Oleh :
3. Anatomi Ginjal
Ginjal terletak pada bagian dorsal dari rongga abdominal pada tiap
sisi dari aorta dan vena kava, tepat pada posisi ventral terhadap beberapa
vertebra lumbal yang pertama. Ginjal dikatakan retroperitoneal, artinya
terletak di luar rongga peritoneal. Ginjal kanan terletak sedikit lebih rendah
daripada ginjal kiri karena besarnya lobus hepatis kanan. Secara
mikroskopis, sebuah ginjal dengan potongan memanjang memberi dua
gambaran dua daerah yang cukup jelas. Daerah perifer/tepi yang beraspek
gelap diebut korteks, dan selebihnya yang agak cerah disebut medulla,
berbentuk piramid terbalik. Secara mikroskopis, korteks yang gelap tampak
diselang dengan interval tertentu oleh jaringan medulla yang berwarna agak
cerah, disebut garis medulla (medullary rays). Substansi korteks di sekitar
garis medulla disebut labirin korteks. Medulla tampak lebih cerah dan
tampak adanya jalur-jalur yang disebabkan oleh buluh-buluh kemih yang
lurus dan pembuluh darahnya.
4. Fisiologi Ginjal
Alatas et al (2002) menjelaskan fungsi ginjal sebagai organ
ekskresi. Ginjal memilki fungsi utama dalam menjaga keseimbangan
internal dengan jalan menjaga komposisi cairan ekstraselular. Untuk
melaksakan hal itu sejumlah besar cairan difiltrasi di glomerulus dan
kemudian direabsopsi dan disekresi di sepanjang nefron sehingga zat-zat
yang berguna diserap kembali dan sisa-sisa metabolisme dikeluarkan
sebagai urin, lebih lanjut lagi dijelaskan fungsi ginjal secara keseluruhan,
yaitu;
1. Fungsi Ekskresi
Ginjal dapat berfungsi untuk sisa metabolisme protein (ureum, kalium,
fosfat, sulfur anorganik dan asam urat), regulasi volume cairan tubuh
dikarenakan aktivitas anti-duaretik (ADH) yang akan mempengaruhi
volume urin yang akan dikeluarkan tubuh dan ginjal yang bermanfaat
dalam menjaga keseimbangan asam dan basa.
2. Fungsi Endokrin
Sebagai fungsi endokrin ginjal memiliki tiga fungsi, yaitu:
a) Memiliki partisipasi dalam eritropoesis yaitu sebagai penghasil zat
eritropoetin yang dibutuhkan dalam pembentukan sel darah merah.
b) Pengaturan tekanan darah, hal ini dikarenakan terlepasnya granula
rennin dari jukstaglomerulus yang merangsang angiotensinogen di
dalam darah menjadi angitensi I kemudian diubah kembali menjadi
angiotensi II oleh enzim konvertase di paru. Hal ini mengakibatkan
terjadinya vasokonstriksi pembuluh darah perifer dan merangsang
kelenjar adrenal untuk memperoduksi aldosteron. Kombinasi kedua
inilah yang mengakibatkan terjadinya hipertensi.
c) Ginjal bertugas menjaga keseimbangan kalsium dan fosfor
dikarenakan ginal mempunyai peranan dalam metabolism vitamin
D.
Dalam melaksanakan fungsinya, ginjal dapat mengalami gangguan
yang mengarah pada kerusakan jaringan ginjal. Beberapa zat yang dapat
merusak ginjal baik struktur maupun fungsi ginjal, yaitu;
a. Makanan.
Pada umumnya makanan yang tercemar racun kimia, racun tanaman
serangga atau makanan yang secara alamiah sudah mengandung racun
seperti jengkol, singkong ataupun jamur yang dapat menyebabkan
kerusakan ginjal.
a) Bahan kimia.
Bahan yang mengandung logam seperti Pb (Pb), emas, kadmium.
b) Obat-obatan antibiotik, obat kemotrapi, sitostatik
c) Zat radiokontras (zat yang dapat menyerap dan memantulkan sinar X).
Dari keempatnya yang paling sering menyebabkan efek toksik
pada nefron ginjal sehingga menyebabkan kerusakan pada ginjal adalah
obat-obatan dan bahan kimia.
b. Hidronefrosis
Hidronefrosis adalah obstruksi aliran kemih proksimal terhadap
kandung kemih yang dapat mengakibatkan penimbunan cairan
bertekanan dalam pelviks ginjal dan ureter yang dapat mengakibatkan
absorbsi hebat pada parenkim ginjal. Dalam keadaan normal, air
kemih mengalir dari ginjal dengan tekanan yang sangat rendah. Jika
aliran air kemih tersumbat, air kemih akan mengalir kembali ke dalam
tabung-tabung kecil di dalam ginjal (tubulus renalis) dan ke dalam
daerah pusat pengumpulan air kemih (pelvis renalis). Hal ini akan
menyebabkan ginjal menggembung dan menekan jaringan ginjal yang
rapuh. Pada akhirnya, tekanan hidronefrosis yang menetap dan berat
akan merusak jaringan ginjal sehingga secara perlahan ginjal akan
kehilangan fungsinya.
Pemeriksaan UIV akan menghasilkan sebuah gambaran yang
disebut dengan pielogram. Pada pielogram normal, akan didapatkan
gambaran bentuk kedua ginjal seperti kacang. Kutub atas ginjal kiri
setinggi vertebra Th11, batas bawahnya setinggi korpus vertebra L3.
Ginjal kanan letaknya kira – kira 2 cm lebih rendah daripada yang
kiri. Pada pernafasan, kedua ginjal bergerak, dan pergerakan ini dapat
dilihat dengan fluoroskopi. Arah sumbu ke bawah dan lateral sejajar
dengan muskuli psoas kanan dan kiri. Dengan adanya lemak perirenal,
ginjal menjadi lebih jelas terlihat.
Hal ini terutama dapat dilihat pada orang gemuk. Pelvis renis lalu
dilanjutkan dengan kalik mayor, biasanya berjumlah 2 buah. Dari
kalik mayor dilanjutkan dengan kalik minor yang jumlahnya antara 6
– 14 buah. Kedua ureter berjalan lurus dari pelvis renis ke daerah
pertengahan sakrum dan berputar ke belakang lateral dalam suatu
arkus, turun ke bawah dan masuk ke dalam dan depan untuk
memasuki trigonum vesika urinaria. Tiga tempat penyempitan ureter
normal adalah pada ureteropelvical junction, ureterovesical junction,
dan persilangan pembuluh darah iliaka.
8. Kontraindikasi IVP
Alergi terhadap media kontras
Pasien yang mempunyai kelainan atau penyakit jantung
Pasien dengan riwayat atau dalam serangan jantung
Multi myeloma
Neonatus
Diabetes mellitus tidak terkontrol/parah
Pasien yang sedang dalam keadaan kolik
Hasil ureum dan creatinin tidak normal
9. Komplikasi pemberian kontras dan pencegahannya
Reaksi yang tidak menguntungkan dari pemberian kontras adalah:
1. Toxic rection berupa aritmia jantung, oedem paru, perasaan nyeri dan
panas pada lengan daerah yang disuntik.
2. Allergic reaction berupa urtikaria, konjungtivitis, rhinitis,
bronkospasme, dan angioneurotik oedem.
3. Idiosyncratic reaction berupa akut anafilaksis, reaksi vagal, mual,
muntah, perasaan tidak enak pada perut, perasaan ingin kencing atau
berak, batuk dan bersin.
Pencegahan terjadinya komplikasi dari pemeriksaan IVP adalah :
1. Anamnesa mencari riwayat alergi obat – obatan.
2. Pengobatan pendahuluan dengan derivate steroid.
3. Pengobatan pendahuluan dengan anti histamine.
4. Uji kepekaan dengan zat kontras yang akan digunakan, kalau mungkin
ganti kontras2.
10. Keuntungan dan Kerugian IVP
Keuntungan pemeriksaan radiologis dengan menggunakan IVP adalah :
1. Kita mendapatkan informasi yang terperinci untuk membantu
mendiagnosa dan terapi pada kelainan – kelainan di organ traktus
urinarius.
2. IVP merupakan prosedur invasive yang minimal dengan jarang terjadi
komplikasi.
3. IVP merupakan proses pemeriksaan radiology yang cepat, tanpa rasa
sakit dan lebih murah.
Kerugian dari IVP adalah bila terjadi komplikasi dari bahan kontras yang
diberikan dan adanya efek radiology dengan adanya prosedur dari IVP
tersebut.
B. PEMERIKSAAN LABORATORIUM BUN, CREATININ, ELEKTROLIT
1. BUN
Dalam proses pencernaan, urea dihasilkan sebagai produk limbah dari
proses pemecahan protein.Urea yang diproduksi di hati dilepaskan dalam
aliran darah, yang kemudian diekskresikan dalam urin melalui ginjal.
Dibandingkan dengan anak-anak dan perempuan, laki-laki memiliki BUN
(blood urea nitrogen = nitrogen urea darah) dengan kadar yang lebih tinggi.
Level BUN juga terus meningkat seiring dengan pertambahan usia.
Pengujian jumlah urea dalam darah adalah cara sederhana untuk memeriksa
fungsi ginjal.
Hasil BUN
BUN dengan level tinggi menunjukkan terjadinya masalah medis sedangkan
level BUN lebih rendah dari normal umumnya jarang digunakan sebagai
diagnosis medis yang bisa diandalkan.
Tingkat normal nitrogen urea darah untuk pria dewasa adalah antara 8-
24 mg/dL darah, sementara untuk wanita dewasa adalah 6-21 mg/dL darah.
Namun, tergantung dari prosedur yang dilakukan, mungkin terjadi sedikit
fluktuasi dalam kisaran tes normal.
2. CREATININ
Kreatinin merupakan produk penguraian keratin. Kreatin disintesis di
hati dan terdapat dalam hampir semua otot rangka yang berikatan dengan
dalam bentuk kreatin fosfat (creatin phosphate, CP), suatu senyawa
penyimpan energi. Dalam sintesis ATP (adenosine triphosphate) dari ADP
(adenosine diphosphate), kreatin fosfat diubah menjadi kreatin dengan
katalisasi enzim kreatin kinase (creatin kinase, CK). Seiring dengan
pemakaian energi, sejumlah kecil diubah secara ireversibel menjadi
kreatinin, yang selanjutnya difiltrasi oleh glomerulus dan diekskresikan
dalam urin.Jumlah kreatinin yang dikeluarkan seseorang setiap hari lebih
bergantung pada massa otot total daripada aktivitas otot atau tingkat
metabolisme protein, walaupun keduanya juga menimbulkan efek.
Pembentukan kreatinin harian umumnya tetap, kecuali jika terjadi cedera
fisik yang berat atau penyakit degeneratif yang menyebabkan kerusakan
masif pada otot.
Prosedur
Jenis sampel untuk uji kreatinin darah adalah serum atau plasma heparin.
Kumpulkan 3-5 ml sampel darah vena dalam tabung bertutup merah (plain tube)
atau tabung bertutup hijau (heparin). Lakukan sentrifugasi dan pisahkan
serum/plasma-nya. Catat jenis obat yang dikonsumsi oleh penderita yang dapt
meningkatkan kadar kreatinin serum. Tidak ada pembatasan asupan makanan atau
minuman, namun sebaiknya pada malam sebelum uji dilakukan, penderita
dianjurkan untuk tidak mengkonsumsi daging merah.
Kadar kreatinin diukur dengan metode kolorimetri menggunakan
spektrofotometer, fotometer atau analyzer kimiawi.
Nilai Rujukan
DEWASA : Laki-laki : 0,6-1,3 mg/dl. Perempuan : 0,5-1,0 mg/dl. (Wanita sedikit
lebih rendah karena massa otot yang lebih rendah daripada pria).
ANAK : Bayi baru lahir : 0,8-1,4 mg/dl. Bayi : 0,7-1,4 mg/dl. Anak (2-6 tahun) :
0,3-0,6 mg/dl. Anak yang lebih tua : 0,4-1,2 mg/dl. Kadar agak meningkat seiring
dengan bertambahnya usia, akibat pertambahan massa otot.
LANSIA : Kadarnya mungkin berkurang akibat penurunan massa otot dan
penurunan produksi kreatinin.
Masalah Klinis
Kreatinin darah meningkat jika fungsi ginjal menurun. Oleh karena itu kreatinin
dianggap lebih sensitif dan merupakan indikator khusus pada penyakit ginjal
dibandingkan uji dengan kadar nitrogen urea darah (BUN). Sedikit peningkatan kadar
BUN dapat menandakan terjadinya hipovolemia (kekurangan volume cairan); namun
kadar kreatinin sebesar 2,5 mg/dl dapat menjadi indikasi kerusakan ginjal. Kreatinin
serum sangat berguna untuk mengevaluasi fungsi glomerulus.
Keadaan yang berhubungan dengan peningkatan kadar kreatinin adalah : gagal
ginjal akut dan kronis, nekrosis tubular akut, glomerulonefritis, nefropati diabetik,
pielonefritis, eklampsia, pre-eklampsia, hipertensi esensial, dehidrasi, penurunan aliran
darah ke ginjal (syok berkepanjangan, gagal jantung kongestif), rhabdomiolisis, lupus
nefritis, kanker (usus, kandung kemih, testis, uterus, prostat), leukemia, penyakit
Hodgkin, diet tinggi protein (mis. daging sapi [kadar tinggi], unggas, dan ikan [efek
minimal]).
Obat-obatan yang dapat meningkatkan kadar kreatinin adalah : Amfoterisin B,
sefalosporin (sefazolin, sefalotin), aminoglikosid (gentamisin), kanamisin, metisilin,
simetidin, asam askorbat, obat kemoterapi sisplatin, trimetoprim, barbiturat, litium
karbonat, mitramisin, metildopa,triamteren.mPenurunan kadar kreatinin dapat dijumpai
pada : distrofi otot (tahap akhir),myastheniagravis.
Untuk menilai fungsi ginjal, permintaan pemeriksaan kreatinin dan BUN
hampir selalu disatukan (dengan darah yang sama). Kadar kreatinin dan BUN sering
diperbandingkan. Rasio BUN/kreatinin biasanya berada pada kisaran 12-20. Jika kadar
BUN meningkat dan kreatinin serum tetap normal, kemungkinan terjadi uremia non-renal
(prarenal); dan jika keduanya meningkat, dicurigai terjadi kerusakan ginjal (peningkatan
BUN lebih pesat daripada kreatinin). Pada dialisis atau transplantasi ginjal yang berhasil,
urea turun lebih cepat daripada kreatinin. Pada gangguan ginjal jangka panjang yang
parah, kadar urea terus meningkat, sedangkan kadar kreatinin cenderung mendatar,
mungkin akibat akskresi melalui saluran cerna.
Rasio BUN/kreatinin rendah (<12)>20) dengan kreatinin normal dijumpai pada
uremia prarenal, diet tinggi protein, perdarahan saluran cerna, keadaan katabolik. Rasio
BUN/kreatinin tinggi (>20) dengan kreatinin tinggi dijumpai pada azotemia prarenal
dengan penyakit ginjal, gagal ginjal, azotemia pascarenal.
Faktor yang Dapat Mempengaruhi Hasil Laboratorium
Obat tertentu (lihat pengaruh obat) yang dapat meningkatkan kadar kreatinin serum.
Kehamilan
Aktivitas fisik yang berlebihan
Konsumsi daging merah dalam jumlah besar dapat mempengaruhi temuan
laboratorium.
ELEKTROLIT
NATRIUM (Na)
Natrium adaiah salah satu mineral yang banyak terdapat pada cairan elektrolit
ekstraseluler (di luar sel), mempunyai efek menahan air, berfungsi untuk
mempertahankan cairan dalam tubuh, mengaktifkan enzim, sebagai konduksi impuls
saraf.
Penurunan Na terjadi pada diare, muntah, cedera jaringan, bilas lambung, diet
rendah garam, gagal ginjal, luka bakar, penggunaan obat diuretik (obat untuk darah
tinggi yang fungsinya mengeluarkan air dalam tubuh). Peningkatan Na terjadi pada
pasien diare, gangguan jantung krohis, dehidrasi, asupan Na dari makanan tinggi,gagal
hepatik (kegagalan fungsi hati), dan penggunaan obat antibiotika, obat batuk, obat
golongan laksansia (obat pencahar). Sumber garam Na yaitu: garam dapur, produk
awetan (cornedbeef, ikan kaleng, terasi, dan Iain-Iain.), keju,/.buah ceri, saus tomat,
acar, dan Iain-Iain.
KALIUM(K)
Kalium merupakan elektrolit tubuh yang terdapat pada cairan vaskuler (pembuluh
darah), 90% dikeluankan melalui urin, rata-rata 40 mEq/L atau 25 -120 mEq/24 jam
wa laupun masukan kalium rendah.
Nilai normal :
Dewasa 3,5 - 5,0 mEq/L
Anak 3,6 - 5,8 mEq/L
Bayi 3,6 - 5,8 mEq/L
Peningkatan kalium (hiperkalemia) terjadi jika terdapat gangguan ginjal,
penggunaan obat terutama golongan sefalosporin, histamine, epinefrin, dan Iain-
Iain. Penurunan kalium (hipokalemia) terjadi jika masukan kalium dari makanan
rendah, pengeluaran lewat urin meningkat, diare, muntah, dehidrasi, luka
pembedahan. Makanan yang mengandung kalium yaitu buah-buahan, sari buah,
kacang-kacangan, dan Iain-Iain.
KLORIDA(Cl)
Merupakan elektrolit bermuatan negatif, banyak terdapat pada cairan
ekstraseluler (di luar sel), tidak berada dalam serum, berperan penting dalam
keseimbangan cairan tubuh, keseimbangan asam-basa dalam tubuh. Klorida
sebagian besar terikat dengan natrium membentuk NaCI (natrium klorida).
Nilai normal :
Dewasa 95-105 mEq/L
Anak 98-110 mEq/L
Bayi 95 -110 mEq/L
Bayi baru lahir 94-112 mEq/L
Penurunan klorida dapat terjadi pada penderita muntah, bilas lambung, diare,
diet rendah garam, infeksi akut, luka bakar, terlalu banyak keringat, gagal jantung
kronis, penggunaan obatThiazid, diuretik, dan Iain-lain. Peningkatan klorida
terjadi pada penderita dehidrasi,cedera kepala, peningkatan natrium, gangguan
ginjal,penggunaan obat kortison, asetazolamid, dan Iain-Iain.
KALSIUM (Ca)
Merupakan elektrolit dalam serum, berperan dalam keseimbangan elektrolit,
pencegahan tetani, dan dapat dimanfaatkan untuk mendeteksi gangguan hormon
tiroid dan paratiroid.
Nilai normal :
Dewasa 9-11 mg/dl (di serum) ; <150 mg/24 jam (di urin & diet rendah
Ca) ; 200 - 300 mg/24 jam (di urin & diet tinggi Ca)
Anak 9 -11,5 mg/dl
Bayi 10 -12 mg/dl
Bayi baru lahir 7,4 -14 mg/dl.
Penurunan kalsium dapat terjadi pada kondisi malabsorpsi saluran cerna,
kekurangan asupan kalsium dan vitamin D, gagal ginjal kronis, infeksi yang luas,
luka bakar, radang pankreas, diare, pecandu alkohol, kehamilan. Selain itu
penurunan kalsium juga dapat dipicu oleh penggunaan obat pencahar, obat maag,
insulin, dan Iain-Iain. Peningkatan kalsium terjadi karena adanya keganasan
(kanker) pada tulang, paru, payudara, kandung kemih, dan ginjal. Selain itu,
kelebihan vitamin D, adanya batu ginjal, olah raga berlebihan, dan Iain-Iain, juga
dapat memacu peningkatan kadar kalsium dalam tubuh.
DAFTAR PUSTAKA
1. Rasad, Sjahriar, Kartoleksono, Sukonto, Ekayuda, Iwan, 1999, Radiologi
Diagnostik, Balai Penerbit FK UI, Jakarta
7. http://rentakgumaybertuah.blogspot.co.id/2011/04/gambaran-radiologi-pada-
pasien.html, diakses tanggal 22 Februari 2018
8. http://iqbali.blogspot.co.id/2008/03/nefrolitiasis-batu-ginjal.html, diakses
tanggal 22 Februari 2018
9. http://tipsdokterumum.blogspot.co.id/2012/06/benign-prostatic-
hyperplasia.html, diakses tanggal 22 Februari 2018