Anda di halaman 1dari 15

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

SKOLIOSIS
Definisi

Tulang belakang atau kolumna vertebra berlokasi di bagian sentral atau posterior dari
tubuh. Merupakan bagian yang penting dari tubuh dan memiliki banyak fungsi. Tulang
belakang sangat diperlukan sebagai pembentuk struktur tubuh, flexibilitas, menyokong dan
pergerakan dari tubuh. Pergerakan dengan melekat pada otot di bagian belakang, yang
berada di bagian posterior tulang iga. Tulang belakang juga berfungsi untuk menutupi dan
melindungi sum-sum tulang.1
Skoliosis berasal dari kata Yunani yang berarti lengkungan, mengandung arti kondisi
patologi. Merupakan deformitas tulang belakang yang menggambarkan deviasi vertebra ke
arah lateral dan rotasional. Skoliosis didefinisikan sebagai kelengkungan tulang belakang ke
arah lateral yang memiliki sudut Cobb lebih dari 10o.2

Epidemiologi

Skoliosis merupakan kelainan tulang belakang yang sering terjadi. Angka kejadiannya
tergantung pada sudut kelengkungan yang terbentuk. Menurut Kane diperkirakan bahwa
skoliosis ≥ 10o terjadi pada 25 per 1.000 penduduk. Penyebab yang paling sering ditemukan
masih idiopatik. Dan skoliosis yang terjadi pada anak-anak lebih berat dibandingkan dengan
dewasa. Hal ini terjadi dikarenakan progresifitas pertumbuhan kelengkungan tulang belakang
pada anak-anak terjadi lebih cepat. Selain itu, insiden skoliosis juga meningkat pada orang-
orang yang memiliki kelainan neuromuskuler atau faktor predisposisi lainnya.3
Berdasarkan pada The National Scoliosis Foundation, di Amerika Serikat didapatkan
skoliosis pada 6.000 orang. Dan 2% hingga 4% adalah idiopatik skoliosis pada dewasa.
Idiopatik skoliosis pada dewasa atau Adolescent Idiopathic scoliosis (AIS) terhitung pada
80% dari kasus idiopatik skolisosis dan sering terjadi berumur antara 10 hingga 16 tahun.
Terbanyak pasien idiopatik skoliosis pada dewasa adalah wanita, tapi insidensi bervariasi,
tergantung pada derajat kelengkungan dan tipe dari skoliosis. Ciri khas pada pasien skoliosis
adalah berpostur tubuh yang tinggi. Wanita dewasa yang skoliosis saat remaja dengan
kelengkungan thoraks ke arah kanan. AIS meliputi antara pria dan wanita, tapi tidak dengan
rasio yang sama. Kelengkungan tulang belakang sering terdapat pada daerah thorak atau
thorakolumbal dan pada banyak kasus seringnya melengkung ke arah kanan. Perbedaan
insiden antara pria dan wanita berhubungan dengan derajat kelengkungan. Bagaimanapun,
pada pasien dengan kelengkungan tulang belakang 25o atau lebih, sering terjadi pada wanita.1
Juvenile idiopathic soliosis atau Skoliosis pada anak-anak hampir sama dengan
dewasa. Perempuan lebih banyak terkena pada tipe ini. Kelengkungan skoliosis pada anak-
anak seringnya ke arah kanan. Karena tingginya rasio progresi kelengkungan dan perlunya
operasi maka skoliosis pada tipe ini disebut dengan malignansi subtipe dari adolescent
idiopatik skoliosis.1

Klasifikasi4
1. Nonstruktural

Adalah skoliosis yang bersifat reversibel (dapat dikembalikan ke bentuk semula), dan
tanpa perputaran (rotasi) dari tulang punggung. Terdiri dari :

a. Skoliosis postural : Disebabkan oleh kebiasaan postur tubuh yang buruk

b. Spasme otot dan rasa nyeri, yang dapat berupa :

 Nyeri pada spinal nerve roots : skoliosis skiatik


 Nyeri pada tulang punggung : dapat disebabkan oleh inflamasi atau
keganasan
 Nyeri pada abdomen : dapat disebabkan oleh apendisitis
c. Perbedaan panjang antara tungkai bawah

 Actual shortening
 Apparent shortening :
1. Kontraktur adduksi pada sisi tungkai yang lebih pendek

2. Kontraktur abduksi pada sisi tungkai yang lebih panjang

2. Sruktural

Adalah skoliosis yang bersifat irreversibel dan dengan rotasi dari tulang punggung

a. Idiopatik (tidak diketahui penyebabnya) : 80% dari seluruh skoliosis


 Bayi : dari lahir – 3 tahun
 Anak-anak : 4 – 9 tahun
 Remaja : 10 – 19 tahun (akhir masa pertumbuhan)
 (iV) Dewasa : > 19 tahun
b. Osteopatik

 Kongenital (didapat sejak lahir)


1. Terlokalisasi :

a. Kegagalan pembentukan tulang punggung (hemivertebrae)

b. Kegagalan segmentasi tulang punggung (unilateral bony bar)

2. General :

a. Osteogenesis imperfecta

b. Arachnodactily

 Didapat
1. Fraktur dislokasi dari tulang punggung, trauma

2. Rickets dan osteomalasia

3. Emfisema, thoracoplasty

c. Neuropatik

1. Kongenital

 Spina bifida
 Neurofibromatosis
2. Didapat

 Poliomielitis
 Paraplegia
 Cerebral palsy
 Friedreich’s ataxia
 Syringomielia
Manifestasi Klinis5

Ketidaklurusan tulang belakang ini akhirnya akan menyebabkan nyeri persendian di


daerah tulang belakang pada usia dewasa dan kelainan bentuk dada, hal tersebut
mengakibatkan :

a. Penurunan kapasitas paru, pernafasan yang tertekan, penurunan level oksigen akibat
penekanan rongga tulang rusuk pada sisi yang cekung.

b. Pada skoliosis dengan kurva kelateral atau arah lengkungan ke kiri, jantung akan
bergeser kearah bawah dan ini akan dapat mengakibatkan obstruksi intrapulmonal

atau menimbulkan pembesaran jantung kanan, sehingga fungsi jantung akan


terganggu.

Di bawah ini adalah efek skoliosis terhadap paru dan jantung meliputi :

 Efek Mild skoliosis (kurang dari 20o tidak begitu serius, tidak memerlukan
tindakan dan hanya dilakukan monitoring)

 Efek Moderate skoliosis (antara 25 – 40o ), tidaklah begitu jelas , namun suatu
study terlihat tidak ada gangguan, namun baru ada keluhan kalau dilakukan
exercise.

 Efek Severe skoliosis (> 400 ) dapat menimbulkan penekanan pada paru,
pernafasan yang tertekan, dan penurunan level oksigen, dimana kapasitas paru
dapat berkurang sampai 80%. Pada keadaan ini juga dapat terjadi gangguan
terhadap fungsi jantung.

 Efek Very Severe skoliosis (Over 1000 ). Pada keadaan ini dapat terjadi
trauma pada pada paru dan jantung, osteopenia and osteoporosis .

Diagnosis

a. Anamnesis

Pada Skoliosis dengan kelengkungan kurang dari 200, tidak akan menimbulkan
masalah. Namun, keluhan yang muncul adalah rasa pegal. Sedangkan pada kelengkungan 20
– 40 derajat, penderita akan mengalami penurunan daya tahan dalam posisi duduk atau
berdiri berlama-lama. Bila lengkungan ke samping terlalu parah, yaitu ukuran kurva di atas
400 akan menyebabkan kelainan bentuk tulang belakang yang cukup berat, keluhan akan
semakin berat seiring dengan berjalannya pertumbuhan tulang.5
b. Pemeriksaan Fisik

Pada pemeriksaan fisik didapatkan pada posisi berdiri atau membungkukkan badan ke
arah depan atau belakang, kemiringan atau asimeteris dari bahu dan pelvis, tidak sama
panjang antara ukuran kaki kiri dengan kaki kanan.6

Pemeriksaan fisik pada skoliosis2

Terdapat ciri- ciri penting yaitu7 :

1. Tulang belakang melengkung secara abnormal ke arah samping.


2. Bahu kanan dan bahu kiri tidak simetris. Bahu kanan lebih tinggi daripada
bahu kiri.
3. Pinggang yang tidak simetris, salah satu pinggul lebih tinggi atau lebih
menonjol daripada yang lain.
4. Ketika membungkuk ke depan, terlihat dadanya tidak simetris.
5. Badan miring ke salah satu sisi, paha kirinya lebih tinggi daripada paha kanan.
6. Ketika memakai baju, perhatikan lipatan baju yang tak rata ,batas celana yang
tak sama panjang.
7. Untuk Skoliosis yg Idiopatik kemungkinan terdapat kelainan yang
mendasarinya, misalnya neurofibromatosis yang harus diperhatikan adalah
bercak “café au lait” atau Spina Bifida yang harus memperhatikan tanda hairy
patches (sekelompok rambut yg tumbuh di daerah pinggang).
8. Pasien berjalan dengan kedua kaki lebar.
9. Perut menonjol.
10. Sedangkan pada kasus yang berat dapat menyebabkan :

a. Kepala agak menunduk ke depan


b. Punggung lurus dan tidak mobile
c. Pangggul yang tidak sama tinggi

Kebanyakan pada punggung bagian atas, tulang belakang membengkok ke kanan dan
pada punggung bagian bawah, tulang belakang membengkok ke kiri; sehingga bahu kanan
lebih tinggi dari bahu kiri. Pinggul kanan juga mungkin lebih tinggi dari pinggul kiri. Selain
itu pada inspeksi dapat dilihat bila penderita disuruh membungkuk maka akan terlihat
perbedaan secara nyata ketinggian walaupun dalam keadaan tegap bisa dalam keadaan
normal.7

Salah satu pemeriksaan fisik adalah dengan cara “The Adam’s Forward Bending
test”. Pemeriksaan dilakukan dengan melihat pasien dari belakang yaitu dengan
menyuruhnya membungkuk 90° ke depan dengan lengan menjuntai ke bawah dan telapak
tangan berada pada lutut.. Temuan abnormal berupa asimetri ketinggian iga atau otot-otot
paravertebra pada satu sisi. Deformitas tulang iga dan asimetri garis pinggang tampak jelas
pada kelengkungan 30° atau lebih.7

Jika pasien dilihat dari depan asimetri payudara dan dinding dada mungkin terlihat.
Tes ini sangat sederhana, hanya dapat mendeteksi kebengkokannya saja tetapi tidak dapat
menentukan secara tepat kelainan bentuk tulang belakang. Pemeriksaan neurologis (saraf)
dilakukan untuk menilai kekuatan, sensasi atau reflex.7

Posisi Bending untuk skrining skoliosis7


Pemeriksaan Penunjang
Pencitraan

Penilaian pasien skoliosis dari segi radiografi dimulai dari sisi anteroposterior dan
lateral dari seluruh tulang belakang. Sebagai tambahan, pemeriksaannya sebaiknya juga
termasuk sisi lateral dari lumbal, untuk menilai adanya spondilosis atau spondilolystesis
(prevalensi di populasi secara umum ada sekitar 5%). Kurva atau kelengkungan skoliosis ini
lalu diukur dari sisi AP. Metode yang paling sering digunakan (digunakan oleh Scoliosis
Research Society ) adalah metode Cobb.4

1. Metode Cobb

Metode Cobb sudah digunakan sejak tahun 1984 untuk mengukur sudut pada posisi
erect PA. Pengukuran dengan sudut Cobb sangat berguna pada pemeriksaan pasien dengan
posisi PA/AP. Sudut Cobb ditemukan dengan menarik garis dari sudut inferior dan superior
vertebrae dari kelengkungan. Sudut tersebut menghubungkan garis tegak lurus dengan
endplates.1

Sudut Cobb sangat berguna dalam menentukan beda antara skoliosis dan asimetris
dari vertebrae. Sudut kurang 100 hingga 150 pada sudut Cobb lebih menunjukkan bahwa telah
terjadi asimetris daripada skoliosis. Sudut Cobb juga dapat memonitor kemajuan koreksi dari
kelengkungan selama penggunaan bracing atau observasi perbaikan. Bagaimanapun, pada
pengukuran sudut Cobb tidak bisa menentukan adanya vertebral rotation atau aligment dari
tulang belakang.1

Metode Cobb ini memiliki beberapa keuntungan dibandingkan dengan metode lain.
Selain itu metode ini lebih tepat bahkan jika pasien diperiksa oleh pemeriksa lainnya. Selain
itu juga masih ada metode lain yaitu metode Risser-Ferguson, yang lebih jarang digunakan.4

Pada awalnya, seseorang harus ditentukan terlebih dahulu apa jenis/tipe dari
kelengkungan pada skoliosisnya tersebut. Lengkungannya bisa jadi akut, seperti yang terlihat
pada fraktur atau hemivertebra. Setiap adanya anomali pada costa atau vertebre harus
dilaporkan. Scoliosis secara umum dapat digambarkan berdasarkan lokasi kelengkungannya,
seperti yang ada digambar berikut ini :4
Pola skoliosis4

Pemeriksa seharusnya juga menentukan apakah titik kelengkungan tersebut mengarah


ke kanan atau ke kiri. Jika kelengkungannya ada ada dua, maka masing-masing harus
digambarkan dan diukur.4

Untuk menggunakan metode Cobb, pertama kita harus menetukan mana saja yang
merupakan end vertebrae. Masing-masing dari end vertbrae ini adalah yang dibatasan atas
dan bawah dari kelengkungan yang miring paling jauh mengarah ke kelengkungannya. Jika
kita sudah memilih vertebrae tersebut, lalu gambarlah garis sepanjang endplate bagian atas
dan bawah, sebagimana digambarkan dibawah ini.4

Pengukuran skoliosis berdasarkan metode Cobb4

Jika ujung endplate sulit dinilai, maka garis ini dapat digambarkan disepanjang atas
dan bawah dari pedikel. Sudut yang didapatkan adalah sudut yang terdapat diantara dua garis
tersebut. namun, jika sudut yang terbentuk itu kecil, bisa saja kedua garis tersebut
berpotongan di gambarnya saja, seperti Downtown Seattle. Pada saat melaporkan
penghitungan sudut skoliosis ini maka kita harus menerangkan bahwa metode yang dipakai
dalam pengukuran ini adalah metode Cobb dan juga mana ujung-ujung dari vertebrae yang
telah kita pilih unutk diukur. Peranannya disini adalah jika kita telah memilih vertebrae
tersebut, maka kita harus menggunakan vertebrae yang sama dalam proses follow up
selanjutnya, agar hasil yang didapatkan lebih tepat dan pasti dalm menilai kemajuan atau
perbaikan yang ada. Sekali seseorang telah diukur kelengkungannya, lalu dapat diperkirakan
derajat rotasi (perputaran) dari vertebre pada apexnya dengan melihat hubungan dari pedikel
ke garis tengahnya (midline).4

Pengukuran perputaran (rotasi) dari pedikel pada skoliosis.4

Pada gambar A. Menunjukkan neutral position (tidak ada rotasi) gambar B merupakan
derajat 1 gambar C derajat 2 gambar D derajat 3 dan gambar E derajat 4. Pada posisi frontal
terlihat kelengkungan tulang belakang ke arah lateral, yang berhubungan dengan terbelah
pada garis imajiner dan sebagian vertebra pada sisi lengkung yang terpisah ke arah luar,
kedua dan didalam atau garis tengah ketiga (garis vertikal pada A-E).4

Yang berguna bagi tim bedah adalah gambaran lateralnya, yang digunakan untuk
menilai derajat rigidaitas atau kekakuan dan fleksibelitas dari kelengkungan tersebut. Pada
gambar dibawah ini dapat dinilai bahwa kelengkungan yang utama atau pangkalnya adalah
dari thorakal (thorakal curve) dengan lumbal sebagai lanjutannya.4
“bending film” dapat membedakan skoliosis structural dan non struktural4

2. Metode Ferguson
Metode Ferguson merupakan metode lain dalam pencitraan yang bisa digunakan
dalam menentukan kelengkungan yang merupakan kelengkungan primer vertebrae ataupun
lanjutan dari kelengkungan tersebut. Metode Ferguson tidak bisa menentukan ada atau tidak
ada bungkuk pada pasien. Pasien harus bisa berdiri atau tidak bisa duduk. 2 Posisi dapat
ditentukan melalui posisi yang pertama posisi PA berdiri tegap sehingga dapat terlihat
seluruh tulang belakang pada hasil foto (atau paling kurang regio thorak dan lumbal) dan
pasien yang diberi bantuan untuk posisi tersebut. Kedua, pasien diminta untuk berdiri dengan
1 kaki dan dielevasikan 2 hingga 4 inchi pada sandaran. Elevasi kaki harus menghadap sisi
lengkung dari kelengkungan tulang belakang pasien. Pada PA dengan posisi terlungkup
merupakan hambatan pada pasien. Maka pada kedua posisi tersebut dapat dibantu dengan
mengelevasikan kaki pasien.1
Keuntungan pada metode Ferguson adalah bisa mendeteksi adanya kelengkungan
yang sekunder pada pasien yang tidak bisa berdiri tegap tapi bisa duduk tegap. Pada pasien
yang duduk, diberikan bantalan 3 hingga 4 inchi yang diletakkan pada bokong pasien yang
menghadap ke arah sisi lengkung dari kelengkungan tulang belakang pasien. Ini akan cukup
untuk mengelevasikan dan dapat menunjukkan koreksi kelengkungan dengan posisi PA
tersebut.1
Gambar 10. Proyeksi dengan posisi PA berdiri memperlihatkan 2 kelengkungan
tulang belakang : kelengkungan lumbal primer 42o dan lanjutan dari kelengkungan 16o
berlokasi pada superior kelengkungan primer.1

COBB ANGLE

Sensitivitas dan Spesifisitas Radiografi Dada

Sensitivitas dan spesifisitas dengan foto thoraks dan TLSR (Thoraco-Lumbar


Standing Radiographs) dengan mengenai kelengkungan tulang belakang disediakan pada
Tabel 3. Mengenai kurva toraks, sensitivitasnya tinggi (93,94%), tetapi spesifisitasnya rendah
(61,67%).

Sebaliknya, ada sensitivitas rendah dan spesifisitas tinggi pada torak-lumbar, lumbar,
dan kelengkungan mayor ganda. Kurva toraks kanan pada radiografi dada menunjukkan
kurva tulang belakang yang normal (4,8%), kurva torak-lumbar kanan (7,0%), konvexitas
kurva mayor ganda kanan ke kiri (10,8%), kurva toraks kiri (1,1%), kurva toraks-lumbal kiri
(10,8%), dan kurva lumbar kiri (16,1%) pada TLSR. Kecenderungan perubahan kurva toraks
kanan dari radiografi dada ke TLSR dapat dikategorikan sehubungan dengan kurva pola
bentuk S, dengan 83,3% kurva toraks pada radiografi dada milik pola ini (Tabel 4).
Lengkungan toraks kiri dalam foto rontgen dada ditunjukkan dalam TLSR sebagai
kelengkungan tulang belakang normal (12,5%), konveksitas kurva mayor ganda kiri ke kanan
(6,3%), kurva lumbar kiri (8,3%), kurva toraks-lumbar kanan (4,2%), dan kurva lumbar
kanan (6,3%). Selain itu, 75,0% dari mereka milik kurva bentuk S terbalik (Tabel 5).

Kekurangan dan Kelebihan

Sudut Cobb telah menjadi subjek berbagai penelitian reliabilitas. Dari sudut pandang
intraobserver, sudut Cobb seorang praktisi tunggal akan bervariasi di mana saja dari 2-5
derajat, tergantung pada apakah gambar tersebut adalah radiografi film biasa, CT, atau studi
MRI.9 Variabilitas antar pemeriksa adalah sayangnya jauh lebih tinggi, kira-kira 20 derajat
atau lebih tinggi dalam beberapa penelitian.10

Selain tingkat variabilitas pengukuran yang tinggi, bahkan pengukuran sudut Cobb
terbaik hanya sebagus film yang digunakan. Weinert menunjukkan perubahan dalam
pengukuran anatomi dengan hanya sedikit perubahan tambahan dalam penentuan posisi
pasien dalam model praktik radiografi yang digunakan di perguruan tinggi chiropraktik.
Dalam studi ini, sepuluh derajat rotasi, misalnya, menyebabkan perubahan enam milimeter
pada lebar sakrum, serta perbedaan enam milimeter antara ketinggian kepala femur.
Seseorang dapat memprediksi kesulitan dalam mengulangi x-ray dari pasien skoliosis dengan
derajat rotasi panggul yang jelas, yang menciptakan sejumlah besar distorsi proyeksi. Selain
itu, radiografi skoliosis sebaiknya diambil dengan sinar sentral yang terletak pada tingkat
vertebra apikal skoliotik. Ini membantu menciptakan satu titik asal untuk mengukur studi
banding di masa depan pada radiografi 14'x36 tulang belakang penuh. Karena metode ini
gagal untuk memperhitungkan masalah-masalah seperti perubahan posisi panggul pada studi
berikutnya, film full-spine cocok untuk variabilitas tinggi, bahkan ketika sudut Cobb diambil
dengan keandalan 100%.11

Kerugian lain menggunakan sudut Cobb untuk mengevaluasi skoliosis adalah


kurangnya validitasnya. Banyak tanda dan gejala skoliosis, seperti berkurangnya fungsi paru,
mungkin lebih terkait dengan perpindahan rotasi yang disebabkan oleh skoliosis
dibandingkan dengan komponen lentur lateral. Sudut Cobb, bagaimanapun, tidak
memperhitungkan rotasi tulang belakang, karena ini murni pengukuran dua dimensi. Untuk
mengakomodasi jebakan-jebakan ini, bentuk-bentuk pengukuran tambahan telah dibuat,
seperti scoliometer, dan langkah-langkah rotasi vertebral Nash-Moe dan Perdriolle.
Sebaliknya, ahli bedah melaporkan pengurangan signifikan dalam pengukuran sudut Cobb
setelah arthrodesis tulang belakang. Meskipun ada koreksi yang dilaporkan, sebanyak 40%
dari pasien ini akan diklasifikasikan sebagai cacat permanen akibat operasi, namun sudut
Cobb berkurang.12

FERGUSON ANGLE

Metode Ferguson, atau yang disebut sebagai metode tengah kurva, ditentukan dengan
cara mencari titik-titik tengah dari vertebra atas, apikal, dan bawah dari lengkungan utama
yang terdapat pada foto rontgen anteroposterior dari tulang belakang yang mengalami
skoliosis. Pertemuan dari garis-garis lurus yang menghubungkan titik-titik tengah dari setiap
vertebra terminal dari tulang belakang apikal menghasilkan sebuah sudut.(13,14)

Walaupun beberapa literatur lebih memilih untuk menggunakan metode Cobb, masih
terdapat dukungan yang kuat untuk metode Ferguson meskipun jumlahnya lebih sedikit.
Sejumlah sumber mengatakan bahwa lebih mudah untuk menentukan titik tengah dari
vertebra pada foto rontgen daripada menentukan batas atas dan bawah dari bagian tengah
vertebra tersebut. Dikatakan juga bahwa kesalahan yang penting dari metode Cobb terletak
pada kesulitan dalam menggambar garis lurus yang sejajar dengan permukaan ellips, suatu
kesulitan yang dapat menghasilkan kesalahan kumulatif bahkan hingga sebesar 10.(15,16)

Sementara itu, terdapat masalah-masalah yang berkaitan dengan metode Ferguson,


salah satunya yang sering dibicarakan adalah ambiguitas yang ada dalam menentukan titik
tengah ketika apeks terbentuk dari dua vertebra atau ketika struktur dari vertebra apikal
mengalami kelainan yang signifikan. Dikatakan juga bahwa penggunaan dari metode
Ferguson telah berkurang karena metode tersebut tidak akurat dan tidak dapat digunakan
secara tepat oleh lebih dari satu pemeriksa.(17,18)
DAFTAR PUSTAKA

1. Consolini. Deborah M .Thrombocytopenia in Infants and Children. Pediatric in Review.


American Academy of Pediatrics; 2011, p. 135-151.
2. Buchanan. George R. Thrombocytopenia During Childhood: What the Pediatrician Need
to Know. Pediatric in Review. American Academy of Pediatrics; 2005, p. 401-409.
3. Permono. H. Bambang dkk. Buku Ajar Hematologi-Onkologi Anak. Cetakan Kedua.
Ikatan Dokter Anak Indonesia; 2006.
4. Sumarmo S. Poorwo, Soedarmo dkk. Buku Ajar Infeksi dan Pediatri Tropis. Edisi Kedua.
Ikatan Dokter Anak Indonesia; 2008.
5. Napitupulu. Herald A. Laporan Kasus: Sepsis. Anastesia and Critical Care; 2010, h. 50-
58.
6. Yaguchi A, Lobo FLM, Vincent J-L, Pradier O. “Platelet function in sepsis”. J Thromb
Haemost; 2004, p. 2,2096–2102.
7. Knoebl P. ”Blood Coagulation Disorders in Septic Patients”. Wien Med Wochenschr ;
2010, p. 160,129-138.
8. Oh Chang Hyun, Kim Chan Gyu, Lee Myoung Seok, et al. Usefulness of Chest
Radiographs for Scoliosis Screening: A Comparison with Thoraco-Lumbar Standing
Radiographs. 2012;1186-1187.
9. Kuklo TR, Potter BK, Schroeder TM, OBrien MF. Comparison of manual and digital
measurements in adolescent idiopathic scoliosis. Spine 2006;31:12401246
10. Killian JT, Mayberry S, Wilkinson L. Current concepts in AIS. Pediatric Annals
1999;28:755-761.
11. Weinert D. Influence of Axial Rotation on Chiropractic Pelvic Radiographic Analysis. J
Manipulative Physiol Ther 2005;28:117-121
12. Danielsson AJ, Nachemson AL. Radiographic findings and curve progression 22 years
after treatment for adolescent idiopathic scoliosis. Spine 2001;26:515-525
13. Robinson EF, Wade WD: Statistical assessment of two methods of measuring scoliosis
before treatment. Can Med Assoc J. 1983; 129: 839-41
14. Lusskin. R: Curves and angles: a comparison of scoliosis measurement. Clin Orthop
1962; 23: 232-235
15. George K, Rippstein J: A comparative study of the two popular methods of measuring
scoliotic deformity of the spine. J Bone Joint Surg [Am] 1961; 43: 809-18
16. Marklund T: Scoliosis angle. Conceptual basis and proposed definition. Acta Radiol
[Diagn] (Stockh) 1978; 19: 78-8
17. Riseborough EJ, Herndon JH: Scoliosis and Other Deformities of the Axial Skeleton,
Little, Boston, 1975: 16-17
18. Keim HA (ed): The Adolescent Spine, 2nd ed, Springer-Verlag, New York, 1982: 142-
148

Anda mungkin juga menyukai