Anda di halaman 1dari 33

BAB III

LAPORAN STATUS KLINIS

---------------------------------------------------------------------------------------------------

Tanggal pembuatan laporan : 13 Maret 2017

Kondisi / kasus : FT B (Muskuloskeletal)

1. KETERANGAN UMUM PENDERITA

Nama : Ny. K

Umur : 47th

Jenis kelamin : Perempuan

No RM : 951540

Agama : Islam

Pekerjaan : Pedagang sayuran

Alamat : Rt.04/Rw.05, Dusun II Cigoang, Ds. Mandala,Kec.

Dukuh Puntang Kab. Cirebon

2. DATA-DATA MEDIS RUMAH SAKIT

1) DIAGNOSA MEDIS

Post ORIF Fraktur femur 1/3 distal dextra

2) CATATAN KLINIS

Rontgen (+) :

61
Gambar 3.1 Hasil Rontgen Pre OP (1-02-2017)

Gambar 3.2 Hasil Rontgen Post OP (3-02-2017)

3) TERAPI UMUM (GENERAL TRETMENT)

Dokter Spesialis Rehab Medik

Dokter Spesialis Bedah Ortopedi

Medika Mentosa :

1. Meloxicam

2. Ranitidine

3. Glucosamine

4) RUJUKAN FISIOTERAPI DARI DOKTER REHAB MEDIK

Mohon dilakukan fisioterapi untuk pasien Ny. K dengan diagnosa Post

ORIF Fraktur femur 1/3 distal dextra.

62
3. SEGI FISIOTERAPI

TANGGAL :13 Maret 2017

1) ANAMNESIS (HETERO/AUTO)

(1) KELUHAN UTAMA

Pasien mengeluhkan nyeri, kaku pada lutut kanan.

(2) RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG

- Pada tanggal 28 Januari 2017 saat hendak mencuci di sungai,

pasien jatuh terpeleset karena batu yang di injaknya licin.

- Posisi kaki kanan saat jatuh menekuk dan kaki kiri lurus

- Keesokan harinya tanggal 29 Januari 2017 kaki pasien

bengkak, panas dan sedikit kemerahan lalu pasien dibawa ke

dukun urut untuk dilakukan penanganan, disana kaki pasien di

gip menggunakan papan dari pangkal paha sampai ke

pergelangan kaki kanan.

- Melihat kondisi pasien, dukun urut menyarankan ke rumahsakit

untuk dilakukan rontgen karena dicurigai adanya patah pada

paha kanan pasien.

- 2hari kemudian (1 Februari 2017) pasien baru melakukan foto

rontgen di RS Plumbon disana hasilnya diketahui adanya patah

pada tulang paha bagian bawah.

- Pasien disarankan untuk menjalani operasi, ke RS Gunung Jati

- Hari itu juga, pasien langsung dibawa ke RS Gunungjati,

namun tidak langsung lakukan operasi karena keadaan pasien

63
tidak memungkinkan untuk dilakukan karena HB pasien

rendah.

- Pasien menjalani rawat inap dan pada tanggal 3 februari 2017

barulah pasien menjalani operasi, dan pasien menjalani

pemulihan di rawat inap selama 6hari.

- Setelah pulang dari RS, pasien diharuskan menjalani rawat

jalan ke Poli Ortopedi selama 3minggu dan mulai tanggal 6

maret 2017 pasien di rujuk ke Instalasi Rehab Medik untuk

dilakukan Fisioterapi selama seminggu 2x.

(3) RIWAYAT PENYAKIT DAHULU

Jatuh (+) / ada keluhan

Trauma (+) / ada keluhan

Pasien pernah jatuh pada tahun 2013, ditabrak mobil dan

mengalami luka pada bahu kanan. Pasien pernah menjalani operasi

penanaman daging yang diambil dari paha belakang tungkai kiri

pasien.

(4) RIWAYAT PENYAKIT PENYERTA

Hipertensi (-) / tidak ada keluhan

DM (-) / tidak ada keluhan

Asam Urat (-) / tidak ada keluhan

64
(5) RIWAYAT PRIBADI (KETERANGAN UMUM)

Pasien adalah seorang ibu rumah tangga yang tinggal bersama

suami dan seorang anaknya yang masih kelas 5 SD. Keseharian

pasien dagang sayuran di pasar. Lingkungan rumah tidak ada

tangga. Pasien menggunakan wc duduk dirumah.

(6) RIWAYAT KELUARGA

Tidak ada penyakit serupa yang dialami keluarga pasien

(7) ANAMNESIS SISTEM

a. Kepala & leher

Kepala : Pusing (tidak dikeluhkan)

Kaku leher (tidak dikeluhkan)

Nyeri leher (tidak dikeluhkan)

Mata (Penglihatan ) : Fokus

Telinga (Pendengaran ) : Tidak ada gangguan

b. Kardiovaskuler

Jantung Bedebar-debar (-) / tidak ada keluhan

Keringat dingin (-) / tidak ada keluhan

Wajah pucat (-) / tidak ada keluhan

c. Respirasi

Sesak nafas (-) / tidak ada keluhan

Batuk (-) / tidak ada keluhan

d. Gastrointestinalis

Mual (+) / ada keluhan

65
BAB (-) / tidak ada keluhan

e. Urogenitalis

BAK (-) / tidak ada keluhan

f. Muskuloskeletal

Adanya ketegangan otot dipaha bagian depan dan belakang

serta betis kanan, adanya bengkak pada paha kanan, adanya

nyeri dian, tekan dan gerak pada paha kanan

g. Nervorum

Tidak ada keluhan

2) PEMERIKSAAN

(1) PEMERIKSAAN FISIK

a. TANDA-TANDA VITAL

a) Tekanan darah : 130/90 mmHg

b) Denyut nadi : 78 x/menit

c) Pernapasan : 22 x/menit

d) Temperatur : 36 º

e) Tinggi badan : 163 cm

f) Berat badan : 74 kg

g) IMT : 24,7 (Kategori Obesitas I)

66
b. INSPEKSI

a) Statis :

Anterior : Bahu simetris, pelvic simetris, patella

simetris,

Lateral : Kepala tidak tampak upward maupun

downward, tidak tampak kiposis atau

lordosis, tampak luka incisi pada paha

kanan, knee semi flexi, ankle plantar

flexi.

Posterior : Scapula simetris, vertebra tidak

tampak scoliosis, pelvic asimetris.

Lokal : Terdapat oedem pada femur dextra

terdapat luka incise sepanjang 23cm

pada bagian lateral tungkai atas kanan,

tidak ada deformitas, Adanya oedem,

tidak tampak rubor

b) Dinamis : Pasien menggunakan alat bantu dua

crutch dengan non weight bearing/ kaki kanan tidak

menapak, metode swing to dan three point gait. Ekspresi

wajah tidak tampak menahan nyeri.

c. PALPASI

a) Adanya nyeri tekan pada daerah lateral tungkai atas

sebelah kanan.

67
b) Adanya spasme pada m. quadrisep femuris dextra,

m.hamstring dextra, dan m.gastrocnemius dextra

c) Suhu lokal afebris

d) Tidak ada pitting oedem

e) Adanya nyeri tekan pada daerah incise, m. quadrisep

femuris dextra, m.hamstring dextra, dan

m.gastrocnemius dextra.

d. PERKUSI

Tidak dilakukan

e. AUSKULTASI

Tidak dilakukan

f. GERAKAN DASAR

a) Gerakan aktif

Tabel 3.1 Permeriksaan Gerak Aktif

Gerakan Nyeri ROM

Flexi hip Dextra Tidak nyeri Full ROM

EkstensI hip Dextra Tidak nyeri Full ROM

Adduksi hip Dextra Tidak nyeri Full ROM

Abduksi hip Dextra Tidak nyeri Full ROM

Endorotasi hip Dextra Tidak nyeri Full ROM

Eksorotasu hip Dextra Tidak nyeri Full ROM

Flexi knee Dextra Nyeri Tidak Full ROM

Ekstensi fleksi Dextra Nyeri Tidak Full ROM

68
Plantar fleksi Dextra Tidak nyeri Full ROM

Dorso fleksi Dextra Tidak nyeri Full ROM

b) Gerakan pasif

Tabel 3.2 Permeriksaan Gerak Pasif

Gerakan Nyeri LGS End Fell

Flexi hip dextra Tidak nyeri Full ROM Soft

Ekstensi hip dextra Tidak nyeri Full ROM Firm

Adduksi hip dextra Tidak nyeri Full ROM Soft

Abduksi hip dextra Tidak nyeri Full ROM Soft

Endorotasi hip dextra Tidak nyeri Full ROM Firm

Eksorotasi hip dextra Tidak nyeri Full ROM Firm

Flexi knee dextra Nyeri Tidak Full ROM Soft

Ekstensi knee dextra Nyeri Tidak Full ROM Hard

Plantar fleksi dextra Tidak nyeri Full ROM Firm

Dorso fleksi dextra Tidak nyeri Full ROM Firm

c) Gerakan isometrik

Pasien mampu melawan tahanan minimal pada gerakan

flexi-ekstensi hip dextra abduksi-adduksi hip

endorotasi-eksorotasi hip dextra, flexi-ekstensi knee

dextra, plantar flexi-dorso flexi ankle dextra dengan

disertai rasa nyeri.

69
g. KOGNITIF, INTRA PERSONAL & INTER PERSONAL

a) Kognitif : Memori pasien cukup baik, mampu

menceritakan kejadian sampai

penanganan yang dialaminya

b) Intra personal : Motivasi pasien baik untuk menjalani

terapi

c) Inter personal : Pada saat diterapi pasien mampu

berinteraksi dan mampu mengikuti

intruksi terapis

h. KEMAMPUAN FUNGSIONAL

a) Kemampuan Fungsional Dasar

- Pasien memerlukan bantuan minimal dari duduk ke

berdiri

- Pasien berdiri dengan menggunakan crutch

bilateral.

- Pasien mampu berjalalan menggunakan crutch

bilateral metode swing to dengan cara three point

gait.

b) Aktifitas Fungsional

Pasien belum mampu shalat berdiri, pasien belum

mampu melakukan aktivitas sehari hari seperti

menyapu, mencuci dan berdagang ke pasar.

70
c) Lingkungan Aktifitas

Lingkungan keluarga: pasien mendukung untuk

kesembuhan pasien karena keluarga pasien sering

melatih pasien.

Lingkungan sosial pasien mendukung untuk

kesembuhan pasien karena rekan-rekan pengajian

pasien sering menjenguk dan memberi support. Tapi pa

Lingkungan rumah : Pasien menggunakan wc jongkok

dirumahnya, tetapi saat ini ketika BAB pasien

menggunakan kursi untuk mempermudah karena pasien

belum boleh untuk menapakan kaki kanannya. Tidak

ada tangga di dalam maupun sekitar rumah yang

menghambat aktivitas pasien.

(2) PEMERIKSAAAN SPESIFIK ( FT C )

a. Pemerikasaan nyeri dengan VAS

Nyeri Diam :2

Nyeri Tekan :4

Nyeri Gerak :6

71
b. Pemeriksaan LGS dengan Goneometer

Tabel 3.3 Pemeriksaan LGS dengan Goneometer

Regio Gerakan

Normal Aktif Pasif


Knee
S=00-00-1300 S=50 -150 - 350 S=100 150-500

c. Pemeriksaan kekuatan Otot dengan MMT

Tabel 3.4 Pemeriksaan kekuatan Otot dengan MMT

Otot penggerak Nilai

Flexor knee 4

Ekstensor knee 4

d. Pemeriksaan antropometri dengan midline

Tabel 3.5 Pemeriksaan antropometri dengan midline

Titik Pengukuran Dextra Sinistra Selisih

Tuberositas tibia 35 33 2

5cm ke distal 35 34 1

5cm ke proximal 44,5 40 5,5

10cm ke proximal 47 44 3

15cm ke proximal 49 47 2

Kesimpulan : Adanya oedem pada titik 5cm dan 10cm

kearah proximal tuberusitas tibia

72
3) DIAGNOSIS FISIOTERAPI

(1) Impairment

a. Adanya nyeri diam daerah lateral tungkai atas kanan.

b. Adanya nyeri tekan pada m.quadrisep femuris dextra,

m.hamstring dextra, dan m.gastrocnemius dextra.

c. Adanya nyeri gerak flexi extensi knee dextra

d. Adanya spasme m.quadrisep femuris dextra, m.hamstring

dextra, dan m.gastrocnemius dextra.

e. Adanya keterbatasan gerak flexi - extensi knee dextra

f. Adanya penurunan kekuatan otot flexor - extensor knee

g. Adanya oedema pada 5cm dan 10cm dari tuberusitas tibia ke

proximal.

h. Adanya gangguan pola jalan menggunakan cructh bilateral.

(2) Limitation fungsional

a. Pasien belum mampu duduk ke berdiri secara mandiri

b. Pasien belum mampu berdiri tanpa alat bantu

c. Pasien menggunakan alat bantu cructh bilateral ketika berjalan

d. Pasien belum mampu solat dengan posisi duduk

(3) Participant restriction

Aktifitas social pasien seperti berdagang dan pengajian terganggu.

73
4) PROGRAM / RENCANA FISIOTERAPI

(1) TUJUAN

a. Tujuan jangka pendek

- Untuk mengurangi nyeri tekan dan spasme pada

m.quadrisep femuris dextra, m.hamstring dextra, dan

m.gastrocnemius dextra.

- Untuk meningkatkan LGS flexi - extensi knee dextra

- Untuk meningkatkan kekuatan otot flexor dan extensor

knee dextra

- Untuk mengurangi oedema dimana pada femur dextra

b. Tujuan jangka panjang

Untuk memulihkan, dan meningkatkan aktivitas

ambulasi dan fungsional pasien secara mandiri, dengan

keluhan minimal atau tanpa alat bantu.

(2) TINDAKAN FISIOTERAPI

a. Teknologi Fisioterapi

a) Teknologi Alternatif

(a) IR

(b) Terapi latihan

(c) Massage

(d) Ultrasound

(e) Walking Exercise

74
b) Teknologi yang dilaksanakan

(a) IR

Bermanfaat untuk meningkatkan proses

metabolisme, vasodilatasi pembuluh darah,

menimbulkan rileksasi otot dan mengaktifkan

kelenjar keringat sehingga diharapkan dapat

mengurangi nyeri pada daerah dan sekitar incisi.

(b) Terapi latihan

Bermanfaat untuk mencegah disfungsi dengan

pengembangan, peningkatan, perbaikan atau

pemeliharaan dari kekuatan dan daya tahan otot,

peningkatan LGS dan kemampuan fungsional.

b. Edukasi

(a) Pasien dianjurkan untuk melakukan latihan yang

sudah diberikan oleh terapis dengan didahalui

kompres hangat.

(b) Pasien dianjurkan untuk memposisikan kakinya

lebih tinggi menggunakan bantal, untuk mengurangi

oedem.

(c) Pasien tidak boleh menapakkan kakinya terlebih

dahulu saat berjalan dan harus memakai crutch

sesuai dengan intruksi dari dokter.

75
(3) RENCANA EVALUASI

a. Evaluasi pengukuran nyeri dengan VAS

b. Evaluasi pengukuran LGS dengan Goneometer

c. Evaluasi pengukuran kekuatan otot dengan MMT

d. Evaluasi pengukuran antropometri dengan midline

(4) PROGNOSIS

Quo ad vitam : Bonam

Quo ad sanam : Bonam

Quo ad fungsionam : Dubia ad Bonam

Quo ad cosmeticam : Dubia ad Bonam

(5) PELAKSANAAN FISIOTERAPI

(1) Infra Red Radiation (IRR)

a. Pesiapan alat

Sebelum dilakukan terapi sebaiknya dilakukan

pengecekan pada mesin dan kabel.

b. Persiapan pasien

1) Pasien diposisikan tidur terlentang senyaman

mungkin agar selama pengobatan dapat rileks..

2) Sebelum dilakukan pengobatan perlu dijelaskan

dahulu prosedur dan tujuan dari pengobatan.

Juga dijelaskan rasa yang timbul dari proses

terapi.

76
3) Jika intensitas yang diberikan oleh terapis terlalu

tinggi dan menimbulkan keluhan (nyeri, panas,

pusing, mual), sebaiknya pasien memberitahu

terapis.

c. Pelaksanaan Terapi

Jarak IR ke pasien 30-35 cm. Durasi 15 menit.

Area tungkai atas kanan. Kemudian atur waktu

selama 15 menit dan nyalakan lampu IR.

Gambar 3.3 Pelakasanaan Infra Red

(2) Terapi Latihan

i. Static Contraction

Posisi pasien : Berbaring terlentang

Posisi terapis : Berdiri di samping kiri pasien

Pelaksanan : Terapis meletakan tangannya di bawah

lutut kanan pasien, pasien di suruh

menekankan tangan terapis sekuat-kuatnya

77
dan di tahan selama 6 hitungan kemudian

rileks.

Dosis :Pengulangan sebanyak 8 kali tiap satu sesi

Gambar 3.4 Pelakasanaan Static Contraction

ii.Free active movement

Posisi pasien : Pasien diposisikan tengkurap di bed.

Posisi terapis: Berdiri di samping kiri

pasien.

Pelaksanaan :Terapis menginstruksikan kepada pasien

untuk menekuk dan meluruskan salah satu

lututnya secara bergantian dengan lutut

satunya, terapis memberikan fiksasi pada

bagian atas lutut pasien

Dosis :Gerakan diulang hingga 8 kali untuk

pengulangan

78
Gambar 3.5 Pelakasanaan Free Avtive movement

iii. Hold relaxed streching

Posisi pasien : Tidur tengkurap

Posisi terapis : Berdiri di samping kanan pasien

Pelaksanaan :Pasien diminta untuk melakukan fleksi

knee dextra sebatas kemampuannya,

fisioterapi kemudian memberikan fiksasi

pada proksimal knee serta hand moverpada

sepanjang tibia menggunakan seluruh

lengan fisioterapis untuk menjaga proper

body mechanic, pasien kemudian diminta

untuk melakukan ekstensi knee dengan

mendorong tangan terapis semampu pasien,

79
sedangkan fisioterapis menjaga agar tidak

terjadi pergerakan selama pasien diminta

melakukan hal tersebut, setelah 8 detik,

pasien kemudian diminta untuk relaks.

Dosis : pengulangan sebanyak 8 kali.

Gambar 3.6 Pelakasanaan Hold relax

4) EVALUASI

Dalam melakukan evaluasi ini terapis membandingkan hasil

sebelum (T0 = T1) dan sesudah terapi sampai terapi terakhir (T3)

pertanggal pemeriksaan. Tujuan evaluasi adalah mengetahui tingkat

keberhasilan dari terapi yang diberikan, apakah sesuai dengan yang

diharapkan serta perlu tidaknya modifikasi atau merujuk ken tenaga

kesehatan lain. Pada kasus Fraktur femur 1/3 distal dextra hal-hal yang

80
perlu dievaluasi adalah : evaluasi nyeri dengan vas, evaluasi LGS

dengan goneometer, evaluasi kekuatan otot dengan MMT dan

antropometri dengan midline.

1. Terapi I (senin, 13 Maret 2017)

S : Nyeri dan kaku pada lutut kanan

O : Tekanan darah : 110/80 mmHg

Denyut nadi : 76x/menit

Respirasi : 22x/menit

1) Pemeriksaan nyeri dengan VAS

Pada saat diam 2, nyeri tekan 4, dan nyeri tekan 6

2) Pemeriksaan Kekuatan otot dengan MMT

Otot penggerak Nilai

Flexor knee 4

Ekstensor knee 4

3) Pemeriksaan LGS dengan Goneometer

Regio Gerakan

Normal Aktif Pasif


Knee
S:00_00_1300 S:50_150_350 S:100_150_500

81
4) Pemeriksaan antropometri dengan midline

Titik Pengukuran Dextra Sinistra Selisih

Tuberositas tibia 35 33 2

5cm kebawah 35 34 1

5cm keatas 45,5 40 5,5

10cm keatas 47 44,5 2,5

15cm keatas 49 47 2

A : Adanya nyeri, keterbatasan gerak flexi-ekstensi knee

akibat adanya fraktur femur bagian distal sehingga

menyebabkan aktivitas fungsional sehari-hari pasien

terganggu seperti berjalan.

P: (1) Mengurangi nyeri dengan :Infra red radiation

(2) Meningkatkan lingkup gerak sendi dengan: Free

active exercise, dan hold helax exercise.

(3) Meningkatkan kekuatan otot dengan : Free

active exercise, dan hold helax exercise

(4) Menurunkan oedem dengan : static contraction.

2. Terapi II (rabu, 15 Maret 2017)

S : Nyeri dan kaku pada lutut kanan

O : Tekanan darah : 110/80 mmHg

Denyut nadi : 76x/menit

Respirasi : 22x/menit

82
1) Pemeriksaan nyeri dengan VAS

Pada saat diam 2, nyeri tekan 3, dan nyeri tekan 6

2) Pemeriksaan Kekuatan otot dengan MMT

Otot penggerak Nilai

Flexor knee 4

Ekstensor knee 4

3) Pemeriksaan LGS dengan Goneometer

Gerakan
Regio

Normal Aktif Pasif


Knee
S:00_00_1300 S : 50_ 150-400 S:100_150_550

4) Pemeriksaan antropometri dengan midline

Titik Pengukuran Dextra Sinistra Selisih

Tuberositas tibia 35 33 2

5cm kebawah 35 34 1

5cm keatas 45 40 5

10cm keatas 47 44,5 2,5

15cm keatas 49 47 2

A :Adanya nyeri, keterbatasan gerak flexi-ekstensi knee akibat

adanya fraktur femur bagian distal sehingga

menyebabkan aktivitas fungsional sehari-hari pasien

terganggu seperti berjalan.

83
P : (1) Mengurangi nyeri dengan : Infra red radiation

(IRR)

(2) Meningkatkan lingkup gerak sendi dengan:

Free active exercise, dan hold helax exercise

(3) Meningkatkan kekuatan otot dengan : Free

active exercise, dan hold helax exercise

(4) Menurunkan oedem dengan: static contraction.

3. Terapi III (Senin, 20 Maret 2017)

S : Nyeri dan kaku pada lutut kanan

O : Tekanan darah : 110/80 mmHg

Denyut nadi : 76x/menit

Respirasi : 22x/menit

1) Pemeriksaan nyeri dengan VAS

Pada saat diam 5, nyeri tekan 3, dan nyeri tekan 5

2) Pemeriksaan Kekuatan otot dengan MMT

Otot penggerak Nilai

Flexor knee 4

Ekstensor knee 4

3) Pemeriksaan LGS dengan Goneometer

Regio Gerakan

Normal Aktif Pasif


Knee
S : 00_00_1300 S:50_150_450 S:100_150_650

84
4) Pemeriksaan antropometri dengan midline

Titik Pengukuran Dextra Sinistra Selisih

Tuberositas tibia 35 33 2

5cm kebawah 35 34 1

5cm keatas 44 40 4

10cm keatas 47 44,5 2

15cm keatas 49 47 2

A :Adanya nyeri, keterbatasan gerak flexi-ekstensi knee akibat

adanya fraktur femur bagian distal sehingga

menyebabkan aktivitas fungsional sehari-hari pasien

terganggu seperti berjalan.

P :(1) Mengurangi nyeri dengan : Infra red radiation (IRR)

(2) Meningkatkan lingkup gerak sendi dengan: Free active

exercise, dan hold helax exercise.

(3) Meningkatkan kekuatan otot dengan :Free active

exercise, dan hold helax exercise.

(4) Menurunkan oedem dengan: static contraction.

85
6) HASIL AKHIR

Seorang pasien bernama ny.K berusia 47 tahun dengan diagnosa fraktur

femur 1/3 distal setelah diberikan terapi sebanyak 3xdengan modalitas

IRR dan terapi latihan serta medika mentosa berupa

Meloxicam,Ranitidine,dan Glucosamine diperoleh hasil:

(1) Adanya penurunan nyeri tekan dari T1=4 dan T3=3 dan nyeri

gerak dari T1=6 dan T3=5

(2) Adanya peningkatan Lingkup Gerak sendi aktif flexi knee 100

dan gerak pasif flexi knee 150.

(3) Adanya penurunan oedem 1,5cm dari titik tuberusitas tibia 5cm

proximal dan 0,5cm dari titik tuberusitas tibia 10cm ke

proximal.

86
BAB IV

PEMBAHASAN

Seorang pasien bernama Ny.K berumur 47 tahun dengan kondisi post op

fraktur femur 1/3 distal dextra, dari hasil pemeriksaan fisioterapi ditemukan: (1)

Adanya nyeri diam, nyeri tekan dan nyeri gerak di lutut kanan pada daerah incisi

dan pada m.tensor fascia latae m.vastus medialis, (2) Adanya keterbatasan gerak

flexi – extensi knee, (3) Adanya penurunan kekuatan otot flexor dan extensor

knee, (4) Adanya oedema pada tungkai kanan, (5) Adanya spasme pada m. vastus

medial, m.quadriceps femoris, m. hamstring, m.gastrocnemius. setelah dilakukan

intervensi fisioterapi sebanyak 6 kali diperoleh hasil:

4.1 Nyeri

Nyeri di anggap proses normal pertahanan yang diperlukan untuk

memberi tanda “ alami” bahwa telah terjadi kerusakan jaringan. Dari

hasil akhir didapatkan bahwa nyeri menurun, disini penulis akan

membuat dalam bentuk tabel penurunan skala nyeri sebagi berikut:

Tabel 4.1 Evaluasi Nyeri dengan VAS

Tes Nyeri T1 T2 T3

(13-03-2017) (15-03-2017) (20-03-2017)

Nyeri Diam 1,5 1,5 1,3

Nyeri Tekan 3,1 2,8 2,8

Nyeri Gerak 5,8 5,8 5,8

87
4.2 Lingkup Gerak Sendi (LGS)

Kekuatan sendi nyeri dan penurunan kekuatan otot berpengaruh

terhadap LGS, akibat beberapa hal ini maka pasien akan membatasi

gerakan-gerakan sehingga LGS akan terbatas. Dari hasil evaluasi didapat

peningkatan dalam bentuk table sebagai berikut :

Tabel 4.2 Evaluasi Lingkup Gerak Sendi (LGS) dengan Goniometer

Regio Gerakan T1 T2 T3

(13-03-2017) (15-03-2017) (20-03-2017)

Knee Aktif S : 150-500 S : 150-550 S : 150-600

Dextra
Pasif S : 150-650 S : 150-700 S : 150-800

4.3 Kekuatan Otot

Dengan adanya nyeri bisa berpengaruh kekuatan otot. Dari

hasil evaluasi maka didapat hasil adanya peningkatan kekuatan otot

dalam bentuk table sebagai berikut :

Tabel 4.3 Evaluasi Kekuatan Otot dengan MMT

Nilai

Otot Penggerak T1 T2 T3

(13-03-2017) (15-03-2017) (20-03-2017)

Flexor Knee 4 4 4

Ekstensor Knee 4 4 4

88
4.4 Oedema

Tabel 4.4 Evaluasi Oedema dengan Midline

Selisih

Titik Pengukuran T1 T2 T3

(13-03-2017) (15-03-2017) (20-03-2017)

Tuberositas Tibia 2 2 2

5cm Kebawah 1 1 1

5cm Keatas 5,5 5 4

10cm Keatas 2,5 2,5 2

15cm Keatas 2 2 2

89
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Fraktur adalah suatu patahan pada hubungan kontinuitas struktur

tulang. Femur adalah tulang paha. Dextra adalah sisi tubuh bagian kanan.

Sepertiga distal adalah suatu area yang dibagi menjadi tiga bagian yang

sama kemudian diambil bagian yang bawah. Dan penanganan pemasangan

plate and screw termasuk dalam bagian ORIF. Jadi Post ORIF Fraktur

femur 1/3 distal dextra adalah suatu patahan terbuka yang mengenai 1/3

bagian bawah tulang paha kanan yang di lakukan pemasangan plate and

screw untuk internal fixasi. Fraktur femur biasanya disebabkan karena

jatuh dengan tertambat, sementara daya pemuntir ditransmisikan/

dipindahkan ke femur (fraktur type spiral). Akibat dari benturan langsung

atau angulasi, sering ditemukan pada kecelakaan sepeda motor (fraktur

type oblique/melintang). Pada benturan keras (sering berupa kombinasi

kekuatan langsung dan tak langsung) fraktur mungkin bersifat komunitif,

atau tulang dapat patah pada lebih dari satu tempat (fraktur

segmental).Pada kondisi ini akan dijumpai tanda dan gejalanya yang

diakibatkan berupa: timbul rasa nyeri, penurunan kekuatan otot tungkai

atas kanan, terbatasnya gerakan sendi lutut kanan, terdapat oedema di

sekitar inchisi yang dapat menghambat aktifitas fungsional pasien.

90
Pada makalah ini menggunakan modalitas IR ( Infa Red) dan terapi

latihan. IR ( Infra Red )untuk meningkatkan proses metabolisme,

vasodilatasi pembuluh darah, menimbulkan rileksasi otot dan

mengaktifkan kelenjar keringat sehingga diharapkan dapat mengurangi

nyeri pada daerah dan sekitar incise, Jarak IR ke pasien 30-35 cm, durasi

15 menit, Frekuensi 7700 A – 1500000 A, kemudian atur waktu

selama 15 menit . Dan pada terapi latihan menekankan pada kemapuan

aktifitas fungsional pasien, untuk mencegah terjadinya disfungsi dengan

pengembangan, peningkatan, perbaikan atau pemeliharaan dari kekuatan

dan daya tahan otot, peningkatan LGS dan kemampuan fungsional, latihan

yang dilaksanakan berupa :static contraction, free active movement, hold

relaxed streching untukpenyembuhan pasien dalam meningkatkan aktifitas

gerak pasien.

Dalam hal ini, Pasien dengan kasus Post ORIF Fraktur femur 1/3

distal dextra , adanya permasalahan pada saat menggerakan lutut kanan,

terasa nyeri ketika diam, ditekan dan digerakan pada daerah incisi serta

pada m.tensor fascia latae m.vastus medialis, keterbatasan gerak flexi –

extensi knee, penurunan kekuatan otot flexor dan extensor knee, oedema

pada tungkai kanan, spasme pada m. vastus medial, m. quadriceps, m.

femoris, m. hamstring, m. gastrocnemius.

Setelah dilakukan fisioterapi didadapatkan hasil : Adanya penurunan

nyeri diam T1=1,5 dan T3=1,3, dan nyeri tekan T1=3,1 dan T3=2,8,

peningkatan Lingkup Gerak sendi aktif flexi knee 100serta gerak pasif

91
flexi knee 150, dan penurunan oedem 1,5cm dari titik tuberusitas tibia 5cm

keatas dan 0,5cm dari titik tuberusitas tibia 10cm keatas. Penerapan IR dan

terapi latihan pada kasus ini, mengalami peningkatan tidak begitu

signifikan karena terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi terhadap

hasil penanganan, selain karena waktu penganganan yang dilakukan

penulis hanya 3 kali dan tidak intensif, dan kurang motivasi dalam

berlatih. hasil terapi pada kasus Post ORIF Fraktur femur 1/3 distal dextra

tidak bisa dilihat dalam waktu yang singkat tapi membutuhkan watu yang

lama.

5.2 Saran

Suatu keberhasilan terapi ditentukan oleh sikap dari pasien itu

sendiri, jadi perlu kerjasama yang baik antara terapis, pasien dan keluarga

pasien itu sendiri. Untuk lebih mengoptimalkan hasil terapi yang diberikan

maka disarankan bagi:

5.2.1 Bagi Fisioterapis

Fisioterapis sebelum melakukan terapi atau tindakan

kepada pasien hendaknya diawali dengan pemeriksaan yang teliti,

mencatat permasalahan pasien, menegakan diagnosis yang tepat,

memilih modalitas yang sesuai, menentukan tujuan yang harus

dicapai dalam waktu dekat untuk mengurangi problem pasien

sesegera mungkin, melakukan evaluasi, dokumentasi dan memberi

edukasi agarhasil lebih optimal.

92
5.2.2 Bagi Pasien

Pasien di anjurkan untuk : (1) Rutin melakukan terapi ke

fisioterapi, (2) Pasien disarankan untuk sering latihan menggerak-

gerakan lututnya seperti yang telah diajarkan terapis.

5.2.3 Bagi masyarakat dan Pembaca

Untuk segera melakukan konsultasi ke dokter, fisioterapis

atau tenaga kesehatan lain apabila mengalami jatuh, terkena

benturan,atau kecelakaan yang kemungkinan menyebabkan adanya

patah tulang agar proses penyembuhan dan penanganannya sesuai

sehingga tidak menghambat proses penyembuhan.

93

Anda mungkin juga menyukai