Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN

PERITONITIS TUBERCULOSIS

A. Definisi Perotonitis Tuberculosis

Tuberkulosis peritonitis merupakan suatu peradangan pada peritoneum

parietalatau viseral yang disebabkan oleh kuman Mycobacterium tuberculosis dan

terlihat pada penyakit ini sering mengenai seluruh peritoneum, alat-alat sistem

gastrointestinial,mesenterium, dan organ genitalia interna.

Peritonitis tuberculosis adalah peradangan peritoneum yang disebabkan oleh

kuman mycobacterium tuberculosis. Biasanya merupakan kelanjutan proses

tiuberculosis di tempat lain, terutama paru-paru.

Tuberkulosis peritonitis merupakan penyakit yang disebabkan oleh infeksi

Mycobacterium tuberkulosis yang berasal dari peritoneum, penyakit ini jarang

berdirisendiri dan biasanya merupakan kelanjutan dari proses tuberkulosis di tempat

lainterutama dari tuberkulosis paru, namun sering ditemukan bahwa pada waktu

diagnosa ditegakkan proses tuberkulosis di paru sudah tidak terlihat lagi. Hal ini bisa

terjadikarena proses tuberkulosis di paru mungkin sudah menyembuh sedangkan

penyebarannya masih berlangsung ditempat lain


B. Etiologi

Penyebab dari Peritonitis Tuberculosis adalah mycobacterium tuberculosis. Pada

umumnya peritonitis tuberculosis merupakan keadaan akibat adanya proses

tuberculosis di tempat lain, terutama paru-paru. Namun demikian, sering juga

dilaporkan bahwa sewaktu diagnosis peritonitis tuberculosis ditegakkan ternyata

proses tuberculosis di paru sudah menyembuh atau tidak ada lagi. Hal ini mungkin

terjadi oleh karena proses tuberculosis di paru dapat menyembuh dengan sendirinya

walaupun sebenarnya di tempat lain masih terdapat penyebaran.

Pada kebanyakan kasus peritonitis tuberculosis, penyebarannya tidak secara

langsung berlanjut (kontinu) dari alat sekitarnya, tetapi lebih sering disebabkan karena

reaktivitas proses laten yang terdapat di peritoneum yang diperoleh sewaktu terjadi

penyebaran hematogen dari proses primer terdahulu. Oleh karena itu pulalah banyak

kasus peritonitis tuberculosis tanpa ditemui ada kelainan di paru-paru


Sebaliknya bisa juga terjadi peritonitis tuberculosis pada kejadian penyebaran

hematogen atau proses tuberculosis milier.

Pada sebagian kecil selain terjadi melalui penyebaran hematogen dapat juga

melalui penyebaran langsung tuberculosis usus, tuberculosis alat genitalia interna atau

akibat pecahnya kelenjar linfe mesentrium yang mengalami perkejuan.

C. Tanda dan gejala

Gejala klinis bervariasi. Pada umumnya keluhan dan gejala timbul perlahan-

lahan, sering penderita tidak menyadari keadaan ini. Pada lebih 70% kasus ditemukan

keluhan yang berlangsung lebih dari empat bulan. Keluhan yang paling sering adalah

adanya nyeri pada perut, pembengkakan perut, tidak nafsu makan, batuk, demam,

kelemahan, berat badan menurun dan distensi abdomen.

Keluhan yang berasal dari saluran cerna seperti sakit perut, mencret dan lain-

lain berhubungan dengan ada tidaknya proses dalam usus atau adanya perlengketan

antara usus dengan peritoneum atau usus dengan usus. Jika perlengketan begitu hebat

dapat terjadi penggumpalan sehingga jalan makanan terganggu dan terjadi gejala

illeus obstruktif.

D. Patofisiologi

Ketika kuman dibatukkan atau dibersinkan keluar menjadi droplet nuclei

dalam udara yang dapat menetap dalam udara bebas selama 1-2 jam, tergantung pada

ada tidaknya sinar ultraviolet, ventilasi yang baik dan kelembaban. Bila partikel

infeksi ini terhisap oleh orang sehat, ia akan menempel pada jalan napas atau paru-

paru. Kebanyakan partikel ini akan mati atau dibersihkan oleh makrofag keluar dari

cabang tracheo-bronkhial beserta gerakan silia dengan sekretnya. Bila kuman tetap

menempel pada alveoli kemudian baksil berkembang. Reaksi permukaan yang


disebabkan oleh baksil tersebut adalah reaksi inflamasi, leukosit polimorfonuklear

berusaha memfagositosis bakteri tersebut, tetapi organisme tersebut tidak dapat

dimatikan. Sesudah hari-hari pertama terjadi perubahan yaitu leukosit diganti oleh

makrofag, ia tumbuh dan berkembang biak dalam sitoplasma makrofag. Kuman yang

bersarang di jaringan paru-paru akan membentuk sarang tuberculosis pneumonia kecil

dan disebut sarang primer atau afek primer. Sarang primer ini dapat terjadi di bagian

jaringan paru mana saja. Dari sarang primer timbul peradangan saluran getah bening

menjadi hilus, dan juga diikuti peradangan getah bening (KGB) hilus hingga menjadi

kompleks primer, kompleks primer ini dapat langsung berkomplikasi dan menyebar

secara limfogen dan hematogen ke organ tubuh lainnya, atau bersifat dormant. Kuman

yang dormant dapat muncul bertahun-tahun kemudian sebagai infeksi endogen

menjadi tuberculosis dewasa. Tuberculosis ini dapat dimulai dengan sarang dini di

region atas paru-paru (bagian apical posterior lobus superior atau inferior). Invasi

pada daerah parenkim paru-paru sarang dini mula-mula berbentuk sarang pneumonia

kecil. Dalam waktu 3-10 minggu sarang ini menjadi tuberkel, yaitu suatu granuloma

yang terdiri dari sel-sel histiosit dan sel Datia-langhans (sel besar dengan banyak luti)

yang dikelilingi oleh sel-sel limfosit dan bermacam-macam jaringan ikat. Sarang dini

ini kemudian meluas dimana granuloma berkembang menghancurkan jaringan di

sekitarnya dan bagian tengahnya mengalami nekrosis dan lembek membentuk

jaringan keju, bila jaringan keju dibatukkan akan terjadi kavitas yang berdinding tipis,

lama-lama dindingnya menebal karena infiltrasi jaringan fibroblast dalam jumlah

besar, sehingga menjadi kavitas sklerotik. Kavitas ini meluas kembali dan

menimbulkan sarang pneumonia. Karena timbulnya peradangan saluran getah bening

dan limfadenitis (pembesaran kelenjar getah bening). Organisme yang lolos dari

kelenjar getah bening akan mencapai aliran darah yang disebut dengan penyebaran
limphohematogen. Penyebaran secara hematogen merupakan suatu pneumonia akut

yang menyebabkan tuberculosis milier. Karena pada peritoneum banyak mengandung

pembuluh-pembuluh darah maka tuberculosis dapat berkembang di daerah ini.

Tuberkel pada daerah peritoneum sering ditemukan, kecil-kecil berwarna putih

kekuning-kuningan tampak menyebar di peritoneum atau pada alat-alat tubuh yang

berada di dalam rongga peritoneum. Selain tuberkel yang kecil terdapat juga tuberkel

yang besar. Di sekitar tuberkel terdapat reaksi jaringan peritoneum berupa kongesti

pembuluh darah. Eksudat dapat terbentuk banyak, menutupi tuberkel dan peritoneum

sehingga merubah dinding perut menjadi tegang.

Kuman mycobacterium menjadi droplet nuclei

Terisap oleh host

Menempel pada jalan napas dan paru-paru

Difagositosis oleh leukosit

Difagositosis oleh leukosit polimorfonuklear (namun tidak mati)

Makrofag, tumbuh berkembang biak dalam sitoplasma makrofag

Di paru akan membentuk sarang primer atau apek primer

Peradangan saluran getah bening, pembesaran kelenjar getah bening lulus

Komplek primer

Bersifat dormant Penyebaran infeksi secara langsung

Dengan kondisi yang menunjang dari tuberculosis Kurangnya pengetahuan tentang penyakitnya
primer berkembang menjadi tuberculosis post
primer (dewasa)
Cemas

Sarang dari daerah parenkim paru

Berubah menjadi tuberkel (granuloma yang terdiri


dari sel-sel histiosit dan sel-sel Datia-langhans)
dikelilingi oleh sel-sel limfosit dan bermacam-
macam jaringan ikat

Meluas, granuloma berkembang dan


menghancurkan jaringan sekitar, bagian tengah
mengalami nekrosis

Perkejuan, bila dibatukkan menjadi pecah

Kavitas yang berdinding tipis lama kelamaan


menjadi tebal dan menjadi kavitas sklerotik

Meluas dan membentuk sarang pneumonia baru

Secara hematogen, limfogen menyebar pada


daerah peritoneum

Reaksi jaringan peritoneum = kongesti pembuluh


darah

Peradangan Menghasilkan eksudat yang membungkus


tuberkel dan peritoneum
(lanjut ke halaman berikutnya) (lanjut ke halaman berikutnya)

Peradangan Menghasilkan eksudat yang membungkus


tuberkel dan peritoneum

Meningkatkan/menurunkan Perpindahan cairan dari Dinding perut tegang


peristaltic usus ekstraseluler, intravaskuler dan
area interstitial kedalam usus
dan/atau peritoneal Merangsang syaraf-syaraf perifer
Reflek balik pada lambung

Ascites Merangsang pengeluaran neurotransmitter,


Merangsang vomiting center bradikinin, histamine dan prostaglandin

Kekurangan volume cairan


Mual/nafsu makan menurun Nociceptor menyebrangi sum-sum
belakang pada interneuron-interneuron
yang bersambung dengan jalur spinalis
Intake nutrisi kurang dari ascenden
kebutuhan

Tidak kuat pertahanan sekunder Spinotalamic track (STT)


Metabolisme glukosa
terganggu
Resiko infeksi Thalamus

Pembentukan ATP<, energi<


Cortex cerebri

Kelemahan
Nyeri akut

Kerusakan mobilitas fisik

E. Pemeriksaan Diagnostik

1. Pemeriksaan laboratorium

Pada pemeriksaan laboratorium tidak ada yang khas;

1) Leukosit meningkat, kadang-kadang lebih dari 20.000/UL;

2) Thrombosit meningkat, menunjukkan hemikonsentrasi;

3) Laju Endap Darah (LED) pada umumnya meninggi, jarang ditemukan yang

normal;

4) Protein/albumin serum menurun karena perpindahan cairan.

2. Pemeriksaan penunjang diagnosis

1) Pemeriksaan rontgen

Pemeriksaan sinar tembus pada saluran pencernaan dapat membantu jika

terdapat kelainan pada usus kecil atau usus besar.

2) Biopsy peritoneum

Biopsy peritoneum merupakan cara yang paling sering digunakan untuk

menegakkan diagnosis. Cara ini sederhana dan mudah dikerjakan. Dahulu

digunakan jarum VIM silverman, seperti pada biopsy jaringan pleura,

kemudian jarum Abram dan cope.

3) Peritoneoskopi
Pemeriksaan peritoneoskopi merupakan pemeriksaan yang sederhana

dan aman jika dilakukan secara hati-hati. Dengan cara ini, biopsy dapat

dilakukan dengan terarah, juga dapat melihat langsung adanya kelainan di

dalam peritoneum serta organ-organ lain di dalam rongga peritoneum.

Gambaran yang dapat dilihat pada peritonitis tuberculosis ialah:

a. Tuberkel-tuberkel kecil atau besar yang terdapat pada dinding peritoneum

atau pada organ lain di dalam rongga peritoneum seperti hati, ligamentum,

omentum atau usus.

b. Perlengketan diantara usus, oemntum, hati, kantung empedu dan

peritoneum.

c. Penebalan peritoneum.

d. Adanya cairan eksudat atau cairan yang keruh seperti nanah. Mungkin

juga warna eksudat kemerahan bercampur darah (serosanguineus).

Biopsy dapat ditujukan kepada tuberkel secara terarah atau pada jaringan

lainnya yang tersangka mengalami kelainan dengan menggunakan alat biopsy

khusus dan sekaligus cairan dapat dikeluarkan.

Walaupun pada umumnya gambaran peritoneoskopi peritonitis

tuberculosis dapat dikenal dengan mudah, namun gambarannya bisa

menyerupai penyakit lain seperti peritonitis karsinomatis, karena itu

pengobatan sebaiknya diberikan jika hasil pemeriksaan patologi anatomis

menyokong suatu peritonitis tuberculosis.

Adanya jaringan perlengketan yang luas akan merupakan hambatan dan

kesulitan dalam memasukkan trokar dan lebih lanjut ruangan yang sempit di

dalam rongga abdomen juga menyulitkan pemeriksaan

4) Laparotomi
Laparotomi eksplorasi dahulu merupakan tindakan diagnostik yang

sering dikerjakan. Hughes malahan menganggap cara ini merupakan cara

diagnostik yang paling baik. Pembedahan dilakukan, jika cara-cara lain yang

lebih sederhana tidak memberikan kepastian diagnosa jika dijumpai adanya

indikasi yang mendesak seperti obstruksi usus.

F. DIAGNOSA KEPERAWATAN

a. Nyeri akut berhubungan dengan peradangan peritoneum perifer (toksin),

akumulasi cairan dalam rongga abdomen/peritoneal (distensi abdomen),

trauma jaringan.

b. Ketidakseimbangan nutrisi :kurang dari kebutuhan berhubungan dengan

mual/muntah, disfungsi usus, peningkatan kebutuhan metabolic,anoreksia.

c. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan tidak adekuat pertahanan

primer (kulit rusak, trauma jaringan, gangguan peristaltic) tidak kuat

pertahanan sekunder (penekanan imunologi), prosedur invasive.


DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth. (2011). Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC.

Grace, Pierce A & Borley Neil R. (2006). At a Glance Ilmu Bedah. Surabaya: Erlangga

Kartasasmita, C.B .(20090. Epidemiologi Tuberkulosis. Bandung; Sari Pediatri. Volume 11,

No 2; Halaman 124-129.

Reeves, Charlene J. et al. (2011). Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta. Salemba Medika

World Health Organization.(2015). Global Tuberculosis Report. Switzerland.

Anda mungkin juga menyukai