Disusun oleh :
SI PENDIDIKAN NERS
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS AIRLANGGA
2019
TINJAUAN PUSTAKA
1.1. Definisi Skoliosis
Skoliosis berasal dari bahasa Yunani yang berarti lengkungan, mengandung arti
kondisi patologik. Skoliosis adalah kelengkungan tulang belakang yang abnormal ke arah
samping, yang dapat terjadi pada segmen servikal (leher), thorakal (dada) maupun lumbal
(pinggang). Skoliosis merupakan penyakit tulang belakang yang menjadi bengkok ke
samping kiri atau kanan sehingga wujudnya merupakan bengkok benjolan yang dapat
dilihat dengan jelas dari arah belakang. Penyakit ini juga sulit untuk dikenali kecuali
setelah penderita meningkat menjadi dewasa (Mion,Rosmawati, 2007).
Skoliosis adalah suatu kelainan pembengkokan bentuk tulang belakang ke arah
samping kanan atau kiri. Kelainan bentuk ini terjadi akibat adanya perubahan bentuk tulang
belakang secara tiga dimensi yaitu perubahan struktur penyokong tulang belakang seperti
jaringan lunak sekitarnya dan struktur lainnya (Rahayussalim, 2007).
Sehingga dapat disimpulkan bahwa skoliosis adalah suatu kelainan bentuk pada
tulang belakang dimana terjadi pembengkokan tulang belakang ke arah samping kiri atau
kanan.
(menyebabkan sebelah bahu menjadi tinggi), postur badan yang tidak bagus
(seperti selalu membongkok atau badan tidak seimbang).
b. Kaki tidak sama panjang.
2. Skoliosis struktural disebabkan oleh pertumbuhan tulang belakang yang tidak normal
seperti :
a. Bahu tidak sama tinggi
b. Garis pinggang tidak sama tinggi
c. Badan belakang menjadi bongkok sebelah
d. Sebelah pinggul lebih tinggi
e. Badan kiri dan kanan menjadi tidak simetri.
Intake nutrisi Kerja otot pada ruas tulang Kekurangan Asam Sekresi melatonin
belakang Folat pada Ibu pada malam hari
Hamil
Defisit Vit.D & Ca
Progresivitas
Ketegangan otot
Gangguan berkurang
pembentukan tulang
Abnormalitas
belakang pada janin
perkembangan spinal Perkembangan otot tulang
belakang terganggu
Hemispina
Kelainan tulang
Otot menjadi lemah
belakang saat bayi
dilahirkan
Deformitas Tulang
Belakang Ruas tulang belakang
melemah
Deviasi lateral corpus spinal Kelelahan tulang dan sendi Tulang belakang membelok,
dada kanan menonjol dan
scapula tampak lebih tinggi
Kaku otot
Derajat deviasi semakin
Menghambat pergerakan
Herniasi cincin tulang Klien cemas dengan Area paru tertekan
belakang perubahan tubuhnya
MK : Hambatan Mobilitas
Fisik
MK : Nyeri Akut Pergerakan rusuk
MK : Ansietas dan paru terhambat
Ekspansi paru
MK : Gangguan
Citra Tubuh
Gejala dari skolisis dapat berupa:
a. Tulang belakang melengkung secara abnormal ke arah samping
b. Bahu dan/atau pinggul kiri dan kanan tidak sama tingginya
c. Nyeri punggung
d. Kelelahan pada tulang belakang setelah duduk atau berdiri lama
e. Skoliosis yang berat (dengan kelengkungan yang lebih besar dari 60) bisa
menyebabkan gangguan pernafasan.
Kebanyakan pada punggung bagian atas, tulang belakang membengkok ke kanan dan pada
punggung bagian bawah, tulang belakang membengkok ke kiri; sehingga bahu kanan lebih
tinggi dari bahu kiri. Pinggul kanan juga mungkin lebih tinggi dari pinggul kiri.
B. Struktural (Kongenital)
1. Konservatif
Observasi, monitoring dan evaluasi terhadap progresifitas harus dilakukan
secara komprehensif. Intervensi dengan penggunaan alat ortotik dilakukan
sesuai dengan derajat deformitas.
2. Intervensi bedah
Merupakan pengobatan paling efektif untuk mengatasi skoliosis congenital,
bedah koreksi dilakukan untuk mencegah progresifitas terutama apabila dengan
penatalaksanaan ortotik tidak tidak menurunkan progresifitas secara optimal.
Intervensi bedah dilakukan sesuai derajat dari skoliosis. Intervensi tersebut
meliputi hal-hal berikut:
a) Convex growth arrest
b) Posterior fusion
c) Combined anterior and posterior fusion
d) Hemivertebra excision
e) Vertebrectomy (Helmi, 2013)
b. Keluhan utama
Klien dengan skoliosis berat akan mengalami sesak nafas, nyeri pada punggung,
gangguan sendi, atau kelelahan pada tulang belakang setelah duduk atau berdiri
terlalu lama.
c. Riwayat kesehatan
Riwayat penyakit sekarang
Sejak kapan timbul keluhan, tanyakan apakah memiliki riwayat trauma.
Identifikasi timbulnya gejala mendadak atau perlahan, apakah ada
keterbatasan gerak saat melakukan aktivitas, dankaji klien untuk
mengungkapkan alasan klien memeriksan dirinya.
Riwayat penyakit dahulu
Tanyakan kondisi kesehatan individu untuk melengkapi data mengenai
adanya efek langsung atau tidak langsung terhadap muskulokeletal,
misalnya riwayat trauma atau kerusakan tulang.
Riwayat penyakit keluarga
Riwayat penyakit keluarga perlu diketahui untuk menentukan hubungan
genetik yang perlu diidentifikasi misalnya (penyakit diabetes melitus yang
merupakan predisposisi penyakit sendi degeneratif).
d. Riwayat diet
Identifikasi adanya kelebihan berat badan karena kondisi ini dapat mengakibatkan
stes pada sendi penyangga tubuh dan predisposisi terjadi instabilitas
ligamen,khsusnya pada punggung bagian bawah.
e. Aktivitas kegiatan sehari-hari
Identifikasi pekerjaan pasien dan aktivitas sehari-hari. Kebiasaan membawah
benda-benda berat yang dapat menimbulkan regangan otot dan trauma lainya.
Pemakaian hak sepatu yang terlalu tinggi dapat menimbulkan kontraksi pada tendon
achiles dan dapat terjadi dislokasi. Perlu di kaji pula aktivitas hidup sehari-hari, saat
ambulasi apakah ada nyeri pada sendi, apakah menggunakan alat bantu (kursi
roda,tongkat).
f. Pemeriksaan fisik
Ada dua macam pemeriksaan fisik, yaitu pemeriksaan umum (status general) untuk
mendapatkan gambaran umum dan pemeriksaan setempat (lokal).
1) Status General
Keadaan baik dan buruknya klien. Tanda tanda yang perlu dicatat sebagai
berikut :
a) Kesadaran klien (apatis, spoor, koma, gelisah, kompos mentis, kesakitan).
b) Kesakitan, keadaan penyakit : akut, kronis, ringan, sedang, berat.
c) TTV tidak normal karena ada gangguan lokal baik fungsi maupun bentuk.
B. Diagnosis Keperawatan
1. Ansietas b.d perubahan besar (status kesehatan, fungsi peran, status peran)
2. Gangguan citra tubuh b.d gangguan struktur tubuh
3. Harga diri rendah situasional b.d perubahan pada citra tubuh
4. Ketidakefektifan Pola Napas b.d gangguan musculoskeletal
5. Nyeri akut b.d cedera fisik
6. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh b.d ketidakmampuan
mengabsorbsi nutrien
7. Hambatan mobilitas fisik b.d gangguan musculoskeletal
C. Intervensi Keperawatan
Diagnosa Keperawatan :
Ansietas b.d perubahan besar (status kesehatan, fungsi peran, status peran)
SLKI SIKI
Setelah diberikan asuhan keperawatan 1. Ciptakan lingkungan tenang dan tanpa
selama 3x24 jam tingkat ansietas dapat gangguan dengan pencahayaan dan
diatasi, dengan kriteria hasil : suhu ruang yang nyaman
1. Klien tidak gelisah 2. Berikan informasi tertulis tentang
2. Klien tidak tegang
persiapan dan prosedur teknik relaksasi
3. Rasa khawatir klien akibat kondisi
3. Jelaskan tujuan, manfaat, Batasan, dan
yang dihadapi menurun
jenis relaksasi yang tersedia (mis :
napas dalam)
4. Anjurkan mengambil posisi nyaman
5. Anjurkan rileks dan merasakan sensasi
relaksasi
6. Anjurkan sering mengulangi atau
melatih teknik yang dipilih
Diagnosa Keperawatan :
Gangguan citra tubuh b.d gangguan struktur tubuh
SLKI SIKI
Setelah dilakukan tindakan keperawatan, 1. Identifikasi perubahan citra tubuh yang
citra tubuh klien membaik dengan kriteria mengakibatkan isolasi sosial
2. Diskusikan perubahan tubuh dan
hasil :
1. Perasaan negatif klien tentang fungsinya
3. Diskusikan perbedaan penampilan fisik
perubahan tubuh menurun
2. Kekhawatiran klien pada terhadap harga diri
4. Diskusikan kondisi stres yang
penolakan/reaksi orang lain menurun
mempengaruhi citra tubuh
5. Latih fungsi tubuh yang dimiliki
Diagnosa Keperawatan :
Harga diri rendah situasional b.d perubahan pada citra tubuh
SLKI SIKI
Setelah dilakukan tindakan keperawatan, 1. Monitor klien untuk terlibat dalam
maka harga diri meningkat dengan kriteria verbalisasi positif untuk diri sendiri
2. Motivasi menerima tantangan atau hal
hasil :
1. Klien tidak merasa malu baru
2. Klien percaya diri saat berbicara 3. Diskusikan kepercayaan terhadap
dengan orang lain penilaian diri
3. Klien dapat menerima dan menilai 4. Diskusikan pengalaman yang
positif terhadap diri sendiri meningkatkan harga diri
5. Jelaskan pada keluarga pentingnya
dukungan dalam perkembangan
konsep positif dari klien
6. Latih cara berfikir dan berperilaku
positif
7. Latih meningkatkan kepercayaan pada
kemampuan dalam menangani situasi
Diagnosa Keperawatan :
Ketidakefektifan Pola Napas b.d gangguan musculoskeletal
SLKI SIKI
Setelah diberikan asuhan keperawatan 1. Posisikan klien untuk memaksimakan
selama 2x24 jam pola nafas klien kembali ventilasi
2. Posisikan klien untuk meringankan
normal, dengan kriteria hasil :
sesak nafas
1. Suara asukultasi nafas kembali normal
3. Ajarkan klien untuk bernafas pelan dan
2. Irama pernafasan normal
3. Frekuensi pernafasan membaik dalam
4. Monitor keluhan sesak nafas klien
termasuk kegiatan yang meningkatkan
atau memperburuk sesak nafas tersebut
5. Monitor kecepatan irama, kedalaman,
nyeri
4. Ajarkan teknik nonfarmakologi
(relaksasi, terapi musik, distraksi, terapi
aktivitas, massase) untuk mengurangi
nyeri
5. Ajak klien untuk mengkaji faktor yang
dapat memperburuk nyeri
6. Kaji kembali respons klien terhadap
DAFTAR PUSTAKA
Helmi, Zairin Noor. 2013. Buku Ajar Gangguan Muskuloskeletal. Jakarta: Salemba Medika
LeMone,P., dkk. 2016. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah : Gangguan Muskuloskeletal.
Jakarta : EGC
Irnandi, Dicky Faizal. 2013. Skoliosis. http://www.bethesda-
clinic.com/id/artikel/view/id/22/url/skoliosis diakses pada tanggal 15 November 2019
pukul 20.17
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta: Dewan
Pengurus PPNI
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Jakarta: Dewan
Pengurus PPNI
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta: Dewan
Pengurus PPNI