PENDAHULUAN
Endotracheal tube (ETT) adalah selang plastik sepanjang 18-20 cm yang masuk kedalam
mulut kemudian ketenggorokan hingga bronkus utama dan berhenti dipercabangan antara
paru kanan dan paru kiri. ETT digunakan untuk mengalirkan gas anestesi langsung ke dalam
trakhea dan mengizinkan untuk kontrol ventilasi dan oksigenasi. ETT pada orang dewasa
memiliki sistem pengembungan balon yang terdiri dari katup, balon petunjuk (pilot balloon), pipa
pengembangkan balon, dan balon (cuff). Dengan membuat trakhea yang rapat, balon ETT
mengijinkan dilakukannya ventilasi tekanan positif dan mengurangi kemungkinan aspirasi. Pipa
yang tidak berbalon biasanya digunakan untuk anak-anak untuk meminimalkan resiko dari
cedera karena tekanan dan post intubation croup (Ellia Barasalia, 2014)
Pemasangan ETT biasanya terjadi pada pasien di bangsal ICU. Intensive Care Unit (ICU)
merupakan ruang rawat rumah sakit dengan staf dan perlengkapan khusus ditujukan untuk
mengelola pasien dengan penyakit, trauma atau komplikasi yang mengancam jiwa. Peralatan
standar di Intensive Care Unit (ICU) meliputi ventilasi mekanik untuk membantu usaha
bernafas melalui Endotrakeal Tube (ETT) atau trakheostomi. Salah satu indikasi klinik
pemasangan alat ventilasi mekanik adalah gagal nafas (Musliha, 2010). Data yang diperoleh dari
buku registrasi pasien ICU RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado mulai dari bulan Januari-
Oktober 2013 total pasien yang dirawat di ICU adalah sebanyak 411 pasien dan yang
mengalami kejadian gagal napas sebanyak 132 pasien (32,1 %). Rata – rata pasien yang dirawat
di ICU adalah 41-42 pasien/bulan dan rata-rata yang mengalami kejadian gagal napas adalah
13-14 pasien/bulan serta 10-11 pasien/bulan meninggal akibat gagal napas. Gagal napas terjadi
bilamana pertukaran oksigen terhadap karbon dioksida dalam paru – paru tidak dapat
memelihara laju konsumsi oksigen (O2) dan pembentukan karbon dioksida (CO2) dalam sel-
1
sel tubuh. Hal ini mengakibatkan tekanan oksigen arteri kurang dari 50 mmHg (Hipoksemia)
dan peningkatan tekanan karbon dioksida lebih besar dari 45 mmHg (Hiperkapnia). Walaupun
kemajuan teknik diagnosis dan terapi intervensi telah berkembang dengan pesat, namun gagal
napas masih menjadi penyebab angka kesakitan dan kematian yang tinggi di ruang perawatan
intensif.
tempat tidur di ICU sebanyak 13 tempat tidur, pasien yang di rawat di ICU 80% terpasang
ETT . Pada bulan November 2014 jumlah pasien yang terpasang ETT sebanyak 24 pasien.
Dan cara mencegah perubahan saturasi oksigen pada pasien saat dilakukan suction trachealtube
Penanganan untuk obstruksi jalan nafas akibat akumulasi sekresi pada Endotracheal tube pada
pasien kritis adalah dengan melakukan tindakan penghisapan lendir (Suction) dengan
memasukkan selang kateter suction melalui hidung/mulut/ Endotracheal tube yang bertujuan
untuk membebaskan jalan nafas, mengurangi retensi sputum, dan mencegah infeksi paru.
Secara umum pasien yang terpasang ETT memiliki respons tubuh yang kurang baik untuk
mengeluarkan benda asing, sehingga sangat diperlukan tindakan penghisapan lendir (suction).
(Nurachmah & Sudarsono, 2000). Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan efek
penyedotan pada pemasangan ETT baik dangkal maupun dalam pada pernapasan tingkat (RR)
saturasi oksigen darah arteri (SpO2) dan jumlah suction dipasien dirawat di unit perawatan
a. Memaparkan informasi terkini dengan evidence based di area keperawatan terkait intervensi
b. Memberikan penjelasan tentang temuan terbaru atau inovasi didunia keperawatan terkait
Perbandingan efek dangkal dan mendalam Massif tabung suction pada tingkat pernapasan
2
saturasi oksigen darah arteri dan jumlah suction pada pasien pada rawat di Unit perawatan
intensif.
c. Meningkatkan critical thingking tentang manfaat hasil penelitian tersebut bagi dunia
keperawatan.