PENDAHULUAN
Stroke adalah gangguan fungsional otak fokal maupun global akut, lebih dari 24
jam, berasal dari gangguan aliran darah otak dan bukan disebabkan oleh gangguan
peredaran darah otak sepintas, tumor otak, stroke sekunder karena trauma maupun infeksi
(WHO MONICA, 2010. Stroke atau cedera serebrovaskuler (CVA) adalah kehilangan
fungsi otak yang diakibatkan oleh berhentinya suplai darah kebagian otak (Kowalak, 2013).
Stroke adalah cedera otak yang berkaitan dengan obstruksi aliran darah otak. Stroke dapat
terjadi karena pembentukan trombus disuatu arteri serebrum, akibat emboli yang mengalir
ke otak dari tempat lain di tubuh, atau akibat perdarahan otak (Kowalak 2013)
Pada 1053 kasus stroke di 5 rumah sakit di Yogyakarta angka kematian tercatat
sebesar 28.3%; sedangkan pada 780 kasus stroke iskemik adalah 20,4%, lebih banyak pada
ketiga setelah penyakit jantung koroner dan kanker, 51,58% akibat stroke hemoragik,
47,37% akibat stroke iskemik, dan 1,05% akibat perdarahan subaraknoid (Lamsudin, 1998).
Penelitian prospektif tahun 1996/1997 mendapatkan 2.065 pasien stroke dari 28 rumah
sakit di Indonesia. Survei Departemen Kesehatan RI pada 987.205 subjek dari 258.366
utama pada usia > 45 tahun (15,4% dari seluruh kematian). Prevalensi stroke rata-rata adalah
0,8%, tertinggi 1,66% di Nangroe Aceh Darussalam dan terendah 0,38% di Papua
(RISKESDAS, 2011).
Stroke merupakan penyebab terbanyak terjadinya kematian. oleh karena itu jika
tidak segera ditangani maka akan menyebabkan terjadinya komplikasi. Salah satu
komplikasi dari stroke adalah hemiplegia (Baticaca, 2011). Hemiplegia adalah kelumpuhan
1
total pada lengan, kaki pada sisi yang sama dari tubuh. Hempilegia lebih parah dari
hemiparese, dimana setengah dari tubuh memiliki kelemahan kurang. Penyebab paling
umum adalah stroke. Stroke dapat menyebabkan berbagai gangguan gerak, tergantung pada
Penyebab lain hemiplegia termasuk cidera tulang belakang. Hemiplegia terjadi di otak atau
sumsum tulang belakang otot hemiplegia menampilkan fitur dari Sindrom Neuron motor
Atas. Fitur lain dari kelemahan termasuk kontrol gerakan menurun, clonus (serangkaian
kontraksi otot tak sadar yang cepat), kelenturan, refleks tendon dalam berlebihan dan
Hemiplegia ditandai dengan sulit bicara, penurunan kekuatan otot dan juga nyeri
bahu yang sering dikaitkan dengan kerugian eksternal rotasi sendi glenohumeral. Ada
beberapa cara yang bisa dilakukan untuk mengatasi nyeri bahu pada orang dengan
banyak lagi. Seperti yang dijelaskan pada jurnal ini bahwa modifikasi kursi roda
“armsupport” dapat menurunkan nyeri pada pasien dengan stroke yang mengalami
hemiplegia.
Modifikasi kursi roda “whellchair arm support” adalah bentuk kursi roda yang
dimodifikasi dengan diberi bantalan pada tangan/pegangan tangan. Dimana bantalan ini
hemiplegi agar tidak merasakan nyeri. Pada jurnal ini dijelaskan bahwa kursi roda yang
dimodifikasi telah terbukti menurunkan nyeri bahu pada pasien stroke dengan hemiplegia.
Jurnal yang didapat sangat bermanfaat bagi pasien yang mengalami penyakit stroke dengan
hemiplegia serta dapat menambah keilmuan baru berbasis teknologi bagi perawat, sehingga
2
1.2 Tujuan Penelitian
a. Memaparkan informasi terkini dengan evidence based di area keperawatan terkait intervensi
b. Memberikan penjelasan tentang temuan terbaru atau inovasi didunia keperawatan terkait
uji acak terkontrol dari modifikasi kursi roda “arm-support” untuk mengurangi nyeri
c. Meningkatkan critical thingking tentang manfaat hasil penelitian tersebut bagi dunia
keperawatan.
3
BAB II
JURNAL PENELITIAN