Anda di halaman 1dari 22

SISTEM PERKEMIHAN

PEMERIKSAAN BNO-IVP DAN PEMERIKSAAN


LABORATORIUM

Oleh :

RINI HANDRIANI ( 1714314201045 )


RONNY ISWAHYUDI ( 1714314201046 )
LILY MASRIANI ( 1714314201042 )
YULIUS PANCA SEPUTRA (1714314201049 )

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MAHARANI


PROGRAM S1 ILMU KEPERAWATAN
2018
A. PEMERIKSAAN BNO- IVP
Cara – cara pemeriksaan traktus urinarius dapat dilakukan dengan
berbagai cara, salah satunya adalah intravena pyelografi (IVP) dan setiap
pemeriksaan traktus urinarius harusnya dibuat terlebih dahulu foto polos
abdomen. Yang harus diperhatikan pada foto ini adalah bayangan, besar
(ukuran), dan posisi kedua ginjal.
Intravena pyelografi (IVP) merupakan pemeriksaan dasar dari
pemeriksaan radiologis traktus urinarius dengan menggunakan media kontras
dan biasanya mendahului pemeriksaan lain. Pemeriksaan ini dianggap
menguntungkan karena bisa menunjukkan atau menampakkan seluruh system
traktus urinarius.
Referat ini akan membahas mengenai pengertian dan tujuan
pemeriksaan BNO-IVP, anatomi dan fisiologi ginjal, cara membaca hasil
pemeriksaan BNO-IVP, gambaran radiologis pada penyakit ginjal, prostat, dan
organ traktus urinarius lainnya, persiapan pemeriksaan BNO-IVP, juga
kelebihan dan kekurangan pemeriksaan BNO-IVP

1. Definisi Pemeriksaan BNO-IVP

Pemeriksaan diagnostik kontras radiologi BNO-IVP adalah ilmu


yang mempelajari prosedur atau tata cara pemeriksaan ginjal, ureter, dan
buli-buli menggunakan sinar-x dengan melakukan injeksi media kontras
melalui vena. Pada saat media kontras diinjeksikan melalui pembuluh darah
dan dikumpulkan dalam ginjal dan saluran kemih, sehingga ginjal dan
saluran kemih menjadi berwarna putih. Dengan IVP, dokter ahli radiologi
dapat melihat dan mengetahui anatomi serta fungsi ginjal ureter dan buli-
buli. Pada pemeriksaan khusus BNO ditemukan adanya cacat pengisian dan
pada IVP batu ginjal atau buli-buli serta hidronefrosis pada pemeriksaan
sonografi.

2. Tujuan Pemeriksaan BNO-IVP


Tujuan dari pemeriksaan kontras radiologi BNO-IVP adalah untuk
mendapatkan gambaran radiologi dari letak anatomi dan fisiologi serta
mendeteksi kelainan patologis dari ginjal, ureter, dan buli-buli. Pemeriksaan
ini juga bertujuan menilai keadaan anatomi dan fungsi ginjal. Selain itu
BNO-IVP dapat mendeteksi adanya batu semi-opak ataupun batu non opak
yang tidak dapat terlihat oleh foto polos abdomen. Jika BNO-IVP belum
dapat menjelaskan keadaan sistem saluran kemih akibat adanya penurunan
fungsi ginjal, sebagai penggantinya adalah pemeriksaan pielografi
retograde.
BNO-IVP mampu mendokumentasikan aliran kontras pada batu ginjal
atau BSK dan juga dapat melihat aliran kontras pada saluran kemih bagian
atas. Hasil foto radiologi tersebut daat diinterpretasikan oleh dokter ahli
radiologi. Ketidaksiapan dalam mempersiapkan foto BNO-IVP dapat
menyebabkan terjadinya kesalahan prosedur dan menghasilkan hasil foto
radiologi yang tidak diharapkan.
Gambaran planar yang standar dari seri BNO-IVP menunjukkan
bahwa hanya kesatuan sistem yang berperan dalam melakukan
pengumpulan zat yaitu ginjal dan ureter. Disamping itu juga, data tomografi
komputer yang diperoleh sebelumnya digunakan untuk endapat alasan klinis
yang terpisah dan sebagai pembukti hanya berfungsi pada satu sistem
pengumpul ginjal. Pada awalnya, tampak bahwa baik pelvis ginjal dan
ureter duplikasi disebabkan oleh fenomena yang sama dan karena itu dapat
digambarkan sebagai salah satu artefak tunggal.
Indikasi pemeriksaan Bno-IVP ini antara lain untuk melihat batu
ginjal, batu saluran kemih, radang ginjal, radang pada saluran kemih, batu
ureter, tumor, dan hipertrofi prostat.

3. Anatomi Ginjal
Ginjal terletak pada bagian dorsal dari rongga abdominal pada tiap
sisi dari aorta dan vena kava, tepat pada posisi ventral terhadap beberapa
vertebra lumbal yang pertama. Ginjal dikatakan retroperitoneal, artinya
terletak di luar rongga peritoneal. Ginjal kanan terletak sedikit lebih rendah
daripada ginjal kiri karena besarnya lobus hepatis kanan. Secara
mikroskopis, sebuah ginjal dengan potongan memanjang memberi dua
gambaran dua daerah yang cukup jelas. Daerah perifer/tepi yang beraspek
gelap diebut korteks, dan selebihnya yang agak cerah disebut medulla,
berbentuk piramid terbalik. Secara mikroskopis, korteks yang gelap tampak
diselang dengan interval tertentu oleh jaringan medulla yang berwarna agak
cerah, disebut garis medulla (medullary rays). Substansi korteks di sekitar
garis medulla disebut labirin korteks. Medulla tampak lebih cerah dan
tampak adanya jalur-jalur yang disebabkan oleh buluh-buluh kemih yang
lurus dan pembuluh darahnya.

Gambar 1. Anatomi Ginjal

4. Fisiologi Ginjal
Alatas et al (2002) menjelaskan fungsi ginjal sebagai organ
ekskresi. Ginjal memilki fungsi utama dalam menjaga keseimbangan
internal dengan jalan menjaga komposisi cairan ekstraselular. Untuk
melaksakan hal itu sejumlah besar cairan difiltrasi di glomerulus dan
kemudian direabsopsi dan disekresi di sepanjang nefron sehingga zat-zat
yang berguna diserap kembali dan sisa-sisa metabolisme dikeluarkan
sebagai urin, lebih lanjut lagi dijelaskan fungsi ginjal secara keseluruhan,
yaitu;
1. Fungsi Ekskresi
Ginjal dapat berfungsi untuk sisa metabolisme protein (ureum, kalium,
fosfat, sulfur anorganik dan asam urat), regulasi volume cairan tubuh
dikarenakan aktivitas anti-duaretik (ADH) yang akan mempengaruhi
volume urin yang akan dikeluarkan tubuh dan ginjal yang bermanfaat
dalam menjaga keseimbangan asam dan basa.
2. Fungsi Endokrin
Sebagai fungsi endokrin ginjal memiliki tiga fungsi, yaitu:
a) Memiliki partisipasi dalam eritropoesis yaitu sebagai penghasil zat
eritropoetin yang dibutuhkan dalam pembentukan sel darah merah.
b) Pengaturan tekanan darah, hal ini dikarenakan terlepasnya granula
rennin dari jukstaglomerulus yang merangsang angiotensinogen di
dalam darah menjadi angitensi I kemudian diubah kembali menjadi
angiotensi II oleh enzim konvertase di paru. Hal ini mengakibatkan
terjadinya vasokonstriksi pembuluh darah perifer dan merangsang
kelenjar adrenal untuk memperoduksi aldosteron. Kombinasi kedua
inilah yang mengakibatkan terjadinya hipertensi.
c) Ginjal bertugas menjaga keseimbangan kalsium dan fosfor
dikarenakan ginal mempunyai peranan dalam metabolism vitamin
D.
Dalam melaksanakan fungsinya, ginjal dapat mengalami gangguan
yang mengarah pada kerusakan jaringan ginjal. Beberapa zat yang dapat
merusak ginjal baik struktur maupun fungsi ginjal, yaitu;
a. Makanan.
Pada umumnya makanan yang tercemar racun kimia, racun tanaman
serangga atau makanan yang secara alamiah sudah mengandung racun
seperti jengkol, singkong ataupun jamur yang dapat menyebabkan
kerusakan ginjal.
a) Bahan kimia.
Bahan yang mengandung logam seperti Pb (Pb), emas, kadmium.
b) Obat-obatan antibiotik, obat kemotrapi, sitostatik
c) Zat radiokontras (zat yang dapat menyerap dan memantulkan sinar X).
Dari keempatnya yang paling sering menyebabkan efek toksik
pada nefron ginjal sehingga menyebabkan kerusakan pada ginjal adalah
obat-obatan dan bahan kimia.

5. Persiapan Pemeriksaan BNO-IVP


Pemeriksaan BNO-IVP memerlukan persiapan, yaitu malam
sebelum pemeriksaan diberikan kastor oli (catharsis) atau laksansia untuk
membersihkan kolon dari feses yang menutupi daerah ginjal (Nurlela
Budjang, 2010). Berikut adalah tahap persiapan pemeriksaan radiologi
BNO-IVP :
 Pemeriksaan ureum kreatinin (Kreatinin maksimum 2)
 Malam sebelum pemeriksaan pasien diberi laksansia untuk
membersihkan kolon dari feses yang menutupi daerah ginjal
 Pasien tidak diberi minum mulai jam 22.00 malam sebelum
pemeriksaan untuk mendapatkan keadaan dehidrasi ringan
 Keesokan harinya pasien harus puasa, mengurangi bicara dan merokok
untuk menghindari gangguan udara usus saat pemeriksaan
 Pada bayi dan anak diberi minum yang mengandung karbonat untuk
mendistensikan lambung dan gas
 Pada pasien rawat inap dapat dilakukan lavement(klisma)
 Skin test subkutan untuk memastikan bahwa penderita tidak alergi
terhadap penggunaan kontras

6. Membaca Hasil Pemeriksaan BNO-IVP


Setiap pemeriksaan saluran kemih sebaiknya dibuat terlebih dahulu
foto polos abdomen. Yang harus diperhatikan pada foto polos abdomen ini
adalah bayangan, besar (ukuran), dan posisi kedua ginjal. Dapat pula dilihat
kalsifikasi dalam kista dan tumor, batu radioopak dan perkapuran dalam ginjal.
Harus diperhatikan batas otot Psoas kanan dan kiri.
Gambar 2. Foto BNO-IVP polos
Menurut Meschan,digunakan film bucky antero-posterior abdomen
setelah penyuntikan, ulangi pemotretan film antero-posterior abdomen
dengan jarak waktu setelah disuntik kontras intravena,masing-masing
adalah :
1. Empat sampai 5 menit :
Dilakukan foto pada 5 menit pertama dengan area jangkauan pada
pertengahan proccecus xyphoideus dan pusat. Foto ini untuk melihat
perjalanan kontras mengisi sistem kalises pada ginjal. Memakai
ukuran kaset 24 x 30 cm dengan posisi antero-posterior sama seperti
foto abdomen. Penekanan ureter dilakukan dengan tujuan untuk
menahan kontras media tetap berada pada sistem pelvikalises dan
bagian ureter proksimal.Penekanan ureter diketatkan setelah dilakukan
pengambilan foto menit kelima.

Gambar 3. Foto menit ke-5


2. Delapan sampai 15 menit
Bila pengambilan gambar pada pelvikalises di menit ke lima kurang
baik, maka foto diambil kembali pada menit ke 10 dengan tomografi
untuk memperjelas bayangan. Menggunakan kaset 24 x 30 cm
mencakup gambaran pelviokaliseal, ureter dan buli-buli mulai terisi
media kontras dengan posisi antero-posterior sama seperti foto
abdomen, pertengahan di antara proccesus xyphoideus dengan
umbilicus.

3. Duapuluh lima sampai 30 menit


Setelah menit ke- 30 kompresi dibuka dan diambil gambar dengan
menggunakkan kaset ukuran 30 x 40 cm. Di beberapa Rumah Sakit
setelah menit ke -30 diharuskan meminum air yang banyak. Foto ini
digunakan untuk mengevaluasi kemampuan ginjal mensekresikan
bahan kontras, tapi di beberapa Rumah Sakit tidak dengan posisi
antero-posterior sama seperti foto abdomen.

Gambar 5. Foto menit ke-20 – 30


4. Foto terlambat, jika konsentrasi dan ekskresi sangat kurang pada 1-8
jam Setelah masuk ke menit 60 dibuat foto BNO lagi dengan kaset 30
x 40 cm. Setelah hasil rontgen dikonsultasikan pada dokter ahli
radiologi dan dinyatakan normal maka pasien diharuskkan berkemih
kemudian di foto kembali. Jika dokter ahli radiologi menyatakan ada
gangguan biasanya dilakukan foto 2 jam. Dengan posisi antero-
posterior sama seperti foto abdomen.

Gambar 6. Foto menit ke 60 atau lebih


5. Foto terakhir biasanya film berdiri atau foto setelah berkemih / Post
Void. Yang terakhir lakukan foto post void dengan posisi AP supine
atau erect untuk melihat kelainan kecil yang mungkin terjadi di daerah
buli-buli. Dengan posisi erect dapat menunjukan adanya ren mobile
(perpindahan posisi ginjal yang tidak normal) pada kasus
posthematuri.

Gambar 7. Foto Post Voi


7. Gambaran Radiologi
a. Nefrolithiasis
Secara radiologi, batu dapat radiopak atau radiolusen. Sifat
radiopak ini berbeda untuk berbagai jenis batu sehingga dari sifat ini
dapat diduga batu dari jenis apa yang ditemukan. Radiolusen
umumnya adalah jenis batu asam urat murni.Pada yang radiopak
pemeriksaan dengan foto polos sudah cukup untuk menduga adanya
batu ginjal bila diambil foto dua arah.
Pada keadaan tertentu terkadang batu terletak di depan bayangan
tulang, sehingga dapat luput dari penglihatan. Oleh karena itu foto
polos sering perlu ditambah foto pielografi intravena (PIV/IVP). Pada
batu radiolusen, foto dengan bantuan kontras akan menyebabkan
defek pengisian (filling defect) di tempat batu berada. Yang
menyulitkan adalah bila ginjal yang mengandung batu tidak berfungsi
lagi sehingga kontras ini tidak muncul. Dalam hal ini perlu dilakukan
pielografi retrograd.

Gambar 8. Gambaran Radiologis Nefrolithiasis

b. Hidronefrosis
Hidronefrosis adalah obstruksi aliran kemih proksimal terhadap
kandung kemih yang dapat mengakibatkan penimbunan cairan
bertekanan dalam pelviks ginjal dan ureter yang dapat mengakibatkan
absorbsi hebat pada parenkim ginjal. Dalam keadaan normal, air
kemih mengalir dari ginjal dengan tekanan yang sangat rendah. Jika
aliran air kemih tersumbat, air kemih akan mengalir kembali ke dalam
tabung-tabung kecil di dalam ginjal (tubulus renalis) dan ke dalam
daerah pusat pengumpulan air kemih (pelvis renalis). Hal ini akan
menyebabkan ginjal menggembung dan menekan jaringan ginjal yang
rapuh. Pada akhirnya, tekanan hidronefrosis yang menetap dan berat
akan merusak jaringan ginjal sehingga secara perlahan ginjal akan
kehilangan fungsinya.
Pemeriksaan UIV akan menghasilkan sebuah gambaran yang
disebut dengan pielogram. Pada pielogram normal, akan didapatkan
gambaran bentuk kedua ginjal seperti kacang. Kutub atas ginjal kiri
setinggi vertebra Th11, batas bawahnya setinggi korpus vertebra L3.
Ginjal kanan letaknya kira – kira 2 cm lebih rendah daripada yang
kiri. Pada pernafasan, kedua ginjal bergerak, dan pergerakan ini dapat
dilihat dengan fluoroskopi. Arah sumbu ke bawah dan lateral sejajar
dengan muskuli psoas kanan dan kiri. Dengan adanya lemak perirenal,
ginjal menjadi lebih jelas terlihat.
Hal ini terutama dapat dilihat pada orang gemuk. Pelvis renis lalu
dilanjutkan dengan kalik mayor, biasanya berjumlah 2 buah. Dari
kalik mayor dilanjutkan dengan kalik minor yang jumlahnya antara 6
– 14 buah. Kedua ureter berjalan lurus dari pelvis renis ke daerah
pertengahan sakrum dan berputar ke belakang lateral dalam suatu
arkus, turun ke bawah dan masuk ke dalam dan depan untuk
memasuki trigonum vesika urinaria. Tiga tempat penyempitan ureter
normal adalah pada ureteropelvical junction, ureterovesical junction,
dan persilangan pembuluh darah iliaka.

Gambar 9. Gambaran Radiologis


Hidronefrosis

c. Benign Prostate Hyperplasia


(BPH)
Benign prostatic hyperplasia (BPH), atau yang biasa juga disebut
benign prostatic hypertrophy, adalah suatu neoplasma jinak
(hiperplasia) yang mengenai kelenjar prostat. Prostat adalah suatu
organ yang terdiri dari komponen kelenjar, stroma dan muskuler.
Penyakit ini ditandai dengan pembesaran yang progresif dari kelenjar
prostat yang berakibat pada obstruksi pengeluaran kandung kemih dan
peningkatan kesulitan berkemih.Gambaran radiologi pada IVP/IVU
pada BPH adalah adanya indentasi buli-buli (pendesakan buli-buli
oleh kelenjar prostat) dan ureter di sebelah distal berbentuk seperti
mata kail atau fish hooked appearance.

Gambar 10. Gambaran Radiologis BPH


d. Karsinoma Buli
Karsinoma buli/kandung kemih merupakan suatu penyakit
keganasan yang mana sel-sel yang melapisi kandung kemih
kehilangan kemampuan dalam mengontrol pertumbuhan dan
pembelahan sel-selnya. Suatu pertumbuhan yang abnormal ini akan
menghasilkan suatu kelompok sel-sel yang kemudian membentuk
tumor. Pemeriksaan IVP dapat mendeteksi adanya tumor buli berupa
filling deffect. Didapatkannya hidroureter atau hidronefrosis
merupakan salah satu tanda tanda adanya infiltrasi tumor ke ureter
atau muara ureter.
Gambar 10. Gambaran Radiologis BPH

8. Kontraindikasi IVP
 Alergi terhadap media kontras
 Pasien yang mempunyai kelainan atau penyakit jantung
 Pasien dengan riwayat atau dalam serangan jantung
 Multi myeloma
 Neonatus
 Diabetes mellitus tidak terkontrol/parah
 Pasien yang sedang dalam keadaan kolik
 Hasil ureum dan creatinin tidak normal
9. Komplikasi pemberian kontras dan pencegahannya
Reaksi yang tidak menguntungkan dari pemberian kontras adalah:
1. Toxic rection berupa aritmia jantung, oedem paru, perasaan nyeri dan
panas pada lengan daerah yang disuntik.
2. Allergic reaction berupa urtikaria, konjungtivitis, rhinitis,
bronkospasme, dan angioneurotik oedem.
3. Idiosyncratic reaction berupa akut anafilaksis, reaksi vagal, mual,
muntah, perasaan tidak enak pada perut, perasaan ingin kencing atau
berak, batuk dan bersin.
Pencegahan terjadinya komplikasi dari pemeriksaan IVP adalah :
1. Anamnesa mencari riwayat alergi obat – obatan.
2. Pengobatan pendahuluan dengan derivate steroid.
3. Pengobatan pendahuluan dengan anti histamine.
4. Uji kepekaan dengan zat kontras yang akan digunakan, kalau mungkin
ganti kontras2.
10. Keuntungan dan Kerugian IVP
Keuntungan pemeriksaan radiologis dengan menggunakan IVP adalah :
1. Kita mendapatkan informasi yang terperinci untuk membantu
mendiagnosa dan terapi pada kelainan – kelainan di organ traktus
urinarius.
2. IVP merupakan prosedur invasive yang minimal dengan jarang terjadi
komplikasi.
3. IVP merupakan proses pemeriksaan radiology yang cepat, tanpa rasa
sakit dan lebih murah.
Kerugian dari IVP adalah bila terjadi komplikasi dari bahan kontras yang
diberikan dan adanya efek radiology dengan adanya prosedur dari IVP
tersebut.
B. PEMERIKSAAN LABORATORIUM BUN, CREATININ, ELEKTROLIT
1. BUN
Dalam proses pencernaan, urea dihasilkan sebagai produk limbah dari
proses pemecahan protein.Urea yang diproduksi di hati dilepaskan dalam
aliran darah, yang kemudian diekskresikan dalam urin melalui ginjal.
Dibandingkan dengan anak-anak dan perempuan, laki-laki memiliki BUN
(blood urea nitrogen = nitrogen urea darah) dengan kadar yang lebih tinggi.
Level BUN juga terus meningkat seiring dengan pertambahan usia.
Pengujian jumlah urea dalam darah adalah cara sederhana untuk memeriksa
fungsi ginjal.

Tes darah BUN (BUN blood test) meliputi pengukuran konsentrasi


nitrogen dalam darah yang hadir dalam bentuk urea. Serupa dengan semua
jenis tes darah, sampel darah diambil dari vena untuk kemudian dikirim ke
laboratorium untuk menjalani pengujian lebih lanjut. Puasa sebelum tes
umumnya tidak diharuskan. Namun, dokter mungkin menyarankan asupan
rendah makanan tinggi protein (daging) dalam waktu 24 jam sebelum tes.

Tes BUN mungkin saja dilakukan secara reguler untuk memantau


kesehatan secara umum, sebagai bagian dari comprehensive metabolic panel
(CMP) atau basic metabolic panel (BMP). Tes BUN berguna untuk
membantu mengesampingkan gejala yang menyerupai penyakit ginjal. Tes
darah ini juga dapat dilakukan untuk memantau fungsi ginjal sebelum
memulai terapi obat jangka panjang. Sebuah tanda penting dari tingkat urea
tinggi dalam aliran darah adalah terjadinya pengurangan output urin. Jika
kondisi ini disertai dengan dugaan gejala penyakit ginjal, seseorang harus
segera melakukan tes darah BUN untuk mengkonfirmasi kondisi
kesehatannya. Pada orang sehat, kadar urea darah akan terbaca normal,
sedangkan pada individu dengan gagal ginjal atau kondisi serupa, kadar
nitrogen urea darah berada pada tingkat abnormal.

Hasil BUN
BUN dengan level tinggi menunjukkan terjadinya masalah medis sedangkan
level BUN lebih rendah dari normal umumnya jarang digunakan sebagai
diagnosis medis yang bisa diandalkan.

Rentang Normal BUN

Tingkat normal nitrogen urea darah untuk pria dewasa adalah antara 8-
24 mg/dL darah, sementara untuk wanita dewasa adalah 6-21 mg/dL darah.
Namun, tergantung dari prosedur yang dilakukan, mungkin terjadi sedikit
fluktuasi dalam kisaran tes normal.

Level Rendah BUN

Tingkat BUN rendah antara lain disebabkan adanya kelebihan cairan,


kekurangan gizi, diet rendah protein (khususnya di kalangan vegetarian
murni), kerusakan otot serius, atau komplikasi hati yang mengancam nyawa.
Namun demikian, hasil rendah BUN tidak lazim digunakan sebagai alat
utama diagnosa.

Level Tinggi BUN

Hasil tes darah BUN yang menunjukkan tingkat tinggi nitrogen,


secara medis disebut sebagai azotemia. Alasan tingginya BUN dikaitkan
dengan ketidakmampuan ginjal untuk menyaring urea. Selain menjadi
indikasi gangguan fungsi ginjal, nitrogen urea darah juga akan terbaca
tinggi karena diet tinggi protein, efek samping obat, dehidrasi, gagal
jantung, perdarahan gastrointestinal, penyumbatan saluran kemih, dan
penyakit Addison. Bagi wanita hamil, sangat normal untuk memiliki
salah satu dari dua bacaan, nitrogen urea darah rendah atau nitrogen urea
darah tinggi.

2. CREATININ
Kreatinin merupakan produk penguraian keratin. Kreatin disintesis di
hati dan terdapat dalam hampir semua otot rangka yang berikatan dengan
dalam bentuk kreatin fosfat (creatin phosphate, CP), suatu senyawa
penyimpan energi. Dalam sintesis ATP (adenosine triphosphate) dari ADP
(adenosine diphosphate), kreatin fosfat diubah menjadi kreatin dengan
katalisasi enzim kreatin kinase (creatin kinase, CK). Seiring dengan
pemakaian energi, sejumlah kecil diubah secara ireversibel menjadi
kreatinin, yang selanjutnya difiltrasi oleh glomerulus dan diekskresikan
dalam urin.Jumlah kreatinin yang dikeluarkan seseorang setiap hari lebih
bergantung pada massa otot total daripada aktivitas otot atau tingkat
metabolisme protein, walaupun keduanya juga menimbulkan efek.
Pembentukan kreatinin harian umumnya tetap, kecuali jika terjadi cedera
fisik yang berat atau penyakit degeneratif yang menyebabkan kerusakan
masif pada otot.

Prosedur
Jenis sampel untuk uji kreatinin darah adalah serum atau plasma heparin.
Kumpulkan 3-5 ml sampel darah vena dalam tabung bertutup merah (plain tube)
atau tabung bertutup hijau (heparin). Lakukan sentrifugasi dan pisahkan
serum/plasma-nya. Catat jenis obat yang dikonsumsi oleh penderita yang dapt
meningkatkan kadar kreatinin serum. Tidak ada pembatasan asupan makanan atau
minuman, namun sebaiknya pada malam sebelum uji dilakukan, penderita
dianjurkan untuk tidak mengkonsumsi daging merah.
Kadar kreatinin diukur dengan metode kolorimetri menggunakan
spektrofotometer, fotometer atau analyzer kimiawi.

Nilai Rujukan
DEWASA : Laki-laki : 0,6-1,3 mg/dl. Perempuan : 0,5-1,0 mg/dl. (Wanita sedikit
lebih rendah karena massa otot yang lebih rendah daripada pria).
ANAK : Bayi baru lahir : 0,8-1,4 mg/dl. Bayi : 0,7-1,4 mg/dl. Anak (2-6 tahun) :
0,3-0,6 mg/dl. Anak yang lebih tua : 0,4-1,2 mg/dl. Kadar agak meningkat seiring
dengan bertambahnya usia, akibat pertambahan massa otot.
LANSIA : Kadarnya mungkin berkurang akibat penurunan massa otot dan
penurunan produksi kreatinin.
Masalah Klinis
Kreatinin darah meningkat jika fungsi ginjal menurun. Oleh karena itu kreatinin
dianggap lebih sensitif dan merupakan indikator khusus pada penyakit ginjal
dibandingkan uji dengan kadar nitrogen urea darah (BUN). Sedikit peningkatan kadar
BUN dapat menandakan terjadinya hipovolemia (kekurangan volume cairan); namun
kadar kreatinin sebesar 2,5 mg/dl dapat menjadi indikasi kerusakan ginjal. Kreatinin
serum sangat berguna untuk mengevaluasi fungsi glomerulus.
Keadaan yang berhubungan dengan peningkatan kadar kreatinin adalah : gagal
ginjal akut dan kronis, nekrosis tubular akut, glomerulonefritis, nefropati diabetik,
pielonefritis, eklampsia, pre-eklampsia, hipertensi esensial, dehidrasi, penurunan aliran
darah ke ginjal (syok berkepanjangan, gagal jantung kongestif), rhabdomiolisis, lupus
nefritis, kanker (usus, kandung kemih, testis, uterus, prostat), leukemia, penyakit
Hodgkin, diet tinggi protein (mis. daging sapi [kadar tinggi], unggas, dan ikan [efek
minimal]).
Obat-obatan yang dapat meningkatkan kadar kreatinin adalah : Amfoterisin B,
sefalosporin (sefazolin, sefalotin), aminoglikosid (gentamisin), kanamisin, metisilin,
simetidin, asam askorbat, obat kemoterapi sisplatin, trimetoprim, barbiturat, litium
karbonat, mitramisin, metildopa,triamteren.mPenurunan kadar kreatinin dapat dijumpai
pada : distrofi otot (tahap akhir),myastheniagravis.
Untuk menilai fungsi ginjal, permintaan pemeriksaan kreatinin dan BUN
hampir selalu disatukan (dengan darah yang sama). Kadar kreatinin dan BUN sering
diperbandingkan. Rasio BUN/kreatinin biasanya berada pada kisaran 12-20. Jika kadar
BUN meningkat dan kreatinin serum tetap normal, kemungkinan terjadi uremia non-renal
(prarenal); dan jika keduanya meningkat, dicurigai terjadi kerusakan ginjal (peningkatan
BUN lebih pesat daripada kreatinin). Pada dialisis atau transplantasi ginjal yang berhasil,
urea turun lebih cepat daripada kreatinin. Pada gangguan ginjal jangka panjang yang
parah, kadar urea terus meningkat, sedangkan kadar kreatinin cenderung mendatar,
mungkin akibat akskresi melalui saluran cerna.
Rasio BUN/kreatinin rendah (<12)>20) dengan kreatinin normal dijumpai pada
uremia prarenal, diet tinggi protein, perdarahan saluran cerna, keadaan katabolik. Rasio
BUN/kreatinin tinggi (>20) dengan kreatinin tinggi dijumpai pada azotemia prarenal
dengan penyakit ginjal, gagal ginjal, azotemia pascarenal.
Faktor yang Dapat Mempengaruhi Hasil Laboratorium
Obat tertentu (lihat pengaruh obat) yang dapat meningkatkan kadar kreatinin serum.
 Kehamilan
 Aktivitas fisik yang berlebihan
 Konsumsi daging merah dalam jumlah besar dapat mempengaruhi temuan
laboratorium.
 ELEKTROLIT
 NATRIUM (Na)
Natrium adaiah salah satu mineral yang banyak terdapat pada cairan elektrolit
ekstraseluler (di luar sel), mempunyai efek menahan air, berfungsi untuk
mempertahankan cairan dalam tubuh, mengaktifkan enzim, sebagai konduksi impuls
saraf.

Nilai normal dalam serum :


Dewasa 135-145 mEq/L
Anak 135-145 mEq/L
Bayi134-150 mEq/L
Nilai normal dalam urin :
40 - 220 mEq/L/24 jam

Penurunan Na terjadi pada diare, muntah, cedera jaringan, bilas lambung, diet
rendah garam, gagal ginjal, luka bakar, penggunaan obat diuretik (obat untuk darah
tinggi yang fungsinya mengeluarkan air dalam tubuh). Peningkatan Na terjadi pada
pasien diare, gangguan jantung krohis, dehidrasi, asupan Na dari makanan tinggi,gagal
hepatik (kegagalan fungsi hati), dan penggunaan obat antibiotika, obat batuk, obat
golongan laksansia (obat pencahar). Sumber garam Na yaitu: garam dapur, produk
awetan (cornedbeef, ikan kaleng, terasi, dan Iain-Iain.), keju,/.buah ceri, saus tomat,
acar, dan Iain-Iain.

KALIUM(K)
Kalium merupakan elektrolit tubuh yang terdapat pada cairan vaskuler (pembuluh
darah), 90% dikeluankan melalui urin, rata-rata 40 mEq/L atau 25 -120 mEq/24 jam
wa laupun masukan kalium rendah.

Nilai normal :
Dewasa 3,5 - 5,0 mEq/L
Anak 3,6 - 5,8 mEq/L
Bayi 3,6 - 5,8 mEq/L
Peningkatan kalium (hiperkalemia) terjadi jika terdapat gangguan ginjal,
penggunaan obat terutama golongan sefalosporin, histamine, epinefrin, dan Iain-
Iain. Penurunan kalium (hipokalemia) terjadi jika masukan kalium dari makanan
rendah, pengeluaran lewat urin meningkat, diare, muntah, dehidrasi, luka
pembedahan. Makanan yang mengandung kalium yaitu buah-buahan, sari buah,
kacang-kacangan, dan Iain-Iain.

KLORIDA(Cl)
Merupakan elektrolit bermuatan negatif, banyak terdapat pada cairan
ekstraseluler (di luar sel), tidak berada dalam serum, berperan penting dalam
keseimbangan cairan tubuh, keseimbangan asam-basa dalam tubuh. Klorida
sebagian besar terikat dengan natrium membentuk NaCI (natrium klorida).

Nilai normal :
Dewasa 95-105 mEq/L
Anak 98-110 mEq/L
Bayi 95 -110 mEq/L
Bayi baru lahir 94-112 mEq/L

Penurunan klorida dapat terjadi pada penderita muntah, bilas lambung, diare,
diet rendah garam, infeksi akut, luka bakar, terlalu banyak keringat, gagal jantung
kronis, penggunaan obatThiazid, diuretik, dan Iain-lain. Peningkatan klorida
terjadi pada penderita dehidrasi,cedera kepala, peningkatan natrium, gangguan
ginjal,penggunaan obat kortison, asetazolamid, dan Iain-Iain.

KALSIUM (Ca)
Merupakan elektrolit dalam serum, berperan dalam keseimbangan elektrolit,
pencegahan tetani, dan dapat dimanfaatkan untuk mendeteksi gangguan hormon
tiroid dan paratiroid.
Nilai normal :
Dewasa 9-11 mg/dl (di serum) ; <150 mg/24 jam (di urin & diet rendah
Ca) ; 200 - 300 mg/24 jam (di urin & diet tinggi Ca)
Anak 9 -11,5 mg/dl
Bayi 10 -12 mg/dl
Bayi baru lahir 7,4 -14 mg/dl.
Penurunan kalsium dapat terjadi pada kondisi malabsorpsi saluran cerna,
kekurangan asupan kalsium dan vitamin D, gagal ginjal kronis, infeksi yang luas,
luka bakar, radang pankreas, diare, pecandu alkohol, kehamilan. Selain itu
penurunan kalsium juga dapat dipicu oleh penggunaan obat pencahar, obat maag,
insulin, dan Iain-Iain. Peningkatan kalsium terjadi karena adanya keganasan
(kanker) pada tulang, paru, payudara, kandung kemih, dan ginjal. Selain itu,
kelebihan vitamin D, adanya batu ginjal, olah raga berlebihan, dan Iain-Iain, juga
dapat memacu peningkatan kadar kalsium dalam tubuh.

DAFTAR PUSTAKA
1. Rasad, Sjahriar, Kartoleksono, Sukonto, Ekayuda, Iwan, 1999, Radiologi
Diagnostik, Balai Penerbit FK UI, Jakarta

2. Dermroredjo, Sutaryan, 1992, Pemeriksaan IVP pada Kista Ginjal


Kongenital, Laboratorium Radiologi RSUP Sardjito, Yogyakarta.
3. Radiological Society of North America, Inc. ( RSNA ), 2005,
http://www.radiologyinfo.org

4. Purnomo, Basuki. B ., 2003, Dasar – Dasar Urologi, Sagung Seto, Jakarta

5. Handoko, Iwan S, 2003, http://www.klinikku.com

6. Palmer, PES, Cockshott, WP, Hegedus, V, Samuel,E, 1995, Petunjuk


Membaca Foto Untuk Dokter Umum,ECG,Jakarta

7. http://rentakgumaybertuah.blogspot.co.id/2011/04/gambaran-radiologi-pada-
pasien.html, diakses tanggal 22 Februari 2018

8. http://iqbali.blogspot.co.id/2008/03/nefrolitiasis-batu-ginjal.html, diakses
tanggal 22 Februari 2018

9. http://tipsdokterumum.blogspot.co.id/2012/06/benign-prostatic-
hyperplasia.html, diakses tanggal 22 Februari 2018

Anda mungkin juga menyukai