Anda di halaman 1dari 27

PRINSIP DASAR MRI

Emi Murniati, SST, M. Kes


 Resonansi adalah peristiwa bergetarnya sebuah
benda karena getaran benda lain. Resonansi pada
MRI terjadi bila diberikan eksposi dengan frekuensi
sama dengan larmor frekuensi proton Hydrogen.
 Dan gelombang yang berfruekuensi sama adalah
gelombang radiofrekuensi, maka inilah alasan
mengapa pada MRI digunakan radiofrekuensi untuk
melakukan resonansi pada perputaran proton atom
hydrogen.
 Resonansi yang terjadi menyebabkan adanya
pertambahan energi, dimana energi inilah yang
diperlukan untuk terbentuknya sinyal.
 Nett Magnetic Vector (NMV) akan mengalami
perpindahan arah, menjadi meninggalkan Bo yang
merupakan arah medan magnet statis.
 Terjadi sudut pergerakan yang dinamakan FLIP ANGLE,
biasanya bersudut 900
 Hasilnya Bo menjadi longitudinal plane dan 90 derajat
terhadap Bo dinamakan TRANSVERSE PLANE.
Hasil resonansi

• Pergerakan NMV
Bo Longitudinal plane

90° flip angle

Transverse plane
Sinyal Magnetik Resonance
Jika receiver coil ditempatkan pada area
medan magnet yang bergerak (NMV pada
transverse plane)  voltage akan
terinduksi dalam receiver coil. Voltage ini
merupakan MR signal, bila masih banyak
NMV akan menimbulkan signal yang kuat
dan tampak terang pada gambar. Bila NMV
lemah akan sedikit menimbulkan signal
MR dan akan tampak gelap pada gambar.
Jika RF dimatikan, NMV kembali ke Bo. NMV kembali
kehilangan energi.
Proses kehilangan energi ini dinamakan ”Relaksasi”.
 Jumlah magnetisasi pada longitudinal plane bertambah yang
dikenal dengan proses recovery
 Jumlah magnetisasi pada transverse plane berkurang disebut
dengan peristiwa decay
Ketika magnetisasi pada bidang transversal berkurang
induksi voltage pada receiver coil juga berkurang.
Berkurangnya magnetisasi pada bidang transversal akan
menyebabkan induksi pada receiver coil juga semakin
kecil, sehingga signal semakin berkurang.
Peristiwa berkurangnya signal tersebut dikenal dengan
nama Free Induction Decay ( FID ) signal
Relaksasi
 Selama proses relaksasi NMV membuang seluruh energi
yang diserap selama proses resonansi dan kembali ke Bo.
Recovery longitudinal magnetisasi disebabkan oleh proses
yang dinamakan T1 recovery.

 Pada saat yang sama, magnetic moment NMV kehilangan


transverse magnetisasi dikarenakan dephasing. Decay
Transverse magnetisasi disebabkan oleh proses yang
dinamakan T2 Decay.

 Dengan kata lain, relaksasi menghasilkan recovery


magnetisasi pada longitudinal plane dan decay magnetisasi
pada transverse plane, pada saat yang bersamaan. Namun
hampir selalu waktu T2 dicapai lebih cepat daripada T1.
T1 recovery
 T1 recovery seringkali disebut juga Spin
Lattice relaxation karena dalam
pergerakannya inti – inti atom
memberikan energinya ke
lingkungan
 Energi yang dibebaskan menyebabkan
inti atom untuk recover ke longitudinal
magnetisasi
 Recovery rate adalah proses
eksponensial dengan time constant yang
dinamakan T1.
T2 decay
 T2 decay sering disebut dengan spin
relaxation karena terjadi pertukaran
energi inti – inti atom dengan atom
lainnya. Pertukaran energi ini disebabkan
oleh interaksi medan magnet tiap inti
atom. Dan hasilnya berupa decay atau
hilangnya transverse magnetisasi.
 Decay rate juga merupakan proses
eksponensial dinyatakan dengan T2.
T1 Recovery Curve T2 Decay Curve
Gambaran T1 dan T2
 Sag. Cervical T1,T2  Lumbal Sag. T1,T2

Cervical dan Lumbal


CONCLUSION

 Ketika seorang pasien berada di dalam


medan magnet, dia menjadi sementara
termagnetisasi selama proton atom
hidrogennya menjadi searah dgn medan
magnet eksternal sepanjang sumbu Z.
 Kemudian kita mentransmisikan gelombang
RF sesuai dgn larmor frekuensi atom
hidrogen, dan segera setelah itu muncul FID.
 Proses ini hanya menghasilkan 1 sinyal-1
FID- dari keseluruhan tubuh pasien., tanpa
diketahui lokasi pasti dari mana sinyal
tersebut berasal.
 Untuk mendapatkan informasi tentang
lokasi sinyal diperlukan informasi yang
spesifik tentang koordinat x,y, dan z dari
sinyal tersebut.Untuk inilah diperlukan
gradien coil untuk men-spatially encode
sinyal.
 Agar dapat men-spatially encode sinyal,
diperlukan aplikasi RF multiple times
sambil memvariasikan gradien dan
kemudian mendapatkan FID
 Dari sinyal yang dihasilkan oleh banyak
FID inilah kita mendapatkan data untuk
membuat sebuah image.
Dari aplikasi RF yang multiple times ,
kita mendapatkan Pulse Timing
Parameter
a). Repetition Time (TR)
 TR adalah waktu yang diperlukan untuk aplikasi
radio frekuensi satu ke radio frekuensi berikutnya.
TR diukur dalam milisecond (ms)
 TR juga merupakan jumlah relaksasi yang terjadi
diantara akhir satu aplikasi radio frekuensi ke
aplikasi radio frekuensi berikutnya.
 TR mengontrol jumlah long magnetisasi yang akan
recover sebelum RF pulse berikutnya. TR panjang
akan full recover shg SNR meningkat.
 Oleh karenanya TR menentukan jumlah T1
relaksasi yang terjadi.
RF RF RF

TR TR

TR
Echo Time (TE)
 TE adalah waktu yang diperlukan dari
aplikasi radio frekuensi ke puncak induksi
sinyal dalam coil.
 TE juga diukur dalam milisecond (ms)
 TE menentukan berapa banyak transverse
magnetisasi decay yang terjadi sebelum
sinyal dibaca.
 TE mengontrol jumlah transverse
magnetisasi yang akan decay, semakin
panjang TE semakin banyak transverse
magnetisasi yang decay shg sinyal lemah.
Oleh karenanya TE mengontrol jumlah T2
relaksasi yang terjadi.
RF RF

TE TE
PEMBOBOTAN (IMAGE WEIGHTING) DAN
KONTRAS

Pembobotan T1 (T1 Weighting)

 Yang dimaksud dengan citra dengan pembobotan T1


adalah citra yang kontrasnya tergantung pada perbedaan
T1 time.
 T1 time adalah waktu yang diperlukan untuk recovery
hingga 63% dan dikontrol oleh TR.
 Untuk mendapatkan pembobotan T1 maka TR harus
dibuat pendek (air dan lemak tidak cukup waktu untuk
kembali ke Bo sehingga perbedaannya dapat tervisualisasi
dengan baik).
Short TR Long TR
Pembobotan T2(T2 Weighting)
Yang dimaksud dengan pembobotan citra T2
adalah citra yang kontrasnya tergantung
perbedaan T2 time. T2 time adalah waktu yang
diperlukan untuk decay hingga 37% dan
dikontrol oleh TE. Untuk mendapatkan T2
weighting, TE harus panjang untuk
memberikan kesempatan lemak dan air untuk
decay, sehingga kontras lemak dan dan air
dapat terviasualisasi dengan baik.
Short TE Long TE
 Yang dimaksud dengan pembobotan citra Proton Density
adalah citra tergantung perbedaan jumlah proton per
unit volume. Untuk mendapatkan pembobotan proton
density , efek T1 dan T2 harus dikurangi sehingga
proton density lebih dominan. TR yang panjang akan
mengurangi dominasi T1 kontras sedangkan TE yang
pendek akan mengurangi dominasi T2 kontras.

 Contoh parameter untuk mendapatkan pembobotan T1,


T2 maupun proton density adalah :
TR Panjang = 2000ms +
TR pendek = 250 -700ms
TE panjang = 60 ms +
TE pendek = 10 – 25ms

Pembobotan citra Proton


Density
IMAGE WEIGHTING PARAMETERS
TR TE
T1 Weighting Short Short
Proton Density Weighting Long Short
T2 Weighting Long Long
Pathologic lesions can be separated into four major groups by their specific signal
characteristics on the three basic images:
T2- weighted, proton density-weighted (PD)/FLAIR, and T1-weighted.

Anda mungkin juga menyukai