Anda di halaman 1dari 6

Definisi Dislokasi Patella

Pada keadaan normal, patella (tempurung lutut) terletak di celah yang terdapat di dasar femur
(tulang paha). Tempurung lutut meluncur ke atas dan bawah di celah yang disebut dengan celah
patellofemoral di depan tulang paha atau femur ketika lutut ditekuk. Patella terikat dengan otot
quadriceps melalui tendon quadriceps dan bekerja mengangkat pengungkit dari kelompok otot ini
ketika meluruskan lutut.

Patella secara normal berada di celah patellofemoral dan hanya dirancang untuk bergelincir secara
vertikal. Dislokasi Patella mengacu pada keadaan di mana tempurung lutut keluar dari tempat
normalnya. Arah dislokasi lutut yang paling sering adalah ke lateral. Ketika hal ini terjadi, otot dan
ligamen di lutut menjadi terlalu meregang dan mengalami kerusakan. Dislokasi patella tidak sama
dengan dislokasi sendi lutut yang merupakan cedera traumatik yang lebih berat.

Pada sebagian besar kasus, patella akan kembali ke celah patellofemoral ketika lutut diluruskan,
akan tetapi dapat menimbulkan nyeri hebat. Faktor-faktor yang dapat menyebabkan dislokasi
patella yang paling sering adalah insufisiensi kekuatan otot quadriceps pada sisi dalam lutut,
pronasi kaki berlebihan dan yang dikenal dengan peningkatan sudut Q lutut.

Otot vastus medialis oblik atau VMO adalah otot quadriceps pada sisi dalam paha dan bertanggung
jawab untuk mempertahankan stabilitas patella di lutut. Bila otot VMO tidak kuat atau serat
ototnya tidak cukup terorientasi, patella akan lebih rentan mengalami dislokasi.

Pronasi kaki yang berlebihan adalah keadaan di mana kaki bergulir ke dalam atau terlalu datar
ketika berlari. Hal ini menyebabkan tungkai berputar ke dalam yang akan menyebabkan patella
rentan bergerak ke arah luar ketika otot quadriceps berkontraksi.

Sudut Q lutut berkaitan dengan sudut tungkai bawah terhadap lutut, dan orang dengan
peningkatan sudut Q seringkali disebut dengan knock kneed. Ketika mereka meluruskan tungkai,
patella terdorong ke arah luar yang menyebabkan patella mudah mengalami dislokasi.
Sumber gambar: orthopedicsindia.com

Subluksasi patella mengacu pada keadaan di mana tempurung lutut keluar sebagian dari posisi
normalnya (dislokasi sebagian).

Penyebab Dislokasi Patella


Dislokasi patella terutama disebabkan oleh kejadian traumatik (seringkali akibat terputar atau
pukulan langsung) ke lutut. Akan tetapi terdapat beberapa faktor yang dapat menjadi predisposisi
terjadinya dislokasi patella. Antara lain:

Riwayat dislokasi atau subluksasi patella


Sendi patellofemoral yang lemah atau tidak pada jalurnya (maltracking)
Celah femoral yang dangkal
Kelemahan sisi dalam otot quadriceps
Mengencangnya otot retinaculum lateral, ITB, fleksor panggul, vastus lateralis dan biceps
femoris mengencang.

Dislokasi patella paling sering terjadi pada atlet remaja. Memutar femur (tulang paha) ke arah
dalam dengan kaki yang terfiksasi ketika menekuk lutut adalah gerakan penyebab dislokasi yang
paling sering. (Greiwe et al 2010)
Gejala Dislokasi Patella
Nyeri akan segera dirasakan saat cedera. Kemungkinan terdapat pembengkakan di sendi lutut.
Selain itu dapat ditemukan gejala sebagai berikut:

Pasien yang mengalami dislokasi patella melaporkan bahwa tempurung lututnya


"tergelincir keluar dari tempatnya.
Tempurung lutut yang bergeser yang jelas terlihat (seringkali ke sisi luar lutut).
Nyeri, terutama ketika melakukan aktivitas berdiri dan meluruskan lutut secara aktif.
Tempurung lutut yang bengkak dan goyang.
Terdapat perlunakan di sekitar tempurung lutut.
Adanya rasa tidak stabil atau tidak mampu menahan ketika berdiri.
Kelemahan otot quadriceps.

Diagnosis Dislokasi Patella


Pada pemeriksaan, dokter akan mencari tanda dislokasi patella dan kerusakan otot dan ligamen
yang berkaitan.

Rontgen, ultrasonografi atau MRI dapat digunakan untuk memastikan diagnosis dan
mengidentifikasi kerusakan struktur di sekeliling tempurung lutut atau pada permukaan sendi
patella, yang sering terjadi.

Sumber gambar: openi.nlm.nih.gov

Penanganan Dislokasi Patella

Fase Akut

Selama fase akut dari cedera atau dislokasi lutut, tujuan langsung adalah untuk mengurangi
peradangan, meredakan nyeri dan menghentikan aktivitas yang memberikan beban berlebihan
pada sendi patellofemoral. Pasien dengan dislokasi patella akut umumnya dievaluasi di bagian
kegawatdaruratan, dengan evaluasi radiografik dan seringkali mendapatkan konsultasi dengan
dokter ortopedi untuk menilai patologi intraartikular. Penanganan fase akut harus menggunakan
prinsip PRICE: proteksi sendi yang cedera, relative rest (istirahat relatif), ice (es), compression
(kompresi), dan elevasi untuk mengendalikan peradangan.

Relokasi Patella
Penanganan awal akan melibatkan relokasi patella, yang hanya boleh dilakukan oleh tenaga
kesehatan profesional bila patella tidak kembali secara spontan.

Fisioterapi

Sebagian besar pasien dengan dislokasi patella akan merasa lebih baik dalam beberapa menit
setelah relokasi. Akan tetapi, rehabilitasi akan memerlukan setidaknya enam minggu untuk
mencegah dislokasi berulang.

Penanganan fisioterapi bertujuan untuk:

Mengurangi nyeri dan peradangan.


Melindungi patella dengan menggunakan taping atau brace patella.
Menormalisasi kisaran gerak sendi.
Menguatkan lutut; terutama otot quadriceps (VMO).
Menguatkan tungkai bawah: otot betis, panggul dan pelvis.
Memperbaiki kesejajaran patellofemoral (tempurung lutut).
Menormalisasi panjang otot dan retinaculum.
Memperbaiki propriosepsi, ketangkasan dan keseimbangan.
Memperbaiki teknik dan fungsi gerakan lutut misalnya berjalan, berlari, berjongkok,
melompat dan mendarat.
Meminimalisasi kemungkinan terjadinya dislokasi berulang.

Latihan untuk Dislokasi Patella

Sumber gambar: epainassist.com

Penguatan otot quadriceps dimulai selama fase akut. Pada kejadian dislokasi patella akut,
penguatan otot harus berupa latihan statis yang dimulai selama periode imobilisasi. Stimulasi
listrik otot quadriceps adalah pilihan untuk re-edukasi otot bila pasien mengalami kesulitan
menggerakkan otot karena nyeri. Stimulasi listrik juga berperan dalam penanganan efusi sendi
lutut. Ketika dolor (nyeri), calor (panas), rubor (kemerahan) dan edema telah hilang, pasien dapat
berlanjut ke fase penyembuhan dari rehabilitasi.

Pembedahan

Mayoritas pasien dengan dislokasi patella merespons baik dengan penanganan konservatif. Akan
tetapi pada beberapa kasus, pembedahan dapat diperlukan untuk memperbaiki kerusakan tulang
atau ligamen yang signifikan karena dislokasi. Kerusakan ini dapat mencakup cedera pada otot
dan ligamen patella medial, permukaan tempurung lutut atau melakukan pelepasan ligamen
lateral.

Pada fase akut, intervensi pembedahan dilakukan untuk dislokasi yang rumit dengan fraktur yang
berkaitan. Cedera tulang rawan yang paling sering adalah fraktur osteokondral dari facet patella
medial atau retakan pada bagian tengah kubah patella. Cedera kartilaginosa juga sering dijumpai
pada condylus lateralis femoris. Artroskopi dapat memperbaiki atau membuang fragmen fraktur.
Meskipun begitu, intervensi pembedahan akut tidak diperlukan pada sebagian besar kasus sindrom
patellofemoral.

Rehabilitasi Pasca Pembedahan


Rehabilitasi lutut pasca operasi adalah salah satu aspek pasca pembedahan yang paling penting
tetapi seringkali diabaikan. Membentuk kembali otot dan fungsinya sangat penting untuk dilakukan
untuk menghindari dislokasi berulang di masa yang akan datang.

Rehabilitasi setelah pembedahan lutut memfokuskan pada pengembalian gerakan, kekuatan,


tenaga dan ketahanan lutut secara penuh. Pasien juga akan memerlukan latihan keseimbangan,
propriosepsi dan ketangkasan yang bersifat personal (berbeda-beda) bergantung pada olahraga
spesifik atau kebutuhan fungsional masing-masing pasien.

Pencegahan Dislokasi Patella Berulang


Setelah kejadian dislokasi patella pertama, risiko terjadinya dislokasi berulang adalah hampir 50%
bila rehabilitasi tidak dilakukan atau kurang mencukupi. Risiko cedera berulang meningkat tajam
setiap kali patella mengalami dislokasi. Oleh karena itu, setiap pasien yang mengalami dislokasi
patella harus menjalani program rehabilitasi dengan baik.

Kembali Berolahraga Setelah Dislokasi Patella


Atlet seringkali mengalami kesulitan setelah mengalami dislokasi patella. Hal ini diakibatkan
karena meningkatnya instabilitas di sekitar tempurung lutut, dan kelemahan akibat dari cedera.
Seorang atlet harus menjalani program latihan personal untuk membantunya kembali ke tingkat
fungsi seperti sebelum cedera.

Dengan atau tanpa pembedahan, hanya dua per tiga dari pasien dislokasi patella yang kembali
berolahraga dengan tingkat yang sama sebelum cedera. Program rehabilitasi yang berkualitas
yang menggunakan latihan spesifik adalah kunci untuk kembali berolahraga dengan aman. Untuk
mencapainya, penyembuhan kekuatan otot dan stabilitas dinamis tungkai bawah sangat penting
dilakukan. Fokus harus diarahkan untuk menguatkan otot quadriceps dan stabilisasi pelvis, serta
latihan otot tubuh lateral. Edukasi pasien dan latihan di rumah yang teratur merupakan faktor
kunci lainnya yang dapat membuat pasien dapat kembali berolahraga. Kriteria untuk kembali
berolahraga dengan aman mencakup: tidak ada nyeri, tidak ada efusi, kisaran gerak lengkap,
kekuatan yang hampir simetris, dan stabilitas dinamis yang sempurna.

Secara ideal, pasien memenuhi kriteria ini dalam 6 minggu setelah dislokasi, dan 3 bulan setelah
pembedahan.
Referensi:

Gard, S., Menetrey J., Putman, S. (2014). Return to sport after patellar dislocation or following
surgery for patellofemoral instability. Knee Surgery, Sports Traumatology, Arthroscopy. 2014;
22(10): 23202326. www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4169614/. Diakses tanggal 14
Februari 2017.
Malanga, Gerard A. "Patellar Injury and Dislocation Treatment & Management."
reference.medscape.com/article/90068-treatment. Diakses tanggal 10 Februari 2017.
Miller, John. "Patella Dislocation." physioworks.com.au/injuries-conditions-1/patella-dislocation.
Diakses tanngal 10 Februari 2017.
Patella Dislocation. Sportsinjuryclinic. www.sportsinjuryclinic.net/sport-injuries/knee-
pain/patella-dislocation.

Anda mungkin juga menyukai