Anda di halaman 1dari 5

LAPORAN PRAKTIKUM MUSKULOKELETAL

“ TENDINITIS SUPRASPINATUS ”

Oleh :

Antonius Dimas Pramastanto 201803006

Arda mega maulida 201803007

Dhea Diansari 201803015

Valentina Puspadini Narulia 201803046

Yustinus Erwan Satria 201803053

PROGRAM STUDI D3 FISIOTERAPI

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KATOLIK

ST. VINCENTIUS A. PAULO

SURABAYA

2020
BAB I

PENDAHULUAN

Latar belakang

Nyeri pada area bahu merupakan alasan yang paling umum orang mencan
penyembuhan secara medis. Ketika nyeri bahu muncul sebagai problem yang utama,
biasanya disebabkan oleh penyakit periarikular yang dapat didiagnosis dengan akurat
melalui pemeriksaan klinis. Nyeri bahu biasanya bukan karena nyeri rujukan dari area
lain atau organ dalam. Impingement syndrome merupakan disorder periartikuler yang
menyebabkan nyeri bahu pada orang dewasa.

Definisi

Impingement syndrome adalah suatu kondisi patologi yang melibatkan


jaringan lunak di dalam ruang sub acromial (Donatelk, 2012). Merupakan mekanikal
kompresi dan iritasi dari jaringan lunak (otot rotator cuff dan bursa subakromial)
yang tjd pd ruang suprahumeral/ Sub akromial Shoulder impingement syndrome
merupakan diagnosis yang paling umum yang menyebabkan disfungsi pada shoulder
yang dideskripsikan sebagai nyeri bahu yang semakin dipicu dengan aktivitas-
aktivias melebihi tinggi kepala.

Etiologi

Etiologi impingment syndrome multifaktoral, baik intrinsik, ekstrinsik


maupun keduanya. Hal ini ketika tendon rotator cuff, tendon biceps caput longum,
kapsul sendi GH dan bursa sub acromial mengalami impingemed (terjepit) di antara
caput humeri dan anterior acromion. Faktor intrinsik dapat terjadi karena kolemahan
otot- otot rotator cuff, peradangan kronik tendon rotator cuff dan bursa subacromial,
degeratif rotator cuff, tighness kapsul posterior yang mungkin dapat mengurangi
ruang subacromial. Faktor instrinsik dapat terjadi karena variasi bentuk acromion,
degeratif hipertrofi yang merubah sendi Acromioclavicular (AC) dan pengaruh lain
yang akan merubah coracoacromial arch atau humeral head sehingga mempersempit
ruang subacromial

Patologi (Tendinitis Supraspinatus)

Ruang subacromial dibentuk antara caput humerus dan permukaan inferior


dari acromion, sendi acromioclavicular dan dibawah ligamen coracoaromial
(Donatteli, 2012). Aktivitas dengan menggunakan lengan yang dilakukan secara
berulang-ulang dengan melampaui kepala dan penggunaan tendon otot yang overused
menjadi penyebab dari tendinitis supraspinatus (Khirtika et al., 2016). Kebiasaan
mengangkat barang-barang berat (Benjamin, 2004) juga dapat mengakibatkan cedera
pada tendon supraspinatus (Peterson and Renstrom,2005). Aktifitas dan kebiasaan
seperti itu menyebabkan tendon otot supraspinatus terjepit dan mengalami gesekan,
dikarenakan ruang subacromial yang sangat sempit sehingga menimbulkan
peradangan (Brody & Hall, 2011). Peradangan dapat dibedakan menjadi dua yaitu
radang akut dan radang kronik. Radang akut ini adanya nyeri yang berlangsung
beberapa jam atau hari, sedangkan radang kronik adanya keterbatasan LGS dan
seringkali berangsur selama beberapa bufan (Kowalak et al., 2011). Seseorang yang
mengalami tendinitis supraspinatus akan mengeluhkan nyeri pada malam hari yang
umumnya mengganggu tidur (Kowalak et al., 2011) dan ketika bergerak abduksi 60°-
120° (Khirtika et al., 2016).

Epidemiologi

Penderita tendinitis supraspinatus dari tahun ke tahun terus meningkat, yaitu


di tahun 2012 dengan umur 30 dan 50 tahun terdapat 7% - 20% (Loppolo et al.,
2012:1377) dan tahun 2014 menjadi 7% - 26% dengan rentang usia di bawah 65
tahun (Shivakumar et al., 2014). Gambaran Klinis Gambaran klinis pada kasus
tendinitis supraspinatus yaltu adanya peradangan pada tendon supraspinatus (Khirtika
et al 2016). Adanya keterbatasan gerak ke arah abduksi dan eksternal rotasi bahu
(Donatelli, 2012) dan rasa nyeri setelah melakukan aktifitas yang menyebabkan
penguluran tendon supraspinatus (Benjamin, 2004:105). Nyeri dirasakan pada bagian
anterior area lateral lengan atas (Brody & Hall, 2011).

Data-data Medis

Foto x-ray dapat dihat adanya subluksasi, atau dislokasi, penyempitan ruang
sendi dan kalsifikasi pada jaringan lunak. Pandangan khusus dapat menunjukkan
sendi acromioclavicular dan ruang subacromial MRI dapat menidentifikasikerobekan
pada labrum dan rotator cuff meski akurasi harus ditingkatkan dikombinasi dengan
CT-scan.Ultrasound merupakan tes sederhanadan akurat dalam mengidentifikasi
kerobekan rotator cuff dan kalsifikasi tendon.

Faktor resiko

Faktor resiko tendinitis supraspinatus rata-rata terjadi pada usia di atas 30 tahun atau
orang lanjut usia (Peterson and Renström, 2005), dan lebih sering terjadi pada
perempuan daripada laki-laki (Lam et al., 2006). serta pekerjaan yang menggunakan
lengannya secara overused dan melebihi tinggi kepala (Khirtika et al., 2016), seperti
membawa atau mengangkat koper berat (Benjamin, 2004).
Diagnosis banding

Bursitis Subacromial atau yang biasa disebut bursitis subdeltoid merupakan


kondisi dimana terjadi penumpukan cairan di dalam bursa subdeltoid yang
mengakibatkan iritasi sehingga terjadi peradangan. Penyebab dari bursitis
subacromial yaitu trauma berulang yang menimbulkan stress atau tekanan pada sendi
bahu dan penyakit sendi inflammatori. Klien dengan bursitis subacromial
mengeluhkan nyeri yang terasa mendadak atau berangsur-angsur dan terjadi
keterbatasan gerak pada bahu terutama ke arah abduksi dan eksternal rotasi
(Donatelli, 2012:13).

Prognosis

Nyeri pada tendinitis supraspinatus berlangsung dalam kurun waktu 4 minggu


(Lam, 2006). Apabila terjadi nyeri pada tendon berangsur lama, akan menyebabkan
terbentuknya jaringan parut yang membuat ketidaknyamanan pada bahu,
penyembuhan akan berlangsung berbulan-bulan, bertahun-tahun, dan sampai tanpa
batasan waktu (Benjamin, 2004) Hal ini diakibatkan karena suplai darah untuk tendon
supraspinatus relatif jelek (Drake et al., 2014).
BAB II

ISI
Alat yang dibutuhkan

1. Bed exercise

2. Stool
3. Alat-alat untuk pengukuran (tensi, goniometer, pita ukur dll)

Tata cara kerja

Mahasiswa dibagi dalam kelompok kecil terdiri dari 5 mahasiswa, satu


mahasiswa secara sukarela bertindak sebagai pasien yang akan diperiksa, sedangkan
teman yang lain sebagai pemeriksa. Semua mahasiswa secara bergantian melakukan
pengkajian fisioterapi untuk dapat menegakkan diagnosis fisioterapi dan
merencanakan intervensi serta didokumentasikan pada status klinis.

Anda mungkin juga menyukai