Anda di halaman 1dari 37

CIDERA JARINGAN LUNAK

(DISLOKASI)

Oleh :
Kelompok VII
C NON REGULER
Muliyana (21906062)
Aryani Arif Palimai (21906044)
Agriyati Wirasti (21906162)
Rezki Ananda (21906165)
Zulfiqrie Iskandar (21906079)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MAKASSAR


PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
2020
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr.Wb.
Puji syukur alhamdulillah kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
telah melimpahkan rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan sehingga makalah ini
bisa selesai pada waktunya.

Kami berharap semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan para pembaca.
Namun terlepas dari itu, kami memahami bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna,
sehingga kami sangat mengharapkan kritik serta saran yang bersifat membangun demi
terciptanya makalah selanjutnya yang lebih baik lagi.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, karena itu segenap
saran dan kritik membangun dari berbagai pihak sangat kami harapkan untuk perbaikan di
masa mendatang. Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua.

Wassalamu’alaikum Wr, Wb.

Maccini Raya, 25 Desember 2019

Kelompok VII

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................................i

DAFTAR ISI............................................................................................................................ii

BAB I (PENDAHULUAN)

Latar Belakang.....................................................................................................................1

Rumusan Masalah................................................................................................................2

Tujuan..................................................................................................................................2

BAB II (PEMBAHASAN)

Definisi................................................................................................................................3

Klasifikasi............................................................................................................................3

Etiologi................................................................................................................................4

Patofisiologi.........................................................................................................................5

Manifestasi Klinis................................................................................................................6

Komplikasi ..........................................................................................................................6

Pemeriksaan Penunjang.......................................................................................................6

Penatalaksanaan...................................................................................................................7

Asuhan Keperawatan...........................................................................................................8

BAB III (ASUHAN KEPERAWATAN DISLOKASI)

Pengkajian................................................................................................................................4

Diagnosa Keperawatan.............................................................................................................2

Intervensi..................................................................................................................................3

Implementasi dan evaluasi.......................................................................................................5

BAB IV (PENUTUP)

Kesimpulan............................................................................................................................30

Saran ......................................................................................................................................31

Daftar Pustaka..........................................................................................................................

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Cidera Jaringan Lunak merupakan cidera yang melibatkan jaringan kulit, otot,
syaraf, serta pembuluh darah akibat trauma benda tajam ataupun benda tumpul.
Jaringan lunak termasuk otot, tendon, ligament, fasia, saraf, jaringan berserat, lemak,
pembuluh darah, dan membran sinovial. Dislokasi adalah cidera yang menyebabkan
ujung tulang mengalami perubahan posisi dari posisi normal dan artikulasi sendi
hilang. Dislokasi biasnaya mengikuti trauma seperti terjatuh atau pukulan.meskipun
dislokasi dapat terjadi pada semua sendi, mereka terjadi paling sering di bahu dan
sendi akromioklavikular (Sitti Sholihah, 2018).
Badan kesehatan dunia (WHO) mencatat jumlah kejadian cidera pada tahun
2011-2012 terdapat 1.3 juta orang yang mengalami cidera (WHO,2012). Sebuah studi
di Amerika Serikat dilaporkan bahwa kasus dislokasi sendi bahu sering ditemukan
pada orang dewasa, jarang ditemukan pada anak-anak dengan penyebab tersering
didapatkan 58.8 % akibat terjatuh (Apley, 2010). Dislokasi sendi merupakan salah
satu dari cidera muskuloskeletal yang cenderung terus meningkat dan akan
mengancam kehidupan, dislokasi sendi umumnya jarang menyebabkan kematian,
namun dapat menimbulkan penderitaan fisik, stress mental, dan kehilangan banyak
waktu (Ismunandar, 2018).
Berdasarkan data Riskesdas, proporsi cedera yang mengakibatkan kegiatan
sehari-hari terganggu di Indonesia yaitu 9.2 % dengan provinsi Sulawesi Selatan
berjumlah 11.0 % (Riskesdas, 2018). Selain itu, proporsi bagian tubuh yang cidera
pada anggota gerak atas di Indonesia yaitu 32.7 % dengan provinsi Sulawesi Selatan
yaitu 32.4 % dan berdasarkan proporsi tempat terjadinya cidera di rumah dan
lingkungannya di Indonesia yaitu 44.7 % dan dengan provinsi Sulawesi Selatan
berjumlah 43.1 %.
Dalam penelitian Siti Sholihah, 2018 menjelaskan bahwa dislokasi adalah cidera
pada persendian akibat pergeseran antara tulang dengan tulang, sehingga sendi tidak
dalam keadaan anatomisnya dan menyebabkan robeknya jaringan disekitar
persendian. Gejala-gejala yang terlihat biasanya terdapat pembengkakan dan terasa
adanya nyeri sedang hingga nyeri berat. Dalam penelitian yang dilakukan oleh (War

1
and Rajeswaren, 2013) didapatkan data bahwa pada pasien pasca cedera akan
mengalami penurunan kualitas hidup, yang meliputi gangguan kesehatan fisik
sebanyak 58.23%, mengalami gangguan kesehatan psikologis sebanyak 53.17%,
terjadi gangguan hubungan sosial sebanyak 56.23%, dan sebanyak 55.03%
mengalami gangguan lingkungan.
Manifestasi klinis dislokasi sendi adalah nyeri akut yaitu nyeri yang sering
terdapat pada dislokasi sendi bahu, sendi siku, metacarpal phalangeal dan sendi
pangkal paha sevikal, kemudian terjadi perubahan kontur sendi, perubahan panjang
ekstermitas, mengalami deformitas pada persendian, perubahan sumbu tulang yang
mengalami dislokasi, dan kehilangan mobilitas normal, serta terjadi gangguan
Gerakan otot-otot tidak dapat bekerja dengan baik pada tulang tersebut.
Pembengkakan dan kekakuan juga menjadi manifestasi klinis dari dislokasi sendi
(Sitti Sholihah, 2018).
Dalam penjelasan di atas, sehingga kami tertarik untuk membahas konsep medis
dan gambaran asuhan keperawatan dengan masalah cidera jaringan lunak (dislokasi).
2. Rumusan Masalah
a. Apakah Definisi Dislokasi ?

b. Apa sajakah Klasifikasi Dislokasi ?

c. Apakah Etiologi Dislokasi ?

d. Apakah Patofisiologi Dislokasi ?

e. Apakah Manifestasi Klinis Dislokasi ?

f. Apakah Komplikasi Dislokasi ?

g. Bagaimanakah Pemeriksaan Penunjang Dislokasi ?

h. Bagaimanakah Penatalaksanaan Dislokasi ?

i. Bagaimana Asuhan Keperawatan Dislokasi ?

2
3. Tujuan

a. Mengetahui Definisi Dislokasi

b. Mengetahui Klasifikasi Dislokasi

c. Mengetahui Etiologi Dislokasi

d. Mengetahui Patofisiologi Dislokasi

e. Mengetahui Manifestasi Klinis Dislokasi

f. Mengetahui Komplikasi Dislokasi

g. Mengetahui Pemeriksaan Penunjang Dislokasi

h. Mengetahui Penatalaksanaan Dislokasi

i. Mengetahui Asuhan Keperawatan Dislokasi

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. DEFINISI
Dislokasi sendi adalah suatu keadaan di mana permukaan sendi tulang yang
membentuk sendi tak lagi dalam hubungan anatomis. Secara kasar tulang “lepas dari
sendi.” (Brunner&Suddarth,2001).
B. KLASIFIKASI

Menurut Brunner&Suddarth (2001), Dislokasi dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

a. Dislokasi congenital :
Terjadi sejak lahir akibat kesalahan pertumbuhan, paling serig terjadi pada pinggul.
b. Dislokasi patologik atau spontan :
Akibat penyakit sendi dan atau jaringan sekitar sendi. misalnya tumor, infeksi, atau
osteoporosis tulang. Ini disebabkan oleh kekuatan tulang yang berkurang.
c. Dislokasi traumatic :
Kedaruratan ortopedi (pasokan darah, susunan saraf rusak dan mengalami stress
berat, kematian jaringan akibat anoksia) akibat oedema (karena mengalami
pengerasan). Terjadi karena trauma yang kuat sehingga dapat mengeluarkan tulang
dari jaringan disekeilingnya dan mungkin juga merusak struktur sendi, ligamen,
syaraf, dan system vaskular. Kebanyakan terjadi pada orang dewasa.
Berdasarkan tipe kliniknya dibagi :
1) Dislokasi Akut
Umumnya terjadi pada shoulder, elbow, dan hip. Disertai nyeri akut dan
pembengkakan di sekitar sendi.
2) Dislokasi Kronik
3) Dislokasi Berulang
Jika suatu trauma Dislokasi pada sendi diikuti oleh frekuensi dislokasi yang
berlanjut dengan trauma yang minimal, maka disebut dislokasi berulang.
Umumnya terjadi pada shoulder joint dan patello femoral joint.
Berdasarkan tempat terjadinya :
1) Dislokasi Sendi Rahang
Dislokasi sendi rahang dapat terjadi karena :
a) Menguap atau terlalu lebar.

4
b) Terkena pukulan keras ketika rahang sedang terbuka, akibatnya penderita tidak
dapat menutup mulutnya kembali.
2) Dislokasi Sendi Bahu
Pergeseran kaput humerus dari sendi glenohumeral, berada di anterior dan medial
glenoid (dislokasi anterior), di posterior (dislokasi posterior), dan di bawah
glenoid (dislokasi inferior).
3) Dislokasi Sendi Siku
Merupakan mekanisme cederanya biasanya jatuh pada tangan yang dapat
menimbulkan dislokasi sendi siku ke arah posterior dengan siku jelas berubah
bentuk dengan kerusakan sambungan tonjolan-tonjolan tulang siku.
4) Dislokasi Sendi Jari
Sendi jari mudah mengalami dislokasi dan bila tidak ditolong dengan segera
sendi tersebut akan menjadi kaku kelak. Sendi jari dapat mengalami dislokasi ke
arah telapak tangan atau punggung tangan.
5) Dislokasi Sendi Metacarpophalangeal dan Interphalangeal
Merupakan dislokasi yang disebabkan oleh hiperekstensi-ekstensi persendian.
6) Dislokasi Panggul
Bergesernya caput femur dari sendi panggul, berada di posterior dan atas
acetabulum (dislokasi posterior), di anterior acetabulum (dislokasi anterior), dan
caput femur menembus acetabulum (dislokasi sentra).
7) Dislokasi Patella
a) Paling sering terjadi ke arah lateral.
b) Reduksi dicapai dengan memberikan tekanan ke arah medial pada sisi lateral
patella sambil mengekstensikan lutut perlahan-lahan.
c) Apabila dislokasi dilakukan berulang-ulang diperlukan stabilisasi secara
bedah.
Dislokasi biasanya sering dikaitkan dengan patah tulang / fraktur yang
disebabkan oleh berpindahnya ujung tulang yang patah oleh karena kuatnya
trauma, tonus atau kontraksi otot dan tarikan.
C. ETIOLOGI
Menurut Brunner&Suddarth (2001), Dislokasi disebabkan oleh :
a. Cedera olahraga
Olah raga yang biasanya menyebabkan dislokasi adalah sepak bola dan hoki, serta
olah raga yang beresiko jatuh misalnya : terperosok akibat bermain ski, senam,

5
volley. Pemain basket dan pemain sepak bola paling sering mengalami dislokasi
pada tangan dan jari-jari karena secara tidak sengaja menangkap bola dari pemain
lain.
b. Trauma yang tidak berhubungan dengan olah raga
Benturan keras pada sendi saat kecelakaan motor biasanya menyebabkan dislokasi.
c. Terjatuh
Terjatuh dari tangga atau terjatuh saat berdansa diatas lantai yang licin
d. Patologis : terjadinya ‘tear’ ligament dan kapsul articuler yang merupakan
kompenen vital penghubung tulang.

D. PATOFISIOLOGI
Penyebab terjadinya dislokasi sendi ada tiga hal yaitu karena kelainan congenital
yang mengakibatkan kekenduran pada ligamen sehingga terjadi penurunan stabilitas
sendi. Dari adanya traumatic akibat dari gerakan yang berlebih pada sendi dan dari
patologik karena adanya penyakit yang akhirnya terjadi perubahan struktur sendi.
Dari 3 hal tersebut, menyebabkan dislokasi sendi. Dislokasi mengakibatkan timbulnya
trauma jaringan dan tulang, penyempitan pembuluh darah, perubahan panjang
ekstremitas sehingga terjadi perubahan struktur. Dan yang terakhir terjadi kekakuan
pada sendi. Dari dislokasi sendi, perlu dilakukan adanya reposisi dengan cara dibidai.
Cedera akibat olahraga dikarenakan beberapa hal seperti tidak melakukan exercise
sebelum olahraga memungkinkan terjadinya dislokasi, dimana cedera olahraga
menyebabkan terlepasnya kompresi jaringan tulang dari kesatuan sendi sehingga
dapat merusak struktur sendi dan ligamen. Keadaan selanjutnya terjadinya kompresi
jaringan tulang yang terdorong ke depan sehingga merobek kapsul/menyebabkan tepi
glenoid teravulsi akibatnya tulang berpindah dari posisi normal. Keadaan tersebut
dikatakan sebagai dislokasi.
Begitu pula dengan trauma kecelakaan karena kurang kehati-hatian dalam
melakukan suatu tindakan atau saat berkendara tidak menggunakan helm dan sabuk
pengaman memungkinkan terjadi dislokasi. Trauma kecelakaan dapat kompresi
jaringan tulang dari kesatuan sendi sehingga dapat merusak struktur sendi dan
ligamen. Keadaan selanjutnya terjadinya kompres jaringan tulang yang terdorong ke
depan sehingga merobek kapsul/menyebabkan tepi glenoid teravulsi akibatnya tulang
berpindah dari posisi normal yang menyebabkan dislokasi

6
E. MANIFESTASI KLINIS
Menurut Brunner & Suddarth (2001), yaitu:
a. Nyeri
b. Perubahan kontur sendi
c. Perubahan panjang ekstremitas
d. Kehilangan mobilitas normal
e. Perubahan sumbu tulang yang mengalami dislokasi
F. KOMPLIKASI
a. Komplikasi Dini
1) Cedera saraf : saraf aksila dapat cedera ; pasien tidak dapat mengkerutkan otot
deltoid dan mungkin terdapat daerah kecil yang mati rasa pada otot tesebut
2) Cedera pembuluh darah : Arteri aksilla dapat rusak
3) Fraktur disloksi
b. Komplikasi lanjut
1) Kekakuan sendi bahu:Immobilisasi yang lama dapat mengakibatkan kekakuan
sendi bahu, terutama pada pasien yang berumur 40 tahun.Terjadinya
kehilangan rotasi lateral, yang secara otomatis membatasi abduksi
2) Dislokasi yang berulang:terjadi kalau labrum glenoid robek atau kapsul
terlepas dari bagian depan leher glenoid
3) Kelemahan otot

G. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
a. Sinar-X (Rontgen)
Pemeriksaan rontgen merupakan pemeriksaan diagnostik noninvasif untuk
membantu menegakkan diagnosa medis. Pada pasien dislokasi sendi ditemukan
adanya pergeseran sendi dari mangkuk sendi dimana tulang dan sendi berwarna
putih.
b. CT Scan
CT-Scan yaitu pemeriksaan sinar-X yang lebih canggih dengan bantuan
komputer, sehingga memperoleh gambar yang lebih detail dan dapat dibuat
gambaran secara 3 dimensi. Pada psien dislokasi ditemukan gambar 3 dimensi
dimana sendi tidak berada pada tempatnya.
c. MRI

7
MRI merupakan pemeriksaan yang menggunakan gelombang magnet dan
frekuensi radio tanpa menggunakan sinar-X atau bahan radio aktif, sehingga
dapat diperoleh gambaran tubuh (terutama jaringan lunak) dengan lebih detail.
Seperti halnya CT-Scan, pada pemeriksaan MRI ditemukan adanya pergeseran
sendi dari mangkuk sendi (Brunner&Suddarth,2001).

H. PENATALAKSANAAN
a. Medis
1) Farmakologi (ISO Indonesia 2011-2012)
a) Pemberian obat-obatan : analgesik non narkotik
- Analsik yang berfungsi untuk mengatasi nyeri otot, sendi, sakit kepala, nyeri
pinggang. Efek samping dari obat ini adalah agranulositosis. Dosis: sesudah
makan, dewasa: sehari 3×1 kapsul, anak: sehari 3×1/2 kapsul.
- Bimastan yang berfungsi untuk menghilangkan nyeri ringan atau sedang,
kondisi akut atau kronik termasuk nyeri persendian, nyeri otot, nyeri setelah
melahirkan. Efek samping dari obat ini adalah mual, muntah, agranulositosis,
aeukopenia. Dosis: dewasa; dosis awal 500mg lalu 250mg tiap 6 jam.
2) Pembedahan
Operasi ortopedi
Operasi ortopedi merupakan spesialisasi medis yang mengkhususkan pada
pengendalian medis dan bedah para pasien yang memiliki kondisi-kondisi
arthritis yang mempengaruhi persendian utama, pinggul, lutut dan bahu melalui
bedah invasif minimal dan bedah penggantian sendi. Prosedur pembedahan yang
sering dilakukan meliputi Reduksi Terbuka dengan Fiksasi Interna atau disingkat
ORIF (Open Reduction and Fixation).Berikut dibawah ini jenis-jenis pembedahan
ortopedi dan indikasinya yang lazim dilakukan :
- Reduksi Terbuka : melakukan reduksi dan membuat kesejajaran tulang yang
patah setelah terlebih dahulu dilakukan diseksi dan pemajanan tulang yang
patah.
- Fiksasi Interna : stabilisasi tulang patah yang telah direduksi dengan skrup,
plat, paku dan pin logam.

8
- Graft Tulang : penggantian jaringan tulang (graft autolog maupun heterolog)
untuk memperbaiki penyembuhan, untuk menstabilisasi atau mengganti tulang
yang berpenyakit.
- Amputasi : penghilangan bagian tubuh.
- Artroplasti: memperbaiki masalah sendi dengan artroskop(suatu alat yang
memungkinkan ahli bedah mengoperasi dalamnya sendi tanpa irisan yang
besar) atau melalui pembedahan sendi terbuka.
- Menisektomi : eksisi fibrokartilago sendi yang telah rusak.
- Penggantian sendi: penggantian permukaan sendi dengan bahan logam atau
sintetis.
- Penggantian sendi total: penggantian kedua permukaan artikuler dalam sendi
dengan logam atau sintetis.
b. Non medis
1) Dislokasi reduksi: dikembalikan ketempat semula dengan menggunakan
anastesi jika dislokasi berat.
2) RICE
R : Rest (istirahat)
I : Ice (kompres dengan es)
C : Compression (kompresi / pemasangan pembalut tekan)
E : Elevasi (meninggikan bagian dislokasi)

I. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN TEORI


1. PENGKAJIAN
a. Identitas Klien
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama,suku/bangs, pendidikan, ruangan
dirawat, no RM, status perkawinan, tanggal masuk RS, tanggal pengkajian,
diagnosa medis, alamat
b. Identitas Penanggung Jawab
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, suku / bangsa,
agama, alamat, hubungan dengan klien:
c. Keluhan utama
d. Riwayat Penyakit Sekarang

9
Pengumpulan data yang dilakukan untuk menentukan sebab dari disklokasi
yang nantinya membantu dalam membuat rencana tindakan terhadap klien. Ini
bisa berupa kronologi terjadinya penyakit.
e. Riwayat Penyakit Dahulu
Pada pengkajian ini ditemukan kemungkinan penyebab dislokasi, serta
penyakit yang pernah diderita klien sebelumnya yang dapat memperparah
keadaan klien dan menghambat proses penyembuhan.
f. Pemeriksaan Fisik
Pada penderita Dislokasi pemeriksan fisik yang diutamakan adalah nyeri,
deformitas, fungsiolesa misalnya: bahu tidak dapat endorotasi pada dislokasi
anterior bahu.
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Nyeri akut berhubungan agen pencedera fisik (misal trauma)
b. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan muskuloskeletal.
c. Defisit nurtrisi berhubungn dengan ketidak mampuan mencerna makanan.
d. Ansietas berhubungan dengan kurang terpapar informasi.
e. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan struktur/bentuk tubuh
misal trauma (Nanda, 2015-2017).
3. INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Nyeri akut berhubungan agen pencedera fisik (misal trauma).
Tujuan asuhan keperawatan : Setelah diberikan tindakan keperawatan
diharapkan rasa nyeri teratasi, dengan kriteria hasil :
a. Klien tampak tidak meringis lagi.
b. Klien tampak rileks.
Rencana Tindakan / Rasional:
a. Kaji skala nyeri
Rasional : Mengetahui intensitas nyeri.
b. Berikan posisi relaks pada pasien.
Rasional : Posisi relaksasi pada pasien dapat mengalihkan focus pikiran
pasien pada nyeri.
c. Ajarkan teknik distraksi dan relaksasi
Rasional : Tehnik relaksasi dan distraksi dapat mengurangi rasa nyeri.
d. Berikan lingkungan yang nyaman, dan aktifitas hiburan.
Rasional : Meningkatkan relaksasi pasien.

10
e. Kolaborasi pemberian analgesik.
Rasional : Analgesik mengurangi nyeri
2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan muskuloskeletal.
Tujuan asuhan keperawatan : Setelah diberikan tindakan keperawatan
diharapkan gangguan mobilitas fisik klien teratasi, dengan kriteria hasil :
a. Klien melaporkan peningkatan toleransi aktivitas (termasuk aktivitas
sehari-hari).
b. Klien menunjukkan penurunan tanda intolerasi fisiologis, misalnya nadi,
pernapasan, dan tekanan darah masih dalam rentang normal.
Rencana Tindakan / Rasional:
a. Kaji tingkat mobilisasi pasien.
Rasional : Menunjukkan tingkat mobilisasi pasien dan menentukan
intervensi selanjutnya.
b. Berikan latihan ROM.
Rasional : Memberikan latihan ROM kepada klien untuk mobilisasi.
c. Anjurkan penggunaan alat bantu jika diperlukan.
Rasional : Alat bantu memperingan mobilisasi pasien.
d. Monitor tonus otot
Rasional : Agar mendapatkan data yang akurat.
e. Membantu pasien untuk imobilisasi baik dari perawat maupun keluarga.
Rasional : Dapat membantu pasien untuk imobilisasi.

3. Defisit nurtrisi berhubungn dengan ketidak mampuan mencerna makanan..


Tujuan asuhan keperawatan : Setelah diberikan tindakan keperawatan
diharapkan kebutuhan nutrisi terpenuhi, dengan kriteria hasil :
a. Klien menunjukkan peningkatan atau mempertahankan berat badan dengan
nilai laboratorium normal
b. Tidak mengalami tanda mal nutrisi.
c. Klien menunjukkan perilaku, perubahan pola hidup untuk meningkatkan
dan atau mempertahankan berat badan yang sesuai.
Rencana Tindakan / Rasional:
a. Kaji riwayat nutrisi, termasuk makan yang disukai.
Rasional : Mengidentifikasi defisiensi, memudahkan intervensi
b. Observasi dan catat masukkan makanan pasien.

11
Rasional : Mengawasi masukkan kalori atau kualitas kekurangan konsumsi
makanan.
c. Timbang berat badan setiap hari.
Rasional : Mengawasi penurunan berat badan atau efektivitas intervensi
nutrisi.
d. Berikan makan sedikit dengan frekuensi sering dan atau makan diantara
waktu makan.
Rasional : Menurunkan kelemahan, meningkatkan pemasukkan dan
mencegah distensi gaster.
e. Observasi dan catat kejadian mual/muntah, flatus dan dan gejala lain yang
berhubungan.
Rasional : Gejala GI dapat menunjukkan efek anemia (hipoksia) pada organ
f. Berikan dan Bantu hygiene mulut yang baik ; sebelum dan sesudah makan,
gunakan sikat gigi halus untuk penyikatan yang lembut. Berikan pencuci
mulut yang di encerkan bila mukosa oral luka
Rasional : Meningkatkan nafsu makan dan pemasukkan oral. Teknik
perawatan mulut khusus mungkin diperlukan bila jaringan
rapuh/luka/perdarahan dan nyeri berat.
g. Kolaborasi pada ahli gizi untuk rencana diet.
Rasional : Membantu dalam rencana diet untuk memenuhi kebutuhan
individual.
h. Kolaborasi ; pantau hasil pemeriksaan laboraturium.
Rasional : Meningkatakan efektivitas program pengobatan, termasuk
sumber diet nutrisi yang dibutuhkan.
i. Kolaborasi; berikan obat sesuai indikasi.
Rasional : Kebutuhan penggantian tergantung pada tipe anemia dan atau
adanyan masukkan oral yang buruk dan defisiensi yang diidentifikasi.

4. Ansietas berhubungan dengan kurang terpapar informasi.


Tujuan asuhan keperawatan : Setelah diberikan tindakan keperawatan
diharapkan kecemasan pasien teratasi, dengan kriteria hasil :
a. Klien tampak rileks
b. Klien tidak tampak bertanya-tanya.
Rencana Tindakan / Rasional:

12
a. Kaji tingakat ansietas klien.
Rasional : Mengetahui tingakat kecemasan pasien dan menentukan
intervensi selanjutnya.
b. Bantu pasien mengungkapkan rasa cemas atau takutnya.
Rasional : Mengali pengetahuan dari pasien dan mengurangi kecemasan
pasien.
c. Kaji pengetahuan pasien tentang prosedur yang akan dijalaninya.
Rasional : Agar perawat mengetahui seberapa tingkat pengetahuan pasien
dengan penyakitnya.
d. Berikan informasi yang benar tentang prosedur yang akan dijalani pasien.
Rasional : Agar pasien mengerti tentang penyakitnya dan tidak cemas lagi.

5. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan struktur/bentuk tubuh


misal trauma.
Tujuan asuhan keperawatan : Setelah diberikan tindakan keperawatan
diharapkan gangguan body image teratasi.
Rencana Tindakan / Rasional:
a. Kaji konsep diri pasien
Rasional : Dapat mengetahui pasien.
b. Kembangkan BHSP dengan pasien.
Rasional : Menjalin saling percaya pada pasien.
c. Bantu pasien mengungkapkan masalahnya
Rasional : Menjadi tempat bertanya pasien untuk mengungkapkan
masalahnya.
d. Bantu pasien mengatasi masalahnya.
Rasional : Mengetahui masalah pasien dan dapat memecahkannya.

13
PATWAY

14
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN KASUS

I. DATA DEMOGRAFI
A. Biodata
1. Nama : Ny. D
2. Umur : 64 tahun
3. Jenis Kelamin : Perempuan
4. Agama : Islam
5. Suku / Bangsa : Makassar / Indonesia
6. Pendidikan : SLTA
7. Ruangan Dirawat : Ruang Bedah
8. No Reg : 122 xx xx
9. Status Perkawinan : Kawin
10. Tanggal Masuk RS : 16 Desember 2019
11. Tanggal Pengkajian : 17 Desember 2019
12. Diagnosa Medis : Dislokasi
13. Alamat : Pakatto
B. Identitas Penanggung Jawab
1. Nama : Ny. K
2. Umur : 43 tahun
3. Jenis Kelamin : Perempuan
4. Pendidikan : S1
5. Pekerjaan : PNS
6. Suku / Bangsa : Makassar/ Indonesia
7. Agama : Islam
8. Alamat : Pakatto
9. Hubungan dengan Klien: Anak

II. KELUHAN UTAMA


Pasien mengeluh nyeri pada lengan atas sebelah kiri

III. RIWAYAT KESEHATAN


A. Riwayat kesehatan sekarang

15
Pasien mengatakan nyeri pada lengan atas sebelah kiri akibat terjatuh dari tangga
dengan posisi tangan kiri menjadi tumpuan. Kemudian tidak lama pasien mengeluh
nyeri pada bagian lengan kiri atas dan tidak bisa digerakkan. Lengan atas kiri pasien
nampak membengkak, ekspresi wajah meringis, nyeri bertambah saat bergerak dan
disentuh, gerakan terbatas, nampak terpasang gips dan mitela, klien nampak meringis
dan cemas. Selama sakit klien mengatakan segala kebutuhannya di bantu dengan
keluarga karena terganggu akibat nyeri pada lengan atas sebelah kiri.
- Provocativ : pasien mengatakan pasien terjatuh dari tangga
- Quality : tertusuk-tusuk
- Regio : lengan atas sebelah kiri
- Scale : skala nyeri 6 dari 10
- Timing : mulai terjatuh sampai saat pengkajian, klien mengatakan nyeri
bertambah saat digerakkan dan tersentuh

B. Riwayat kesehatan lalu


Pasien mengatakan tidak ada riwayat sakit tekanan darah tinggi dan penyakit gula.
Keluarga pasien pun tidak ada yang menderita penyakit tersebut. Pasien hanya
mengatakan bahwa pasien menderita asam urat.
C. Riwayat kesehatan keluarga

G1

GII
? ? ? ?
? ?

6
4

GIII
? 4 ?
3

16
Keterangan : : laki-laki : klien

: perempuan X : meninggal

: garis perkawinan ? : tidak diketahui umurnya

: garis keturunan ---- : tinggal serumah

Keterangan :
GI : Orang tua klien sudah meninggal
GII : klien anak ke – 3 dari 5 bersaudara, saat ini klien
dirawat
di RSUD Syekh Yusuf
GIII : klien tinggal bersama dengan anak ke – 2 dari 3
bersaudara

IV. RIWAYAT PSIKOSOSIAL


Klien mengatakan semoga cepat sembuh dari penyakitnya

V. RIWAYAT SPRITUAL
Klien beragama islam, klien sering berdoa agar penyakitnya cepat sembuh.

VI. PERIKSAAN FISIK


A. Kedaan umum klien
Kesadaran Umum : klien nampak lemah
Kesadaran : Compos Mentis
Vital Sign : TD : 150/80 mmHg
N : 88 x/ menit
T : 36,9o c
RR : 22x/ menit

B. Pengkajian Head To Toe


1. Kepala
Berdasarkan pengkajian yang dilakukan terhadap pasien didapatkan data, bahwa
bentuk kepala pasien mesosefal, kebersihan tidak terkaji karena pasien

17
mengenakan kerudung. Tidak ada tanda perdarahan pada kepala pasien. Pasien
mengatakan tidak pusing maupun nyeri yang dirasakan pada kepala pasien.
2. Mata
Kebersihan mata pasien baik, tidak ada kotoran pada mata. Mata nampak putih
jernih, tidak ada tanda ikterik pada mata. Pupil mata pasien bereaksi terhadap
rangsangan cahaya. Lapang pandang dan ketajaman penglihatan tidak terkaji.
Klien tidak menggunakan alat bantu penglihatan.
3. Hidung
Kebersihan hidung pasien baik, tidak ada tanda peradangan dan tidak ada polip
pada rongga hidung. Tidak ada perdarahan antara hidung. Fungsi penciuman
baik pasien dapat membedakan bau alkohol dan minyak kayu putih.

4. Telinga
Bentuk telinga simetris antara kiri dan kanan, tidak ada cairan yang keluar dari
telinga pasien. Fungsi pendengaran pasien sudah mulai menurun akibat faktor
usia. Pasien tidak teralu mendengar apabila tidak keras saat berbicara.
5. Mulut
Kebersihan baik, pasien menggosok gigi 2x sehari. Tidak ada problem menelan.
Fungsi bicara masih baik. Fungsi mengunyah dan mengecap sudah mulai
menurun. Pasien mengatakan bahwa pasien menggunakan gigi palsu.
6. Leher
Pada pengkajian yang dilakukan terhadap pasien, pada leher pasien tidak ada
pembesaran kelenjar tiroid maupun pembesaran kelenjar limfe.
7. Dada
Bentuk dada pasien simetris antara kiri dan kanan. Tidak ada suara bunyi
tambahan. Tidak ada nyeri pada dada. Bunyi napas vesikuler dengan irama
regular 22 x/ menit
8. Abdomen
Keadaan permukaan abdomen normal, tidak terdapat lesi maupun
pembengakakan pada daerah abdomen. Fungsi pencernaan dan eliminasi bagus.
Bunyi peristaltik normal. Saat dilakukan perkusi abdomen terdengar bunyi
tympani, dan tidak ada nyeri tekan.
9. Genetalia
Pada pengkajian genetalia tidak terkaji

18
10. Ektremitas atas dan bawah
Pasien tidak dapat menggerakkan tangan kiri pasien, dan pasien mengatakan nyeri
pada lengan atas
5 1
5 5
Ket :
5 : Mampu melawan tahanan penuh
4 : Mampu melawan dengan sedikit tahan
3 : mampu melawan gravitasi
2 : mampu melawan gravitasi dengan sokongan
1 : teraba adanya kontraksi

VII. AKTIVITAS SEHARI-HARI


A. NUTRISI
Kondisi Sebelum sakit Saat sakit
1. Nafsu makan Baik Kurang porsi makan
2. Makanan yang disukai Nasi,sayur,lauk,buah Tidak habis,nasi, sayur
3. Pola makan Pagi,siang,malam Pagi,siang,malam
4. Frekuensi makan 3x sehari 3 x sehari (tidak habis)
5. Makanan pantangan Tidak ada makan Tidak ada makan
pantangan pantangan
6. Alergi makanan Tidak ada Tidak ada
7. Kesulitan Tidak ada Dibantu keluarga

B. CAIRAN
Kondisi Sebelum sakit Saat sakit
1. Frekuensi minum 8 gelas perhari ±100 ml air botol
2. Minuman yang disukai Air putih, teh Air putih
3. Minuman pantangan Minuman bersoda, Minuman bersoda, alkohol
alkohol
4. Volume Banyak Sedikit
5. Alergi minuman Tidak ada Tidak ada
6. Kesulitan Tidak ada Dibantu keluarga

C. ELIMINASI

19
Kondisi Sebelum sakit Saat sakit
1. BAK
- Frekuensi 5x/hari 3x/hari
- Warna dan bau Kuning dan amoniak Kuning dan amoniak
- Volume Banyak Sedikit
- Kesulitan Tidak ada Dibantu keluarga
2. BAB
- Frekuensi 1 x/ hari 1 x/ hari
- Konsistensi Lembek Lembek
- Kesulitan Tidak ada Dibantu keluaga

D. PERSONAL HYGIENE
Kondisi Sebelum sakit Saat sakit
1. Mandi
- cara Menyiram Di lap basah
- frekuensi 2x sehari 1x sehari
- alat Sabun, shampo,gayung Tissu basah, washlap
2. Cuci rambut
- cara Di bilas -
- frekuensi 1x sehari -
3. gunting kuku
- cara Di gunting -
- frekuensi 1x seminggu -
4. gosok gigi
- cara Di gosok Di gosok
- frekuensi 2x sehari 1x sehari

E. ISTIRAHATA TIDUR
Kondisi Sebelum sakit Saat sakit
1. Jam tidur
- Siang 14.00 – 16.00 13.00 – 14.00
- Malam 21.00 – 05.00 22.00 -05.00
2. Pola tidur Teratur Tidak teratur
3. Kebiasaan sebelum Berdoa Berdoa
4. Kesulitan tidur Tidak ada Pada saat nyeri timbul

20
VIII. DATA PENUNJANG
Rontgen :

IX. THERAPY SAAT INI


- Ketorolac 30 mg 3x1 amp/IV
- Ranitidin 2x1 amp/IV
- Infus RL 20 tpm
- Closed Reduction
- Terpasang gips dan mitela

21
X. KLASIFIKASI DATA
Ds Do
- Klien mengatakan nyeri pada lengan - Nampak lengan kiri atas bengkak
kiri atas dan tidak bisa digerakkan - Skala nyeri 6
- Klien mengatakan tidak bisa - Klien nampak meringis
menggerakan lengannya - TD : 150 / 80
- Klien mengatakan segala N : 88x/ menit
kebutuhannya di bantu dengan RR : 22x/menit
keluarga T : 36,9O
- Klien mengatakan cemas - Nampak lengan kiri atas tidak bisa
digerakkan
- Nampak terpasang gips dan mitela
- Klien nampak cemas
- Klien nampak bertanya-tanya dengan
peyakitnya

XI. ANALISA DATA


No Data Etiologi Masalah
1 Ds : Trauma Nyeri akut
- Klien mengatakan nyeri pada Dislokasi pada
sendi
lengan kiri
Do : Trauma joint
dislocation
- Nampak lengan kiri atas bengkak
- Skala nyeri 6 Deformatis tulang
- Klien nampak meringis
Gangguan bentuk
- Ttv dan pergerakan
TD : 150 / 80
Rasa tidak nyaman
N : 88x/ menit karena inflamasi
RR : 22x/menit
Nyeri
T : 36,9Oc
2. Ds : Trauma Gangguan
- Klien mengatakan tidak bisa Dislokasi pada mobilitas fisik
sendi
menggerakkan lengannya

22
- klien mengatakan segala Trauma joint
dislocation
kebutuhannya di bantu dengan
keluarga Deformatis tulang
Do :
Gangguan bentuk
- Nampak lengan kiri atas tidak bisa dan pergerakan
digerakkan
Kesulitan dalam
- Nampak terpasang gips dan mitela menggerakkan
sendi

Gangguan
mobilitas fisik

3. Ds: Trauma Ansietas


- Kilen mengatakan cemas dan Dislokasi pada
sendi
Do:
- Klien nampak cemas Trauma joint
dislocation
- Klien nampak bertanya-tanya
dengan penyakitnya Deformatis tulang

Gangguan bentuk
dan pergerakan

Informasi tidak
adekuat, kurang
pengetahuan,
tingkat pendidikan
rendah

Ansietas

XII. DIAGNOSA KEPERAWATAN


No Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri Akut berhubungan dengan agen cidera fisik
2. Gangguan Mobilitas Fisik berhubungan dengan gangguan muskuloskeletal

23
3. Ansietas berhubungan dengan kurang terpapar informasi

XIII. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN


Rencana
No Dx
Tujuan Intervensi Rasional

1 Nyeri Akut b/d Setelah dilakukakn 1. Kaji skala nyeri 1. Mengetahui


agen cidera tindakan intensitas nyeri.
fisik keperawatan 2. Berikan posisi 2. Posisi relaksasi
selama 15 menit , relaks pada pasien. pada pasien dapat
nyeri yang mengalihkan
dirasakan pasien focus pikiran
berkurang dengan pasien pada nyeri.
kriteria hasil : 3. Berikan lingkungan 3. Tehnik relaksasi
yang nyaman, dan dan distraksi dapat
a. Klien tampak
aktifitas hiburan. mengurangi rasa
tidak meringis
nyeri.
lagi.
4. Ajarkan teknik 4. Meningkatkan
b. Klien tampak
distraksi dan relaksasi pasien.
rileks.
relaksasi
5. Kolaborasi 5. Analgesik
pemberian mengurangi nyeri
analgesik.
2. Gangguan Setelah diberikan 1. Kaji tingkat 1. Menunjukkan
mobilitas fisik tindakan mobilisasi pasien. tingkat mobilisasi
b/d gangguan keperawatan pasien dan
muskuloskelet diharapkan menentukan
al gangguan mobilitas intervensi
fisik klien teratasi, selanjutnya.
dengan kriteria 2. Memberikan
2. Berikan latihan
hasil : latihan ROM
ROM.
kepada klien
a. Klien
untuk mobilisasi.
melaporkan
3. Alat bantu
peningkatan 3. Anjurkan
memperingan

24
toleransi penggunaan alat mobilisasi pasien.
aktivitas bantu jika
(termasuk diperlukan. 4. Agar
aktivitas sehari- 4. Monitor tonus otot mendapatkan data
hari). yang akurat.
b. Klien 5. Dapat membantu
menunjukkan 5. Membantu pasien pasien untuk
penurunan untuk imobilisasi imobilisasi.
tanda intolerasi baik dari perawat
fisiologis, maupun keluarga.
misalnya nadi,
pernapasan, dan
tekanan darah
masih dalam
rentang normal.

3. Ansietas b/d Setelah diberikan 1. Kaji tingkat ansietas 1. Mengetahui


kurang tindakan klien. tingakat
terpapar keperawatan kecemasan pasien
informasi diharapkan dan menentukan
kecemasan pasien intervensi
teratasi, dengan selanjutnya.
kriteria hasil : 2. Bantu pasien 2. Mengali
mengungkapkan pengetahuan dari
a. Klien tampak
rasa cemas atau pasien dan
rileks
takutnya. mengurangi
b. Klien tidak
kecemasan pasien.
tampak
3. Kaji pengetahuan 3. Agar perawat
bertanya-tanya.
pasien tentang mengetahui
prosedur yang akan seberapa tingkat
dijalaninya. pengetahuan
pasien dengan
penyakitnya.

25
4. Berikan informasi 4. Agar pasien
yang benar tentang mengerti tentang
prosedur yang akan penyakitnya dan
dijalani pasien. tidak cemas lagi.

26
CATATAN IMPLEMENTASI

Hari 1
Diagnosa
No Waktu Implementasi Evaluasi
Keperawatan
1 I Selasa 1. Mengkaji skala nyeri S : Pasien mengatakan
19.00 R: skala nyeri 6 dari 10 nyeri nya berkurang
2. Memberikan posisi relaks pada saat beberapa saat
pasien. setelah diberikan obat
R: posisi fowler anti nyeri
3. Memberikan lingkungan yang O : Posisi pasien fowler
nyaman, dan aktifitas hiburan. Pasien diberikan obat
R: menutup sampiran anti nyeri
4. Mengajarkan teknik distraksi TD : 150 / 80
dan relaksasi N : 88x/ menit
R: klien mengatakan mengerti RR : 22x/menit
dengan teknik relaksasi yang T : 36,9Oc
diajarkan A : Masalah Teratasi
5. Mengolaborasikan pemberian Sebagian
analgesik. P : Lanjutkan Intervensi
R: pemberian obat anti nyeri diruangan
injeksi ketorolac 3x1

II 19.20 1. Mengkaji tingkat mobilisasi S : Pasien mengatakan


pasien. segala aktivitasnya
R: klien belum bisa dibantu keluarga
menggerakkan bahu O:tampak menggunakan
2. Memberikan latihan ROM. mitela dan terpasang
R: klien tidak mampu melakukan gips
latihan ROM secara mandiri A : Masalah Belum
3. Menganjurkan penggunaan alat Teratasi
bantu jika diperlukan. P : Lanjutkan Intervensi
R: menggunakan mitela dan diruangan
terpasang gips
4. Memonitor tonus otot

27
R:
5 1
5 5
5. Membantu pasien untuk
imobilisasi baik dari perawat
maupun keluarga
R: klien di bantu keluarga dalam
melakukan aktivitas
III 19.30 1. Kaji tingkat ansietas klien. S : Pasien mengatakan
R: klien nampak cemas cemas terhadap
2. Bantu pasien mengungkapkan penyakitnya
rasa cemas atau takutnya. O : klien masih nampak
R: klien mengungkapakan cemas
kecemasannya A : Masalah Belum
3. Kaji pengetahuan pasien tentang Teratasi
prosedur yang akan dijalaninya. P : Lanjutkan Intervensi
R: klien mengerti prosedur yang diruangan
akan dilakukan
4. Berikan informasi yang benar
tentang prosedur yang akan
dijalani pasien
R: klien mengerti informasi
yang diberikan

CATATAN IMPLEMENTASI
Hari Ke - II
Diagnosa
No Waktu Implementasi Evaluasi
Keperawatan
1 I Rabu 1. Mengkaji skala nyeri S : Pasien mengatakan
09.00 R: skala nyeri 4 dari 10 melakukan teknik
2. Memberikan posisi relaks pada relaksasi yang diajarkan
pasien. O : Posisi pasien fowler
R: posisi fowler Pasien diberikan obat

28
3. Memberikan lingkungan yang anti nyeri
nyaman, dan aktifitas hiburan. TD : 130 / 80
R: menutup sampiran N : 80x/ menit
4. Mengajarkan teknik distraksi RR : 20x/menit
dan relaksasi T : 36,5Oc
R: klien melakukan teknik A : Masalah Teratasi
relaksasi yang diajarkan Sebagian
5. Mengolaborasikan pemberian
analgesik. P : Lanjutkan Intervensi
R: pemberian obat anti nyeri diruangan
injeksi ketorolac 3x1

II 09.20 1. Mengkaji tingkat mobilisasi S : Pasien mengatakan


pasien. segala aktivitasnya
R: klien belum mampu dibantu keluarga
menggerakkan bahu O:tampak menggunakan
2. Memberikan latihan ROM. mitela dan terpasang
R: klien melakukan latihan gips
ROM pasif A : Masalah Belum
3. Menganjurkan penggunaan alat Teratasi
bantu jika diperlukan. P : Lanjutkan Intervensi
R: menggunakan mitela dan diruangan
terpasang gips
4. Memonitor tonus otot
R:
5 1
5 5

5. Membantu pasien untuk


imobilisasi baik dari perawat
maupun keluarga
R: klien di bantu keluarga
III 09.30 1. Kaji tingakat ansietas klien. S: Pasien mengatakan

29
R: klien nampak rileks mengerti dengan
2. Bantu pasien mengungkapkan penyakitnya
rasa cemas atau takutnya. O: klien nampak rileks
R: klien mengatakan mengerti A: Masalah Teratasi
dengan penyakitnya P:Pertahankan
3. Kaji pengetahuan pasien tentang Intervensi
prosedur yang akan dijalaninya.
R: klien mengerti prosedur yang
akan dilakukan
4. Berikan informasi yang benar
tentang prosedur yang akan
dijalani pasien
R: klien mengerti informasi
yang diberikan

CATATAN IMPLEMENTASI
Hari Ke - III
Diagnosa
No Waktu Implementasi Evaluasi
Keperawatan
1 I Kamis 1. Mengkaji skala nyeri S : Pasien mengatakan
08.00 R: skala nyeri 4 dari 10 nyerinya berkurang
2. Memberikan posisi relaks pada setelah pemberian obat
pasien. dan menerapkan teknik
R: posisi fowler relaksasi untuk
3. Memberikan lingkungan yang menurunkan nyeri
nyaman, dan aktifitas hiburan. O : Posisi pasien fowler
R: menutup sampiran Pasien diberikan obat
4. Mengajarkan teknik distraksi anti nyeri
dan relaksasi TD : 120 / 90
R: klien masih tetap menerapkan N : 88x/ menit
teknik relaksasi ketika nyeri RR : 20x/menit
timbul T : 36 OC
5. Mengolaborasikan pemberian A : Masalah Teratasi
analgesik. Sebagian

30
R: pemberian obat anti nyeri P : Lanjutkan Intervensi
injeksi ketorolac 3x1 diruangan

II 08.20 1. Mengkaji tingkat mobilisasi S : Pasien mengatakan


pasien. segala aktivitasnya
R: klien menggerakkan dibantu keluarga
2. Memberikan latihan ROM. O:tampak menggunakan
R: klien mampu melakukan mitela dan terpasang
latihan ROM aktif namun masih gips
belum dapat melakukan secara A : Masalah Belum
mandiri Teratasi
3. Menganjurkan penggunaan alat P : Lanjutkan Intervensi
bantu jika diperlukan. diruangan
R: menggunakan mitela dan
terpasang gips
4. Memonitor tonus otot
R:
5 1
5 5
5. Membantu pasien untuk
imobilisasi baik dari perawat
maupun keluarga
R: klien di bantu keluarga

31
BAB IV
PENUTUP

Setelah melakukan pembahasan pada bab sebelumnya, maka kami membuat kesimpulan
sebagai berikut :
A. Kesimpulan
1. Pengkajian
Pada saat pengkajian, semua data yang ada di askep teori terdapat pada askep kasus.
Dalam pengkajian keperawatan dilakukan tehnik wawancara, observasi, pemeriksaan
fisik secara head to toe dan pemeriksaan penunjang yang difokuskan dalam keluhan
utama pasien, dan riwayat kesehatan baik sekarang dan dahulu.
2. Diagnosa
Diagnosa keperawatan ditegakkan berdasarkan data yang ditemukan selama
pengkajian, yang terdiri atas problem, etiologi dan sign (PES). Diagnosa yang
ditemukan pada kedua kasus tersebut yaitu : nyeri akut b/d dislokasi pada sendi,
gangguan mobilitas fisik b/d deformitas dan nyeri saat mobilisasi, dan ansietas b/d
kurang terpapar informasi. Ketiga diagnosa keperawatan tersebut juga terdapat pada
askep teori sehingga tidak terdapat kesenjangan.
3. Intervensi
Perencanaan asuhan keperawatan dilaksanakan berdasarkan masalah yang ditemukan
dengan outcome sesuai dengan kriteria hasil yang ingin dicapai. Sama seperti dalam
menegakkan diagnosa keperawatan pada kasus tersebut tidak terdapat kendala yang
dialami dalam merencanakan asuhan keperawatan. Tidak terdapat kesenjangan
disebabkan karena dalam perencanaan askep kasus berpedoman pada askep teori.
4. Implementasi
Implementasi keperawatan dilakukan berdasarkan intervensi yang telah disusun
sebelumnya pada klien selama 3 hari. Pada implementasi hari pertama pasien
mengatakan nyerinya berkurang saat beberapa saat setelah diberikan obat anti nyeri,
pasien mengatakan segala aktivitasnya dibantu keluarga, dan pasien mengatakan
cemas terhadap penyakitnya. Pada implementasi hari kedua pasien mengatakan nyeri
nya berkurang saat beberapa saat setelah diberikan obat anti nyeri, pasien mengatakan
segala aktivitasnya dibantu keluarga, dan pasien mengatakan mengerti proses dengan
penyakitnya. Pada impelentasi hari ketiga Pasien mengatakan nyeri nya berkurang

32
saat beberapa saat setelah diberikan obat anti nyeri, dan pasien mengatakan segala
aktivitasnya dibantu keluarga,
5. Evaluasi
Pada tahap terakhir dari asuhan keperawatan yaitu evaluasi, penulis menemukan pada
saat dilakukan evaluasi keperawatan dihari pertama di temukan pada diagnosa
keperawatan pertama belum teratasi ditandai dengan TTV belum mengalami
penurunan, diagnosa kedua juga belum teratasi ditandai dengan tampak menggunakan
mitela dan terpasang gips, dan diagnosa ketiga belum teratasi ditandai dengan pasien
mengatakan cemas terhadap penyakitnya. Pada evaluasi hari kedua di temukan pada
diagnosa keperawatan pertama belum teratasi ditandai dengan tekanan darah masih
130 mmHg, diagnosa kedua juga belum teratasi ditandai dengan tampak
menggunakan mitela dan terpasang gips, dan diagnosa ketiga teratasi ditandai dengan
pasien mengatakan mengerti terhadap proses penyakitnya. Pada evaluasi hari ketiga di
temukan pada diagnosa keperawatan pertama belum teratasi ditandai dengan pasien
masih merasakan nyeri namun telah mengalami penurunan tekanan darah menjadi 120
mmHg, diagnosa kedua juga belum teratasi ditandai dengan tampak menggunakan
mitela dan terpasang gips.

B. Saran
Diharapkan kepada pembaca agar makalah ini dapat menjadi referensi dan literatur
pembelajaran untuk lebih mengetahui asuhan keperawatan pada kasus dislokasi dan
dapat dikembangkan menjadi suatu riset penelitian kedepannya. Kami juga menyadari
bahwa makalah kami ini masih jauh dari kesempurnaan sehingga kami tetap
mengharapkan saran dan kritik dari pembaca, agar kedepannya makalah kami ini dapat
lebih baik dari sebelumnya.

33
DAFTAR PUSTAKA

Brunner, Suddarth, (2001) Buku Ajar Keperawatan – Medikal Bedah, Edisi 8 volume 3,
EGC: Jakarta

Doenges, Marilunn E, dkk, (2000) Penerapan Proses Keperawatan dan Diagnosa


Keperawatan, ECG: Jakarta

Frianto, D. & Novrianty, R. (2019) Analisa Kualitas Hidup Pembalap Motor Road Race
Pasca Mengalami Cedera Tulang Di Jawa Barat Menggunakan European Quality Of Life 5
Dimensions (EQ5D) EQ-5D-5L

Sholihah, S. (2018) Analisis Faktor yang Mempengaruhi Pengambilan Keputusan Pada


Pasien Cidera Muskuloskeletal yang Memilih Berobat Ke Sangkal Putung Berdasarkan
Pendekatan Teori Health Belief Model.

Ismunandar, Herman, Ismiyarto (2018) Perbandingan Terjadinya Fraktur Terbuka antara


Fraktur Handbar dan Footstep.

Legiran, Lubis NR., Kasyfi FA. (2015) Dislokasi Sendi Bahu: Epidemiologi Klinis dan
Tinjauan Anatomi.

Riskesdas. (2018). Laporan Nasional RKD 2018.

Word Health Organization (2012). World Health Statistics 2012.

Tim Pokja DPP PPNI. 2016. Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (SDKI) Edisi 1. DPP
PPNI : Jakarta

34

Anda mungkin juga menyukai