Anda di halaman 1dari 32

DEEP FRICTION

OLEH
SUDARYANTO, S.ST.Ft
INTRODUKSI
• Massage dapat diberikan dengan berbagai cara dan tujuan yang
berbeda.
• Salah satunya adalah deep frictional dan manipulasi soft tisssue, yang
dapat mempengaruhi struktur2 jaringan yang lebih dalam.
• Deep friction merupakan bentuk massage yang paling potensial atau
paling ampuh dalam terapi, karena teknik ini dapat mencapai
struktur2 jaringan yang jauh lebih dalam dari permukaan tubuh.
• Sumber nyeri seringkali berasal dari otot, tendon, ligamen, kapsul
sendi atau fascia, apakah akibat injury atau strain/sprain yang
berulang  teknik ini sangat diperlukan dan secara esensial
menghasilkan efek yang jelas.
• Jika terjadi injury atau sprain/strain yang berulang maka cenderung
berkembang adhesion sehingga deep friction menjadi metode pilihan
pada kasus2 tendon, ligament, atau strain otot.
Efek Deep Friction
• Efek Hyperemia
• Terjadi peningkatan suplai darah sehingga nyeri menurun.
• Efek ini akan meningkatkan kecepatan pengrusakan substance Lewis’s
P-factor yaitu substans yang bertanggung jawab terhadap nyeri.
• Efek ini juga menghasilkan panas dan counter-iritan yang nyaman
selama durasi yang lama  hal ini berkaitan dengan peningkatan
aliran darah.
• Deep friction dapat menghasilkan efek hyperemia yang lebih lama
meskipun nyeri itu sendiri biasa dirasakan pada akhir sesi terapi.
• Efek gerakan
• Dengan menggerakkan struktur yang nyeri hebat secara transversal/
longitudinal dapat membebaskan adhesion yang terbentuk dalam
proses formasi (proliferasi).
• Friction yang diaplikasikan secara paralel terhadap alur jaringan
mengikuti alur pembuluh darah dan limpha akan lebih menghindari
terjadi hambatan pada pembuluh darah dan limpha dibandingkan
dengan transverse friction
• Meskipun demikian, deep transverse friction dapat menghasilkan efek
analgesik dengan cepat.
• Jika terjadi injury atau strain yang berulang pada otot maka efek
resolusi akan menghasilkan fibrosis  pemberian deep transverse
friction dapat menghasilkan mobilisasi pada serabut otot yakni
menghasilkan pemisahan adhesion diantara serabut2 otot yang
membatasi gerakan.
• Deep transverse friction dapat memulihkan mobilitas otot seperti
teknik mobilisasi yang membebaskan sendi yang terbatas  dapat
disimpulkan bahwa deep transverse friction mampu menghasilkan
mobilisasi seperti stretching
• Pada kasus kronik sprain ligamen, deep friction diberikan pada
struktur jaringan fibrous yang terbentuk untuk persiapan
diberikan mobilisasi sendi dimana teknik ini dapat memobilisasi
scar-tissue dan menghasilkan efek analgetik sehingga
memungkinkan diberikan mobilisasi sendi
• Pada akut dan kronik tenovaginitis akibat overuse, tidak mesti
diterapi lebih jauh oleh friction.
• Kondisi tenovaginitis menghasilkan krepitasi pada tendon
tersebut karena terjadi pengkasaran permukaan slide dari
pembungkus tendon.
• Pada kondisi tenovaginitis bisa diberikan dgn teknik longitudinal
friction.
• Sedangkan tendon yang kurang atau tidak memiliki pembungkus
tendon dapat diberikan transverse friction  spt kerobekan
minor pada tenoperiosteal dapat diberikan transverse friction
untuk menghancurkan scarr pada lokasi tersebut
Teknik friction
• Jari terapis dan kulit pasien harus bergerak secara bersamaan
• Ketika penetrasi yang dalam diperlukan maka tekanan pada kulit dan
fascia subcutaneus kearah otot, ligamen atau tendon harus
dipertahankan.
• Harus dihindari tekanan kuat yang menimbulkan gesekan pada kulit
karena dapat menimbulkan blister.
• Friction harus diberikan melintang atau longitudinal terhadap
serabut jaringan yang diterapi
• Untuk struktur otot sebaiknya diberikan secara transversal agar terjadi
pemulihan mobilitas otot.
• Untuk ligamen dan tendon yg memiliki pumbungkus sebaiknya
diberikan secara longitudinal.
• Untuk tendon atau perlekatan tendon dan tulang sebaiknya diberikan
secara transversal.
• Friction harus diberikan tekanan yang cukup
• Amplitudo gerakan dari jari terapis harus cukup besar untuk
memastikan terjadi komponen frictional  sehingga efektif untuk
memisahkan setiap serabut yang adhesion.
• Jika gangguannya terletak lebih dalam maka hindari tekanan yang kuat
tanpa friction yang cukup karena dihindari timbul nyeri hebat
• Friction harus mencapai jaringan yang cukup dalam
• Perhatikan komponen frictional dalam aplikasi yaitu : tekanan secara
bertahap ditingkatkan, tidak boleh dilepas atau diganti, terjadi friction.
• Deep friction yang dilakukan dengan skill yang tinggi akan
menghasilkan efek analgetik dibandingkan dengan orang baru yg
melakukan.
• Pasien harus dalam posisi yang comfortable (nyaman)
• Otot harus dipertahankan tetap relaks saat diberikan deep friction
• Tendon beserta pembungkusnya harus dipertahankan tetap
tegang/terulur saat di friction
Aplikasi Deep Friction
Temporomandibular Joint
Serabut Occipital : Otot Trapezius
Serabut occipital : Otot splenius Capitis
Serabut mid-cervical : Otot Splenius dan
Semispinalis Capitis
Insersio Serabut : Otot Levator Scapula
Serabut scapular : Otot Serratus Anterior
Sternoclavicular Joint
Acromioclavicular Joint
Bursa subacromialis/subdeltoidea
Tendon Supraspinatus
Tendon Infraspinatus
Tendon Subscapularis
Tendon caput longum biceps brachii
Insersio tendon extensor carpi radialis longus
Tenoperiosteal junction extensor carpi
radialis brevis
Muscle belly extensor carpi radialis
Tendon fleksor wrist (Golfer’s Elbow)
Trigger Finger (tenovaginitis fleksor jari2 tgn)
Strain otot quadriceps
Ligamen collateral medial knee
Ligamen collateral lateral knee
Condromalacia Patella
Tendon Achilles
Lig. Collateral lateral (sprain ankle)
YOUR ATTENTION

Anda mungkin juga menyukai