Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH OSTEOARTRITIS

Untuk memenuhi tugas mata kuliah

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH II

yang dibina oleh

Disusun oleh : Kelompok 1

1. Amelia Erintya (P17210204125)


2. Flora Maharani (P17210204161)
3. Virlina Hashinah Afifariwaty (P17210204162)
4. Vindy Retno Anggraini (P17210204173)
5. Adinda Ayu Sasadila (P17210204174)
6. Saidah Fitri (P17210204185)
7. Riza Ofilia Puana Zela (P17210204186)

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG

JURUSAN KEPERAWATAN

PRODI D-III KEPERAWATAN MALANG KELAS LAWANG

Agustus 2021

TERIMAKASIH
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT atas berkat, rahmat dan
hidayahnya kami bisa menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Makalah ini kami buat
untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah II. Semoga
dengan makalah yang kami buat dapat menambah wawasan dan memperluas pengetahuan
kita.

Kami menyadari makalah ini masih sangat jauh dari kata sempurna. Maka dari itu
kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari bapak/ibu selaku dosen
pembimbing serta teman-teman sekalian demi penyempurnaan makalah ini. Semoga makalah
yang kami susun dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua.

Malang, 12 Agustus 2021


Daftar Isi

Kata pengantar.............................................................................................................i

Daftar isi.......................................................................................................................ii

Bab I Pendahuluan......................................................................................................iii

1.1 latar belakang masalah...................................................................................


1.2 rumusan masalah...........................................................................................
1.3 tujuan.............................................................................................................
1.4 manfaat..........................................................................................................

Bab II Tinjauan Puataka...................................................................................................

2.1 Konsep Dasar Osteoartritis................................................................


A. Definisi .....................................................................................
B. Klasifikasi.............................................................................................
C. Etiologi...............................................................................................
D. Patofisiologi...............................................................................
E. Tanda dan gejala............................................................................
F. Penatalaksanaan......................................................................................
G. Pemeriksaan penunjang...............................................................................
2.2 Askep Teori......................................................................................................
A. Pengkajian ................................................................................................
B. Diagnosis keperawatan......................................................................
C. Rencana intervensi keperawatan........................................................

Bab III Tinjauan Kasus....................................................................................

3.1 Askep Kasus Semu............................................................................

Bab IV Penutup..........................................................................................................

a. Kesimpulan.....................................................................................................
b. Saran..............................................................................................................

Daftar Pustaka...........................................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH


Osteoartritis (OA) merupakan penyakit sendi degeneratif dan progresif yang mengenai
mereka di usia lanjut atau usia dewasa dimana rawan kartilago yang melindungi ujung tulang
mulai rusak, disertai perubahan reaktif pada tepi sendi dan tulang subkondral. Penyakit ini
merupakan jenis artritis yang paling sering terjadi dan menimbulkan rasa sakit serta
hilangnya kemampuan gerak.
Osteoartritis biasanya mengenai sendi penopang berat badan misalnya pada panggul,
lutut, vertebra, tetapi dapat juga mengenai bahu, sendi-sendi jari tangan, dan pergelangan
kaki. Pada studi radiografi yang dilakukan di Amerika dan Eropa pada penduduk usia 45
tahun ke atas didapatkan prevalensi OA lutut yang cukup tinggi, yaitu sebesar 14% pada laki-
laki dan 22,8% pada wanita
Penderita OA biasanya mengeluh nyeri pada waktu melakukan aktivitas atau jika ada
pembebanan pada sendi yang terkena. Penderita OA dengan obesitas lebih sering
mengeluhkan nyeri pada sendi lutut dibandingkan dengan penderita yang tidak obesitas. 3
Hal ini menunjukkan bahwa berat badan berlebih mempengaruhi derajat nyeri pada penderita
OA lutut. Hart et al juga menyebutkan bahwa obesitas meningkatkan risiko timbulnya gejala
lutut dan osteofit pada pemeriksaan radiografi.8Obesitas merupakan salah satu faktor risiko
OA lutut dan mempengaruhi densitas tulang secara radiologis.
Hampir semua pasien OA lutut menderita setidaknya satu penyakit penyerta. Adanya
penyakit penyerta dan obesitas dikaitkan dengan keterbatasan dalam kegiatan atau rasa sakit.
Sementara dalam penelitiannya terhadap penderita OA lutut, Keith T. Palmer membuktikan
bahwa aktivitas fisik (terutama berlutut, jongkok, mengangkat, atau mendaki) dapat
menyebabkan dan / atau memperburuk OA lutut.

1.2 RUMUSAN MASALAH


1. Apa Definisi Osteoartritis?
2. Bagaimanakah Klasifikasi Osteoartritis?
3. Bagaimanakah Etiologi Osteoartritis?
4. Bagaimanakah Patofisiologi Osteoartritis?
5. Bagaimanakah Tanda Dan Gejala Osteoartritis?
6. Bagaimanakah Penatalaksanaan Osteoartritis?
7. Bagaimanakah Pemeriksaan Penunjang Osteoartritis?

1.3 TUJUAN
1. Untuk mengetahui apa definisi osteoartritis
2. Untuk mengetahui bagaimanakah klasifikasi osteoartritis
3. Untuk mengetahui bagaimanakah etiologi osteoartritis
4. Untuk mengetahui bagaimanakah patofisiologi osteoartritis
5. Untuk mengetahui bagaimanakah tanda dan gejala osteoartritis
6. Untuk mengetahui bagaimanakah penatalaksanaan osteoartritis
7. Untuk mengetahui bagaimanakah pemeriksaan penunjang osteoartritis

1.4 MANFAAT
1. Dapat menambah pengetahuan dan wawasan tentang Definisi Osteoartritis
2. Dapat menambah pengetahuan dan wawasan tentang Klasifikasi Osteoartritis
3. Dapat menambah pengetahuan dan wawasan tentang Etiologi Osteoartritis
4. Dapat menambah pengetahuan dan wawasan tentang Patofisiologi Osteoartritis
5. Dapat menambah pengetahuan dan wawasan tentang Tanda Dan Gejala Osteoartritis
6. Dapat menambah pengetahuan dan wawasan tentang Penatalaksanaan Osteoartritis
7. Dapat menambah pengetahuan dan wawasan tentang Pemeriksaan Penunjang
Osteoartritis
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar Osteoartritis

A. Definisi Osteoartritis
Osteoartritis (OA) merupakan penyakit sendi degenerative yang berkaitan dengan
kerusakan kartilago sendi Vetebra, panggul, lutut dan pergelangan kaki paling sering
terkena OA (Sudoyono, 2009). Memiliki gambaran yang khas yaitu sendi palang distal
dan proksimal sering terkena (Nurarif & Kusuma, 2015). Osteoartritis (penyakit
pengapuran sendi) adalah suatu penyakit degeneratif, yang menyebabkan nyeri dan
kekakuan pada sendi yang sering diderita pada tahap menua yaitu pada usia diatas 60
tahun sehingga membuat sendi-sendi menjadi sulit untuk digerakkan dan apabila tidak
digerakkan akan memperparah keadaan (Yuli, 2014)

Osteoarthritis adalah penyakit sendi degenerative yang ditandai oleh pengeroposan


kartilago artikular (sendi). Osteoarthritis dapat terjadi secara ideopatik (tidak diketahui
penyebabnya) atau dapat terjadi setelah trauma, dengan stress berulang seperti yang
dialami oleh pelari jarak jauh atau ballerina, atau berkaitan dengan deformitas congenital
(Corwin, 2009)
B. Klasifikasi
Osteoartritis diklasifikasikan menjadi dua tipe, yaitu tipe primer dan tipe sekunder.
Pada tipe primer (idiopatik), osteoartritis terjadi tanpa kejadian atau penyakit sebelumnya
yang berhubungan dengan osteoartritis. Sedangkan pada tipe sekunder osteoartritis
terjadi akibat trauma, infeksi atau pernah fraktur.
C. Etiologi
Etiologi osteoarthritis (OA) yang dianggap memegang peranan penting dalam
perjalanan penyakit adalah stres harian yang dialami oleh sendi, terutama pada sendi
yang memikul berat badan. Kebanyakan riset memercayai bahwa gangguan
degeneratif pada osteoarthritis diawali secara primer oleh beban yang terlalu berat
pada sendi sehat atau beban yang normal pada sendi yang sudah terganggu terlebih
dulu. Adanya gaya dari luar akan mempercepat efek katabolik kondrosit dan merusak
matriks kartilago lebih jauh lagi.
1. Faktor Risiko
Banyak faktor yang bisa meningkatkan risiko terjadinya OA. Beberapa
faktor yang dinilai cukup signifikan adalah:

a. Usia
Seiring dengan bertambahnya usia, proses degeneratif pada sendi juga
meningkat. Hal ini menyebabkan OA lebih sering ditemukan pada usia yang
lebih tua (>60 tahun).[1,4]

b. Jenis Kelamin
Wanita memiliki risiko untuk terkena OA lebih tinggi, terutama OA
primer. Hal ini disebabkan struktur sendi wanita yang memiliki ruang antar
sendi yang lebih sempit. Wanita juga memiliki lebih banyak hormon
esterogen. Esterogen diperkirakan dapat mempengaruhi metabolisme
kondrosit.[4,18]

c. Obesitas
Obesitas menyebabkan meningkatnya beban/stres pada sendi, terutama
lutut. Obesitas juga mengakibatkan peningkatan sekresi sitokin adipose
(adipokin), seperti interleukin (IL)-1, IL-6, IL-8, dan tumor necrosis factor
(TNF)-α yang meningkatkan aktivitas enzim MMP. Studi metaanalisis
menemukan risiko terjadinya OA meningkat seiring dengan meningkatnya
indeks masa tubuh (IMT). Risiko OA mulai meningkat pada IMT >25.[1,4,19]

d. Riwayat Trauma
Trauma dapat menyebabkan instabilitas dan beban biomekanik sendi,
terutama trauma meniskus, ligament, tulang, dan sendi. Selain dari trauma,
tindakan operasi juga bisa menyebabkan hal serupa.[1,4]

e. Aktivitas Fisik
Aktivitas fisik yang berat dapat meningkatkan risiko OA. Penggunaan
sendi yang berlebih (skuating, jongkok, berlutut, melompat, angkat berat)
dapat menyebabkan mikrotrauma dan perlahan-lahan kerusakan sendi.
Aktivitas fisik yang berat juga menyebabkan tekanan/stress, terutama pada
sendi-sendi penopang/weight-bearing joints.[4,20]

f. Genetik
Osteoarthritis dapat terjadi secara herediter. Faktor genetik yang terlibat
antara lain adalah ADAM12, CLIP, MMP3, COL11, COL12, dan CLIP.
Mutasi pada gen tersebut meningkatkan aktifitas enzim degradatif pada
kartilago dan reaksi inflamasi.[1,6,20]

g. Faktor Lain
Faktor-faktor lain yang dinilai berperan antara lain adalah sindrom
metabolik, kekuatan otot, infeksi, deposit kristal, akromegali, penyakit tulang
metabolik, kelainan morfologi, hemoglobinopati, defisiensi hormon, penyakit
metabolik herediter (penyakit Wilson, hemokromatosis, alkaptonuria),
gangguan propriosepsi, dan artropati Charcot.
D. Patofisiologi
Patofisiologi osteoarthritis (OA) paling sering disebabkan karena penuaan sendi
secara fisiologis, sehingga sering kali disebut dengan penyakit sendi degeneratif.
Akan tetapi, banyak faktor yang berperan dalam terjadi OA, seperti trauma,
penggunaan berlebihan/overuse, faktor genetik, obesitas, perubahan hormon, dan
sebagainya.[1,5] Faktor-faktor tersebut memberikan beban pada sendi secara
berkepanjangan, sehingga menyebabkan terganggunya homeostasis dari sintesis-
degradasi sendi dan perubahan morfologi berupa kerusakan tulang rawan,
pembentukan osteofit, sklerosis subkondral, dan kista tulang subkondral.[5,6]

2. Kerusakan Kartilago
Kerusakan kartilago adalah proses patognomonik/hallmark process yang
terjadi pada OA, proses ini terjadi secara fokal dan progresif. Pada stadium awal,
kartilago mengalami penebalan tetapi dalam perkembangannya akan menjadi
lunak dan berfibril. Hal ini menyebabkan terganggunya integritas permukaan
sendi, penipisan, dan ulserasi yang meluas ke tulang.[1,5]
Dalam keadaan normal, pada kartilago terdapat homeostasis enzim
degradatif dan regeneratif. Enzim degradatif pada kartilago terdiri dari protease,
plasmin, metalloproteinase matriks (MMP), dan disintegrin metalloproteinase
trombospondin motif 5 (ADAMTS-5) yang berperan dalam merusak proteoglikan
dan kolagen. Enzim regeneratif sendi terdiri dari tissue inhibitor of
metalloproteinases (TIMP) dan plasminogen activator inhibitor-1 (PAI-1) yang
disintesis oleh kondrosit, serta faktor-faktor pertumbuhan, seperti insulin-like
growth factor-1 (IGF-1), transforming growth factor- β (TGF-β), dan basic
fibroblast growth factor (FGF) yang berfungsi merangsang sintesis proteoglikan.
[1,5–7]
Kerusakan sendi yang berlangsung kronis menyebabkan homeostasis
kartilago pada OA berubah menjadi proses katabolik. Kartilago kehilangan
kondrositnya, sehingga terjadi penurunan sintesis proteoglikan dan kolagen,
terutama tipe II. Kerusakan ini diperparah dengan peningkatan aktifitas enzim-
enzim degeneratif yang ada, sehingga meskipun regenerasi fibrokartilaginosa
terjadi untuk memperbaiki kerusakan kualitasnya tidak akan sebaik kondisi awal.
Peningkatan aktivitas enzim degradatif ini distimulasi oleh interleukin-1 (IL-1).
IL-1 bersifat katabolik terhadap kartilago dan menekan sintesis proteoglikan,
sehingga menghambat proses perbaikan matriks kartilago. Reaksi stres oksidatif
juga dinilai berperan dalam kerusakan struktur kartilago.[1,5–7]

3. Pembentukan Osteofit
Pembentukan osteofit pada OA diperkirakan merupakan respon perbaikan
sendi yang ireguler. Sampai saat ini, pembentukan osteofit pada OA masih belum
dapat dijelaskan dengan pasti. Beberapa studi pada tikus menemukan bahwa
osteofit terbentuk akibat meningkatnya vaskularisasi subkondral, metaplasia
jaringan ikat synovial, dan osifikasi kartilago. Pembentukan osteofit didukung
oleh sel-sel prekursor pada periosteum dan TGF-β.[1,8,9]

4. Sklerosis Subkondral
Proses kerusakan sendi pada OA berlangsung secara prorgresif hingga
tulang yang awalnya terlindungi oleh tulang rawan menjadi terekspos. Hilangnya
proteksi kartilago menyebabkan gesekan terus menerus dengan tulang lain pada
persendian tersebut. Gesekan berulang-ulang ini memberikan tekanan berlebih
pada tulang dan akhirnya kemampuan biomekanik tulang menjadi tidak adekuat.
Hal ini mendorong tulang subkondral untuk meningkatkan vaskularisasi dan
proliferasi sel, sehingga terjadi penebalan (eburnasi).[1,10]

5. Kista Subkondral
Pembentukan kista subkondral (KSK) pada OA sampai saat ini masih belum
dapat dijelaskan. Beberapa hipotesa menyatakan KSK terjadi akibat masuknya
cairan sinovial ke dalam tulang subkondral melalui angiogenesis pada
osteochondral junction.[1,10,11] Teori lain menyatakan bahwa KSK terjadi akibat
nekrosis tulang subkondral yang terjadi karena stres mekanik kronik, kerusakan
mikro, dan resorpsi tulang fokal. Mineralisasi tulang juga dianggap berperan
dalam terbentuknya KSK.
E. Tanda dan Gejala
Gejala osteoarthritis umumnya berkembang secara perlahan dan memburuk seiring
waktu. Keparahan gejalanya pun bisa bervariasi pada setiap orang.
Sebagian orang mungkin merasakan gejala yang ringan dan kerap hilang-timbul.
Namun, sebagian orang lainnya mungkin merasakan gejala yang lebih parah dan terus
menerus terjadi hingga penderitanya kesulitan melakukan aktivitas sehari-hari.Gejala
osteoarthritis yang umumnya terjadi adalah:
 Nyeri pada persendian, yang umumnya dirasakan selama beraktivitas atau
setelah beraktivitas.
 Sendi terasa kaku, yang umumnya terasa pada pagi hari dan akan pulih
sendirinya dalam waktu 30 menit, atau ketika sedang tidak aktif melakukan
kegiatan.
 Sendi terasa lebih lunak saat diberikan tekanan.
 Sendi kehilangan sifat fleksibilitasnya, yang membuatnya menjadi lebih kaku
dan sulit untuk digerakkan.
 Timbul bunyi klik atau retakan ketika sendi ditekuk atau digerakkan.
 Munculnya taji tulang di sekitar sendi, yakni tonjolan tulang yang keras dan
tajam.
 Pembengkakan di sekitar sendi.
 Otot di sekitar sendi yang melemah.
Selain tingkat keparahan, gejala osteoarthritis pun bisa beragam tergantung pada
bagian sendi mana yang terkena. Dilansir dari Arthritis Foundation, gejala khas pada
osteoarthritis pinggul adalah rasa nyeri di area selangkangan atau bokong dan terkadang
di bagian dalam lutut atau paha.
Pada osteoarthritis lutut, munculnya rasa sakit seperti tergores atau teriris ketika lutut
digerakkan. Pada osteoarthritis persendian jari tangan, munculnya tulang taji di tepi
persendian dapat menyebabkan jari menjadi bengkak, lunak, dan memerah.
Selain gejala-gejala tersebut, kemungkinan ada tanda-tanda yang tidak disebutkan di
atas. Bila Anda memiliki kekhawatiran akan sebuah gejala tertentu, konsultasikanlah
dengan dokter Anda.

F. Penatalaksanaan
6. Penatalaksanaan medis
Menurut Purwanto (Purwanto, 2016) dan Nurarif dan Kusuma (Nurarif & Kusuma,
2015) penatalaksanaan medis pada osteoartritis meliputi terapi farmakologi yaitu obat
Analgesik Anti Inflamasi Non Steroid (AINS) bila nyeri muncul. Irigasi tidal
(pembasuhan debris dari rongga sendi) dan debridemen artroskopik. Terapi pembedahan
yang diberikan apabila terapi farmakologis tidak berhasil untuk mengurangi rasa sakit
dan juga untuk melakukan koreksi apabila terjadi deformitas sendi yang mengganggu
aktivitas sehari-hari.
7. Penatalaksanaan non medis
Penatalaksanaan non medis pada penderita osteoartritis meliputi tindakan preventif
berupa pencegahan cedera dan pendekatan ergonomik untuk memodifikasi stres akibat
kerja. Terapi non-farmakologis yang dapat dilakukan diantaranya edukasi atau
penjelasan kepada penderita agar dapat mengetahui serta memahami tentang penyakit
yang dideritanya, bagaimana agar penyakitnya tidak bertambah semakin parah dan agar
persendiannya tetap terpakai.
Terapi lain yang juga sangat penting adalah terapi fisik atau rehabilitasi. Penderita
osteoartritis dapat mengalami kesulitan berjalan akibat rasa sakit. Terapi ini dilakukan
untuk melatih penderita agar persendiannya tetap dapat dipakai dan melatih penderita
untuk melindungi sendi yang sakit. Salah satu terapi yang dimaksud adalah latihan
Range Of Motion (ROM) yang dapat dilakukan perawat kepada penderita osteoartritis.
Terapi konservatif meliputi kompres hangat, mengistirahatkan sendi, pemakaian alat-
alat ortotik untuk menyangga sendi yang mengalami inflamasi. Penurunan berat badan
juga termasuk dalam penatalaksanaan penderita osteoartritis. Berat badan yang berlebih
merupakan faktor yang memperberat osteoartritis. Oleh karena itu, berat badan harus
dapat dijaga agar tidak berlebih dan diupayakan untuk melakukan penurunan berat badan
apabila berat badan berlebih (Purwanto, 2016) (Nurarif & Kusuma, 2015)
G. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Purwanto (Purwanto, 2016), pemeriksaan penunjang pada osteoartritis yaitu
foto rontgent yang menunjukkan penurunan progresif massa kartilago sendi sebagai
penyempitan rongga sendi. Uji serologi (untuk indikasi inflamasi) dan cairan sinovial
(untuk menentukan penyebab nyeri apakah gout atau infeksi)

Daftar Pustaka

http://eprints.undip.ac.id/44826/2/Maya_Yanuarty_22010110110125_Bab1KTI.pdf

https://www.halodoc.com/kesehatan/osteoarthritis

Corwin, E. J. (2009). Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: EGC.

Nurarif, A. H., & Kusuma, H. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan


Diagnosa Medis & NANDA NIC_NOC jilid 3. Yogyakarta: Mediaaction.

Purwanto, H. (2016). Modul Bahan Ajar Cetak Keperawatan Medikal Bedah II .


Jakarta: Badan PSSDM Kesehatan KEMENKES RI.

Sudoyono, A. W. (2009). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jilid II, Edisi V. Jakarta:
Interna Publishing.

Yuli, R. (2014). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Gerontik. Yogyakarta: Aplikasi.


https://www.alomedika.com/penyakit/reumatologi/osteoartritis/patofisiologi

Anda mungkin juga menyukai