PEMBAHASAN
2.1 SKOLIOSIS
2.1.4 Patofisiologi
Skoliosis dapat terjadi hanya pada daerah tulang spinalis termasuk rongga tulang
spinal. Lengkungan dsapat berbentuk S atau C. Derajat lengkungan penting untuk
di ketahui karena hal dapat menentukan jumlah tulang rusuk yang mengalami
pergeseran. Pada tingkat rootasi lengkungan yang cukup besar mungkin dapat
menekan dan menimbulkan keterbatasan pada organ penting yaitu paru-paru dan
jantung.
Aspek paling penting terjadinya deformitas adalah progresivitas pertumbuhan
tulang. Dengan terjadinya pembengkokan tulang vertebra ke arah lateraldi sertai
dengan rotasi tulang belakang. Maka akan diikutio dengan perkembangan
sekunder pada tulang vertebra dan iga. Oleh karena adanya gangguan
pertumbuhan yang bersifat progresif, di samping terjadi perubahan pada vertebra,
juga terdapt perubaahan pada tulang iga. Dimana bertambahnya kurva yang
menyebabkan deformitasi tulang iga semakin jelas.
Pada kanalis spinalis terjadi pendorongan dan penyempitan kanalis spinalis oleh
karena terjadinya penebalan dan pemendekan lamina pada sisi konkaf.
Kesimbangan lengkungan juga penting karena mempengaruhi stabilitas dadi
tulang belakang dan pergerakan panggul. Kelainan bentuk tulang punggung yang
disebut skoliosis ini berawal dari adanya syaraf yang lemah atau bahkan lumpuh yang
menarik ruas-ruas tulang belakang. Tarikan ini berfungsi untuk menjaga ruas tulang
belakang berada pada garis yangnormal yang bentuknya seperti penggaris atau lurus.
Tetapi karena suatu hal, diantaranya kebiasaan duduk yang miring, membuat sebagian
syaraf yang bekerja menjadi lemah. Bila ini terus berulang menjadi kebiasaan, maka
syaraf itu bahkan akan mati. Ini berakibat pada ketidakseimbangan tarikan pada ruas
tulang belakang. Oleh karena itu, tulang belakang penderita bengkok atau seperti huruf
S atau huruf.
2.1.6 Penatalaksanaan
Adapun pilihan terapi yang dapat dipilih, dikenal sebagai “The three O’s”
adalah :
a. Observasi
Pemantauan dilakukan jika derajat skoliosis tidak begitu berat, yaitu <25 pada
tulang yang masih tumbuh atau <50 pada tulang yang sudah berhenti
pertumbuhannya. Rata-rata tulang berhenti tumbuh pada saar usia 19 tahun.
Pada pemantauan ini, dilakukan kontrol foto polos tulang punggung pada
waktu-waktu tertentu. Foto kontrol pertama dilakukan 3 bulan setelah
kunjungan pertama ke dokter. Lalu sekitar 6-9 bulan berikutnya bagi yang
derajat <20 dan 4-6 bulan bagi yang derajatnya >20.
b. Orthosis
Orthosis dalam hal ini adalah pemakaian alat penyangga yang dikenal dengan
nama brace. Biasanya indikasi pemakaian alat ini adalah :
1) Pada kunjungan pertama, ditemukan derajat pembengkokan sekitar 25
2) Terdapat progresifitas peningkatan derajat sebanyak 25
Jenis dari alat orthosis ini antara lain :
a) Milwaukee
b) Boston
c) Charleston bending brace
c. Operasi
2.1.7 Komplikasi
Komplikasi seperti :
a. Kerusakan paru-paru dan jantung.
b. Sakit tulang belakang.
1. PEMERIKSAAN FISIK
a. Mengkaji skelet tubuh
Adanya deformitas dan kesejajaran. Pertumbuhan tulang yang abnormal akibat tumor
tulang. Pemendekan ekstremitas, amputasi dan bagian tubuh yang tidak dalam
kesejajaran anatomis. Angulasi abnormal pada tulang panjang atau gerakan pada titik
selain sendi biasanya menandakan adanya patah tulang.
b. Mengkaji tulang belakang
o Skoliosis (deviasi kurvatura lateral tulang belakang)
o Kifosis (kenaikan kurvatura tulang belakang bagian dada)
o Lordosis (membebek, kurvatura tulang belakang bagian pinggang berlebihan)
c. Mengkaji system persendian
Luas gerakan dievaluasi baik aktif maupun pasif, deformitas, stabilitas, dan adanya
benjolan, adanya kekakuan sendi
2. DIAGNOSA
a) Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan penekanan paru
b) Nyeri punggung berhubungan dengan posisi tubuh miring ke lateral
c) Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan postur tubuh yang tidak seimbang
d) Gangguan citra tubuh atau konsep diri yang berhubungan dengan postur tubuh yang
miring kelateral
ASUHAN KEPERAWATAN
PADA Tn.D DENGAN KASUS SKOLIOSIS
Pengkajian : tanggal 12/2/2009
Data Umum
Identitas Klien
Nama : Tn.D
Jenis kelamin : Laki-laki
Umur/ Tanggal lahir : 26 tahun/20 februari 1984
Status : Sudah kawin
Agama : Islam
Suku : Buton
Pekerjaan : buru bangunan
Alamat : Jln. Bunga kamboja Kemaraya
Tanggal MRS : 12/2/ 2009
Sumber Info : Klien dan keluarga
Penanggung Jawab
Nama : Ny. C
Jenis Kelamin : Perempuan
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Hubungan dengan Klien : Istri
Alamat : Jln.Bunga Matahari II NO. 1
Ket : : Laki-laki
: Perempuan
X : Meninggal
: Garis Katurunan
--------- : Serumah
: Klien
Dari genogram diatas dapat diketaui bahwa :
G1 : Ayah dan Ibu klien telah meninggal dunia karna faktor usia
G2 : Klien berada pada generasi ke 2 dan smempunyai 3 saudara perempuan dan masih
hidup sampai sekarang
G3 : Klien mempunyai 2 orang anak laki-laki dan 1 orang anak perempuan dan tinggal
serumah bersama klien dan istrinya
Riwayat Psiko-Sosial- Spritual
Pola Koping
Klien sulit menerima penyakit yang dideritanya
Harapan klien tentang penyakit
Klien berharap penyakitnya segera sembuh dan dapat berkumpul bersama keluarga di rumah
Faktor Stessor
Klien merasa jenuh berada dirumah sakit
Konsep Diri
Klien merasa terganggu karena penyakit yang dideritanya
Hubungan dengan anggota keluarga
Klien hidup rukun bersama istri dan anak-anaknya, saat dirumah sakit saudara klien juga sering
datang berkunjung.
Hubungan dengan masyarakat
Klien cukup dikenal dan hubungan dengan masyarakat baik
Aktivitas sosial
Klien mengurangi aktivitas di luar rumah
Bahasa yang sering digunakan
Klien menggunakan bahasa indonesia dan bahasa daerah
Kegiatan Keagamaan/ pola ibadah
Klien selalu menjalankan shalat 5 waktu
Kayakinan atas kesehatan
Klien tidak mengetahui tentang penyakitnya.
PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum
Tingkat kesadaran : Composmentis
Vital Sign
TD : 130/90 mmHg
P : 15x/m
N : 110x/m
Suhu : 36,5 oc
Head to toe
Kepala : bentuk kepala simetris
Penglihatan/ mata
Pupil : Isokor
Sklera : berwarna putih
Refleks Cahaya :+
Kulit
warna : sawo matang
Edema :-
Tekstur kulit : halus
Suhu : 36,5 oc
Hidung
Sinus : tidak ada radang
Perdarahan : tidak ada
Telinga
Bentuk dan posisi : simetris kiri dan kanan
Secret,serumen,benda asing,membrane timpani dalam batas normal.
Tidak terlihat adnya peradangan atau pendarahan.
Ketajaman pendengan (+)
Dada dan paru-paru
Bentuk dada tidak simetris kiri dan kanan
Ekstremitas
Kekuatan otot berkurang
Pola aktivitas terganggu
Klasifikasi Data
Data Subjektif :
Klien mengatakan nyeri pada punggung
Klien mengatakan kelelahan setelah mengangkat beban
Klien mengatakan malu akan penyakitnya
Klien mengatakan tidak dapat melakukan aktivitas seperti biasa
Klien mengatakan kesulitan dalam bernapas
Data Objektif:
Bahu yang tampak tidak sama tinggi
Tampak tonjolan skapula yang tidak sama
Tampak pinggul yang tidak sama
Klien terlihat susah bernapas
Klien tampak lemah
Wajah klien tampak meringis
Klien tidak mau bergaul dengan orang lain karna malu akan penyakitnya
ANALISA DATA
Deformitas
Skoliosis
Spino talakikus
Korteks serebri
Nyeri di persepsikan
Nyeri
2 Ds : Klien mengatakan Pembengkokan tulang vertebra Ketidakefektifan pola nafas
kesulitan dalam ke arah lateral
bernapas
Do : Klien terlihat susah Penekanan pada organ
bernapas (paru-paru dan jantung)
Konsep Asuhan Keperawatan Skoliosis 1. Pengkajian Pengkajian fisik meliputi: 2. Mengkaji skelet
tubuh 3. Adanya deformitas dan kesejajaran. Pertumbuhan tulang yang abnormal akibat tumor tulang.
Pemendekan ekstremitas, amputasi dan bagian tubuh yang tidak dalam kesejajaran anatomis.
Angulasi abnormal pada tulang panjang atau gerakan pada titik selain sendi biasanya menandakan
adanya patah tulang. 4. Mengkaji tulang belakang 5. Skoliosis (deviasi kurvatura lateral tulang
belakang), Kifosis (kenaikan kurvatura tulang belakang bagian dada), Lordosis (membebek, kurvatura
tulang belakang bagian pinggang berlebihan) 6. Mengkaji system persendian 7. Luas gerakan
dievaluasi baik aktif maupun pasif, deformitas, stabilitas, dan adanya benjolan, adanya kekakuan
sendi. 8. Mengkaji system otot 9. Kemampuan mengubah posisi, kekuatan otot dan koordinasi, dan
ukuran masing-masing otot. Lingkar ekstremitas untuk mementau adanya edema atau atropfi, nyeri
otot. 10. Mengkaji cara berjalan 11. Adanya gerakan yang tidak teratur dianggap tidak normal. Bila
salah satu ekstremitas lebih pendek dari yang lain. Berbagai kondisi neurologist yang berhubungan
dengan caraberjalan abnormal (mis. cara berjalan spastic hemiparesis – stroke, cara berjalan
selangkah-selangkah – penyakit lower motor neuron, cara berjalan bergetar – penyakit Parkinson). 12.
Mengkaji kulit dan sirkulasi perifer 13. Palpasi kulit dapat menunjukkan adanya suhu yang lebih panas
atau lebih dingin dari lainnya dan adanya edema. Sirkulasi perifer dievaluasi dengan mengkaji denyut
perifer, warna, suhu dan waktu pengisian kapiler. a. Pemeriksaan penunjang 1. Rontgen tulang
belakang. 2. X-Ray Proyeksi Foto polos : Harus diambil dengan posterior dan lateral penuh terhadap
tulang belakang dan krista iliaka dengan posisi tegak, untuk menilai derajat kurva dengan metode
Cobb dan menilai maturitas skeletal dengan metode Risser. Kurva structural akan memperlihatkan
rotasi vertebra : pada proyeksi posterior-anterior, vertebra yang mengarah ke puncak prosessus
spinosus menyimpang kegaris tengah; ujung atas dan bawah kurva diidentifikasi sewaktu tingkat
simetri vertebra diperoleh kembali. 3. Pengukuran dengan skoliometer (alat untuk mengukur
kelengkungan tulang belakang). 4. Skoliometer adalah sebuah alat untuk mengukur sudut kurvaturai.
Cara pengukuran dengan skoliometer dilakukan pada pasien dengan posisi membungkuk, kemudian
atur posisi pasien karena posisi ini akan berubahubah tergantung pada lokasi kurvatura, sebagai
contoh kurva dibawah vertebra lumbal akan membutuhkan posisi membungkuk lebih jauh dibanding
kurva pada thorakal. Kemudian letakkan skoliometer pada apeks kurva, biarkan skoliometer tanpa
ditekan, kemudian baca angka derajat kurva. Pada screening, pengukuran ini signifikan apabila hasil
yang diperoleh lebih besar dari 5 derajat, hal ini biasanya menunjukkan derajat kurvatura > 200 pada
pengukuran cobb’s angle pada radiologi sehingga memerlukan evaluasi yang lanjut. 5. MRI (jika
ditemukan kelainan saraf atau kelainan pada rontgen). B. Diagnosa 1. Ketidak efektifan pola nafas
berhubungan dengan penekanan paru. 2. Nyeri berhubungan dengan posisi tubuh miring ke lateral.
3. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan postur tubuh yang tidak seimbang. 4. Gangguan pola
tidur berhubungan dengan nyeri dan gangguan rasa nyaman. c. Intervensi Keperawatan Ketidak
efektifan pola nafas berhubungan dengan penekanan paru. Tujuan : Ketidakefektifan pola nafas
teratasi. Kriteria Hasil: Pola nafas efektif. INTERVENSI RASIONAL Kaji status pernapasan setiap 4 jam.
Memantau perkembangan untuk menentukan tindakan selanjutnya. Bantu dan ajarkan pasien
melakukan nafas dalam setiap 1 jam. Agar tidak terjadi sesak. Atur posisi semi fowler Untuk
meningkatkan ekspansi paru. Auskutasi dada untuk mendengarkan bunyi napas setiap dua jam.
Perubahan simetrisan dada menunjukan terjadi penekanan paruparu oleh tulang belakang. Pantau
tanda-tanda vital setiap 4 jam. Memantau perkembangan untuk menentukan tindakan selanjutnya.
Nyeri berhubungan dengan posisi tubuh miring ke lateral. Tujuan : Rasa nyeri teratasi. Kriteria Hasil:
Rasa Nyeri hilang atau kurang INTERVENSI RASIONAL Kaji tipe, intensitas, dan lokasi nyeri. Bermanfaat
dalam mengevaluasi nyeri, menentukan pilihan intervensi, menentkan evektivitas terapi. Atur posisi
yang meningkatkan rasa nyaman. Menurunkan tegangan otot dan koping adekuat. Pertahankan
lingkungan yang tenang. Meningkatkan rasa nyaman. Ajarkan relaksasi dan teknik distraksi. Untuk
mengalihkan perhatian, sehingga mengurangi nyeri. Anjurkan latihan postural secara rutin. Dengan
latihan posturan secara rutin mempercepat proses perbaiki posisi tubuh. Kaloborasi pemberian
analgetik. Untuk meredahkan nyeri. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan postur tubuh yang
tidak seimbang. Tujuan : Gangguan mobilitas fisik teratasi. Kriteria Hasil: Meningkatkan mobilitas fisik.
INTERVENSI RASIONAL Kaji tingkat mobilitas fisik. Pasien mungkin dibatasi oleh pandangan
diri/persepsi diri tentang keterbatasan fisik actual, memerlukan informasi/intervensi
untukmeningkatkan kemajuan ksehatan. Tingkatkan aktivitas jika nyeri berkurang. Memberikan
kesempatan untuk mengeluarkan energy, meningkatkan rasa control diri/harga diri, dan membantu
menurunkan isolasi social. Bantu dan ajarkan latihan rentang gerak sendi aktif. Meningkatkan
kekuatan otot dan sirkulasi. Libatkan keluarga dalam melakukan perawatan diri. Keluarga yang
kooperatif dapat meringankan petugas, dan memberikan kenyamanan pada pasien. Gangguan pola
tidur berhubungan dengan nyeri dan gangguan rasa nyaman. Tujuan : Pola tidur kembali normal
Kriteria hasil : Jumlah jam tidur tidak terganggu Insomnia berkurang, adanya kepuasan tidur Pasien
menunjukkan kesejahteraan fisik dan psikologi INTERVENSI RASIONAL Tentukan kebiasaan tidur yang
biasanya dan perubahan yang terjadi. Mengkaji perlunya dan mengidentifikasi intervensi yang tepat.
Berikan tempat tidur yang nyaman dan beberapa milik pribadi, misalnya ; bantal dan guling.
Meningkatkan kenyamanan tidur serta dukungan fisiologis/ psikologis. Buat rutinitas tidur baru yang
dimasukkan dalam pola lama dan lingkungan baru. Bila rutinitas baru mengandung aspek sebanyak
kebiasaan lama, stres dan ansietas dapat berkurang. Cocokkan dengan teman sekamar yang
mempunyai pola tidur serupa Menurunkan kemungkinan bahwa teman sekamar yang “burung hantu”
dan kebutuhan malam hari. dapat menunda pasien untuk terlelap atau menyebabkan terbangun.
Dorong beberapa aktifitas fisik pada siang hari, jamin pasien berhenti beraktifitas beberapa jam
sebelum tidur. Aktivitas siang hari dapat membantu pasien menggunakan energi dan siap untuk tidur
malam hari. Gunakan pagar tempat tidur sesuai indikasi, rendahkan tempat tidur bila mungkin. Pagar
tempat tidur memberikan keamanan dan dapat digunakan untuk membantu merubah posisi
D.Implementasi Implementasi sesuai rencana tindakan keperawatan. E.Evaluasi Setelah dilakukan
intervensi keperawatan, diharapkan: 1. Pola napas efektif Menunjukkan bunyi napas yang normal.
frekuensi dan irama napas teratur. 2. Nyeri hilang atau berkurang Melaporkan tingkat nyeri yang
dapat diterima. Memperlihatkan tenang dan rileks. Keseimbangan tidur dan istirahat
3.Meningkatkan mobilitas fisik Melakukan latihan rentang gerak secara adekuat. Melakukan
mobilitas pada tingkat optimal. Secara aktif ikut serta dalam rencana keperawatan. Meminta
bantuan jika membutuhkan 4.Pola tidur kembali normal.
2.2 LORDOSIS
2.2.1 Definisi Lordosis
Lordosis adalah kondisi dimana lumbal spinalis atau tulang belakang tepat diatas bokong
melengkung ke dalam. sedikit kelengkungan lordotik adalah normal. terlalu banyak
kelengkungan lordotik disebut lordosis. lordosis adalah kebalikan dari kifosis. tulang belakang
yang normal jika dilihat dari belakang akan tampak lurus. lain hal nya pada tulang belakang
penderita lordosis,akan tampak bengkok terutama di punggung bagian bawah.
Lordosis adalah kelainan pada vertebra lumbalis yang mengalami deviasi secara berlebihan
kebagian anterior. Orang yang mengalami kelainan ini, pinggangnya terlihat lebih menonjol
kedepan. Lordosis bisa disebabkan karenaperut penderita yang terlalu besar (obesitas atau
kehamilan), riketsia, atau kebiasaan yang salah. Hal ini dapat mengakibatkan timbulnya
berbagai gejala, seperti nyeripunggung bawah dan mengganggu pergerakan penderita, serta
dapat juga menimbulkan gangguan kencing dan buang air besar. Tulang belakang yang normal
jika dilihat dari belakang akan tampak lurus. Lain halnya pada tulang belakang penderita
lordosis, akan tampak bengkok terutama di punggung bagian bawah . Gejala yang timbul
akibat lordosis berbedabeda untuk tiap orang. Gejala lordosis yang paling sering adalah
penonjolan bokong. Gejala lain bervariasi sesuai dengan gangguan lain yang menyertainya
seperti distrofi muskuler, gangguan perkembangan paha, dan gangguan neuromuskuler.
Lordosis sendiri adalah penyakit kelainan pada tulang belakang yang menyebabkan punggung
penderita terlalu melengkung masuk pada daerah pinggang seseorang.
2. etiologi
Beberapa otot disekitar HIP dan tulang punggung menjadi tegang dan terkadang mejadi lemah
karena tidak ada nya keseimbangan/imbalance,dan ini sering dikenal sebagai lower crossed
syndrome(dikaitkan dengan posisi dari otot yang menegang dan otot yang melemah
berseberaangan) Seringkali,lordosis muncul di masa kecil tanpa diketahui penyebabnya. Hal
ini disebut benign lordosis remaja. Namun,lordosis dapat mempengaruhi orang-orang dari
segala usia. Penyebab potensial lain dari lordosis meliputi: a. Postur tubuh yang buruk Kondisi
tubuh dari seseorang yang sejak anak-anak hingga orang dewasa bisa menjadi salah satunya
penyebab penyakit lordosis karena, bisa menjadi bawaan hal yang buruk dari tulang
belakangnya. Dengan begitu, jika individu tersebut melakukan aktivitas dengan kesalahan
kesalahannya akan dapat memperparah penyakit pada pungggungnya yakni lordosis. Aktivitas
aktivitas tersebut seperti duduk sembarangan yang dapat merusak tulang punggung.
b.Kegemukan Salah satu penyebab terjadinya penyakit lordosis pada tulang punggung yakni
berat badan pada seseorang yang berlebih obesitas. Hal tersebut akan menjadi penyebab
terjadinya lordois karena badan yang ada pada individu tersebut tidak mampu menopang
berat badan yang ada pada individu tersebut. Kondisi ini akan membuat tulang pada
punggungnya menjadi terbebani dan masuk ke dalam punggung individu tersebut. c.
Osteoporosis (melemahnya tulang dengan usia)Ketika saat tua, seseorang akan sangat mudah
mengalami penyakit lordosis tersebut. Seperti yang telah terjadi saat ini, banyak orang tua
yang berjalan dengan membungkuk. Hal ini di sebabkan badan yang sudah tidak kuat lagi dari
orang lansia menjadi beban yang sangat berat dan sudah mulai rapuh. Sehingga tulang
pungung mereka akan rawan sekali terkena penyakit lordosis tersebut. d. Kyphosis
(kelengkungan luar berlebihan pada pertengahan kembali)Kifosis yang terjadi pada seseorang
akan pula menjadikan tulang punggungnya tersebut menjadi penyakit lordosis, karena tulang
punggung bawah yang ada pada individu tersebut mempunyai kerapuhan. Kerapuhan inilah
yang akan menjadi mudahnya terkena serangan penyakit lordosis sehingga, sangat sulit sekali
untuk berjalan karena kondisi badan yang membungkuk. e. Ganguan tulang belakang Sering
sekali orang yang terkena penyakit lordosis disebabkan karena adanya gangguan yang terjadi
pada tulang punggung mereka. Dengan adanya ganguan tersebut, maka akan sangat mudah
sekali tulang punggung tersebut rapuh dan tidak dapat menahan hal hal yang berat, sehingga
badan dan tulang punggung akan menjadi membungkuk. f.Alas kaki Alas kaki dengan hak
tinggi yang biasa dipakai oleh wanita saat ini akan meningkatkan resiko lordosis. Hak tinggi
menyebabkan pusat gravitasi tubuh berpindah ke depan dan peningkatan kelengkungan
tulang belakang. g. Spondylolisthesis (suatu kondisi dimana satu vetebra tergelincir ke depan
atau kebelakang relatif terhadap vetebra berikutnya) h. Discitis (gangguan disk antara tulang-
tulang belakang) i. Achondroplasia (bentuk dwarfisme )
Umumnya lordosis idiopatik terjadi pada anak-anak. Hal ini disebut benign juvenile lordosis.
Namun, lordosis dapat terkena pada umur berapapun. Penyebab lainnya adalah :
3. manifestasi klinik
Gejala yang timbul akibat lordosis berbeda-beda untuk tiap orang. Gejala lordosis yang paling
sering adalah penonjolan bokong. Gejala lain bervariasi sesuai dengan gangguan lain yang
menyertainya seperti distrofi muskuler,gangguan perkembangan paha, dan gangguan
Neoromuskuler. Pada lordosis, umumnya pasien tidak mengeluhkan gejala apapun, namun
jikamengalami hiperlordosis, makagejala yang timbul adalah berupa nyeri punggung bawah
hingga terganggunya cara berjalan. Nyeri punggung, nyeri yang menjalar ke tungkai dan
perubahan pola buang air besar dan buang air kecil dapat terjadi pada lordosis, tetapi jarang.
Jika terjadi gejala ini,dibutuhkan pemeriksaan lanjut oleh dokter atau ahli terapi tulang
belakang yang berpengalaman . Selain itu, gejala lordosis juga sering kali menyerupai gejala
gangguan atau deformitas tulang belakang lainnya , atau dapat di akibatkan oleh infeksi atau
cedera tulang belakang.
4. patofisologi
Tidak ditemukan sumber yang jelas mengenai patomekanisme terjadinya lordosis.Namun hal-
hal yang berkaitan dan merupakan factor resiko terjadinya lordosis pada seseorang adalah
usia, jenis kelamin, kegemukan, kehamilan, posturtubuh yang buruk, memakai alas kaki yang
tinggi, etnis, pekerjaan, aktivitas/olahraga, danIndeks Massa Tubuh seseorang.
lordosis menyebabkan terjadinya pembengkokan pada tulang dan penonjolan bokong. gejala
lain berfariasi sesuai dengan keadaan usia dan kesehatan seseorang.biasanya ditandai dengan
salah satu bentuk kelainan tulang punggung, di mana punggung yang seharusnya berberntuk
kurva dan simetris antara kiri dan kanan ternyata melengkung kedepan melebihi batas normal.
Kelainan ini di masyarakat awam sering disebut sebagai “Bungkuk”. Tidak ditemukan sumber
yang jelas mengenai patofisiologi terjadinya lordosis.Namun hal-hal yang berkaitan dan
merupakan factor resiko terjadinya lordosis pada seseorang adalah usia, jenis kelamin,
kegemukan, kehamilan, posturtubuh yang buruk, memakai alas kaki yang tinggi,
etnis,pekerjaan, aktivitas/olahraga, danIndeks Massa Tubuh seseorang.lordosis menyebabkan
terjadinya pembengkokan pada tulang dan penonjolan bokong. gejala lain berfariasi sesuai
dengan keadaan usia dan kesehatan seseorang.biasanya ditandai dengan salah satu bentuk
kelainan tulang punggung, di mana punggung yang seharusnya berberntuk kurva dan simetris
antara kiri dan kanan ternyata melengkung kedepan melebihi batas normal.
5. pemeriksaan penunjang
6. penatalaksanaan medis
Penanganan
Penanganan bergantung pada tingkat keparahan lordosis. Pada lordosis ringan mungkin
hanya diperlukan terapi Rehabilitasi Medik dan Fisioterapi. Sementara pada kasus yang berat
akan membutuhkan ortese khusus (Brace) yang membantu meluruskan kembali posisi tulang
belakang. Pada lordosis ekstrim seringkali dibutuhkan tindakan bedah. dan juga kasus yang
ringan dan non-progresif bisa diatasi dengan menurunkan berat badan (sehingga ketegangan
pada punggung berkurang) dan menghindari aktivitas berat. Jika kasusnya lebih berat, kadang
digunakan brace (penyangga) tulang belakang atau penderita tidur dengan alas tidur yang
kaku/keras. Jika keadaan semakin memburuk, mungkin perlu dilakukan pembedahan untuk
memperbaiki kelainan pada tulang belakang. Selain itu latihan peregangan spinal, tidur tanpa
bantal, serta menggunakan papan tempat tidur.
Pencegahan
Pencegahan meliputi:
pencegahan primer
pencegahan sekunder
Pencegahan sekunder bertujuan agar lordosis ditemukan sedini mungkin. Dan agar dapat
diketahui oleh seluruh aspek masyarakat.
Berolahraga teratur,
7. asuhan keperawatan
a. pengkajian
lakukan inspeksi terhadap pasien pada saat berdiri,duduk maupun berbaring. Perawat juga
harus mempertimbangkan factor perkembangan dan faktor lain yang mempengaruhi body
alignment.Mereview catatan kesehatan pasien untuk menentukan masalah keperawatan dan
medis baik yang lalu maupun yang sekarang.
1. Posisi berdiri
Lakukan inspeksi melalui sudut pandang secara : Anterior,Lateral dan posterior. Pasien dalam
posisi berdiri dengan kepala tegak dan mata lurus kedepan serta bahu dan pinggul harus lurus
dan sejajar, apabila posisi tidak sesuai dengan posisi berdiri yang benar maka dapat
diidentifikasikan bahwa ada gangguan pada otot dan tulang pasien.
2. Posisi duduk
Pada saat keadaan ini normalnya kepala dan dada akan akan memiliki keadaan yang sama
pada saat posisi berdiri yaitu kepala pasien harus tegak lurus dengan leher dan verterba
kolumna telapak kaki lurus berpijak pada lantai. Pasien yang dalam keadaan abnormal akan
mengalami kelemahan otot atau pralis otot serta adanya sensasi (kerusakan saraf)
3. Posisi berbaring
Letakan pasien pada posisi lateral semua bantal dan penyokong posisi dipindahkan dari
tempat tidur, kemudian tubuh ditopang dengan kasur yang cukup dan vertebra harus lurus
dengan alas yang ada . apabila dijumpai kelainan pada pasien, maka terdapat penurunan
sensasi atau gangguan sirkulasi serta adanya kelemahan.
4. Cara berjalan
Dikaji untuk mengetahui mobilitas dan kemungkinan resiko cedera akibat dari terjatuh, pasien
diminta berjalan sepanjang 10 langkah kemudian perawat memperhatikan hal-hal berikut ini
:
e. Jumlah langkah per menit (pace) 70-100 X per menit, kecuali pada orang tua mungkin 40 X
per menit.
b. diagnose
1. Nyeri b.d cedera fisik.
2. Gangguan mobilitas fisik b.d kontraktur.
3. Gangguan body image b.d perubahan bentuk tulang.
4. Resiko cedera b.d standing alignment dan sitting alignment yang jelek.
c. penetapan tujuan
1. Nyeri b.d cedera fisik.
NOC:
❖Comfort level
❖Pain control
❖Pain level
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama …. nyeri kronis pasien berkurang dengan
kriteria hasil:
❖Tidak ada gangguan tidur
❖Tidak ada gangguan konsentrasi
❖Tidak ada gangguan hubungan interpersonal
❖Tidak ada ekspresi menahan nyeri dan ungkapan secara verbal
❖Tidak ada tegangan otot
2. Gangguan mobilitas fisik b.d kontraktur.
NOC :
❖Joint Movement : Active
❖Mobility Level
❖Self care : ADLs
❖Transfer performance
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama….gangguan mobilitas fisik teratasi dengan
kriteria hasil:
❖Klien meningkat dalam aktivitas fisik
❖Mengerti tujuan dari peningkatan mobilitas
❖Memverbalisasikan perasaan dalam meningkatkan kekuatan dan kemampuan berpindah
❖Memperagakan penggunaan alat Bantu untuk mobilisasi
3. Gangguan body image b.d perubahan bentuk tulang.
NOC:
❖Body image
❖Self esteem
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama …. gangguan body image
pasien teratasi dengan kriteria hasil:
❖Body image positif
❖Mampu mengidentifikasi kekuatan personal
❖Mendiskripsikan secara faktual perubahan fungsi tubuh
❖Mempertahankan interaksi sosial
4. Resiko cedera b.d standing alignment dan sitting alignment yang jelek.
NOC :
Risk Kontrol
Safety Behavior
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama…. Klien tidak mengalami injury dengan
kriterian hasil:
❖Klien terbebas dari cedera
❖Klien mampu menjelaskan cara/metode untukmencegah injury/cedera
❖Klien mampu menjelaskan factor risiko dari lingkungan/perilaku personal
❖Mampumemodifikasi gaya hidup untukmencegah injury
❖Menggunakan fasilitas kesehatan yang ada
❖Mampu mengenali perubahan status kesehatan
d. intervensi
1. Nyeri b.d cedera fisik.
NIC :
Pain Manajemen
-Monitor kepuasan pasien terhadap manajemen nyeri
-Tingkatkan istirahat dan tidur yang adekuat
-Kelola anti analgetik ...........
-Jelaskan pada pasien penyebab nyeri
-Lakukan tehnik nonfarmakologis (relaksasi, masase punggung)
2. Gangguan mobilitas fisik b.d kontraktur.
NIC :
Exercise therapy : ambulation
▪Monitoring vital sign sebelm/sesudah latihan dan lihat respon pasien saat latihan
▪Konsultasikan dengan terapi fisik tentang rencana ambulasi sesuai dengan kebutuhan
▪Bantu klien untuk menggunakan tongkat saat berjalan dan cegah terhadap cedera
▪Ajarkan pasien atau tenaga kesehatan lain tentang teknik ambulasi
▪Kaji kemampuan pasien dalam mobilisasi
▪Latih pasien dalam pemenuhan kebutuhan ADLs secara mandiri sesuai kemampuan
▪Dampingi dan Bantu pasien saat mobilisasi dan bantu penuhi kebutuhan ADLs ps.
▪Berikan alat Bantu jika klien memerlukan.
▪Ajarkan pasien bagaimana merubah posisi dan berikan bantuan jika diperlukan
3. Gangguan body image b.d perubahan bentuk tulang.
NIC :
Body image enhancement
-Kaji secara verbal dan nonverbal respon klien terhadap tubuhnya
-Monitor frekuensi mengkritik dirinya
-Jelaskan tentang pengobatan, perawatan, kemajuan dan prognosis penyakit
-Dorong klien mengungkapkan perasaannya
-Identifikasi arti pengurangan melalui pemakaian alat bantu
-Fasilitasi kontak dengan individu lain dalam kelompok kecil
4. Resiko cedera b.d standing alignment dan sitting alignment yang jelek.
NIC : Environment Management (Manajemen lingkungan)
▪Sediakan lingkungan yang aman untuk pasien
▪Identifikasi kebutuhan keamanan pasien, sesuai dengan kondisi fisik dan fungsi kognitif
pasien dan riwayat penyakit terdahulu pasien
▪Menghindarkan lingkungan yang berbahaya (misalnya memindahkan perabotan)
▪Memasang side rail tempat tidur
▪Menyediakan tempat tidur yang nyaman dan bersih
▪Menempatkan saklar lampu ditempat yang mudah dijangkau pasien.
▪Memberikan penerangan yang cukup
▪Menganjurkan keluarga untuk menemani pasien.
▪Memindahkan barang-barang yang dapat membahayakan
▪Berikan penjelasan pada pasien dan keluarga atau pengunjung adanya perubahan status
kesehatan dan penyebab penyakit.
Konsep Asuhan Keperawatan Lordosis A. Pengkajian Perawat menggunakan riwayat
kesehatan dan pemeriksaan fisik untuk memperoleh data tentang pola pergerakan yang bisa
dilakukan seseorang. Data tersebut dikoordinasikan dengan riwayat perkembangan dan
informasi tentang latar belakang sosial dan psikososial pasien. Riwayat kesehatan meliputi
informasi tentang aktivitas hidup sehari-hari,pola ambulasi,alat bantu yang digunakan
(misal:kursi roda,tongkat,walker), dan nyeri (jika ada nyeri tetapkan lokasi,lama,dan faktor
pencetus) kram dan kelemahan. Pengkajian perlu dilakukan secara sistematis,teliti,dan
terarah. Data yang dikumpulkan meliputi data subjektif dan objektif dengan cara melakukan
anamnesis,pemeriksaan fisik,dan pemeriksaan diagnostik. Yang perlu diperhatikan adalah: 1.
Perhatikan postur tubuh klien(baik atau tidak) 2. Faktor kegemukan juga dapat mempengaruhi
lordosis dan kelainan lainnya. Pemeriksaan fisik meliputi : 1. Mengkaji skelet tubuh adanya
deformitas dan kesejajaran. Pertumbuhan tulang yang abnormal akibat tumor tulang.
Pemendekan ekstremitas,amputasi dan bagian tubuh yang tidak dalam kesejajaran anatomis.
Angulasi abnormal pada tulang panjang atau gerakan pada titik selain sendi biasanya
menandakan adanya patah tulang.Mengkaji tulang belakang(kurvatura tulang belakang
bagian pinggang berlebihan) 2. Mengkaji sistem persendian Luas gerak dievaluasi baik aktif
maupun pasif,deformitas,stabilitas,adanya benjolan dan kekakuan sendi. 3. Mengkaji cara
berjalan Adanya gerakan yang teratur yang dianggap tidak normal B. Diagnosis Keperawatan
1. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan penekanan paru 2. Nyeri berhubungan
dengan penekanan yang berlebihan pada tulang belakang 3. Gangguan mobilitas fisik
berhubungan dengan postur tubuh yang tidak seimbang 4. Gangguan pola tidur berhubungan
dengan nyeri dan gangguan rasa nyaman C. Intervensi Keperawatan Ketidakefektifan pola
nafas berhubungan dengan penekanan paru. Tujuan : Ketidakefektifan pola nafas teratasi
Kriteria Hasil : Pola nafas efektif INTERVENSI RASIONAL Kaji status pernafasan setiap 4 jam
sekali Memantau perkmbangan untuk mnentukan tindakan selanjutnya Bantu dan ajarkan
klien melakukan nafas dalam 1 jam Agar tidak terjadi sesak Atur posisi lateral (posisi klien
berbaring pada salah satu bagian tubuh dengan menoleh ke samping) yang bertujuan untuk
mengurangi Untuk meningkatkan kelurusan punggung yang baik lordosis dan meningkatkan
kelurusan pung-gung yang baik. Atur posisi supine Untuk memberikan posisi yang nyaman
pada tulang belakang Auskultasi dada untuk mendengarkan bunyi nafas setiap 2 jam
Perubahan simetrisan dada menunukan terjadi penekanan paruparu oleh tulang belakang
Pantau tanda-tanda vital setiap 4 jam Memantau perkembangan untuk menentukan tindakan
selanjutnya. Nyeri berhubungan dengan penekanan yang berlebihan pada tulang belakang
Tujuan : Rasa nyeri teratasi Kriteria Hasil : Rasa nyeri hilang atau berkurang INTERVENSI
RASIONAL Kaji tipe nyeri,dan lokasi nyeri Mengevaluasi nyeri,menentukan pilihan
intervensi,mengefektivitas terapi Atur posisi yang meningkatkan rasa nyaman Menurunkan
tegangan otot Ajarkan relaksasi Meningkatkan rasa nyaman Kolaborasi pemberian analgetik.
Untuk meredakan nyeri Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan postur tubuh yang
tidak seimbang Tujuan : Gangguan mobilitas fisik teratasi Kriteria Hasil : Meningkatkan
mobilitas fisik INTERVENSI RASIONAL Kaji tingkat mobilitas fisik Memerlukan
informasi/intervensi untuk meningkatkan kemajuan kesehatan Tingkatkan aktivitas jika nyeri
Memberikan kesempatan untuk berkurang mengeluarkan energi,meningkatkan rasa control
diri/harga diri Libatkan keluarga dalam melakukan perawatan diri Keluarga yang koorperatif
dapat meringankan petugas,dan memberikan kenyamanan pada klien Gangguan pola tidur
berhubungan dengan nyeri dan gangguan rasa nyaman Tujuan : Pola tidur kembali normal
Kriteria Hasil : Jumlah jam tidur tidak terganggu Insomnia berkurang,adanya kepuasan tidur
Klien menunjukkan kesejahteraan fisik dan psikologi INTERVENSI RASIONAL Tentukan
kebiasaan tidur yang biasanya dan perubahan yang terjadi Mengkaji perlunya dan
mengidentifikasi intervensi yang tepat Berikan tempat tidur yang nyaman dan beberapa milik
pribadi, misalnya ; bantal dan guling. Meningkatkan kenyamanan tidur serta dukungan
fisiologis/ psikologis Buat rutinitas tidur baru yang dimasukkan dalam pola lama dan
lingkungan baru Bila rutinitas baru mengandung aspek sebanyak kebiasaan lama, stres dan
ansietas dapat berkurang Dorong beberapa aktifitas fisik pada siang hari, jamin pasien
berhenti beraktifitas beberapa jam sebelum tidur Aktivitas siang hari dapat membantu pasien
menggunakan energi dan siap untuk tidur malam hari D. Implementasi Implementasi sesuai
rencana keperawatan. E. Evaluasi Setelah dilakukan intervensi keperawatan,diharapkan : 1.
Pola napas efektif Menunjukkan bunyi napas yang normal. frekuensi dan irama napas
teratur 2. Nyeri hilang atau berkurang Melaporkan tingkat nyeri yang dapat diterima.
Memperlihatkan tenang dan rileks. Keseimbangan tidur dan istirahat. 3. Meningkatkan
mobilitas fisik Melakukan mobilitas pada tingkat optimal. Secara aktif ikut serta dalam
rencana keperawatan. Meminta bantuan jika membutuhkan 4. Pola tidur kembali normal
Meningkatkan kualitas tidur Keseimbangan tidur dan istirahat
2.3 KIFOSIS
2.3.1 Definisi Kifosis
Penyakit Scheuermann adalah suatu keadaan yang ditandai dengan nyeri punggung dan
adanya bonggol di punggung (kifosis).Kifosis adalah suatu kelainan bentuk pada tulang
belakang yang bisa terjadi akibat trauma, gangguan perkembangan atau penyakit
degeneratif. Kifosis pada masa remaja juga disebut penyakit Scheuermann. Kifosis
adalah suatu kelainan bentuk pada tulang belakang yang bisa terjadi akibat trauma,
gangguan perkembangan atau penyakit degeneratif. Kifosis adalah salah satu bentuk
kelainan tulang punggung, di mana punggung yang seharusnya berbentuk kurva dan
simetris antara kiri dan kanan ternyata melengkung ke depan melebihi batas normal,
kelainan ini di masyarakat awam sering disebut sebagai Bungkuk .Lansia adalah
kelompok orang yang sedang mengalami suatu proses perubahan yang bertahap
dalam jangka waktu beberapa dekade. Lansia dimulai paling tidak saat pubertas
dan berlangsung sampai akhir masa kehidupan dewasa(Notoatmodjo, 2007).
Postur tubuh adalah garis optimal struktur kerangka manusia yang membentuk
tubuh seimbang sempurna. Postur tubuh yang buruk menyebabkan garis tersebut
tidaksesuai dengan struktur kerangka normal (Mckenzie, 2014).
Kifosis merupakan salah satu bentuk kelainan yang terjadi pada tulang belakang
manusia yang mnejadi bungkuk (Pudjiastuti, 2003).
A. ETIOLOGI
Tulang tunggal (vertebra) yang membentuk tulang belakang yang sehat terlihat seperti
silinder yang bertumpuk dalam sebuah kolom. Kifosis terjadi ketika tulang di punggung
atas menjadi lebih berbentuk baji. Deformitas ini dapat disebabkan oleh berbagai
masalah, termasuk: a. Osteoporosis. Gangguan pengeroposan tulang ini dapat
mengakibatkan tulang hancur (kompresi fraktur). Osteoporosis adalah yang paling
umum pada orang dewasa yang lebih tua, khususnya perempuan, dan pada orang yang
mengonsumsi kortikosteroid dalam dosis tinggi untuk jangka waktu yang lama. b.
Degenerasi disk. Disk lembut yang melingkar berfungsi layaknya bantal antara vertebra
tulang belakang. Seiring dengan bertambahnya usia, disk ini mengering dan menyusut,
yang seringkali memperburuk kifosis. c. Penyakit Scheuermann. Juga disebut kifosis
Scheuermann, penyakit ini biasanya dimulai selama lonjakan pertumbuhan yang terjadi
sebelum pubertas. Anak laki-laki lebih sering terkena penyakit ini daripada anak
perempuan. Lengkungan tulang belakang dapat berkembang semakin buruk ketika
masa pertumbuhan anak selesai. d. Cacat lahir. Jika tulang belakang bayi tidak
berkembang dengan baik di dalam rahim, tulang belakang kemungkinan tidak terbentuk
dengan benar, dan kemudian menyebabkan kifosis. e. Sindrom. Kifosis pada anak-anak
juga dapat dikaitkan dengan sindrom tertentu, seperti sindrom Marfan atau penyakit
Prader-Willi. f. Kanker dan pengobatan kanker. Kanker di tulang belakang dapat
melemahkan tulang dan membuatnya lebih rentan terhadap fraktur kompresi, seperti
halnya kemoterapi dan pengobatan radiasi untuk kanker. Peningkatan lengkungan pada
tulang belakang bagian atas juga dapat disebabkan oleh posisi tubuh yang sering
membungkuk. Disebut kifosis postural, kondisi ini tidak diakibatkan oleh cacat pada
tulang belakang. Kondisi ini adalah yang paling umum pada remaja.lansia maupun anak-
anak dan remaja saat ini yang sangat mudah meremehkan kesehatan mereka.
Penyebab penyakit ini sangat perlu diketahui bagi semua masyarakat, sebab dengan
adanya pengetahuan tersebut, sangat membantu untuk mencegah terjadinya kelainan
tulang ini. Kondisi ini tentu sangat tidak diinginkan dan agar tidak menyesal kedepannya
di saat sudah berlanjut ke usia lansia
1. Posisi duduk yang salah
2. Kelainan otot
3. Genetic
4. Kekurangan kalsium dan vitamin D
5. Pria lebih rentan
6. Lansia, karena diperparah oleh keadaan dengan osteoporosis
7. Arthritis degenerative tulang belakang yang dapat menyebabkan
kerusakan pada tulang ( tulang belakang ).
8. Ankylosing spondilitis, peradangan arthritis yang mempengaruhi tulang
belakang dan dekat sendi.
9. Gangguan jaringan ikat, seperti sindrom Marfan yang dapat
mempengaruhi jaringan ikat yang kemampuan untuk menahan sendi pada posisi
yang tepat.
10. Tuberkulosis dan infeksi tulang belakang lain, yang dapat
mengakibatkan kerusakan sendi.
11. Kanker atau tumor jinak yang memengaruhi tulang dan tulang belakang
12. Spina bifida, cacat lahir yang mana tulang belakang tidak membentuk
sepenuhnya dan menyebabkan cacat sumsum dan tulang belakang.
13. Kondisi yang menyebabkan kelumpuhan, seperti cerebral palsy, polio
dan kaku tulang.
B. SKEMA PATOFISOLOGI
Kelainan bawaan,kesalahan
duduk,deficit vit D dan kalsium
Tulang belakangC.
melengkung ke depan
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Forward bend test.
Pasien membungkuk ke depan dari pinggang, sementara memandang tulang
belakang dari samping. pembulatan dari punggung atas mungkin menjadi lebih
jelas dalam posisi ini. Dalam kyphosis postural, deformitas mengoreksi sendiri
saat Anda berbaring telentang
F. PENCEGAHAN
Pencegahan tersebut meliputi :
1. Duduk dengan posisi yang benar
2. Hilangkan kebiasaan bertopang dagu
3. Berolahraga teratur
4. Diet cukup vitamin D dan kalsium.
G. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan pengobatan untuk kyphosis tergantung pada tingkat keparahan /
besarnya kelengkungan Kifosis
1. Pada kyphosis ringan
Diperlukan terapi Rehabilitasi Medik
Diperlukan Fisioterapi.
Diperlukan Keiroprektik/ chiropractic
2. Pada kyphosis berat
Penggunaan Brace yang membantu meluruskan kembali posisi tulang belakang.
3. Pada kyphosis ekstrim
Tindakan bedah.
H. KOMPLIKASI
1. Body image problems. Remaja, khususnya, dapat mengembangkan citra
tubuh yang buruk dari memiliki a rounded back atau dari memakai penjepit untuk
memperbaiki kondisi tersebut.
2. Deformity punuk. The hump on the back may become prominent over
time.
3. Back pain. Dalam beberapa kasus, misalignment tulang belakang dapat
menyebabkan rasa sakit, yang dapat menjadi parah dan melumpuhkan.
4. Breathing difficulties. Dalam kasus yang berat, kurva dapat
menyebabkan tulang rusuk untuk menekan paru-paru Anda, menghambat
kemampuan Anda untuk bernapas.
5. Neurological signs and symptoms. Walaupun jarang, ini mungkin
termasuk kelemahan atau kelumpuhan kaki, akibat tekanan pada saraf tulang
belakang.
I. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
1. Identitas individu
a. Klien
b. Penanggung jawab
2. Riwayat kesehatan
a. Riwayat kesehatan sekarang
b. Riwayat kesehatan masa lalu
c. Riwayat kesehatan keluarga
3. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum
b. Sistem integumen
c. Kepala, wajah, leher
d. Mata
e. Telinga dan hidung
f. Mulut dan tenggorokan
g. Toraks dan paru-paru
h. Kardiovaskuler
i. Abdomen
j. Urogenitalia dan anus
k. Muskuloskletal
l. Neurologis
4. Aktivitas sehari-hari
a. Kemandirian
b. Ketergantungan
5. Sosial ekonomi
a. Penggunaan waktu luang
b. Hubungan dengan orang lain
c. Kegiatan organisasi
d. Penyaluran hobi
e. Rekreasi
f. Alasan tidak mengikuti kegiatan
g. Penghasilan yang dipunyai
h. Sumber dana
6. Psikologis
a. Kecemasan
b. Persepsi
c. depresi
d. Berduka
e. Paranoid
f. Orientasi
1) Penilaian
2) Perhatian
3) Konsentrasi
4) Memori
5) Isi dan proses fikir
6) Alam perasaan dan afek
7) Kelianan mental
7. Spiritual
a. Agama
b. Pelaksanaan ibadah
c. Kegiatan keagamaan
d. Persiapan kematian
e. Penyelesaian masalah
f. Persepsi terhadap tuhan
J. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Resiko ketidakefektifan pola nafas b.d penurunan ekspansi paru
2. Nyeri b.d membengkoknya saraf nyeri
3. Gangguan citra tubuh b.d kelainan bentuk tulang belakang(bungkuk)
4. Kurang pengetahuan b.d kurangnya informasi
K. INTERVENSI KEPERAWATAN
Dx. 1
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan klien menyatakan pola nafas
kembali efektif
kriteria hasil :
RR 16 – 20x/mnt
Sesak nafas (-)
Intervensi Rasional
a. Observasi a. Membanyu
pola napas, menentukan intervensi
b. Berikan b. Meningkatkan
posisi semi fowler ekspansi paru
c. Ajarkan c. Memaksimalkan
teknik nafas dalam persediaan O2
d. Kolaborasi d. Membantu
dalam pemberian O2 memenuhi O2 klien
Dx. 2
Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan klien menyatakan nyeri hilang
atau terkontrol dengan kriteria hasil:
Skala nyeri 1-3
Ekspresi wajah rileks
Intervensi Rasional
a. Kaji skala nyeri a. Mengetahui
tingkat keparahan nyeri
b. Ajarkan tekhnik b. Merelaksasi otot
relaksasi nafas dalam sehingga mengurangi nyeri
c. Mengurangi
c. Ajarkan klien
keparahan kifosis
cara duduk yang benar
d. Memperbaiki
d. Anjurkan klien
kelainan tulang
tidur tanpa bantal jika
klien tidak sesak nafas e. Golongan obat
e. Kolaborasi pereda nyeri
dalam pemberian
analgetik
Dx. 3
Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan klien menyatakan percaya diri
meningkat dengan kriteria hasil:
Klien mampu menerima keadaan dirinya
Klien mampu menggunakan koping yang tepat
Intervensi Rasional
a. Observasi persepsi a. Pasien yang
klien terhadap kifosis. putus asa memandang
kifosis sebagai kelainan
dan harus di beri
b. Dengarkan keluhan motivasi
pasien b. Meringankan
c. Libatkan pasien stressor klien
dalam tiap tindakan c. Mengurangi
kecemasan dan
menambah semangat
klien akan adanya
d. Berikan kunjungan harapan keberhasilan
oleh penderita kifosis terapi
e. Menggali
kemampuan lain yang
dimiliki untuk modal
hidup mandiri
Dx. 4
Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan pengtahuan klien meningkat
dengan kriteria hasil:
Klien paham dan dapat menjelaskan kembali tentang pengertian, penyebab dan
penatalaksanaan kifosis
Klien mampu melaksanakan penatalaksanaan kifosis
Intervensi Rasional
a. Kaji tingkat a. Mengetahui
pengetahuan sejauh mana tingkat
pengetahuan tentang
kifosis
b. Berikan penjelasan b. Dengan
tentang pengertian, penyebab memahami pengertian,
dan penatalaksanaan kifosis penyebab dan
penatalaksanaan
diharapkan klien secara
mandiri dapat
c. Anjurkan untuk mengurangi efek
bertanya negatif dari kifosis
c. Untuk
mendapatkan /
menjelaskan dimana
klien tidak paham
d. Evaluasi tingkat tentang penjelasan
pengetahuan perawat
d. Mengetahui
sejauh mana tingkat
pengetahuan setelah
diberikan penjelasan
DAFTAR PUSTAKA
- Potter, Perry.2006.Konsep Proses dan praktik, Fundamental Keperawatan, vol. 2, edisi 4. Penerbit
buku kedokteran EGC.
Helmi, ZN. 2010. Buku Ajar gangguan muskuloskeletal . Jakarta: EGC Muttaqin, A. 2013. Buku saku
gangguan muskuloskeletal. Aplikasi pada Praktik Klinik Keperawatan. Jakarta: EGC Muttaqin, A. 2008.
Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Sistem Muskuloskeletal. Jakarta: EGC.