 8 9.0

Lain lain 11 12.4

51
Total 89 100.0

(sumber: data Primer, 2019).


Berdasarkan tabel 3.30 distribusi Frekuensi waktu luang warga
diwilayah binaan RT 01 sampai RT 12 ditemukan bahwa pilihan
menonton TV 70 KK (78,7%), baca koran/buku8 KK (9,0%), dan lain –
lain 11 KK (12,4%).

4) Komunikasi dan Transportasi


Tabel 3.31 Distribusi Frekuensi Berdasarkan transportasi dan keamanan di
Wilayah Binaan RT 01 – RT 12 Kelurahan Bakalan Krajan

Transportasi dan keamanan Frekuensi Persentase (%)

Umum 40 38,1

Pribadi 33 31,4

Total 73 69,5%

(sumber: data Primer,2019).


Berdasarkan tabel 3.31 distribusi Frekuensi transportasi umum 40
(38,1%), dan transportasi pribadi 33 (31,4%).
Tabel 3.32 Distribusi Frekuensi Berdasarkan jarak rumah dengan
sarana kesehatan Pada Wilayah Binaan RT 01- RT 12 Kelurahan
Bakalan Krajan

Jarak Frekuensi Persentase (%)

< 5 km 73 100

> 5 km 0 0

Total 73 100

(Sumber: Data Primer, 2019).


Berdasarkan tabel 3.32 distribusi frekuensi jarak rumah dengan
sarana kesehatan >5 km sebanyak 73 KK (100%).
Tabel 3.33 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Bahasa Komunikasi di
Wilayah Binaan RT 01 – RT 12 Kelurahan bakalan Krajan

52
Bahasa Komukasi Frekuensi Persentase (%)

Madura 5 4,8

Jawa 68 64,8

Total 73 69,5%

(sumber: data Primer,2019).


Berdasarkan tabel 3.33 distribusi Frekuensi bahasa komunikasi
madura sebanyak 5 (4,8%), dan jawa sebanyak 68 (64,8%).
Tabel 3.34 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Alat Komunikasi di Wilayah
Binaan RT 01 – RT 12 Kelurahan Bakalan Krajan

Alat Komukasi Frekuensi Persentase (%)

Manual 33 31,4

Online 40 38,1

Total 73 69,5%

(sumber: data Primer,2019).


Berdasarkan tabel 3.34 distribusi Frekuensi alat komunikasi
manual sebanyak 33 (31,4%), dan online sebanyak 40 (38,1%).

5) Kesehatan
Tabel 3.35 Distribusi Frekuensi penyakit Pada Wilayah Binaan RT 01-RT12
Kelurahan Bakalan Krajan
Persentase
Jenis penyakit Frekuensi (%)

Asma 1 1.1

TBC 1 1.1

Hipertensi 28 31.5

Lain – lain 11 12.4

Tidak sakit 48 53.9

Total 89 100.0

Sumber: Data Primer, 2019).

53
Berdasarkan tabel 3.35 distribusi jenis penyakit pada wilayah
binaan RT 01- 12 Kelurahan Ciptomulyo Asma 1 Kk (1,1%), TBC 1 KK
(1,1%), Hipertensi 28 KK (31,5%), Lain lain 11 KK (12,4%), dan tidak
sakit 48 KK (53,9%).
Tabel 3.36 Distribusi Frekuensi Berdasarkan pilihan ketika sakit Pada
Wilayah Binaan RT 01- RT 12Kelurahan Bakalan Krajan

Sarana kesehatan Persentase


Frekuensi (%)
terdekat

Pelayanan Kesehatan 63 70.8

Beli Obat sendiri 24 27.0

Tidak Periksa 2 2.2

Total 89 100.0

(Sumber: Data Primer, 2019).


Berdasarkan tabel 3.36 distribusi pilihan ketika sedang sakit yaitu
63 KK (70,8%) ke pelayanan kesehatan, kemudian 24 KK (27 %) memilih
beli obat sendiri dan 2 KK (2,2%). memilih tidak periksa

6) Pendidikan
Tabel 3.37 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pendidikan Pada Wilayah
Binaan RT 01- RT 12Kelurahan Bakalan Krajan

Pendidikan Frekuensi Persentase (%)

SD 32 36.0

SMP 21 23.6

SMA 31 34.8

D III 4 4.5

S1 1 1.1

Total 73 100

(sumber: Data Primer, 2019).

54
Berdasarkan tabel 3.37 distribusi frekuensi pendidikan pada
wilayah binaan RT 01 sampai RT 12 di dapatkan bahwa pendidikan
terbanyak SD dengan jumlah 32 orang (36%), SMP sebanyak 21 orang
(23,6%), SMA sebanyak 31 orang (34,8%), DIII sebanyak 4 orang (4,5%),
dan S1 1 orang (1,1%).

7) Kemanan
Berdasarkan hasil wawancara dengan ketua RW002 tanggal 12
April 2019 belum diterapkannya system keamanan khusus, namun
direncanakan untuk pembuatan portal di daerah RW 2. Hal tersebut
dikarenakan pada tahun 2017 telah terjadi curnmor (pencurian motor)
sebanyak 17 motor.

8) Politik dan Pemerintahan


Berdasarkan hasil wawancara dengan ketua RW002 tanggal 12
April 2019 Di dalam RW 5ditetapkan kebijakan dan pemerintahan yang
demokratis, di mana warga dikumpulkan dalam sebuah rapat RW rutin
setiap 2 bulan sekali dan pada minggu ke-4. Selain rapat RW, di
lingkungan RW 5juga rutin diadakan kegiatan pertemuan oleh Ibu-ibu
PKK dan dasawisma tiap bulannya
9). Balita, anak dan remaja
a. Balita
Tabel 3.38 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Balita Pada Wilayah
Binaan RT 01-RT 12 RW 05 Kelurahan Bakalan Krajan
Balita Frekuensi Persentase (%)
Iya 6 2,9
Tidak 199 97
Total 205 100
(sumber: data Primer, 2019).

Berdasarkan table 3.38 dari 205 jiwa (100%), didapatkan


sebanyak 6 jiwa (2,9 %) yang dikategorikan balita, dan 205 jiwa (97%)
lainnya bukan balita

55
Tabel 3.39 Distribusi Frekuensi Berdasarkan cara persalinan anak balita
RT 01-RT 12 RW 05 Kelurahan Bakalan Krajan
Persalinan anak
Frekuensi Persentase (%)
balita
Spontan 4 66,6
operasi 2 33,3
Total 6 100%
(sumber: data Primer, 2019).

Berdasarkan tabel 3.39 diperoleh hasil sebanyak 6 balita (100


%). Persalinan dengan cara spontan yaitu sebanyak 4 (66,6%) dan
persalinan dengan cara operasi sebanyak 2 (33,%).

Tabel 3.40 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Penolong Persalinan Anak


Balita Ibu Binaan RT 01-RT 012 RW 05 Kelurahan Bakalan Krajan
Penolong
Frekuensi Persentase (%)
persalinan
Tenaga kesehatan 6 100
Lain-lain 0 0
Total 6 100
(sumber: data Primer,2019).

Berdasarkan tabel 3.40 diperoleh hasil sebanyak 6 (100%) balita


dilahirkan dengan bantuan tenanga kesehatan.

Tabel 3.41 Distribusi Frekuensi Berdasarkan berat badan anak


waktu lahir di Wilayah Binaan RT 01-RT 07 Kelurahan Bareng
Berat badan anak
Frekuensi Persentase (%)
waktu lahir
<2500 gram 0 0
>2500 gram 6 100
Total 6 100
(sumber: data Primer,2019).

Berdasarkan table 3.41 berat badan anak waktu lahir mayoritas


>2500 gram.

Tabel 3.42 Distribusi Frekuensi Berdasarkan alasan anak tidak


mendapatkan imunisasi Pada Wilayah Binaan RT 01-RT 07
Kelurahan Bareng
Kepemilikan KMS Frekuensi Persentase (%)
Lengkap 6 100
Tidak lengkap 0 0

56
Total 6 100
(sumber: data Primer,201)

Berdasarkan tabel 3.42 diperoleh hasil dari 6 balita (100%)


mendapatkan imunisasi lengkap.

Tabel 3.43 Distribusi Frekuensi Berdasarkan jenis makanan anak <4


bulan Pada Wilayah Binaan RT 01-RT 07 Kelurahan Bareng
Jenis makanan Frekuensi Persentase (%)
ASI 3 50
PASI 1 16,6
ASI + Makanan
2 33,3
Tambahan
Total 6 100
(sumber: data Primer,2019)

Berdasarkan tabel 3.43 diperoleh hasil dari 6 balita (100 %)


dengan jenis makanan ASI sebanyak 3 (50%), PASI sebanyak 1
(16,6%) dan ASI + makanan tambahan 2 (33,3%).

Tabel 3.44 Distribusi Frekuensi Berdasarkan alasan pemberian PASI


pada anak kurang dai 4 bulan Pada Wilayah Binaan RT 01-RT 07
Kelurahan Bareng
Pemberian makanan
Frekuensi Persentase (%)
pendamping ASI
Tidak tahu 5 83,3
Adat kebiasaan 1 16,6
Total 6 100
(sumber: data Primer,2018)

Berdasarkan tabel 3.44 diperoleh hasil, dari 6 balita (100 %) yang


mendapatkan pemberian makanan pendamping ASI dengan alasan adat
kebiasaan sebanyak 1 (16,6%).

Tabel 3.45 Distribusi Frekuensi Berdasarkan anak yang mendapatkan


vitamin A Pada Wilayah Binaan RT 01-RT 07 Kelurahan Bareng
Anak yang dapat
Frekuensi Persentase (%)
vitamin A
Ya 4 66,6
Tidak 2 33,3
Total 6 100
(sumber: data Primer,2019).

57
Berdasarkan tabel 3.45 diperoleh hasil dari 6 balita (100 %),
yang mendapatkan vitamin A sebanyak 4 balita (66,6%) dan yang tidak
mendapatkan vitamin A sebanyak 2 (33,3 %).

Tabel 3.46 Distribusi Frekuensi Berdasarkan alasan tidak mendapatkan


vitamin A Pada Wilayah Binaan RT 01-RT 07 Kelurahan Bareng
Alasan tidak dapat vitamin A Frekuensi Persentase (%)
Belum cukup umur 2 33,3
Lain lain 4 66,6
Total 6 100
(sumber: data Primer,2019).

Berdasarkan tabel 3.46 diperoleh hasil alasan anak tidak


mendapatkan vitamin A karena belum cukup umur sebanyak 2 (33,3%)
balita dan yang lain lain 4 (66,6%)

Tabel 3.47 Distribusi Frekuensi Berdasarkan kepemilikan KMS di


Wilayah Binaan RT 01-RT 07 Kelurahan Bareng
Penangana Penyakit pada
Frekuensi Persentase (%)
Balita
Ya 6 100
Tidak 0 0
Total 6 100
(sumber: data Primer,2019).

Berdasarkan table 3.47 diperoleh hasil 100 % balita memiliki


KMS.

Tabel 3.48 Distribusi Frekuensi Berdasarkan kepatuhan dalam mengikuti


POSYANDU di Wilayah Binaan RT 01-RT 07 Kelurahan Bareng
Berapa kali anak dibawa ke
Frekuensi Persentase (%)
POSYANDU
Setiap bulan 6 100
Tidak teratur 0 0
Total 6 100
(sumber: data Primer,2019).

Berdasarkan table 3.48 diperoleh hasil 100 % balita rutin


mengikuti POSYANDU.

Tabel 3.49 Distribusi Frekuensi Berdasarkan titik berat badan anak di


Wilayah Binaan RT 01-RT 07 Kelurahan Bareng
Titik berat badan Frekuensi Persentase (%)
Bawah garis merah 0 0

58
Atas garis titik titik 0 0
Garis hijau 6 100
Garis titik titik 0 0
Total 6 100
(sumber: data Primer,2019).

Berdasarkan table 3.49 diperoleh hasil 100 % titik berat badan


balita berada pada garis hijau.

Tabel 3.50 Distribusi Frekuensi Berdasarkan penyakit yang diderita di


Wilayah Binaan RT 01-RT 07 Kelurahan Bareng
Jenis penyakit Frekuensi Persentase (%)
Batuk pilek 3 50
Diare 0 0
Kulit 0 0
Batuk >2 minggu 0 0
Tidak ada 3 50
Total 6 100
(sumber: data Primer,2019).

Berdasarkan table 3.50 diperoleh hasil balita yang sakit batuk


pilek sebanyak 3 (50%) dan yang tidak sakit sebanyak 3 (50%).

b. Anak dan remaja


Tabel 3.51 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Anak sekolah di Wilayah
Binaan RT 01-RT 07 Kelurahan Bareng
Adanya Anak dan
Frekuensi Persentase (%)
Remaja
Ya 21 10,2
Tidak 184 89,7
Total 205 100
Berdasarkan tabel 3.51 didapatkan hasil dari 205 orang yang
berusia anak sekolah sebanyak 21 orang (10,2 %) dan sisanya tidak
termasuk usia anak sekolah sebanyak 184 orang (89,7 %).

Tabel 3.52 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Anak remaja di Wilayah


Binaan RT 01-RT 12 Kelurahan Bakalan Krajan
Adanya Anak dan
Frekuensi Persentase (%)
Remaja
Ya 24 27
Tidak 65 73
Total 89 100

59
Berdasarkan tabel 3.52 didapatkan hasil dari 89 KK orang yang
berusia anak remaja sebanyak 24 orang (27 %) dan sisanya tidak
termasuk usia anak remaja sebanyak 65 KK orang (73 %).

10) Ibu Keluarga Berencana

Tabel 3.52 Distribusi Frekuensi Berdasarkan ibu KB di Wilayah Binaan


RT 01 – RT 07 Kelurahan Bareng

Ibu KB Frekuensi Persentase (%)


Ya 7 3,4
Tidak 198 96,5
Total 205 100
(sumber: data Primer,2019).

Berdasarkan tabel 3.52 didapatkan hasil ibu yang mengikuti KB


sebanyak 7 (3,4%) dan yang tidak ikut KB sebanyak 198 (96,5%).

Tabel 3.52 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Kontrasepsi Ibu KB di


Wilayah Binaan RT 01 – RT 07 Kelurahan Bareng

Ibu KB Frekuensi Persentase (%)


Suntik 3 42,8
IUD 2 28,5
Kondom 1 14,2
MOW 1 14,2
Total 7 100
(sumber: data Primer,2019).

Berdasarkan tabel 3.52 didapatkan hasil ibu yang mengikuti KB


berdasarkan kontrasepsi sebanyak 3 (42,8%) IUD 2 (28,5%) Kondom 1
(14,2%) dan MOW 1 (14,2%).

11) Lansia
Tabel 3.53 Distribusi Frekuensi Berdasarkan jenis penyakit yang
diderita lansia di Wilayah Binaan RT 01 – RT 12 Kelurahan Bakalan
Krajan
Jenis penyakit yang Persentase (%)
Frekuensi
diderita lansia
DM 2 2.2

60
TBC paru 1 1.1

Hipertensi 23 25.8

rheumatik 1 1.1

tidak ada 7 7.9

lain - lain 6 6.7

Total lansia 40 44.9

Bukan lansia 49 55,1

Total 89 100

(sumber: data Primer,2019).


Berdasarkan tabel 3.53 distribusi frekuensi jenis penyakit pada
lansia yaitu dari 89 KK ada 40 lansia dan 49 KK yang tidak ada lansia.
Lansia yang menderita penyakit DM sebanyak 2 orang (2,2%), TBC 1
orang (1,1%), Hipertensi 23 orang (25,8%), Rheumatik 1 orang (1,1%),
tidak sakit 7 orang (7,9%), lain lain 6 orang (6,7%).
Tabel 3.54 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Kemampuan Lansia
Dalam Melakukan Aktifitas Sehari-Hari di Wilayah Binaan RT 01 – RT
12 Kelurahan Bakalan Krajan

Lansia dibantu Frekuensi Persentase (%)

Butuh bantuan 10 11.2

Mandiri 30 33.7

Total lansia 40 44.9

Bukan lansia 49 55,1

Total 89 100

(sumber: data Primer,2019)


Berdasarkan tabel 3.55 distribusi frekuensi kemampuan lansia
dalam aktifitas sehari-hari berdasarkan kategori mandiri sebanyak 30
orang (33,7%) dan lansia yang tidak mampu sebanyak 10 orang
(11.2%) dimana lansia di wilayah bakalan krajan mayoritas dapat
melakukan kegiatan dengan mandiri.

61
Tabel 3.56 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Lingkungan lansia di
Wilayah Binaan RT 01 – RT 12 Kelurahan Bakalan Krajan

Lingkungan lansia Frekuensi Persentase (%)

Lantai licin 1 1.1

Selokan terbuka 14 15.7

Tempat gelap 2 2.2

Tidak membahayakan 23 25.8

Total lanisa 40 44.9

Bukan lansia 49 55.1

Total 89 100

(sumber: data Primer,2019).


Berdasarkan tabel 3.56 distribusi Frekuensi lingkungan lansia
yang lantainya licin sebanyak 4 (7,8%), selokan terbuka sebanyak 4
(7,8%), tempat gelap sebanyak 2 (3,9%) dan lingkungan yang tidak
membahayakan seabanyak 41 (80,3%)
Tabel 3.57 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Kebiasaan lansia di
Wilayah Binaan RT 01 – RT 12 Kelurahan Bakalan krjan

Kebiasaan lansia Frekuensi Persentase (%)

merokok 8 9.0

minum alkohol 5 5.6

minum kopi 20 22.5

lain - lain 7 7.9

Total lansia 40 44.9

Bukan lansia 49 55.1

Total 89 100.0

(sumber: data Primer,2019).

62
Berdasarkan tabel 3.57 distribusi Frekuensi kebiasan lansia yang
merokok sebanyak 8 (9,0%), minum alkohol 5 (5,6%), minum kopi
sebanyak 20 (22,5%) dan lain – lain 7 orang (7,95).
Tabel 3.58 Distribusi Frekuensi Berdasarkan kegiatan sosial pada
lansia di Wilayah Binaan RT 01 – RT 12 Kelurahan Bareng

Kegiatan sosial lansia Frekuensi Persentase (%)

Ya 20 22.5

Tidak 20 22.5

Total lansia 40 44.9

Bukan lansia 49 55.1

Total 89 100

(sumber: data Primer,2019).


Berdasarkan tabel 3.58 distribusi Frekuensi lansia melakukan
kegiatan sosial sebanyak 20 (22,5%) dan tidak mengikuti kegiatan
sosial sebanyak 20 orang (22,5 %) dan dari 89 KK yang bukan lansia
sebanyak 49 KK ( 55,1%).

Tabel 3.59 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Lansia yang Ikut Posyandu


Lansia di Wilayah Binaan RT 01 – RT 07 Kelurahan Bareng
Mengikuti posyandu Persentase (%)
Frekuensi
lansia
Ya 19 21.3

tidak 21 23.6

Total lansia 40 44.9

Bukan lansia 49 55.1

Total 89 100.0

(sumber: data Primer,2019).


Berdasarkan tabel 3.59 didapatkan hasil lansia yang mengikuti
posyandu sebanyak 19 orang (21,3 %) dan yang tidak mengikuti
posyandu lansia sebanyak 21 orang (23,6%

63
64
BAB IV

ANALISA MASALAH
DAN POA

A. Analisa Masalah
DATA PENUNJANG PENYEBAB MASALAH

DS :

DO : Ketidakmampuan dalam Hambatan pemeliharaan rumah.


pemeliharaan rumah.
 Berdasarkan hasil pengambilan data di
Kelurahan Ciptomulyo, RW 02 dari hari
Selasa Rabu 9 – 10 April 2019 distribusi
KK yang memiliki ventilasi yang kurang
sebanyak 41 rumah (56,2%).
 Berdasarkan data yang diperoleh dari
hasil pengkajian di RW 5Kelurahan
Ciptomulyo didapatkan kondisi rumah
dengan pecahahayaan yang buruk
sebanyak 43 rumah (58,9%).
 Berdasarkan hasil pengambilan data di
Kelurahan Ciptomulyo RW 02 dari hari

65
Selasa Rabu 9 – 10 April 2019
Pembuangan tinja ke sungai sebanyak 39
rumah (59,4%).
 Berdasarkan hasil pengumpulan data di
Kelurahan Ciptomulyo, RW 02 dari hari
Selasa Rabu 9 – 10 April 2019
didapatkan bahwa sebanyak 44 rumah
(44,8%) tidak memiliki pekarangan,
sedangkan hanya 26 (24,8%) yang
memiliki pekarangan

DS :

DO :

 Berdasarkan data wawancara kepada Ketidakpatuhan individu dalam Resiko keparahan penyakit
masyarakat Kelurahan Ciptomulyo RW mengontrol tekanan darah.
02 dari hari Selasa Rabu 9 – 10 April
2019 didapatkan bahwa anggota
keluarganya sakit saat ini diperoleh 28
orang dari 73 sampel kk, persentasi
penyakit yang paling banyak yaitu
hipertensi sebanyak 14 orang (19,2%).

66
B. Plan Of Action (POA)
PJ
ALTERNATIF
Data MASALAH Tempat/Wak dan
NO TUJUAN PEMECAHAN Metode Sasaran
tu Pelaks
MASALAH
ana
1  Berdasarkan hasil Hambatan a. Tujuan jangka Memberikan informasi 1. Rumah 1. Ceramah Masyarakat Kelom
pengambilan data pemeliharaan panjang : berupa penyuluhan Warga RW 2. Diskusi Kelurahan pok 5
di Kelurahan rumah b/d Meningkatkan kepada warga kel. 5Selasa, 16 Ciptomulyo
Ciptomulyo, RW ketidakmampu kemampuan individu Ciptomulyo RW 02 April 2019 , RW 02
02 dari hari Selasa an individu dalam memelihara mengenai: jam 16.00 kota
Rabu 9 – 10 April dalam rumah yang sehat. 1. Pengertian rumah WIB s.d Malang
2019 distribusi pemeliharaan b. Tujuan jangka sehat. selesai
KK yang memiliki rumah. pendek : setelah 2. Dampak yang 2. Balai
ventilasi yang dilakukan penyuluhan ditimbulkan dari Serbaguna
kurang sebanyak dengan warga kel. rumah yang tidak RW/Rabu,
41 rumah Ciptomulyo RW 02 bersih dan sehat. 17 April
(56,2%). selama 1x30 menit 3. Manfaat yang 2019 jam
 Berdasarkan data maka warga dapat didapatkan dari 16.00 s.d
yang diperoleh mengetahui tentang: rumah sehat selesai
dari hasil 1. Pengertian rumah 3. Tempat
pengkajian di RW sehat. pertemuan
5Kelurahan 2. Dampak yang ibu PKK

67
Ciptomulyo ditimbulkan dari RW
didapatkan rumah yang tidak 2/Kamis
kondisi rumah bersih dan sehat. 18 April
dengan 3. Manfaat yang 2019 s.d
pecahahayaan didapatkan dari selesai.
yang buruk rumah sehat
sebanyak 43
rumah (58,9%).
 Berdasarkan hasil Resiko a. Tujuan jangka Memberikan informasi 1. Rumah 1. Cerama Masyarakat Kelom
pengambilan data terjadinya panjang : berupa penyuluhan Warga RT 2. Diskusi Kelurahan pok 5
di Kelurahan pencemaran Menurunkan angka kepada warga kel. 6/Selasa, Ciptomulyo
Ciptomulyo RW lingkungan b/d kejadian penyebaran Ciptomulyo RW 02 25 , RW 02
02 dari hari Selasa kurangnya penyakit mengenai: September kota
Rabu 9 – 10 April kesadaran b. Tujuan jangka 1. Pengertian 2018 jam Malang
2019 Pembuangan masyarakat pendek : setelah pembuangan 19.00 WIB
limbah ke sungai dilakukan penyuluhan limbah yang baik s.d selesai
sebanyak 39 dengan warga kel. 2. Dampak yang 2. Balai
rumah (59,4%). Ciptomulyo RW 02 ditimbulkan dari RW/Rabu,
 Berdasarkan selama 1x30 menit pencemaran 26
distribusi data maka warga dapat lingkungan. September
perlunya mengetahui tentang: 3. Manfaat 2018 jam
penyuluhan 1. Pengertian pembuangan 09.00 s.d
2. kesehatan dan pembuangan limbah yang sehat selesai
program limbah yang 3. Posyandu
lingkungan. baik Anggrek 2/
2. Dampak yang Kamis, 27
ditimbulkan dari September
pencemaran 2018 jam
lingkungan. 09.00 WIB
3. Manfaat s.d selesai
pembuangan

68
limbah yang
sehat

Berdasarkan hasilPenurunan a. Tujuan jangka Melakukan 1. Rumah penghijauan Masyarakat Kelom


pengumpulan data sirkulasi udara panjang : Penghijauan kepada warga Kelurahan pok 5
di Kelurahan b/d tidak Meningkatkan warga kel. Ciptomulyo tanggal 18- Ciptomulyo
Ciptomulyo, RW adanya sirkulasi udara pada RW02 mengenai : 19 April , RW 02
penghijauan
02 dari hari Selasa lingkungan rumah 1. Cara menanam 2019 jam kota
sekitar rumah b. Tujuan jangka tanaman hijau yang 16.00- Malang
3.
Rabu 9 – 10 April pendek : setelah benar 17.00
2019 didapatkan dilakukan penghijauan 2. Cara merawat
bahwa sebanyak 44 dengan warga kel. tanaman hijau
rumah (44,8%) Ciptomulyo RW 02 3. Manfaat tanaman
tidak memiliki selama 1x20 menit hijau
pekarangan, maka warga dapat
sedangkan hanya mengetahui tentang:
26 (24,8%) yang 1. Cara menanam
memiliki tanaman hijau
pekarangan yang benar
2. Cara merawat
tanaman hijau
3. Manfaat tanaman
hijau
Berdasarkan data Resiko a. Tujuan jangka Memberikan senam 1. Balai Senam Masyarakat Kelom
keparahan panjang : kepada warga kel. serbaguna Kelurahan pok 5
wawancara kepada penyakit b/d Menurunkan kejadian Ciptomulyo RW 02 RW/sabtu Ciptomulyo
masyarakat ketidakpatuha hipertensi mengenai: 20 April , RW 02
4. n individu b. Tujuan jangka 1. Senam ansi 2019 jam kota
Kelurahan dalam pendek : setelah 2. Rutin 09.00 s.d Malang
mengontrol dilakukan senam memeriksakan selesai
Ciptomulyo RW 02 tekanan darah. ANSI dengan warga kesehatan

69
dari hari Selasa kel. Ciptomulyo RW
02 selama 1x20 menit
Rabu 9 – 10 April maka warga dapat
2019 didapatkan mengetahui tentang:
1. badan warga
bahwa anggota menjadi sehat.
2. Warga melakukan
keluarganya sakit senam rutin
saat ini diperoleh
28 orang dari 73
sampel kk,
persentasi penyakit
yang paling banyak
yaitu hipertensi
sebanyak 14 orang
(19,2%).
Berdasarkan
distribusi data
perlunya senam
anti hipertensi
(ANSI).

70
71

Anda mungkin juga menyukai