Anda di halaman 1dari 20

REFERAT

FRAKTUR GALEAZZI

Dosen Pembimbing:
dr. Wendy Hendrika Sp.OT

Disusun Oleh:
Sakina Shahab
1865050010

KEPANITERAAN KLINIK ILMU BEDAH


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA
JAKARTA
PERIODE 21 SEPTEMBER-31 OKTOBER 2020
BAB I
PENDAHULUAN

Fraktur Galeazzi merupakan cedera patah tulang yang melibatkan shaft radius dengan
dislokasi dari distal radoiulnar joint (DRJU), cedera ini menganggu aktivitas sendi
pergelangan tangan. Pola fraktur ini biasanya mencakup baik radius atau ulna lengan bawah
dengan dislokasi sendi radioularis proksimal atau distal (DRUJ).
Fraktur dislokasi Galeazzi dapat disebabkan oleh trauma energi rendah, seperti jatuh dari
posisi berdiri, ataupun trauma energi tinggi, seperti kecelakaan kendaraan bermotor atau jatuh
dari ketinggian. pembebanan aksial yang kuat dan torsi pada lengan bawah merupakan
mekanisme dari fraktur galeazzi.
Disrupsi dari DRUJ yang merupakan komponen dari fraktur ini membuat penanganan
fraktur radiusnya menjadi sulit, karena menyebabkan DRUJ dan fragmen fraktur menjadi tidak
stabil
Radiografi akan membantu menegakkan diagnosis, klasifikasi, dan membantu
menentukan tatalaksana yang paling tepat dalam penanganan fraktur Galeazzi. Kekeliruan
diagnosis seringkali terjadi akibat gangguan ligamen dari sendi cenderung sulit untuk dinilai.
Karena itu tulisan ini membahas lebih lanjut mengenai fraktur Galeazzi agar tatalaksana
yang sesuai dapat dilakukan pada kasus – kasus tersebut. Ketidaktepatan diagnosis dan
atatalaksana yang tidak sesuai dapat menyebabkan komplikasi berupa instabilitas sendi,
malunion, keterbatasan gerak sendi, nyeri kronis lengan bawah.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2. 1. Anatomi
1. Tulang radius
Tulang radius terletak pada sisi lateral. Secara umum tulang radius terbagi menjadi
tiga bagian pada sisi proksimal, yaitu caput (kepala), collum (leher), dan tuberositas.
Caput radius merupakan struktur disc-shaped yang membentuk sisi proksimal (proximal
end). Pada caput radius cekungan yang merupakan tempat artikulasi caput radius dengan
capitulum humerus (articularis capituli radii) sebagai bagian dari sendi siku, dan sisi luar
dari caput radius bersendi dengan radial notch ulna membentuk sendi radio-ulnar
proksimal.1
Inferior dari collum radius di sisi medial, terdapat tuberositas radii, protuberensia
tulang berbentuk oval yang merupakan tempat perlekatan otot. Pada corpus radius sisi
medial terdapat ridge yang merupakan perlekatan membrane interoseus yang
menghubungkan kedua tulang radius dan ulna.1
Bagian distal dari radius memiliki permukaan halus yang merupakan persendian
dengan dua tulang karpal membentuk sendi radio-karpal atau sendi pergelangan tangan.
Pada sisi medial dari distal radius merupakan notch ulnar, yang merupakan persendian
dengan caput ulna, membentuk sendi radio-ulnar distal. Pada ujung lateral radius terdapat
proyeksi yang merupakan prosesus stiloideus os radius, yang merupakan perlekatan
ligament yang menopang sisi lateral dari sendi pergelangan tangan. Dibandingkan dengan
prosesus stiloideus dari ulna, prosesus stiloideus radius lebih mengarah ke distal, sehingga
membatasi pergerakan deviasi lateral dari tangan dan sendi pergelangan.1
gambar 1. anatomi tulang radius

Tulang ulna terletak pada sisi medial, sejajar dengan tulang radius. Ujung proksimal
ulna berbentuk cekungan seperti bulan sabit (C-shaped). Sisi tersebut bersendi dengan
trochlea dari humerus membentuk articulatio humeroulnaris. Bagian proksimal dorsal
terdapat tonjolan yang disebut olecranon. Dataran radial ke arah volar terdapat incisura
radialis bersendi dengan caput radius membentuk articulatio radioulnaris proksimal.
Bagian distal dari ulna ukurannya lebih kecil berakhir membulat dengan dataran sendi
sirkumferensial articularis bertemu dengan incisura ulnaris dari radius membentuk
articulatio radio-ulna distal. Pada bagian dorsal terdapat penonjolan yang disebut sebagai
prosesus stiloideus ulna.1

Gambar 2. Anatomi tulang ulna


Tulang radius dan ulna dihubungkan oleh membrane interosseus (IOM) dan struktur
ligament pada sendi radio – ulnar proksimal atau proximal radio – ulnar joint (PRUJ), dan
sendi radio – ulnar distal atau proximal radio – ulnar joint (DRUJ).2
Sendi radio – ulnar distal (DRUJ) distabilisasi oleh kompleks fibrokartilago
triangular atau triangular fibrocartilage complex (TFCC). Kompleks ini melekat pada
fossa lunata dan notch sigmoid dari radius dan ujung dari TFCC melekat pada fovea dan
stiloideus ulna. Bagian distal ulnaris utamanya terstabilitsasi oleh ligamen radio – ulnar
palmar dan dorsal dari TFCC. Pada ptongan koronal, tiap ligament radio – ulnar terbagi
menjadi dua bagian. Bagian dalam (profunda) melekat pada fovea, dan bagian superfisial
melekat pada basis dan bagian tengah dari stiloideus ulna.2

Gambar 3 Anatomi tulang radius dan ulna

Gambar 4. Ilustrasi perlekatan profunda dan superfisial ligament radio – ulnar palmar (PRUL)
dan ligamen radio – ulnar dorsal (DRUL). Gambaran transversal (A) dan anteroposterior (B)2
Membran interoseus (IOM) merupakan struktur kompleks ligamen yang
meghubungkan batas interoseus dari radius dan ulna, serta menyalurkan beban dari radius
ke ulna. Struktur ini terdiri dari central band, proximal band, bagian membranosa, dan
accessory bands. Central band merupakan bagian terkuat dari IOM, berasal dari sepertiga
proksimal radius dan berinsersi pada seperempat distal ulna. Karena IOM tidak berlekatan
dengan sepertiga distal radius, fraktur pada bagian tersebut memiliki risiko lebih tinggi
untuk terjadinya shortening.2
Beberapa tarikan otot dapat meningkatkan risiko terjadinya deformitas pada fraktur
distal radius. Terdapat beberapa otot pada lengan bawah. Pada kompartemen anterior
terbagi menjadi tiga bagian, yaitu superfisial, media, dan profunda. Pada umumnya
kompartemen anterior berperan dalam gerakan fleksi dan pronasi pada lengan.
Kompartemen superfisial teradiri dari flexor carpi ulnaris, palmaris longus, flexor carpi
radialis, dan pronator teres. Kompartemen media terdiri atas flexor digitorum
superfisialis. Sedangkan kompartemen profunda teridri atas flexor digitorum profundus,
flexor policis longus, dan pronator quadratus.2

Gambar 5. Otot lengan bawah anterior superfisial


Gambar 6. Otot lengan bawah anterior profunda
Kompartemen posterior lengan bawah juga disebut sebagai otot ekstensor. Fungsi
utama dari kelompok otot ini adalah gerakan ekstensi pergelangan tangan. Kompartemen
ini secara anatomis dibagi menjadi dua bagian, profunda dan superfisial. Kompartemen
superfisial terdiri dari brachioradialis, extensor carpi radialis longu dan brevis, extensor
digitorum, extensor digiti minimi, extensor carpi ulnaris, dan anconeus. Sedangkan
kompartemen profunda terdiri dari supinator, abductor pollicis longus, ekstensor pollicis
longus dan brevis, dan ekstensor indicis.2

Gambar 7. Otot lengan bawah posterior superfisial2


Gambar 8. Otot lengan bawah posterior profunda2
Otot pronator quadratus menyebabkan tarikan rotasional dari radius distal.
Sedangkan otot brachioradialis menyebabkan tarikan pada fragmen distal fraktur radius
ke arah proksimal; otot abductor pollicis longus dan ekstensor pollicis brevis juga dapat
menyebabkan tarikan sehingga dapat terjadi shortening pada fraktur radius.2

Gambar 9. Ilustrasi anatomis regio antebrachii2


2.2 Definisi

Fraktur Galeazzi pertama kali diuraikan oleh Riccardo Galeazzi (1935) yaitu fraktur
pada 1/3 distal radius disertai dislokasi sendi radio-ulnar distal.
Fraktur Galeazzi Adalah cedera patah tulang yang melibatkan shaft radius dengan
dislokasi dari distal radioulnar joint (DRJU), cedera ini menganggu aktivitas sendi
pergelangan tangan.3
Menurut definisi, fraktur Galeazzi melibatkan fraktur poros dari radius manapun antara
tuberositas radial dan titik 2-4 cm proksimal pergelangan tangan, terkait dengan subluksasi
atau dislokasi dari ujung bawah ulna. Paling sering fraktur terjadi di persimpangan tengah
1/3 dan distal 1/3 antara penyisipan teres pronator dan persegi empat pronator.3
Terdapat variasi lain dari fraktur Galeazzi klasik, yaitu lesi Galeazzi-equivalent yang
sering terjadi pada anak – anak dan dewasa muda. Pada lesi Galeazzi – equivalent terjadi
fraktur pada radius dengan fraktur pada growth plate ulna, tanpa gangguan pada sendi
radio – ulnar distal. Bagian distal epifisis terpisah, namun ligamen dari sendi radio – ulnar
distal tidak terganggu. Hal ini dapat terjadi pada anak – anak, dimana epifisis cenderung
amsih lemah dibandingkan dengan kompleks ligamen yang menstabilkan sendi radio –
ulnar distal.2

2.3 klasifikasi
Terdapat beberapa klasifikasi dari fraktur Galeazzi. Klasifikasi fraktur Galeazzi
dijelaskan oleh, Walsh et al, Macule et al, dan Rettig dan Raskin.
Walsh et al membagi fraktur Galeazzi menjadi dua tipe. Yaitu tipe I (apex volar)
dimana terjadi displacement fragmen distal radius ke arah dorsal dan dislokasi distal
ulnaris ke arah anterior (volar). Jenis ini seringkali terjadi disebabkan oleh tekanan pada
lengan dalam posisi supinasi. Pada tipe II (apex dorsal), terjadi displacement fragmen
distal radius ke arah anterior dengan dislokasi distal ulna ke arah posterior (dorsal). Tipe
ini terjadi pada tekanan pada lengan dalam posisi pronasi.2
Gambar 10. Klasifikasi fraktur galeazzi menurut arah displacement radius. Fraktur tipe I (apex volar)
terjadi akibat tekanan langsung pada lengan posisi supinasi, menyebabkan displacement radius ke arah
dorsal dan dislokasi distal ulna ke arah volar. (A) Tipe II (apex dorsal) terjadi akibat tekanan pada
lengan dalam posisi pronasi, menyebabkan displacement radius ke arah anterior dan dislokasi distal ulna
kearah dorsal. (B)

Klasifikasi lainnya dari fraktur Galeazzi menurut Macule dkk membagi fraktur
berdasarkan jaraknya dari prosesus stiloideus, yaitu:4
Tipe I Fraktur radius terjadi 0 – 10 cm dari prosesus
stiloideus
Tipe II Fraktur radius terjadi 10 – 15 cm dari prosesus
stiloideus
Tipe III Fraktur radius terjadi lebih 15 cm dari prosesus
stiloideus
Tabel 1. Klasifikasi fraktur Galeazzi menurut Macule dkk

Selain itu terdapat juga klasifikasi menurut Rettig dan Raskin, yaitu:4
Tipe I Jarak antara permukaan mid-artikular radius distal
dan fraktur kurang dari 7.5 cm. sendi radio-ulnar
distal cenderung lebih tidak stabil
Tipe II Jarak antara permukaan mid-artikular radius distal
dan fraktur lebih dari 7.5 cm. hanya 6% yang
membutuhkan tindakan ORIF untuk sendi radio-
ulnar distal
Tabel 2. Klasifikasi fraktur galeazzi menurut Rettig dan Raskin
Gambar . klasifikasi fraktur galeazzi menurut Rettig dan Raskin

klasifikasi OTA fraktur distal radius/ulna

2.4 Mekanisme cedera


Gaya beban yang berat pada lengan bawah terhadap pergelangan tangan dalam
keadaan ekstensi dan pronasi maksimum adalah satu mekanisme cedera yang dilaporkan
terkait dengan fraktur Galeazzi; Namun, beberapa penulis mengatakan bahwa posisi supinasi
juga dapat menyebabkan cedera Galeazzi. Selain jatuh, mekanisme cedera lainnya ialah
kecelakaankendaraan bermotor, sengatan listrik, dan traumatumpul.
struktur anatomi memberi efek biomekanik pada bentuk fraktur dari galeazzi, otot
pronator quadratus menggunakan gaya rotasi pada distal radius dan membrane introsessous
bergeser dari radius menuju ke ulna. fragmen distal dari radius ditarik secara proksimal oleh
otot brachioradialis.
Beberapa penelitian menjelaskan mekanisme yang paling umum diterima adalah
aksial loading dan hiperpronasi dari lengan bawah, didapatkan bahwa rotasi menyebabkan
disrupsi dari triangular ligamen komplek dan ligamen DRUJ, namun penelitian yang
dilakukan Frykman mendapatkan fraktur Galeazzi dengan mekanisme direct dynamic axial
loading kemungkinan tanpa rotasi. Dislokasi akut dari DRUJ juga bisa terjadi pada posisi
supinasi. Mekanisme ini biasanya terjadi setelah terjatuh dengan tubuh rotasi dan
outstretched hand, Arah gaya dari radius ke ulna dan dari proksimal ke distal, melewati
radius ke membrana interosseous dan melewati DRUJ. Sehingga terjadi instabillity pada
DRUJ yang menyebabkan cedera DRUJ meliputi kapsul, avulsi ligamen palmar dan dorsal
radioulnar pada fovea, robeknya subsheat Ekstensor Carpi Ulnaris (ECU).

2.5 Gambaran klinis


Terdapat gejala fraktur dan dislokasi pada daerah distal lengan bawah. Adanya
tonjolan tulang atau nyeri pada ujung ulnar atau pergelangan tangan adalah manifestasi
yang paling sering ditemukan. Nyeri dapat bertambah berat bila sendi distal radio – ulnar
diregangkan. Nyeri dan edema pada jaringan lunak bisa didapatkan pada daerah fraktur
radius 1/3 distal dan pada pergelangan tangan. Cedera ini harus dikonfirmasi dengan
pemeriksaan radiologi. Namun, Instabilitas sendi radio – ulnar distal seringkali sulit untuk
didiagnosa melalui pemeriksaan klinis maupu juga radiologis. Kecurigaan secara klinis
dapat ditentukan ketika pasien datang dengan riwayat trauma, nyeri, keterbatasan gerak
supinasi dan pronasi. Pasien dapat merasakan adanya pergeseran pada sendi ketika lengan
digerakkan.5

2.6 pemeriksaan fisik

Melalui pemeriksaan fisik dapat ditemukan pembengkakan (swelling) pada bagian


distal lengan bawah, dapat juga tampak deformitas berupa angulasi maupun shortening.
Melalui perabaan didapatkan tenderness. Gerakan rotasi dari lengan bawah terbatas dan
nyeri akibat gangguan pada sendi radio – ulnar distal dan fraktur dari radius. Selain itu
juga dapat teraba penonjolan caput ulna pada bagian dorsal lengan. Bergantung pada
derajat keparahan fraktur dapat ditemukan deformitas dari lengan bawah dengan
shortening maupun angulasi dari radius.2
Tanda – tanda instabilitas sendi radio – ulnar distal dapat ditemukan melalui
beberapa pemeriksaan khusus yaitu piano – key sign, clunk test, dan press test.
1. Piano – key sign dilakukan dengan tangan pemeriksa memegang tulang radius
dan distal ulna, difiksasi menggunakan ibu jari dan telunjuk pemeriksa, dan
digerakkan ke dorsal dan palmar terhadap radius. Jika pergerakan ulna tidak
simteris, relatif terhadap sisi kontralateral nya, maka terdapat instabilitas sendi
radio – ulnar distal.
2. Clunk test dilakukan dengan memberikan gerakan pada lengan bawah secara
pasif dengan gerakan pronosupinasi. Tes dianggap positif jika teraba atau terasa
clicking atau clunk pada saat pergerakan.
3. press test pasien diminta untuk mengangkat dirinya dari posisi duduk dengan
menggunakan lengan yang sakit dan dianggap positif jika terdapat keterbatasan
atau pasien merasa nyeri.6

2.7 pemeriksaan radiologis

Dengan pemeriksaan roentgen diagnosis dapat ditegakkan. Foto radiologi lengan


bawah posisi anteroposterior (AP) dan lateral di perlukan untuk menegakkan diagnosis.
Foto radiologi ekstremitas kontralateral bisa diambil untuk perbandingan.
Temuan gambaran radiologis yang mengarah pada gangguan sendi radio – ulnar distal
(DRUJ) antara lain fraktur pada basis stiloid ulna, pelebaran dari celah sendi radio – ulnar
distal pada posisi anteroposterior, dan dislokasi atau subluksasi dari radius, pemendekan
radius >5mm relatif terhadap distal ulna, dan tampak asimetris dibandingkan sisi
kontralateral yang sehat pada posisi lateral. Namun cedera sendi radio - ulnar distal yang
ringan dapat memperlihatkan gambaran yang normal

Gambar 11 . Foto radiologis posisi anteroposterior menunjukkan fraktur Galeazzi klasik: fraktur
radius yang berbentuk oblik dan transversum dengan adanya dislokasi sendi radioulnar distal.8
Gambar 12. Gambaran X-ray posisi lateral memperlihatkan fraktur distal radius dan subluksasi
dorsal dari ulna8

Gambar 13. Gambaran x-ray posisi anteroposterior dari fraktur Galeazzi yang disertai dengan
dislokasi. Celah antara radius dan ulna distal dimana kedua tulang tersebut berartikulasi
tampak melebar.8
Gambar 14. Gambaran x-ray posisi anteroposterior dari fraktur Galeazzi yang disertai dengan
dislokasi memperlihatkan fraktur radius dengan angulasi dan gangguan dari sendi radio –
ulnar distal. Secara klinis tampak jelas deformitas berupa angulasi dan shortening dari radius
dan protrusi dari ulna.8

2.8 Tatalaksana
Tatalaksana fraktur Galeazzi pada anak – anak dan dewasa memiliki perbedaan. Pada
anak – anak, tatalaksana pilihan merupakan tatalaksana non – operatif, yang meliputi
reduksi tertutup yang dilakukan dengan anestesi umum, dilanjutkan dengan imobilisasi
menggunakan cast selama empat sampai enam minggu. Imobilisasi lengan dilakukan
dalam posisi supinasi untuk mempertahankan kestabilan reduksi dari sendi radio – ulnar
distal. Hasil yang memuaskan sangat bergantung dari stabilitas reduksi.2 Pada penelitian
Walsh dkk didapatkan dari 41 anak dengan fraktur Galeazzi, hanya dua diantaranya yang
membutuhkan tindakan ORIF.9
Pada beberapa kasus, tatalaksana operatif dibutuhkan pada anak – anak, dimana
reduks terututp radius dan sendi radio – ulnar distal tidak memungkinkan dan ketika
alignment anatomis yang didapatkan melalui reduksi tertutup tidak dapat dipertahankan.2
Sedangkan pada orang dewasa, fraktur Galeazzi sangat tidak stabil, sehingga tatalaksana
non-operatif tidak membuahkan hasil yang memuaskan. Pada penelitian Reckling dkk,
dari 40 pasien dengan fraktur Galeazzi, 11 pasien ditangani dengan terapi non – operatif
dan seluruh pasien tersebut menunjukkan outcome yang kurang baik. Seluruh pasien
mengalami restriksi gerakan pronasi dan supinasi akibat malunion dari fraktur radius,
disertai deformitas dan rasa tidak nyaman pada sendi radio – ulnar distal. 9 Oleh karena
fraktur ini memerlukan tindakan operatif untuk mencapai hasil yang maksimal maka
disebut juga sebagai “fracture of necessity”.2
Bagan 1. Algoritma tatalaksana fraktur Galeazzi pada anak – anak dan dewasa2

Fraktur pada radial shaft diperbaiki dengan fiksasi rigid. Setelah itu dilakukan
evaluasi stabilitas sendi radio-ulnar distal. Jika sendi didapatkan stabil, dilakukan
pemasangan K-wires.8 Stabilitas sendi radio-ulnar distal dinilai secara klinis dengan
melakukan gerakan pronasi dan supinasi. Sendi dianggap tidak stabil jika terdapat
translasi sendi radio-ulnar dan pergesaran ulnar head keluar dari sigmoid notch.3 Tidak
dibutuhkan tindakan operatif lebih lanjut jika sendi radio-ulnar distal dapat direduksi dan
dikonfirmasi stabil. Jika didapatkan instabilitas sendi, dilakukan evaluasi dan perbaikan
TFCC. Jika disertai dengan fraktur stiloid ulna yang mengakibatkan instabilitas sendi,
TFCC diperbaiki dengan lag screw atau tension band wire.10
Seperti fraktur lainnya, lamanya proses penyembuhan bergantung pada beberapa
faktor seperti keparahan cedera, kemampuan proses penyembuhan individu, dan
penggunaan ekstremitas. Rehabilitasi biasanya dimulai enam hingga elapan minggu
setelah dilakukannya tindakan operatif. Target dari rehabilitasi adalah kembalinya range
of motion dan kemampuan motorik maksimal dengan seminimal mungkin nyeri. Target
tersebut biasanya tercapai dalam 8 – 12 minggu pada pasien dengan aktivitas fisik yang
rendah – sedang. Pasien dengan aktivitas fisik yang tinggi (atlet, dan lain-lain)
membutuhkan waktu yang lebih lama, yaitu 12 – 16 minggu hingga tercapainya fungsi
motoric yang maksimal.10
Pada beberapa kasus, sendi radio-ulnar distal dapat irreducible, hal ini paling sering
isebabkan oleh adanya jaringan lunak yang menghalangi proses penyembuhan. Dalam hal
ini, jaringan lunak tersebut harus disingkirkan melalui tindakan operatif untuk
memperbaiki kembali stabilitas sendi.2

Gambar 15. Sendi radioulnar distal


Terfiksasi dalam supinasi dengan dua parallel Kirschner wires.

.Imobilisasi setelah reduksi pada fraktur Galeazzi yang terjadi pada anak – anak
dilakukan dengan cast above-elbow selama empat hingga enam minggu dengan posisi
lengan supinasi. Imobilisasi ini dilakukan untuk mengontrol gerakan lengan dan
mempertahankan reduksi sendi radio – ulnar distal. Pada orang dewasa, imobilisasi post
operasi juga dilakukan dengan cast dengan posisi lengan supinasi, terutama jika sendi
radio – ulnar distal tidak stabil atau irreducible setelah fiksasi menggunakan plate dari
fraktur radius. Posisi ini meminimalisir gerakan yang mengganggu stabilitas dari sendi
radio – ulnar distal, sehingga proses penyembuhan ligamen dan struktur dari sendi dapat
berlangsung dengan baik.10

2.9 komplikasi

1. Malunion: Reduksi nonanatomik dari fraktur radius disertai dengan kegagalan untuk
mengembalikan alignment rotasi atau lateral dapat mengakibatkan hilangnya fungsi
supinasi dan pronasi, serta nyeri pada range of motion. Ini mungkin memerlukan
osteotomy atau ulnar distal shortening untuk kasus-kasus di mana gejala pemendekan
dari radius mengakibatkan ulnocarpal impaction. 11
2. Nonunion: Ini jarang terjadi dengan fiksasi yang stabil, tetapi mungkin memerlukan
bone grafting.11
3. Compartement syndrome: kecurigaan klinis harus diikuti dengan pemantauan
tekanan kompartemen dengan fasciotomy darurat setelah didiagnosa sebagai sindrom
kompartemen.11
4. Cedera neurovaskuler:
 Biasanya iatrogenik.
 Cedera saraf radialis superfisial (dibawahnya brakioradialis) adalah beresiko
dengan pendekatan radius anterior.
 Cedera saraf interoseus posterior (di supinator) adalah beresiko dengan
pendekatan radius proksimal.
 Jika pemulihan tidak terjadi, eksplorasi saraf setelah 3 bulan.11
5. Radioulnar synostosis: Jarang terjadi (3% sampai 9,4% kejadian).
 Faktor risiko meliputi:
 Fraktur kedua tulang pada tingkat yang sama (11% kejadian).
 Closed head injury
 Penundaan operasi > 2 minggu.
 Satu sayatan untuk fiksasi kedua fraktur lengan bawah.
 Penetrasi pada membran interoseus oleh bone grafting atau screw, fragmen
tulang, atau peralatan bedah.

 Crush injury.

 Infeksi.
 Prognosis terburuk adalah dengan synostosis distal, dan yang terbaik adalah
dengan synostosis diafisis.11
6. Dislokasi rekuren: Ini bisa terjadi akibat dari malreduksi dari radius. Ini menekankan
bahwa perlunya pemulihan secara anatomi pada fraktur radius untuk memastikan
penyembuhan yang cukup dan fungsi biomekanik dari sendi radioulnar distal.11
DAFTAR PUSTAKA

1. BC Open Textbook. Chapter 8. Bones of the upper limb. Diunduh dari:


https://opentextbc.ca/anatomyandphysiology/chapter/8-2-bones-of-the-upper-limb/
2. Atesok K dkk. Galeazzi fracture. J Am Acad Orthop Surg. 2011;19:623 – 33.
3. Ertl J. P. Galeazzi Fracture. Medscape Reference; 2012 [updated 16/11/2012; cited
2012 27/11/2012]; Available from: http://emedicine.medscape.com/article/1239331-
overview#aw2aab6b2b1aa.
4. Fayaz HC dan Jupiter J. Galeazzi fractures: our modified classification and treatment
regimen. 2014. Massachussets General Hospital.
5. Fayaz HC dan Jupiter J. Galeazzi fractures: our modified classification and treatment
regimen. 2014. Massachussets General Hospital.
6. Mirghasemi AR dkk. Distal radioulnar joint instability. Geriatr Orthop Surg Rehabil.
2015:6(3); 225 – 9.
7. Ertl J. P. Galeazzi Fracture. Medscape Reference; 2012
8. Giannoulis, F. S., & Sotereanos, D. G. (2007). Galeazzi fractures and
dislocations. Hand clinics, 23(2), 153-163.
9. Walsh HP, McLaren CA, Owen R: Galeazzi fractures in children. J Bone Joint Surg
Br 1987;69(5):730-733.
10. Johnson NP, Smolensky A. Galeazzi fracture. 2019. StatPearls Publishing. Diunduh
dari: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK470188/

11. Solomon L, Warwick D, Nayagam S. Injuries of the forearm and wrist. In: (Solomon
L, Warwick D, Nayagam S. eds.) Apley’s System of Orthopaedics and Fractures.
Ninth Edition.UK: Hodder Arnold.2010; P.771-72.

Anda mungkin juga menyukai