Anda di halaman 1dari 40

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN TRAUMA


MUSKULOSKELETAL : FRAKTUR RADIUS-ULNARIS

Disusun Oleh :
Kelas A3/2013

Wulan Yulia Dintasari (131311133012)


Anneke Widi Prastiwi (131311133016)
Nusrotud Diana (131311133025)
Defi Lutpiana (131311133035)
Magita Novita Sari (131311133086)
Rizkisyah Nastiti (131311133098)
Anis Fauziah (131311133116)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS AIRLANGGA
2016
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberi
rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul “Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Trauma Muskuloskeletal :
Fraktur Radius-Ulnaris”
Makalah ini disusun khusus untuk memenuhi tugas Keperawatan
Muskuloskeletal Semester 6 tahun ajaran 2015/2016. Pada kesempatan ini
penulis menyampaikan rasa hormat dan ucapan terima kasih kepada:
1. Dekan fakultas Keperawatan Universitas Airlangga yang telah menerima
kami untuk belajar di Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga.
2. Seluruh dosen Keperawatan MuskuloskeletalFakultas Keperawatan tahun
ajaran 2015/2016
3. Semua pihak yang telah membantu penulis menyelesaikan makalah ini
yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu.
Dalam menyusun makalah ini penulis mengalami berbagai kendala, di
antaranya keterbatasan buku-buku yang penulis jadikan sebagai tinjauan dan
referensi. Meskipun demikian, penulis telah berusaha mengumpulkan data-data
yang cukup untuk menyelesaikan tugas makalah ini.

Surabaya, April 2016

Penulis

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................................ii
DAFTAR ISI...........................................................................................................................iii
BAB 1 PENDAHULUAN......................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah............................................................................................1
1.3 Tujuan..............................................................................................................2
1.3.1 Tujuan Umum..................................................................................................2
1.3.2 Tujuan Khusus.................................................................................................2
1.4 Manfaat............................................................................................................3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA...........................................................................................4
2.1 Anatomi Fisiologi Tulang Lengan.........................................................................4
2.1.1 Anatomi Tulang Radius Ulna..........................................................................4
2.1.2 Pergerakan pergelangan tangan, gerakannya..................................................6
2.2 Definisi Fraktur Radial Ulna..................................................................................6
2.3 Etiologi dan Klasifikasi.........................................................................................7
2.3.1 Etiologi............................................................................................................7
2.3.2 Klasifikasi.......................................................................................................8
2.4 Patofisiologi...........................................................................................................9
2.5 Manifestasi Klinis................................................................................................10
2.6Penatalaksanaan....................................................................................................12
BAB 3 ASUHAN KEPERAWATAN................................................................................15
BAB 4 PENUTUP.................................................................................................................24
4.1Kesimpulan...........................................................................................................24
4.2 Saran....................................................................................................................24
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................25
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tulang merupakan alat penopang dan sebagai pelindung pada tubuh. Tanpa
tulang tubuh tidak akan tegak berdiri. Fungsi tulang dapat diklasifikasikan sebagai
aspek mekanikal maupun aspek fisiologikal.
Dari aspek mekanikal, tulang membina rangka tubuh badan dan memberikan
sokongan yang kokoh terhadap tubuh. Sedangkan dari dari aspek fisiologikal
tulang melindungi organ-organ dalam seperti jantung, paru-paru dan lainnya.
Tulang juga menghasilkan sel darah merah, sel darah putih dan plasma. Selain itu
tulang sebagai tempat penyimpanan kalsium, fosfat, dan garam magnesium.
Namun karena tulang bersifat relatif rapuh, pada keadaan tertentu tulang dapat
mengalami patah, sehingga menyebabkan gangguan fungsi tulang terutama pada
pergerakan. Salah satunya adalah fraktur yang terjadi pada tulang radius-ulna,
yaitu Fraktur Antebrachi.
Tulang lengan bawah terdiri dari radius dan ulna. Oleh karena pembentuakan
tulang lengan bawah yang dihubungkan kuat oleh membrane interosseous,
sehingga fraktur salah satu tulang tersebut akan menyebabkan dislokasi pada
tulang lainnya. Umumnya fraktur pada radius ulna terjadi pada bagian tengah,
jarang terjadi fraktur pada salah satu tulang tapi tidak menyebabkan dislokasi pada
tulang lainnya.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaiamana anatomi dan fisiologi tulang lengan ?
2. Apakah definisi dari fraktur Radius-Ulna?
3. Apakah etiologi dan klasifikasi dari fraktur Radius-Ulna?
4. Bagaimana patofisiologi dari fraktur Radius-Ulna?
5. Bagaimana WOC dari fraktur Radius-Ulna?
6. Bagaimana manifestasi klinis dari faktur Radius-Ulna?

1
7. Bagaimana pemeriksaan diagnostic dan pemeriksaan penunjang dari fraktur
Radius-Ulna?
8. Bagaimana penatalaksanaan dari fraktur Radius-Ulna?
9. Bagaimana prognosis dari fraktur Radius-Ulna ?
10. Apakah komplikasi dari fraktur Radius-Ulna?
11. Bagaimana asuhan keperawatan pada klien dengan fraktur Radius-Ulna ?

1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Mahasiswa mampu menjelaskan keseluruhan konsep dan asuhan
keperawatan pada klien dengan fraktur Radius-Ulna.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mahasiswa mampu menjelaskan definisi dari fraktur Radius-Ulna.
2. Mahasiswa mampu menjelaskan etiologi dan klasifikasi dari fraktur Radius-
Ulna.
3. Mahasiswa mampu menjelaskan patofisiologi dan WOC dari Fraktur
Radius-Ulna.
4. Mahasiswa mampu menjelaskan manifestasi klinis dari faktur Radius-Ulna.
5. Mahasiswa mampu menjelaskan pemeriksaan diagnostic dan pemeriksaan
penunjang dari fraktur Radius-Ulna.
6. Mahasiswa mampu menjelaskan penatalaksanaan dari fraktur Radius-Ulna.
7. Mahasiswa mampu menjelaskan prognosis dari fraktur Radius-Ulna.
8. Mahasiswa mampu menjelaskan komplikasi dari fraktur Radius-Ulna.
9. Mahasiswa mampu menjelaskan asuhan keperawatan pada klien dengan
fraktur Radius-Ulna.

2
1.4 Manfaat
Adapun manfaat yang ingin dicapai dengan adanya makalah ini adalah sebagai
berikut:
1. Mahasiswa mampu menjelaskan anatomi dan fsiologi, definisi, klasifikasi,
etiologi, patofisiologi, WOC, manifestasi klinis, Pemeriksaan diagnostic dan
pemeriksaan penunjang, penatalaksanaan, prognosis, dan komplikasi dari
“Fraktur Radius-Ulna.”Serta, dapat menerapkan asuhan keperawatan pada
klien dengan fraktur humerus, khususnya pada mahasiswa keperawatan.
2. Makalah ini dapat dijadikan tolok ukur sejauh mana mahasiswa mampu
menjelaskan mekanisme penyakit dan asuhan keperawatan pada klien dengan
fraktur Radius Ulna.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi Fisiologi Tulang Lengan


Lengan atas tersusun dari tulang lengan atas, tulang lengan bawah, dan tulang
tangan (Sloane 2003).Fungsi tulang adalah sebagai kerangka tubuh, yang
menyokong dan memberi bentuk tubuh,untuk memberikan suatu sistem
pengungkit, yang digerakan oleh kerja otot-otot yang melekat pada tulang tersebut,
sebagai reservoir kalsium, fosfor, natrium dan elemen-elemen lain, untuk
menghasilkan sel-sel darah merah dan putih dan trombosit dalam sumsum merah
tulang tertentu. (Watson, 2002)
2.1.1 Anatomi Tulang Radius Ulna

4
Gambar 1. Tulang Radius-Ulna
Adalah ulna sisi medial dan tulang radius disisi lateral (sisi ibu jari) yang
di hubungkan dengan suatu jaringan ikat fleksibel, membrane interoseus.
a. Ulna
Ulna atau tulang hasta adalah tulang panjang berbentuk prisma yang
terletak sebelah medial lengan bawah, sejajar dengan jari kelingking arah
ke siku mempunyai taju yang disebut  prosesus olekrani, gunanya ialah
tempat melekatnya otot dan menjaga agar siku tidak membengkok
kebelakang. Terdapat dua ekstremitas.
Ekstremitas proksima ulnaris, mempunyai insisura semilunaris,
persendian dengan trokhlea humeri, dibelakang ujung terdapat benjolan
yang disebut olekranon.Pada tepi distal dari insisura semilunaris ulna
terdapat prosesus koroideus ulna, bagian distal terdapat tuberositas ulna
tempat melekatnya M. brakialis, bagian lateral terdapat insisura radialis
ulna yang berhubungan dengan karpi ulnaris.
Ekstremitas distalis ulna, yaitu kapitulum ulna yang mempunyai
prosessus stiloideus ulnae.Pada permukaan dorsalis tempat melekatnya
tendo M. ekstensor karpi ulnaris yaitu sulkus M. ekstensor karpi ulnaris.
b. Radius
Radius atau tulang pengumpil, letaknya bagian lateral, sejajar dengan
ibu jari. Di bagian yang berhubungan humerus dataran sendinya

5
berbentuk bundar yang memungkinkan lengan bawah dapat berputar atau
telungkup.Terdapat dua ujung (ekstremitas).
Ekstremitas proksilis, yang lebih kecil, terdapat pada kaput radii yang
terletak melintang sebelah atas dan mempunyai persendian dengan
humeri.Sirkumferensia artikularis yang merupakan lingkaran yang
menjadi tepi kapitulum radii dipisahkan dengan insisura radialis
ulna.Kapitulum radii dipisahkan oleh kolumna radii dari korpus radii,
bagian medial kolumna radii terdapat tuberositas radii tempat melekatnya
M. biseps brakhii.Korpus radii berbentuk prisma mempunyai tiga
permukaan (fasies).
Ekstremitas distalis radii, yang lebih besar dan agak rata daripada
bagian dorsalis, terdapat alur (sulkus) M. ekstensor karpi radialis.Di
sebelah lateral sulkus M. ekstensor kommunis dan diatara kedua sulkus
ini terdapat sulkus M. ekstensor polisis longus.Sebelah lateralis
ekstremitas lateralis radii terdapat tonjolan yang disebut prosesus
stiloideus radii, bagian medial ditemukan insisura ulnaris radii untuk
persendian dengan kapitulum.
2.1.2 Pergerakan pergelangan tangan, gerakannya
Pergerakan pergelangan tangan, gerakannya adalah sebagai berikut :

1. flexi (800) 5. pronasi (900)


2. Ekstensi (700) 6. Supinasi (900)
3. deviasi ulna/medial (300) 7. kombinasi gerakan
4. deviasi radial/lateral (200)
Derajat deviasi ulna > deviasi radial karena permukaan articular distal
dari radius lebih kaku dan ligamen bag.dorsal lebih lentur dari ligamen bagian
Palmar. Pergerakan barisan tulang carpal pada radius dan lig.triangulare
adalah pergeseran.
a. flexi ke arah palmar  os carpal bergerak ke arah dorsal
b. abduksi radial os carpal bag. proximal bergeser ke arah ulnar.

6
c. otot – otot flexor ulna bekerja pada deviasi ulna sendi pergelangan
tangan
d. 2 buah otot extensor radial (m. extensor carpi radialis longus dan
brevis) bekerja untuk menyeimbangkan deviasi ulna. Jika otot extensor
paralisis, tenaga otot flexor terpengaruh juga menjadi lemah, karena
tidak adanya gerakan sinergis

Gambar 2. Fleksi dan


Ekstensi Pergelangan Tangan

1.1 Definisi Fraktur Radial Ulna


Fraktur adalah diskontinuitas atau kepatahan tulang baik bersifat terbuka atau
tertutup. Fraktur radius ulna merupakan kondisi terputusnya kontinuitas tulang dan
ditentukan sesuai jenis dan luasnya, yang dapat diabsorbsi (Sjamsuhidajat, 20015).
Fraktur radial ulna adalah terputusnya kontinuitas tulang radius ulna, fraktus
radius ulna terbuka maupun tertutup akibat kecelakaan lalu lintas harus selalu
diperhatikan terutama pada fraktur terbuka akan terkontaminasi oleh
mikroorganisme yang dapat menimbulkan infeksi (Smeltzer, 2001).
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang dan atau tulang rawan
yang umumnya disebabkan oleh ruda paksa (Smeltzer & Bare, 2002). Trauma
yang menyebabkan tulang patah dapat berubah trauma langsung (Smeltzer & Bare,
2002), misalnya benturan pada lengan bawah yang menyebabkan patah tulang
radius dan ulna, dan dapat berubah trauma tidak langsung (LeMone & Burke,

7
1996), misalnya jatuh bertumpu pada tangan yang menyebabkan tulangklavikula
atau radius distal patah.

1.2 Etiologi dan Klasifikasi


2.3.1 Etiologi
Pada fraktur antebrachii 1/3 distal sinistra terjadi karena adanya trauma
dan penekanan pada lengan bawah bagian kiri akibat benturan dengan benda
yang keras secara langsung (Thomas, et all. 2011).
Fraktur antebrachii 1/3 proximal sinistra disebabkan karena adanya
trauma pada lengan bawah kiri akibat benturan dengan benda yang keras, baik
secara langsung maupun tidak langsung. Dalam kasus fraktur antebrachii 1/3
proxima sinistra, tindakan yang biasa dilakukan untuk operasi antar fragmen
adalah dengan reduksi terbuka atau operasi. Ini dilakukan karena pada kasus ini
memerlukan pemasangan internal fiksasi untuk mencegah pergeseran antar
fragmen pada waktu proses penyembuhan tulang. Pada operasi ini dilakukan
incise untuk pemasangan internal fiksasi yang dapat berupa plate and screw
sehingga akan terjadi pada kulit, jaringan lunak, dan luka pada otot yang
menyebabkan terjadinya oedema, nyeri, keterbatasan lingkup gerak sendi serta
gangguan fungsional.

2.3.2 Klasifikasi
Terdapat 4 klasifikasi yang khas dari fraktur antebrachii antara lain (A,
Mark, Mahode, Albertus, Aging, et all. 2011):
1. Fraktur/Dislokasi Galeazzi
Fraktur sepertiga distal radius disertai dislokasi sendi radius ulna distal.
Saat klien jatuh dengan tangan terbuka yang menahan badan, terjadi pula
rotasi lengan bawah dalam posisi pronasi waktu menahan berat badan yang
memberi gaya supinasi.

8
Gambar 3. Fraktur Galeazzi

2. Fraktur/dislokasi Montegia
Fraktur sepertiga tengah atau proksimal ulna disertai dislokasi caput radii.
Caput radii dapat bergeser ke anterior, posterior, atau lateral, dan pada
beberapa keadaan baik radius
maupun ulna dapat mengalami
fraktur. Terjadi karena trauma
langsung dan karena
hiperpronasi dengan tangan
dalam keadaan outstretched
(sendi siku dalam posisi
ekstensi dan lengan bawah
Gambar 4. Fraktur Montegia
dalam posisi supinasi).

3. Fraktur Colles
Deformitas pada fraktur ini berbentuk seperti sendok makan (dinner fork
deformity). Klien terjatuh dalam keadaan tangan terbuka dan pronasi, tubuh
beserta lengan berputar ke dalam (endorotasi). Tangan terbuka terfiksasi di
tanah berputar keluar (eksorotasi supinasi). Fraktur ini sering ditemukan pada
orang dewasa di atas usia 50 tahun dan lebih sering terjadi pada wanita
daripada pria.

9
Gambar 5. Posisi Tangan Fraktur Colles Gambar 6. Fraktur Colles

4. Fraktur Smith
Fraktur dislokasi ke arah anterior (volar), karena itu sering disebut
reverse colles fracture. Klien jatuh dengan tangan menahan badan sedang
posisi tangan dalam keadaan volar fleksi pada pergelangan tangan dan
pronasi.

Gambar 7. Posisi Tangan Fraktur Smith Gambar 8. Fraktur Smith

2.4 Patofisiologi
Fraktur kaput ulna sering terjadi akibat jatuh dan tangan menyangga dengan
siku ekstensi. Bila terkumpul banyak darah dalam sendi siku (hemarthosis) harus
diaspirasi untuk mengurangi nyeri dan memungkinkan gerakan awal.
Bila fraktur mengalami pergeseran dilakukan pembedahan dengan eksisi kaput
radii bila perlu. Paska operasi lengan dimobilisasi dengan bebat gips posterior dan
sling. Fraktur pada batang radius dan ulna (pada batang lengan bawah) biasanya
terjadi pada anak-anak. Baik radius maupun ulna keduanya dapat mengalami
patah. Pada setiap ketinggian, biasanya akan mengalami pergeseran bila kedua
tulang patah.
Dengan adanya fraktur dapat menyebabkan atau menimbulkan kerusakan pada
beberapa bagian. Kerusakan pada periosteum dan sumsum tulang dapat
mengakibatkan keluarnya sumsum tulang terutama pada tulang panjang. Sumsum

10
kuning yang keluar akibat fraktur terbuka masuk ke dalam pembuluh darah dan
mengikuti aliran darah sehingga mengakibatkan emboli lemak. Apabila emboli
lemak ini sampai pada pembuluh darah yang sempit dimana diameter emboli lebih
besar daripada diameter pembuluh darah maka akan terjadi hambatan aliran darah
yang mengakibatkan perubahan perfusi jaringan.
Kerusakan pada otot atau jaringan lunak dapat menimbulkan nyeri yang hebat
karena adanya spasme otot di sekitarnya. Sedangkan kerusakan pada tulang itu
sendiri mengakibatkan perubahan sumsum tulang (fragmentasi tulang) dan dapat
menekan persyaratan di daerah tulang yang fraktur sehingga menimbulkan
gangguan syaraf ditandai dengan kesemutan, rasa baal dan kelemahan.

2.5 Manifestasi Klinis


Manifestasi klinis fraktur radius-ulna hampir sama dengan manifestai klinis
fraktur umum tulang panjang, seperti [ CITATION Mut08 \l 1033 ]:
1) Nyeri
2) Hilangnya fungsi ekstremitas
3) Deformitas
4) Pemendekan ekstremitas atas karena kontraksi otot yang melekat di atas
dan di bawah tempat fraktur
5) Krepitasi
6) Pembengkakan
7) Perubahan warna lokal pada kulit. Hal tersebut terjadi akibat trauma dan
perdarahan pada fraktur. Tanda ini dapat terjadi beberapa jam atau
beberapa hari setelah cedera.
Manifestasi klinis berdasarkan klasifikasi fraktur antebrachi adalah sebagai
berikut :
a. Fraktur Galeazzi
Fraktur Galeazzi jauh lebih sering terjadi daripada fraktur Monteggia.
Ujung bagian bawah ulna yang menonjol merupakan tanda yang mencolok.

11
Gambaran klinisnya bergantung pada derajat dislokasi fragmen fraktur.
Bila ringan, nyeri dan tegang hanya dirasakan pada daerah fraktur; bila berat,
biasanya terjadi pemendekan lengan bawah.
Tampak tangan bagian distal dalam posisi angulasi ke dorsal. Pada
pergelangan tangan dapat diraba tonjolan ujung distal ulna.
b. Fraktur Montegia
Klien biasanya mengeluh nyeri dan bengkak pada lengan bawah serta
datang dengan tangan dalam posisi fleksi dan pronasi [ CITATION Mut08 \l
1033 ]:
c. Fraktur Colles
Pada klien dengan sedikit deformitas mungkin hanya terdapat nyeri tekan
lokal dan nyeri bila pergelangan tangan digerakkan.
Selain itu juga didapatkan kekakuan, gerakan yang bebas terbatas, dan
pembengkakan di daerah yang terkena.
d. Fraktur Smith
Pada fraktur ini ditemukan deformitas dengan fragmen distal mengalami
pergeseran ke volar dan garis fraktur tidak melalui persendian.
Ada riwayat trauma dengan pembengkakan pergelangan tangan pada
orang yang berusia lebih dari 50 tahun, nyeri, dan deformitas berbentuk garpu.
Gambaran ini terjadi karena adanya angulasi dan pergeseran ke dorsal, deviasi
radial, supinasi dan impaksi ke arah proksimal.

2.6 Pemeriksaan Diagnostik


2.6.1 Pemeriksaan Radiologi
1. Sinar X
Pemeriksaan sinar-x penting untuk mengevaluasi kelainan
muskuloskeletal. Sinar-x menggambarkan kepadatan tulang, tekstur,
erosi, dan perubahan hubungan tulang. Sinar-x multiple diperlukan
untuk pengkajian paripurna struktur yang sedang diperiksa. SInar-x
korteks tulang dapat menunjukkan adanya pelebaran, penyempitan,

12
dan tanda iregularitas. Sinar-x sendi dapat menunjukkan adanya
cairan, iregularitas, penyempitan, dan perubahan struktur sendi.
Pemeriksaan sinar-x tulang tidak memerlukan persiapan khusus bagi
pasien, tetapi perawat perlu menjelaskan tujuan dan prosedur
pemeriksaan yang akan dilakukan kepada pasien.
2. CT-Scan
Prosedur ini menunjukkan rincian bidang tertentu dari tulang
yang sakit dan dapat memperlihatkan cedera ligament atau tendon.
Pemeriksaan ini digunakan untuk mengidentifikasi lokasi dan
panjangnya patah tulang di daerah yang sulit dievaluasi, misalnya
asetabulum. Pemeriksaan dilakukan dengan atau tanpa zat kontras dan
berlangsung sekitar 1 jam. Pasien perlu diberi penjelasan bahwa akan
terdengar suara mesin CT scan, dan bunyi ini tidak berbahaya
sehingga pasien tidak merasa takut saat pemeriksaan dilakukan.
3. Elektromiografi (EMG)
Pemeriksaan ini memberi informasi mengenai potensi listrik otot
dan sarafnya. Tujuan prosedur ini adalah menentukan setiap
abnormalitas fungsi unit. Pasien perlu dijelaskan bahwa prosedur ini
dapat menimbulkan rasa tidak nyaman karena jarum elektrode masuk
ke otot.
4. Artroskopi
Artroskopi merupakan prosedur endoskopis yang memungkinkan
pandangan langsung ke dalam sendi. Prosedur ini dilakukan di mara
operasi dalam kondisi streil dan perlu injeksi anastesi lokal atau
anastesi umum. Jarum dengan lubang besar dimasukkan dan sendi
diregangkan dengan memasukkan cairan salin. Artroskop kemudian
dimasukkan. Struktur sendi, sinovium, dan permukaan sendi dapat
dilihat melalui artroskop. Setelah prosedur dilakukan, luka ditutup
dengan balutan steril. Sendi dibalut dengan balutan tekan untuk
menghindari terjadinya pembengkakan. Jika perlu, kompres dengan es

13
untuk mengurangi edema dan rasa tidak nyaman. Komplikasi yang
mungkin terjadi adalah infeksi, hemartrosis, tromboflebitis, bengkak
sendi, dan penyembuhan luka yang lama.
5. Magnetic Resonance Imaging (MRI)
MRI adalah teknik pencitraan khusus yang non-invasif,
menggunakan medan magnet, gelombamg radio, dan computer untuk
melihat abnormalitas berupa penyempitan jaringan lunak, seperti otot,
tendon, dan tulang rawan. Oleh karena yang digunakan
elektromagnetit, pasien yang mengenakan implan logam, brace, atau
pacemaker tidak dapat menjalani pemeriksaan ini. Perhiasan harus
dilepas. Pasien yang menderita klaustrofobia biasanya tidak mampu
menghadapi ruangan tertutup pada peralatan MRI tanpa penerangan.
6. USG
Prosedur USG dilakukan untuk mendeteksi gangguan pada
jaringan lunak (adanya massa, dna lain-lain). Pemeriksaan USG
menggunakan sistem gelombang suara yang menghasilkan gambaran
jaringan yang diperiksa. Kulit di atas jaringan yang akan diperiksa
diolesi gel untuk memudahkan gerakan alat. USG tidak memerlukan
persiapan khusus dan perawatan khusus setelah pemeriksaan.
7. Angiografi
Angiografi pemeriksaan struktur vaskular. Arteriografi adalah
pemeriksaan sistem arteri. Suatu bahan kontras radioopaque
diinjeksikan ke dalam arteri tertentu, dan alirannya difoto dengan
sinar-X. Prosedur ini sangat bermanfaat untuk mengkaji perfusi arteri
dan untuk tingkat amputasi yang dilakukan. Setelah dilakukan
prosedur ini, pasien dibiarkan berbaring selama 12-24 jam untuk
mencegah perdarahan pada tempat penusukan arteri. Perawat
memenatau tanda vital, tempat penusukan (adanya pembengkakan,
perdarahan, dan hematoma), dan ekstremitas bagian distal untuk
menilai apakah sirkulasinya adekuat.

14
8. Artrografi
Penyuntikan bahan radioopaque atau udara ke dalam rongga
sendi untuk melihat struktur jaringan lunak dan kontur sendi. Sendi
diletakkan dalam kisaran pergerakannya sambil diambil gambar sinar-
x serial. Artrogram sangat berguna untuk mengidentifikasi adanya
robekan akut atau kronis kapsul sendi atau ligament penyangga lutut,
bahu, tumit, pinggul, dan pergerakan tangan. Jika terdapat robekan,
bahan kontras akan mengalami kebocoran keluar dari sendi dan akan
terlihat melalui sinar-x. Setelah dialkukan artrogram, sendi
diimobilisasi selama 12-24 jam dan diberi balutan tekan elastis.

2.6.2 Pemeriksaan Laboratorium


1. Hitung darah lengkap, Ht mungkin meningkat (hemokonsentrasi) atau
menurun (perdarahan bermakna pada sisi fraktur atau organ jauh pada
trauma multipel). Peningkatan jumlah SDP adalah respons stress
normal setelah trauma.
2. Hb bila kurang dari 10 mg % menandakan anemia dan jumlah leukosit
bila lebih dari 10.000/mm3 menandakan adanya infeksi.
3. Kreatinin: trauma otot meningkatkan beban kreatinin untuk klirens dan
ginjal.
4. Profil koagulasi: perubahan dapat terjadi pada kehilangan darah,
transfusi multipel, atau cedera hati.

2.7 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan fraktur radius-ulna dikelompokkan berdasarkan jenis
fraktur yang terjadi. Berikut adalah penatalaksanaan fraktur radius-ulna:
a. Fraktur Colles
Pada fraktur colles tanpa dislokasi hanya diperlukan imobilisasi dengan
pemasangan gips sirkular dibawah siku selama 4 minggu. Bila disertai
dislokasi diperlukan tindakan reposisi tertutup. Dilakukan dorsofleksi
fragmen distal,traksi kemudian posisi tangan volar fleksi,deviasi ulna (untuk

15
mengoreksi deviasi radial) dan diputar kea rah pronasio (untuk mengoreksi
supinasi). Imobilisasi dilakukan selama 4-6 minggu.
Tindakan keperawatan yang perlu dilakukan pada pemasangan gips
adalah mengkaji dan monitoring status neurovascular, terutama pada 24 jam
pertama. Dan mewaspadai untuk mencegah terjadinya tanda dan gejala dari
kompartemen syndrome.
b. Fraktur Smith
Dilakukan reposisi dengan posisi tangan diletakkan dalam posisi
dorsofleksi ringan,deviasi ulnar,dan supinasi maksimal (kebalikan posisi
colles). Lalu diimoilisasi dengan gips diatas siku selam 4-6 minggu.
c. Fraktur Galeazzi
Dapat dilakukan reposisi tertutup.bila hasilnya baik,dilakukan imobilisasi
dengan gips sirkular diatas siku,dipertahankan selama 4-6 minggu.
d. Fraktur Montegia
Dilakukan reposisi tertutup. Asisten memegang lengan atas,penolong
melakukan tarikan lengan bawah ke distal kemudian diputar kearah supinasi
penuh. Setelah itu dengan jari kepala radius dicoba ditekan ke tempat
semula. Imobilisai dengan gips sikuler dilakukan diatas siku dengan posisi
siku fleksi 90o dan posisi lengan bawah supinasi penuh. Bila gagal dilakukan
reposisi terbuka dengan pemasangan fiksasi interna (plate-srew) [ CITATION
Man00 \l 1033 ].

Penatalaksanaan Keperawatan
Menurut Suratun & SKM, dkk (2006) monitoring kompartemen sindrom
pada 24 jam pertama, sebagai berikut:
1) Menempatkan kaki setinggi jantung, untuk mempertahankan ketinggian
kompartemen yang minimal, elevasi dihindari karena dapat menurunkan
aliran darah dan akan lebih memperberat iskemia.
2) Pada kasus penurunan ukuran kompartemen, gips harus di buka dan
pembalut kontriksi dilepas.

16
3) Mengoreksi hipoperfusi dengan cairan kristaloid dan produk darah.
4) Pada peningkatan isi kompartemen, diuretik dan pemakainan manitol dapat
mengurangi tekanan kompartemen. Manitol mereduksi edema seluler,
dengan memproduksi kembali energi seluler yang normal dan mereduksi sel
otot yang nekrosis melalui kemampuan dari radikal bebas.
5) Edukasi pada pasien untuk segera melapor pada perawat atau tenaga medis
lain jika terjadi tanda-tanda kompartemen sindrom.

Penatalaksanaan Keperawatan Pada Fraktur:


1) Manajemen Nyeri
2) Mengontrol nyeri dengan kolaborasi pemberian obat analgesic misalnya jenis
opiate dan NSAID.
3) Memelihara perfusi jaringan adekuat
4) Memonitoring edema.
5) Memonitoring fungsi motoris.
6) Monitoring apakah terjadi kompartemen syndrome atau tidak setelah
dilakukan immobilisasi.
7) Memonitoring adanya tanda infeksi atau tidak.
8) Melakukan perawatan luka secara rutin dengan prinsip steril.
9) Manajemen Mobilisasi
10) Mengajarkan pada klien untuk melakukan ROM baik secara aktif maupun
pasif untuk menghindari terjadinya resiko kelemahan pada otot akibat
tindakan immobilisasi dalam jangka waktu yang lama.
11) Manajemen Ansietas dan Health education
12) Mengajarkan strategi koping yang efektif.
13) Menjelaskan program pengobatan, tindakan yang akan dilakukan kepada klien
untuk mengurangi ansietas.
14) Mengajarkan kepada klien untuk memaksimalkan fungsi bagian yang sehat
agar tidak terjadi disfungsi.

17
15) Mengajarkan untuk melakukan aktivitas perawatan diri dan hygiene secara
mandiri.

Penatalaksanaan Keperawatan yang Lain:


1) Konsep tentang manajemen nyeri dengan bantuan farmakologi, kaji terkait
dengan efek samping dari farmakologi yang diberikan, tingkat ke efektifan
farmakologi, dan tanyakan kepada klien secara langsung terkait dengan nyeri
yang dirasakan setelah diberikan terapi farmakologi sesuai dengan indikasi
dan kondisi umumnya.
2) Montoring status neurovakuler, waspadai tanda dan gejala dari kompartemen
syndrome.
3) Latihan ROM pasif dan aktif untuk mempertahankan fungsi normal pada sisi
yang fraktur.

18
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS

A. Pengkajian
a. Identitas pasien : nama, umur (biasanya dialami oleh lansia dengan etiologi
trauma), jenis kelamin, status perkawinan, agama, suku/bangsa, pendidikan,
pekerjaan, penghasilan, alamat.
b. Riwayat kesehatan antara lain :
a) Keluhan utama : nyeri
b) Riwayat keluhan utama : pada riwayat keluhan utama akan nampak apa
yang dirasakan klien saat itu seperti nyeri tungkai sebelah kanan akibat
fraktur. Sifat nyeri, lokasi, dan penyebaran, hal-hal yang
meringankan/memperberat. Keluhan lain yang menyertai: demam,
kelemahan, nyeri dada dan batuk, konstipasi.
c) Riwayat keluhan masa lalu akan memberikan informasi tentang kesehatan
atau penyakit masa lalu yang pernah diderita.
c. Pemeriksaan fisik
a) B1 (breathing). tidak mengalami kelainan pernafasan.
b) B2 (Blood). Inspeksi : tidak ada iktus jantung, Palpasi: nadi meningkat,
iktus tidak teraba,
c) B3 (Brain). Tidak ditemukan masalah terkait B3.
d) B4 ( Bladder). Biasanya klien tidak mengalami gangguan eliminasi urine.
e) B5 (bowel). Tidak mengalami masalah pencernaan
f) B6 (bone). Adanya fraktur pada radius ulna akan menggangu secara lokal
baik fungsi motorik, sensorik maupun perdarahan
1.1 Look. Perhatikan apa yang dapat dilihat antara lain:
1. Cicatriks (jaringan parut baik yang alami maupun buatan
seperti bekas operasi).
2. Warna kemerahan atau kebiruan (livide) atau
hyperpigmentasi.

19
3. Benjolan, pembengkakan, atau cekungan dengan hal-hal
yang tidak biasa (abnormal).
4. Posisi dan bentuk dari ekstrimitas atas (deformitas)
1.2 Feel. Pada waktu akan palpasi, terlebih dahulu posisi penderita
diperbaiki mulai dari posisi netral (posisi anatomi). Pada dasarnya ini
merupakan pemeriksaan yang memberikan informasi dua arah, baik
pemeriksa maupun klien.
Yang perlu dicatat adalah:
1. Perubahan suhu disekitar trauma (hangat) dan kelembaban
kulit. Capillary refill time à Normal > 3 detik
2. Apabila ada pembengkakan, apakah terdapat fluktuasi atau
oedema terutama disekitar persendian.
3. Nyeri tekan (tenderness), krepitasi, catat letak kelainan (1/3
proksimal, tengah, atau distal). Otot: tonus pada waktu relaksasi
atau konttraksi, benjolan yang terdapat di permukaan atau
melekat pada tulang. Selain itu juga diperiksa status
neurovaskuler. Apabila ada benjolan, maka sifat benjolan perlu
dideskripsikan permukaannya, konsistensinya, pergerakan
terhadap dasar atau  permukaannya, nyeri atau tidak, dan
ukurannya.
1.3 Move
Setelah melakukan pemeriksaan feel, kemudian diteruskan
dengan menggerakan ekstrimitas dan dicatat apakah terdapat keluhan
nyeri pada pergerakan. Pencatatan lingkup gerak ini perlu, agar dapat
mengevaluasi keadaan sebelum dan sesudahnya. Gerakan sendi dicatat
dengan ukuran derajat, dari tiap arah pergerakan mulai dari titik 0
(posisi netral) atau dalam ukuran metrik. Pemeriksaan ini menentukan
apakah ada gangguan gerak (mobilitas) atau tidak. Pergerakan yang
dilihat adalah gerakan aktif dan pasif. Khusus pada Radius Ulna maka

20
spesifik pada beberapa fokus gerakan sepertipronasi lengan bawah,
fleksi dan abduksi pergelangan tangan, fleksi jempol, dan lain-lain.
d. Data psikososial
Pada klien dengan fraktur dan immobilisasi, adanya perubahan pada konsep
diri terjadi secara perlahan-lahan yang mana dapat dikenali melalui observasi
terhadap adanya perubahan yang kurang wajar dalam status emosional,
perubahan tingkah laku, menurunnya kemampuan dalam pemecahan masalah
dan perubahan status tidur.
e. Data spiritual
Klien dengan fraktur perlu dikaji tentang agama dan kepribadiannya,
keyakinan-keyakinan, harapan, serta semangat yang terkandung dalam diri
klien yang merupakan aspek penting untuk kesembuhannya. Apakah klien
masih bisa melakukan ibadah shalat seperti biasanya.
f. Data penunjang
a) Pemeriksaan diagnostik.
1. Pemeriksaan rontgen untuk menentukan lokasi/luasnya fraktur.
2. Scan tulang, tomogram, scan CT/MRI: memperlihatkan fraktur juga
dapat digunakan untuk mengidentifikasi kerusakan jaringan lunak.
3. Arteriogram dilakukan bila kerusakan vaskuler dicurigai.
b) Pemeriksaan laboratorium.
5. Hitung darah lengkap, Ht mungkin meningkat (hemokonsentrasi) atau
menurun (perdarahan bermakna pada sisi fraktur atau organ jauh pada
trauma multipel). Peningkatan jumlah SDP adalah respons stress
normal setelah trauma.
6. Hb bila kurang dari 10 mg % menandakan anemia dan jumlah leukosit
bila lebih dari 10.000/mm3 menandakan adanya infeksi.
7. Kreatinin: trauma otot meningkatkan beban kreatinin untuk klirens dan
ginjal.
8. Profil koagulasi: perubahan dapat terjadi pada kehilangan darah,
transfusi multipel, atau cedera hati.

21
B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan pada klien dengan fraktur sebagai berikut :
1. Nyeri akut b.d spasme otot, gerakan fragmen tulang, oedema, cedera jaringan
lunak, pemasangan traksi, stress atau ansietas (00132)
2. Risiko infeksi b.d ketidakadekuatan pertahanan primer (kerusakan kulit,
trauma jaringan lunak, prosedur invasif atau traksi tulang) (00004)
3. Kerusakan integritas kulit b.d fraktur terbuka, pemasangan traksi (pen, kawat,
sekrup) (00046)
4. Kurang pengetahuan b.d keterbatasan kognitif, interpretasi terhadap informasi
yang salah, kurangnya keinginan untuk mencari informasi, tidak mengetahui
sumber-sumber informasi (00126)
5. Defisit perawatan diri b.d kerusakan muskuloskeletal

C. Intervensi Keperawatan
1. Nyeri akut b.d spasme otot, gerakan fragmen tulang, oedema, cedera jaringan
lunak, pemasangan traksi, stress atau ansietas (00132)
NOC NIC

22
Tujuan: Setelah dilakukan Pain management (1400)
tindakan keperawatan selama 1. Lakukan pengkajian nyeri secara
2x24 jam klien tidak mengalami komprehensif termasuk lokasi,
nyeri, dengan kriteria hasil: karakteristik, durasi, frekuensi,
1. Domain 4, kelas Q kualitas, dan faktor presipitasi.
1.4 Pain control (1605) 2. Observasi reaksi non verbal dan
a. Meminum analgesik yang ketidaknyamanan.
diresepkan. 3. Kontrol lingkungan yang dapat
2. Domain 5, kelas V mempengaruhi nyeri seperti suhu
1.5 Pain level (2102) ruangan, pencahayaan, dan
a. Ekspresi wajah terhadap kebisingan.
nyeri. 4. Kurangi faktor presipitasi nyeri.
b. Panjang episode nyeri: 4 5. Kaji tipe dan sumber nyeri untuk
c. Gelisah: 5 menentukan intervensi.
d. RR: 5 6. Ajarkan tentang teknik non
3. Domain 5, kelas U farmakologi: napas dalam,
Comfort status (2008) relaksasi, distraksi, kompres
a. Merasa lebih baik hangat atau dingin.
kondisinya. 7. Berikan analgesik untuk
mengurangi nyeri.
8. Tingkatkan istirahat.

2. Gangguan integritas kulit b.d fraktur terbuka, pemasangan traksi (pen, kawat,
sekrup) (00046)
NOC NIC
Tissue integrity: skin and Skin and wound management
muccouse membrane (1101) Wound care (3660)
Tujuan: 1. Memantau karakteristik luka,
Setelah dilakukan tindakan termasuk drainase, warna, ukuran,
keperawatan selama 2x24 jam dan bau.

23
integritas kulit teratasi, dengan 2. Mengukur tempat luka yang
kriteria hasil: sesuai.
1. Elastisitas 3. Membersihkan dengan normal
2. Integritas kulit saline atau pembersih tidak
3. Lesi kulit beracun yang sesuai.
4. Mengelola perawatan ulkus yang
sesuai.
5. Memeriksa kondisi luka setiap
melakukan perawatan luka.
6. Monitor aktivitas dan mobilisasi
klien.
7. Kaji lingkungan dan peralatan
yang dapat menimbulkan tekanan
pada luka.
8. Monitor status nutrisi klien.
9. Kolaborasi ahli gizi pemberian diet
TKTP dan vitamin.

3. Risiko infeksi b.d ketidakadekuatan pertahanan primer (kerusakan kulit,


trauma jaringan lunak, prosedur invasif atau traksi tulang) (00004)
NOC NIC
Risk control: infection Infection protection (6550)
process (1924) 1. Pantau tanda-tanda dan gejala
Tujuan: Selama dilakukan infeksi sistemik dan lokal.
perawatan klien terhindar 2. Monitor kerentanan terhadap
dari infeksi dengan infeksi.
kriteria hasil: 3. Lakukan tindakan pencegahan
1. Menyatakan resiko infeksi neutropenia.
personal 4. Isolasi semua pengunjung untuk
2. Identifikasi resiko infeksi penyakit menular.

24
setiap hari 5. Pertahankan asepsis untuk pasien
3. Identifikasi tanda dan gejala berisiko.
pada indikasi resiko potensial 6. Periksa kondisi setiap sayatan
4. Monitor tingkah laku personal bedah atau luka.
5. Monitor lingkungan 7. Pantau perubahan tingkat energi
atau malaise.
8. Mengajarkan klien dan keluarga
tentang tanda dan gejala infeksi
serta bila terjadi tanda dan gejala
tersebut segera melaporkan ke
tenaga kesehatan.

Infection control
1. Mempertahankan lingkungan tetap
bersih.
2. Perawatan luka yang aseptik.
3. Menganjurkan klien
mengkonsumsi nutrisi yang tepat.
4. Meningkatkan pemasukan cairan.
5. Meningkatkan istirahat.
6. Mengajarkan klien dan keluarga
untuk mencegah infeksi.

4. Kurang pengetahuan b.d keterbatasan kognitif, interpretasi terhadap informasi


yang salah, kurangnya keinginan untuk mencari informasi, tidak mengetahui
sumber-sumber informasi (00126)
NOC NIC

25
Setelah dilakukan Kaji tingkat pengetahuan
tindakan keperawatan klien dan keluarga:
1x24 jam klien 1. Jelaskan patofisiologi dari
menunjukkan penyakit dan bagaimana hal ini
pengetahuan tentang berhubungan dengan anatomi dan
proses penyakit dengan fisiologi dengan cara yang tepat.
kriteria hasil: 2. Gambarkan tanda dan gejala yang
1. Klien dan keluarga biasa muncul pada penyakit
menyatakan pemahaman dengan cara yang tepat.
tentang penyakit, kondisi, 3. Gambarkan proses penyakit
prognosis dan program dengan cara yang tepat.
pengobatan. 4. Identifikasi kemungkinan
2. Klien dan keluarga mampu penyebab dengan cara yang tepat.
melaksanakan prosedur yang 5. Sediakan informasi pada klien
dijelaskan secara benar. tentang kondisi dengan cara yang
3. Klien dan keluarga mampu tepat.
menjelaskan kembali apa 6. Sediakan bagi keluarga informasi
yang dijelaskan perawat atau tentang kemajuan klien dengan
tim kesehatan lainnya. cara yang tepat.
7. Diskusikan pilihan terapi atau
penanganan.
8. Dukung klien untuk
mengeksplorasi atau mendapatkan
second opinion dengan cara yang
tepat atau diindikasikan.
9. Eksplorasi kemungkinan sumber
atau dukungan dengan cara yang
tepat.

5. Defisit perawatan diri b.d kerusakan musculoskeletal

26
NOC NIC
Self care: Activity of Self care assistane : ADLs
Daily Living (ADLs) 1. Monitor kemampuan klien untuk
Setelah dilakukan perawatan diri yang mandiri.
tindakan keperawatan 2. Monitor kebutuhan klien untuk
selama 1x24 jam deficit alat-alat bantu untuk kebersihan
perawatan diri dapat diri, berpakaian, berhias, toileting,
teratasi dengan kriteria dan makan.
hasil: 3. Sediakan bantuan sampai klien
1. Klien terbebas dari bau badan. mampu secara utuh untuk
2. Menyatakan kenyamanan melakukan selfcare.
terhadap kemampuan untuk 4. Dorong klien untuk melakukan
melakukan ADLs. aktivitas sehari-hari yang normal
3. Dapat melakukan ADLs sesuai dengan kemampuan yang
dengan bantuan. dimiliki.
5. Dorong untuk melakukan secara
mandiri, tapi beri bantuan ketika
klien tidak mampu melakukannya.
6. Ajarkan klien atau keluarga untuk
mendorong kemandirian, untuk
memberikan bantuan hanya jika
klien tidak mampu untuk
melakukannya.
7. Berikan aktivitas rutin sehari-hari
sesuai kemampuan.
8. Pertimbangkan usia klien jika
mendorong pelaksanaan aktivitas
sehari-hari.

Evaluasi

27
1. Rasa nyeri dapat teratasi
2. Resiko infeksi dapat diminimalkan
3. Gangguan integritas kulit teratasi
4. Pengetahuan klien tentang penyakitnya meningkat
5. Defisit perawatan diri dapat teratasi
6. Komplikasi dan keparahan tidak terjadi

BAB 4
ASUHAN KEPERAWATAN KASUS

Kasus semu Fraktur Radius-Ulna


Saat mau berangkat kerja, Ny. G mengendarai sepeda motor namun ditengah
perjalanan Ny.G hampir mau menabrak seorang ibu yang baru belanja dari pasar. Ny.
G kaget dan akhirnya membanting setir motor kearah kanan. Ny.G jatuh dan tertimpa
sepeda motor, lengan bawah kanan Ny.G tertindih setir sepeda motor. Ibu yang akan
ditabrak menolong Ny.G, saat Ny.G tertimpa motor Ny. G masih sadar, tidak pusing,
namun masih kaget serta merasakan nyeri yang hebat dilengan kanan bawah. Ny.G
diantar pulang oleh ibu yang mau ditabrak oleh Ny.G. sesampai dirumah Ny.G dipijat
oleh tukang pijat, namun nyeri di lengan kanannya tidak kunjung hilang, bengkak dan
sulit untuk digerakkan. 2 hari dirumah pasca kecelakaan, pada tanggal 11 april 2016
suami Ny.G membawa Ny.G ke RSUA. Berdasarkan hasil pemeriksaan klien di
diagnose Close Fraktur Radius Dextra 1/3 Distal .
1. Pengkajian
A. Anamnesa
1) Identitas pasien
Nama : Ny.G

28
Jenis Kelamin : Perempuan
Usia : 40 th
Alamat : Mulyorejo Utara No. 76, Surabaya
Pekerjaan : Guru
Tanggal MRS : 11 April 2016
2) Keluhan utama :nyeri di lengan kanannya tidak kunjung hilang,
bengkak dan sulit untuk digerakkan
3) Riwayat penyakit sekarang
Klien mengalami kecelakaan sepeda motor, lengan kanan bawahnya
teritidih setir motor, lalu dipijat oleh tukang pijat, setelah 2 hari pasca
kecelakaan klien merasa nyeri di lengan kanan bawahnya tidak hilang
dan semakin hebat, bengkak, dan sulit untuk digerakkan, dan
akhirnya klien dibawa ke RSUA.
4) Riwayat penyakit dahulu
Klien tidak pernah mengalami kejadian yang serupa.
5) Riwayat penyakit keluarga
Tidak ada keluarga klien yang mempunyai penyakit seperti DM,
osteoporosis, kanker tulang, osteomiolitis
6) Riwayat social
Klien bekerja sebagai Guru SMP, tingga bersama suami dan ketiga
anaknya dengan lingkungan yang bersih dan tidak padat. Klien tidak
memiliki kebiasaan minum alcohol atau pun merokok. Klien sering
berolahraga 2 minggu sekali, saat akhir pekan dan senam disekolah.
7) Riwayat spiritual
Klien rajin beribadah, menurut klien kondisi saat ini merupakan
cobaan dari Tuhan
B. Pemeriksaan Fisik
1) Status kesehatan umum

29
Keadaan umum: klien TTV:
terlihat gelisah karena nyeri TD: 130/80 mmHg
Kesadaran: compos mentis N: 85 x/menit
TB: 154 cm S: 36,5 0C
BB: 52 kg RR: 20x/menit
2) ROS (Review Of System)
B1 (Breathing): bentuk dada simetris, pergerakan dada teratur, suara
napas vesikuler, frekuensi 20x / menit, tidak ada nyeri tekan, tidak
ditemukan suara napas tambahan, tidak menggunakan otot bantu napas
tambahan.
B2 (Blood): Tekanan darah 130/80 mmHg, Nadi 85 x/menit
B3 (Brain): klien terilihat gelisah karena nyeri di lengan kanan
bawahnya. Kriteria nyeri:
P: Ketika digerakkan
Q: Nyeri sangat hebat
R: Di lengan kanan bawah
S: 7 ( skala nyeri 1-10)
T: Setiap saat
B4 (Bladder): tidak ada nyeri tekan pada kandung kemih, tidak ada
keluhan dalam berkemih, frekuensi berkemih normal
B5 (Bowel): BB = 60 kg; TB = 170, pembesaran hati (-), limpa (-),
spleen (-), nyeri tekan (-), mukosa bibir lembab
B6 (Bone): adanya bengkak pada lengan kanan bawahnya, dan tidak
bisa digerakkan.Kekuatan otot:

1.1 x 1.2 5
1.3 5 1.4 5

C. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan radiologi:

30
Gambar 9. Foto Radiologi Regio Antebrachii Dextra
2. Analisa data

Data Etiologi MK
DS: klien Fraktur Radius Nyeri akut
mengatakan dextradistal (00132)
nyeri di lengan ↓ Domain 12.
kanan bawah. Terputusnya kontinuitas Comfort
Kriteria nyeri: jaringan tulang Class 1. Physical
P: Ketika digerakkan ↓ Comfort
Q: Nyeri sangat hebat Perubahan jaringan
R: Di lengan kanan sekitar
bawah ↓
S: 7 ( skala nyeri 1-10) Pergeseran fragmen
T: Setiap saat tulang
DO: klien ↓
tampak gelisah Nyeri akut
dan meringis
menahan nyeri
di lengan kanan
bawahnya,
adanya bengkak
pada lengan
kanan bawah
DS: klien Fraktur radius dextra Defisit perawatan
mengatakan 1/3 dital diri (00108)
bahwa selama 2 ↓ Domain 4
hari pasca Trauma Activity/Rest
kecelakaan tidak ↓ Class 5. Self-care
mandi hanya di Tidak bisa melakukan
seka oleh kebersiha diri sendiri

31
suaminya, ↓
makan disuapi Defisit perawatan diri
anaknya karena
tidak terbiasa
menggunakan
tangan kiri.
DO: rambut
klien terlihat
tidak bersih dan
berbau
DS: klien Perubahan Kurang
mengatakan status kesehatan pengetahuan
memanggil ↓ (00126)
tukang pijat agar Kurang Domain 5.
nyerinya informasi Perception/Cogn
berkurang ↓ ition
DO: - Kurangnya Class 4.
pengetahuan Cognition

3. Diagnosa keperawatan
1. Nyeri akut (00132) berhubungan dengan cidera fisik, perubahan fragmen
tulang, trauma jaringan.
2. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kerusakan sistem
musculoskeletal.
3. Kurangnya pengetahuan (00126) berhubungan dengan kurangnya
informasi.

4. Intervensi Keperawatan
1. Nyeri akut (00132) berhubungan dengan cidera fisik, perubahan fragmen
tulang, trauma jaringan

NOC NIC
Tujuan: Manajemen nyeri
Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji nyeri secara
keperawatan selama 1x24 komprehensif meliputi
jam klien melaporkan nyeri lokasi, karakteristik,onset,
berkurang atau hilang. frekuensi, kualitas,
Kriteria hasil: intensitas atau beratnya

32
Pain level nyeri dan faktor presipitasi
Pain control 2. Observasi ekspresi klien
Comfort level secara non verbal agar
a. Mampu mengontrol nyeri mengetahui tingkat nyeri
(tahu penyebab nyeri, 3. Kolaborasi pemebrian
mampu menggunakan analgesic sesuai advis dokter
teknik nonframakologi dan monitoring respon klien
untuk mengurangi nyeri, 4. Kaji pengetahuan dan
mencari bantuan) perasaan klien menegnali
b. Melaporkan bahwa nyeri nyerinya
berkurang dengan 5. Ajak klien untuk mengkaji
menggunakan manajemen faktor yang dapat
nyeri memperburuk nyeri
c. Mampu mengenali nyeri 6. Kaji dampak nyeri
(skala, intensitas, frekuensi tyerhadap kualitas hidup
dan tanda nyeri) klien (ADL)
d. Menyatakan rasa nyaman 7. Control faktor lingkungan
setelah nyeri berkurang yang dapat mempengaruhi
e. Tanda vital dalam rentang ketidaknyamanan klien
normal 8. Ajarkan tekinik
f. Tidak mengalami gangguan nonfarmakologi (relakasai,
tidur terapi music, distraksi, terapi
aktivitas, masase)
1.6 Observasi respon
klien setelah dilakukan
tindakan pengontrol nyeri

2. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kerusakan system


musculoskeletal

NOC NIC

33
Tujuan: Self Care assistance: ADLs
Setelah dilakukan tindakan a. Monitor kemampuan klien
keperawatan selama 2x24 untuk perawatan diri yang
jam deficit perawatan diri mandiri
teratasi. b. Monitor kebutuhan klien
Kriteria hasil: untuk alat-alat bantu untuk
Self care: Activity of Daily Living kebersihan diri,
(ADLs) berpakaian, berhias,
a. Klien terbebas dari bau toileting dan makan
badan c. Sediakan bantuan sampai
b. Klien menyatakan klien mampu secara utuh
nyaman terhadap untuk melakukan selfcare
kemampuan untuk d. Dorong klien untuk
melakukan ADLs melakukan aktivitas
c. Dapat melakukan ADLs sehari-hari yang normal
dengan bantuan minimal sesuai kemampuan yang
dimiliki
e. Dorong untuk melakukan
secaramandiri, tapi beri
bantuan ketika klien tidak
mampu melakukannya
f. Ajarkan klien dan
keluarga untuk mendorong
kemandirian, untuk
memberikan bantuan
hanya jika klien tidak
mampu melakukannya
g. Berikan aktivitas rutin
sehari-hari sesuai
kemampuan
h. Pertimbangkan usia klien
jika mendorong
pelaksanaan aktivitas
sehari-hari

3. Kurangnya pengetahuan (00126) berhubungan dengan kurangnya


informasi

NOC NIC
Setelah dilakukan tindakan Kaji tigkat pengetahuan
keperawatan keperawatan klien dan keluarga:
selama 1x24 jam klien 1. Jelaskan patofisioloi dari
menunjukkan pengetahuan penyakit dan bagaimanan

34
tentang proses penyakit. hal ini berhubungan
Kriteria hasil: dengan anatomi dan
Knowledge: disease fisiologi, dengan cara yang
process tepat
Knowledge: health 2. Gambarkan tanda dan
behavior gejala yang biasa muncul
a. Klien dan keluarga pada penyakit, dengan
menyatakan pemahaman cara yang tepat
tentang penyakit, kondisi, 3. Gambarkan proses
prognosis, dan program penyakit, dengan cara
pengobatan yang tepat
b. Klien dan keluarga 4. Identifikasi kemungkinan
mampu melaksanakan penyebab, dengan cara
prosedur yang dijelaskan yang tepat
secara benar 5. Sediakan bagi keluarga
c. Klien dan keluarga informasi tentang
mampu menjelaskan kemajuan klien dengan
kembali apa yang cara yang tepat
dijelaskan perawanta atau 6. Dukung klien untuk
tim kesehatan lain mengeksplorasi atau
mendapatkan second
opinion dengan cara yang
tepat atau diindikasikan
7. Eksplorasi kemungkinan
sumber atau dukungan
dengan cara yang tepat

5. Evaluasi keperawatan
1. Klien menyatakan nyerinya berkurang dibuktikan dengan skla yang
awalnya 7 menjadi 3.
2. Klien mapu melakukan kebersihan diri secara mandiri dengan tangan kiri
dengan bantuan minimal.
3. Klien mengetahui proses penyakit dan pengobatan secara tepat.

35
BAB 4
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Fraktur Radius adalah fraktur yang terjadi pada tulang radius akibat jatuh dan
tangan menyangga dengan siku ekstensi.Etiologi terjadinya fraktur radius-ulna
dibedakan menjadi 4 yaitu Fraktur Colles, Fraktur Smith, Fraktur Galeazzi, dan
Fraktur Montegia. Setelah terjadi fraktur, periosteum dan pembuluh darah serta
saraf dalam korteks, marrow, dan jaringan lunak yang membungkus tulang
rusak.Manifestasi terjadinya fraktur adalah timbulnya nyeri, kesulitan dalam
menggerakan ekstremetas, adanya pembengkakan, dan pemendekan tulang. Dalam
pengkajian fraktur akan didapatkan data spesifik dalam pengkajian look, feel, and
move. Penatalaksanaan harus sejalan dengan proses perbaikan alami tulang dengan
diberi tambahan alat seperti Ilizarov, Bone lengthening, Bone distraction
osteogenesis atau Callotaxis.

4.2 Saran
4.2.1 Masyarakat
Masyarakat dapat menggunakan makalah ini sebagai bahan bacaan untuk
mengerti cara memberikan pertolongan pertama pada korban kecelakaan
jika menjumpai.
4.2.2 Perguruan Tinggi
Diharapkan mampu mendorong pengembangan ilmu kesehatan demi
kemajuan ilmu kesehatan di dalam negri.
4.2.3 Petugas Kesehatan
1. Diharapakan petugas kesehatan menggunakan makalah ini sebagai
referensi dalam melaksanakan tugas.
2. Diharapkan petugas kesehatan menggunakan makalah ini sebagai referensi
untuk melakukan penelitian demi pengembangan keilmuan.
3. Diharapkan petugas kesehatan mampu mengkoreksi isi makalah ini untuk
meningkatkan kualitas makalah.

36
DAFTAR PUSTAKA

Budisasmita, Faisal. 2015. Fraktur Radius Ulna.


Bulechek, Gloria M dkk. 2013. Nursing Intervetion Classification (NIC) Ed.6.
Amerika: Libarary of Congress Cataloging in publication data
Helmi zairin noor. 2013. Buku ajar gangguan musculoskeletal. Jakarta: salemba
medika.
Herdman, T.H & Kamitsuru, S.2014. Nursing diagnoses definition and classification
2015-2017.Oxford: Wiley Blackwell
Mansjoer, A. 2000. Kapita Selekta Kedokteran (3 ed., Vol. Jilid 2). Jakarta: Media
Aesculapius.

Muttaqin, A. 2008. Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Muskuloskeletal. Jakarta:


EGC.

Moorhead,Sue dkk. 2013. Nursing Outcome Classification (NOC) Ed.5.Amerika:


Libarary of Congress Cataloging in publication data.
Suratun, & SKM, dkk. 2006. Seri Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Sistem
Muskuloskeletal. Jakarta: EGC.

Suratun, Heryati, dkk. 2008. Klien Gangguan Sistem Muskuloskeletal: Seri Asuhan
Keperawatan. Jakarta: EGC.
Suratun, & SKM, dkk. 2008. Klien Dengan Gangguan Sistem Muskuloskeletal : Seri
Asuhan Keperawatan. Jakarta: EGC.

37

Anda mungkin juga menyukai