TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Servikal I-VII
Vertebra servikal I juga disebut atlas, pada dasarnya berbeda
dengan lainnya karena tidak mempunyai corpus vertebra oleh karena
pada atlas dilukiskan adanya arcus anterior terdapat permukaan sendi,
fovea, vertebralis, berjalan melalui arcus posterior untuk lewatan arcus
posterior untuk lewatnya arteri vertebralis.
Vertebra servikal II juga disebut aksis, berbeda dengan vertebra
servikal ke-3 sampai ke-6 karena adanya dens atau processus odontoid.
Pada permukaan cranial corpus aksis memiliki tonjolan seperti gigi,
dens yang ujungnya bulat, aspek dentis.
Vertebra servikal III-V processus spinosus bercabang dua.
Foramen transversarium membagi processus transversus menjadi
tuberculum anterior dan posterior. Lateral foramen transversarium
terdapat sulcus nervi spinalis, didahului oleh nervi spinalis.
Vertebra servikal VI perbedaan dengan vertebra servikal I
sampai dengan servikal V adalah tuberculum caroticum, karena dekat
dengan arteri carotico.
2.1.2
Ligamentum.
Ligamentum adalah pita jaringan fibrosa yang kuat dan berfungsi
untuk mengikat serta menyatukan tulang atau bagian lain atau untuk
menyangga suatu organ (Snell, 2006).
a. Ligamentum longitudinal anterior
Ligamentum longitudinal anterior merupakan suatu serabut
yang membentuk pita lebar dan tebal serta kuat, yang melekat pada
bagian corpus vertebra, dimulai dari sebelah anterior corpus
10
11
12
c. Ligamentum intertransversarium
Ligamentum intertransversarium melekat antara processus
transversus dua vertebra yang berdekatan. Ligamentum ini
berfungsi mengunci persendian sehingga membentuk membuat
stabilnya persendiaan.
d. Ligamentum flavum
Ligamentum flavum merupakan suatu jaringan elastis dan
berwarna kuning, berbentuk pita yang melekat mulai dari permukaan
anterior tepi bawah suatu lamina, kemudian memanjang ke bawah
melekat pada bagian atas permukaan posterior lamina yang
13
e. Ligamentum interspinale
Ligamentum interspinale merupakan suatu membran yang
tipis melekat pada tepi bawah processus suatu vertebra menuju ke
tepi atas processus vertebra yang berikutnya. Ligamentum ini
14
2.1.3
yang
terdapat
pada
leher
terdiri
dari
otot
15
16
17
18
19
20
2.2 Biomekanik
2.2.1. Regio Servikal
Disusun oleh 3 sendi penyusun yaitu atlanto-occipital joint (C0C1), atlanto-axial joint (C1-C2) dan vertebra joints (C2-C7). Regio ini
merupakan regio yang paling sering bergerak dari seluruh bagian tulang
vertebra. Hal itu dapat terlihat dari peranannya yaitu untuk mengatur
21
Joint
fleksi-
22
23
muscle stretch
muscle contraction
24
25
Masalah penurunan lingkup gerak sendi pada tubuh manusia salah satunya
sering terjadi pada otot upper trapezius karena otot ini sering ditemukan
mengalami gangguan (Lestari, 2010). Otot upper trapezius adalah tot tipe I atau
tonik dan juga merupakan otot postural yang berfungsi melakukan gerakan
elevasi bahu, ekstensi dan lateral fleksi servikal. Kelainan yang terjadi pada tipe
otot ini cenderung tegang dan memendek. Itu sebabnya jika otot upper trapezius
berkontraksi dalam jangka waktu lama, maka jaringan ototnya menjadi tegang,
timbul nyeri dan dalam waktu lama mengakibatkan penurunan lingkup gerak
sendi. Kerja otot upper trapezius akan bertambah berat dengan adanya postur
yang buruk, mikro dan makro trauma (Makmuriyah & Sugijanto, 2013).
Kondisi kontraksi pada otot yang berlangsung dalam waktu lama
mengakibatkan keadaaan yang dikenal sebagai kelelahan otot. Hal ini disebabkan
karena menurunnya jumlah ATP, sehingga tidak adanya ketersediaan energi
untuk menggeser aktin dan miosin. Kontraksi yang terjadi semakin lama akan
26
semakin lemah, walaupun saraf masih bekerja dengan baik dan potensial aksi
masih menyebar pada serabu-serabut otot (Guyton & Hall, 2008).
Pada penelitian ini akan digunakan gerakan lateral fleksi servikal sebagai
interpretasi lingkup gerak sendi dimana otot upper trapezius berperan sebagai
main muscle atau otot yang paling dominan bekerja pada gerakan tersebut.
Lingkup gerak sendi lateral fleksi servikal yang normal adalah lebih dari 45. Otot
upper trapezius terdiri dari dua bagian yaitu kanan dan kiri dimana pelatihan otot
dapat dioptimalkan dengan memberikan intervensi dengan gerakan yang spesifik
seperti lateral fleksi (Neuman, 2002).
2.5 Infrared
2.5.1
Definisi
Infrared adalah pancaran gelombang elektromagnetik dengan
panjang gelombang 7700-4 Juta Ao. Sinar infrared dapat menghasilkan
panas lokal yang bersifat superfisial dan direkomendasikan untuk kondisi
yang subakut untuk mengurangi nyeri dan inflamasi. Pemanasan supefisial
akan berpengaruh pada suhu jaringan di bawahnya yang mengalami
cedera, dan penignkatan suhu pada jaringan superfisial akan menghasilkan
efek analgesia. Efek panas yang ditimbulkan menyebabkan terjadinya
vasodilatasi pada pembuluh darah, dan meningkatkan sirkulasi pada
jaringan (Prentice, 2002).
27
28
2.5.3
29
otot,
pemanasan
juga
akan
membantu
proses
30
e. Distruksi Jaringan
Penyinaran yang berlebihan
31
b. Relaksasi otot
Relaksasi otot akan dicapai jika rasa nyeri berkurang dan jaringan
otot dalam keadaan hangat.
c. Meningkatkan sirkulasi darah
Kenaikan temperatur yang terjadi, akan menimbulkan vasodilatasi
pembuluh
darah.
Hal
ini
akan
menyebabkan
terjadinya
32
Definisi
Slow reversal adalah salah satu
antagonis
pelaksanaannya
untuk
terapis
menambah
lingkup
memberikan
gerak
tahanan
sendi.
Dalam
sedangkan
pasien
mengkontraksikan otot agonis sebagai otot yang lebih kuat hingga ROM
yang diinginkan dan setelah itu tanpa adanya pengurangan kontraksi atau
relaksasi otot dilanjutkan dengan memberi tahanan kontraksi pada otot
yang antagonis. Adanya kontraksi yang terus menerus tanpa diselingi oleh
jeda akan memberikan relaksasi maksimal yang dapat membantu dalam
penguluran dan peningkatan lingkup gerak sendi. Kontraksi maksimal
pada otot yang dipanjangkan akan memprovokasi perubahan struktur dari
aktin-miosin. Gerakan yang pelan akan memastikan setiap otot yang
diinginkan berkontraksi secara maksimal (Alder et al., 2007).
Dalam slow reversal terdapat indikasi dan kontraindikasi
pemberian intervensi tersebut. Indikasi dilakukannya slow reversal adalah
keterbatasan
lingkup
gerak
sendi
akibat
adanya
perlengketan,
33
34
2.6.3
35
Definisi
Contract
relax
stretching
merupakan
suatu
teknik
yang
contract
relax
stretching
dimulai
dengan
terapis
36
contract
relax
stretching
terdapat
indikasi
dan
37
berada
dibelakang
pasien
dengan
tangan
kanan
dan
ditahan
selama
detik
diikuti
inspirasi
38
yang ada pada seluruh serabut otot akan teraktifasi akibat dari adanya
kontraksi isometrik yang diikuti dengan inspirasi maksimal. Hal tersebut
juga akan menstimulus golgi tendon organ yang dapat membantu
terjadinya relaksasi pada otot setelah kontraksi (reverse innervation)
sehingga akan terjadi pelepasan adhesi pada otot tersebut (Azizah &
Hardjono, 2006).
Kontraksi otot yang kuat akan mempermudah mekanisme pumping
action sehingga proses metabolisme dan sirkulasi lokal dapat berlangsung
dengan baik sebagai akibat dari vasodilatasi dan relaksasi setelah
kontraksi maksimal dari otot tersebut. Dengan demikian maka
pengangkutan sisa-sisa metabolisme ( substance) dan asetabolic yang
diproduksi melalui proses inflamasi dapat berjalan dengan lancar sehingga
rasa nyeri dapat berkurang (Azizah & Hardjono, 2006).
Relaksasi yang dilakukan setelah kontraksi isometrik maksimal
selama 9 detik dimana dalam proses ini diperoleh relaksasi maksimal yang
difasilitasi Reverse Innervation. Proses relaksasi yang diikuti ekspirasi
maksimal akan memudahkan perolehan pelemasan otot. Apabila
dilakukan peregangan secara bersamaan pada saat relaksasi dan ekspiresi
maksimal
maka
diperoleh
pencapaian
panjang
otot
yang
39