Anda di halaman 1dari 15

Seorang laki-laki 50 tahun, datang ke poliklinik rheumatologi dengan keluhan jalan

pincang, karena nyeri yang hebat pada sendi ibu jari kaki kanan. Keluhan ini dialami
sesaat setelah pasien baru bangun tidur tadi pagi dan tidak bisa memakai sepatu.
Riwayat keluhan seperti ini sudah sering dialami pasien. Riwayat mengkonsumsi
alkohol sejak 20 thn yang lalu.
Pemeriksaan Fisis didapatkan :
Inspeksi : terlihat sendi ibu jari kaki kanan kemerahan, dan bengkak
Palpasi : terasa panas pada sendi ibu jari kaki kanan, dan terdapat nyeri tekan

KASUS
Pasien laki-laki berusia 36 tahun datang dengan post kecelakaan motor vs motor merasakan
jari tangan kanannya seperti mengalami kepatahan. Dirasakan pada jari ke tiga, tetapi apabila
digerakan jari ke II dan ke tiga terasa sakit. Pasien merasakan kepala sedikit pusing. Saat
kejadian pasien sadar, tidak sempat pingsan, mual (-), muntah (-).
Dari pemeriksaan fisik ditemukan pasien dengan keadaan umum cukup dan nampak tenang,
kesadaran compos mentis, tekanan darah 130/80 mmHg, nadi 88x/menit, pernafasan 20x/menit
dan suhu 36,7oC.
Pada pemeriksaan di regio kepala nampak bekas luka lecet. Regio Manus Dextra nampak
adanya deformitas pada digiti II dan III, Tampak luka terbuka pada digiti III dan VL digiti II,
luka tertutup verban, perdarahan minimal, terdapat nyeri tekan, kripitasi (+), gerakan terbatas dan
terasa sakit.

Foto x-ray manus menunjukkan hasil kompleta obliq fraktur metacarpal III cum subluxationem,
aposisi baik alaigment cukup baik, dan kompleta fragmented fraktur basis phalanx proximal
digiti II cum sublaxionem, aposisi baik aligment jelek

DIAGNOSIS
Hasil foto X-Ray pada manus dextra menyokong diagnosis Fraktur Digiti III Phalang Proksimal
Manus Dextra Terbuka, dan Fraktur metacarpa II manus dextra tertutup

TERAPI
Penatalaksanaan pada pasien ini meliputi reposisi dan imobilisasi.

DISKUSI
Fraktur adalah suatu patahan pada kontinuitas struktur tulang atau terputusnya hubungan/
kontinuitas struktur tulang atau tulang rawan. Patahan tadi mungkin tak lebih dari suatu retakan,
suatu pengisutan atau perimpilan korteks; biasanya patahan itu lengkap dan fragmen tulang
bergeser. Bilamana tidak ada luka yang menghubungkan fraktur dengan udara luar atau
permukaan kulit atau kulit diatasnya masih utuh ini disebut fraktur tertutup (atau sederhana),
sedangkan bila terdapat luka yang menghubungkan tulang yang fraktur dengan udara luar atau
permukaan kulit yang cenderung untuk mengalami kontaminasi dan infeksi ini disebut fraktur
terbuka.
Fraktur dapat bersifat terbuka maupun tertutup, pada kasus ini pasien mengalami fraktur
terbuka pada digiti iii phalang proksimal manus dextra terbuka, dan fraktur tertutup metacarpa
II manus dextra.
Manifestasi klinis fraktur adalah didapatkan adanya riwayat trauma, nyeri, hilangnya fungsi,
deformitas, pemendekan ektremitas, krepitus, pembengkakan lokal dan perubahan warna.
Pada kasus ini, pada regio manus ditemukan adanya deformitas pada digiti II dan III, Tampak
luka terbuka pada digiti III dan VL digiti II, luka tertutup verban, perdarahan minimal, terdapat
nyeri tekan, kripitasi (+), gerakan terbatas dan terasa sakit.
Pemeriksaan yang dapat dilakukan pada kasus fraktur adalah dengan pemeriksaan sinar-X dan
pemeriksaan Scan tulang dapat membuktikan adanya fraktur stres / fraktur tekan.
Pada kasus ini dilakukan pemeriksaan dengan sinar x-ray pada regio manus, dan didapatkan hasil
kompleta obliq fraktur metacarpal III cum subluxationem, aposisi baik alaigment cukup baik,
dan kompleta fragmented fraktur basis phalanx proximal digiti II cum sublaxionem, aposisi
baik aligment jelek.

KESIMPULAN

Fraktur adalah suatu patahan pada kontinuitas struktur tulang atau terputusnya hubungan/
kontinuitas struktur tulang atau tulang rawan. Patahan tadi mungkin tak lebih dari suatu retakan,
suatu pengisutan atau perimpilan korteks; biasanya patahan itu lengkap dan fragmen tulang
bergeser. Bilamana tidak ada luka yang menghubungkan fraktur dengan udara luar atau
permukaan kulit atau kulit diatasnya masih utuh ini disebut fraktur tertutup (atau sederhana),
sedangkan bila terdapat luka yang menghubungkan tulang yang fraktur dengan udara luar atau
permukaan kulit yang cenderung untuk mengalami kontaminasi dan infeksi ini disebut fraktur
terbuka. Pemeriksaan yang dapat dilakukan pada kasus fraktur adalah dengan pemeriksaan
sinar-X dan pemeriksaan Scan tulang dapat membuktikan adanya fraktur stres / fraktur tekan.

REFERENSI
1.
Maleuka, Rusdy Ghazali. 2006. Radiologi Diagnostik Ed. Keenam. Marvell Incorporation
Gama Medis. Yogyakarta.
2. Anonim. 2009 Fraktur Tertutup. Diakses pada tanggal 31 Januari 2010 dari http://www.
medlinux.com
3. Williams, M.B., Schellhammer, P., Davis, J.W. 2009 Close Fracture. Diakses pada tanggal
2 Februari 2010 dari http://www.emedicine.com

History :
Seorang pria Tn. Rm, umur 45 tahun, kiriman Puskesmas Kaligesing, habis jatuh dari pohon aren
sejak 3 hari SMRS, datang ke UGD RSUD Saras Husada Purworejo dengan keluhan nyeri bahu
kiri dirasakan terutama saat batuk dan bergerak, kadang terasa nyeri saat bernapas. Pasien jatuh
dengan posisi duduk miring kiri. BAK dan BAB normal. Tidak ada riwayat pingsan, pusing,
mual, dan muntah. Berdasarkan riwayat Penyakit Dahulu,pasien tidak mempunyai keluhan
kesehatan sebelumnya, riwayat alergi disangkal. Pada pemeriksaan fisik keadaan umum pasien
sedang dan tampak kesakitan, kesadaran compos mentis. Tekanan darah 140/90 mmHg, nadi 72
kali/menit, respirasi 20 kali/menit dan suhu 370C. Pada pemeriksaan kepala tidak ditemukan
konjungtiva anemis dan ikterik pada sklera, JVP normal dan tidak ada perbasaran lnn.
Pemeriksaan paru-paru dan jantung normal. Pemeriksaan abdomen dalam batas normal. Pada
pemeriksaan ekstremitas didapatkan deformitas, udem, nyeri tekan, dan krepitasi di regio
klavikula sinistra. Pemeriksaan penunjang darah rutin dan kimia darah dalam batas normal.
Hasil pemeriksaan radiologi thorax member kesan kompleta fragmented fraktur clavikula
sinistra 1/3 tengah, aposisi dan alignment cukup baik, besar cor tidak valid untuk dinilai .

Diagnosis :
Fraktur Klavikula 1/3 Tengah Tertutup Sinistra

Terapi :
Konservatif : Ransel verban selama 4-6 minggu, Diet bebas TKTP, posisi duduk, fisioterapi
napas.

Diskusi :
Pada kasus ini pasien adalah seorang laki-laki berumur 45 tahun, habis jatuh dari pohon aren
sejak 3 hari SMRS, datang ke UGD RSUD Saras Husada Purworejo dengan keluhan nyeri bahu
kiri dirasakan terutama saat batuk dan bergerak, kadang terasa nyeri saat bernapas. Pasien jatuh
dengan posisi duduk miring kiri. Tidak ada gangguan BAK dan BAB. Tidak ada riwayat pingsan,
pusing, mual, dan muntah. Pada pemeriksaan fisik keadaan umum pasien sedang dan tampak
kesakitan, kesadaran compos mentis. Tekanan darah 140/90 mmHg, nadi 72 kali/menit, respirasi
20 kali/menit dan suhu 370C. Pemeriksaan paru-paru dan jantung serta abdomen masih dalam
batas normal. Pada pemeriksaan ekstremitas didapatkan deformitas, udem, nyeri tekan, dan
krepitasi di regio klavikula sinistra. Sedangkan hasil pemeriksaan radiologi thorax memberi
kesan kompleta fragmented fraktur clavikula sinistra 1/3 tengah, aposisi dan alignment cukup
baik, besar cor tidak valid untuk dinilai .
Sebagian besar fraktur klavikula sepertiga tengah dapat ditangani secara konservatif.
Penanganan konservatif dilakukan pada fraktur klavikula undisplaced dan minimal displaced.
Fraktur dengan alignment baik atau tidak memerlukan reduksi dapat ditangani dengan sling.
Fraktur klavikula minimal displaced dapat ditangani menggunakan figure of eight selama 4
sampai 6 minggu. Indikasi fiksasi interna (penanganan operatif) pada fraktur klavikula sepertiga
tengah adalah fraktur displaced dengan tenting pada kulit, fraktur kominutif, fraktur
segmental, pemendekkan 2 cm/lebih, fraktur dengan gangguan neurovaskuler, fraktur multipel,
pasien dengan trauma multipel, fraktur terbuka, interposisi otot dan platisma diantara fragmen
fraktur, floating shoulder, dan nonunion. Fiksasi interna dilakukan juga pada pasien yang tidak
dapat menerima penanganan tertutup dan imobilisasi, misalnya penderita parkinsons disease,
kejang atau kelainan neuromuskular lain. Terdapat bermacam-macam metode fiksasi interna,
yaitu: plate dan screw, Hagie pin, Rockwood pin, Knowles pin dan K-wire. Pasien mengalami
fraktur klavikula complet 1/3 tengah tertutup sinistra,diindikasikan untuk dilakukan fiksasi
interna dengan metode K-Wire, tapi karena keterbatasan biaya pasien menolak dan hanya
meminta pengobatan konservatif saja.

Kesimpulan :

Penanganan konservatif dilakukan pada fraktur klavikula undisplaced dan minimal displaced.
Penanganan operatif (fiksasi interna) dilakukan pada fraktur displaced dengan tenting pada
kulit, fraktur kominutif, fraktur segmental, pemendekkan 2 cm/lebih, fraktur dengan
gangguan neurovaskuler, fraktur multipel, pasien dengan trauma multipel, fraktur terbuka,
interposisi otot dan platisma diantara fragmen fraktur, floating shoulder, dan nonunion.
Referensi :

Armis. 2002. Principles of the Fracture Care. Edition. 1st Medika Faculty of Medicine
Gajah Mada University. Yogyakarta. P 104-107

Sagiran.2006. Quick Dash Evaluation On The Midshaft Clavicle Fracture Based On


Ngarmukos Procedure. FK UGM. Yogyakarta.

Decker GAG, Du Plessis DJ. 1986. Synopsis of Surgical Anatomy. 12 Th Edition. The
Bath Press. Great Britain. P 440-444.

Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang dan/atau tulang
rawan yang umumnya disebabkan oleh ruda paksa. Trauma yang menyebabkan tulang patah
dapat berupa trauma langsung. Akibat trauma pada tulang tergantung pada jenis trauma,
kekuatan dan arahnya. Trauma tajam yang langsung atau trauma tumpul yang kuat dapat
menyebabkan tulang patah dengan luka terbuka sampai ke tulang yang disebut patah tulang
terbuka. Patah tulang di dekat sendi atau mengenai sendi dapat menyebabkan patah tulang
disertai luksasi sendi yang disebut fraktur dislokasi, sedangkan trauma tumpul dapat
menyebabkan fraktur tertutup yaitu apabila tidak ada luka yang menghubungkan fraktur
dengan udara luar atau permukaan kulit. Pada kasus ini pasien mengalami fraktur tertutup
karena tidak tampak jaringan yang terbuka pada daerah yang sakit.

Keywords: Fraktur, Tibia, Tertutup

History:
Pasien laki-laki 30 tahun datang ke RS dengan keluhan nyeri dan sulit menggerakkan tungkai
kanan setelah kecelakaan lalu lintas. Pasien mengalami kecelakaan dengan mengendarai motor
dan bertabrakan dengan mobil lain dari arah berlawan 4 jam sebelum masuk RS, penderita
terjatuh dengan tungkai kanan membentur aspal
Pada pemeriksaan Fisik di dapatkan keadaan umum pasien tampak kesakitan, compos mentis.
Vital sign dalam batas normal. Pemeriksaan pemeriksaan penunjang yang dilakukan yaitu foto

rontgen Tibia-Fibula dextra AP/Lateral didapatkan hasil fraktur tibia fibula dextra 1/3 distal
wedge displaced

Diagnosis
Fraktur Tibia Fibula Dextra 1/3 Distal Wedge Displaced Tertutup

Terapi
Penatalaksanaan pada pasien ini meliputi reposisi dan imobilisasi

Diskusi

Sebagian besar fraktur disebabkan oleh kekuatan yang tiba-tiba dan berlebihan, yang dapat
berupa pemukulan, penghancuran, penekukan, pemuntiran, atau penarikan. Fraktur dapat
bersifat terbuka maupun tertutup, pada kasus ini pasien mengalami fraktur tertutup pada tibia
fibula dextra 1/3 distal wedge displaced disebut fraktur tertutup karena tidak ada luka yang
menghubungkan fraktur dengan udara luar atau permukaan kulit.
Manifestasi klinis fraktur adalah didapatkan adanya riwayat trauma, nyeri, hilangnya fungsi,
deformitas, pemendekan ektremitas, krepitus, pembengkakan lokal dan perubahan warna.
Pada kasus ini, pada regio tibia fibula dextra ditemukan adanya deformitas 1/3 distal, hematom,
terdapat nyeri tekan, kripitasi (+), gerakan terbatas dan terasa sakit, tidak tampak jaringan yang
sobek/ tidak ada luka terbuka.
Pemeriksaan yang dapat dilakukan pada kasus fraktur adalah dengan pemeriksaan sinar-X dan
pemeriksaan Scan tulang yang dapat membuktikan adanya fraktur stres / fraktur tekan.
Pada kasus ini dilakukan pemeriksaan dengan sinar x-ray padaregio tibia fibula dextra dan
didapatkan hasil fraktur tibia fibula dextra 1/3 distal wedge displaced
Kesimpulan:
Fraktur adalah suatu patahan pada kontinuitas struktur tulang atau terputusnya hubungan/
kontinuitas struktur tulang atau tulang rawan. Bilamana tidak ada luka yang menghubungkan
fraktur dengan udara luar atau permukaan kulit atau kulit diatasnya masih utuh ini disebut
fraktur tertutup (atau sederhana), sedangkan bila terdapat luka yang menghubungkan tulang

yang fraktur dengan udara luar atau permukaan kulit yang cenderung untuk mengalami
kontaminasi dan infeksi ini disebut fraktur terbuka.Gambaran radiologi fraktur diperlukan
pada setiap kasus fraktur karena ini merupakan gold standar dalam mendiagnosis. Didapatkan
fraktur fraktur tibia fibula dextra 1/3 distal wedge displaced.Setelah ditegakkannya diagnosis
fraktur maka dapat menentukan penataksanaan yang tepat pada pasien.
Referensi
1. Apley, AG. 1995. Buku Ajar Ortopedi dan Fraktur Sistem Apley. Jakarta: Widya Medika.
2. Ekayuda, I. 2005. Radiologi Diagnostik FK UI. Edisi kedua. Jakarta: Balai Penerbit FK UI.
3. Malueka, RG. 2008. Radiologi Diagnostik. Pustaka Cendekia Press. Yogyakarta.

IDENTITAS PASIEN
Nama

: Sdr. De

Jenis Kelamin

: Laki-laki

Umur

: 33 tahun

Alamat

: Kapuk Kamal

Pekerjaan

: Swasta

Agama

: Islam

Tanggal masuk

: 23 11 2009

Tiba di IGD

: Pukul 12.50 WIB

II. ANAMNESA
Autoanamnesa :
1.

Keluhan utama

: Nyeri pada bagian lengan kanan bawah.

2.
Keluhan Tambahan : Bengkak dan gerak lengan kanan bawah tidak bebas karena sakit,
nyeri pada pungung belakang, mual (-), Pusing(+).
3.

Riwayat Penyakit Sekarang :

Pasien datang ke UGD setelah mengalami kecelakaan lalu lintas, karena mabuk, waktu kejadian
pasien dalam keadaan setengah sadar karena masih dalam pengaruh alkohol. Waktu kejadian
pasien hanya ingat bertabrakan dengan motor sehingga terpental dan jatuh terduduk dan berusaha

menahan dengan tangan kanan. Terdapat juga beberapa luka lecet ringan di tubuh pasien. Setelah
kejadian pasien mengeluh lengan kiri bawah terasa nyeri dan sulit digerakkan. Untuk kronologis
yang lebih lengkap pasien tidak dapat menjelaskan secara rinci karena proses kejadian yang
sangat singkat sehingga pasien tidak dapat mengingatnya karena saat itu pasien juga masih
berada dalam keadaan mabuk.

4.

Riwayat Penyakit Dahulu

Riwayat trauma sebelumnya disangkal

Riwayat patah tulang sebelumnya disangkal

Riwayat memiliki penyakit osteoforosis disangkal

5.
-

Riwayat Penyakit Keluarga

Riwayat penyakit osteoforosis dalam keluarga disangkal oleh pasien

III. PEMERIKSAAN FISIK


A.

Status Umum

Keadaan Umum

: tampak kesakitan

Kesadaran

: Compos mentis. GCS E3V5M6

Vital Sign

: T : 120/70 mmHg
N : 84 x/menit

R : 20 x/menit
S : Afebris

1.

Kepala

Simetris, mesochepal, rambut hitam, tidak ada hematom

2.

Mata

Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), pupil isokor

(+/+) isokor diameter 3 mm, reflek cahaya (+/+),Palpebra edema (-/-)


3.

Hidung

Deviasi septum (-), discharge (-), epistaksis (-)

4.

Telinga

Simetris, discharge (-/-)

5.

Mulut

Lidah tidak kotor, faring tidak hiperemis, Kering (-),

anemis (-)
6.

Leher

7.

Thorax

Jantung

JVP tidak meningkat, tidak ada pembesaran kelenjar limfe

Palpasi
angkat

Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak

: ictus cordis teraba di SIC V 2 cm medial linea midclavicularis sinistra, tak kuat

Perkusi

: kanan atas

: SIC II LPS dextra

kanan bawah

: SIC IV LPS dextra

kiri atas

: SIC II LMC sinistra

kiri bawah

: SIC V LMC sinistra

Auskultasi : reguler, bising (-)

Paru

Inspeksi

: Simetris, ketinggalan gerak (-), retraksi interkostal (-)

Palpasi

: Fokal fremitus kanan=kiri

Perkusi

: Sonor pada kedua lapang paru

Auskultasi : Suara dasar vesikuler, Ronkhi (-) Wheezing (-)

8.

Abdomen :

Inspeksi

: Datar, tidak tampak gambaran usus, jejas (-), hematom (-)

Palpasi

: Supel, nyeri tekan (-)

Perkusi

: Tympani di seluruh lapangan abdomen

Auskultasi : Bising usus (+) normal.

9.

Ekstremitas

Superior

: Lihat status lokalis.

Inferior

: gerakan akif pasif dalam batas normal hanya agak sedikit nyeri

B.

Status Lokalis

1.

Regio antebachii Dextra

Look
: Tak tampak luka, tidak terdapat penonjolan abnormal, oedem (+), terdapat
deformitas (+) pada sepertiga distal, tidak tampak pemendekan dibandingkan dengan antebrachii
sinistra, angulasi (+), tak tampak sianosis pada bagian distal lesi
Feel
: Nyeri tekan setempat (+), krepitasi (+), terdapat nyeri ketok sumbu, sensibilitas
(+), suhu rabaan hangat, kapiler refil (+)
Move
: Gerakan aktif dan pasif terhambat, sakit bila digerakkan, gangguan persarafan
tidak ada tampak gerakan terbatas (+), sendi-sendi pada pada bagian distal dapat digerakkan
2.

Regio Vertebra servikal

Look

: Tidak tampak kelainan, tidak ada deformitas, krepitasi

Feel

: Nyeri tekan (-)

Move

: Gerak dapat digerakkan

IV. Resume
A. Anamnesis
Pasien datang ke UGD setelah mengalami kecelakaan lalu lintas, karena mabuk, waktu kejadian
pasien dalam keadaan setengah sadar karena masih dalam pengaruh alkohol. Waktu kejadian
pasien hanya ingat bertabrakan dengan motor sehingga terpental dan jatuh terduduk dan berusaha
menahan dengan tangan kanan. Terdapat juga luka lecet ringan di bahu kanan pasien. Setelah
kejadian pasien mengeluh lengan kiri bawah terasa nyeri dan sulit digerakkan. Untuk kronologis
yang lebih lengkap pasien tidak dapat menjelaskan secara rinci karena proses kejadian yang
sangat singkat sehingga pasien tidak dapat mengingatnya karena saat itu pasien juga masih
berada dalam keadaan mabuk.

B.
1.

Pemeriksaan Fisik
Regio antebachii Dextra

Look
: Tak tampak luka, tidak terdapat penonjolan abnormal, oedem (+), terdapat
deformitas (+) pada sepertiga distal, tidak tampak pemendekan dibandingkan dengan antebrachii
sinistra, angulasi (+), tak tampak sianosis pada bagian distal lesi
Feel
: Nyeri tekan setempat (+), krepitasi (+), terdapat nyeri ketok sumbu, sensibilitas
(+), suhu rabaan hangat, kapiler refil (+)
Move
: Gerakan aktif dan pasif terhambat, sakit bila digerakkan, gangguan persarafan
tidak ada tampak gerakan terbatas (+), sendi-sendi pada pada bagian distal dapat digerakkan.
2.

Regio Vertebra servikal

Look

: Tidak tampak kelainan, tidak ada deformitas, krepitasi

Feel

: Nyeri tekan (-)

Move

: Gerak dapat digerakkan

V.

Deferensial DiAgnosIS

Fraktur Radius Ulna Dextra, komplit displaced :

Nyeri yang sangat pada gerakan aktif maupun pasif

Terdapat pembengkakan

Deformitas (+)

Fraktur Radius ulna Dextra, komplit undisplaced.

Dapat di singkirkan karena pada kasus ini tidak terdapat tanda-tanda pemendekan tulang.
-

Fraktur Radius ulna sinistra, inkomplit :

Dislokasi siku :

Tidak terdapat gejala : rasa sendi yang keluar.


Akan tetapi terdapat gejala dislokasi yang lain yang berupa :

trauma nyeri

Nyeri yang sangat

Gerak terbatas.

Coles fraktur :

Tidak ada tanda dinner fork deformity


-

Smith fraktur

Galeazzi fraktur

Monteggia fraktur

VI.

USULAN PEMERIKSAAN

Foto rontgen regio antebrachii sinistra AP-L


Foto rontgen regio thorak-servical
Hasil : Terdapat fraktur di radius dan ulna Dextra 1/3 distal, komplit displaced tertutup.
Hasil : tidak tampak adanya fraktur dan dislokasi

VII.

Diagnosa Klinis

Fraktur Radius Ulna dextra 1/3 distal, komplit displaced, tertutup.

VIII. PENATALAKSANAAN
1.

Terapi Konservatif

a.

Immobilisasi : Bidai.

b.

Reposisi tertutup dan fiksasi dengan gips.

2.

Terapi Farmakologis

a.

Analgetik

b.

Roborantia

3.

Terapi operatif

a.

IX.

Reposisi terbuka dan fiksasi interna : ORIF

Prognosis : Dubia ad Bonam.

PEMBAHASAN

FRAKTUR RADIUS ULNA


Pada kasus diatas
v

Anatomi dan Insidens

Pada ulna dan radius sangat penting gerakan-gerakan pronasi dan supinasi. Untuk
mengatur gerekan ini diperlukan otot-otot supinator, pronator eres dan pronator quadratus. Yang
bergwerak supinasi pronasi adalah (rotasi) adalah radius.

Gejala Klinik

Pada anamnesis didapati nyeri ditempat patah tulang. Hematom dalam jaringan lunak
dapat terbentuk, sehingga lengan yang patah akan terlihat lebih besar. Pada pemeriksaan, jelas
ditemukan tanda fraktur. Pada pemeriksaan neurologis harus diperiksa n. radialis, karena n.
radialis sering mengalami cedera dapat berupa neuropraxia, axonotmesis atau neurotmesis. Kalau
terjadi hal ini pada pemeriksaan dijumpai kemampuan dorsofleksi pada pergelangan tangan tidak
ada (wrist drop).

Pemeriksaan Radiologi

Sebelum melakukan pembuatan foto, lengan penderita dilakukan pemasangan bidai


terlebih dahulu. Proyeksi foto AP/LAT.

Penanggulangan

Dilakukan reposisi tertutup. Prinsipnya dengan melakukan traksi kearah distal dan
mengembalikan posisi tangan yang sudah berubah akibat rotasi.
Setelah ditentukan kedudukan baru dilakukan immobilisasai dengan gips sirkular diatas
siku. Gips dipertahankan selama 6 minggu. Kalu hasil reposisi tertutup tak baik, dilakukan
tindakan operasi (open reposisi) dengan pemasanga internal fiksasi dengan plate-screw.

Komplikasi
Malunion : Biasanya terjadi pada fraktur yang kominutiva sedang immobilisasinya longgar,
sehingga terjadi angulasi dan rotasi. Untuk memperbaiki perlu dilakukan asteotomi.

Delayed union : Terutama terjadi pada fraktur terbuka yang diikuti dengan infeksi atau
pada fraktur yang communitiva. Hal ini dapat diatasi dengan operasi tandur alih tulang
spongiosa.

Non union : Disebabkan karena terjadi kehilangan segmen tulang yang disertai dengan
infeksi. Hal ini dapat diatasi dengan melakukan bone grafting.

Kekakuan sendi : Hal ini disebabkan karena pemakaian gips yang terlalu lama. Hal ini
diatasi dengan fisioterapi.

Komplikasi
Dini

Compartmen syndrome.


Komplikasi ini sangat berbahaya karena dapat menyebabkan gangguan vaskularisasi
tungkai bawah yang dapat mengancam kelangsungan hidup tungkai bawah. Yang paling sering
terjadi yaitu anterior compartment syndrome.

Mekanisme : Dengan terjadi fraktur tibia terjadi perdarahan intra-kompartment, hal ini
akan menyebabkan tekanan intrakompartmen meninggi, menyebabkan aliran balik darah vena
terganggu. Hal ini akan menyebabkan oedem. Dengan adanya oedem tekanan intrakompartmen
makin meninggi sampai akhirnya sedemikian tinggi sehingga menyumbat arteri di
intrakompartmen.

Gejala : Rasa sakit pada tungkai bawah dan ditemukan paraesthesia, rasa sakit akan
bertambah bila jari digerakan secara pasif. Kalau hal ini berlangsung cukup lama dapat terjadi
paralyse pada otot-otot ekstensor hallusis longus, ekstensor digitorum longus dan tibial anterior.

Tekanan intrakompartemen dapat diukur langsung dengan cara whitesides.

Penanganan : Dalam waktu kurang 12 jam harus dilakukan fasciotomi.

DAFTAR PUSTAKA

1.

Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah, Staff Pengajar FKUI, Jakarta, 1994.

2.

Buku Ajar Ilmu Bedah, Editor R. Sjamsuhidajat, Wim de Jong, EGC, 1997.

Anda mungkin juga menyukai