Contextual factors
also impact mobility, including
1. Environmental factors, such
as terrain characteristics,
2. Personal factors, such as
age, sex, and self-efficacy
Sequence movements
Extend the To flex the
right LL: left LL:
Pontine RF
Sequence movements
Extend the To flex the
right LL: left LL:
Utricle &
Vestibular n.
Sequence movements
Extend the To flex the
right LL: left LL:
Pontine RF
Inhibit L extensors
Utricle
Utricle&& (Renshaw cell)
vestibular
Vestibularn.n.
Sequence movements
Extend the To flex the
right LL: left LL:
Pontine RF
Inhibit L extensors
Utricle & (Renshaw cell)
Vestibular n.
Excite L flexors
Midbrain & brainstem initiation of locomotion
Inner drive:
Eating, drinking, toilet
Tourist walk
Excitement
Anger, fear
Motivasi
• Limbic system
Berperan pada emosi dasar dan motivasi (seperti hadapi atau
menghindar).
Tujuan
• Cortex
– Fungsi pemahaman meliputi
• Aspek kognitif dari motor control.
• Koordinasi visuomotor.
• Motor planing.
– Cortical neurons
• Selalu terstimulasi sebelum gerak terjadi.
• Bereaksi secara phasic selama lokomotion.
• Terjadi peningkatan aktivitas saat swing phase.
Perubahan lokomotion
• Cortex
• Selama kondisi normal (tidak ada gangguan pada jalan) peran cortex sangat
minimal,tetapi begitu ada hambatan yang mengganggu seperti(harus menaiki
tangga) , terjadi peningkatan intensitas pada traktus cortico spinalis secara
dramatis,tetapi fase stimulasi nya masih tetap sama(bronstein et al 2003)
Stabilitas/Postural Control
• MODULATION /PENGATURAN TONUS POSTURAL.
• ALIGNMENT
Modulation/pengaturan tonus postural
• Reticulospinal system
• Tonus postural di bentuk dan dijaga selama lokomotion oleh keseimbangan
antara efek:
– Inhibisi pada stretch reflek lateral reticulospinal.
– Fasilitasi tonus ekstensor medial reticulospinal.
• Menerima input/reseptor dari berbagai sumber pada susunan saraf kita dan
selalu aktif pada seluruh fase lokomotion.
Aligment
• Dipengaruhi oleh:
– Spinal cord
– Vestibular sistem
– Visual sistem
– Joint receptor
– Muscle spindle
– Golgi tendon organ
– Cutaneus
Adaptif
• Reaktif balance strategi
– Contoh merubah ketinggian langkah utk menghindari hambatan.
– Mengurangi panjang langkah saat jalan di es.
• Proaktif balance strategi
– Merubah tumpuan kaki.
– Merubah perintah jalan.
– Berhenti.
Bobath approach
• Aktivasi sistem neurofisiologi secara tepat untuk kontrol jalan.
• Mengajarkan pola jalan yang efisien dengan mengaktifkan area
yang lemah.
• Memberikan input perifer untuk merubah pola jalan dan
memberikan pengalaman positif yang berbeda.
• Menyempurnakan pola jalan /motor program melalui olive
dan kontrol cerebellum.
Facilitation of walking
• Reinforces the interaction between the two sides of the body
• Minimises compensatory strategies
• Reorganises internal representation of body schema
• Promotes improved interaction with the environment utilising
sensory & propioceptive controls
Facilitation of walking
• Concentrate on a goal- not on the action of walking
• Initiate by forward displacement
• Relieve the weight of HAT via CKP
• Build up speed of at least 70 steps / min
• Taking smaller and quicker steps can help sometimes to
become rhythmical
Kesimpulan
• Jalan memasimalkan dan menyempurnakan hidup kita,
mempermudah kita untuk mencapai kesuksesan, kesenangan
dan meringankan beban kerja kita.