Anda di halaman 1dari 41

MAKALAH MUSKULOKELETAL DENGAN FRAKTUR CRURIS

KELOMPOK 4 1. Maksimianus Dayan 2. Maria Elisabeth Wea 3. Paurimtius Okto 4. Rosiana Eti 5. Valentina Suci P 6. Veronica Ratna Wijayanti ( 200911045) ( 200911047) ( 200911068) (200911071) (200911080) (200911081)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ST. ELISABETH SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang Menurut Smeltzer (2001 : 2357) fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis dan luasnya.Penanganan segera pada klien yang dicurigai terjadinya fraktur adalah dengan mengimobilisasi bagian fraktur. Penanganan tersebut dilakukan untuk mencegah terjadinya komplikasi. Komplikasi umumnya oleh akibat tiga fraktur utama yaitu penekanan lokal, traksi yang berlebihan dan infeksi (Rasjad, 1998 : 363). Peran perawat pada kasus fraktur meliputi sebagai pemberi asuhan keperawatan langsung kepada klien yang mengalami fraktur, sebagai pendidik memberikan pendidikan kesehatan untuk mencegah komplikasi, serta sebagai peneliti yaitu dimana perawat berupaya meneliti asuhan keperawatan kepada klien fraktur melalui metode ilmiah.Berdasarkan penjelasan diatas, maka penulis tertarik untuk mengetahui lebih lanjut bagaimana asuhan keperawatan fraktur tertutup Tibia Fibula 1/3 Distal Dextra diruang I Orthopedi Fatmawati B. TUJUAN Tujuan Umum Agar mahasiswa lebih memahami dan paham tentang Fraktur Cruris Tujuan Khusus Agar mahasiswa mengerti definisi penyakit Fraktur Cruris Agar mahasiswa tahu tentang klasifikasi Fraktur Cruris Agar mahasiswa mengerti penyebab dari Fraktur Cruris Agar mahasiswa mengetahui tanda dan gejala Fraktur Cruris

BAB II PEMBAHASAN

Struktur Tulang dan Otot Tulang merupakan kerangka tubuh yang menyebabkan tubuh dapat berdiri tegak, Tempat melekatnya otot-otot sehingga memungkinkan jalannya pembuluh darah, tempat sumsum tulang dan syaraf yang melindungi jaringan lunak, juga tulang merupakan organ yang dibutuhkan manusia untuk mengangkat dan membawa barang-barang yang berat. Intinya tulang adalah organ yang kita butuhkan untuk melakukan aktifits seharihari. Sehingga kita tidak dapat membayangkan bagaimana terganggunya kita bila ada kerusakan yang terjadi pada tulang kita. Dari keterangan di atas, ada 4 fungsi utama jaringan tulang : 1. Fungsi mekanik, sebagai penyokong tubuh dan tempat melekat jaringan otot untuk pergerakan. Otot merupakan alat gerak aktif, sedangkan tulang merupakan alat gerak pasif. 2. Fungsi Protektif, Melindungi berbagai alat vital dalam tubuh dan juga sumsum tulang. 3. Fungsi Metabolik, Sebagai cadangan dan tempat metabolisme berbagai mineral yang penting seperti kalsium dan phospat. 4. Fungsi Hemopetik, berlangsungnya proses pembentukan dan perkembangan sel darah. Secara anatomi ( dilihat dari bentuknya ), tulang terbagi dua : 1. Tulang Pipih ( Tulang-tulang kepala, tulang rahang, ) 2. Tulang panjang ( Tulang-tulang lengan, paha, punggung, ) Bagian luar tulang ( bagian yang keras ) disebut tulang kortikal, dimana bagian ini sudah mengalami klasifikasi sehingga terlihat sangat kokoh, kompak dan kuat. Sedangkan bagian dalam yang berpori dan berongga disebut tulang trabekular, bagian ini belum terklasifikasi sempurna, sehingga bersifat POROUS atau berpori.

a.

Periosteum Pada lapisan pertama kita akan bertemu dengan yang namanya periosteum. Periosteum merupakan selaput luar tulang yang tipis. Periosteum mengandung osteoblas (sel pembentuk jaringan tulang), jaringan ikat dan pembuluh darah. Periosteum merupakan tempat melekatnya otot-otot rangka (skelet) ke tulang dan berperan dalam memberikan nutrisi, pertumbuhan dan reparasi tulang rusak

b. Tulang Kompak(Compact Bone) Pada lapisan kedua ini kita akan bertemu dengan tulang kompak. Tulang ini teksturnya halus dan sangat kuat. Tulang kompak memiliki sedikit rongga dan lebih banyak mengandung kapur (Calsium Phosfat dan Calsium Carbonat) sehingga tulang menjadi padat dan kuat.Kandungan tulang manusia dewasa lebih banyak mengandung kapur dibandingkan dengan anak-anak maupun bayi. Bayi dan anak-anak memiliki tulang yang lebih banyak mengandung serat-serat sehingga lebih lentur.Tulang kompak paling banyak ditemukan pada tulang kaki dan tulang tangan. c. Tulang Spongiosa (Spongy Bone) Pada lapisan ketiga ada yang disebut dengan tulang spongiosa. Sesuai dengan namanya tulang spongiosa memiliki banyak rongga. Rongga tersebut diisi oleh sumsum merah yang dapat memproduksi sel-sel darah. Tulang spongiosa terdiri dari kisi-kisi tipis tulang yang disebut trabekula. d. Sumsum Tulang (Bone Marrow) Lapisan terakhir yang kita temukan dan yang paling dalam adalah sumsum tulang. Sumsum tulang wujudnya seperti jelly yang kental. Sumsum tulang ini dilindungi oleh tulang spongiosa seperti yang telah dijelaskan dibagian tulang spongiosa. Sumsum tulang berperan penting dalam tubuh kita karena berfungsi memproduksi sel-sel darah yang ada dalam tubuh. Struktur Otot

Definisi / pengertian Jaringan adalah sekumpulan sel yang memiliki bentuk, struktur dan fungsiyangsama.. Jadi jaringan otot adalah sekumpulan sel-sel otot. a.Bagian-bagian otot: 1. Sarkolema Sarkolema adalah membran yang melapisi suatu sel otot yang fungsinya sebagai pelindung otot

2. Sarkoplasma Sarkoplasma adalah cairan sel otot yang fungsinya untuk tempat dimana miofibril dan miofilamen berada 3. Miofibril Miofibril merupakan serat-serat pada otot. 4. Miofilamen Miofilamenadalah benang-benang/filamen halus yang berasal dari miofibril.Miofibril terbagi atas 2 macam, yakni : a. miofilamen homogen (terdapat pada otot polos) b. miofilamen heterogen (terdapat pada otot jantung/otot cardiak dan pada otot rangka/otot lurik).Di dalam miofilamen terdapat protein kontaraktil yang disebut aktomiosin (aktin dan miosin), tropopin dan tropomiosin. Ketika otot kita berkontraksi (memendek)maka protein aktin yang sedang bekerja dan jika otot kita melakukan relaksasi (memanjang) maka miosin yang sedang bekerja. b. Jaringan otot terdiri dari: 1. Otot Polos (otot volunter) Otot polos adalah salah satu otot yang mempunyai bentuk yang polos danbergelondong. Cara kerjanya tidak disadari (tidak sesuai kehendak) / invontary, memiliki satu nukleus yang terletak di tengah sel. Otot ini biasanya terdapat pada saluran pencernaan seperti:lambung dan usus. 2. Otot Lurik (otot rangka) Otot rangka merupakan jenis otot yang melekat pada seluruh rangka, cara kerjanya disadari (sesuai kehendak), bentuknya memanjang dengan banyak lurik-lurik, memiliki nukleus banyak yang terletak di tepi sel. Contoh otot pada lengan 3.Otot Jantung (otot cardiak) Otot jantung hanya terdapat pada jantung. Otot ini merupakan otot paling istimewa karena memiliki bentuk yang hampir sama dengan otot lurik, yakni mempunyai lurik-lurik tapi bedanya dengan otot lurik yaitu bahwa otot lirik memiliki satu atau dua nukleus yang terletak di tengah/tepi sel. Dan otot jantung adalah satu-satunya otot yang memiliki percabangan yang disebut duskus interkalaris. Otot ini juga memiliki kesamaan dengan otot polos dalam hal cara kerjanya yakni involuntary (tidak disadari)

FISIOLOGI TULANG DAN OTOT a.Fungsi mekanik, sebagai penyokong tubuh dan tempat melekat jaringan otot untuk pergerakan. Otot merupakan alat gerak aktif, sedangkan tulang merupakan alat gerak pasif.

b.Fungsi Protektif, Melindungi berbagai alat vital dalam tubuh dan juga sumsum tulang. c.Fungsi Metabolik, Sebagai cadangan dan tempat metabolisme berbagai mineral yang penting seperti kalsium dan phospat. d.FungsiHemopetik Berlangsungnya proses pembentukan dan perkembangan sel darah.

PERKEMBANGAN SUSUNAN MUSKULUSKELETAL Sistem Rangka Sistem rangka berasal dari lapisan embrionik mesoderm paraksial serta sel-sel krista neuralis (neural crest). Pada akhir dari minggu ketiga, mesoderm paraksial akan tersegmentasi menjadi semacam balok-balok yang disebut somit. Setiap somit akan timbul berpasangan, ventral dan dorsal. Bagian ventral disebut sclerotome, sedang bagian dorsal adalah gabungan dari myotome dan dermatome, disebut dermomyotome. Bagian myotome akan membentuk myoblas sedang dermatome akan membentuk dermis. Sel-sel dari mesoderm akan membentuk jaringan mesenkim. Selain berasal dari mesoderm, jaringan mesenkim juga berasal dari sel-sel neural crest yang bermigrasi, seperti jaringan mesenkim di daerah kepala. Migrasi sel-sel neural crest diatur oleh gen Homeobox (Hox). Histogenesis Tulang dan Kartilago a) Kartilago Kartilago Pertama kali muncul pada embrio yang berumur lima minggu. Pertumbuhannyadimulai dengan kondensasi dari mesenkim yangmenghasilkan pusat kondrifikasi (chondrification centre). Selselmesenkim ini kemudian berproliferasi serta berdiferensiasi menjadi chondroblast.Chondroblast selanjutnya mensekresikan serat-serat kolagen dan substansidasar matirks. Chondroblast yang dikelilingi sekretnyaini disebut denganchondrocyte. Chondrocyte akan terus menerusmengeluarkan matriks sehingga chondrocyteyang berdekatan akan saling mendorong. Lewat peristiwa ini, yang disebutpertumbuhan interstitial, kartilago akan bertambah panjang.

Sel-sel mesenkim yangletaknya di perifer akan berdiferensiasi menjadi fibroblast. Fibroblast akanmembuat suatu jaringan ikat kolagen yang padat, perichondrium. Lewat mekanisme yang mirip dengan pertumbuhan interstitial, osteoblast di perichondrium akan memperlebar diameter (pertumbuhan ke arah perifer) dari kartilago, yang disebut pertumbuhan aposisional. b) Tulang Pertumbuhan tulang bisaberlangsung dengan dua cara, masing-masing dengan sel asal yang berbeda. Intramembranous ossification berasaldari sel mesenkim sedangkan intracartilaginous(endochondral) ossification berasal dari kartilago. c) Intramembranous Ossification Osifikasi ini biasanyaterjadi pada tulang-tulang pipih. Osifikasi ini terjadi pada sel-sel mesenkimdan berlangsung dalam suatu membran yang dibentuk oleh sel-sel mesenkim itusendiri. Sel-sel mesenkim yang telah berkondensasi berdiferensiasi menjadi osteoblast dan mulai mensekresikanmatriks dan substansi interselular. Osteoblast yang dikelilingi oleh matriks menjadi osteocyte. Osteoblast juga banyakyang terdapat di perifer tulang. Osteoblast ini membuatlapisan-lapisan yang menebalkan permukaan tulang. Oleh karena pertumbuhan yanglebih banyak berlangsung di perifer serta aktifitas dari osteoclast, bagiantengah tulang akan berongga. Pada rongga ini sel-sel mesenkim akanberdiferensiasi menjadi sumsum tulang (bone marrow). Intracartilaginous a) Ossification Osifikasi jenis ini berlangsung pada tulang-tulang rawan yang telah terbentuk sebelumnya. Artinya, tulang rawan yang terbentuk ada sebagian yang akan menjadi tulang. Pada tingkat seluler, berarti sel-sel kartilago akan berubah menjadi osteoblast lalu osteocyte. Pada osifikasi ini juga dikenal pusat osifikasi primer (primary center of ossification) di diafisis serta pusat osifikasi sekunder (secondary ossification center) di epifisis. Pada diafisis, sel-selkartilago mengalami tiga hal, yaitu hipertropi, kalsifikasi matriks sertakematian sel-selnya. Selain itu, perichondrium akan mengalami

vaskularisasisehingga sel-sel kartilago akan berubah menjadi osteoblast. Perichondriumsekarang disebut periosteum. Pemanjangan tulang berlangsung hanya pada perbatasan antara diafisis dan epifisis (lempengepifisis). Hal ini dikarenakan hanya sel-sel kartilago di bagian inilah yangmampu berproliferasi. Mendekati diafisis, sel-sel ini mengalami hipertropi danmatriksnya akan mengalami kalsifikasi. Osifikasi pertama kali terjadi di diafisis, yaitu pusat osifikasi primer, pada akhir masa embrionik. Pada waktu lahir, sebagian besar diafisis telah mengalami osifikasi, sedang epifisis masih berupa kartilago. Osifikasi sekunder baru berlangsung pada tahun-tahun pertama usia bayi. Karena osifikasi dari dua arah, dari epifisis dan diafisis, hanya daerah di tengah-tengah kedua daerah itulah (lempeng epifisis) yang masih berupa kartilago.Kartilago ini akan terus berproliferasi yangdibarengi denganosifikasi. Saat seluruh lempeng epifisis telang mengalami osifikasi, berarti masa pertumbuhan tulang telah berhenti. b) Perkembangan Sendi Sendi mulai terbentuk pada minggu keenam dan pada akhir dari minggu kedelapan, sendi yang terbentuk sudah seperti sendi orang dewasa. Pada manusia,terdapat tiga jenis sendi, berdasarkan materi penyusunnya, yaitu 1. Sendi fibrosa (fibrous joints), co: sutura di kranium 2. Sendi kartilago (cartilaginous joints), co: simfisis pubis 3. Sendi sinovial(synovial joints), co: sendi lutut c) Perkembangan Tulang Aksial Tulang aksial terdiri dari tulang tengkorak, tulang belakang, tulang rusuk dan tulang dada. d) Perkembangan Tulang Belakang (Vertebrae) Padafase-fase awal pertumbuhan, sclerotome bisaditemukan di tiga tempat, yaitu di sekitar notokord, di sekitar tabung neuraldan di dinding tubuh. Setiap segmen sclerotome tersusun atas sel-sel kompakpada kaudal dan sel-sel renggang pada kranialnya.

Sclerotomeyang berada di sekitar tabung neural akan menjadi lengkung vertebral sedangkanyang berada di dinding tubuh akan menjadi badan costal (costal processes). Bagiankaudal dan kranial dari dua segmen sclerotomeyang berdekatan di sekitar notokord kemudian akan bersatu membentuk satu badanprimitif yang disebut centrum. Centrum ini nantinya akan menjadi satu segmenvertebrae. Daerah di antara dua centrum disebut intervertebral disc. Selamapembentukan centrum ini, notokord berdegenerasi karena terdesak oleh centrumyang sedang berkembang. Notokord kemudian akan berkembang menjadi gelatinous centre yaitu nucleus pulposus. Nucleus ini kemudianmakan dikelilingi oleh serat-serat anulusfibrosus. e) Perkembangan Tulang Rusuk (Ribs) Tulangrusuk berasal dari prosesus costal mesenkim (mesenchymal costal processus) dari vertebrae thoracic. Badan ini akan menjadi kartilago selama masaembrionik dan mengalami osifikasi pada masa janin. Tempat bersatunya badancostal dan vertebrae ini nantinya akan digantikan sendi costovertebral, yangtermasuk sendi sinovial. f) Perkembangan Tulang Dada (Sternum) Sepasangbatang yang berasal dari mesenkim, sternal bars, berkembang pada ventrolateraldinding tubuh. Kondrofikasi kedua batang ini berlangsung selama mereka bergerakke arah medial, untuk kemudian bersatu membentuk sternum (manubrium,sternebrae, dan xiphoid process. Pusat osifikasi akan muncul sebelum bayilahir, kecuali di xiphoid process. g) Perkembangan Tulang Tengkorak (Cranium) Tulangtengkorak (cranium) berkembang dari jaringan mesenkim di sekitar otak primitif.Cranium terdiri dari neurocranium (melapisi otak) dan viscerocranium (tulang-tulang wajah). h) Cartilaginous Neurocranium (Chondrocranium) Padaawalnya, chondrocranium hanya terdiri dari kartilago pada bagian basal cranium.Karena endochondral ossification yang terjadi, chondrocranium menyusuntulang-tulang di bagian basal cranium. Proses osifikasi inikhas karena punya urutan yang pasti, dari tulang occipitale, process of sphenoid,dan tulang ethmoid.

i) Membranous Neurocranium Intramembranousossification berlangsung pada jaringan mesenkim di sisi lateral dan atas dariotak, calvaria. Selama janin,calvaria ini dipisahkan oleh sendi fibrosa yang disebut sutura. Titik dimanaada dua atau lebih sutura bertemu disebut dengan fontanelle. Sifatdari tulang dan sutura yang renggang berfungsi untuk mendukung proses kelahiranbayi. Pada proses kelahiran, calvaria mampu mengalami perubahan bentuk yangdisebut molding. Contoh dari efek molding adalah tulang frontal akan menjadipipih, satu tulang occipital akan berada di atas yang lain, dll. Beberapa harisetelah kelahiran, tulang-tulang ini akan kembali pada posisi awalnya. j) Cartilaginous Viscerocranium Viscerocranium berasal dari keempat lengkung faring, terutama kedua lengkung faring pertama: 1. Lengkung Faring pertama menjadi,dua tulang telinga tengah, malleus dan incus 2. Lengkung Faring keduamenjadi stapes dan styloid process di tulang temporal. 3. Lengkung Faring ketigabagian dorsal menjadi greater horn of hyoid bone k) Lengkung Faring keempatdan keenam bergabung dan membentuk kartilago di laring, kecuali di epiglotis l) Membranous Neurocranium Intramembranousossification di viscerocranium berlangsung pada tonjolan maxillary di lengkungfaring pertama yang nantinya akan membentuk squamustemporal, maxillary dan zygomaticbones. m) Perkembangan Cranium paska kelahiran Suturayang terdapat di calvaria memungkinkan terjadinya pertambahan besar calvaria.Hal ini sangat penting mengingat otak bayi akan mengalami pembesaran sampaidewasa, terutama pada dua tahun pertama. Calvaria akan terus membesar sampaisekitar umur 16 tahun. Tahun-tahun

berikutnya, calvaria hanya akan bertambahbesar sedikit. Pembesaran sedikit ini dikarenakan adanya penebalan. Pertumbuhantulang pun berlangsung pada wajah dan gigi. Perubahan wajah terutama akan makinterlihat setelah tumbuhnya gigi permanen sekunder. Regio forntal dan facialakan mengalami pelebaran, terutama karena membesarnya sinus paranasal. n) Perkembangan Tulang Apendikular Tulang apendikular terdiri dari tulang tungkai serta pectoral dan pelvic girdles. Pertumbuhan dimulai pada minggu kelima dengan kondensasi dari mesenkim. Padaminggu keenam, mesenkim yang telah berkondensasi membentuk hyaline cartilage bone models. Osifikasi di tulang-tulang panjang berlangsung mulai minggu kedelapanmasa embrionik dan berlangsung di diafisis. Pada usia 12 minggu, pusatosifikasi primer sudah terlihat di hampir semua tulang tungkai. Tulang yangpaling pertama mengalami osifikasi adalah clavicula,yang dilanjutkan dengan femora.Sedangkan osifikasi sekunder yang berlangsung di epifisis pertama kali terlihatdi lutut. ENERGI DAN KEHIDUPAN a. Sumber energi otot untuk: Kontraksi dan Relaksasi b. Sumber energi berasal: Metabolisme Karbohidrat dan Lipid c. Energi ATP dibutuhkan untuk: 1) Tenaga Power Stroke dalam rangka sliding of myofilament 2) Memompa ion Kalsium ke R. Sarkoplasma 3) Memutuskan ikatan Myosin dari Binding Site di Aktin pada akhir Power Stroke d. ASAL SUMBER SUMBER ENERGI OTOT: 4) Cadangan ATP di dalam otot 5) Resintesis ATP yang berasal dari 6) Pemecahan Fosfokreatin

NUTRISI TULANG a) Nutrisi Tulang: Kalsium Kalsium dapat membantu dalam memperkuat pembentukan tulang, membuat tulang jadi padat dan tulang tetap sehat seiring kita bertambah usia. Kalsium adalah mineral yang penting dalam hidup, sayangnya saat ini banyak orang yang tidak memenuhi dosis kalsium harian. b) Sumber Kalsium: Yogurt

Yogurt adalah sumber yang paling baik untuk kalsium. Banyak produk yang mengandung sekitar 40% dari kalsium harian yang dibutuhkan tubuh yaitu sekitar 8-oz penyajian (1oz=28.349 gram). Sebaiknya konsumsi yogurt yang low fat dan fat free, apalagi yogurt memiliki nilai plus yaitu rasanya enak dan termasuk makanan serba guna. Konsumsi yogurt sebagai sarapan pagi, snack, atau buatlah sebagai dessert yang sehat seperti Fruit Salad dengan saus yogurt madu. c) Sumber Kalsium: Cheddar Cheese Dengan mengurangi sekitar 1.5 oz kadar lemak, cheddar cheese dapat memenuhi sekitar 30% dari kebutuhan harian kita akan kalsium. Tambahkan keju ini di dalam sandwich, salad, atau nikmati sebagai snack dengan crackers. d) Sumber Kalsium: Susu Bukanlah hal yang mengenjutkan, susu adalah salah satu sumber kalsium yang terbaik. Sekitar 8.oz susu mengandung sekitar 1/3 dari kebutuhan harian. Banyak merk susu yang mengandung vitamin K, nutrisi lain yang penting bagi kesehatan tulang. Jika Anda bukan penyuka susu atau tidak dapat berkompromi dengan laktosa, cobalah beralih ke susu kedelai atau susu yang tidak mengandung laktosa. e) Sumber Kalsium: Tahu Sumber kalsium diluar susu adalah tahu. Hanya 1/2 potong dari tahu mengandung kalsium sekitar 20% dari rekomendasi kalsium harian. Namun tidak semua tofu mengandung kalsium yang baik, jadi ada baiknya perhatikan label kemasan untuk melihat apakah tahu tersebut mengandung sumber kalsium yang baik atau tidak. Selain itu tofu juga merupakan sumber protein yang baik dan merupakan pelengkap dalam gorengan. f) Nutrisi Utama: Vitamin D VitaminD selalu memainkan peranan penting dalam membangun dan melindungi tulang Anda. Vitamin D membantu daya serap kalsium, dan sejumlah studi memperlihatkan seseorang yang memiliki kandungan vitamin D rendah memiliki tingkat kepadatan tulang yang rendah. Mereka juga memiliki kecenderungan akan tulang rapuh seiring bertambahnya umur. Vitamin D secara alami bisa diperoleh di dalam makanan tertentu saja (misal minyak ikan cod), tetapi Anda juga dapat memperolehnya dari sinar matahari, dan banyak makanan yang sudah diperkuat dengan nutrisi penting ini. g) Sumber Vitamin D: Salmon

Salmon adalah salah satu sumber alami terbaik dari vitamin D. Sekitar 3.5oz masalan salmon mengandung sekitar 90% dari kebutuhan harian kita akan vitamin D. Selain itu salmon juga merupakan sumber yang baik akan protein dan lemak omega-3 yang baik untuk hantung. Cobalah untuk mengkonsumsi setidaknya satu hidangan salmon setiap minggu. h) Sumber Vitamin D: Sereal Beberapa sereal yang siap dikonsumsi sudah diberi tambahan vitamin D. Cobalah cek lebel dan cari produk yang memiliki setidaknya 10% dari nilai harian nutrisi penting ini. i) Mineral Penting: Magnesium Magnesium memiliki banyak fungsi bagi tubuh, dan salah satunya adalah untuk membuat tulang tetap kuat (50% dari tubuh magnesium ditemukan dalam tulang). Memakan berbagai makanan dapat membantu untuk menjamin magnesium masuk ke tubuh secara cukup. Wanita diatas 30 tahun harus memenuhi sekitar 320mg magnesium setiap hari, sedangkan pria sekitar 400420mg. Jumlah tersebut mudah didapatkan dengan mengkonsumsi, kacangkacangan seperti almond, kacang kedelai, gandum, dan sayuran yang berwarna gelap seperti bayam. j) Nutrisi Penting: Vitamin K Vitamin K berperan banyak dalam berbagai fungsi tubuh, tetapi penelitian ilmiah telah menghubungkan nutrisi penting ini dengan kesehatan tulang. Studi yang berlangsung saat ini mengindikasi bahwa vitamin K dapat mencegah penyerapan kembali dan masuknya makanan secara cukup, dimana hal ini penting untuk mencegah kerapuhan tulang. Vitamin K dapat diperoleh dengan banyak mengkonsumsi sayur-sayuran hijau

PROSES PENYEMBUHAN TULANG a. Hematoma Pembuluh darah robek dan terbentuk hematoma di sekitar dan di dalam fraktur (Apley, 1995). Hal ini mengakibatkan gangguan suplay darah pada tulang yang berdekatan dengan fraktur dan mematikannya (Maurice King, 2001). b. Proliferasi Dalam 8 jam setelah fraktur terdapat reaksi radang akut disertai proliferasi sel di bawah periosteum dan di dalam saluran medulla yang tertembus.

Hematoma yang membeku perlahan-lahan diabsorbsi dan kapiler baru yang halus berkembang ke dalam daerah itu (Apley, 1995). c. Pembentukan callus Selama beberapa minggu berikutnya, periosteum dan endosteum menghasilkan callus yang penuh dengan sel kumparan yang aktif. Dengan pergerakan yang lembut dapat merangsang pembentukan callus pada fraktur tersebut (Maurice King, 2001). d. Konsolidasi Selama stadium ini tulang mengalami penyembuhan terus-menerus. Fragmen yang patah tetap dipertahankan oleh callus sedangkan tulang mati pada ujung dari masing-masing fragmen dihilangkan secara perlahan, dan ujungnya mendapat lebih banyak callus yang akhirnya menjadi tulang padat (Maurice King, 2001). Ini adalah proses yang lambat dan mungkin perlu beberapa bulan sebelum tulang cukup kuat untuk membawa beban yang normal (Apley, 1995). e. Remodeling Tulang yang baru terbentuk, dibentuk kembali sehingga mirip dengan struktur normal (Appley, 1995). Semakin sering pasien menggunakan anggota geraknya, semakin kuat tulang baru tersebut (Maurice King, 2001).

PENGERTIAN Fraktur cruris adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis dan luasnya, terjadi pada tulang tibia dan fibula. Fraktur terjadi jika tulang dikenao stress yang lebih besar dari yang dapat diabsorbsinya. (Brunner & Suddart, 2000) ETIOLOGI a. Trauma b. Gerakan pintir mendadak c. Kontraksi otot ekstem d. Keadaan patologis : osteoporosis, neoplasma MANIFESTASI KLINIS a. Nyeri terus menerus dan bertambah beratnya samapi fragmen tulang diimobilisasi, hematoma, dan edema b. Deformitas karena adanya pergeseran fragmen tulang yang patah c. Terjadi pemendekan tulang yang sebenarnya karena kontraksi otot yang melekat diatas dan dibawah tempat fraktur d. Krepitasi akibat gesekan antara fragmen satu dengan lainnya e. Pembengkakan dan perubahan warna lokal pada kulit PEMERIKSAAN PENUNJANG a. Pemeriksaan foto radiologi dari fraktur : menentukan lokasi, luasnya b. Pemeriksaan jumlah darah lengkap c. Arteriografi : dilakukan bila kerusakan vaskuler dicurigai d. Kreatinin : trauma otot meningkatkanbeban kreatinin untuk klirens ginjal

PENATALAKSANAAN a. Reduksi fraktur terbuka atau tertutup : tindakan manipulasi fragmen-fragmen tulang yang patah sedapat mungkin untuk kembali seperti letak semula. b. Imobilisasi fraktur Dapat dilakukan dengan fiksasi eksterna atau interna c. Mempertahankan dan mengembalikan fungsi Reduksi dan imobilisasi harus dipertahankan sesuai kebutuha Pemberian analgetik untuk mengerangi nyeri Status neurovaskuler (misal: peredarandarah, nyeri, perabaan gerakan) dipantau

Latihan isometrik dan setting otot diusahakan untuk meminimalakan atrofi disuse dan meningkatkan peredaran darah KOMPLIKASI

a. Malunion : tulang patah telahsembuh dalam posisi yang tidak seharusnya. b. Delayed union : proses penyembuhan yang terus berjlan tetapi dengan kecepatan yang lebih lambat dari keadaan normal. c. Non union : tulang yang tidak menyambung kembali farmakologi a. Analgesik Pengobatan dengan anlgesik digunakan untuk mengurangi rasa nyeri klien. b. Antibiotik Pengobatan dengan antibiotik untuk mengatasi infeksi atau mencegah infeksi. c. Antitetanus Pengobatan untuk mengatsi resiko tetanus klien Patofisiologi

Tulang dikatakan fraktur atau patah bila terdapat interupsi/pemotongan dari kontinuitas jaringan tulang, biasanya fraktur disertai cedera jaringan di sekitarnya yaitu ligamen, otot, tendon, pembuluh darah dan persyarafan. Trauma yang terjadi pada patah tulang akan menyebabkan seseorang memiliki keterbatasan gerak, ketidakseimbangan dan nyeri pergerakan. Jaringan lunak yang terdapat di sekitar fraktur : seperti pembuluh darah syaraf dan otot serta organ lain yang ada di sekitarnya dapat rusak pada waktu trauma ataupun karena mencuatnya tulang yang patah. Tulang memiliki sangat banyak pembuluh darah, maka akibat dari fraktur yang keluar dari volume darah ke dalam jaringan lunak atau pada luka yang terbuka. Luka dan keluarnya darah tersebut dapat mempercepat pertumbuhan bakteri. J. Gizi yang tepat pada klien fraktur femur dengan penatalsanaan ORIF dan implikasi keperawatannya Pada pasien yang mengalami fraktur untuk dapat memperbaiki keadaan luka dan tulang sebaiknya diberikan diit TKTP dan tinggi kalsium berdasarkan umur

Pathway
Trauma langsung kecelakaan Trauma tidak langsung jatuh Penurunan masa tulang

Kerusakan Integritas kulit ( actual/resti ) Resti Infeksi

Fraktur/patah tulang

Resti trauma

Kerusakan jaringan

Kerusakan Pembuluh darah

Spasme otot

Kerusakan Pembuluh darah

Spasme otak

Perdarahan

Kerusakan Pembuluh darah

Nyeri

Itematum seluruh medula

Nyeri

Inflamasi

Nekrosis

Proses penyembuhan tulang

KASUS: Sdr.K(20 tahun) dirawat di ruang Xaverius RS.Elisabeth karena terjatuh dari tangga, dari hasil pengkajian didapatkan data klien mengeluh nyeri skala 6, nyeri seperti dipukul pada kaki kanan, bertambah jika digerakan. Dari hasil foto rontgen didapatkan fraktur cruris di 1/3 proksimal tibia.didapatkan data klien mengalami fraktur kominutif. TTV TD 120/70 mMhg, RR 18x/menit, N 88x/menit, T 37c, leukosit 7000/mm3.

Analisa data

Data Ds : pasien mengeluh nyeri skala 6, nyeri seperti dipukul pada kaki kanan, bertambah jika digerakkan. Do : Dari hasil foto rontgen didapatkan fraktur cruris di 1/3 proksimal tibia.

Problem Kerusakan mobilitas fisik

Etiologi Nyeri,kerusakan musculoskeletal

Intervensi No Dp 5 Juli 2011 Kerusakan mobilitas fisik teratasi setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 4x24 jam dengan kriteria hasil : - Skala nyeri 0-3 - Pasien tidak tampak kesakitan 2. Monitor TTV 1. Monitor skala nyeri 1. Skala nyeri dapat menentukan seberapa jauh rasa nyeri yang dirsakan pasien. 2. Nyeri dapat Tgl/jam Tujuan & criteria hasil Intervensi Rasional

- Posisi tulang kembali normal - Pasien tidak mengalami perubahan dalam berjalan - Kekuatan otot 3. Berikan posisi dengan meninggikan posisi yang sakit 4. Ajarkan teknik relaksasi

mempengaruhi tjdinya pbhan TD dan nadi. 3. Mningkatkan aliran balik vena dan mrangi edema.

4. Dengan mbrikan teknik relaksasi dapat mengalihkan phtian pada nyeri.

5. Lakukan terapi jemur matahari tiap pagi

5. Cahaya matahari mengubah provitamin mjd vit D yg merupakan nutrisi utk pbentukan tulang

6. Bantu ADL pasien

6. Adanya fraktur pada kaki klien menyulitka n klien untuk beraktivita s sehingga kebutuhan ADL perlu dibantu

7. Ajarkan teknik dalam penggunaan kruk

7. Dengan pemakaian kruk dapat mbantu pasien dlm bmobilisasi

8. Kolaborasi untuk pemberian kalsium dan TKTP

8. Nutrisi tulang seperti kalsium sangat penting utk proses penyembu han luka

9. Kolaborasi pberian analgetik

9. Dengan pberian analgetik dapat mblokir rasa nyeri.

Jelaskan Faktor yang mempengaruhi perkembangan muskulus ?


JARINGAN OTOT Jaringan otot tersusun atas sel-sel otot yang fungsinya menggerakkan organorgan tubuh. Kemampuan tersebut disebabkan karena jaringan otot mampu berkontraksi. Kontraksi otot dapat berlangsung karena molekul-molekul protein yang membangun sel otot dapat memanjang dan memendek. Gambar 1 : Diagram susunan jaringan otot kerangka, dari keseluruhan otot sampai tingkat molekuler. Jaringan otot dapat dibedakan menjadi 3 macam : 1. Jaringan Otot Polos Jaringan otot polos mempunyai serabut-serabut (fibril) yang homogen sehingga bila diamati di bawah mikroskop tampak polos atau tidak bergarisgaris.

Otot polos berkontraksi secara refleks dan di bawah pengaruh saraf otonom. Bila otot polos dirangsang, reaksinya lambat. Otot polos terdapat pada saluran pencernaan, dinding pembuluh darah, saluran pernafasan.
Gbr. Struktur Otot Polos

2.Jaringan Otot Lurik Nama lainnya adalah jaringan otot kerangka karena sebagian besar jenis otot ini melekat pada kerangka tubule. Kontraksinya menurut kehendak kita dan di bawah pengaruh saraf sadar. Dinamakan otot lurik karena bila dilihat di bawah mikroskop tampak adanya garis gelap dan terang berselang-seling melintang di sepanjang serabut otot. Oleh sebab itu nama lain dari otot lurik adalah otot bergaris melintang. Kontraksi otot lurik berlangsung cepat bila menerima rangsangan, berkontraksi sesuai dengan kehendak dan di bawah pengaruh saraf sadar. Fungsi otot lurik untuk menggerakkan tulang dan melindungi kerangka dari benturan keras.
Gbr. Serabut otot lurik (dari otot anak-anak).

3.Jaringan Otot Jantung/Miokardium Jaringan otot ini hanya terdapat pada lapisan tengah dinding jantung. Strukturnya menyerupai otot lurik, meskipun begitu kontraksi otot jantung secara refleks serta reaksi terhadap rangsang lambat. Fungsi otot jantung adalah untuk memompa darah ke luar jantung.
Gbr. Serabut otot jantung (dari jantung orang dewasa)

Ada 4 sifat jaringan otot yaitu ekstensibilitas, elastisitas, irritabilitas, dan kemampuan mengembangkan ketegangan (tension). Sifat-sifat tersebut umumnya terdapat pada seluruh otot yaitu otot jantung, otot halus, dan otot skeletal. Ekstensibilitas Sifat ekstensibilitas umumnya terdapat pada beberapa jaringan biologis. Seperti yang ditunjukkan pada gambar dibawah ini, ekstensibilitas adalah kemampuan terulur atau meningkatnya pemanjangan otot, dan elastisitas adalah kemampuan otot untuk kembali ke panjang normal setelah diulur (distretch). Elastisitas otot akan mengembalikan otot ke posisi pemanjangan istirahat normal (normal resting) setelah mengalami penguluran dan memberikan transmisi ketegangan yang halus dari otot ke tulang.

Elastisitas Sifat elastis otot digambarkan sebagai 2 komponen utama. Komponen elastis paralel (PEC) ditunjukkan oleh membran otot, yang memberikan tahanan pada saat otot secara pasif terulur (stretch). Komponen elastis seri (SEC) terdapat pada tendon, bekerja sebagai pegas yang lentur untuk menyimpan energi elastis ketika otot yang tegang diulur (distretch). Komponen-komponen elastisitas otot ini dinamakan demikian karena membran otot dan tendon masing-masing paralel dengan serabut otot dan seri atau segaris dengan serabut otot, dimana memberikan komponen kontraktil. Elastisitas otot skeletal manusia secara utama terdapat pada SEC (tendon). Baik SEC dan PEC memiliki sifat merekat yang memungkinkan otot terulur dan kembali ke dalam bentuk semula. Ketika penguluran statik pada group otot seperti hamstring dipertahankan selama jangka waktu tertentu, maka secara progresif otot akan memanjang, dan meningkatkan ROM sendi. Demikian pula, setelah group otot tertentu diulur (distretch), maka tidak akan kembali dengan segera ke posisi pemanjangan istirahat (resting length), tetapi secara bertahap akan memendek selama jangka waktu tertentu. Respon viskoelastik ini pada otot tidak bergantung pada jenis kelamin (independent). Irritabilitas Sifat karakteristik otot lainnya adalah irritabilitas. Irritabilitas adalah kemampuan untuk merespon suatu stimulus. Stimulus yang mempengaruhi otot dapat berupa elektrokimiawi seperti aksi potensial dari saraf yang mempersarafinya, atau mekanikal seperti pukulan/benturan dari luar pada bagian otot. Ketika diaktivasi oleh stimulus maka otot akan merespon dengan berkembangnya ketegangan (tension). Kemampuan Mengembangkan Ketegangan Kemampuan untuk mengembangkan ketegangan (tension) merupakan salah satu sifat karakteristik yang khas pada jaringan otot. Secara historis, perkembangan ketegangan (tension) dari otot telah dikenal sebagai kontraksi, atau komponen kontraktil dari fungsi otot. Kontraktilitas adalah kemampuan otot untuk memendek dari panjang otot. Namun demikian, ketegangan pada suatu otot tidak mungkin menghasilkan pemendekan otot (akan dibahas pada subbab berikutnya). Beberapa faktor yang mempengaruhi perkembangan muskulus: Nutrisi nutrisi untuk tulang seperti kalium, vitamin D, magnesium dan vitamin K diperlukan oleh tulang dalam proses pertumbuhan dan perkembangan tulang. Bila salah satu nutrii tidak mencukupi,

maka akan memepengaruhi proses perkembangan tulang yang mungkin saja bila tulang kekurangan nutrisi akan membuat tulang mudah keropos. Postur tubuh Postur tubuh, seperti duduk yang salah selama berangsur angsur akan bentuk tubuh menjadi kearah yang lebih buruk seperti kifosis, lordosis ataupun skoliosis. Bila demikian sulit untuk di rubah kembali. Latihan Latihan yang cukup akan membuat otot terlatih sehingga tidak terjadi layuh.

Ketrampilan membantu pasien memakai kruk Postur jalan normal adalah kepala tegak, vertebra servikal, torakal, lumbal sejajar, pinggul dan lutut berada dalam keadaan fleksi yang sesuai, dan lengan bebas berayun bersama dengan kaki. 1. Kruk dapat digunakan secara temporer, seperti pada setelah kerusakan ligament di lutut. Kruk dapat digunakan permanen, seperti klien paralis ekstremitas bawah. 2. Kruk terbuat dari kayu atau logam. Ada dua tipe kruk, kruk lofstrand dengan pengatur ganda atau kruk lengan bawah dan kruk aksila terbuat dari kayu. 3. Kruk lengan bawah memiliki sebuah pegangan tangan dan pembalut logam yang pas mengelilingi lengan bawah. Pembalut logam dan pegangan tangan diatur agar sesuai dengan ketinggian klien. 4. Kruk aksila mempunyai garis permukaan yang seperti bantalan pada bagian atas, berada tepat di bawah aksila. Pegangan tangan berbentuk batang yang dipegang setinggi telapak tangan untuk menyokong tubuh.Kruk ini lebih umum digunakan. 5. Kruk harus diukur panjang yang sesuai, dan klien harus diajarkan menggunakan kruk mereka dengan aman, mencapai kestabilan gaya berjalan, naik turun tangga, dan bangkit dari duduk. 6. Pengukuran kruk meliputi tiga area: tinggi klien, jarak antara bantalan kruk dengan aksila, dan sudut fleksi siku. Pengukuran berikut, dengan klien berada pada posisi supine atau berdiri. 7. Ketika berjalan dengan kruk, berat badan klien perlu disokong oleh bahu dan lengan, bukan di bawah lengan. Siku harus ditekuk Tujuan Membantu melatih kemampuan gerak klien, melatih dan meningkatkan mobilisasi.

Mencapai kestabilan klien dalam berjalan.

Indikasi Klien dengan nyeri yang berhubungan dengan fraktur dan/atau trauma Klien dengan kerusakan mobilitas fisik yang berhubungan dengan nyeri dan bengkak sendi Klien amputasi kaki: di atas atau di bawah lutut Klien dengan kerusakan mobilitas fisik yang berhungan dengan nyeri dan kerusakan musculoskeletal Klien setelah bedah artroskopis lutut Kerusakan mobilitas fisik yang berhubungan dengan ketidaknyamanandan imobilisasi yang diprogramkan.

Kontraindikasi Klien dengan nyeri yang berhubungan dengan inflamasi, insisi, dan drainase. Klien yang potensial kerusakan integritas kulit yang berhubungan dengan perubahan turgor kulit. Persiapan alat Menyediakan kruk yang digunakan (kruk aksila). goniometer Melakukan pengukuran kruk yang meliputi area tinggi klien, jarak antara bantalan kruk dengan aksila, dan sudut fleksi siku.

Pengukuran dilakukan dengan satu dari dua metode berikut, dengan klien berada pada posisi supine atau berdiri. Pada posisi telentang-ujung kruk berada 15cm di samping tumit klien. Tempatkan ujung pita pungukur dengan lebar tiga sampai empat jari(4-5cm) dari aksila dan ukur sampai tumit klien.

8. Pada posisi berdiri-posisi kruk dan ujung kruk berada 14-15 cm di samping dan 1415 cm di depan kaki klien. Dengan motede lain, siku harus direfleksikan 15 sampai 30 derajat. Fleksi siku harus diperiksa dengan goniometer. 9. Lebar bantalan kruk harus 3-4 lebar jari di bawah aksila. 10 Tempat berjalan, seperti lorong rumah sakit atau taman yang dilengkapi dengan tempat latihan untuk berjalan.

Prosedur Gaya berjalan empat titik Kaji toleransi aktifitas, kekuatan, nyeri, koordinasi, kemampuan fungsional, dan penyakit serta cedera Menjelaskan prosedur kepada klien dan keluarga Memeriksa lingkungan untuk memastikan tidak rintangan di jalan klien Menentukan tempat istirahat klien setelah latihan Minta klien berdiri dengan posisi tripod, sebelum kruk berjalan Atur kesejajan kaki dan tubuh klien Klien memposisikan kruk pertama kali lalu memposisikan kaki yang berlawanan (mis. Kruk kanan dengan kaki kiri) Klien mengulangi urutan cari ini dengan kruk dan kaki yang lain. Pada gaya berjalan tiga titik , berat badan di topang pada kaki yang tidak sakit dan kemudian di kedua kruk, dan urutan ini dilakukan berulang-ulang. Kaki yang sakit tidak menyentuh tanah selama berjalan ditahap awal. Secara bertahap klien mulai menyentuh, dan menopang berat badan secara penuh pada kaki yang sakit. 24. Gaya berjalan dua titik memerlukan sebagian penopang berat disetiap kaki. Setiap kruk digerakkan secara bersamaan dengan kaki yang berlawanan sehingga gerakan kruk sama dengan lengan.

Mengajarkan berjalan menggunakan kruk di tangga Menggunakan modifikasi gaya berjalan tiga titik Klien berdiri didasar tangga dan memindahkan berat badan ke kruk Kaki yang tidak sakit maju di antara kruk dan tangga Kemudian berat dialihkan dari kruk ke kaki yang tidak sakit Klien meluruskan kedua kruk di tangga

Evaluasi Penggunaan mobilitas dan persendian klien meningkat Menggunakan alat mobilisasi dengan tepat Klien memperlihatkan cara yang lebih relaks Klien mengatakan dan mendemontrasikan prinsip penggunaan kruk yang aman

Jelaskan alasan saudara K dilakukan pemasangan kruk ? Karena dengan pemakaian kruk dapat mempermudah saudara K beraktivitas sendiri tanpa bantuan orang lain, pemakaian kruk juga dapat melatih otot-otot kaki supaya tidak kaku.

N. Ketrampilan melakukan PF system muskuloskeletal

Tujuan 1. Memperoleh data dasar tentang otot, tulang dan persendian 2. Mengetahui adanya mobilitas, kekuatan atau adanya gangguan pada bagian-bagian tertentu Persiapan alat Meteran Prosedur pelaksanaan Otot 1. Inspeksi ukuran otot, bandingkan satu sisi dengan sisi yang lain dan amati adanya atrofi atau hipertrofi 2. Jika didapatkan adanya perbedaan antara kedua sisi, ukur keduanya dengan menggunakan meteran 3. Amati adanya otot dan tendo untuk mengetahui kemungkinan kontraktur yang ditunjukkan oleh malposisi suatu bagian tubuh 4. Lakukan palpasi pada saat otot istirahat dan pada saat otot bergerak secara aktif dan pasif untuk mengetahui adanya kelemahan (flasiditas), kontraksi tiba-tiba secara involunter (spastisitas)

5. Uji kekuatan otot dengan cara menyuruh klien menarik atau mendorong tangan pemeriksa, bandingkan kekuatan otot ekstremitas kanan dengan ekstremitas kiri. 6. Amati kekuatan suatu bagian tubuh dengan cara memberi penahanan secara resisten

Tulang 1. Amati kenormalan susunan tulang dan adanya deformitas 2. Palpasi untuk mengetahui adanya edema atau nyeri tekan 3. Amati keadaan tulang untuk mengetahui adanya pembengkakan Persendian 1. Inspeksi persendian untuk mengetahui adanya kelainan persendian 2. Palpasi persendian untuk mengetahui adanya nyeri tekan, gerakan, bengkak, nodul, dan lain-lain 3. kaji tentang gerak persendian 4. Catat hasil pemeriksaan

Definisi Pembidaian Pembidaian adalah tindakan memfixasi/mengimobilisasi bagian tubuh yang mengalami cedera, dengan menggunakan benda yang bersifat kaku maupun fleksibel sebagai fixator/imobilisator. Jenis Pembidaian a. Pembidaian sebagai tindakan pertolongan sementara - Dilakukan di tempat cedera sebelum penderita dibawa ke rumah sakit - Bahan untuk bidai bersifat sederhana dan apa adanya - Bertujuan untuk mengurangi rasa nyeri dan menghindarkan kerusakan yang lebih berat - Bisa dilakukan oleh siapapun yang sudah mengetahui prinsip dan teknik dasar pembidaian b. Pembidaian sebagai tindakan pertolongan definitif - Dilakukan di fasilitas layanan kesehatan (klinik atau rumah sakit) - Pembidaian dilakukan untuk proses penyembuhan fraktur/dislokasi - Menggunakan alat dan bahan khusus sesuai standar pelayanan (gips, dll) - Harus dilakukan oleh tenaga kesehatan yang sudah terlatih Beberapa macam jenis bidai : a. Bidai keras Umumnya terbuat dari kayu, alumunium, karton, plastik atau bahan lain yang kuat dan ringan. Pada dasarnya merupakan bidai yang paling baik dan sempurna dalam

keadaan darurat. Kesulitannya adalah mendapatkan bahan yang memenuhi syarat di lapangan. Contoh : bidai kayu, bidai udara, bidai vakum. b. Bidai traksi. Bidai bentuk jadi dan bervariasi tergantung dari pembuatannya, hanya dipergunakan oleh tenaga yang terlatih khusus, umumnya dipakai pada patah tulang paha. Contoh : bidai traksi tulang paha c. Bidai improvisasi. Bidai yang dibuat dengan bahan yang cukup kuat dan ringan untuk penopang. Pembuatannya sangat tergantung dari bahan yang tersedia dan kemampuan improvisasi si penolong.Contoh : majalah, koran, karton dan lain-lain. d. Gendongan/Belat dan bebat. Pembidaian dengan menggunakan pembalut, umumnya dipakai mitela (kain segitiga) dan memanfaatkan tubuh penderita sebagai sarana untuk menghentikan pergerakan daerah cedera.Contoh : gendongan lengan. Tujuan Pembidaian a) Mencegah gerakan bagian yang sakit sehingga mengurangi nyeri dan mencegah kerusakan lebih lanjut b) Mempertahankan posisi yang nyaman c) Mempermudah transportasi korban d) Mengistirahatkan bagian tubuh yang cedera e) Mempercepat penyembuhan

Indikasi Pembidaian Pembidaian sebaiknya dilakukan jika didapatkan : - Adanya fraktur, baik terbuka maupun tertutup - Adanya kecurigaan terjadinya fraktur - Dislokasi persendian Kecurigaan adanya fraktur bisa dimunculkan jika pada salah satu bagian tubuh ditemukan : a) Pasien merasakan tulangnya terasa patah atau mendengar bunyi krek. b) Ekstremitas yang cedera lebih pendek dari yang sehat, atau mengalami angulasi abnormal

c) Pasien tidak mampu menggerakkan ekstremitas yang cedera d) Posisi ekstremitas yang abnormal e) Memar f) Bengkak g) Perubahan bentuk h) Nyeri gerak aktif dan pasif i) Nyeri sumbu j) Pasien merasakan sensasi seperti jeruji ketika menggerakkan ekstremitas yang mengalami cedera (Krepitasi) k) Fungsiolesa l) Perdarahan bisa ada atau tidak m) Hilangnya denyut nadi atau rasa raba pada distal lokasi cedera n) Kram otot di sekitar lokasi cedera Jika mengalami keraguan apakah terjadi fraktur atau tidak, maka perlakukanlah pasien seperti orang yang mengalami fraktur.

Kontra Indikasi Pembidaian Pembidaian baru boleh dilaksanakan jika kondisi saluran napas, pernapasan dan sirkulasi penderita sudah distabilisasi. Jika terdapat gangguan sirkulasi dan atau gangguan persyarafan yang berat pada distal daerah fraktur, jika ada resiko memperlambat sampainya penderita ke rumah sakit, sebaiknya pembidaian tidak perlu dilakukan.

Komplikasi Pembidaian Jika dilakukan tidak sesuai dengan standar tindakan, beberapa hal berikut bisa ditimbulkan oleh tindakan pembidaian : a. Cedera pembuluh darah, saraf atau jaringan lain di sekitar fraktur oleh ujung fragmen fraktur, jika dilakukan upaya meluruskan atau manipulasi lainnya pada bagian tubuh yang mengalami fraktur saat memasang bidai. b. Gangguan sirkulasi atau saraf akibat pembidaian yang terlalu ketat c. Keterlambatan transport penderita ke rumah sakit, jika penderita menunggu terlalu lama selama proses pembidaian. Prosedur Dasar Pembidaian Mempersiapkan penderita a. Penanganan kegawatan (Basic Life Support) b. Menenangkan penderita. Jelaskanlah bahwa akan memberikan pertolongan kepada penderita. c. Pemeriksaan untuk mencari tanda fraktur atau dislokasi.

d. Menjelaskan secara singkat dan jelas kepada penderita tentang prosedur tindakan yang akan dilakukan. e. Meminimalkan gerakan daerah luka. Jangan menggerakkan atau memindahkan korban sampai daerah yang patah tulang distabilkan kecuali jika keadaan mendesak (korban berada pada lokasi yang berbahaya, bagi korban dan atau penolong) f. Sebaiknya guntinglah bagian pakaian di sekitar area fraktur. Jika diperlukan, kainnya dapat dimanfaatkan untuk proses pembidaian. g. Jika ada luka terbuka maka tangani dulu luka dan perdarahan. Bersihkan luka dengan cairan antiseptik dan tekan perdarahan dengan kasa steril. Jika luka tersebut mendekati lokasi fraktur, maka sebaiknya dianggap bahwa telah terjadi patah tulang terbuka. Balutlah luka terbuka atau fragmen tulang yang menyembul dengan bahan yang se-steril mungkin h. Pasang Collar Brace maupun sejenisnya yang dapat digunakan untuk menopang leher jika dicurigai terjadi trauma servikal i. Tindakan meluruskan ekstremitas yang mengalami deformitas yang berat sebaiknya hanya dilakukan jika ditemukan adanya gangguan denyut nadi atau sensasi raba sebelum dilakukannya pembidaian. Proses pelurusan ini harus hati-hati agar tidak makin memperberat cedera. j. Periksalah sirkulasi distal dari lokasi fraktur - Periksa nadi di daerah distal dari fraktur, normal, melemah, ataukah bahkan mungkin menghilang? - Periksa kecepatan pengisian kapiler. Tekanlah kuku jari pada ekstremitas yang cedera dan ekstremitas kontralateral secara bersamaan. Lepaskan tekanan secara bersamaan. Periksalah apakah pengembalian warna kemerahan terjadi bersamaan ataukah terjadi keterlambatan pada ekstremitas yang mengalami fraktur. - Jika ditemukan gangguan sirkulasi, maka penderita harus langsung dibawa ke rumah sakit secepatnya. k. Jika pada bagian ekstremitas yang cedera mengalami edema, maka sebaiknya perhiasan yang dipakai pada lokasi itu dilepaskan, setalah anda menjelaskan pada penderita. l. Pada fraktur terbuka, kecepatan penanganan merupakan hal yang esensial. Jangan pernah menyentuh tulang yang tampak keluar, jangan

pernah pula mencoba untuk membersihkannya. Manipulasi terhadap fraktur terbuka tanpa sterilitas hanya akan menambah masalah. Persiapan alat - Bidai dapat menggunakan alat bidai standar telah dipersiapkan, namun juga bisa dibuat sendiri dari berbagai bahan sederhana, misalnya ranting pohon, papan kayu, dll. Panjang bidai harus melebihi panjang tulang dan sendi yang akan dibidai. - Bidai yang terbuat dari benda keras (kayu,dll) sebaiknya dibungkus/dibalut terlebih dahulu dengan bahan yang lebih lembut (kain, kassa, dll) - Bahan yang digunakan sebagai pembalut pengikat untuk pembidaian bisa berasal dari pakaian atau bahan lainnya. Bahan yang digunakan untuk membalut ini harus bisa membalut dengan sempurna mengelilingi extremitas yang dibidai untuk mengamankan bidai yang digunakan, namun tidak boleh terlalu ketat yang bisa menghambat sirkulasi. Pelaksanaan pembidaian

Prinsip umum dalam tindakan pembidaian

- Pembidaian minimal meliputi 2 sendi (proksimal dan distal daerah fraktur). Sendi yang masuk dalam pembidaian adalah sendi di bawah dan di atas patah tulang. Sebagai contoh, jika tungkai bawah mengalami fraktur, maka bidai harus bisa mengimobilisasi pergelangan kaki maupun lutut. - Luruskan posisi korban dan posisi anggota gerak yang mengalami fraktur maupun dislokasi secara perlahan dan berhati-hati dan jangan sampai memaksakan gerakan. Jika terjadi kesulitan dalam meluruskan, maka pembidaian dilakukan apa adanya. Pada trauma sekitar sendi, pembidaian harus mencakup tulang di bagian proksimal dan distal. - Fraktur pada tulang panjang pada tungkai dan lengan, dapat terbantu dengan traksi atau tarikan ringan ketika pembidaian. Jika saat dilakukan tarikan terdapat tahanan yang kuat, krepitasi, atau pasien merasakan peningkatan rasa nyeri, jangan mencoba untuk melakukan traksi. Jika anda telah berhasil melakukan traksi, jangan melepaskan tarikan sebelum ekstremitas yang mengalami fraktur telah terfiksasi dengan baik, karena kedua ujung tulang yang terpisah dapat menyebabkan tambahan kerusakan jaringan dan beresiko untuk mencederai saraf atau pembuluh darah.

- Beri bantalan empuk dan penopang pada anggota gerak yang dibidai terutama pada daerah tubuh yang keras/peka(lutut,siku,ketiak,dll), yang sekaligus untuk mengisi sela antara ekstremitas dengan bidai. - Ikatlah bidai di atas dan bawah luka/fraktur. Jangan mengikat tepat di bagian yang luka/fraktur. Sebaiknya dilakukan sebanyak 4 ikatan pada bidai, yakni pada beberapa titik yang berada pada posisi : a. superior dari sendi proximal dari lokasi fraktur b. diantara lokasi fraktur dan lokasi ikatan pertama c. inferior dari sendi distal dari lokasi fraktur d. diantara lokasi fraktur dan lokasi ikatan ketiga (point c) - Pastikan bahwa bidai telah rapat, namun jangan terlalu ketat sehingga mengganggu sirkulasi pada ekstremitas yang dibidai. Pastikan bahwa pemasangan bidai telah mampu mencegah pergerakan atau peregangan pada bagian yang cedera. - Pastikan bahwa ujung bidai tidak menekan ketiak atau pantat - Harus selalu diingat bahwa improvisasi seringkali diperlukan dalam tindakan pembidaian. Sebagai contoh, jika tidak ditemukan bahan yang sesuai untuk membidai, cedera pada tungkai bawah seringkali dapat dilindungi dengan merekatkan tungkai yang cedera pada tungkai yang tidak terluka. Demikian pula bisa diterapkan pada fraktur jari, dengan merekatkan pada jari disebelahnya sebagai perlindungan sementara. - Kantong es dapat dipasang dalam bidai dengan terlebih dahulu dibungkus dengan perban elastis. Harus diberikan perhatian khusus untuk melepaskan kantong es secara berkala untuk mencegah cold injury pada jaringan lunak. Secara umum, es tidak boleh ditempelkan secara terus menerus lebih dari 10 menit. Ekstremitas yang mengalami cedera sebaiknya sedikit ditinggikan posisinya untuk meminimalisasi pembengkakan. Teknik Pembidaian pada berbagai lokasi cedera a. Fraktur cranium dan tulang wajah Pada fraktur cranium dan tulang wajah, hindarilah melakukan penekanan pada tempat yang dicurigai mengalami fraktur. Pada fraktur ini harus dicurigai adanya fraktur tulang belakang, sehingga seharusnya dilakukan imobilisasi tulang belakang. Ada beberapa bidai khusus yang digunakan untuk fiksasi fraktur tulang wajah (bersifat

bidai definitif), namun tidak dibahas pada sesi ini karena biasanya dilakukan oleh para ahli.

b. Pembidaian leher Dalam kondisi darurat, bisa dilakukan pembidaian dengan pembalutan. Pembalutan dilakukan dengan hati-hati tanpa menggerakkan bagian leher dan kepala. Pembalutan dianggap efektif jika mampu meminimalisasi pergerakan daerah leher. Jika tersedia, fixasi leher paling baik dilakukan menggunakan cervical Collar c. Tulang klavikula Terapi definitif untuk fraktur klavikula biasanya dilakukan secara konservatif yaitu dengan ransel bandage (lihat gambar 2). Pembebatan yang efektif akan berfungsi untuk traksi dan fiksasi, sehingga kedua ujung fragmen fraktur bisa bertemu kembali pada posisi yang seanatomis mungkin, sehingga memungkinkan penyembuhan fraktur dengan hasil yang cukup baik. d. Tulang iga Perhatian utama pada kondisi suspect fraktur costae adalah upaya untuk mencegah bagian patahan tulang agar tidak melukai paru. Upaya terbaik yang bisa dilakukan sebagai pertolongan pertama di lapangan sebelum pasien dibawa dalam perjalanan ke rumah sakit adalah memasang bantalan dan balutan lembut pada dinding dada, memasang sling untuk merekatkan lengan pada sisi dada yang mengalami cedera sedemikian sehingga menempel secara nyaman pada dada. e. Lengan atas - Pasanglah sling untuk gendongan lengan bawah, sedemikian sehingga sendi siku membentuk sudut 90%, dengan cara :Letakkan kain sling di sisi bawah lengan. Apex dari sling berada pada siku, dan puncak dari sling berada pada bahu sisi lengan yang tidak cedera. posisikan lengan bawah sedemikian sehingga posisi tangan sedikit terangkat (kira-kira membentuk sudut 10). ikatlah dua ujung sling pada bahu dimaksud. Gulunglah apex dari sling, dan sisipkan di sisi siku. - Posisikan lengan atas yang mengalami fraktur agar menempel rapat pada bagian sisi lateral dinding thoraks. - Pasanglah bidai yang telah di balut kain/kassa pada sisi lateral lengan atas yang mengalami fraktur.

- Bebatlah lengan atas diantara papan bidai (di sisi lateral) dan dinding thorax (pada sisi medial). - Jika tidak tersedia papan bidai, fiksasi bisa dilakukan dengan pembebatan menggunakan kain yang lebar (lihat gambar 4). f. Lengan bawah - Imobilisasi lengan yang mengalami cedera - Carilah bahan yang kaku yang cukup panjang sehingga mencapai jarak antara siku sampai ujung telapak tangan - Carilah tali untuk mengikat bidai pada lengan yang cedera - Flexi-kan lengan yang cedera, sehingga lengan bawah dalam posisi membuat sudut 90 terhadap lengan atas. Lakukan penekukan lengan secara perlahan dan hati-hati. - Letakkan gulungan kain atau benda lembut lainnya pada telapak tangan agar berada dalam posisi fungsional - Pasanglah bidai pada lengan bawah sedemikian sehingga bidai menempel antara siku sampai ujung jari - Ikatlah bidai pada lokasi diatas dan dibawah posisi fraktur. Pastikan bahwa pergelangan tangan sudah terimobilisasi - Pasanglah bantalan pada ruang kosong antara bidai dan lengan yang dibidai - Periksalah sirkulasi, sensasi dan pergerakan pada region distal dari lokasi pembidaian, untuk memastikan bahwa pemasangan bidai tidak terlalu ketat - Pasanglah sling untuk menahan bagian lengan yang dibidai, dengan cara :Letakkan kain sling di sisi bawah lengan. Apex dari sling berada pada siku, dan puncak dari sling berada pada bahu sisi lengan yang tidak cedera. posisikan lengan bawah sedemikian sehingga posisi tangan sedikit terangkat (kira-kira membentuk sudut 10). ikatlah dua ujung sling pada bahu dimaksud. Gulunglah apex dari sling, dan sisipkan di sisi siku. g. Fraktur Tangan dan Pergelangan Tangan Ekstremitas ini seharusnya dibidai dalam posisi dari fungsi mekanik, yakni posisi yang senatural mungkin. Posisi natural tangan adalah pada posisi seperti sedang

menggenggam sebuah bola softball. Gulungan pakaian atau bahan bantalan yang lain dapat diletakkan pada telapak tangan sebelum tangan dibalut. h. Tulang jari Fraktur jari bisa dibidai dengan potongan kayu kecil atau difiksasi dengan merekatkan pada jari di sebelahnya yang tidak terkena injury (buddy splinting) i. tulang punggung Pasien yang dicurigai menderita fraktur tulang belakang/punggung, harus dibidai menggunakan spine board atau bahan yang semirip mungkin dengan spine board. Fraktur Panggul Fraktur panggul lebih sering terjadi pada orang tua. Jika seseorang yang berusia tua terjatuh dan mengeluhkan nyeri daerah panggul, maka sebaiknya dianggap mengalami fraktur. Apalagi jika pasien tidak bisa menggerakkan tungkai, atau ditemukan pemendekan dan atau rotasi pada tungkai (biasanya kearah lateral). Pemindahan pasien yang dicurigai menderita fraktur panggul harus menggunakan tandu. Tungkai yang mengalami cedera diamankan dengan merapatkan pada tungkai yang tidak cedera sebagai bidai. Anda bisa melakukan penarikan/traksi untuk mengurangi rasa nyeri, jika perjalanan menuju rumah sakit cukup jauh, dan terdapat orang yang bisa menggantikan anda saat anda sudah kelelahan. k. Tungkai atas Pada fraktur femur, bidai harus memanjang antara punggung bawah sampai dengan di bawah lutut pada tungkai yang cedera. Traksi pada cedera tungkai lebih sulit, dan resiko untuk terjadinya cedera tambahan akibat kegagalan traksi seringkali lebih besar. Sebaiknya jangan mencoba untuk melakukan traksi pada cedera tungkai kecuali jika orang yang membantu pembidaian telah siap untuk memasang bidai. l. Fraktur/dislokasi sendi lutut Cedera lutut membutuhkan bidai yang memanjang antara pinggul sampai dengan pergelangan kaki. Bidai ini dipasang pada sisi belakang tungkai dan pantat. m. Tungkai bawah 1. Imobilisasikan tungkai yang mengalami cedera untuk mengurangi nyeri dan mencegah timbulnya kerusakan yang lebih berat 2. Carilah bahan kaku yang cukup panjang sehingga mencapai jarak antara telapak tangan sampai dengan diatas lutut.

3. Carilah bahan yang bisa digunakan sebagai tali untuk mengikat bidai 4. Pastikan bahwa tungkai berada dalam posisi lurus 5. Letakkan bidai di sepanjang sisi bawah tungkai, sehingga bidai dalam posisi memanjang antara sisi bawah lutut sampai dengan dibawah telapak kaki 6. Pasanglah bidai pasangan di sisi atas tungkai bawah sejajar dengan bidai yang dipasang di sisi bawah tungkai 7. Ikatlah bidai pada posisi diatas dan di bawah lokasi fraktur. Pastikan bahwa lutut dan pergelangan kaki sudah terimobilisasi dengan baik 8. Pasanglah bantalan pada ruang kosong antara bidai dan lengan yang dibidai 9. Periksalah sirkulasi, sensasi dan pergerakan pada region distal dari lokasi pembidaian, untuk memastikan bahwa pemasangan bidai tidak terlalu ketat n. Fraktur/dislokasi pergelangan kaki 1. Cedera pergelangan kaki terkadang bisa diimobilisasi cukup dengan menggunakan pembalutan. Gunakan pola figure of eight: Dimulai dari sisi bawah kaki, melalui sisi atas kaki, mengelilingi pergelangan kaki, ke belakang melalui sisi atas kaki, kesisi bawah kaki, dan demikian seterusnya. 2. Bidai penahan juga bisa dipasang sepanjang sisi belakang dan sisi lateral pergelangan kaki untuk mencegah pergerakan yang berlebihan. Saat melalukan tindakan imobilisasi pergelangan kaki, posisi kaki harus selalu dijaga pada sudut yang benar. o. Telapak kaki p. Fraktur/dislokasi jari kak iSebagai tindakan pertama, cedera pada jari kaki sebaiknya dibantu dengan merekatkan jari yang cedera pada jari di sebelahnya.

Evaluasi pasca pembidaian Periksa sirkulasi daerah ujung pembidaian. Misalnya jika membidai lengan maka periksa sirkulasi dengan memencet kuku ibu jari selama kurang lebih 5 detik. Kuku akan berwarna putih kemudian kembali merah dalam waktu kurang dari 2 detik setelah dilepaskan.Pemeriksaan denyut nadi dan rasa raba seharusnya diperiksa di bagian bawah bidai paling tidak satu jam sekali. Jika pasien mengeluh terlalu ketat,

atau kesemutan, maka pembalut harus dilepas seluruhnya. Dan kemudian bidai di pasang kembali dengan lebih longgar. ( Dengan cara menekan sebagian kuku hingga putih, kemudian lepaskan. Kalo 1-2 detik berubah menjadi merah, berarti balutan bagus. Kalau lebih dari 1-2 detik tidak berubah warna menjadi merah, maka longgarkan lagi balutan, itu artinya terlalu keras ) ( Meraba denyut arteri dorsalis pedis pada kaki [ untuk kasus di kaki ]. Gambaran tanda hitam itu adalah tempat kita meraba arteri dorsalis pedis. Bila tidak teraba, maka balutan kita buka dan longgarkan ) ( Meraba denyut arteri radialis pada tangan [ untuk kasus di tangan ]. Gambaran tanda hitam itu adalah tempat kita meraba arteri redialis. Bila tidak teraba, maka balutan kita buka dan longgarkan ).

Jelaskan balutan bidai yang tepat diberikan pada saudara K ? Karena saudara K mengalami kecelakan, dan bidai yang tepat yang di berikan adalah Bidai keras Umumnya terbuat dari kayu, alumunium, karton, plastik atau bahan lain yang kuat dan ringan. Pada dasarnya merupakan bidai yang paling baik dan sempurna dalam keadaan darurat. Kesulitannya adalah mendapatkan bahan yang memenuhi syarat di lapangan. Contoh : bidai kayu, bidai udara, bidai vakum.

Jelaskan apakah saudara K perlu dilakukan OREF atau cukup dengan reduksi tertutup ?

Sangat penting jika di lakukan OREF karena saudara K,, mengalami kecelakaan, sedangkan reduksi tertutup, hanya pertolongan pertama saat terjadi kecelaakaan karena reduksi tertutup hanya mengembalikan fragmen-fragmen tulang sesuia dengan anatomis.

Jelaskan persiapan operasi pemasangan OREF

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan Penyebab fraktur adalah trauma. Fraktur patologis; fraktur yang diakibatkan oleh trauma minimal atau tanpa trauma berupa: Osteoporosis Imperfekta, Osteoporosis, Penyakit metabolik. Penyebab fraktur trauma, dibagi menjadi dua, yaitu : Trauma langsung, yaitu benturan pada tulang. Biasanya penderita terjatuh dengan posisi miring dimana daerah trokhanter mayor langsung terbentur dengan benda keras (jalanan). Trauma tak langsung, yaitu titik tumpuan benturan dan fraktur berjauhan, misalnya jatuh terpeleset di kamar mandi pada orangtua. Penatalaksanaan fraktur incomplet yaitu X.Ray, Bone scans, Tomogram, atau MRI Scans, Arteriogram : dilakukan bila ada kerusakan vaskuler, CCT kalau banyak kerusakan otot. Dapat juga dilakukan balut bidai Farmakologi yang tepat untuk pasien fraktur incomplete adalah analgetik, antibiotik, vit K, antibiotik TT ( Toksoid Tetanus ), antitrombolitik. B. Saran Sebagai seorang perawat harus memiliki kemampuan untuk melakuakan penatalaksanaan proses penyembuhan pasien fraktur. Seorang pasien menjalani sebuah metode ini harus diberi motivasi dan menjelaskan kekurangan dan kelebihan menggunakan bidai, gips dan traksi, agar tidak terjadi komplikasi perawat harus jeli dalam memonitor.

Daftar Pustaka

Black, Joyce M.1993 Medical Surgical Nursing W.B Sainders Company. Philadelpia Doenges, Marilyn E 1999. Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3 Made Kariasa, Nimade Sumarwati Editor Monicaester, Yasmin Asih EGC, Jakarta E. Oerswari 1989, Bedah dan Perawatannya, PT Gramedia. Jakarta Brunner dan Suddarth, 2002, Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 3, EGC, Jakarta

Anda mungkin juga menyukai