Anda di halaman 1dari 3

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Endotracheal tube (ETT) adalah selang plastik sepanjang 18-20 cm yang masuk kedalam

mulut kemudian ketenggorokan hingga bronkus utama dan berhenti dipercabangan antara

paru kanan dan paru kiri. ETT digunakan untuk mengalirkan gas anestesi langsung ke dalam

trakhea dan mengizinkan untuk kontrol ventilasi dan oksigenasi. ETT pada orang dewasa

memiliki sistem pengembungan balon yang terdiri dari katup, balon petunjuk (pilot balloon), pipa

pengembangkan balon, dan balon (cuff). Dengan membuat trakhea yang rapat, balon ETT

mengijinkan dilakukannya ventilasi tekanan positif dan mengurangi kemungkinan aspirasi. Pipa

yang tidak berbalon biasanya digunakan untuk anak-anak untuk meminimalkan resiko dari

cedera karena tekanan dan post intubation croup (Ellia Barasalia, 2014)

Pemasangan ETT biasanya terjadi pada pasien di bangsal ICU. Intensive Care Unit (ICU)

merupakan ruang rawat rumah sakit dengan staf dan perlengkapan khusus ditujukan untuk

mengelola pasien dengan penyakit, trauma atau komplikasi yang mengancam jiwa. Peralatan

standar di Intensive Care Unit (ICU) meliputi ventilasi mekanik untuk membantu usaha

bernafas melalui Endotrakeal Tube (ETT) atau trakheostomi. Salah satu indikasi klinik

pemasangan alat ventilasi mekanik adalah gagal nafas (Musliha, 2010). Data yang diperoleh dari

buku registrasi pasien ICU RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado mulai dari bulan Januari-

Oktober 2013 total pasien yang dirawat di ICU adalah sebanyak 411 pasien dan yang

mengalami kejadian gagal napas sebanyak 132 pasien (32,1 %). Rata – rata pasien yang dirawat

di ICU adalah 41-42 pasien/bulan dan rata-rata yang mengalami kejadian gagal napas adalah

13-14 pasien/bulan serta 10-11 pasien/bulan meninggal akibat gagal napas. Gagal napas terjadi

bilamana pertukaran oksigen terhadap karbon dioksida dalam paru – paru tidak dapat

memelihara laju konsumsi oksigen (O2) dan pembentukan karbon dioksida (CO2) dalam sel-

1
sel tubuh. Hal ini mengakibatkan tekanan oksigen arteri kurang dari 50 mmHg (Hipoksemia)

dan peningkatan tekanan karbon dioksida lebih besar dari 45 mmHg (Hiperkapnia). Walaupun

kemajuan teknik diagnosis dan terapi intervensi telah berkembang dengan pesat, namun gagal

napas masih menjadi penyebab angka kesakitan dan kematian yang tinggi di ruang perawatan

intensif.

Berdasarkan studi pendahuluan di ICU RSUD dr.Moewardi Surakarta di dapatkan jumlah

tempat tidur di ICU sebanyak 13 tempat tidur, pasien yang di rawat di ICU 80% terpasang

ETT . Pada bulan November 2014 jumlah pasien yang terpasang ETT sebanyak 24 pasien.

Dan cara mencegah perubahan saturasi oksigen pada pasien saat dilakukan suction trachealtube

yaitu dengan memberikan oksigen 100%, 2 menit sebelum tindakan. (Roni,2015).

Penanganan untuk obstruksi jalan nafas akibat akumulasi sekresi pada Endotracheal tube pada

pasien kritis adalah dengan melakukan tindakan penghisapan lendir (Suction) dengan

memasukkan selang kateter suction melalui hidung/mulut/ Endotracheal tube yang bertujuan

untuk membebaskan jalan nafas, mengurangi retensi sputum, dan mencegah infeksi paru.

Secara umum pasien yang terpasang ETT memiliki respons tubuh yang kurang baik untuk

mengeluarkan benda asing, sehingga sangat diperlukan tindakan penghisapan lendir (suction).

(Nurachmah & Sudarsono, 2000). Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan efek

penyedotan pada pemasangan ETT baik dangkal maupun dalam pada pernapasan tingkat (RR)

saturasi oksigen darah arteri (SpO2) dan jumlah suction dipasien dirawat di unit perawatan

intensif rumah sakit Al-Zahra, Isfahan, Iran.

1.2 Tujuan Penelitian

a. Memaparkan informasi terkini dengan evidence based di area keperawatan terkait intervensi

keperawatan pada pasien yang terpasang ETT pada bangsal ICU.

b. Memberikan penjelasan tentang temuan terbaru atau inovasi didunia keperawatan terkait

Perbandingan efek dangkal dan mendalam Massif tabung suction pada tingkat pernapasan

2
saturasi oksigen darah arteri dan jumlah suction pada pasien pada rawat di Unit perawatan

intensif.

c. Meningkatkan critical thingking tentang manfaat hasil penelitian tersebut bagi dunia

keperawatan.

Anda mungkin juga menyukai