Anda di halaman 1dari 32

SKOLIOSIS

DIDY KURNIAWAN
SKOLIOSIS
 Skoliosis berasal dari bahasa Yunani yaitu “Crookednes” atau
kebengkokan.

 Skoliosis adalah kelengkungan tulang belakang di bidang frontal


yang abnormal ke arah samping yang dapat terjadi pada segmen
cervical (leher), thoracal (punggung), maupun lumbal (pinggang).

 Tulang belakang melengkung abnormal dari sisi ke sisi menyerupai


bentuk “S”
2
PATOFISIOLOGI
 Berikut adalah penjelasan umum tentang patofisiologi skoliosis
idiopatik, yang merupakan jenis skoliosis paling umum pada
remaja:
 Skoliosis Idiopatik:

Skoliosis idiopatik adalah bentuk skoliosis yang tidak diketahui


penyebabnya. Namun, diduga ada faktor genetik yang berperan
dalam perkembangan kondisi ini. Patofisiologi skoliosis
idiopatik melibatkan ketidakseimbangan pertumbuhan tulang
belakang yang menyebabkan lengkungan lateral (ke samping)
yang abnormal. Beberapa teori yang mencoba menjelaskan
patofisiologi skoliosis idiopatik melibatkan gangguan 3

pertumbuhan tulang, otot, dan sistem saraf pusat.


ANATOMI FISIOLOGI
1. Tulang Belakang (Vertebral Column):
- Lengkungan Lateral: Skoliosis ditandai oleh adanya lengkungan
lateral (ke samping) yang tidak normal pada tulang belakang.
Lengkungan ini dapat terjadi di daerah serviks (leher), toraks (dada), atau
lumbal (pinggang) tulang belakang.
- Rotasi Tulang Belakang: Selain lengkungan lateral, skoliosis juga
dapat disertai dengan rotasi tulang belakang. Rotasi ini terjadi ketika
tulang belakang melingkar pada sumbu vertikalnya, menyebabkan
tumpang tindih dan perubahan bentuk yang terlihat.
2. Vertebrae (Tulang Belakang):
- Asimetri Vertebra: Pada skoliosis, vertebrae dapat mengalami asimetri
dalam bentuk dan ukuran mereka. Proses pertumbuhan yang tidak
simetris pada sisi yang terkena menyebabkan perbedaan antara vertebra
yang satu dengan yang lain.
- Bantalan Intervertebral: Bantalan intervertebral, yang terdiri dari
cakram fibrosus (tulang rawan) dan nukleus pulposus (jaringan gelatin),
mungkin juga mengalami perubahan pada kasus skoliosis. Hal ini dapat 4
terkait dengan pergeseran dan tekanan yang tidak merata pada tulang
belakang akibat lengkungan lateral.
3. Otot dan Ligamen:

- Ketegangan Otot yang Tidak Seimbang: Skoliosis dapat


menyebabkan ketegangan otot yang tidak seimbang di sekitar tulang
belakang. Otot-otot di satu sisi lengkungan sering menjadi lebih kuat
dan tegang, sedangkan otot-otot di sisi yang berlawanan cenderung
menjadi lemah atau terganggu.

- Ligamen yang Tidak Seimbang: Ligamen yang menghubungkan


tulang belakang juga dapat mengalami ketidakseimbangan. Hal ini
dapat memengaruhi stabilitas tulang belakang dan kontributor
potensial terhadap perkembangan skoliosis.

5
TANDA DAN GEJALA
Tanda dan gejala pada kasus skoliosis dapat bervariasi tergantung pada
tingkat keparahan lengkungan tulang belakang. Beberapa tanda dan
gejala umum yang dapat terlihat pada kasus skoliosis meliputi:
1. Lengkungan Tulang Belakang:
- Asimetri Bahu: Salah satu bahu terlihat lebih tinggi atau menonjol
daripada yang lain.
- Asimetri Pinggul: Salah satu sisi pinggul terlihat lebih tinggi atau
menonjol daripada yang lain.
- Ketidakseimbangan Posisi Tubuh: Posisi tubuh yang tidak simetris
saat berdiri tegak, dengan miring atau condong ke satu sisi.
2. Gangguan Postur dan Penampilan Fisik:
- Kelengkungan Tulang Belakang Terlihat: Lengkungan tulang
belakang dapat terlihat jelas saat seseorang membungkuk atau berdiri
tegak.
- Leher Miring: Kondisi skoliosis yang mempengaruhi tulang
belakang serviks (leher) dapat menyebabkan miringnya kepala. 6

- Punggung Tidak Rata: Permukaan punggung mungkin tidak rata


atau bergelombang.
3. Gangguan Fungsional dan Nyeri:

- Ketegangan Otot dan Kelemahan: Ketegangan otot yang tidak


seimbang di sekitar tulang belakang dapat menyebabkan kelemahan
atau ketidaknyamanan.
- Nyeri Punggung: Beberapa individu dengan skoliosis mengalami
nyeri punggung, terutama pada bagian yang terkena lengkungan.
- Gangguan Pernafasan: Skoliosis yang parah dapat memengaruhi
kapasitas paru-paru dan mengganggu fungsi pernapasan.

4. Masalah Psikososial:

- Gangguan Citra Diri: Lengkungan tulang belakang yang terlihat


dapat mempengaruhi citra diri dan kepercayaan diri.
- Stres Emosional: Beberapa individu dengan skoliosis dapat
mengalami stres emosional, perasaan tertekan, atau masalah
psikososial terkait dengan perubahan fisik mereka. 7
8
2 JENIS SKOLIOSIS
1. Skoliosis Struktural
Terjadi kelengkungan atau rotasi tulang belakang ke arah samping
pada satu sisi

Termasuk jenis skoliosis terburuk oleh karena dapat menjadi


progresif.

2. Skoliosis Fungsional
Terjadi kelengkungan namun tidak terfiksasi dan tidak progresif.

9
10
EPIDEMIOLOGI

 Pada suatu populasi, hampir 2% nya mengalami kelainan tulang


belakang, yaitu skoliosis.
 Dari seluruh kasus skoliosis, 85% nya berupa skoliosis non
reversible, yang penyebabnya tidak diketahui atau disebut juga
dengan skoliosis idiopatik.
 Lebih banyak terjadi pada bayi laki-laki (antara lahir sampai usia 3
tahun)
 Pada anak muda (menyerang kedua jenis kelamin antara 4-10 tahun)
 Orang dewasa (biasanya menyerang anak perempuan usia 10 11

sampai usia subur).


ETIOLOGI
 Skoliosis terlihat sebagai komplikasi dari banyak penyakit neuromuskular.

 Kelainan bentuk skoliosis dapat terjadi secara struktural atau fungsional.

 3 penyebab terjadinya skoliosis :


1. kongenital
Biasanya berhubungan dengan suatu kelainan pembentukan tulang belakang
atau tulang rusuk yang menyatu.

Skoliosis congenital sekunder terhadap perkembangan vertebra yang


abnormal.

12
GAMBAR : SKOLIOSIS KONGENITAL PADA
BAYI LAKI-LAKI USIA 13 BULAN

13
2. NEUROMUSKULER
Pengendalian otot yang buruk atau kelemahan / kelumpuhan akibat
beberapa penyakit berikut :
1. Cerebral Palsy
2. Distrofi otot
3. Polio
4. Osteoporosis juvenile

14
DIAGNOSA BANDING
1. Postural Kyphosis atau Lordosis:

Postural kyphosis atau lordosis adalah kelainan postur yang dapat


menyebabkan kelengkungan punggung yang terlihat serupa dengan
skoliosis. Namun, dalam kasus ini, lengkungan tulang belakang tidak
permanen dan dapat diperbaiki dengan koreksi postur.

2. Skoliosis Neuromuskular:

Skoliosis neuromuskular terjadi sebagai akibat dari kelainan


neuromuskular yang memengaruhi otot dan sistem saraf. Beberapa
contoh kondisi yang dapat menyebabkan skoliosis neuromuskular
adalah dystrofi otot, cerebral palsy, atau kelainan syaraf tulang
belakang. Diagnosis banding ini melibatkan evaluasi yang cermat
15
untuk mengidentifikasi kelainan neuromuskular yang mendasari.
3. Skoliosis Kongenital:

Skoliosis kongenital adalah bentuk skoliosis yang hadir


sejak lahir akibat kelainan perkembangan tulang belakang.
Pada kasus ini, ada kelainan struktural pada tulang
belakang yang menyebabkan lengkungan yang terlihat.
Diagnosis banding ini melibatkan pencitraan seperti sinar-
X dan pemeriksaan yang mendalam untuk menentukan
kelainan bawaan yang mendasari.

16
GAMBAR PENDERITA SKOLIOSIS

17
GAMBARAN ANATOMI
Secara Anatomis, penderita skoliosis menderita berbagai kelainan,
seperti :

 Tulang belakang melengkung secara abnormal ke arah samping.


 Bahu dan atau pinggul kiri dan kanan tidak sama tingginya.
 nyeri punggung
 Kelelahan pada tulang belakang setelah duduk atau berdiri lama

18
LOKASI SKOLIOSIS

19
DIAGNOSA
 A. Anamnesis
 KU : Pasien datang dengan keluhan perbedaan antara
bahu kanan dan bahu kiri

 B. Pemeriksaan Fisik
 Inspeksi :
 Tulang belakang melengkung secara abnormal ke arah
samping.
 Bahu kanan dan bahu kiri tidak simetris. Bahu kanan lebih
tinggi daripada bahu kiri.
 Pinggang yang tidak simetris, salah satu pinggul lebih tinggi
20
atau lebih menonjol daripada yang lain.
 Ketika membungkuk ke depan, terlihat dadanya tidak simetris.
 Badan miring ke salah satu sisi, paha kirinya lebih tinggi
daripada paha kanan .
 Ketika memakai baju, perhatikan lipatan baju yang tak
rata ,batas celana yang tak sama panjang.
 Untuk Skoliosis yg Idiopatik kemungkinan terdapat kelainan
yang mendasarinya, misalnya neurofibromatosis yang harus
diperhatikan adalah bercak “café au lait” atau Spina Bifida yang
harus memperhatikan tanda hairy patches (sekelompok rambut
yg tumbuh di daerah pinggang).
 Pasien berjalan dengan kedua kaki lebar.
 Perut menonjol.
 Sedangkan pada kasus yang berat dapat menyebabkan :
 Kepala agak menunduk ke depan

 Punggung lurus dan tidak mobile

 Pangggul yang tidak sama tinggi

21
PALPASI
“THE ADAM’S FORWARD BENDING TEST”

 Temuan abnormal berupa asimetri ketinggian iga atau otot-otot


paravertebra pada satu sisi, menunjukan rotasi badan yang
berkaitan dengan kurvatura lateral.
22
D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
 Rontgen tulang belakang / plain foto

23
TEST
A. METODE COBB
TEST INI DIGUNAKAN UNTUK MENGUKUR SUDUT
KELENGKUNGAN DARI TULANG BELAKANG .

 Caranya:
- Mengukur sudut Cobb dengan
menggambar garis tegak lurus dari
lempeng ujung superior dari
vertebra paling atas pada lengkungan
(mengukur dari puncak T9 )

- Dan garis tegak lurus dari lempeng


akhir inferior vertebra paling bawah
dari lengkungan (mengukur dari alas
L3 )

- Perpotongan dari kedua garis ini


membentuk suatu sudut yang diukur.

24
TERAPI
A. Medikamentosa
1. Analgesik
Asam Asetil Salisilat 3 x 500 mg
Paracetamol 3 x 500 mg
Indometacin 3 x 25 mg
2. NSAID (Non Steroid Anti Inflamation Drug)

B. Fisioterapi
 Terapi panas, dengan cara mengompres
 Alat penyangga

25
“PENYANGGA MILWAUKEE”

 Digunakan untuk membantu meluruskan tulang belakang pada anak


dalam masa pertumbuhan 26
“PENYANGGA BOSTON”

 Digunakan pada skoliosis bagian lumbal atau


27
torakolumbal.
3. TERAPI STIMULASI OTOT-OTOT SKOLIOSIS

28
C. TINDAKAN PEMBEDAHAN

1. Penanaman Harrington rods (batangan Harrington)

29
2. Pemasangan peralatan Cotrell-Dubousset
 pemasangan beberapa batangan dan pengait untuk
menarik, menekan, menderotasi tulang belakang.

Pencegahan :
 Tidak boleh mengangkat barang-barang berat

Tindakan Yang Dapat Membantu Skoliosis


 Mengangkat pinggul yang miring

 Peregangan tulang belakang

 Latihan pernapasan

 Yoga

30
DAFTAR PUSTAKA
 David J Dandy MA MD FRCS Essential Othopaedics and Trauma, Second
Edition. 1993
 Sabiston. Buku Ajar Bedah, 1994. Bagian 2, 392-396
 Nelson. Ilmu Kesehatan Anak, Edisi 15. 1996. 2360-2364, 689-692, EGC
 Wim De Jong. Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi 2; Editor R. Sjamsuhidayat,
832-834, EGC
 Sylvia A Price, Lorraine M Wilson . Patofisiologi, Edisi 6, EGC
 Sylvia A Price, Lorraine M Wilson. Patofisiologi, Edisi 2 Bagian 2, 391-
392, EGC
 Gerald B Merenstein, David W Kaplan. Buku Pegangan Pediatri, Edisi 17,
685-687
 Priguna Sidharta M D Phd. Neurologi Klinis Dalam Praktek Umum, 211-
213, Dian Rakyat
31
TERIMA KASIH

32

Anda mungkin juga menyukai