Anda di halaman 1dari 16

Pemeriksaan Gangguan Gerak Fungsional

Pada Lansia. Pemeriksaan Fungsi


Motorik,Kekuatan Otot,
Tonus Otot & LGS

OLEH :
MAWADDAH
MUTIARINI ARSON
PEMERIKSAAN KEKUATAN OTOT

PEMERIKSAAN TONUS OTOT

PEMERIKSAAN LUAS GERAK SENDI


Pemeriksaan Fungsi Morotik
pada Lansia meliputi,
pemeriksaan kekuatan otot,
tonus otot, luas gerak sendi,
postur, pola jalan, dan
koordinasi
Pemeriksaan Kekuatan Otot
Pemeriksaan kekuatan otot dapat
dilakukan dengan menggunakan
pengujian otot secara manual (manual
muscle testing). Pemeriksaan ini ditujukan
untuk mengetahui kemampuan untuk
mengontraksikan kelompok otot secara
volunter. Lansia yang tidak mampu
mengontraksikan ototnya secara aktif dan
volunter, tidak tepat apabila diberikan
MMT standar.
Pemeriksaan kekuatan otot menggunakan
MMT akan membantu penegakan, dan
prognosis. Penegakan diagnosis
dimungkinkan oleh beberapa penyakit
tertentu yang hanya menyerang otot
tertentu pula. Jenis terapi dan alat bantu
yang diperlukan oleh lansia juga harus
mempertimbangkan kekuatan otot.
Diharapkan program terapi dan alat bantu
yang dipilih tidak menyebabkan penurunan
kekuatan otot atau menambah beratnya
penyakit lansia.
Prosedur Pelaksanaan MMT

Lansia diposisikan sedemikian rupa sehingga otot mudah


berkontraksi sesuai dengan kekuatannya. Posisi yang dipilh harus
memungkinkan kontraksi otot dan gerakan mudah diobservasi.
Bagian tubuh yang dites harus terbebas dari pakaian yang
menghambat
Berikan penjelasan dan contoh gerakan yang harus dilakukan
Lansia mongontraksikan dan stabilisasi diberikan pada segmen
proksimal
Selama terjadi kontraksi, gerakan yang terjadi diobservasi, baik
palpasi pada tendon atau otot
Memberikan tahanan pada otot yang dapat bergerak dengan luas
gerak sendi penuh dan dengan melawan gravitasi
Melakukan pencatatan hasil MMT
Kriteria Hasil Pemeriksaan MMT (lovet,Daniel
dan Worthingham)

Normal (5) : mampu bergerak dengan LGS penuh,


melawan gravitasi, dan melawan tahanan maksimal
Good (4) : mampu bergerak dengan LGS penuh,
melawan gravitasi dan melawan tahanan sedang.
Fair (3) : mampu bergerak dengan LGS penuh dan
melawan gravitasi tanpa tahanan
Poor (2) : mampu bergerak dengan LGS penuh
tanpa melawan gravitasi
Trace (1) : tidak ada gerakan sendi, tetapi kontraksi
otot dapat dipalpasi
Zero (0) : Kontraksi otot tidak terdeteksi dengan
palpasi
Pelaksananaan dan interpretasi hasil pemeriksaan
dengan MMT pada lansia harus disesuaikan dengan
keadaan. Penggunaan tahanan yang maksimal harus
memperhatikan kemampuan sistem yang lain seperti
sistem kardiovaskuler dan muskuloskeletal. Penjelasan dan
contoh gerakan harus lebih jelas dan diulang. Jangan
terlalu sering mengubah posisi karena akan mengakibatkan
kelelahan. Semua otot yang dapat diperiksa pada satu
posisi harus diselesaikan terlebih dahulu baru kemudian
beralih posisi. Dalam penentuan hasil nilai kekuatan otot,
misalnya lansia memiliki nilai otot empat, tetapi karena ada
nyeri maka tahanan dari luar tidak dapat diberikan.
Untuk mencapai tujuan, terapi pencapaian nilai
kekuatan otot lansia lebih ditekankan pada kemampuan
untuk melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari tanpa
mengalami kelelaahan yang berlebih.
Selain pemeriksaaan dengan MMT, penilaian
kekuatan otot juga dapat menggunakan dynamometer.
Pemeriksaaan dengan dynamometer bertujuan
mengetahui kekuatan kontraksi isometric dari otot yang
diperiksa. Prosedur pemeriksaanya adalah sebagai
berikut.
Posisi lansia disesuaikan dengan kebutuhan
Dinamometer dihubungkan dengan anggota tubuh yang
akan diperiksa.
Lansia diminta untuk mengontraksikan otot secara
isometric dengan usaha maksimal
Kontraksi dilakukan sebanyak 3 kali dengan interval
waktu 1 menit.
Kekuatan kontraksi rata-rata dari ketiga kontraksi yang
telah dilakukan
Pemeriksaan Tonus Otot
Tonus otot adalah ketegangan minimal suatu otot
dalam keadaan istirahat. dapat diperiksa dengan
beberapa cara, yaitu dengan palpasi, gerakan pasif, dan
vibrasi. Palpasi dilakukan pada otot yang diperiksa.
Dengan palpasi kita akan mendapatkan informasi tentang
tonus otot dalam keadaan normal, hipotonus, atau
hipertonus.
Gerakan pasif dapat dilakukan pada anggota gerak
(sendi) secara berulang-ulang dan cepat sehingga otot
yang diperiksa diregangkan dan dikendorkan berulang-
ulang. Pada saat yang sama, kita akan merasakan
adanya sedikit tahanan (normal). Bila tidak dirasakan
adanya tahanan berarti hipotonus dan apabila tahanan
yang dirasakan cukup kuat berarti hipertonus
Grade Description
0 Tidak ada peningkatan tonus otot
1 Ada peningkatan sedikit tonus otot, ditandai dengan
terasanya tahanan minimal (catch and release) pada akhir
Range of Motion (ROM) saat sendi digerakkan fleksi dan
ekstensi

2 ada peningkatan sedikit tonus otot, ditandai dengan adanya


pemberhentian gerakan (catch) dan didikuti dengan adanya
tahanan minimal sepanjang sisi ROM, tetapi secara umum
sendi masih mudah digerakkan

3 peningkatan tonus otot lebih nyata sepanjang sebagian


besar ROM, tetapi sendi masih bisa digerakkan

4 peningkatan tonus otot sanagat nyat, gerak pasif sulit


digerakkan
5 sendi rigid
Tonus otot lansia cenderung
mengalami penurunan. Bila lansia
mengalami gangguan system saraf,
dapat terjadi peningkatan tonus otot
(hipertonus) seperti pada keadaan
spastic. Sebaliknya, dapat terjadi
penurunan tonus otot (hipotonus)
seperti dalam keadaan flaksid
Pemeriksaan Luas Gerak Sendi
Luas gerak sendi (LGS) merupakan jarak gerak
sendi yang dapat dilakukan oleh suatu sendi. Tujuan
pemeriksaan LGS adalah untuk mengetahui besarnya
LGS suatu sendi dan membandingkannya dengan LGS
sendi yang normal, membantu diagnosis, dan
menentukan fungsi sendi. Hasil pengukuran LGS dapat
digunakan untuk menentukan tujuan dan rencana terapi
dalam mengatasi gangguan LGS. Selain itu, dalam
pemeriksaan LGS, terapis harus mempertimbangkan
penyebab dari keterbatasan gerak seperti nyeri, spasme,
perlengketan jaringan, dan kualitas gerak
(normal,hipertonus,rigid)
Pengukuran LGS Menggunakan
Goniometer

Posisi awal adalah posisi netral/anatomis, yaitu


tubuh tegak,lengan lurus dsamping tubuh,
lengan bawah dan tangan menghadap ke depan
Sendi yang diukur harus terbuka, bebas pakaian
Berikan penjelasan dan contoh gerakan yang
harus dilakukan
Berikan gerakan pasif dua atau tiga kali untuk
menghilangkan gerakan substitusi dan
ketegangan karena kurang bergerak
Berikan stabilisasi pada segmen bagian proksimal
Tentukan aksis gerakan baik secara aktif atau pasif,
dengan jalan melakukan palpasi bagian tulang di
sebelah lateral sendi
Letakkan tangkai goniometer yang static parallel
dengan aksis longitudinal pada garis tengah
segmen/tubuh yang static
Letakkan tangkai geniometer yang bergerak parallel
terhadap aksis longitudinal segmen/tubuh yang bergerak
Pastikan aksis goniometer tepat pada aksis gerakan
sendi
catat hasil pemeriksaan
TERIMA
KASIH

Anda mungkin juga menyukai